Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN SEDIMEN URINE PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN


KEMIH DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PADA TAHUN 2021

Oleh :

RANI FATIKA SARI


1913453046

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022

i
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN SEDIMEN URINE PADA PENDERITA


INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD
Dr. H. ABDUL MOELOEK PADA
TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Oleh
RANI FATIKA SARI
1913453046

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

Gambaran Sedimen Urine pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUD


Dr. H. Abdul Moeloek Pada Tahun 2021

Penulis
Rani Fatika Sari/1913453046

Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang
Bandar Lampung, Januari 2022

Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing Utama

Iwan Sariyanto, S.ST., M.Si


Pembimbing Pendamping

Hartanti, S.Si., M.Si

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Sedimen Urine pada
Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Pada Tahun
2021”. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma Tiga di Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
dari semua pihak yang pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis.
3. Iwan Sariyanto, S.ST., M.Si dan Hartanti, S.Si., M.Si selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran serta perhatiannya
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan
penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Nurminha, S.Pd., M.Sc selaku penguji karya tulis ilmiah ini yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan ide, saran, dan kritik kepada
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Teman-teman Prodi Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medis
angkatan 2019.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan saya mohon maaf apabila ada kesalahan dan pada Allah SWT saya
mohon ampun. Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, tetapi penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan juga pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2022

Rani Fatika Sari

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR
HALAMAN SAMPUL DALAM.................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................v
DAFTAR TABEL........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................3
1. Tujuan Umum......................................................................3
2. Tujuan Khusus.....................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................4
1. Manfaat Teoritis..................................................................4
2. Manfaat Praktis....................................................................4
E. Ruang Lingkup........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori........................................................................6
1.Infeksi Saluran Kemih.........................................................6
2.Tes Mikroskopi Urine.........................................................9
B. Kerangka Konsep..................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................13
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................13
1.Lokasi................................................................................13
2.Waktu................................................................................13
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................13
1.Populasi.............................................................................13
2.Sampel...............................................................................13
D. Variabel dan Definisi Operasional........................................13
Pengumpulan Data................................................................14
Pengolahan dan Analisa Data...............................................14

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional 13

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1. Sel epitel 9


Gambar 2.2. Sel leukosit 10
Gambar 2.3. Sel eritrosit 10
Gambar 2.4. Silinder 11
Gambar 2.5. Kristal 11

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 Cara Kerja Pemeriksaan Sedimen Urine

Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Sedimen Urine Penderita Infeksi


Saluran Kemih

Lampiran 3 Hasil pemeriksaan Sedimen Urine Penderita Infeksi Saluran


Kemih

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam saluran kemih manusia (Diyono dan Mulyanti, 2019). Saluran kemih
manusia adalah organ-organ yang berperan penting dalam pembentukan,
penampungan, dan ekskresi urine. Saluran kemih pada manusia memiliki 4
komponen utama yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Arianda,
2015).
Infeksi saluran kemih ditandai dengan ditemukannya bakteri di dalam
urine (bakteriuria) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Bakteriuria mengacu pada adanya bakteri
dalam urine dengan jumlah yang bermakna ( ≥ 105 per ml urine). Sekitar 90%
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (Diyono dan
Mulyanti, 2019).
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi nosokomial yang
paling sering terjadi, sekitar 40% dari seluruh infeksi di rumah sakit setiap
tahunnya (Tietjen, dkk. 2016). ISK dapat menyerang wanita maupun laki-laki
diberbagai usia mulai dari bayi hingga orang tua (Purnomo, 2016). Penelitian
yang dilakukan Tusino dan Widyaningsih (2018) di RS X Kebumen, Jawa
Tengah, didapatkan 36 pasien anak dengan infeksi saluran kemih, 53% laki-
laki dan 47% perempuan dengan rentang usia terbanyak 5-12 tahun.
Infeksi saluran kemih lebih banyak dialami wanita daripada pria karena
uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri yang berasal dari vagina dan
rektum lebih mudah masuk ke dalam kandung kemih melalui uretra. Sekitar
23-35% wanita diperkirakan pernah menderita infeksi saluran kemih paling
sedikit satu kali seumur hidup (Diyono dan Mulyanti, 2019).
Penelitian lain dilakukan oleh Mayangsari, dkk (2018) dari 60 kasus
pasien yang di rawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Universitas Islam Malang,
sebanyak 33,3% atau 20 kasus dialami pasien pria dan 66,67% atau 40 kasus
dialami oleh pasien wanita, kemudian berdasarkan usia didapatkan, usia 36-47

1
2

sebanyak 14 orang (23,4%) dan 48-59 sebesar 14 responden (23,4%), usia 12-
23 sebesar 18,3% dengan 11 responden, dan usia 24-35 sebesar 21,7% dengan
13 orang. Penelitian lain yang dilakukan Tuntun dan Aminah (2021) mengenai
kejadian ISK pada pegawai, dari 92 responden didapatkan wanita 63 orang
(68,47%) dan pria 29 orang (31,53%), dengan uji kultur urine menunjukkan
20 orang (21,74%) mengalami ISK, yang terdiri dari 11 orang wanita dan 9
orang pria. Responden yang terlibat dalam penelitian ini rata-rata berumur
44,43 tahun, dengan umur termuda yaitu 23 tahun dan tertua 61 tahun.
Penelitian Herlina dan Mehita (2019) mengenai faktor yang
mempengaruhi terjadinya ISK, dari 96 responden didapatkan hasil pasien
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (34,4%) dan pasien
perempuan berjumlah 63 orang (65,6%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien yang terkena infeksi saluran kemih adalah wanita.
Berdasarkan usia, jumlah pasien dengan lanjut usia (60 tahun) sebanyak 64
orang (66,7%), pasien dewasa akhir (40-60 tahun) berjumlah 23 orang
(24,0%), dan pasien dewasa muda (18-22) 9 orang (9,4%).
Pemeriksaan urine merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat
penting pada infeksi saluran kemih, salah satunya adalah pemeriksaan
sedimen urine. Banyak unsur sedimen yang dapat ditemukan baik yang ada
kaitannya dengan infeksi (bakteri,virus) maupun yang bukan karena infeksi
misalnya perdarahan, disfungsi endotel, dan gagal ginjal (Risna, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan Apriliana, dkk (2018) di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Lampung mengenai gambaran sedimen urine, terdapat 30
sampel dan ditemukan sel leukosit abnormal pada penderita ISK sebanyak 24
sampel (80 %), 5 sampel (16,7%) leukosit normal, dan hasil leukosit positif 1
dan positif 2 adalah 1 sampel 3,3%). Sel eritrosit didapatkan 9 sampel (30%)
eritrosit normal 1 sampel (36,7%) untuk eritrosit positif 1, dan 10 sampel
(33,3%) eritrosit positif 2. Hasil pemeriksaan bakteri didapatkan 12 sampel
(40%) negatif bakteri dan 18 sampel (60%) positif bakteri. Hasil pemeriksaan
silinder didapatkan 30 sampel (100%) dengan hasil negatif. Sel epitel
didapatkan 27 sampel (90%) positif 1, dan 3 sampel (10%) positif 2. Hasil
pemeriksaan kristal didapatkan 11 sampel (36,7%) ditemukan kalsium oksalat
3

positif 1, 9 sampel (30%) kristal asam urat normal, dan 7 sampel (23,3%)
kristal asam urat positif 1.
Hasil penelitian yang dilakukan Hasan dan Rafika (2021) menunjukkan
dari 30 sampel urine didapatkan sel eritrosit abnormal sebanyak 20 orang
(67%) dan normal 10 orang (33%). Hasil sel leukosit abnormal sebanyak 20
orang (67%) dan normal 10 orang (33%). Hasil pemeriksaan bakteri yaitu 24
orang (80%) ditemukan bakteri 0-1/LPB dan 6 orang (20%) ditemukan bakteri
> 1/LPB.
Pemeriksaan sedimen urine sangat penting dalam membantu menegakkan
diagnosa dan mengidentifikasi jenis sedimen yang digunakan untuk
mendeteksi penyakit infeksi saluran kemih, sehingga dapat dilakukan tindakan
secara cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih. Pemeriksaan
sedimen urine juga dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan ginjal dan
berat ringannya suatu penyakit (Risna, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran sedimen urine pada penderita
infeksi saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun
2021.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana gambaran
sedimen urine pada penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Lampung pada tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sedimen urine pada penderita infeksi saluran
kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi sel leukosit pada sedimen urine penderita infeksi
saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.
b. Mengetahui distribusi sel eritrosit pada sedimen urine penderita infeksi
saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.
4

c. Mengetahui distribusi bakteri pada sedimen urine penderita infeksi saluran


kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.
d. Mengetahui distribusi sel epitel pada sedimen urine penderita infeksi saluran
kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.
e. Mengetahui distribusi silinder pada sedimen urine penderita infeksi saluran
kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.
f. Mengetahui distribusi kristal pada sedimen urine penderita infeksi saluran
kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung pada tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang kimia klinik mengenai gambaran sedimen urine pada penderita
infeksi saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung.
b. Menjadi data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai
gambaran sedimen urine pada penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Lampung serta menambah referensi penelitian di
perpustakaan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan informasi
kepada masyarakat mengenai gambaran sedimen urine pada penderita infeksi
saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung tahun 2021.
b. Bagi peneliti
Mendapat pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam mengadakan
sebuah penelitian.
5

E. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang Lingkup penelitian ini di bidang Kimia Klinik. Penelitian bersifat
deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran sedimen urine.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita infeksi saluran kemih di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek periode 2021. Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan dari populasi. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan
Februari-Juni 2022. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam saluran kemih, berkembangbiaknya mikroorganisme ini terjadi di
dalam saluran kemih yang seharusnya dalam keadaan normal tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain (Diyono dan
Mulyanti, 2019).
a. Klasifikasi
1) Klasifikasi ISK berdasarkan letak:
a) Infeksi saluran kemih bagian bawah
Infeksi saluran kemih bagian bawah adalah sistitis, yaitu infeksi yang
terjadi pada kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat terjadi karena aliran balik
urine dari uretra menuju kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian
kateter atau sistoskop. Gambaran klinis dari sistitis adalah urgensi,
hematuria, disuria, dan nyeri pinggang dapat terjadi (Diyono dan
Mulyanti, 2019).
b) Infeksi saluran kemih bagian atas
Infeksi saluran kemih bagian atas adalah pielonefritis, yaitu inflamasi
pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan adanya infeksi
bakteri yang berasal dari saluran kemih bagian bawah yang naik ke ginjal
melalui ureter (Irianto, 2017). Gambaran klinis dari infeksi saluran kemih
bagian atas adalah demam disertai menggigil, nyeri di daerah perut dan
pinggang, disuria, nafsu makan menurun, malaise, dan diaporesis (Diyono
dan Mulyanti, 2019).
2) Klasifikasi ISK berdasarkan manifestasi klinis:
a) ISK tanpa komplikasi
Infeksi saluran kemih pada pasien tanpa kelainan anatomi maupun
kelainan struktur saluran kemih (Purnomo, 2016).

6
7

b) ISK komplikasi
Infeksi saluran kemih yang terjadi karena adanya kelainan
anatomi/struktur saluran kemih, contoh: refluks vesikoureter (Purnomo,
2016).
c) Infeksi pertama kali
Infeksi pertama kali atau isolated infection adalah infeksi saluran
kemih yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah
sekurang-kurangnya 6 bulan setelah bebas dari ISK (Purnomo, 2016).
d) Unresolved bakteri
Infeksi yang tidak mempan dengan pemberian antibiotika. Hal ini
biasanya terjadi karena mikroorganisme menjadi resisten (kebal) terhadap
pemberian antibiotika yang dipilih (Purnomo, 2016).
e) Infeksi berulang
Timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi
dengan terapi antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi
berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persistent
(Purnomo, 2016).
b. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai
dari bayi baru lahir hingga orang tua. Umumnya wanita lebih sering
mengalami ISK daripada pria. Hal ini karena uretra wanita lebih pendek
daripada pria. Namun, pada masa neonatus ISK lebih banyak terdapat pada
bayi laki-laki (2,7%) yang tidak melakukan sirkumsisi daripada bayi
perempuan (0,7%). Bertambahnya usia kejadian ISK terbalik, yaitu pada
masa sekolah, ISK pada anak perempuan meningkat 3% dan anak laki-laki
1,1%, pada wanita usia 18-40 tahun sebesar 5-6% dan meningkat menjadi
20% pada wanita usia lanjut (Purnomo, 2016).
c. Etiologi
Penyebab terbanyak infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri gram
negatif, termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus. Escherichia coli
merupakan bakteri penyebab tersering kejadian ISK tanpa komplikasi,
yaitu sebesar 90 %. Kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiella, dan
8

Pseudomonas sebagai penyebab infeksi saluran kemih dengan komplikasi.


Mikroorganisme lain yang menyebabkan ISK yaitu Enterobacter,
Stapylococcus epidemidis, dan Enterococci (Diyono dan Mulyanti, 2019).
Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya infeksi saluran
kemih adalah: (Diyono dan Mulyanti, 2019)
1) Abnormalitas struktur dan fungsional saluran kemih.
2) Obstruksi.
3) Gangguan inervasi kandung kemih.
4) Penyakit kronis.
5) Latrogenik.
d. Patofisiologi
Penyakit dimulai dengan masuknya mikroorganisme terutama bakteri
ke dalam saluran perkemihan yang kemudian berkembang biak di dalam
media urine, setelah bakteri berkoloni dan berkembang biak maka akan
terjadi inflamasi pada mukosa epitel saluran kemih dan menimbulkan
gejala-gejala inflamasi lokal maupun sistemik. Umumnya bakteri dapat
masuk ke dalam saluran kemih melalui mekanisme sebagai berikut:
(Diyono dan Mulyanti, 2019)
1) Ascending
Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih dipicu antara
lain:
a) Faktor anatomi di mana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga kesempatan terjadinya infeksi saluran kemih
lebih tinggi.
b) Faktor tekanan urine saat miksi yang tidak lancar (obstruksi/sering
menahan kencing).
c) Kontaminasi fekal ke dalam saluran kemih.
d) Pemasangan alat (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter).
2) Hematogen
Sering terjadi pada pasien dengan sistem imun yang rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
9

penyebaran hematogen, misal adanya bendungan total urine yang


mengakibatkan distensi kandung kemih (Diyono dan Mulyanti, 2019).
2. Tes Mikroskopi Urine
Tes mikroskopi berupa tes sedimen urine. Urine yang dipakai adalah
urine segar, yaitu urine yang ditampung paling lama 1 jam setelah
berkemih. Agar mendapatkan sedimen yang baik diperlukan urine pekat
yaitu urine yang diperoleh pada pagi hari. Sedimen urine merupakan
unsur-unsur yang tidak larut pada urine yang berasal dari darah, ginjal, dan
saluran kemih seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, bakteri, dan kristal
(Risna, 2014).
Pemeriksaan sedimen urine sangat penting dalam membantu
menegakkan diagnosa dan mengidentifikasi jenis sedimen yang digunakan
untuk mendeteksi penyakit infeksi saluran kemih, sehingga dapat
dilakukan tindakan secara cepat dan tepat terhadap penderita infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan sedimen urine juga dapat digunakan untuk

mendeteksi kelainan ginjal dan berat ringannya suatu penyakit (Risna,


2014).
Unsur-unsur sedimen terbagi dalam 2 golongan yaitu unsur organik
dan anorganik. Unsur organik adalah unsur yang berasal dari suatu organ
atau jaringan, dan unsur anorganik adalah unsur yang tidak berasal dari
jaringan (Risna, 2014).
a. Unsur – unsur sedimen
1) Unsur – unsur organik
a) Sel epitel, merupakan sel berinti dan mempunyai ukuran lebih besar dari
leukosit, bentuknya berbeda menurut tampat asalnya. Sel epitel merupakan
unsur sedimen yang dalam keadaan normal dijumpai dalam urine namun,
jika jumlah epitel meningkat atau dijumpai dalam bentuk yang abnormal
merupakan petunjuk adanya nekrosis tubulus ginjal, cedera, infeksi atau
inflamasi akut, dan pielonefritis serta infeksi virus (Strasinger dan
Lorenzo, 2016).
10

Sumber : Arianda, 2015


Gambar 2.1 Sel epitel.
b) Leukosit, berbentuk bulat, berinti, berukuran sekitar 12 mm. Neutrofil
adalah jenis leukosit yang paling sering dijumpai di dalam urine.
Peningkatan jumlah leukosit pada urine disebut piuria dan menunjukkan
adanya infeksi atau inflamasi pada sistem urinaria, infeksi bakteri yang
mencakup pielonefritis, sistitis, prostatitis, dan uretritis (Strasinger dan
Lorenzo, 2016).

Sumber : Arianda, 2015


Gambar 2.2 Sel leukosit
c) Eritrosit, berukuran 7-7,5 mikron, dan tidak berinti. Adanya peningkatan
jumlah eritrosit dalam urine (hematuria) menunjukkan adanya kerusakan
glomerulus, cedera vaskular di dalam saluran kemih yang disebabkan oleh
trauma, infeksi atau inflamasi akut. Keberadaan hematuria di urine
menjadi sangat penting dalam diagnosis dini gangguan glomerulus dan
keganasan pada saluran kemih (Strasinger dan Lorenzo, 2016).
11

Sumber : Arianda, 2015


Gambar 2.3 Sel eritrosit
d) Silinder, terbentuk di dalam lumen tubulus kontortus, yang memberikan
gambaran mikroskopik dalam nefron. Silinder hialin merupakan jenis
silinder yang sering ditemukan dalam urine. Adanya peningkatan jumlah
silinder pada urine menandakan glomerulus akut, pielonefritis, sistitis, dan
infeksi atau inflamasi di dalam nefron (Strasinger dan Lorenzo, 2016).

Sumber : Arianda, 2015


Gambar 2.4 Silinder
e) Bakteri, normalnya tidak terdapat di urine namun beberapa bakteri
biasanya dijumpai akibar kontaminasi vagina, uretra, atau wadah
pengumpul urine. Bakteri mungkin dijumpai dalam bentuk kokus atau
basil. Keberadaan bakteri dapat menjadi petunjuk adanya ISK bagian
bawah atau bagian atas (Strasinger dan Lorenzo, 2016).
2) Unsur anorganik
a) Kristal, biasanya tidak ditemukan pada urine segar yang baru dikeluarkan,
namun muncul setelah urine diendapkan. Sebagian kristal di dalam urine
hanya mempunyai sedikit arti klinik, namun dalam jumlah berlebih akan
membentuk formasi kristal dan predisposisi yang memungkinkan
timbulnya infeksi, iritasi, dan terbentuknya batu ginjal di sepanjang ginjal
12

hingga saluran kemih. Kristal urine yang paling penting adalah cystine,
tyrosine, leucine, cholesterol, dan sulfa (Arianda, 2015).

Sumber : Arianda, 2015


Gambar 2.5 Kristal

B. Kerangka Konsep

Infeksi Saluran Pemeriksaan


Kemih Sedimen Urine
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif.
Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran sedimen urine pada
penderita infeksi saluran kemih. Sumber data yang digunakan berasal dari
data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien infeksi saluran
kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek periode 2021.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.
2. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2022.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita infeksi saluran kemih
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek periode 2021.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang positif
menderita infeksi saluran kemih dan melakukan pemeriksaan sedimen
urine di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode 2021
yang terdaftar di buku registrasi pasien.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian
1. Penderita Pasien dengan Observasi Metode Pasien ISK Nominal
ISK diagnosis ISK di data visual dan
RSUD Dr. H. Abdul rekam pencatatan
Moeloek ruang medik langsung
bedah pria dan pasien
wanita, ruang
penyakit dalam pria
dan wanita tahun

13
14

2021
2. Sedimen Sedimen urine Observasi Metode a.Normal Nominal
urine penderita ISK yang data visual dan dan tidak
penderita dirawat di RSUD rekam pencatatan normal
ISK Dr. H. Abdul medik langsung b.Normal
a.Leukosit Moeloek tahun 2021 pasien dan tidak
b.Eritrosit normal
c.Sel epitel c.Positif
d.Bakteri dan negatif
e.Silinder d.Positif
f.Kristal dan negatif
e.Positif
dan negatif
f.Positif
dan negatif
E. Pengumpulan Data
Data didapatkan dari data sekunder berupa data rekam medik dari
seluruh pasien infeksi saluran kemih yang melakukan pemeriksaan
sedimen urine di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan pra survei ke lokasi.
2. Peneliti meminta surat izin penelitian ke Direktur Poltekkes
Tanjungkarang untuk pengambilan data di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
3. Peneliti membawa surat izin penelitian dari Direktur Poltekkes
Tanjungkarang untuk diserahkan pada staf Diklat RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
4. Peneliti melakukan pengambilan data dengan cara mencatat data
rekam medik penderita infeksi saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung periode 2021.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul merupakan data sekunder dari rekam medik
seluruh pasien yang menderita infeksi saluran kemih. Pengolahan dan
analisis data menggunakan perangkat lunak komputer. Data ditampilkan
menggunakan tabel dengan analisis univariat dan persentase, dengan
rumus:
Persentase sedimen normal leukosit penderita ISK:
Σ penderita ISK dengan Leukosit normal x 100% =….%
Σ penderita yang melakukan pemeriksaan leukosit
DAFTAR PUSTAKA

Apriliana, Widya; Nurminha; Sugiarti, Mimi, 2018. Gambaran Sedimen Urine


pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung pada Tahun 2018. Jurusan Analis Kesehatan: Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
Arianda, Dedy, 2015. Kimia Klinik Seri 1 Sistem Urinaria dan Pemeriksaan
Urine. Bekasi: Am-Publishing.
Diyono; Mulyanti, Sri, 2019. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Urologi.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Hasan, Z.A; Rafika, R, 2021. Profil Pemeriksaan pada Sedimen Urine Pasien
Infeksi Saluran Kemih Menggunakan Alat Dirui Fus-100. Jurnal Media
Analis Kesehatan, 12(1), 41-46.
Herlina, S; Mehita, A.K, 2019. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi
Saluran Kemih pada Pasien Dewasa di RSUD Kota Bekasi. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2).
Irianto, Koes, 2017. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: CV Alfabeta.
Mayangsari, S; Athiroh, N; Lisminingsih, Ratna, 2018. Pemeriksaan Urine di
Laboratorium Rumah Sakit Islam (RSI). Universitas Islam Fakultas MIPA
Biologi Malang; Biosaintropis, 6(2), 34-39.
Purnomo, Basuki, 2016. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.
Risna, 2014. Unsur-Unsur Sedimen Urine. Banjarmasin. Politeknik Kesehatan
Kementrian Banjarmasin.
Strasinger, Susan King; Lorenzo, Marjorie, 2017. Urinalisis & Cairan Tubuh.
Jakarta: EGC.
Tietjen, Linda; Bossemeyer, Debora; Mclntosh, Noel, 2016. Panduan Pencegahan
Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas, diterjemahkan oleh Saifuddin, Abdul; et all. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tuntun, M; Aminah, S, 2021. Hubungan Hasil Dipstik Urin (Leukosit Esterase,
Nitrit dan Glukosuria) dengan Kejadian ISK pada Pegawai. Jurnal
Kesehatan, 12(3), 465-471
Tusino, A; Widyaningsih, N, 2018. Karakteristik Infeksi Saluran Kemih pada
Anak Usia 0-12 Tahun di RS X Kebumen Jawa Tengah. Biomedika, 9(2).
LAMPIRAN
Lampiran 1

Cara kerja pemeriksaan sedimen urine

1. Alat dan bahan


Alat yang digunakan antara lain : botol penampung urine, tabung
sentrifuge, sentrifuge, pipet tetes, objek glass, deck glass, dan mikroskop.
Bahan yang digunakan adalah urine pagi pasien infeksi saluran kemih.
2. Penanganan sampel
Urine yang sudah ditampung dalam botol penampung urine disimpan
dalam icebox kemudian sampel urine dibawa ke Laboratorium Klinik
Jurusan Analis Kesehatan .
3. Cara kerja
a) Urine dikocok dan kemudian kira – kira 7-8 ml dimasukkan dalam tabung
sentrifuge dan dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.
Kemudian filtrat dibuang dengan satu gerakan cepat dan tabung
ditegakkan lagi sehingga menyisakan kira – kira 0,5 ml cairan.
b) Dikocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
c) Diletakkan 2 tetes suspensi diatas kaca objek dan ditutup dengan deck
glass.
d) Dibaca dengan mikroskop dengan lensa objektif kecil (10X) kemudian
diteruskan dengan lensa objektif besar (40X).
4. Cara melaporkan hasil

Dilaporkan Normal
Eritrosit /LPB 0-3
Leukosit /LPB 0-4
Kristal/LPK 0-1
Silinder -
Sel epitel +
Bakteri -
Sumber: Arianda, 2015
Lampiran 2

Rekapitulasi hasil pemeriksaan sedimen urine penderita infeksi saluran kemih

Pemeriksaan Sedimen Urine


Leukosit Eritrosit Sel Bakteri Silinde Kristal
No. Nama Epitel r
Norma Tidak Norma Tidak + - + - + - + -
l Normal l Normal
 1
 2.
 3.
 4.
 5.
 6.
 7.
 8.
 9.
 10
.
 11
.
 12
.
 13
.
 14
.
 15
.
 16
.
 17
.
 18
.
 19
.
 20
.
 21
.
 22
.
 23
.
 24
.
 25
.
 36
.
 27
.
 28
.
 29
.
 30
.
Σ
%

Lampiran 3

Hasil pemeriksaan sedimen urine penderita infeksi saluran kemih

No. Nama Leukosit Eritrosit Sel epitel Bakteri Silinder Kristal


1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
36.
27.
28.
29.
30.
Σ

Mak
s

Anda mungkin juga menyukai