PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Popok dan bayi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Popok bisa
membuat bayi tenang juga justru menjadi sumber kerewelan bayi. Dan semua itu
begantung dari seberapa jeli orangtua mendeteksi kehadiran ruam popok. Diantra
sejumlah gangguan kulit pada bayi ruam popok adalah yang paing sering terjadi
pada bayi dan balita.(Surinah 2010)
Ruam popok menjadi 3 penyakit kulit paling sering dijumpai pada bayi dan
balita di dunia. Hal ini diakibatkan oleh tren dimana penggunaan popok sangat
sering digunakan. Penggunaan popok sekali pakai yang tidak tembus air,
membuat kulit panas menjadi dasar pemicu ruam popok (WHO, 2019)
Gangguan kulit ini biasanya menyerang bagian tubuh bayi yang tertutup
popok. Daerah yang terserang biasanya area genetalia, area sekitar anus, lipatan
paha, dan pantat (Wahyuni, 2013).Setidaknya 50% bayi yang menggunakan
popok mengalami hal ini. Mulai terjadi pada usia beberapa minggu hingga 18
bulan (terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan) (Rahmat hidayat, 2011).Ruam
popok jika dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan dengan tepat maka area ruam
akan semakin meluas sehingga bisa mengganggu kenyamanan dan pertumbuhan.
Bekas ruam pada saat kecil dapat membekas sampai dia dewasa dan hal ini akan
menimbulkan rasa malu karena bekas ruam (Susanti, 2020).
Dampak yang timbul akibat diaper rash yaitu timbulnya bintik-bintik merah,
kemerahan, lecet, iritasi kulit, rasa tidak nyaman yang menyebabkan bayi akan
menjadi rewel, sering menangis, sensitif, berakibat pada pola tidurnya yang
kurang efektif sehingga membuat hormon pertumbuhan dan perkembangannya
terganggu. Pada pola tidur yang tidak efektif metabolisme otak berada pada
tingkat paling tinggi sehingga berpengaruh pada restorasi atau pemulihan emosi
dan kognitif anak (Setianingsih & Hasanah, 2017). Apabila diaper rash tidak
segera ditangani atau diobati maka akan menyebabkan ulkus punch-out atau erosi
dengan tepi meninggi (Jacquet erosive diaper dermatitis), papul dan nodul
1
2
dari kerusakan sel. Hal inilah yang menyebabkan VCO aman digunakan. Susanti
(2020) menyebutkan hal serupa bahwa asam lemak bebas pada VCO dapat
menciptakan lingkungan asam di atas kulit sehingga mampu menghalau bakteri-
bakteri penyebab penyakit pada kulit.
Minyak kelapa (virgin coconut oil) juga merupakan minyak tradisional yang
dapat digunakan dalam perawatan ruam popok. Dalam penelitian Firmansyah
(2019) didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian virgin coconut oil terhadap
ruam popok pada bayi. Sebelum pemberian virgin coconut oil ruam popok
pada bayi paling banyak pada derajat sedang yaitu 9 responden (60.0%)
sedangkan sesudah pemberian virgin coconut oil ruam popok pada bayi
paling banyak pada derajat ringan yaitu 8 responden (53.3%).
Berdasarkan data di atas ruam popok merupakan penyakit kulit yang paling
sering dijumpai pada bayi dan balita. Untuk mengatasinya, kebanyakan ibu lebih
memilih untuk mengatasinya dengan cara non-farmakologi karena kekhawatiran
akan efek samping jika menggunakan terapi farmakologis dan pemakaiannya yang
lebih mudah. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil judul “Penerapan
pemberian minyak kelapa atau Virgin Coconut Oil terhadap ruam popok pada
bayi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,maka penulis akan memberikan asuhan
kebidanan yaitu bagaimana efektivitas pemberian minyak kelapa atau Virgin
Coconut Oil (VCO) untuk menangani ruam popok pada bayi usia 6-12 bulan di
PMB Yulinawati Amd.Keb tahun 2024
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan dengan menerapkan pemberian minyak
kelapa atau Virgin Coconut Oil (VCO) untuk menangani ruam popok pada
bayi usia 6-12 bulan di PMB Yuliyanti Amd,Keb Lampung Selatan tahun
2024.
4
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada bayi yang mengalami ruam popok di PMB
Yulinawati Amd.Keb
2. Melakukan interpretasi data pada bayi dengan masalah ruam popok
3. Merumuskan masalah potensial berdasarkan masalah yang sudah
diidentifikasi terhadap bayi dengan ruam popok
4. Menetapkan kebutuhan terhadap masalah potensial atau tindakan segera
pada bayi dengan ruam popok
5. Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi untuk menangani ruam popok
dengan pemberian Virgin Coconut Oil (VCO)
6. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah di buat
untuk menangani ruam popok
7. Melakukan evaluasi hasil dan tindakan yang telah dilakukan pada bayi
untuk menangani ruam popok
8. Melakukan pendokumentasian dengan SOAP
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang ilmu
kebidanan dengan menerapkan teori yang telah di dapat dalam situasi yang
nyata untuk menangani ruam popok pada bayi dan menambah referensi di
perpustakaan.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi yang bias digunakan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada bayi yang
mengalami ruam popok dengan Virgin Coconut Oil (VCO)
b. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan agar meningkatkan mutu pelayanan kebidanan untuk
menambah wawasan sekaligus meningkatkan skill atau penerapan dalam
menangani kasus ruam popok pada bayi.
c. Bagi Penulis Lain
5
E. Ruang Lingkup
Jenis asuhan yang dilakukan pada studi kasus ini yaitu Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, balita dan Anak Pra Sekolah dengan 7 langkah varney. Sasaran
studi kasus ini merupakan bayi usia 6-12 bulan yang mengalami ruam
popok.Objek asuhan kebidanan yang dilakukan yaitu Penerapan pemberian
Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa terhadap Ruam Popok pada bayi
di PMB Yulinawati Amd.Keb Lampung Selatan. Waktu pelaksanaan studi kasus
adalah saat pelaksanaan Praktik Klinik Kebidanan III yaitu pada bulan Januari –
Maret 2024.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
7
1) Kebutuhan Nutrisi
a) Neonatus 0-28 Hari
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu ibu (ASI)
yang mengandung komponen seimbang. Pemberian ASI eksklusif berlangsung
hingga enam bulan tanpa adanya makanan pendamping lain, sebab
kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan bayi. Selain itu sistem
pencernaan bayi usia 0-6 bulan belum mampu mencerna makanan padat.
b) Bayi 29 hari – 1 tahun
Nutrisi yang harus didapatkan balita harus berkaitan dengan vitamin, protein,
karbohidrat, mineral, lemak sehingga nutrisi yang dikonsumsi balita dapat
memenuhi gizi seimbang bagi balita.
2) Kebutuhan Cairan
a. Neonatus 0-28 hari Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium
untuk nutrien yang lainnya. Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat
penting mengingat kebutuhan air pada bayi relatif tinggi 75-80% dari berat
badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55- 60%. Bayi baru
lahir menuhi kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala kebutuhan nutrisi dan
cairan didapat dari ASI.
b. Bayi 29 hari – 1 tahun Seorang bayi dapat memenuhi kebutuhan
cairannyadidapat dari ASI dan MPASI. ASI adalah makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan bagi bayi. Bayi usia 3 hari dengan kebutuhan air total
selama 24 jam 20 sebanyak 250-800 ml. Kebutuhan cairan bayi berumur 3
bulan dengan berat badan 5,4 kg harus memenuhi air total sebanyak 750-850
ml setiap harinya. Pada usia 9 bulan kebutuhan cairan meningkat hingga
1.100-1.250 ml perhari.
suhu tubuh bayi tidak hilang dengan sendirinya. BAB hari 1-3 disebut
sebagai mekoneum yaitu feces berwarna kehitaman, hari 3-6 feces transisi
yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum,
selanjutnya feses akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap
selesai BAB agar tidak terjadi iritasi di daerah genetalia. Bayi baru lahir
akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya, BAK lebih
dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK
segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi didaerah genetalia.
b. Bayi 29 hari – 1 tahun Bayi dimandikan dua kali sehari. Bayi yang telah
berusia 1 tahun tidak harus dimandikan dengan air hangat tapi dapat
dimandikan dengan air biasa karena ini dilakukan untuk melakukan
adaptasi dengan lingkungan sekitar.
4) Kebutuhan Pakaian
a. Neonatus 0-28 hari Seorang bayi yang berumur 0-28 hari memiliki
kebutuhan tersendiri seperti pakaian yang berupa popok, kain bedong, dan
baju bayi. Semua ini harus didapat oleh seorang bayi. Kebutuhan ini bisa
termasuk kebutuhan primer karena setiap orang harus mendapatkannya.
Perbedaan antara bayi yang masih berumur dibawah 28 hari adalah bayi
ini perlu banyak pakaian cadangan karena bayi perlu mengganti
pakaiannya tidak tergantung waktu.
b. Bayi 29 hari – 1 tahun Bayi usia 1 tahun berbeda kebutuhan dengan bayi
usia 1 bulan ke bawah. Bayi di bawah 1 tahun tidak perlu memakai bedong
karena saat bayi telah aktif bergerak dianjurkan untuk memperluas ruang
geraknya.
5) Kebutuhan Perumahan
secara keseluruhan bagi neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah sama.
Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus di dapat anak
dari orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi anak itu sendiri.
Kebersihan rumah juga tidak kalah penting, karena di rumah seorang anak
dapat berkembang sesuai keadaan rumah itu.
9
6) Kebutuhan Lingkungan
Baik Secara keseluruhan bagi neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah sama.
Terhindar dari pencemaran udara seperti asap rokok, debu, sampah adalah
yang harus dijaga dan diperhatikan. Lingkungan yang baik akan membantu
sisi positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada
lingkungan yang buruk terdapat zat-zat kimia yang dapat 22 menghambat
pertumbuhan dan perkembangan mulai dari neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah.
7) Kebutuhan Sanitasi
Pengertian sanitasi yang dikemukakan oleh Elher dan Stell adalah usaha-usaha
pengawasan yang ditujukan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat
merupakan mata rantai penularan penyakit. Sedangkan pendapat lain sanitasi
merupakan usaha-usaha pengawasan yang ada dalam lingkungan fisik yang
memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial (Kosnoprutanto, 1996).
2. Ruam Popok
a) Pengertian Ruam Popok
Diaper rash / ruam popok dikenal juga sebagai diaper dermatitis
(DD).Diaper dermatitis merupakan salah satu penyakit inflamasi kulit yang sering
menyerang neonatus,dengan angka kejadian tertinggi terjadi pada usia 9-12
bulan,namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia bayi 4-15 bulan.DD
disebabkan karena perubahan PH yang dialami oleh kulit karena kelembapan
berlebih,mekanisme tubuh bayi,dan reaksi dari feses.Efek yang akan timbul pada
kulit adalah kerusakan pada kulit,Eritema (kemerahan pada kulit),hingga lesi yang
menyebabkan bayi merasa tidak nyaman karena nyeri (menjadikan bayi
mengalami gangguan dalam istirahat dan kenyamanan) (Mohamadi dkk.,2014)
Ruam popok merupakan inflamasi kulit yang umum pada area popok
untuk bayi dan balita. Hal ini disebabkan oleh terpaparnya urin dan feses pada
kulit yang lama (Sikic, Maver, Marcun, & Micetic‐ Turk, 2018)
b) Penyebab diaper rash / ruam popok
Diaper rash terjadi pada bagian tubuh yang tertutupi oleh popok sehingga
sering disebut ruam popok.Keadaan kulit menjadi lebih parah ketika terpapar oleh
10
bahan kimia (penggunaan losion kulit bayi yang tidak tepat,pemberian bedak pada
bagian kemaluan hingga anus,ataupun alergi terhadap detergen yang digunakan
sebagai bahan pembersih popok kain).Paparan urine , keringat , dan feses juga
menyebabkan kelembapan kulit bertambah sehingga terjadi perubahan pH (pH
normal kulit 4,5-5,5) kulit dan membuat bakteri mudah untuk berkembang
menyebabkan perlukaan / ruam (Medscape,2016; Bonifaz dkk.,2013)
Faktor penyebab diaper rash antara lain kebersihan kulit yang buruk,
perubahan cuaca yang jarang terjadi, bayi buang air kecil di tempat yang sangat
panas atau mengalami diare. Membersihkan dengan sabun justru memperburuk
ruam. Bayi dengan diaper rash menyebabkan iritasi dan nyeri pada kulit, sehingga
bayi sering menangis dan lebih mudah tersinggung. Diaper rash terjadi ketika
paparan lama pada kulit ke faktor-faktor dimana karakteristik area popok
termasuklembab berlebihan, friction, pH tinggi, dan aktivitas enzim yang
tinggi, berhubungan dengan fungsi epidermal. Etiologi dari diaper rash
mempunyai banyak faktor. Tiga tipe terbanyak diaper rash adalah chafing
dermatitis, irritant contact dermatitis, dan diaper candidiasis. Akan tetapi
diagnosa diferensial dari diaper rash beragam (Setianingsih, 2017).
Kulit bayi yang sensitif sangat mudah teriritasi oleh bakteri yang
terdapat pada popok bayi. Bakteri penyebab ruam ini muncul ketika bayi buang
air kecil dan buang air besar dalam popok dan dibiarkan terlalu lama
(Puspitasari et al., 2016). Terdapat banyak faktor yang berisiko terhadap
kejadian ruam popok. Visscher (2009) menyebutkan faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah meningkatnya hidrasi kulit, kontak dengan iritan kulit (urin,
feses, enzim dalam feses, garam empedu), gesekan mekanik (kulit dengan kulit,
popok dengan kulit), pH kulit, status gizi dan diet (komposisi fekal), usia
kehamilan, penggunaan terapi antibiotik, adanya diare dan kondisi medis
Ada faktor risiko yang terkait dengan perkembangan dermatitis popok, seperti:
Usia: kulit bayi baru lahir dan bayi lebih belum matang dan menunjukkan
peningkatan kerentanan.
Pola makan: perubahan pola makan seiring pertumbuhan bayi berhubungan
dengan perubahan mikrobiota usus dan pH tinja. Menyusui telah terbukti
menjadi faktor protektif.
11
1. Derajat I (Ringan)
a. Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah diapers.
b. Terjadi kemerahan kecil pada daerah diapers.
c. Kulit mengalami sedikit kekeringan. d) Terjadi benjolan (papula) sedikit
.
2. Derajat II (Sedang)
a. Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah diapers yang lebih besar.
b. Terjadi kemerahan kecil pada daerah diapers dengan luas yang kecil.
c. Terjadi kemerahan yang intens pada daerah sangat kecil.
d. Terjadi benjolan (papula) yang tersebar.
e. Kulit mengalami kekeringan skala sedang.
Tabel 1 Berbagai bahan aktif yang lazim digunakan pada dermatitis popok
sebum.Sebum terdiri dari asam lemak rantai sedang seperti yang ada pada
VCO sehingga melindungi kulit dari bahaya mikroorganisme patogen.
Asam lemak bebas membantu menciptakan lingkungan yang asam di atas
kulit sehingga mampu membunuh bakteri-bakteri penyebab
penyakit(Sebayang & Sembiring,2020).
VCO juga berfungsi sebagai antioksidan yang kaya akan vitamin
E polifenol yang berguna untuk mencegah infeksi kulit dan mengobati kulit
yang rusak akibat radikal bebas (Sumah, 2020)
d. Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) untuk ruam popok pada bayi
Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) untuk ruam popok pada bayi
Pengobatan ruam popok ada dua cara antara lain secara farmakologis dan non
farmakologis. Secara farmakologi obat yang digunakan adalah hidrokortison.
Steroid Topikal dengan cara mengoleskan pada kulit yang bekerja mengurangi
peradangan pada kulit yang ruam (Susanti, 2020). Sedangkan pemberian
terapi non farmakologis salah satunya yaitu dengan menggunakan bahan
olahan yang alami. Salah satu bahan olahan alami yang dapat dipertimbangkan
sebagai terapi topikal alternatif yang dapat digunakan untuk perawatan kulit
pada bayi yang mengalami ruam popok yaitu coconut oil atau minyak kelapa
(Meliyana, 2017).
Minyak kelapa adalah solusi yang aman untuk mencegah kekeringan dan
pengelupasan kulit, manfaat minyak kelapa pada kulit adalah sebanding
dengan minyak mineral, tidak memiliki efek samping yang merugikan pada
kulit. Hal ini minyak kelapa juga membantu dalam mengobati berbagai
masalah kulit termasuk psoriasis, dermatitis, eksim dan infeksi kulit lainnya.
18
D. Kerangka Teori
Ruam Popok
Non Farmakologi
Farmakologi 1. Minyak zaitun
1. Zinc oxide
2. Minyak
2. Lanoline
kelapa atau
3. Petrolatum
Virgin
4. Dimethicone
Coconut Oil
5. Kortikosteroid
(VCO)
(Hidrokortison
3. Aloe vera
BAB III
METODE STUDI KASUS
c) Kapas
2. Alat untuk pemeriksaan fisik,observasi dan pendokumentasian
a) Handuk
b) Tissue untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan
c) Popok bayi
d) Alat tulis ( buku dan Pulpen )
e) Format Pengkajian (SOAP)
Minggu ke
NO Kegiatan Jan Feb pMar Apr Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan √ √ √
dan konsultasi
proposal LTA
2 Survey
lapangan
3 Seminar
proposal LTA
4 Pencarian
subjek LTA
5 Perencanaan
asuhan
6 Informed
consent
7 Pelaksanaan
asuhan
8 Kunjungan
ulang
9 Evaluasi hasil
asuhan
24
10 Penyusunan
dan konsultasi
LTA