Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN


RUAM POPOK (DIAPER RASH) DI KLINIK KARTIKA JAYA

Disusun Oleh:
DINA RIZKI SEPRIANI
NIM. P07224420011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN & PROFESI
KEBIDANAN SAMARINDA TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN
RUAM POPOK DI KLINIK KARTIKA JAYA SAMARINDA

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Ruam Popok Telah Diperiksa Dan
Disetujui Oleh Pembimbing Ruangan Dan Pembimbing Institusi Di Klinik
Kartika Jaya Samarinda.

Samarinda, Mei 2021

Mahasiswa,

Dina Rizki Sepriani


NIM. P07224420011

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Ruangan,

Dwi Agustiningsih, S. ST Sari Yuliati, S. ST


NIP. NIP. 1974072220000101

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Bayi dengan Ruam Popok. Asuhan Kebidanan Pada Bayi dengan Ruam Popok ini
tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang
telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 4
A. Konsep Dasar Teori Bayi................................................................... 4
B. Konsep Dasar Tori Popok................................................................... 7
C. Konsep Dasar Teori Ruam Popok...................................................... 9
D. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan.................................. 16
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 32
BAB V PENUTUP........................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Popok dan bayi adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan. Popok bisa
membuat bayi tenang tapi bisa juga justru jadi sumber kerewelan mereka.
Langkah praktis biasanya ibu lebih memilih popok sekali pakai, popok sekali
pakai memang dapat menyerap lebih banyak cairan. Bayi bisa berkali-kali
buang air di popoknya dan popoknya tetap kering, tapi kulit bayi juga perlu
bernafas dengan cara diangin-anginkan, popok sekali pakai biasanya terbuat
dari bahan yang tidak menyerap keringat, ini menyebabkan kulit bayi
mengalami iritasi, jika ibu kurang menjaga personal hygiene dengan
mengganti popok sesering mungkin dan membersihkan daerah yang tertutup
popok bisa mengakibatkan gangguan kulit (Royda, 2017).
Popok sekali pakai bisa terjadi reaksi alergi terhadap bayi karena ada
beberapa kandungan zat kimianya sehingga mengakibatkan gangguan kulit
(Aditya, 2017). Gangguan kulit pada bayi yang paling sering terjadi yaitu,
diaper rash (ruam popok). Ruam popok pada kulit bayi ditandai dengan
adanya ruam kemerahan pada tubuh bayi yang tertutup popok, sebagian besar
ruam popok terjadi di bagian pantat atau pinggang bayi ruam akan semakin
parah jika terjadi gesekan antara kulit bayi dengan popok (Fölster-Holst,
2018).
Ruam popok paling sering terjadi pada bayi baru lahir dan bayi, tetapi
siapa pun yang perlu memakai popok dapat mengembangkan ruam ini.
Sekitar setengah dari semua bayi mengalami ruam popok pada suatu waktu
selama satu atau dua tahun pertama kehidupan. Ruam popok paling umum
terjadi antara usia 9 dan 12 bulan (Causes et al., 2018).
Diaper rash merupakan salah satu masalah kulit pada bayi, Dermatitis
popok merupakan salah satu masalah kulit pada bayi dan anak, Berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2017
prevalensi iritasi kulit (ruam popok) pada bayi cukup tinggi 25% dari

1
2

6.840.507.000 bayi yang lahir di dunia kebanyakan menderita iritasi kulit


ditemukan pada usia 6-12 bulan (Naimah, 2019). Penelitian di Inggris
menemukan 25% dari 12.000 bayi berusia 4 minggu mengalami ruam popok
(Nurbaeti, 2017).
Artikel yang berjudul Disposable Diapers:Potential Health Hazard, Cathy
Allison dalam jurnal (Rusmawati et al., 2019) menyatakan bahwa Procter
atau Gamble (produsen pampers dan huggies) melalui penelitiannya
memperoleh data yang mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi yang
menggunakan disposable diapers meningkat dari 7,1% hingga 61%. Angka
kejadian ruam popok di Indonesia sendiri telah mencapai 7-35%, yang
menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia dibawah tiga tahun.
Ruam popok terjadi dikarenakan kurangnya perawatan personal hygiene
yang benar pada bayi seperti terlambat mengganti popok, terutama ketika
bayi buang air besar karena tinja bayi bersifat asam daripada air seni bayi.
Bakteri dan amonia pada tinja serta air seni bayi dapat menghasilkan zat yang
bisa membuat iritasi kulit, ruam popok juga disebabkan karena kualitas popok
tidak baik atau terlalu kecil. Ruam popok yang tidak segera diatasi segera bisa
menyebabkan kondisi yang semakin parah seperti bintil-bintil kecil yang
melepuh dan pecah, jika sudah pecah bayi akan rentan terkena infeksi
(Dhawan et al., 2019).
Upaya untuk mencegah dan menanggulangi ruam popok dengan segera
membersihkan dan mengeringkan jika bayi BAB atau BAK, membersihkan
kulit secara keseluruhan, dan memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya
(Dwienda, 2014). Ganti popok 6 sampai 9 kali dalam kurun waktu 24 jam,
jangan gunakan tisu basah atau pembersih apapun yang mengandung alkohol
dan parfum ketika membersihkan daerah popok, sebaiknya gunakan saja air
hangat dan kapas atau handuk untuk membersihkannya (Burdall et al., 2019)
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada bayi dengan ruam
popok sesuai dengan manajemen varney, dan mendokumentasikan asuhan
yang diberikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada bayi
dengan ruam popok berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kehidupan pada bayi dengan ruam popok
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterprestasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada pada bayi dengan ruam
popok dalam bentuk dokumentasi SOAP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi


1. Pengertian bayi
Bayi adalah anak kecil yang belum lama lahir. Masa bayi
dimulai dari usia 0-12 bulan (Farizal, 2017). Ruam popok paling sering
terjadi pada bayi baru lahir dan bayi, tetapi siapa pun yang perlu
memakai popok dapat mengembangkan ruam ini. Sekitar setengah dari
semua bayi mengalami ruam popok pada suatu waktu selama satu atau
dua tahun pertama kehidupan. Ruam popok paling umum terjadi antara
usia 9 dan 12 bulan (Causes et al., 2018)
Bayi mempunyai batasan usia yaitu antara 0 sampai 1 tahun,
kemudian dibagi lagi menjadi masa neonatal dini usia 0 sampai 7
hari, masa neonatal lanjut usia 8 sampai 28 hari, masa pasca neonatal
usia 29 hari sampai 1 tahun (Dwienda, 2014). Satu tahun pertama adalah
saat menakjubkan bagi perkembangan bayi (Aditya, 2014). Menurut
(Lebsing et al., 2020) masalah yang sering timbul pada kulit bayi :
a. Ruam popok
b. Kurap
c. Panu
d. Eksem popok (bila ruam popok telah bertambah parah)
e. Oral trush (radanng mulut)
f. Malaria
2. Tumbuh kembang
Tumbuh kembang meliputi tiga hal yaitu:
a. Tumbuh kembang fisik
Misal: bertambahnya berat dan tinggi badan
b. Tumbuh kembang intelektual
Misal: kepandaian dalam berkomunikasi, keterampilan dalam
bermain, kemampuan berhitung dan membaca

4
5

c. Tumbuh kembang emosional


Misal: kemampuan mengelola kemarahan dan keinginan,
kemampuan membentuk ikatan batin, kemampuan mengelola rasa
gelisah, dll.
(Juliana Br, 2017)
3. Perkembangan bayi
Tahap perkembangan yaitu:
a. Masa pra lahir
Terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh.
b. Masa neonates
Terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan
hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
c. Masa bayi
Terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk melindungi
dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya.
d. Masa anak
Terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat,
dan cara penyesuaian dengan lingkungan.
(Sylvia Wafda, 2019)
4. Merawat Kulit
Kulit bayi masih sangat rentan terhadap gangguan kulit, hal ini
disebabkan karena sensifitasnya kulit bayi. Untuk itu diperlukan adanya
perawatan yang cermat terhadap kulit bayi. Ketidakcermatan dalam
perawatan kulit bayi dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kulit
bayi yang disebabak oleh ruam popok (Blume-Peytavi & Kanti, 2018).
5. Karakteristik Kulit
Berkaitan dengan anatomi dan fisiologi dari kulit, kulit pada bayi
relatif tipis, dan mempunyai kandungan air yang tinggi pada lapisan dalam
dan fungsi perlindungan yang belum berkembang dengan penuh. Kondisi
kulit bayi baru lahir mengalami peralihan dari lingkungan dalam
6

kandungan terhadap perubahan suhu dengan kelembaban udara yang


berubah – ubah dan juga kontak dengan kuman patogen, substansi yang
berbahaya yang dapat menganggu kulit bayi setelah kelahiran (Royda,
2017).
a. Fungsi kulit
1) Proteksi secara fisis dan imunologi
2) Mengatur suhu tubuh
3) Mengatur keseimbangan elektrolit
4) Persepsi (panas, dingin, tekanan, nyeri dan perabaan)
5) Ekskresi
(Burdall et al., 2019)
b. Perubahan Kulit Yang Terjadi
Permukaan kulit normal pada neonatus akan bereaksi asam (variasi
antara pH 4,5 – 6,5). Keasaman ini ditimbulkan oleh bahan kimia
tertentu dalam sebum dan keringat. Oleh sebab itu dikatakan bahwa
kulit mempunyai Acid Mantle. Keasaman inilah yang menyebabkan
permukaan kulit mempunyai sifat aseptik seperti halnya keasaman
lambung dan vagina. Daerah keasaman berkurang pada daerah lipatan
kulit, menyebabkan daerah tersebut lebih mudah dan lebih sering
diserang oleh kuman dan jamur. Sebum terdiri dari asam lemak,
kolestrol, alkohol, dan fosfatida. Sebum yang teremulsikan oleh
keringat berfungsi sebagai pelumas kulit yang mempunyai daya
fungistatik. Anak dan bayi menghasilkan sebum agak kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga pada kulit bayi lebih
kering dibandingkan orang dewasa (Rippke et al., 2018).
6. Perbedaan Kulit Bayi dan Dewasa
a. Kulit bayi relatif lebih tipis dan perlekatan antara sel masih longgar.
b. Produksi kelenjar keringat dan kelenjar sebase bayi lebih sedikit.
c. Bayi mengalami peningkatan potensi mengalami iritasi.
d. Bayi rentan terhadap infeksi terutama bakteri.
e. Bayi relatif mengalami alergi kontak.
7

f. Permeabilitas perkuatan meningkat, terutama pada bayi prematur atau


bila terjadi kerusakan kulit.
g. Perbandingan luas permukaan terhadap volume cairan tubuh bayi
relatif lebih besar, sehingga resiko peningkatan bahan toksik di dalam
darah lebih tinggi. Kelainan kulit cenderung lebih banyak diakibatkan
oleh infeksi dan iritasi.
(Nurbaeti, 2017).

B. Konsep Dasar Popok (Diaper)


1. Jenis Popok
a. Popok Kain
Popok kain merupakan popok yang alami, tidak mahal dibandingkan
popok sekali pakai, lebih lembut untuk kulit bayi, dan mendukung
ekologi (yaitu dapat didaur ulang dan tidak membahayakan
lingkungan). Dari segi ekonomi popok kain dapat digunakan oleh
kalangan siapa saja, tidak perlu mengeluarkan uang untuk
membelinya dan dapat didaur ulang dari pada popok yang sekali
pakai.
b. Popok Sekali Pakai
Popok sekali pakai jelas lebih nyaman dari pada popok kain dalam
beberapa hal, tetapi ada beberapa kekurangannya. Karena lapisan
plastik, popok sekali pakai dapat melindungi seprai dan pakaian
dengan baik, tetapi tidak memungkinkan udarah untuk keluar masuk
seefesien popok kain serta karena menampung cairan dibagian
dalam, popok ini meningkatkan resiko ruam popok (Diaper Rush),
bahkan popok sekali pakai model baru yang “superserap” pun dapat
menyebabkan masalah. Popok ini menyerap cairan sangat baik
sehingga banyak orang tua memakainya terlalu lama, dengan
pemakaian popok yang terlalu lama meningkatkan resiko ruam
popok. Untuk mengurangi resiko terjadinya ruam popok dengan cara
sering mengganti popok, tidak terlalu kencang mengikatnya, tidak
8

menggunakan celana plastik sepanjang waktu dan biarkan bayi


telanjang sejenak untuk bernapas.
(Naimah, 2019).
2. Kandungan Popok
Tidak semua ibu yang memahami fungsi jenis dan kandungan
diaper tersebut bagi bayinya. Diapers, umumnya berbahan dasar bubur
kertas atau pulpa, kain kasa tipis, juga kain flanel. Biasanya mempunyai
bahan berdaya serap tinggi. Sehingga mampu menyerap cairan hingga
80-100 kali beratnya sendiri atau kira–kira bisa digunakan untuk
menampung jumlah air seni bayi sebanyak 5 – 8 kali pipis. Lapisan
terluar terbuat dari plastik kedap air, agar kotoran bayi tidak tercecer
kemana-kemana. Sedangkan sejumlah merek saat ini kandunganya
diperkaya dengan moistruiser (pelembab) dan aloe vera (lidah buaya)
untuk melembutkan. Semua diaper diserta pengharum ringan. Bagi
pinggang dan kaki biasanya elastis dengan strip cadangan untuk
mencegah kebocoran saat bayi dalam posisi berbaring. Selain itu, ada
pula bayi yang tidak cocok mengunakan satu merek diapers karena
mudah terjadi kebocoran. Ini disebabkan anatomi diapers yang kurang
cocok bagi anatomi bayi atau karena bayi terlalu banyak bergerak.
Karena sangat banyak individual sifatnya, adakalanya diapers cocok
bagi seorang bayi (Royda, 2017).
3. Ukuran Popok
Pilihlah popok yang seukuran dengan berat bayi dan jangan terlalu besar.
Bagaimanapun, fungsi popok adalah mencegah urin melebur. Bila
ukurannya terlalu berat maka fungsinya jadi tidak efektif karena
popok tidak lekat ke tubuh bayi. Selain itu, popok yang kebesaran pun
membuat bayi tidak nyaman bergerak (Royda, 2017).
4. Cara Menggunakan Popok
a. Sebelum mengganti atau menggunakan Diaper, pastikan tangan anda
bersih.
9

b. Bersihkan area popok bayi, bagian lipatan paha atas, anus dan
kemaluan bayi. Gunakan lap basah untuk membersihkan. Dan lap
kering untuk mengeringkaan sebelum dipakaikan diapers kembali.
c. Agar bayi tidak terkena iritasi, oleskan baby oil atau krim khusus
pada area popok.
d. Pakaikan popok sesuai ukuran. Jangan memeberikan popok
terlalu besar atau kecil.
e. Perhatikan cara penggunaannya. Pemakaian popok yang benar akan
memberikan kenyamanan bagi bayi.
f. Sebaiknya seringlah mengganti popok jika memang sudah kotor atau
penuh.
Frekuensi penggantian sangat tergantung frekuensi buang air kecil atau
buang air (Causes et al., 2018).

C. Konsep Dasar Diaper Rash


1. Pengertian Diaper Rash
Diaper rash adalah ruam popok yaitu akibat dari kontak yang terus
menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik dan dapat pulih 3-5
hari (Dwienda, 2014).
Diaper rash (Ruam popok) adalah ruam kemerahan, radang atau
infeksi kulit di sekitar area popok seperti paha dan pantat pada bayi, yang
umumnya disebabkan terpaparnya kulit bayi pada zat amonia yang
terkandung dalam urin atau fases bayi dalam jangka waktu lama
(Lebsing et al., 2020).
Diaper rash (Ruam popok) adalah iritasi yang terjadi pada kulit
bayi, ditandai dengan warna kemerahan didaerah yang tertutup popok
dan biasanya terasa gatal. Ruam ini juga bisa terinfeksi. Tempat yang
paling sering terjadi ruam adalah daerah pantat bayi, sekitar kemaluan
dan paha (Fölster-Holst, 2018).
10

2. Penyebab Terjadinya Diaper Rash


Menurut (Royda, 2017) penyebab ruam bisa muncul karena bayi
terlalu lama memakai popok yang sudah basah, sehingga bagian
pantatnya menjadi lembab dan memudahkan jamur tumbuh. Bisa juga
disebabkan karena bahan yang tidak cocok untuk kulit bayi.
Menurut (Šikić Pogačar et al., 2018) Penyebab ruam popok atau
diaper rash pada bayi adalah terlambat mengganti popok terutama
ketika bayi buang air besar karena tinja bayi bersifat lebih asam
daripada air seni bayi. Bakteri dan amonia pada tinja serta air seni bayi
dapat menghasilkan zat yang bisa melukai dan membuat iritasi kulit bayi.
Dan ruam popok bisa karena kualitas popok yang tidak baik atau terlalu
kecil karena kemungkinan popok atau diaper bayi yang selama ini
digunakan kualitasnya tidak baik atau ukurannya terlalu kecil, ruam
popok yang tidak diatasi segera menyebabkan kondisi semakin parah
seperti bintil- bintil kecil yang melepuh dan pecah, jika sudah pecah bayi
akan rentan terkena infeksi. Sedangkan menurut (Royda, 2017) penyebab
terjadinya diaper rash:
a. Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b. Jarang ganti popok setelah bayi kencing
c. Udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas
d. Akibat mencret
Faktor-faktor penyebab yang perlu dipertimbangkan dalam terjadinya
diaper rash antara lain :
a. Feses dan urine
Feses yang tidak segera dibuang, bila bercampur dengan urine, akan
menyebabkan pembentukan amonia. Amonia yang terbentuk dari
urine dan enzime yang berasal dari feses akan meningkatkan
keasaman (pH) kulit dan akhirnya menyebabkan iritasi pada kulit.
b. Kelembaban Kulit
11

Kelembaban yang berlebihan dikarenakan oleh penggunaan popok


yang bersifat menutup kulit, sehingga menghambat terjadinya
penyerapan dan penyebabkan hal-hal berikut :
1) Lebih rentan terhadap gesekan antara kulit dengan popok
sehingga kulit lebih mudah lecet dan mudah iritasi.
2) Lebih muda dilalui oleh bahan-bahan yang dapat
menyebabkan iritasi (bahan iritan).
3) Mempermudah pertumbuhan kuman dan jamur.
c. Gesekan-gesekan
Gesekan-gesekan dengan pakaian, selimut atau linen dan gesekan-
gesekan yang terjadi akibat aktivitas bayi juga dapat menimbulkan
luka lecet yang akan memperberat diaper rush.
d. Suhu
Peningkatan suhu kulit juga merupakan faktor yang memperberat
ruam popok. Bila bayi atau anak demam, juga dapat memperberat
diaper rash. Suhu yang meningkat akan mengakibatkan pembuluh
darah melebar dan mudah terjadi peradangan.
e. Jamur dan Kuman
Beberapa mikroorganisme seperti jamur candida albicans dan
kuman/ bakteri staphylococcus aureus merupakan faktor penting
yang berperan dalam timbulnya diaper rash. Hal ini disebabkan oleh
karena keadaan kulit yang basah dan lembab, serta pemakaian popok
yang berlangsung lama.
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Lebsing et al., 2020) tanda dan gejala diaper rash
dengan ciri-ciri klit diarea popok terlihat merah, bengkak dan meradang
pada bagian bokong, paha, dan alat kelamin, pada kasus tertentu timbul
jerawat. Ruam popok membuat iritasi pada bayi dan jika tidak ditangani
akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius, termasuk infeksi-
infeksi tertentu. Beberapa gejala ruam popok lainnya adalah bayi
12

merasa tidak nyaman, menangis lebih sering dan keras, serta


memperlihatkan ketidak senangan secara umum.
a. Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema.
b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat
kemaluan, perut bawah dan paha atas.
c. Keadaan lebih parah dapat terjadi papilla erythematosa vesicular,
ulcerasi.
4. Patofiologi
Etiologi yang tepat dari ruam popok tidak didefinisikan secara
jelas, yaitu adanya kemungkinan dari kombinasi faktor-faktor yang
meliputi kelembaban, gesekan, urin dan feses, dan keberadaan
mikroorganisme, berhubungan dengan kebersihan dan lingkungan
mikroorganisme pada lipatan-lipatan paha, termasuk kelamin dan pantat
bayi (Royda, 2017).
Faktor iritasi utama dalam situasi ini adalah protease dan lipase
feses yang aktivitasnya meningkatkan pH asam sebuah permukaan kulit.
Inilah penyebab tingginya insiden dermatitis iritan popok, contohnya
pada bayi yang mengalami diare dalam 48 jam sebelumnya (Rippke et
al., 2018).
Ketika bayi mengompol urine akan mengenai kulit sekitar alat
kelamin dan lipatan paha, daerah tersebut akan lembab dan memberikan
peluang untuk tumbuhnya mikroorganisme yang dapat merusak kulit
bayi. Penimbunan urine pada popok yang basah dapat membuat kulit
bayi teriritasi, dan menyebabkan infeksi karena pada urine terdapat
bakteri dari jenis amonia genes yang dapat menguraikan urine dan
membentuk zat yang disebut amoniak, bakteri ini mungkin terkumpul
dalam popok, seprei atau pun pakaian bayi dan tanpa diketahui telah
menguraikan urine menjadi zat amoniak. Bau zat amoniak ini adalah bau
pesing yang dapat diketahui dari bau popok, seprei atau pun baju bayi
(Blume-Peytavi & Kanti, 2018).
13

Pemakaian popok menyebabkan peningkatan yang signifikan pada


kulit basah dan pH basah yang berkepanjangan menyebabkan maserasi
(pelunakan) dari stratum korneum lapisan pelindung terluar kulit.
Serangkaian penelitian telah menunjukkan bahwa pH produk
pembersih dapat mengubah spectrum mikrobiologi pada kulit. Sabun
dengan pH tinggi dapat mendorong pertumbuhan propioni baterial pada
kulit, sedangkan syndets (yaitu, deterjen sintetis) dengan pH 5,5 tidak
menyebabkan perubahan mikroflora tersebut (Dhawan et al., 2019).
5. Pencegahan
Menurut (Causes et al., 2018) pencegahan diaper rash:
a. Jagalah daerah popok agar tetap bersih dan kering. Ganti popok 6
sampai 9 kali dalam kurun waktu 24 jam atau ganti setiap 3-4 jam
sekali.
b. Jangan gunakan tisu basah atau pembersih apapun yang mengandung
alkohol dan parfum ketika membersihkan daerah popok. Sebab,
alkohol membuat kulit bayi menjadi kering dan parfum
memungkinkan terjadi alergi pada kulit bayi yang sensitif
c. Sedangkan kulit bayi yang kering dan sensitif akan mempermudah
terjadinya iritasi. Sebaiknya gunakan saja air hangat dan kapas atau
handuk untuk membersihkannya
d. Jangan menggosok kulit bayi ketika membersihkannya dengan air.
Lakukanlah gerakan menepuk untuk menghindari gesekan yang
dapat menimbulkan iritasi. Begitu juga ketika mengeringkannya,
gunakan lagi gerakan menepuk
e. Hindari produk orang dewasa untuk membersihkan daerah popok.
Produk kebersihan yang ditujukan untuk orang dewasa biasanya
mengandung bahan kimia yang keras
f. Sebelum memakai popok, oleskan krim atau petroleum jelly pada
daerah popok pada bayi
Sedangkan menurut Dwienda (2014) dalam (Royda, 2017) mengatakan
sebagai berikut:
14

a. Gunakan popok kain dari bahan katun yang lembut


b. Jangan terlalu sering menggunakan diaper
c. Pasang diaper dengan benar dan tidak terlalu ketat sehingga kulit
bayi tidak tergesek
d. Ganti diaper segera bila terlihat sudah menggelembung
e. Bersihkan urin atau kotoran dengan baik, karena kulit yang tidak
bersih sangat mudah mengalami ruam popok.
6. Penatalaksanaan
Warna kemerahan merupakan tanda awal terjadinya ruam popok,
cukup dengan melakukan langkah pencegahan, biasanya ruam popok
dapat sembuh sendiri. Gantilah popok dengan popok yang sekali pakai
yang mengandung gel berdaya serap tinggi dan hindari penggunaan
terlalu kencang (Naimah, 2019).
Sementara hindari penggunaan tisu basah karena dapat menambah
iritasi pada daerah popok, lebih baik gunakan air dan sabun. Jika tidak
sembuh juga, curiga kemungkinan adanya infeksi jamur atau bakteri dari
penyakit lain (Dhawan et al., 2019). Menurut (Blume-Peytavi & Kanti,
2018) penanganan Diaper rash yaitu:
a. Rajin mengganti popok atau diaper sangat disarankan, terutama
segera ganti popok bayi ketika basah dan bayi selesai buang air
besar. Berikan krim anti ruam popok yang mengandung zinc atau
gunakan baby oil untuk melindungi air seni tidak mudah meresap
kedalam kulit. Bagian yang biasa tertutup oleh popok sebaiknya
diangin-anginkan agar kulit cukup kering atau tidak terlalu lembab
b. Mengganti merek diapernya dengan yang memiliki kualitas lebih
bagus atau membeli popok yang ukurannya sesuai dengan
usianya. Cara pemakaiannya juga diperhatikan agar tidak terlalu
ketat agar kulit tidak tergesek.
Menurut (Royda, 2017) penanganan Diaper rash yaitu:
a. Daerah yang terkena diaper rash, tidak boleh terkena air dan harus
dibiarkan terbuka dan tetap kering
15

b. Untuk membersihkan iritasi dengan menggunakan kapas halus yang


mengandung minyak
c. Segera bersihkan dan keringkan bila bayi kencing atau berak
d. Posisi tidur bayi diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah
yang iritasi
e. Usahakan memberikan makanan TKTP dengan porsi yang
benar
f. Memperhatikan kebersihan kulit dan bersihkan kulit secara
keseluruhan
g. Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya
h. Pakaian dan celana yang basah oleh air kencing harus direndam
dalam air yang dicampur acidum boricum
i. Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci
langsung dibilas dengan bersih dan keringkan
Sedangkan Menurut (Nurbaeti, 2017) penanganan Diaper rash yaitu:
a. Cepatlah mengganti popok bayi. Jangan tunggu hingga popok
penuh baru diganti
b. Untuk ruam yang biasa saja berupa kulit kemerahan, dan bukan
yang meradang, bisa dilakukan dengan membersihkannya dengan air
c. Jangan mengusap rusam karena bisa menambah lecet. Juga jangan
memakai tisu basah
d. Saat membersihkan kotoran bayi, gunakan air bersih, alat
menyemprot (bidet atau botol semprot seperti untuk menyemprot
tanaman) untuk menurunkan kotorannya. Cuci daerah pantat dan
kemaluan dengan air dan sabun
e. Keringkan dengan menepuk pelan-pelan menggunakan handuk
lembut. Biarkan kulit bayi sebentar agar sentuhan dengan udara, lalu
lapisi tipis baby cream yang mengandung zync. Tujuan agar kulit
bayi tidak langsung kontak dengan bahan popok
f. Jangan memakaikan bedak pada daerah kemaluan karena akan
menutupi saluran kencing dan akan menumpuk di daerah kemaluan
16

sehingga menjadi tempat tumbuhnya kuman.


7. Obat Ruam Popok
a. Kategori Obat Pelindung Kulit
Dalam kategori ini adalah obat-obat yang aman dan dijual bebas
memiliki cara kerja melindungi kulit. Misalnya obat oles yang
mengandung seng oksida, bekerja sebagai antiseptik, menyejukkan
kulit, dan mempercepat penyembuhan juga petrolatum atau lanolin
yang menahan air dalam kulit dan mencegah iritasi.
b. Kategori Obat Anti Jamur
Dipakai bila dicurigai adanya infeksi jamur atau telah terbukti
dengan pemeriksaan laboratorium. Biasanya yang digunakan adalah
krim atau salep nisatin, klotrimazol, atau econazole nitrat, bekerja
mematikan dan mencegah pertumbuhan jamur selanjutnya.
c. Kategori Obat streoid Topikal (dioleskan di kulit)
Bekerja mengurangi peradangan, misalnya obat yang mengandung
hidrokortison. Penggunaanya perlu hati-hati karena efek
sampingnya. Dapat diserap tubuh jika dipakai berlebihan dan justru
dapat memeperparah ruam popok jika ternyata disertai oleh infeksi
jamur atau bakteri.
d. Kategori Obat Antibiotika Topikal
Digunakan untuk mengobati ruam popok yang terinfeksi bakteri.
(Royda, 2017).

D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Bayi dengan Ruam Popok


I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusingatau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, berlandaskan teori yang ada, untuk menegakkan
diagnosis.
Tanggal/Waktu Pengkaji :
Tanggal/Watktu MRS :
17

Nama Pengkaji :
Tempat Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : masa neonatal dini usia 0 sampai
7 hari, masa neonatal lanjut usia 8
sampai 28 hari, masa pasca neonatal
usia 29 hari sampai 1 tahun
(Dwienda, 2014). Ruam popok
paling sering terjadi pada bayi
baru lahir dan bayi, tetapi siapa
pun yang perlu memakai popok
dapat mengembangkan ruam ini.
Sekitar setengah dari semua bayi
mengalami ruam popok pada suatu
waktu selama satu atau dua tahun
pertama kehidupan. Ruam popok
paling umum terjadi antara usia 9
dan 12 bulan (Causes et al., 2018)
Jenis kelamin :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu : Semakin tinggi pendidikan ibu
maka semakin mudah ibu
mengerti dan memahami tentang
perawatan perianal sehingga
dengan adanya pengetahuan ibu
18

tentang perawatan perianal ini


maka akan terbentuk tindakan
ibu dalam perawatan perianal
sehingga kejadian ruam popok
pada bayinya dapat dicegah
(Nurbaeti, 2017).
Pekerjaan ayah / ibu : Varian dermatitis popok iritan
ini sering terjadi pada keluarga
dengan status sosial ekonomi
tinggi, cenderung mencuci anak
secara berlebihan dengan deterjen
dalam jumlah besar (Virdi et al.,
2020).
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Keluhan utama/alasan MRS
a. Keluhan utama:
Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa
berobat seperti kulit merah, bengkak dan meradang pada
bagian bokong, paha, dan alat kelamin (Lebsing et al.,
2020).
b. Alasan MRS:
Datang sendiri terkait keluhan atau rujukan
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan sekarang
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
( Pada riwayat penyakit,disusun dengan cerita yang
kronologis,terinci dan jelas pada dokumentasi pada SOAP
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat
keluhan sampai ia berobat )
19

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
 Riwayat antenatal :
 Riwayat intranatal:
 Riwayat postnatal :
 Riwayat imunisasi :
 Riwayat alergi :
 Riwayat penyakit yang pernah di derita :
 Riwayat operasi/pembedahan
 Riwayat tumbuh kembang
 Riwayat Pertumbuhan
 Riwayat perkembangan :
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun :
5. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
Pola Nutrisi ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan (Pohlman et al., 2015). Usahakan
memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein ( TKTP) pada bayi dengan
ruam popok (Royda, 2017).
Pola Eliminasi Berkemih terjadi setelah 8 jam
Pola Istirahat Bayi yang mengalami ruam popok menjadi
rewel sehingga untuk tidur bayi menjadi
terganggu (Naimah, 2019).
Pola Personal Hygiene Kebersihan kulit yang tidak terjaga, Jarang
ganti popok setelah bayi kencing (Lebsing et al.,
2020). Ganti popok 6 sampai 9 kali dalam kurun
waktu 24 jam atau ganti setiap 3-4 jam sekali.
Pola Aktivitas Rewel, menangis dikarenakan kulit gatal, perih,
20

dan panas (Naimah, 2019).

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Dari data ini dapat diketahui antara lain apa keluarga pasien
termasuk keluarga batih (nuclear family) atau keluarga besar
(extended family), yang masing masing mempunyai implikasi
dalam praktik pengasuhan anak. Selain itu, terdapatnya
perkawinan dengan keluarga dekat (konsanguinasi) antara ayah
dan ibu juga dapat berpengaruh terhadap penyakit
bawaan/keturunan (Marmi, 2016).
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
Ketidaksetaraan sosial ekonomi dalam fasilitas perawatan sangat
berkontribusi terhadap ketidaksetaraan dalam perawatan Bayi,
Balita, dan APRAS dengan Ruam Popok. Meningkatkan
perawatan Bayi, Balita, dan APRAS dengan Ruam Popok
selama persalinan di rumah dan meningkatkan akses ke fasilitas
perawatan merupakan prioritas untuk mengatasi ketidaksetaraan
dalam perawatan Bayi, Balita, dan APRAS dengan Ruam Popok
dan kematian Bayi, Balita, dan APRAS dengan Ruam Popok
(Virdi et al., 2020).
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / spoor /
koma / delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan : Pada bayi lebih sering mengalami
kekurangan oksigen jadi
pernafasan menjadi cepat dan
21

singkat, bila berlanjut gerakan


pernafasan akan berhenti
(Sondakh, 2016)
Suhu : Peningkatan suhu kulit juga
merupakan faktor yang
memperberat ruam popok. Bila
bayi atau anak demam, juga
dapat memperberat diaper rash.
Suhu yang meningkat akan
mengakibatkan pembuluh
darah melebar dan mudah
terjadi peradangan (Royda,
2017).
Antropometri:
Tinggi badan :<45 cm
Berat badan :<2500 gr Kehilangan berat
badan sampai 5% selama 24 jam yang
disebabkan oleh rendahnya intake kalori
(Widiawati, 2017)
Lingkar lengan :<34 cm
Lingkar kepala :<33 cm
Lingkar dada :<30 cm
Lingkar perut :<28 cm
(Pressler, 2016).
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Merah, bengkak dan meradang pada bagian
bokong, paha, dan alat kelamin, pada kasus
tertentu timbul jerawat (Šikić Pogačar et al.,
2018).
Kepala :
Wajah :
22

Mata :
Telinga :
Hidung : Pernapasan tidak teratur dan nasal melebar
(Sondakh, 2016)
Mulut :
Leher :
Dada :Insufiensi bayi prematur mereka mengalami episode
apnea berulang dan kesulitan bernapas setelah
beberapa hari. Jantung rata-rata 120 sampai 160 per
menit pada bagian apikal dengan ritme yang teratur.
Jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 per menit
diselingi dengan periode apnea (Sondakh, 2016)
Abdomen : bentuk perut yang membuncit (Sondakh, 2016)
Genetalia eksterna : Bayi perempuan: klitoris yang menonjol
dengan labium mayora yang belum berkembang;
Bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang
sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak
turun kedalam skrotum (Sondakh, 2016).
Terdapat ruam di area popok, yaitu area perut
bagian bawah, bokong, perianal, dan perineum
(Burdall et al., 2019)
Anus :
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
Refleks moro : lemah atau tidak ada sama sekali
(Isdayanti, 2019)
Refleks tonic neck :
Refleks rooting :
Refleks sucking :
Reflek Swalowing :
23

Refleks graps (plantar & palmar grasp)


Refleks babynski :
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Bayi/Balita usia ….. bulan dengan diaper rash
Masalah : Susah tidur, gelisah

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial : Infeksi (Ruam popok membuat iritasi pada
bayi dan jika tidak ditangani akan berkembang menjadi sesuatu yang
lebih serius, termasuk infeksi-infeksi tertentu (Lebsing et al., 2020)).
Masalah Potensial : Bayi yang mengalami ruam popok menjadi
rewel sehingga untuk tidur bayi menjadi terganggu (Naimah, 2019).

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Jaga daerah popok agar tetap bersih dan kering
Rasional : Bersihkan urin atau kotoran dengan baik, karena kulit
yang tidak bersih dan lembab sangat mudah mengalami ruam popok
(Blume-Peytavi & Kanti, 2018).
2. Rajin mengganti popok atau diaper
Rasional : Ganti popok 6 sampai 9 kali dalam kurun waktu 24 jam
atau ganti setiap 3-4 jam sekali (Nurbaeti, 2017).
3. Jangan gunakan tisu basah atau pembersih apapun yang mengandung
alkohol dan parfum ketika membersihkan daerah popok
24

Rasional : Alkohol membuat kulit bayi menjadi kering dan parfum


memungkinkan terjadi alergi pada kulit bayi yang sensitive (Nurbaeti,
2017).
4. Jangan menggosok kulit bayi ketika membersihkannya dengan air
Rasional : Lakukanlah gerakan menepuk untuk menghindari gesekan
yang dapat menimbulkan iritasi. Begitu juga ketika mengeringkannya,
gunakan lagi gerakan menepuk (Royda, 2017).
5. Hindari produk orang dewasa untuk membersihkan daerah popok
Rasional : Produk kebersihan yang ditujukan untuk orang dewasa
biasanya mengandung bahan kimia yang keras (Royda, 2017)..
6. Sebelum memakai popok, oleskan krim atau petroleum jelly pada
daerah popok pada bayi
Rasional : Berikan krim anti ruam popok yang mengandung zinc atau
gunakan baby oil untuk melindungi air seni tidak mudah meresap
kedalam kulit. Bagian yang biasa tertutup oleh popok sebaiknya
diangin-anginkan agar kulit cukup kering atau tidak terlalu lembab
(Blume-Peytavi & Kanti, 2018).
7. Jangan gunakan bedak pada daerah ruam
Rasional : Bedak pada daerah kemaluan karena akan menutupi
saluran kencing dan akan menumpuk di daerah kemaluan sehingga
menjadi tempat tumbuhnya kuman (Nurbaeti, 2017).
8. Jika ruam tidak kunjung sembuh segera ke dokter
Rasional : jika ruam pada bayi tidak kunjung sembuh setelah
dilakukan perawatan dirumah maka segera ke dokter untuk diberikan
obat sesuai dengan kebutuhan bayi (Nurbaeti, 2017).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
25

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal/Waktu Pengkaji : Kamis, 27 Mei 2021/10.00 wita


Nama Pengkaji : Dina Rizki Sepriani
Tempat Pengkaji : Klinik Kartika Jaya

S:
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : By. M
Umur/Tanggal lahir : 11 bulan (20 Juni 2020)
Jenis kelamin : Laki-Laki
b. Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. L
Nama ibu : Ny. A
Usia ayah / ibu : 27thn/25thn
Pendidikan ayah / ibu : SMK/SMA
Pekerjaan ayah / ibu : Swasta/IRT
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Gerilya, RT.22
2. Keluhan utama/alasan MRS
a. Keluhan utama : Ruam pada bagian selangkangan bayi
b. Alasan : Berobat
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien mempunyai keluhan rewel karena ruam merah pada daerah
selangkangan sudah ± 3 hari dan tidak ada nanah pada bintik-bintik
merah yang muncul, pasien tidak ada demam, tidak ada muntah, tetap
ASI setiap 2 jam sekali.

26
27

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menurun maupun menular
yang dapat memperberat kondisinya seperti DM, HIV/AIDS, dll. Pasien
tidak pernah mengalami demam tinggi ataupun diare.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran :
1) Riwayat antenatal : Selama hamil ibu rutin memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan setiap bulan seperti ke
puskesmas dan klinik dan rajin meminum vitamin.
2) Riwayat intranatal : Bayi lahir di Klinik Kartika Jaya tanggal 20
Juni 2020 pada pukul 02.00 wita. Jenis persalinan spontan, jenis
kelamin laki-laki, bayi lahir langsung menangis, bergerak aktif,
kulit kemerahan, ketuban jernih, A/S 9/10.
3) Riwayat postnatal : Masa nifas ibu baik tidak ada keluhan yang
mengganggu produksi ASI ibu.
4) Riwayat imunisasi : Bayi telah mendapatkan imunisasi terakhir
yaitu campak pada usia 9 bulan.
5) Riwayat alergi : bayi tidak mempunyai alergi
6) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan :
Bayi dapat mengambil biskui, bayi dapat mempertemukan 2 kubus
yang dipegang, dapat meniru 2-3 kata, dapat mencari barang, dapat
membedakan ibu dan orang lain, dapat berdiri selama 30 detik
sambil berpegangan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam riwayat keluarga pasien tidak ada yang sedang atau mempunyai
penyakit bersifat menurun atau menular seperti DM, HIV/AIDS, dll.
5. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
Pola Nutrisi Bayi masih ASI dan telah diselingi dengan makanan
tambahan seperti biscuit, nasi tim yang dicampur sayur dan
ayam. Dengan frekuensi makan 3x/hari dengan porsi
mangkok kecil.
Pola Eliminasi BAK 4-5x/hari dengan konsistensi cair berwarna kekunigan,
28

BAB 1-2x/hari konsintensi lunak berwarna kekuningan.


Pola Istirahat Tidur siang 1 jam
Tidur malam ± 6 jam
Pola Personal Hygiene Mandi 2x/hari dengan sabun dan shampoo bayi, setiap
mengganti popok ibu hanya menyeka bagian genetalia bayi
dengan tisu basah dan langsung diberikan bedak, popok
diganti tiap penuh atau 3kali/hari,
Pola Aktivitas Bermain dan rewel

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Didalam keluarga terdapat ayah, ibu, seorang bayi yang merupakan anak
pertama keluarga.
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
Ibu mengatakan rumah selalu dibersihkan dan dirapikan
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Didalam keluarga pasien tidak ada adat istiadat ataupun agama yang
dapat memperberat kondisi pasien.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital : Tekanan darah : tidak dilakukan
Nadi : 110 x/mnt
Pernapasan : 40 x/mnt
Suhu : 36,7 0C
Antropometri:
Tinggi badan : 70 cm
Berat badan : 9200 gram
Lingkar lengan : 14 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar dada : 49 cm
Lingkar perut : 53 cm
IMT : 18,77 (Normal)
29

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, rambut tumbuh merata, tidak ada ruam pada kulit
kepala
Wajah : bersih, tidak bengkak, tidak ada ruam kemerahan
Mata : besih, skelera putih, konjungtiva merah muda
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : bersih, warna bibir kemerahan
Leher : tidak dilakukan
Dada : tidak ada retraksi dinding dada tidak ada suara nafas
tambahan
Abdomen : bersih, pembesaran perut sesuai, tidak kembung
Genetalia : terdapat ruam merah pada bagian selangkangan
Anus : terdapat ruam dibagian pinggir anus
Kulit : terdapat ruam merah pada selangkangan bayi
Ekstremitas : tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
A :
Diagnosis : Bayi usia 11 bulan dengan diaper rash
Masalah : Bayi susah tidur
Diagnosa Potensial : Infeksi
Masalah Potensial : Rewel
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:
Tgl/Jam Penatalaksanaan Paraf
 Menjeslaskan hasil pemeriksaan kepadam orang tua bayi bahwa Mhs
kondisi bayinya normal hanya saja bermasalah pada daerah
27/05/21
selangkangan dan bagian pinggir anusnya terdapat ruam merah;
10.00 orang tua bayi mengerti dengan penjelasan yang diberikan
 Menjeskan pada orang tua bayi bahwa daerah yang terpapar popok Mhs
harus selalu bersih dan kering karena kulit yang tidak bersih dan
lembab sangat mudah untuk mengalami ruam popok; ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan
 Menganjurkan ibu untuk seeing mungkin mengganti popok bayi Mhs
30

agar tidak lembab dengan mengecek popok setiap 3-4 ja sekali, jika
dirasa bayi sudah BAK langsung ganti popok jangan ditunggu
hingga terasa popok sangat penuh; ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan akan melakukannya
 Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan tisu basah atau Mhs
pembersih apapun yang mengandung alcohol atau pun parfum
ketika membersihkan daerah popok bayi karena dapat
menyebabkan alergi yang menyebabkan kulit bayi menjadi
sensitive
 Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan bedak pada daerah Mhs
selangkangan mapun daerah bagian pinggir anus bayi agar tidak
meyebabkan lembab dan tidak memperparah ruam pada daerah
selangkangannya karena bedak dapat menjadi tempat tumbuhnya
kuman.; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
melakukannya

 Memberitahu ibu untuk tidak menggosok terlalu keras pada daerah Msh
ruam hanya dengan melakukan tap tap agar tidak memperburuk
ruam kulit bayi; ibu mngerti dengan penjelasan yang diberikan

 Berkolaborasi dengan dokter umum dalam pemberian terapi; dokter Dokte


memberikan salep hidrokortisone 1%
r
 Menjelaskan pada ibu untuk mengoleskan salep secara tipis Mhs
didaerah ruam 2x/hari atau sehabis ibu mengganti popok bayi; ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan

 Menganjurkan ibu untuk kembali jika ruam pada kulit bayi tidak Mhs
berkurang atau timbul bintik bernanah seperti jerawat; ibu mengerti
dengan penjelasan yang di berikan

Data Perkembangan
Tanggal : 31 Mei 2021
S.
1. Keluhan : Tidak ada
2. Pola Funsional
Kebutuhan Dasar Keterangan
Pola Nutrisi Bayi masih ASI dan telah diselingi dengan makanan
tambahan seperti biscuit, nasi tim yang dicampur sayur, dada
ayam/ikan dan tahu. Dengan frekuensi makan 4x/hari dengan
porsi mangkok kecil.
Pola Eliminasi BAK 4-5x/hari dengan konsistensi cair berwarna kekunigan,
BAB 1-2x/hari konsintensi lunak berwarna kekuningan.
Pola Istirahat Tidur siang 2-3 jam
Tidur malam ± 8 jam
Pola Personal Hygiene Mandi 2x/hari dengan sabun dan shampoo bayi, popok bayi
selalu diperiksa setiap 3-4 jam sekali atau 4-5 kali, saat
31

mengganti popok ibu membersihkan dengan kain kecil


dengan air biasa dengan cara di tap tap dan dikeringkan serta
tidak diberikan bedak pada daerah genetalia.
Pola Aktivitas Bermain dan tidur
3. Pemeriksaan Fisik
Kulit : bersih, tidak ada ruam merah pada daerah selangkangan dan
pinggiran anus bayi
A :
Diagnosis : Bayi usia 11 bulan
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:
Tgl/Jam Penatalaksanaan Paraf
 Menjeslaskan hasil pemeriksaan kepadam orang tua bayi bahwa Mhs
kondisi bayinya normal; orang tua bayi mengerti dengan penjelasan
31/05/21
yang diberikan
15.00
 Menjeskan pada orang tua bayi untuk tetap menjaga kebersihan Mhs
bayi dan sesering mungkin mengganti popok bayi; ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan

 Menganjurkan ibu untuk memberikan baby oil pada daerah yang Mhs
akan terpapar bayi agar kulit bayi tidak langsung terpapar popok
dan mengurangi terjadinya ruam maupun iritasi karena gesekan
popok dengan kulit bayi; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
 Mengingatkan ibu untuk ke fasilitas kesehatan jika bayi
mempunyai keluhan; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan
praktek tentang asuhan kebidanan bayi dengan ruam popok pada By. M usia
11 bulan di Klinik Kartika Jaya dengan menggunakan manajemen asuhan
kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu: pengkajian,
interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada langkah ini melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data
dasar, subjektif dan objektif. Data subjektik yang didapatkan dari
pemeriksaan pada pasien dimulai dari keluhan didapatkan bayi gelisah
dan terdapat ruam merah pada bagian area terpapar popok ± 3hari.
Menurut teori ruam popok memiliki ciri-ciri kulit diarea popok terlihat
merah, bengkak dan meradang pada bagian bokong, paha, dan alat kelamin,

pada kasus tertentu timbul jerawat (Lebsing et al., 2020). Dan data objektif
Kesadaran : komposmentis, nadi 110x/menit, Pernafasan : 40 per menit,
suhu : 36,70C. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan pada teori dan
kenyataan yang terjadi dilapangan.
Pada pola fungsional yang terganggu ialah pola nutrisi bayi dianjurkan
untuk diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein untuk membantu
proses penyembuhan pada bayi sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
Usahakan memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP)

pada bayi dengan ruam popok (Royda, 2017). Pola istirahat bayi dengan ruam
popok menjadi gelisah dan rewel sehingga mengggu pola tidur bayi dan
menurut teori bayi yang mengalami ruam popok menjadi rewel sehingga

untuk tidur bayi menjadi terganggu (Naimah, 2019). Pada pola personal
hygiene bayi mengganti popok 3x/hari atau saat popok sudah benar-benar
penuh sedangkan menurut teori kebersihan kulit yang tidak terjaga, jarang

32
33

ganti popok setelah bayi kencing dapat membuat terjadinya ruam popok pada

bayi (Lebsing et al., 2020). Pada pola aktivitas bayi menjadi rewel
dikarenakan ruam pada selangkangannya, menurut teori pola aktivitas dapat
terganggu dikarenakan bayi rewel, menangis dikarenakan kulit gatal, perih,

dan panas (Naimah, 2019).


Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit pada daerah selangkangan bayi
dan pinggiran anus bayi terdpat ruam merah dan tidak ada bintik merah
bernanah seperti jerawat. Menurut teori ruam popok mempunyai tanda gejala
seperti merah, bengkak dan meradang pada bagian bokong, paha, dan alat

kelamin, pada kasus tertentu timbul jerawat (Šikić Pogačar et al., 2018).
Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan pada teori dan kenyataan yang
terjadi.
Pada kasus ini penulis menyimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan kenyataan yang terjadi pada pasien.
2. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data – data yang dikumpulkan.
Masalah pada kasus bayi dengan ruam popok ibu mengatakan
bahwa bayinya gelisah/susah tidur dan timbul ruam merah pada kulit
daerah popok dan telah dilakukan pemeriksaan sesuai dengan teori bahwa
diaper rash (ruam popok) adalah iritasi yang terjadi pada kulit bayi, ditandai
dengan warna kemerahan didaerah yang tertutup popok dan biasanya terasa
gatal. Ruam ini juga bisa terinfeksi. Tempat yang paling sering terjadi ruam

adalah daerah pantat bayi, sekitar kemaluan dan paha (Fölster-Holst, 2018).
Berdasarkan masalah yang didapat kebutuhan pada bayi dengan
ruam popok adalah menenangkan bayi, memantau keadaaan bayi dan
Berikan krim anti ruam popok yang mengandung zinc atau gunakan baby oil
untuk melindungi air seni tidak mudah meresap kedalam kulit. Bagian yang
biasa tertutup oleh popok sebaiknya diangin-anginkan agar kulit cukup
34

kering atau tidak terlalu lembab (Blume-Peytavi & Kanti, 2018).


Dalam kasus ini diperoleh diagnosa kebidanan yaitu Bayi dengan
usia 11 bulan ruam popok (Diaper Rash). Masalah yang muncul dalam
kasus ini adalah bayi susah tidur/gelisah. Pada langkah ini tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus bayi dengan ruam
popok, ruam popok membuat iritasi pada bayi dan jika tidak ditangani akan
berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius seperti infeksi tertentu
(Fölster-Holst, 2018) maka diagnosis potensial yang dapat terjadi yaitu
infeksi. Dan masalah potensial yang dapar terjadi bayi yang mengalami ruam
popok menjadi rewel sehingga untuk tidur bayi menjadi terganggu (Naimah,
2019).
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dilapangan.
4. Tindakan Segera / Antisipasi
Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, dan kolaborasi
dengan dokter umum dalam pemberian terapi. Pada kasus ini tindakan
segera untuk bayi dengan ruam popok yaitu tidak ada.
5. Perencanaan
Menurut (Causes et al., 2018) perencanaan pada bayi dengan ruam
popok meliputi beritahu hasil pemeriksaan bayinya, beritahu untuk
mengganti popok bayi setiap kali basah, bersihkan kulit dengan air
hangat setelah buang air besar, pemberian makanan tinggi kalori tinggi
protein, pemberian salep ruam popok dan pantau kondisi luka.
Pada By. M dengan ruam popok perencanaan berupa beritahu hasil
pemeriksaan bayinya, beritahu untuk mengganti popok bayi setiap
kali basah, bersihkan kulit dengan air hangat setelah buang air besar,
pemberikan salep, pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok.
6. Pelaksanaan
35

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan ruam popok


sudah dilaksanakan. Dan pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan
menurut (Blume-Peytavi & Kanti, 2018) dan Royda, 2017) seperti sering
mengganti popok, jaga kebersihan kulit bayi setelah BAK dan BAB,
memberikan baby oil agar tidak kering dan lembab pada daerah yang terpapar
popok, tidak menggosok daerah ruam agar tidak terjadi iritasi dan infeksi,
tidak memakai pembersih yang mengandung alkohol, dan usahakan
memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP), tetap berikan bayi
ASI.
Pada kasus pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. M usia 11
bulan di Klinik Kartika Jaya sudah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan.
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dilapangan.
7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan.
Evaluasi dari Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan ruam popok
yaitu sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan
dan masalah pada bayi dengan ruam popok dapat teratasi dan mencapai
penyembuhan atau menghilang setelah 3-5 hari kulit bayi tidak terdapat
ruam pada daerah yang terpapar popok (Dwienda, 2014).
Pada By. M sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
pelaksanaan dan masalah pada bayi dengan ruam popok dapat teratasi
dan mencapai penyembuhan dalam waktu 4 hari. sehingga tidak terjadi
infeksi dan prognosisnya baik.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari asuhan kebidanan pada bayi dengan
ruam popok sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari By. M usia 11 bulan
didapatkan hasil yaitu Data Subyektif : ibu mengatakan sudah 3 hari ini
bayinya tampak gelisah dan ada ruam merah pada daerah selangkangan
dan pinggir anus sedangkan Data Obyektif : keadaan umum : baik,
kesadaran : composmentis, TTV : nadi : 110 x/menit, respirasi : 40
x/menit, suhu : 36,7 0C, BB / TB : 9200 gram/73cm. Pada daerah
selangkangan ingga pinggran anus terdapat ruam merah.
2. Dalam interpretasi data diperoleh diagnosa kebidanan yaitu By. M usia
11 bulan dengan ruam popok terdapat masalah yaitu ibu mengatakan
bayinya gelisah dan kebutuhan yang diberikan menganjurkan ibu untuk
menenangkan bayinya.
3. Diagnosa potensial pada kasus By. M dengan ruam popok yaitu terjadi
infeksi.
4. Antisipasi atau tindakan segera pada kasus By. M dengan ruam popok
tidak ada.
5. Perencanaan tindakan pada By. M dengan ruam popok yaitu : beritahu
ibu untuk mengganti popok bayi setiap kali basah, bersihkan kulit
dengan air hangat setelah buang air besar, berikan salep, beritahu ibu
untuk mengedong bayinya.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada By. M usia 11 bulan sesuai
dengan perencanaan.
7. Evaluasi pada kasus ini adalah setelah dilakukan asuhan kebidanan
pada By. M usia 11 bulan dengan ruam popok selama 4 hari,
didapatkan hasil bahwa bayi sudah tidak rewel lagi dan bintik – bintik
merah pada daerah bokong bayi sudah hilang.

36
37

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa
saran yang bermanfaat :
1. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada
bayi dengan ruam popok.
2. Bagi profesi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi dengan ruam popok, sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
3. Untuk institusi
a. Klinik
Diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan ruam popok
secara optimal melalui penanganan yang cepat dan tepat.
b. Kampus
Diharapakan dapat sebagai tambahan wacana atau referensi
sehingga dapat menambah pengetahuan tentang asuhan
kebidanan pada bayi dengan ruam popok.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, N. (2017). Panduan Lengkap Merawat Bayi Baru Lahir. Stiletto Book.
Blume-Peytavi, U., & Kanti, V. (2018). Prevention and treatment of diaper
dermatitis. Pediatric Dermatology, 35, s19–s23.
https://doi.org/10.1111/pde.13495
Burdall, O., Willgress, L., & Goad, N. (2019). Neonatal skin care: Developments
in care to maintain neonatal barrier function and prevention of diaper
dermatitis. Pediatric Dermatology, 36(1), 31–35.
https://doi.org/10.1111/pde.13714
Causes, W., Rash, D., Rash, P. D., Gets, W. H. O., & Rash, D. (2018). Patient
Perspectives: What is Diaper Rash? Pediatric Dermatology, 35(5), 667–668.
https://doi.org/10.1111/pde.13691
Dhawan, S. R., Sharawat, I. K., Saini, A. G., Suthar, R., & Attri, S. V. (2019).
Diaper Rash in an Infant with Seizures. Journal of Pediatrics, 206, 296.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2018.09.042
Farizal, E. B. (2017). Hubungan Sikap dan Perilaku Orang Tua pada Pemakaian
Diaper dengan Kejadian Dermatitis pada Bayi 0-12 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci Tahun 2017. XI(78), 92–96.
Fölster-Holst, R. (2018). Differential diagnoses of diaper dermatitis. Pediatric
Dermatology, 35, s10–s18. https://doi.org/10.1111/pde.13484
Isdayanti, Y. (2019). Hubungan Asfiksia Dan Sepsis Neonatorum Dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum Di Rsud Salatiga.
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/232
Juliana Br, S. (2017). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Pra Sekolah.
Yogyakarta : Deepublish.
Lebsing, S., Chaiyarit, J., & Techasatian, L. (2020). Diaper rashes can indicate
systemic conditions other than diaper dermatitis. BMC Dermatology, 20(1),
1–7. https://doi.org/10.1186/s12895-020-00104-z
Marmi, R. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Pustaka
Pelajar.
Naimah, A. (2019). Hubungan Pemakaian Popok Sekali Pakai Pada Balita (Usia
0–3 Tahun) Dengan Terjadinya Dermatitis Alergi Popok Di Purwoharjo
Banyuwangi. The Indonesian Journal of Health Science, 11(2), 167.
https://doi.org/10.32528/ijhs.v11i2.2959
Nurbaeti, S. (2017). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU
DALAM PERAWATAN PERIANAL DENGAN KEJADIAN RUAM
POPOK PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI RSUD DR H. ABDUL
MOELOEK BANDAR LAMPUNG Siti. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, 4(1), 26–34.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/768
Pohlman, M. N., Nursanti, I., Anto, Y. V., Achmad, S., & Yogyakarta, Y. (2015).
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN IKTERUS
NEONATORUM DI RSUD. 4(2), 96–103.
Pressler, J. L. (2016). The Question of “When?” The Timing of Tests and
Measures in Newborn and Infant Research. Newborn and Infant Nursing
Reviews, 16(4), 190–191. https://doi.org/10.1053/j.nainr.2016.09.013
Rippke, F., Berardesca, E., & Weber, T. M. (2018). PH and Microbial Infections.
Current Problems in Dermatology (Switzerland), 54, 87–94.
https://doi.org/10.1159/000489522
Royda, D. (2017). HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
DIAPER RASH PADA BAYI di DESA NGELELE KECAMATAN
SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG. Stikes Insan Cendekia Medika,
Skripsi.
Rusmawati, E., Studi, P., Keperawatan, I., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M.
(2019). METODE KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER TENTANG
PENCEGAHAN RUAM POPOK TERHADAP PENGETAHUAN IBU
HAMIL DI KELURAHAN NGADIREJO KECAMATAN KARTASURA
KABUPATEN SUKOHARJO.
Šikić Pogačar, M., Maver, U., Marčun Varda, N., & Mičetić-Turk, D. (2018).
Diagnosis and management of diaper dermatitis in infants with emphasis on
skin microbiota in the diaper area. International Journal of Dermatology,
57(3), 265–275. https://doi.org/10.1111/ijd.13748
Sondakh. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga.
Sylvia Wafda, A. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal &
Neonatal. Pustaka Baru Press.
Virdi, A., Gencarelli, J., Gurioli, C., Sechi, A., & Neri, I. (2020). Unusual diaper
rash? Journal of Paediatrics and Child Health, 56(10), 1649.
https://doi.org/10.1111/jpc.1_14923
Widiawati, S. (2017). Hubungan sepsis neonatorum , BBLR dan asfiksia dengan
kejadian ikterus pada bayi baru lahir. Riset Informasi Kesehatan, 6(1), 52–
57.
Williamson, K. (2015). Buku Ajar Asuhan Neonatus. Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai