Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN TINGKAT KARIES GIGI PADA ANAK

PRASEKOLAH TERHADAP STATUS GIZI

DI TK KARTIKA JAYA KOTA TIDORE KEPULAUAN

PROPOSAL SKRIPSI

DI SUSUN OLEH :

AFRILYA KURNIA REZKI

NIM : 21161100

PROGRAM STUDI DIV TERAPI GIGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA GORONTALO

2023
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilaksanakan.

Disetujui pada.

Hari :

Tanggal :

Pembibmbing I Pembimbing II

Ns. Fadli Syamsudin,S.Kep.,M.kep.,Sp.Kep. MB Drg. Armida Siregar, M.DSc.,Sp.KGA


NIDN. 0924118701 NIDK. 8991360022

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Drg. Muhammad Abzar Ghifahri


iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. atas segala

berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

proposal skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Karies Gigi Pada Anak

Prasekolah Terhadap Status Gizi di Tk Kartika Jaya Kota Tidore Kepulauan”.

Penyusunan proposal skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan

akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Terapi Gigi,

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo.

Peneliti sadar bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnan, oleh

karenanya peneliti berharap masukan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

membuat proposal skripsi ini menjadi lebih baik. Peneliti juga berharap proposal

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang membutuhkan.

Gorontalo, 04 April 2023

Peneliti
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Deskripsi Teori 6

1. Tinjauan Umum Tentang Karies 6

2. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi 16

3. Tinjauan Umum Tentang Anak Prasekolah 21

4. Hubungan Karies Gigi Dengan Status Gizi 23

B. Kajian Pustaka 23

C. Kerangka Berpikir 25

D. Kerangka Teori 26

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 27


v

A. Jenis Penelitian 27

B. Desain Penelitian 27

C. Waktu dan Tempat Penelitian 27

D. Populasi dan Sampel 27

E. Variabel Penelitian 28

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 28

G. Hipotesis 29

H. Prosedur Penelitian 29

I. Teknik Pengolahan Data 31

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 34
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi operasional dan kriteria objektif 28


vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor terjadinya karies 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia untuk

dapat melakukan berbagai aktivitas baik secara fisik, mental dan kesejahteraan

sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau

kelemahan (WHO 2009). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari

kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lainnya. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan juga karena tubuhnya yang

sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya . (Netty dan Relintan, 2017)

Rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Menjadi

struktur dalam sistem pencernaan, rongga mulut berperan sebagai pintu masuk

utama asupan nutrisi bagi tubuh. Rongga mulut dapat mencerminkan gaya hidup

dan perilaku kesehatan individu. Berbagai kondisi sistemik pun dapat terlihat dari

rongga mulut, seperti keadaan anemia, hipovitaminosis C, gangguan perdarahan,

gangguan sistem endokrin, dapat bermanifestasi pada mukosa rongga mulut.

Kondisi kesehatan rongga mulut, asupan makanan (diet), status gizi dan status

kesehatan secara umum merupakan faktor yang saling terkait. (Madhusudhan

KS,2019)

Status gizi adalah keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat-

zat gizi dari makanan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh dan integrasi

metabolisme (Vishakha Rani, 2019). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

1
2

Kementerian Kesehatan (Riskesdas Kemenkes) tahun 2018 proporsi status gizi

sangat pendek dan pendek pada anak usia prasekolah sebesar 11.5% dan 19.3%.

Periode emas lima tahun awal adalah masa yang paling penting untuk

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan maka kebutuhan nutrisi yang

diperlukan harus terpenuhi dan seimbang. Kekurangan nutrisi pada masa ini dapat

mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kepribadian serta

pembentukan pola prilaku dan sikap. Selain itu, kekurangan nutrisi juga

mempengaruhi perkembangan dan pertahanan kondisi dari rongga mulut sehingga

memungkinkan berkembangnya penyakit pada rongga mulut. ( Ni Nengah

Ariati,2018)

Gigi berperan penting dalam integritas sistem pencernaan. Makanan pertama

kali dicerna secara mekanik di mulut menggunakan gigi geligi, ketika adanya karies

gigi, fungsi dari gigi tersebut akan mengalami penurunan sehingga dapat

menyebabkan asupan nutrisi yang masuk menjadi berkurang. (Jaja Jamaludin,

2021)

Karies gigi menyebabkan timbulnya rasa sakit pada gigi sehingga

mengganggu penyerapan makanan dan mempengaruhi pertumbuhan anak hingga

hilang kualitas hidup anak. Masalah karies gigi pada anak usia prasekolah cukup

berbahaya yaitu gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah sehingga membuat

anak mengalami kehilangan daya kunyah dan mengganggu pencernaannya. (Nur

afrinis,dkk,2020).

Kebanyakan karies pada anak pra sekolah tidak dirawat, khususnya di negara

berkembang. Padahal jika ditelusuri lebih lanjut karies gigi membuat anak
3

mengalami kehilangan daya kunyah, pencernaan terganggu dan mengakibatkan

pertumbuhan kurang maksimal. Anak yang mengalami karies gigi akan mengalami

ngilu pada lubangnya, sehingga diduga akan menurunkan konsumsi makannya.

Anak yang mengurangi konsumsi makan dalam jangka waktu yang lama,akan

berdampak pada status gizi anak yang kurang. (Nur afrinis,dkk,2020)

Menurut Gusgus,dkk (2022) bahwa anak yang berstatus gizi kurus lebih

banyak menderita tingkat keparahan karies dengan kategori tinggi dibandingkan

dengan anak yang memiliki tingkat keparahan karies dengan kategori rendah. Hal

ini disebabkan karena karies gigi menyebabkan rasa sakit pada anak, seperti rasa

sakit spontan maupun karena adanya rangsang mekanis dari makanan itu sendiri.

Karies gigi ini pada akhirnya akan mengganggu fungsi pengunyahan. Anak-anak

akan menjadi trauma dengan rasa sakit sehingga kemampuan untuk dapat

mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang kaya akan sumber gizi menjadi

terbatas;(Gusgus,dkk,2022; Alfriani, 2013; Philippe & Peter, 2017; Putri, 2017;

Worotitjan et al., 2013).

Karies gigi merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang paling sering

dialami pada anak, terdapat 60-90% anak-anak yang mengalami karies diseluruh

dunia (So M,2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar atau RISKESDAS tahun 2018

menyebutkan bahwa karies gigi di Indonesia memiliki prevalensi mencapai 90%

dari populasi anak balita. Jenis karies pada gigi sulung yang paling umum terjadi

adalah rampan karies dengan penyebaran tertinggi 76,6%. Hasil RISKESDAS

tahun 2011 menyebutkan bahwa di provinsi Maluku Utara prevalensi anak usia 5-

9 tahun yang bermasalah gigi dan mulutnya sebanyak 28,9%. Dapat dilihat adanya
4

peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan hasil RISKESDAS 2018

prevalensi anak usia 5-9 tahun yang mengalami karies di provinsi Maluku Utara

yaitu sebanyak 55,41 %. Sedangkan prevalensi anak mengalami karies di kota

Tidore Kepulauan sebanyak 46,47 %. Peneliti juga telah melakukan penelitian awal

di TK Kartika Jaya dari 7 sampel terdapat beberapa anak memiliki masalah

kesehatan gigi yaitu karies. Hasil pemeriksaan juga didapatkan 4 anak memiliki

status gizi normal dan 2 anak memiliki status gizi kurus.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui “ Hubungan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Terhadap

Status Gizi di TK Kartika Jaya Kota Tidore Kepulauan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan tingkat karies gigi pada anak prasekolah

terhadap status gizi di TK Kartika Jaya Kota Tidore Kepulauan ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat karies gigi pada anak

prasekolah terhadap status gizi di TK Kartika Jaya Kota Tidore Kepulauan.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat karies gigi anak prasekolah di TK

Kartika Jaya Kota Tidore Kepulauan.


5

2. Untuk mengetahui Status gizi anak prasekolah di TK Kartika

Jaya Kota Tidore Kepulauan.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat karies gigi pada anak

prasekolah terhadap status gizi di TK Kartika Jaya Kota Tidore

Kepulauan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan mengenai kesehatan gigi dan mulut untuk

anak balita guna menjaga kesehatan gigi dan mulut agar tidak terjadi karies

dihubungkan dengan status gizi.

2. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

kajian empiris bagi peneliti lainnya.

3. Bagi Masyarakat

Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, atau pemahaman

dari sebuah informasi atau fakta yang terjadi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Karies


Gigi merupakan jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan dengan

yang lainnya. Gigi memiliki struktur yang berlapis-lapis yang di mulai dari

email yang sangat keras, dentin didalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah,

pembuluh saraf, dan bagian lainnya yang memperkokoh gigi. Namun demikian,

gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Hal

ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya, struktur dari

email sangat menentukan proses terjadinya karies. (Adhani dkk, 2018)

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang terjadi pada

email, dentin dan sementum. Proses kerusakan dimulai dari enamel yaitu

lapisan terluar struktur gigi kemudian dilanjutkan ke dentin. Karies gigi

disebabkan karena bakteri yang dapat memfermentasikan karbohidrat seperti

glukosa dan sukrosa. Hasil fermentasi tersebut membentuk asam dan

menurunkan pH hingga kurang dari 5. Proses tersebut mengakibatkan

demineralisasi pada permukaan gigi yang rentan (Adhani dkk, 2018).

Karies memiliki kedalamam yang berbeda. derajat keperahanya

dikelompokan menjadi :

a. Karies email

Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan

yang berasal dari makanan dan minuman yang dingin akan terasa ngilu.

b. Karies denti

6
7

Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.

Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan hilang.

c. Karies pada pulpa

Gigi terasa sakit secara terus menerus yang sifatnya tiba- tiba atau

muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak ketika diberi obat

pengurang rasa sakit. ( Riri Julianti, 2008)

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak

faktor yang saling mempengaruhi. Faktor penyebab terjadinya karies adalah

struktur gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat dan waktu. Selain itu, ada

juga faktor tidak langsung yang disebut juga sebagai faktor dari luar mulut.

a. Faktor didalam Mulut

1) Struktur gigi dan saliva

Gigi dapat digunakan untuk mengunyah makanan di dalam mulut.

Struktur gigi adalah salah satu faktor yang bisa melindungi atau

memudahkan terjadinya karies. Banyaknya aneka makanan dan minuman

yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Proses pelumatan oleh gigi

dibantu saliva. Saliva merupakan suatu cairan oral yang kompleks yang

terdiri atas campuran sekresi dan kelenjar ludah besar dan kecil yang ada

pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar 90%

yang dihasilkan oleh kelenjar sublingual, dan 5% lagi oleh kelenjar-

kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini dihasilkan saat makan,
8

sebagai reaksi atau rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan

makanan. Jumlah bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah sarapan

(Tarigan, 2015).

2) Mikroorganisme

Bakteri Streptococcus Mutans bisa mengeluarkan racun yang tidak

dapat dilihat oleh mata biasa. Bakteri tersebut berperan dalam proses awal

karies yaitu lebih dulu masuk ke lapisan luar email. Selanjutnya

Lactobacillus Acidophilus mengambil alih peranan pada karies yang

merusak gigi. Mikroorganisme menempel pada gigi bersama plak. Plak

terdiri dari mikroorganisme (70%) dan bahan antar sel (30%). Plak akan

tumbuh jika ada karbohidrat. Dan karies akan terjadi bila ada plak dan

karbohidrat. Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri dari

kumpulan mikroorganisme yang berkembangbiak di atas matriks yang

terbentuk dan melengket erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya

karies. Setelah menyikat gigi akan terlihat suatu lapisan tipis plak. Lapisan

inilah yang dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri. Makanan

manis yang dikonsumsi akan membuat semacam plak di sela-sela gigi

berubah menjadi asam dan merusak gigi (Tarigan, 2015).

3) Substrat atau diet

Diet merupakan penyebab utama karies gigi, khususnya gula. Faktor

substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi dalam mikroorganisme


9

yang ada pada permukaan enamel. Makanan yang mudah menempel di

gigi seperti permen dan coklat memudahkan terjadinya karies. Substrat

campuran makanan dan minuman yang dimakan sehari-hari menempel

di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal

didalam mulut. Substrat yang menempel dipermukaan gigi berbeda

dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh yang diperlukan untuk

energi dan membangun tubuh. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat pembentukan email,

matriks, dan klasifikasi. Nutrisi merupakan karbohidrat, lemak, dan

protein. Mengkonsumsi karbohidrat sederhana dalam waktu lama akan

mempengaruhi pembentukan matriks email yang nantinya akan menjadi

karies. Frekuensi konsumsi gula sederhana yang tinggi menentukan

waktu terjadinya karies (Irma, 2018).

4) Waktu

Proses karies dapat terjadi beberapa hari didalam mulut. Adanya

kemampuan saliva untuk berlangsungnya proses terjadinya karies yang

menandakan bahwa proses terjadinya karies terdiri atas periode

perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Dengan demikian, bila

saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan

gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan bulan atau tahun

(Hongini, 2012).
10

b. Faktor di Luar Mulut

1) Keturunan

Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan

gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 12 pasang orang tua

memiliki gigi yang cukup baik. Selain itu, dari 46 pasang orang tua

dengan presentasi karies yang tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki anak

dengan keadaan gigi yang baik, 5 pasang dengan presentasi karies tinggi.

Tapi dengan teknik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-

akhir ini, sebetulnya faktor keturunan dalam proses terjadinya karies

tersebut telah dapat dikurangi (Kusumawati, 2010).

2) Usia

Amat sulit menentukan pengaruh ras terhadap terjadinya karies

gigi.Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin

berhubungan dengan presentase karies yang semakin meningkat atau

menurun.Misalnya, pada ras tertentu dengan rahang sempit sehingga gigi

- geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur. Dengan keadaan gigi yang

tidak teratur ini akan mempersulit pembersihan gigi, dan ini akan

mempertinggi persentase karies pada ras tersebut. ( Listrianah,2018)

3) Jenis kelamin

Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibandingkan

dengan pria. Demikian pula pada anak-anak, prevalensi karies gigi susu

anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, karena

gigi anak perempuan berada lebih lama di dalam mulut. Akibatnya gigi
11

anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko

terjadinya karies (Kusumawati, 2010).

c. Proses Terjadinya Karies Gigi

Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bakteri akan

mengubah gula dan karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini ada

yang membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut sebagai plak

yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah menempel pada

permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan gigi, dan

batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari struktur gigi

dinamakan demineralisasi. Sedangkan bertambahnya mineral dari struktur

gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi

lebih besar dari pada proses remineralisasi.

Asam yang merusak dalam bentuk plak yang menyerang mineral pada

permukaan luar email gigi akan menimbulkan plak yang akan menciptakan

lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Jika email

berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila

bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa.

Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga menimbulkan rasa

nyeri. Karies gigi pada manusia merupakan penyakit yang sangat luas

penyebarannya. Diperkirakan melanda lebih banyak dari 90% dari jumlah

penduduk dewasa dan lanjut usia. Secara umum diterima alasan bahwa

terjadinya karies gigi akibat dari kebiasan makan-makanan yang salah,


12

terutama karena sering mengkonsumsi makanan yang mengandung gula

(Ramadhan, 2015).

Proses terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Faktor

tersebut yaitu, bakteri kariogenik, permukaan gigi yang rentan dan

tersedianya bahan nutrisi yang mendukung pertumbuhan bakteri. Faktor-

faktor tersebut sangat berperan dalam proses terjadinya karies. Ketiga faktor

tersebut akan bekerjasama sama. Bakteri plak akan memfermentasikan

karbohidrat misalnya sukrosa kemudian hasil dari fermentasi tersebut

menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu

1-3 menit sampai pH 4,5-5.0 pH akan normal kembali pada pH sekitar 7

dalam waktu 30-60 menit, dan jika pH turun maka plak ini terjadi secara terus

– menerus yang akan menyebabkan demineralasi email gigi. Kondisi asam

inilah yang sangat disukai oleh bakteri kariogenik yang berada di rongga

mulut yang dikenal dengan nama Streptococcus Mutans (SM) yang

merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies

gigi. Bakteri tersebut bersifat menempel pada email, dapat hidup di

lingkungan asam, berkembang sangat pesat di lingkungan yang kaya sukrosa

dan menghasilkan bakteriosin subtansi yang dapat membunuh organisme

kompetitornya (Suyuti, 2010).

Pengenalan karies pada saat dini sangat diperlukan sehingga akan

didapatkan hasil yang maksimal dari tindakan preventif dan restorasi. Pada

saat ini, sebagian besar anak-anak usia 4 tahun masih banyak yang belum

melakukan pemeriksaan pertamanya ke dokter gigi. Orang tua seharusnya


13

mendorong dan membawa anak mereka untuk check up kesehatan gigi segera

mungkin setelah anak memiliki gigi, yaitu biasanya pada usia 6 bulan.

Tahap pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan cara ;

a. Penyuluhan diet

Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan

pencegahan karies. Untuk anak-anak dengan masalah karies yang berat,

dokter gigi harus mengevaluasi semua faktor etiologi termasuk pola

makan dan diet (Ahmad, 2016).

b. Pemberian flour

Pemberian flour merupakan pemberian yang efektif dalam

mencegah karies karena kombinasi dalam penggunaannya untuk

tujuan yang sama. Tujuan utama pemberian flour adalah untuk

meningkatkan remineralisasi email gigi dan meningkatkan resistensi

email terhadap demineralisasi email serta menurunkan produksi asam

didalam plak. Tambahan pemberian flour dapat berupa tetes atau

tablet. Obat ini biasanya di kumurkan dalam mulut sekitar 30 detik

kemudian dibuang.

c. Pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene)

Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya karies gigi. Tujuan dari kebersihan mulut ialah

untuk meninimalkan etiologi penyakit di mulut.

d. Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah


14

Penyuluhan kesehatan gigi ini sering ditujukan pada anak-anak

yang diharapkan mampu menjaga dirinya untuk mencegah terjadinya

penyakit gigi dan mulut setelah dilaksanakan penyuluhan gigi di

sekolah, sehingga mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada

gejala-gejala pada kelainan gigi dan mulutnya. Peningkatan

pemahaman kesehatan gigi dan mulut siswa dapat diwujudkan dengan

mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kegiatan UKGS

meliputi pendidikan, pencegahan, dan pengobatan. Akan tetapi, dapat

juga menghadirkan seorang dokter gigi yang melakukan kunjungan

rutin ke sekolah tersebut bila diperlukan (Ahmad, 2016).

Gambar 2.1 Faktor terjadinya karies (Arafah,2015)

d. Penilaian Karies Gigi

Pemeriksaan status gigi geligi berguna untuk mengetahui terjadinya

penyakit gigi dan mulut salah satunya adalah penilaian karies gigi
15

(Riskesdas, 2018). Status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies

gigi dinilai menggunakan suatu indeks penilaian (Notohartojo, 2013)

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit

karies gigi. Indeks dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi dan

populasi, yang memiliki resiko lebih tinggi pada penilaian karies gigi

(Shyam, 2017). Studi epidemiologis tentang karies gigi menggunakan

indeks angka DMF-T untuk gigi permanen dan def-t untuk gigi

sulung.(WHO,2013)

Kriteria penilaian dalam DMF-T didasarkan pada rentang nilai yaitu

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (WHO, 2013).

Penilaian karies gigi pada suatu populasi dapat dinilai dengan kriteria

tersebut setelah melihat hasil rumus sebagai berikut (Riskesdas, 2018):

Indeks DMF-T/ def-t = Jumlah Skor DT/dt + Mt/et + FT/ft


Jumlah orang yang diperiksa

Menurut kriteria WHO, skor DMF-T/def-t yang berkaitan dengan

tingkat keparahan karies gigi secara klinis yaitu :

Sangat rendah = 0,0 - 1,1

Rendah = 1,2 - 2,6

Sedang = 2,7 – 4,4

Tinggi = 4,5 – 6,5

Sangat tinggi = > 6,6


16

2. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi


Gizi adalah salah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ

sehingga menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dari

variable tertentu.

Fungsi zat gizi antara lain:

1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan,

terutama bagi yang masih dalam pertumbuhan.

2. Memperoleh energi guna melakukan aktifitas fisik sehari-hari.

3. Mengganti sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam

tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh).

4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai

penyakit sebagai zat anti oksidan.

Zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbagai faktor

antara lain, umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan. Asupan zat gizi yang

berasal dari makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi

kebutuhan tubuh karena konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap

status gizi seseorang. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh

asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh tubuh untuk

pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja

serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal (Hermawati, 2015).
17

a. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

1. Faktor internal

a. Konsumsi makanan

Konsumsi makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dapat

diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi.

Konsumsi makanan merupakan faktor yang secara langsung berpengaruh

terhadap status gizi. Semua manusia di negara manapun memerlukan

makanan untuk dikonsumsi. Tubuh manusia harus memperoleh cukup

makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari termasuk energi,

protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air guna untuk

mempertahankan kelangsungan hidup. Selain itu, khusus mengenai protein

harus memiliki kualitas yang baik yaitu mengandung asam amino yang

sangat diperlukan oleh tubuh (Hermawati, 2015).

b. Penyakit infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi yang saling

berkaitan. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai

mekanisme. Yang paling penting adalah efek langsung dari infeksi

sistematik pada metabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi infeksi

ringan sudah akan menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna

makanan. Keadaan yang demikian membantu terjadinya kekurangan gizi.

Anak yang mengalami gizi yang kurang akan mengalami daya tahan tubuh

yang rendah sehingga lebih mudah terkena infeksi.

2. Faktor Eksternal
18

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan

karena dapat mempengaruhi status gizi penduduk. Hal serupa dijelaskan

bahwa pendidikan orang tua akan mempengaruhi status gizi anaknya.

Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka semakin baik pula status gizi

anaknya. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga disinyalir

meningkatkan risiko status gizi rendah pada anak. Pendidikan orang tua

akan berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua terkait gizi dan pola

pengasuhan anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan

risiko kejadian status gizi kurang. (Nadimin,2014).

b. Status pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua yang diperkirakan berperan dalam kaitannya

pada pola pemberian dan pengurusan makanan dalam keluarga adalah

seorang ibu. Ada pendapat yang mengatakan status pekerjaan ibu dapat

mempengaruhi perilaku anak dalam makanan. (Nadimin,2014)

b. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah perbandingan keadaan gizi menurut hasil

pengukuran terhadap standar yang sesuai dari individu atau kelompok

tertentu. Ada beberapa cara menilai status gizi seseorang yaitu :

1. Secara langsung, dalam pemeriksaan antropometri, klinis, biokimia,

dan biofisik;
19

2. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan survei konsumsi

makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Di masyarakat, cara pengukuran status penilaian gizi yang paling

sering digunakan adalah antropometri gizi. Dalam proses gizi masyarakat

seperti pemantauan status gizi anak menggunakan antropometri sebagai

cara untuk menilai status gizi. (Trihono,dkk, 2015)

Derajat kesehatan dapat di nilai dengan beberapa indikator, salah

satunya yaitu dengan status gizi yang dapat diukur melalui penilaian

antropometri. Variabel indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dapat

digunakan untuk mengetahui prevalensi status gizi anak sekolah dan remaja

serta dapat dikaitkan dengan terjadinya karies gigi (Trihono,dkk, 2015).

Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) digunakan untuk

menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih,

gizi lebih dan obesitas. Menghitung status gizi berdasarkan IMT/U dapat di

lakukan dengan rumus : (Kemenkes,2020)

Berat Badan
Indeks Masa Tubuh =
Tinggi badan2

z-score = nilai individu subjek – median baku rujukan


simpangan baku rujukan
Jika nilai individu subjek (NIS) – Nilai median baku rujukan
hasilnya negatif maka nilai simpang baku rujukan adalah – (-1 SD)
Kategori untuk status gizi berdasarkan IMT/U, yaitu :

1. Gizi buruk = <-3 SD

2. Gizi kurang = -3SD sd < -2 SD


20

3. Gizi Baik = -2 SD sd +1 SD

4. Gizi lebih = + 1 SD sd +2 SD

5. Obesitas = > + 2 SD

c. Pengukuran Antropometri

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari

berbagai ketidak keseimbangan antara asupan energi dan protein. Gangguan

ini biasanya dapat dilihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Keunggulan

antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan

dalam jumlah sampel yang besar. Kelemahan antropometri antara lain yaitu

tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat

(Kemenkes, 2016).

Standar antropometri anak digunakan untuk menilai atau menentukan

status gizi anak dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan

panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi

penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori

status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan

The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun. (Kemenkes,2020)

Antropometri merupakan salah satu metode yang non-invasif untuk

mengukur ukuran, bagian, dan komposisi tubuh manusia, karena dimensi

pertumbuhan tubuh pada segala usia dapat mencerminkan kesehatan dan

kesejahteraan dari individu dan populasi. Antropometri juga dapat digunakan

untuk memproduksi performa, kesehatan, dan daya tahan tubuh.


21

Antropometri penting untuk masyarakat dan juga secara klinis yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi.

Antropometri gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai

macam dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat

gizi (Kemenkes, 2016).

3. Tinjauan Umum Tentang Anak Prasekolah


a. Pengertian Anak Prasekolah

Anak prasekolah merupakan anak yang berusia antara 3 sampai 6

tahun yang memiliki berbagai macam potensi, jika dirangsang dan

dikembangkan maka akan berkembang secara optimal. Pada usia ini

biasanya anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan termasuk teman

sebayanya. Jajanan merupakan salah satu makanan yang sangat disukai anak

prasekolah, hal ini karena makanan dan minuman mengandung gula yang

menyebabkan rasanya menjadi manis. Perilaku anak mengkonsumsi

makanan ataupun minuman yang manis, yang tidak diiringi dengan perilaku

membersihkan gigi bisa menyebabkan kebersihan gigi anak lebih buruk

dibandingkan orang dewasa (Wahyono dkk, 2012).

Anak-anak khususnya anak prasekolah ialah kelompok yang rentan

terhadap penyakit gigi dan mulut hal ini karena umumnya anak-anak

tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang

menunjang terhadap kesehatan gigi (Fatimatuzzahro, dkk, 2016).


22

Proses perkembangan karies pada anak-anak dapat terjadi dan di

mulai pada saat gigi anak pertama erupsi. Karies sangat berhubungan erat

dengan kebersihan rongga mulut, terlebih lagi pada anak-anak. Anak yang

tidak dibiasakan menyikat gigi sejak dini oleh orang tua dapat

mengakibatkan kesadaran dan motivasi anak kurang dalam menjaga

kesehatan dan kebersihan rongga mulutnya. Keadaan ini memudahkan anak

terkena resiko penyakit gigi dan mulut (Adhani, dkk, 2018).

b. Perkembangan Anak Prasekolah

Beberapa perkembangan yang terjadi pada anak prasekolah antara

lain :

1. Perkembangan otak anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

perkembangan otak selama 5 tahun pertama lebih cepat, intensif dan

sensitif terhadap pengaruh eksternal atau lingkungan. Tahun-tahun

pembentukan ini adalah ketika anak-anak membangun fondasi

mereka untuk belajar dan mencapai kesuksesan di masa depan.

(Mansur,2019)

2. Perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus .

Keterampilan motorik kasar (fisik) adalah keterampilan yang

membutuhkan gerakan seluruh tubuh dan yang melibatkan otot- otot

besar untuk melakukan fungsi sehari-hari, seperti berdiri, berjalan,

berlari, melompat, dan duduk tegak di meja. Keterampilan motorik

halus berbeda dari keterampilan motorik kasar, Keterampilan


23

motorik halus diperlukan untuk banyak aspek perawatan diri bagi

anak-anak, misalnya: mengenakan sepatu, makan sendiri dan

membersihkan gigi sendiri. (Mansur,2019)

4. Hubungan Karies Gigi Dengan Status Gizi


Karies gigi merupakan penyakit gigi yang menimbulkan gangguan

fungsi kunyah sehingga dapat menyebabkan terganggunya penyerapan dan

pencernaan makanan. Karies gigi yang terjadi pada anak-anak akan

menimbulkan rasa sakit sehingga anak menjadi malas untuk makan dan juga

dapat menyebabkan sekitar gigi menjadi infeksi. (Jiao J,dkk, 2012)

Tingginya angka karies gigi disebabkan oleh adanya faktor internal

yang saling mempengaruhi yaitu host, mikroorganisme, substrat dan waktu.

Anak yang mengalami karies gigi akan mengurangi porsi makannya dan dalam

jangka waktu yang lama akan berdampak pada status gizi anak yang kurang.

(Asriawal,2020)

B. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa rujukan penelitian yang sejalan dengan penelitian ini, yaitu

sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gusgus dkk (2022) yang berjudul status gizi

pada anak usia sekolah yang mengalami karies gigi di SDN Cimanganten

IV. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan purposive sampling. Dari hasil penelitian ini dapat di


24

simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna, yaitu anak yang

bertatus gizi kurus lebih banyak menderita tingkat keparahan karies dengan

kategori tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki tingkat keparahan

karies dengan kategori rendah. Hal ini disebabkan karena karies gigi

menyebabkan rasa sakit pada anak, berupa rasa sakit spontan maupun

karena adanya rangsang mekanis dari makanan itu sendiri, yang pada

akhirnya akan mengganggu fungsi pengunyahan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Mirawati,dkk (2019) yang berjudul

analisis hubungan status gizi dan karies gigi pada anak usia 10-11 tahun di

SDN 39 Tamalalang Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini dilakukan

adalah observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara karies dengan status gizi anak dengan tingkat keeratan yang kuat

yang didapat dari uji korelasi Kendall Tau. Terdapat karies yang kategori

tinggi sebanyak 10 orang dan tidak terdapat anak pada karies sangat tinggi

di SDN 39 Tamalalang, Kabupaten Pangkep. Serta, terdapat 1 anak dengan

status gizi sangat kurus dan tidak terdapat anak pada status gizi gemuk dan

obesitas di SDN 39 Tamalalang, Kabupaten Pangkep

3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi,dkk ( 2017 ) Yang berjudul

perbedaan status gizi pada anak sekolah dasar yang terkena karies gigi dan

tidak karies gigi di Sekolah Dasar Negeri Sumber Sekar 01 Kecamatan Dau

Kota Malang. Jenis penelitian Observasional Komparatif. Berdasarkan hasil

penelitian dapat di simpulkan bahwa status gizi anak dapat dipengaruhi oleh
25

karies gigi, bahwa anak yang mengalami karies gigi sulit untuk mencerna

dan mengunyah makanan, dan anak yang mengalami karies gigi tidak dapat

mengkonsumsi semua makanan sehingga asupan gizi yang diterima anak

yang mengalami karies gigi kurang optimal.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2014) dengan judul hubungan

kejadian karies gigi dengan konsumsi makanan kariogenik dan status gizi

pada anak sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan rancangan cross

sectional dengan melakukan pengukuran dan pengamatan variabel bebas

maupun variabel terikat pada saat bersamaan. Berdasarkan hasil penelitian

ini didapatkan bahwa ada hubungan antara karies gigi dan status gizi yakni

semakin rendah indeks karies gigi pada responden, maka status gizinya akan

semakin baik. Kondisi status kesehatan gigi yang baik atau karies gigi yang

rendah tentunya tidak menyulitkan proses pengunyahan makanan, karena

gigi geligi memegang peranan penting, sehingga asupan zat-zat gizi

berlangsung lebih baik, sesuai dengan kebutuhan tubuh.

C. Kerangka Berpikir

Karies gigi pada Status Gizi


anak pra sekolah
Keterangan :

= Variabel independen

= Variabel dependen

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir


26

D. Kerangka Teori

Struktur gigi
dan saliva

Mikroorganisme
Faktor dari dalam
mulut
Substrat atau diet

Waktu
Karies Gigi

Keturunan

Faktor dari luar Usia


mulut
Jenis kelamin

Anak pra Perkembangan


sekolah anak

Konsumsi
maknanan
Faktor internal
Penyakit infeksi
Status gizi
Pendidikan
orang tua
Faktor eksternal

Pekerjaan
orang tua
Bagan 2.2 Kerangka Teori
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Observasi Analitik, yaitu

penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

terjadi pada saat sekarang, dimana penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui hubungan karies gigi dengan status gizi (Notoatmodjo,

2012).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study

yaitu penelitian ini didalam pengumpulan datanya dilakukan dengan satu

periode tertentu, setiap subjek, studinya hanya satu kali pengamatan selama

penelitian (Notoatmodjo, 2012).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan april-mei yang

bertempat di TK Kartika Jaya Kota Tidore Kepulauan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah murid

di TK kartika Jaya kota Tidore Kepulauan yakni 30 murid.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang akan diteliti

27
28

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini menggunakan

teknik total sampling yaitu populasi penelitan yang juga sekaligus

sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh murid

di TK kartika Jaya kota Tidore Kepulauan yakni 30 murid.

E. Variabel Penelitian

Variabel independen pada penelitian ini yaitu karies gigi pada anak

prasekolah.

Variabel dependen pada penelitian ini yaitu status gizi pada anak

prasekolah.

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 3.1 Defenisi operasional dan kriteria objektif

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur


Operasional
Usia Usia anak Mengisi data Lembar Usia responden
prasekolah. demografi observasi dalam tahun
dalam lembar
observasi
Jenis Berjenis Mengisi data Lembar 1. laki – laki
kelamin kelamin laki- demografi observasi 2. Perempuan
laki dan dalam lembar
perempuan. observasi
Karies Karies gigi Pemeriksaan Lembar Sangat
gigi adalah fisik yaitu observasi rendah= 0,0 - 1,1
apabila 1. DMF-T
ditemukan 2. def-t Rendah= 1,2 - 2,6
adanya
lubang atau Sedang = 2,7 – 4,4
warna
kecoklatan Tinggi = 4,5 – 6,5
kehitaman
pada saat di Sangat tinggi = >
sondasi. 6,6
29

Status Status gizi Pemeriksaan Lembar Gizi kurang = -


gizi adalah fisik yaitu : observasi 3SD sd < -2 SD
keadaan 1. Tinggi
kesehatan badan Gizi Baik = -
yang dapat 2. Berat 2 SD sd +1 SD
mengetahui badan
derajat
Gizi lebih =+
kebutuhan
1 SD sd +2 SD
fisik, energi
dan zat-zat
gizi lainnya Obesitas =>
yang + 2 SD
diperoleh dari
pangan baik Tabel
makanan atau antropometri
minuman dan terlampir.
dapat diukur
secara
antropometri.

G. Hipotesis

H0 : Ada hubungan karies gigi dengan status gizi pada anak

prasekolah

H1 : Tidak ada hubungan karies gigi dengan status gizi pada anak

prasekolah

H. Prosedur Penelitian

1. Alat Dan Bahan

Instrument penelitian yaitu alat yang digunakan untuk meneliti.

Instrument yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan : informed

consent, lembar observasi, alat diagnostik, alcohol 70 %, kapas,

nierbeken, handscoen, alat tulis, alat pengukur tinggi badan, dan


30

timbangan berat badan.

2. Prosedur Penelitian

1. Informed consent dibagikan kepada orang tua murid

2. Pengumpulan lembar informed consent

3. Hari selanjutnya sampel diberi penjelasan tentang tujuan penelitian

4. Kemudian sampel diperiksa keadaan rongga mulutnya untuk melihat

ada atau tidaknya karies dan dicatat dilembar observasi

5. Selanjutnya sampel diukur berat badan dan tingginya lalu dicatat

dilembar observasi, kemudian ditetapkan status gizinya

6. Kemudian setelah selesai pemeriksaan diberikan motivasi kepada

sampel untuk selalu memperhatikan kebersihan mulutnya serta

diberikan penyuluhan tentang makanan yang baik untuk kesehatan

gigi.

3. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil dengan cara observasi

langsung kepada responden dalam penelitian

2. Data sekunder

Data dalam hal ini yaitu data penunjang adalah gambaran

umum lokasi penelitian.

4. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


31

1. Editing

Proses editing yaitu proses dimana peneliti melakukan

klarifikasi, keterbacaan, konsistensi, dan kelengkapan data yang

sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau

teknis pada saat peneliti melakukan analisis data.

2. Pengkodean Data

Pengkodean data yaitu pemberian kode yang biasanya

dalam bentuk angka, proses penyusunan secara sistematis data

mentah (yang ada dalam lembar observasi) kedalam bentuk yang

mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti komputer

(Sibagarian, 2019).

3. Skoring

Semua variabel diberi kode selanjutnya masing-masing

komponen variabel di jumlahkan, untuk menentukan variabel

tersebut memenuhi syarat.

4. Tabulasi

Tabulasi diberikan setelah pemberian skoring yaitu

melakukan pengolahan data hasil penelitian kedalam bentuk suatu

tabel.

5. Cleaning

Kegiatan mencek kembali data-data yang sudah dientri


32

apakah ada kesalahan atau tidak (Riyanto, 2019).

I. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik dalam pengolahan data yang digunakan oleh peneliti

yaitu analisis bivariat dimana analisis ini adalah analisis yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dengan analisis data

dengan menggunakan uji statistik Chi Square. (Sugyono, 2015)


33

DAFTAR PUSTAKA

Adhani R, Rachmadhi P, Nurdiyana T, Widodo. Karies Gigi di Masyarakat

Lahan Basah. Banjarmasin: Media Nusa Creative. 2018 .p.13-15.

Afrinis Nur. 2021. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Karies Gigi

Anak Usia Dini. Riau. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini

Volume 5 Issue 1 (2021) Pages 763-771

Ahmad. 2016. Karies dan Perawatan Pulpa Pada Anak secara Kompherentif.

Makassar. Bimer.

Ariati NN, Fetria A, Padmiari IAE, Purnamawati AAP, Sugiani PPS, Suarni NN.

Description of nutritional status and the incidence of stunting children in early

childhood education programs in Bali-Indonesia. Bali Med J. 2018; 7(3):723-

Arafah.2015.Empat Faktor Terjadinya Karies. http//;empat-faktor-terjadinya-

karies-gigi.html

Asriawa, Jumriani. 2020. Hubungan Tingkat Karies Gigi Anak Pra Sekolah

Terhadap Stunting Di Taman Kanak-Kanak Oriza Sativa Kecamatan Lau

Kabupaten Maros. Maros. Media Kesehatan Gigi Vol. 19 No. 1 Tahun 202

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2018. Rapor kesehatanku buku

catatan kesehatan peserta didik tingkat SD/MI. Jakarta: Kemenkes RI; p.44-7.
34

Madhussudhan, M.R. Pallavi. 2019. Malnutrition - A Risk For Oral Health. International

Journal Of Scientific Research. Volume-8 | Issue-4 | April-2019 | PRINT

ISSN No 2277 - 8179

Fankari, F. 2018. Hubungan Tingkat Kejadian Karies Gigi Dengan Status Gizi Anak

Usia 6 -7 Tahun Di SD Inpres Kaniti Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten

Kupang. JURNAL INFO KESEHATAN, 16(1), 32-43

Fatimatuzzahro, N., Prasetya, R. C., & Amilia, W. (2016). Gambaran Perilaku

Kesehatan Gigi Anak Sekolah Dasar di Desa Bangalsari Kabupaten Bantaeng.

Jurnal IKESMA, 12(2), 85.

Gunawan, P. N., & Kawengian, S. E. S. (n.d.) 2019. Hubungan Status Gizi dengan

Karies pada Gigi Molar Pertama Bawah Permanen pada Anak Usia 6-8

Tahun di SDN 36 Manado. 2, 7–14.

Hongini. 2012. Kesehatan Gigi dan Mulut; Buku Lanjutan Dental Terminology.

Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Hermawati dkk, 2015.dampak konsumsi makanan kariorganik terhadap keparahan

karies Gigi pada anak prasekolah. Universitas siliwangi. Htt://com. (diakses

tanggal 23 Februari 2021).

Irma. 2018. Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.

Jamaludin Jaja, dkk.2021. Scoping Review Kejadian Karies Gigi Berhubungan

dengan Status Nutrisi pada Anak Usia Pra Sekolah. Bandung. Prosiding

Kedokteran. http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v7i1.26479
35

Jiao J, Moudon AV, Hurvitz PM, Drewnowski A. (2012).How to identify food

deserts: measuring physical and economic access to supermarkets in King

County, Washington. Am J Public Health. 2012;102(10):e32--- e39.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: KemenkesRI.

Diakses pada tanggal 6 Maret 2023 dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakor

pop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf.

Kemenkes RI. 2016. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Kemenkes RI.2020. Standar Antropometri Anak. Diakses pada tanggal 8 April 2023.

Kusumawati, R. (2010). Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Status Gizi

Siswa Kelas Dua Sdn 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun

2010.Jakarta.

Mansur, Rohman Arif.2019.Tumbuh Kembang Anak Usia

Prasekolah.Padang.Andalas University Press,2019.

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

2012.

Listrianah,dkk.2018. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Siswa

– Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. Palembang.

Par’i, Holil; Wiyono, Sugeng ; Harjatmo, Titus Priyo. 2017. Bahan Ajar Gizi

“Penilaian Status Gizi”. Kemenkes RI. Jakarta.


36

Rani V, Umashankar GK, Benjamin N, dan Rahman SA. Association between

nutritional status and dental caries among school children attending out reach

program: retrospective study. SM Prev Med Public Health. 2019; 3(1): 1028

Riskesdas. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) Provinsi

Maluku Utara 2018.

Ramadhan. 2015. “Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut”. Bukune, Jakarta.

Ramdhanie, G.G. 2022. Status Gizi pada Anak Usia Sekolah yang Mengalami

Karies Gigi. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Din

Ramadhan, A., & dkk. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan

Mulut Terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1 Marabaha. KedokteranGigi,

1(2), 176.

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/dentino/article/view/56.

Sugyono. 2015. ”Statistik Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, CV Alfabeta,

Bandung.

Suyuti. Pengaruh Makanan Serba Manis dan Lengket Terhadap Terjadinya Karies Gigi

Anak Usia 9-10 Tahun di SD Negeri Monginsidi II Makasar. Media

Kesehatan Gigi. [serial online] 2010 Nov [diunduh 8 Maret 2023]; (2): 14-18.Available

from URL:http://isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/ed2nov101418_2087-0051.pdf

Tarigan. 2015. Karies Gigi, Edisi 2 Jakarta : EGC.


37

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek

(stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Balitbangkes,

2015; p. 19.

Wahyono B, Tunggal E, Nurhidayat O. (2012).Perbandingan Media PowerPoint

dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan

Mulut. Unnes Journal of Public Health ;1(1):31-5.


38

LAMPIRAN
39

Lampiran I : Lembar Observasi penelitian Hubungan Karies Gigi Dengan


Berat Badan Pada Anak Prasekolah di TK Kartika Jaya
A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur : tahun bulan
3. Jenis kelamin :
B. PENGUKURAN BERAT BADAN / TINGGI BADAN
Tabel Pengukuran
BB/TB
NO. Berat Badan Tinggi Badan

C. STATUS KESEHATAN GIGI GELIGI

GIGI SUSU (def-t) RAHANG ATAS

V IV III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I I II III IV V

GIGI SUSU (def-t) RAHANG BAWAH


Keterangan :
1. Ada karies
2. Tidak ada karies
40

Lampiran 2. Lembar Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya orang tua / wali yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia memberikan PERSETUJUAN kepada siswa/i:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
untuk menjadi subjek penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Karies Gigi Pada
Anak Prasekolah Terhadap Status Gizi di TK Kartika Jaya Kota Tidore
Kepulauan”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
apapun dan akan dijaga kerahasiannya oleh peneliti serta hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Tidore Kepulauan, 2023

Orang tua/wali Peneliti

(................................) Afrilya Kurnia Rezki


41

Lampiran 3 : Tabel Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak Laki-Laki Umur 5-18 Tahun
Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

5 1 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.3 20.2

5 2 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.3 20.2

5 3 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.3 20.2

5 4 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.3 20.3

5 5 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.3 20.3

5 6 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.4

5 7 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.4

5 8 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.5

5 9 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.5

5 10 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.5 20.6

5 11 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.5 20.6

6 0 12.1 13.0 14.1 15.3 16.8 18.5 20.7

6 1 12.1 13.0 14.1 15.3 16.8 18.6 20.8

6 2 12.2 13.1 14.1 15.3 16.8 18.6 20.8

6 3 12.2 13.1 14.1 15.3 16.8 18.6 20.9

6 4 12.2 13.1 14.1 15.4 16.8 18.7 21.0

6 5 12.2 13.1 14.1 15.4 16.9 18.7 21.0

6 6 12.2 13.1 14.1 15.4 16.9 18.7 21.1

6 7 12.2 13.1 14.1 15.4 16.9 18.8 21.2

6 8 12.2 13.1 14.2 15.4 16.9 18.8 21.3

6 9 12.2 13.1 14.2 15.4 17.0 18.9 21.3

6 10 12.2 13.1 14.2 15.4 17.0 18.9 21.4

6 11 12.2 13.1 14.2 15.5 17.0 19.0 21.5


42

Lampiran 4. Tabel Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak perempuan umur 5-18 tahun
Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

5 1 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.3

5 2 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.4

5 3 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.5

5 4 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.5

5 5 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.6

5 6 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.7

5 7 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.7

5 8 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.1 21.8

5 9 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.1 21.9

5 10 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.1 22.0

5 11 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.2 22.1

6 0 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.2 22.1

6 1 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.3 22.2

6 2 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.3 22.3

6 3 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.3 22.4

6 4 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.4 22.5

6 5 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.4 22.6

6 6 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.5 22.7

6 7 11.7 12.7 13.9 15.3 17.2 19.5 22.8

6 8 11.7 12.7 13.9 15.3 17.2 19.6 22.9

6 9 11.7 12.7 13.9 15.4 17.2 19.6 23.0

6 10 11.7 12.7 13.9 15.4 17.2 19.7 23.1

6 11 11.7 12.7 13.9 15.4 17.3 19.7 23.2

Anda mungkin juga menyukai