Oleh :
ULIK DWI LESTARI
2012402050
1
2
2
Oleh :
ULIK DWI LESTARI
2012402050
Penulis
Ulik Dwi Lestari/2012402050
Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Kesehatan Gigi Program Diploma Tiga
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Linasari,SsiT, M.Kes
Pembimbing Pendamping
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Penyebab Ketidakpatuhan Mahasiswa Dalam Mencuci Tangan Sebelum
Tindakan Di Klinik Gigi Pada Tingkat II Kesehatan Gigi Poltekkes Tanjung Karang
2023”. Adapun tujuan dari penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program Studi
Kesehatan Gigi Program Diploma . Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. IbuDewiPurwaningsih,S.SiT.,M.Kes.,selakuDirekturPoliteknikKesehatanTanju
ngkarang.
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Ruang Lingkup 4
v
BAB III METODE PENELITIAN 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 25
C. Subjek penelitian 25
1. Populasi 25
2. Sampel 25
B. tempat dan waktu penelitian 26
D. jenis pengumpulan data 26
E. prosedur pengumpulan data 26
F. alat pengumpulan data 27
F. Pengolahan dan Analisis Data 27
1. Pengolahan Data 27
2. Analisis Data 28
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vii
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 mencuci tangan 12
Gambar 2.2 enam langkah mencuci tangan menurut WHO 19
Gambar 2.3 Kerangka Konsep 21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1
viii
Lampiran 2
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan salah satunya dengan
mencuci tangan agar dapat mencegah terjadinya penyebaran kontaminasi penyebab
penyakit karena kebersihan tangan merupakan salah satu pemutus mata rantai
penularan penyakit. Penerapan cuci tangan merupakan prosedur yang harus
dilaksanakan oleh setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, karena hal
tersebut sudah menjadi ketetapan secara internasional maupun nasional, namun hal
tersebut nampaknya masih menjadi polemik karena ditemukan persentase petugas
yang tidak patuh dalam mencuci tangan(Ilmiah et al., 2022)
1
Sebuah penelitian di tiga Rumah Sakit provinsi Lodz Polandia, menyebutkan
bahwa presentase kepatuhan melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien
adalah 26.4%, sedangkan sebelum kontak dengan pasien hanya sebesar 5.2%,
penelitian serupa jga dilakukan di Indonesia yaitu di IGD RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tanggal 16 januari 2017, ditemukan bahwa kepatuhan
mahasiswa melakukan cuci tangan hanya sebesar 43%.. Kepatuhan terendah adalah
sebelum kontak dengan pasien sebesar 17%(Endiyono, E., & Prasetyo, 2017),
sedangkan prasurvey yg dilakukan peneliti tanggal 7 Januari 2019 di RSUD Dr. A.
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung, diketahui bahwa 70% tenaga kesehatan
tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan kepada pasien. Karena
fasilitas yang kurang memadai membuat tenaga kesehatan malas untuk mencuci
tangan dan mengeringkan tangan dengan handuk(Zainaro & Laila, 2020)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah yang akan
dibahas dalam karya tulis ilmiah ini, yaitu apa penyebab ketidakpatuhan mahasiswa
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut
3
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kepatuhan mahasiswa daam mencuci tangan
sebelum tindakan di kinik gigi dan mulut.
2) Tujuan khusus
Untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan mahasiswa dalam mencuci
tangan sebelum tindakan di klinik gigi dan mulut.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiwa
Sebagain penerapan ilmu pengetahuan saat perkuliahan dan untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan penelitian
2. Bagi Responen
Dapat menambah kesadaran responden untuk mematuhi aturan mencuci tangan
sebelum melakukan tindakan di klinik gigi dan mulut.
E. Ruang Lingkup
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan adalah penelitian survey deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan mahasiswa
dalam mencuci tangan sebelum tindakan di klinik gigi. Penelitian ini akan dilakukan
di tingkat II kesehatan gigi poltekkes tanjung karang tahun 2023 dengan cara
memberikan kuisoner kepada responden dan melakukan observasi secara langsung
pada saat penelitian berlangsung.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kepatuhan
a. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti disiplin dan taat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kepatuhan adalah prilaku
sesuai aturan dan berdisiplin. Sedangkan menurut Rahmawati (2015)
kepatuhan merupakan sikap disiplin atau prilaku taat terhadap suatu perintah
maupun aturan yang ditetapkan dengan kesadaran.sedangkan menurut Baron
(2014 ) kepatuhan merupakan pemenuhan harapan, permintaan, atau perintah
yang tegas.
Hasibuan (2009) menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran
atau kesediaan menaati suatu peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendapat lain mengatakan
bahwa kepatuhan adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian prilaku yang menunjukan nilai-nilai kepatuhan, kesetiaan,
keteratuan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi
atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan
membebani bilamana tidak dilakukan (widhiastutiningsih, ediati dan almuji,
2015 dalam marzuki saputra,dian all 2019)
Kepatuhan adalah salah satu prilaku pemeliharaan kesehatan yaitu
usaha seseorang untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Ketidakpatuhan merupakan
suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau
melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor
5
yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran (Notoadmodjo 2003 dalam
(saputra marzuki, 2019)
Kepatuhan dalam melakukan praktik cuci tangan sangat penting dilakukan
karena ketidakpatuhan dapat menimbulkan dampak antara lain:
a) penambahan diagnosa penyakit
b) dapat menularkan kepada orang lain
c) akan menjadi barier (pembawa kuman) yang menularkan kepada pasien
lain dan diri sendiri bagi perawat gigi
d) menurunkan mutu pelayanan klinik gigi hingga pencabutan ijin
operasional klinik gigi(Komala Dewi, 2019)
Pengukuran kepatuhan dikategorikan menjadi :
a) Patuh Bila perilaku tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh profesional kesehatan.
b) Tidak patuh Bila tenaga kesehatan menunjukkan ketidaktaatan terhadap
intruksi yang diberikan.
P = F x 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
F = Jumlah jawaban yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
Kategori Kepatuhan :
1) Patuh : 100 %
2) Tidak Patuh : < 100 % (Budiman & Agus, 2013)
6
b. Faktor-Faktor Penyebab yang Mempengaruhi kepatuhan
Menurut Lowren Green dalam Notoadmodjo, 2010, kepatuhan
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu faktor-faktor predesposisi
(predisposing factor), yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan
sebagainya;faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya ketersediaan fasilitas -
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya ketersediaan fasilitas untuk
mencuci tangan ; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain)
(saputra marzuki, 2019)
1) Pengetahuan
Menurut notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu(), pengetahuan adalah informasi,
pemahaman, dan keterampilan yang anda peroleh dari pendidikan dan
pengalaman ( oxpord,2020), pengetahuan yang tinggi akan lebih cenderung
berprilaku baik terntang kesehatan. Sedangkan tingkat pengetahuan paling
rendah yaitu hanya dapat menyebutkan,, menguraikan, mendefinisikan dan
menyatakan tanpa dapat memahami, mengaplikasikan, menganalisis serta
mengevalusi kemampuan yang sudah dimiliki (teori green dikutip dari
notoadmodjo, 2003,2007).dengan demikian pengetahuan itu sangatlah
penting, dengan adanya pengetahuan maka dapat memberikan wawasan
7
yang luas pada setiap individu, dan dapat mengaplikasikannya dalam
situasi tertentu (setya rini, 2021)
Mengukur pengetahuan :
Skoring untuk komponen pengetahuan adalah dengan menilai jawaban
responden, untuk pertanyaan positif dan pertanyaan negatif jika responden
menjawab benar akan mendapatkan point 1, sedangkan responden yang
menjawab salah mendapatkan point 0. Skoring ditentukan dengan rumus
berikut :
P = F x 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
F = Jumlah jawaban yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
Kategori pengetahuan :
1) > 75 % : Baik
2) ≤ 75 % : Kurang Baik(Budiman & Agus, 2013)
9
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan
sebagainya.
10
c) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Merupakan faktor yang dapat membuat pekerja mempertahankan dan
mengulangi perilaku yang diharapkan, diantaranya adalah pengawasan atau
supervisi dari atasan atau supervisor(pimpinan atau dosen) atau dukungan
dari rekan kerja (teman sejawat) serta dukungan keluarga yang dapat
menjadi pendorong dan penguat bagi seseorang untuk terus berperilaku
sehat (Kurniawidjaja, 2020 dalam) Faktor penguat merupakan faktor yang
datang sesudah perilaku dalam memberikan ganjaran atau hukuman atas
perilaku dan berperan dalam menetapkan atau lenyapnya perilaku tersebut.
(Wahyuni & Kurniawidjaja, 2022)
Pengukuran supervisi :
opsi jawaban disusun dalam kategori biner, “ya” dan “tidak.” Jika
responden menjawab seluruh pertanyaan “ya” dikategorikan supervisi
dilakukan dengan baik (Octaviani & Fauzi, 2020)
kategori supervisi :
1). baik : 100 %
2) kurang : < 100 %
2. Prilaku
a. Pengertian Prilaku
Konsep Perilaku Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
(2003) menyatakan perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
11
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/ reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2010).
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a. Perilaku tertutup (Convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
3. Mencuci Tangan
12
Gambar 2.1. Mencuci tangan
1) Air mengalir
Sarana utama utama hand hygiene adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air
mengalir tesebut maka mekroorganisme yang terlepas karena gesekan
14
mekanis atau kimiawi saat hand hygiene akan terhalau dan tidak
menempel lagi dipermukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa
kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara menguyur
dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinyaa
pencermaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas
cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus
PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki 48
berkran di ruang pelayanan/perawatan kesehatan agar mudah dijangkau
oleh para petugas kesehatan.
3) Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topical, dipakai pada
kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau
membunuh mikrooganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia
yang memungkinkan untuk mengunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam efektivitas, aktivitas, akibat dan
rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik
tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak
15
dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah
mikrooganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.
Menurut permenkes no.27 tahun 2017 Kreteria memilih antiseptik adalah
sbb :
16
e. Metode Mencuci Tangan(tiedjen, 2004)
1) menggunakan sabun dan air
Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir . Tuangkan sabun
kurang lebih 5 cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan.
b) Mulai teknik enam langkah meeenurut WHO :
i. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak tangan
ii. Gosok telapak tangan kanan diatas punggun tangan kiri dengan
jarijari saling menjalin dan sebaliknya.
iii. Gosok kedua telapak tangan dan jari-jari saling menjalin
iv. Gosok punggung jari-jari pada telapak tangan yang berlawanan
dengan jari-jari saling mengunci.
v. Gosok memutar ibu jari kiri dengan tangan kanan mengunci pada
ibu jari tangan kiri dan sebaliknya.
vi. Gosok kuku jari-jari kiri memutar pada telapak tangan kanan dan
sebaliknya.
c). Bilas tangan dengan air mengalir
d). Keringkan tangan sekering mungkin dengan tisu.
e). Gunakan tisu untuk mematikan kran.
17
b) gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah
tangan, kkhususnya diantara jari jemari dan di bawah kuku hingga
kering
3) cuci tangan bedah.
Cuci tangan bedah adalah suatu upaya membersihkan tangan dari benda
asing dan mikroorganisme dengan menggunakaan metode yang paling
maksimal sebelum melakukan prosedur bedah. Dengan tujuan tertinggi
dalam upaya mengurangi mikoorganisme patogen pada area tangan, hand
hygiene metode bedah melakukan dengan sangat hati-hati dalam waktu
yang relatif lebih lama. Pelaksanaan membersihkan dengan hand hygiene
efektif membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit melalui 3 tahap dengan
langkah-langkah :
18
Gambar 2.2 Enam langkah mncuci tangan menurut WHO
4. Klinik Gigi
Klinik Gigi dan Mulut merupakan tempat bagi pasien untuk
mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan,
personil yang terlibat adalah dokter gigi , perawat gigi , pasien, dan pekerja
lainnya. Pada klinik gigi dan mulut terdapat beberapa dental unit yang
digunakan untuk keperluan perawatan gigi dan mulut pasien. Dental unit terdiri
dari kursi operator, kursi pasien dan pegangannya, lampu, tempat kumur, meja
instrumen, saliva ejector (suction), high speed handpiece, low speed handpiece,
air-water syringe, dan ultrasonic scaler (Szymańska, 2007). Setiap dental unit
memiliki potensi sebagai perantara dalam proses infeksi silang sehingga
operator maupun pasien memiliki risiko tinggi terhadap paparan infeksi silang
(Gu`ida et al., 2012)
B. Kerangka Teori
20
kepatuhan
1. Faktor predisposisi :
- pengetahuan
-praktik atu tindakan
2. Faktor pendukung :
-ketersediaan faasilitas cuci tangan
3. Faktor pendorong :
-peran supervisi (dosen dan teman
sejawat)
Klinik gigi
Faktor penyebab
Kepatuhan mahasiswa mencuci
- Pengetahuan
tangan sebelum dan sesudah
- Ketersediaan fasilitas
- Peran dosen dan teman sejawat tindakan
21
D. Variabel Dan Data Operasional Penelitian
No variabel Definisi Indikator Cara ukur dan skala Skor
operasional Alat ukur
1 Variabel Jawaban Pedoman WHO jika responden Ordinal Kategori
Independent benar dari tentang kebersihan menjawab Baik :
1. Tingkat responden tangan : benar akan >75 %
Pengetahuan terhadap 1. Pengertian mendapatkan Kurang
pertanyaan mencuci tangan point 1, Baik : ≤
tentang 2. Pengertian five sedangkan 75 %
mencuci moments cuci responden (Budima
tangan tangan yang n&
3. Tujuan menjawab Agus,
melakukan five salah 2013)
moements cuci mendapatkan
tangan point 0.
4. Dampak tidak (Kuisoner)
melaksanakan five
moments hand
hygiene
23
telapak tangan
yang berlawanan
dengan jari-jari
saling mengunci.
5. Gosok memutar
ibu jari kiri
dengan tangan
kanan mengunci
pada ibu jari
tangan kiri dan
sebaliknya.
6. Gosok kuku jari-
jari kiri memutar
pada telapak
tangan kanan dan
sebaliknya.
BAB III
24
METODELOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data atau wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan akan dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(sugiyono,2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
tingkat II jurusan kesehatan gigi poltekkes tanjung karang.
2. Sampel
Sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (sugiyono,2016) atau perwakilan dari populasi yang akan
diteliti. Teknik sampling pada penelitian ini adalah total sampling dimana
semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiono, 2022:127).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah mahasiswa tingkat II
jurusan kesehatan gigi yaitu sebanyak 76 orang (total sampling)
a.. Kriteria inklusi
1). Mahasiswa terdaftar aktif sebagai mahasiswa jurusan kesehatan gigi
Poltekkes Kemenkes tanjung karang.
2). Sedang dan atau sudah mengikuti pembelajaran luring penatalaksanaan
infeksi silang
3). Sedang mengikuti pembelajaran praktik di klinik jurusan kesehatan gigi
poltekkes tanjung karang
25
b. Kriteria eklusi
a. Tidak pernah mengikuti pembelajaran luring penatalaksanaan infeksi silang
b. tidak lagi mengikuti kegiatan praktik di klinik jurusan kesehatan gigi
poltekkes tanjung karang.
1. Jenis Data
26
gigi sebagai calon responden kepada pihak jurusan kesehatan gigi poltekkes
tanjung karang.
3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk di tandatangani
oleh calon responden, jika calon respoden setuju menjadi subjek penelitian.
4. Mengobservasi tingkat kepatuhan mahasiswa kesehatan gigi dalam
penerapan cuci tangan yang benar di klinik gigi menggunakan lembar
ceklist.
5. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 3 orang rekan sejawat.
6. Membagikan lembar kuisoner dengan penjelasan dari peneliti dan pengisian
oleh responden.
7. peneliti melakukan pengecekan ulang jika terdapat pernyataan yang belum
terjawab segera meminta responden untuk melengkapi.
8. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel
penelitian.
2. Analisa Data
Data yang dikumpulkan, diolah dengan komputer. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat yaitu
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel. Analisis
bivariat dimana dua variabel saling berkaitan. hasil analisis ini disajikan
dalam bentuk tabel
DAFTAR PUSTAKA
28
Ananingsih, E. M. R. (2016). Kepatuhan 5 Momen Hand Hygiene Pada Petugas Di
Instalasi Laboratorium Rsui Madinah Sembon. Jurnal Ekonomi Bisnis, 5(1), 16–
24. https://doi.org/10.18196/jmmr.5102.Kepatuhan
Budiman, & Agus, R. (2013). Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. In
Salemba Medika (Vol. 5, Issue ISSN).
d.schaffer, susan. (2000). PENCEGAHAN INFEKSI DAN PRAKTIK YANG AMAN
(Y. ASIH (ed.)). PERPUSTAKAAN NASIONAL.
Endiyono, E., & Prasetyo, F. D. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand
Wash di IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The 6th
University Research Colloquium, 445–450.
https://journal.unimma.ac.id/index.php/urecol/article/view/1106
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur
Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 95–98.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.028.01.31
Idris, H. (2022). HAND HYGIENE panduan bagi petugas kesehatan. KENCANA.
Ilmiah, J., Batanghari, U., Aini, K., Idris, H., & Zulkarnain, M. (2022). Kepatuhan
Cuci Tangan Petugas Non Kesehatan: Literatur Review. 22(3), 1985–1990.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i3.2860
Komala Dewi, R. R. (2019). Faktor Determinan Kepatuhan Perawat Dalam
Melakukan Praktik Cuci Tangan Di Rsud Ade Muhammad Djoen Sintang.
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, 4(4), 232.
https://doi.org/10.29406/jkmk.v4i3.865
nurmalita sari, marlynda happy dkk. (2020). DASAR-DASAR KOMUNIKASI
KESEHATAN ( janner simarmata (ed.)). yayasan kita menulis.
Octaviani, E., & Fauzi, R. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Mencuci Tangan pada Tenaga Kesehatan di RS Hermina Galaxy
Bekasi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 16(1), 12–19.
Rahayu. (2016). Pelaksanaan Cuci Tangan Perawat di Ruang Perawatan Anak Rumah
29
Sakit Swasta di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 401, 21–26.
Riyadi, S., & Kurnianti, R. (2018). Efektivitas penerapan cuci tangan disinfeksi
dalam meningkatkan kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi silang di
laboratorium pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Jurnal Bahan Kesehatan
Masyarakat, 2(2), 139–146.
saputra marzuki, dian dkk. (2019). efektivitas kepatuhan terhadap protokol
kesehatan covid-19 pada pekerja sektor informal di kota makassar. uwais
inspirasi indonesia. https://books.google.co.id/books?
id=7_pMEAAAQBAJ&pg=PA10&dq=Teori+Kepatuhan&hl=id&newbks=1&n
ewbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwi6yoPuyv79
AhX89DgGHe8gBHUQ6wF6BAgLEAU
setya rini, puji dkk. (2021). tingkat pengetahuan perawat tentang penerapan prinsip
enam tepat dalam pemberian obat diruang rawat inap (N. Wahid (ed.)).
wawasan ilmu.
faktor+yang+mempengaruhi+pengetahuan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0
&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjLrqq16f79AhVnRmwGH
RLlDG0Q6wF6BAgNEAU
Siregar, F. R., & Meliala, A. (2020). Penerapan Cuci Tangan Peserta Didik Di Rumah
Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Gadjah Mada Prof. Soedomo. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 23(02), 44–50.
https://journal.ugm.ac.id/v3/JMPK/article/view/4177
tiedjen, linda dkk. (2004). PANDUAN PENCEGAHAN INFEKSI untuk fasilitas
pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas ( abdul bari Saifuddin (ed.)).
YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Wahyuni, W., & Kurniawidjaja, M. (2022). Kepatuhan Perilaku Cuci Tangan Tenaga
Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19: a Systematic Review. PREPOTIF :
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 268–277.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.2907
Wibowo, T., & Parisihni, K. (2009). Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai
infeksi silang. Journal PDGI, 58(2), 6–9.
30
Zainaro, M. A., & Laila, S. A. (2020). Hubungan Motivasi Dan Sikap Dengan
Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Di Ruang Rawat Inap
Rsud Dr. a. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Malahayati Nursing
Journal, 2(1), 68–82. https://doi.org/10.33024/manuju.v2i1.1679
Notoatmodjo, S., 2010. 'Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta :
Rineka Cipta.
Sugiyono, S . 2016 metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
alfabeta
31