Anda di halaman 1dari 32

Laporan Mini Project

Gambaran Pengetahuan Ibu dengan Balita Stunting Tentang Gizi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tekung Periode Mei-Juni 2021

Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internship

Disusun oleh:

dr. Aulia Devina R


dr. Aminullah
dr. Ghaly Khaidar A
dr. Elita Ismi M
dr. BJ Azmy A
dr. Talitha Azalia

Pendamping :

dr. Erma Agustin

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS TEKUNG LUMAJANG
2021
Gambaran Pengetahuan Ibu dengan Balita Stunting Tentang Gizi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tekung Periode Mei-Juni 2021

MINI PROJECT

dr. Aulia Devina R


dr. Aminullah
dr. Ghaly khaidar A
dr. Elita Ismi M
dr. BJ Azmy A
dr. Talitha Azalea

Lembar ini untuk menyatakan bahwa kami telah memeriksa laporan hasil mini project penulis dengan nama di
atas dan menyatakan telah lengkap dan memuaskan dalam segala aspek untuk diajukan dalam presentasi laporan

Lumajang, 27 Mei 2021 Mengetahui

Pendamping Internship Kepala Puskesmas Tekung

dr.Erma Agustin dr.Erma Agustin


NIP. 19710828 200604 2 021 NIP. 19710828 200604 2 021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan HidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu
dengan Balita Stunting Tentang Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Tekung Periode Mei-Juni 2021” sebagai
tugas mini project program dokter internsip periode Mei-Juni 2021 di Puskesmas Tekung, Lumajang.

Lumajang, 27 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Daftar Tabel v
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Pengetahuan 5
2.2. Stunting 13
BAB 3 METODE PENELITIAN 15
3.1 Subjek Penelitian 15
3.2 Tempat dan Waktu penelitian 15
3.3 Populasi dan Sampel 15

3.4 Definisi operasional 15


3.5 Alat dan Bahan 16
3.6 Prosedur Penelitian 17
17
3.7.Alur Penelitian
17
3.8. Analisis data 17
3.9. Jadwal Penelitian 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 23

iii
5.2 Hasil Penelitian 26
5.3 Pembahasan 28
DAFTAR PUSTAKA 25

iv
Daftar Lampiran
Lampiran 1....................................................................................................................................25
Lampiran 2...................................................................................................................................26
Lampiran 3....................................................................................................................................27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah malnutrisi di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang belum bisa diatasi sepenuhnya oleh
pemerintah. Hal ini terbukti dari data-data survei dan penelitian seperti Riset Kesehatan Dasar 2018 yang
menyatakan bahwa prevalensi stunting severe (sangat pendek) di Indonesia adalah 19,3%, lebih tinggi
dibanding tehun 2013 (19,2%) dan tahun 2007 (18%). Bila dilihat prevalensi stunting secara keseluruhan baik
yang mild maupun severe (pendek dan sangat pendek), maka prevalensinya sebesar 30,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa balita di Indonesia masih banyak yang mengalami kurang gizi kronis dan program
pemerintah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun belum berhasil mengatasi masalah ini.1
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis
kelamin. Tinggi badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan menunjukkan status gizi
seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama
(kronis). Diagnosis stunting ditegakkan dengan membandingkan nilai z skor tinggi badan per umur yang
diperoleh dari grafik pertumbuhan yang sudah digunakan secara global. Indonesia menggunakan grafik
pertumbuhan yang dibuat oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 untuk menegakkan
diagnosis stunting.2
Pada tahun 2018 prevalensi balita stunting di Kabupaten Lumajang berdasarkan data hasil survei Riskesdas
tahun 2018 sebesar 34%. Kondisi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan target Renstra Dinas
Kesehatan, Renstra Dinas Kesehatan Provinsi dan RPJMN. Namun jika dibandingkan dengan hasil survei
Riskesdas tahun 2013 prevalensi balita stunting sudah turun sebesar 7.3%, artinya sudah ada penurunan yang
signifikan kondisi stunting di Kabupaten Lumajang dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan data bulan timbang
per bulan agustus 2018, prevalensi balita stunting di Kabupaten Lumajang sebesar 6,7% atau 4.810 balita dari
sasaran sebesar 71.377 balita. 3
Mengingat dampak yan dapat ditimbulkan stunting pada masa depan anak,
terutama di daerah Tekung kabupaten Lumajang, maka diperlukan penelitian lebih lanjut.

6
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana gambaran pengetahuan ibu balita stunting di kecamatan Tekung?
 Bagaimana karakteristik demografi yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan ibu dari
balita stunting?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan tentang pengetahuan dari ibu stunting terhadap stunting, Kecamatan
Tekung.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan dari ibu penderita stunting.


b. Mengetahui distribusi demografi dari ibu balita stunting.
.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis lebih mendalam tentang hubungan
faktor yang berpengaruh terhadap stunting.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebelum orang menghadapi perilaku baru, didalam
diri seseorang terjadi proses berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau
stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang bebeda-beda. Secara garis besar dibagi atas 6 tingkatan pengetahuan yaitu :
 Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari. atau boleh juga dikatakan sebagai mengingat
kembali (Review) sesuatu yang spesifik, yang pernah diterima.
 Memahami (Comprehention)
Memahami merupakan kemampuan dalam menjelaskan secara detail tentang obyek yang diketahui serta
dapat menginterpretasikan suatu materi secara benar.
 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
 Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan dalam menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen,yang berkaitan
antara satu dengan yang lain.

 Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.dan
menghubungkan di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang dibaca.

8
 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu obyek.Penilaian juga
dilakukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang ada

2.2 Stunting

2.2.1 Definisi

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena


malnutrisi jangka panjang (Kusuma, 2013). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila
seorang balita telah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar dan hasilnya berada di bawah normal. Stunting didasarkan pada indeks
pengukuran panjang badan dibanding umur (PB/U) atau atau tinggi badan dibanding umur
(TB/U) jika berada pada ambang batas (z-score) kurang dari -2SD atau dibawah persentil 3, dan
dikategorikan sangat pendek (severe stunting) jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD
(Kemenkes,2016).

2.2.2 Epidemiologi
Menurut Global Nutrition Report tahun 2016 oleh UNICEF, diketahui bahwa prevalensi stunting di
seluruh dunia pada anak usia dibawah 5 tahun sebesar 23,8%, yang sebelumnya telah turun dari angka
39,6% pada tahun 1990(UNICEF,2016). Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menyatakan bahwa persentase stunting di Indonesia pada tahun 2013 adalah 37,2%, dimana 19,2% terdiri
dari stunting dan 18% lainnya merupakan severe stunting. Menurut provinsi, prevalensi balita
pendek terendah terjadi di Kepulauan Riau (26,3%), DI Yogyakarta (27,3%), dan DKI Jakarta (27,5%).
Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita pen dek tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur (51,7%),
Sulawesi Barat (48,0%). Dan Nusa Tenggara Barat (45,2%). Prevalensi balita pendek di
Indonesia juga tertinggi dibandingkan Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan
Singapura (4%). Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17
negara di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan
overweight pada balita (Kemenkes,2016).

9
2.2.3 Etiologi
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, namun diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
variasi normal dan patologis. Pada variasi normal, stunting dikategorikan menjadi
(Batubara, dkk, 2015):
• Familial short stature (perawakan pendek familial)
Adalah variasi normal dari perawakan pendek yang ditandai dengan kecepatan tumbuh
normal, usia tulang normal, tinggi badan kedua orangtua pendek, dan tinggi akhir anak
dibawah persentil 3 atau z score dibawah -2 SD.
• Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Merupakan salah satu kategori dari pubertas terlambat yang paling sering ditemui dalam
praktek sehari-hari, didefinisikan sebagai tidak timbulnya tanda- tanda seks sekunder pada usia
12 tahun untuk anak perempuan dan pada usia 14 tahun untuk anak laki-laki. Anak
dengan CDPG memiliki perawakan pendek, pubertas terlambat, usia tulang terambat, namun
tidak terdapat kelianan organik yang mendasarinya. Pada pasien CDPG ditemukan riwayat
keluarga dengan pubertas terlambat dan hal ini menunjukkan bahwa faktor genetic berperan
dalam awitan pubertas. Kelainan patologis pada stunting dapat dibedakan menjadi proporsional
dan tidak proporsional. Stunting dengan tubuh proporsional meliputi malnutrisi,
intrauterine growth retardation (IUGR), psychosocial dwarfism, penyakit kronik, dan kelainan
endokrin, seperti defisiensi hormon pertumbuhan, hipotiroid, sindrom Cushing, resistensi
hormon pertumbuhan/ growth hormone (GH), dan defisiensi insulin-like growth faktor 1 (IGF-
1). Sedangkan stunting dengan badan tidak proporsional disebabkan oleh kelainan tulang, seperti
kondrodistrofi, displasia tulang, sindrom Kallman, sindrom Marfan, dan sindrom Klinifelter.
2.2.4 Patofisiologi
Stunting merupakan representasi dari disfungsi sistemik dalam fase perkembangan anak dan tanda
dari adanya malnutrisi kronik. Faktor utama dalam mekanisme stunting adalah adanya inflamasi
pada penyakit kronik, dan penyakit dengan resistensi terhadap hormon pertumbuhan. Pada inflamasi
penyakit kronik, akan terjadi kaheksia, yaitu ditandai dengan turunnya nafsu makan, meningkatnya
laju metabolisme basal, berkurangnya massa otot, dan tidak efisiennya penggunaan lemak dalam tubuh
sebagai energi.
Selain itu, juga terjadi malabsorpsi makanan, intoleransi makan, dan adan ya efek obat dari terapi yang
sedang dijalani, contohnya steroid. Hal ini kemudian akan mengakibatkan adanya proses akut,
yaitu penurunan berat badan. Kaheksia pada akhirnya akan menyebabkan defisiensi makronutrisi,

1
vitamin dan mineral. Adanya resistensi terhadap GH pada suatu penyakit, contohnya gagal ginjal
kronik dan konsumsi obat golongan steroid akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan linear,
menurunnya massa otot dan kepadatan tulang. Lama kelamaan, hal tersebut akan menyebabkan efek
kronis pada tubuh, yaitu adanya stunting, menurunnya kualitas hidup, dan meningkatnya risiko dari
infeksi (Sevilla, 2017).

Gambar 1 Patofisiologi stunting akibat penyakit kronis

2.2.5 Manifestasi klinik


Pertumbuhan yang normal menggambarkan kesehatan anak yang baik. Pertumbuhan tinggi badan
merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Stunting dikategorikan menjadi variasi normal dan
patologis. Variasi normal dalam stunting meliputi 2 berserta masing-masing gejala klinisnya, yaitu
(Batubara, dkk, 2015):
1. Familial short stature (perawakan pendek familial):
a. pertumbuhan yang selalu berada dibawah persentil 3 atau -2 SD
b. kecepaan pertumbuhan normal

1
c. usia tulang normal
d. tinggi badan kedua atau salah satu orangtua yang pendek
e. tinggi akhir dibawah persentil 3 atau -2 S D
2. Constitutional delay of growth and puberty (CDGP):
a. perlambatan pertumbuhan linear pada 3 tahun pertama kehidupan
b. pertumbuhan linear normal atau hamper normal pada saat pra pubertas dan selalu berada di bawah
persenti 3 atau -2 SD
c. usia tulang terlambat
d. maturase seksual terlambat
e. tinggi akhir biasanya normal
Anak dengan CDGP umumnya terlihat normal dan disebut dengan late bloomer. Biasanya terdapat
riwayat pubertas terlambat dalam keluarga, usia tulang terlambat, akan tetapi masih sesuai dengan usia
tinggi. Anak dengan familial short stature selama periode bayi dan pra pubertas akan mengalami pe
rtumbuhan yang sama seperti anak dengan CDGP. Anak -anak ini akan tumbuh memotong garis
persentil dalam 2 tahun pertama kehidupan dan mencari potensi genetiknya, pubertas terjadi normal
dengan tinggi akhir berada dibawah persentil 3 a tau -2 SD, tetapi masih normal sesuai potensi
genetiknya dan paralel dengan tinggi badan orangtua, dimana tinggi potensi genetik (TPG) seseorang
dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Pudjiaji,2009):

2.2.6 Penegakan diagnosis


1. Anamnesis
Anamnesis pada anak dengan stunting meliputi(Pudjiaji,2009):
• Riwayat kelahiran dan persalinan, juga meliputi BB dan PB lahir
• Pola pertumbuhan keluarga
• Riwayat penyakit kronik dan konsumsi obat-obatan
• Riwayat asupan nutrisi ataupun penyakit nutrisi sebelumnya

1
• Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
• Data antropometri sebelumnya
• Data antropometri kedua orangtua biologisnya
2. Pemeriksaan fisik
Pada kasus stunting, pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah (Pudjiaji,2009):
• Pemeriksaan antropometri berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala
Pengukuran antropometri menggunakan kurva WHO yang meliputi pengukuran berat badan menurut
usia (BB/U), tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
juga lingkar kepala menurut usia.
• Disproporsi tubuh
Dihitung dengan mengukur rentang lengan dan rasio segmen atas berbanding segmen bawah (U/L).
Rentang lengan adalah jarak terjauh dari rentangan kedua tangan, diukur dari ujung jari tengah kanan
ke ujung jari tengah kiri. Rentang lengan ini sama dengan tinggi badan (TB) pada periode bayi, dan 3-
5 cm lebih panjang dari TB pada anak.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak dengan stunting dengan indikasi (Pudjiaji,2009):
• Tinggi badan dibawah persentil 3 atau -2 SD
• Kecepatan tumbuh dibawah persentil 25 atau laju pertumbuhan ≤ 4cm/ tahun (pada usia 3-12 tahun)
• Perkiraan tinggi dewasa dibawah mid parental height.
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan radiologis (pencitraan)
- Bone age
- CT scan atau MRI
2. Skrining penyakit sistemik
- Darah perifer lengkap, urin rutin, feses rutin
- Laju endap darah (LED)
- Kreatinin, natrium, kalium, analisis gas darah (kadar bikarbonat), kalsium, fosfat, alkali fosfatase
3. Pemeriksaan lanjutan
- Fungsi tiroid
- Analisis kromoson
- Uji stimulasi/ provokasi untuk hormon pertumbuhan

1
Pada anak dengan stunting harus dilakukan pemeriksaan secara baik dan terarah agar tata laksananya
optimal. Kriteria awal pemeriksaan anak dengan stunting adalah:
• TB dibawah persentil 3 atau -2 SD
• Kecepatan tumbuh dibawah persentil 25
• Perkiraan tinggi badan dewasa dibawah midparental height
Berikut merupakan algoritme pendekatan diagnostik anak dengan stunting (Tridjaya,2013):

Gambar 2. Algoritme diagnosis stunting

2.2.7 Tatalaksana
Pada varian normal stunting tidak perlu dilakukan terapi hormonal, cukup observasi saja
bahwa diagnosisnya merupakan fisiologis bukan patologis. Akhir-akhir ini telah ada penelitian yang
menyatakan bahwa penggunaan aromatase inhibitor sebagai terapi adjuvant atau tunggal pada Familial
Short Stature dan Constitutional Delay of Growth and Puberty melalui mekanisme menghambat kerja
estrogen pada lempeng pertumbuhan. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal
ini, maka sebaiknya tidak digunakan secara rutin terlebih dahulu.
Terapi dengan menggunakan hormon pertumbuhan memiliki tujuan memperbaiki prognosis tinggi badan
dewasa. Dari berbagai penelitian terakhir telah ddapat dilihat bahwa hasil tinggi akhir anak yang

1
mendapat GH jauh lebih baik daripada prediksi tinggi badan pada awal pengobatan. Pada tahun 1995
FDA telah menyetujui pemakaian hormon pertumbuhan untuk defisiensi hormon pertumbuhan, gagal
ginjal kronik, sindrom Turner, sindrom Prader Willi, anak anak IUGR, perawakan pendek
idiopatik, orang dewasa dengan defisiensi hormon pertumbuhan, dan orang dewasa dengan AIDS wasting
(Pulungan,2015).

1
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian crossectional yang melihat gambaran pengetahuan ibu yang
mempunyai balita tentang pengetahuan ibu tentang gizi.
3.2. Tempat & Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tekung yang berada di Kecamatan Tekung, Kota
Lumajang dan dilakukan penelitan tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang gizi terhadap Balita
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tekung Periode Mei-Juni 2021”. Waktu penelitian dilakukan dalam
kurun waktu tujuh hari yakni tanggal 20 Mei 2021 sampai dengan tanggal 27 Mei 2021.
3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita sunting di wilayah kerja Puskesmas Tekung.
3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita sunting di wilayah kerja Puskesmas Tekung dan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Stunting ditentukan jika PB/U atau TB/U < -2 SD yang
dibandingkan dengan WHO 2005 growth chart standard

3.3.3. Besar Sampel


Besar sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 30 ibu yang memiliki balita sunting di wilayah
kerja Puskesmas Tekung.
3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total sampling.
3.4. Definisi operasional

no variable Definisi operasional Skala ukur

1 Stunting Stunting adalah keadaan Ordinal


dimana panjang badan
biasanya diukur dengan
menggunakan alat infatometer
dengan cara terlentang.

Kategori stunting
1
dikategorikan menjadi 2 yaitu ;

unting : < -2 standar deviasi (


SD) dak stunting : > -2 standar
deviasi D)
2 Pengetahuan ibu tentang gizi Pengetahuan ibu tentang gizi Ordinal
adalah pengetahuan ibu tentang
gizi yang diukur dengan
instrument yaitu menggunakan 20
pertanyaan kuesioner yang skor
tertingginya tiap jawaban yang
benar adalah 3 dan skor jawaban
salahnya adalah 0. Pengetahuan
ibu yang akan diukur meliputi:
pengetahuan ibu tentang
keragaman makanan , gizi
seimbang, Asi, dan bentuk
makanan Balita .

Skor tertinggi( jlh Kuesione)r –


Skor rendah (jlh Kuesioner)
Kategori

3(20) – 0 (20) 2

Hasilnya kemudian dikategorikan


menjadi :

● Baik : Skor 31-60

● Kurang : Skor 0 – 30

3.5. Alat dan Bahan

Dalam pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, alat dan bahan yang digunakan adalah :

- Kuisioner

Kuisioner digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap stunting. Kuesioner pertama berupa data

1
demografi yang berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Kuesioner kedua tentang

gambaran pengetahuan ibu terhadap stunting pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan.

3.6. Prosedur Penelitian

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari pengukuran pengetahuan

Ibu yang memiliki balita stunting menggunakan kuesioner tentang pengetahuan terhadap stunting

diberikan kepada ibu yang dijadikan sampel pada penelitian ini.

3.7. Alur Penelitian

Populasi
30 ibu yang memiliki balita sunting di wilayah kerja Puskesmas
Tekung.
Pemgisian
kusioner

Sampel
Total sampling

Memberik
an
Pengumpulan
Penyajian
Data Hasil

1
3.8. Analisis data

Variabel-variabel terpilih kemudian disimpan dalam bentuk program database


1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
Variabel yang dianalisa univariat adalah pengetahuan ibu yang di deskripsikan dengan tabel frekuensi
dan analisa berdasarkan persentasi

3.9. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian 19 20-27 27 Mei – 11 - 14


April April 3 Juni Juni
2021 2021 2021 2021
Pengajuan judul
Penyusunan proposal dan
instrument penelitian
Pengambilan dan pengolahan data
Ujian karya tulis

1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Analisa Univariat
1. Kategori Usia
Selama periode dilakukannya penelitian, didapatkan sebanyak 30 sampel yang merupakan seluruh ibu
yang memiliki balita sunting di wilayah kerja Puskesmas Tekung. Karakteristik demografi sampel yang
dikumpulkan dibagi menjadi lima kategori. Kategori karakteristik demografi sampel diantaranya yaitu
usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pengetahuan. Karakteristik demografi sampel berdasarkan
kategori usia dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Sampel Berdasarkan Kategori Usia


Variabel Frekuensi
(n= 30)
tegori Usia
18 tahun 0 (0%)
8 – 25 tahun 11 (36,7%)
5 – 35 tahun 13 (43,3%)
6 – 45 tahun 2 (6,7%)
6 – 55 tahun 4 (13,3%)
6 – 65 tahun 0 (0%)
65 tahun 0 (0%)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 sampel sebagian besar sampel berusia 25-35
tahun yaitu sebesar 13 sampel (43,3%). Diikuti dengan sampel yang berusia 18-25 tahun yaitu sebesar 11
sampel (36,7%). Diikuti dengan sampel yang berusia 46-55 tahun yaitu sebesar 4 sampel (13,3%). Diikuti
dengan sampel yang berusia 36-45 tahun yaitu sebesar 2 sampel (6,7%). Serta tidak ada sampel yang
masuk dalam kategori usia <18 tahun, 56-65 tahun dan >65 tahun.

2. Kategori Pendidikan
Karakteristik demografi sampel berdasarkan kategori pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik Demografi Sampel Berdasarkan Kategori Pendidikan


Variabel Frekuensi

2
(n= 30)
tegori Pendidikan
SD 14 (46,7%)
MP / Sederajat 11 (36,7%)
MA / Sederajat 5 (16,7%)
Diploma / Perguruan Tinggi 0 (0%)
Tidak Sekolah 0 (0%)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 sampel sebagian besar sampel memiliki riwayat
pendidikan SD yaitu sebesar 14 sampel (46,7%). Diikuti dengan sampel yang memiliki riwayat pendidikan
SMP / sederajat yaitu sebesar 11 sampel (36,7%). Diikuti dengan sampel yang memiliki riwayat
pendidikan SMA / sederajat yaitu sebesar 5 sampel (16,7%). Serta tidak ada sampel yang memiliki riwayat
pendidikan Diploma / Perguruan Tinggi dan tidak sekolah.

3. Kategori Pendapatan
Karakteristik demografi sampel berdasarkan kategori pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Karakteristik Demografi Sampel Berdasarkan Kategori Pendapatan


Variabel Frekuensi
(n= 30)
tegori Pendapatan
<1.900.000 28 (93,3%)
>1.900.000 2 (6,7%)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 sampel yang dapat dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan kategori pendapatannya. Kelompok sampel dengan pendapatan <1.900.000 merupakan
kelompok yang banyak yaitu sebesar 28 sampel (93,3%). Sedangkan kelompok sampel dengan pendapatan
>1.900.000 merupakan kelompok yang sedikit yaitu sebesar 2 sampel (6,7%).

4. Kategori Pekerjaan
Karakteristik demografi sampel berdasarkan kategori pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Karakteristik Demografi Sampel Berdasarkan Kategori Pekerjaan


Variabel Frekuensi
(n= 30)
Kategori Pekerjaan
Buruh Tani 5 (16,7%)
Buruh Pabrik 3 (10%)

2
2
Ibu Rumah Tangga 20 (66,7%)
Wiraswasta 2 (6,7%)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 sampel sebagian besar sampel memiliki pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 20 sampel (66,7%). Diikuti dengan sampel yang memiliki
pekerjaan sebagai buruh tani yaitu sebesar 5 sampel (16,7%). Diikuti dengan sampel yang memiliki
pekerjaan sebagai buruh pabrik yaitu sebesar 3 sampel (10%). Diikuti dengan sampel yang memiliki
pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebesar 2 sampel (6,7%).

5. Kategori Pengetahuan
Karakteristik demografi sampel berdasarkan kategori pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Karakteristik Demografi Sampel Berdasarkan Kategori Pengetahuan


Variabel Frekuensi
(n= 30)
Kategori Pengetahuan
Baik 20 (66,7%)
Buruk 10 (33,3%)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 sampel yang dapat dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan kategori pengetahuannya. Kelompok sampel dengan pengetahuan baik merupakan kelompok
yang banyak yaitu sebesar 20 sampel (66,7%). Sedangkan kelompok sampel dengan pengetahuan buruk
merupakan kelompok yang sedikit yaitu sebesar 10 sampel (33,3%).

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara total sampling kepada ibu dengan balita stunting
di Kecamatan Tekung pada periode Mei 2020, didapatkan gambaran pengetahuan yang didominasi dengan
ibu yang memiliki pengetahuan baik (66,7%). Pengetahuan ibu tentang gizi ini dinilai dengan pengisian
kuisioner yang diberikan oleh peneliti. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa pada sampel,
pengetahuan bukan merupakan faktor utama terjadinya stunting. Terdapat beberapa faktor resiko yang
dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada balita di Kecamatan Tekung antara lain, faktor ekonomi
maupun pekerjaan.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang bebeda-beda. Secara
garis besar dibagi atas 6 tingkatan pengetahuan. Teori Benyamin Bloom (1908) membagi pengetahuan
menjadi lower order thinking skills yang terdiri dari level tahu, memahami, dan aplikasi serta tiga

2
tingkatan

2
berikutnya merupakan higher order thinking skills yang terdiri dari level analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pada teori ini mengatakan bahwa secara umum dalam proses mendapatkan pengetahuan, seseorang harus
menjalani tingkatan tersebut secara beruruta.. Sedangkan pada penelitian ini hanya dapat menilai
pengetahuan dasar sampel tanpa bisa menilai bagaimana sampel dapat mengaplikasikan pengetahuannya
pada kehidupan sehari-hari.
Selain menilai pengetahuan mengenai gizi, pengetahuan mengenai pola asuh serta kesehatan lingkungan
juga perlu dinilai. Menurut Kemenkes Buletin tentang Stunting tahun 2019, bahwa kesehatan lingkungan juga
berpengaruh pada resiko terjadinya stunting. Sanitasi yang buruk maupun akses air bersih yang kurang akan
menyebabkan anak mudah terserang berbagai infeksi yang dapat menurunkan imunitas tubuh anak. Apabila
infeksi terjadi berulang ulang maka penyerapan nutrisi yang digunakan untuk tumbuh kembang juga akan
terhambat. Oleh karena itu selain pengetahuan mengenai gizi, pengetahuan mengenai pola asuh serta kesehatan
lingkungan juga perlu di nilai.
Faktor lain yang mempengaruhi resiko terjadinya stunting pada sampel penelitian adalah faktor pekerjaan
dan pendapatan. Sebagian besar sampel (93.3%) memiliki pendapatan di bawah Upah Minimal Kabupaten
(UMK) yaitu kurang dari Rp. 1.900.000. nominal ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor
188/538/KPTS/013/2020 tentang UMK 2021. Pendapatan yang minimal dapat pula mengakibatkan kurang
mampunya ibu untuk menjangkau makanan bergizi seimbang bagi anaknya dan menjadi faktor resiko terjadinya
stunting.

2
BAB V
Penutup

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitan yang di lakukan di tekung tentang gambaran pengetahuan ibu dengan balita stunting
di dapatkan Ibu dengan pengetahuan baik sebesar 66,7% sedangkan ibu dengan pengetahuan buruk sebesar
33,3 %. Pengetahuan yang baik tersebut disebabkan oleh peran aktif kader dalam mengedukasi ibu serta
monitoring status gizi balita.

Namun terdapat faktor risiko lain yang dapat mungkin dapat menyebabkan terjadinya stunting terdapat
faktor pendapatan yang rendah, karena pendapatan kurang sebanyak 93,3% . Namun masih terdapat faktor
lain yang dapat menyebabkan stunting seperti pola asuh kesehatan lingkungan serta aplikasi pengetahuan
dalam keseharian

5.2. Hambatan penelitian


1. Dikarenakan larangan untuk mengumpulkan sampel dalam jumlah banyak di masa pandemi,
menyebabkan penelitian menjadi terhambat.
2. Ibu yanng tidak bisa baca tulis sehingga harus dibantu oleh kader yang dapat mempengaruhi hasil dari
kuesioner.
5.3 Saran
5.3.1 Terhadap penelitian selanjutnya
Dapat dilakukan penelitian secara sustainable agar dapat mengetahui faktor risiko lain penyebab stunting.
5.3.2 Terhadap instansi
Dapat melakukan monitoring secara berkala pada ibu dengan balita stunting dan pada ibu dengan balita
risiko stunting.

2
DAFTAR PUSTAKA

1) Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Diakses pada 13 Mei 2021
2) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia ; 2018
3) Batubara JRL, Susanto R, Cahyono HA. Pertumbuhan dan Gangguan Pertumbuhan.
Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI;
2015:29-32.
4) Kementerian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek. 2016. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita- pendek-2016.pdf. Diakses
pada 13 Mei 2021.
5) Kusuma KE, Nuryanto. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun (Studi di
Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College. 2013; 2(4):523-30.
6) Notoatmodjo ,Soekidjo. 2012.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta.Rineka Cipta
7) Pudjiadi AH, Hegar B, Handr yastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, editor. Perawakan
Pendek. Dalam: Pedoman P elayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2009 243-9.
8) Pulungan AM. Pubertas dan Gangguannya. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1. Jakarta:
UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2015:89-94
9) RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG 2018 – 2023
10) Sevilla WMA. Nutritional Considerations in Pediatric Chronic Disease. Pediatr Rev. 2017;
38(8):343-52.
11) Tridjaja B. Short Stature (Perawakan Pendek) Diagnosis dan Tata Laksana. Dalam: Best Practices
in Pediatrics. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta; 2013:11-8.
12) UNICEF. Global Nutrition Report: From Promise to Impact Ending Malnutrition by 2030. 2016.
Tersedia di https://data.unicef.org/wp- content/uploads/2016/06/130565-1.pdf. Diakses pada 13 Mei 2021

2
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. kami dokter internsip Puskesmas Tekungyang sedang melakukan penelitian
berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu dengan Balita Stunting Tentang Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas
Tekung Periode Mei-Juni 2021’’ Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri
dan menunjukkan status gizi seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi)
dalam jangka waktu yang lama (kronis). Untuk mengetahui adanya hubungan tentang pengetahuan dari ibu
stunting terhadap stunting, Kecamatan Tekung. Oleh karena itu kami meminta kesediaan Ibu untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela dan tanpa paksaan. kami akan melakukan wawancara
dengan mengajukan beberapa pertanyaan Ibu pada lembaran kuesioner untuk diisi. kami mengharapkan
Ibu menjawab semua pertanyaan dengan kejadian sebenar-benarnya yang dialami. Identitas pribadi Ibu
sebagai partisipan akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian
ini. Untuk penelitian ini, Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Setelah memahami berbagai hal yang
menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami siapkan.
Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Ibu dapat langsung menanyakan kepada kami sebagai peneliti.
Demikian informasi ini kami sampaikan. Atas bantuan dan kesedian Ibu menjadi partisipan dalam
penelitian ini, kami sampaikan terima kasih.

2
Lampiran 2. Lembar Persetujuan

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat:

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “judul”, dengan ini menyatakan
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk ikut serta berpartisipasi dengan menjadi objek penelitian.

*) coret yang tidak perlu

Lumajang, 27 Mei 2021

Peneliti, Yang Membuat Pernyataan,

..................................................

2
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

3
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai