Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KOMPREHENSIF

Asuhan Kebidanan pada Remaja Nn. F Umur 16 Tahun dengan KEK dan
Dismenore Primer Ringan di Puskesmas Kotagede II

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja
dan Pranikah

Oleh:
AMALIA AZZAHRO
P07124522140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif
“Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dengan KEK dan Dismenore
Primer Ringan”

Oleh:
AMALIA AZZAHRO
P07124522140

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Siti Widyastuti, S.ST
NIP. 1968092319880120001 (.............................................)

Pembimbing Akademik
Latifah, S.Tr.Keb., Bdn
NIP. (.............................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Nanik Setiyawati, S.ST., Bdn., .M.Kes


NIP. 198010282006042002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan komprehensif ini.
Penulisan laporan komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah pada Prodi
Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Laporan komprehensif ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
melaksanakan praktik ini.
2. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk melaksanakan praktik ini.
3. Nanik Setiyawati, S.ST., Bdn., .M.Kes, selaku Ketua Pendidikan Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang
telah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanakan praktik
ini.
4. Latifah, S.Tr.Keb., Bdn, selaku Pembimbing Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan pada mahasiswa untuk melaksanakan praktik ini.
5. Siti Widyastuti, S.ST, selaku Pembimbing Klinik di Puskesmas Kotagede II
yang telah memberikan bimbingan pada mahasiswa untuk melaksanakan
praktik ini.
6. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan komprehensif ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Yogyakarta, Agustus 2022

3
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
D. Manfaat 2
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI 4
A. Kajian Masalah Kasus 4
B. Kajian Teori 5
BAB III PEMBAHASAN 21
A. Pengkajian 21
B. Analisa 22
C. Penatalaksanaan 22
BAB IV PENUTUP 24
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah tahapan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun pada laki-laki dan usia 10 tahun
pada perempuan. Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan di
antaranya adalah perubahan fisik, menyangkut pertumbuhan dan kematangan
organ reproduksi, perubahan intelektual, perubahan saat bersosialisasi, dan
perubahan kematangan emosi.1
Masalah gizi lainnya pada usia remaja, khususnya remaja putri ialah
asupan zat gizi yang kurang sehingga terjadi gizi buruk, anemia, kekurangan
energi protein, serta kekurangan energi kronis. KEK adalah penyebab dari
ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan
pengeluaran energi. masalah tersebut akan berdampak negatif pada tingkat
kesehatan remaja putri.2 Menurut data Riskesdas tahun 2018, proporsi KEK
pada usia 15-19 tahun yang hamil ada 33,5% dan tidak hamil 36, 3%.3
Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan.
Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa
alat kandungan telah menunaikan faalnya. Masa ini akan mengubah perilaku
dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lain-lain. Pada perempuan
biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarch) pada umur 12-16
tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya
menstruasi selama 2-7 hari.4
Dismenore merupakan masalah penyakit ginekologi yang paling umum
di kalangan remaja perempuan dan wanita usia reproduktif yang telah
mengalami menstruasi. Dismenore dapat diklasifikasikan sebagai dismenore
primer dan sekunder.5 Di Indonesia angka kejadian dismenore berkisar 55%
dikalangan wanita usia muda. Oleh karena itu permaslahan KEK dan
dismenore pada remaja sangat memerlukan penanganan lebih lanjut agar
dapat meningkatkan kualitas dan derajat kesehatan remaja putri di Indonesia.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami, mengetahui dan mengembangkan pola pikir dalam
memberikan atau menerapkan asuhan kebidanan yang tepat pada pasien
dengan KEK dan Dismenore pada remaja.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data atau anamnesis
secara subjektif pada pasien Nn. F dengan KEK dan Dismenore pada
remaja di Puskesmas Kotagede II.
b. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data secara objektif
pada pasien Nn. F dengan KEK dan Dismenore pada remaja di
Puskesmas Kotagede II .
c. Mengidentifikasi diagnosa atau analisis berdasarkan pengkajian
subjektif dan objektif pada pasien Nn. F dengan KEK dan
Dismenore pada remaja di Puskesmas Kotagede II.
d. Melakukan penatalaksanaan serta melakukan pendokumentasian
berdasarkan seluruh tindakan yang telah dilakukan pada kasus pasien
Nn. F dengan KEK dan Dismenore pada remaja di Puskesmas
Kotagede II.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayanan
kesehatan reproduksi pada remaja dan pranikah.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil laporan dapat memperkaya bukti empiris terkait KEK dan
dismenore pada remaja
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis

2
Laporan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi untuk
melakukan asuhan pada kasus serupa.
b. Bagi bidan dan tenaga kesehatan terkait
Laporan ini dapat memberikan informasi terkait KEK dan dismenore
pada remaja sehingga dapat menjadi bahan pendukung dalam
pemberian asuhan kepada pasien dengan kasus serupa.

3
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Nn. F umur 16 tahun saat ini sedang menempuh jenjang pendidikan SMA.
Nn. F mengeluhkan sering merasakan nyeri perut bagian bawah saat awal
menstruasi, nyeri yang dirasakan biasanya bertahan hingga 1-2 hari pertama
siklus menstruasi, nyeri yang dirasakan oleh Nn. F tidak sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari. Nn. F pertama kali mengalami menstruasi pada saat
kelas 6 SD pada umur 12 tahun, siklus menstruasinya teratur setiap bulannya,
darah yang dikeluarkan dalam batas normal. Setiap hari Nn. F melakukan
aktivitas sebagai seorang pelajar yang kebetulan sedang mengikuti kelas
secara offline di sekolah, di samping itu, Nn. F juga membantu kedua orang
tuanya melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci piring,
mencuci,dll. Selain itu Nn.F mengatakan kalau dia sedang tidak menjalankan
diit karena menurutnya badannya sudah kategori ideal jadi Nn.F tidak pernah
diet untuk menurukan berat badan. Menurutn Nn.F tubuh yang ideal yaitu
tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk jadi seperti berisi.
Pola makan yang Nn. F tergolong teratur karena ia makan 3 kali sehari
dengan nasi, sayur, dan lauk.. Nn. F mengatakan mengkonsumsi air putih
kurang lebih 10 gelas per hari. Selain air putih, Nn. F juga mengkonsumsi
teh, dan kadang konsumsi jus dan susu. Pola istirahat Nn. F malam hari
sekitar 7 jam dalam sehari, Nn. F tidak tidur siang dikarenakan sekolah. Nn.
F terkadang sering tidur larut malam atau begadang karena harus
mengerjakan tugas, sehingga jam tidur malamnya berkurang.
Data objektif menunjukkan bahwa tanda-tanda vital Nn. F mempunyai
tekanan darah rendah yaitu 90/60 mmHg, selain itu nadi, suhu, dan
pernapasan dalam batas normal. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan
hasil bahwa BB: 45 kg, TB: 155 cm, Lila: 23 cm. Kemudian didapatkan
pengukuran IMT dengan hasil 18,7 kg/m2.

4
5
B. Kajian Teori
1. Remaja
a. Definisi
Definisi remaja (adolescence) menurut World Health
Organization (WHO) adalah periode usia antara 10–19 tahun,
sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum
muda (youth) untuk usia 15–24 tahun. Berdasarkan sifat atau ciri
perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap,
yaitu: masa awal remaja (10–12 tahun), masa remaja tengah (13–15
tahun), dan masa remaja akhir (16–19 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10–24 tahun.4
b. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2011) tahap perkembangan ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu:6
1) Remaja Awal
Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early
adolescence memiliki rentang usia antara 11–13 tahun. Pada
tahap ini mereka masih heran dan belum mengerti akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka juga
mengemangkan pikiran-pikiran baru, mudah tertarik pada lawan
jenis, dan juga mudah terangsang secara erotis.
2) Remaja
Madya Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu
middle adolescence memiliki rentang usia antara 14–16 tahun.
Tahap remaja madya atau pertengahan sangat membutuhkam
temannya. Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat yang
mencintai dirinya sendiri (narcistic). Remaja pada tahap ini juga
masih bingung dalam mengambil keputusan atau masih labil
dalam berperilaku.

6
3) Remaja Akhir
Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolenscence
merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini
merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu
mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru.
Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka
biasanya sudah berpikir secara matang dan intelek dalam
mengambil keputusan.

2. KEK
a. Definisi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu
menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
wanita. KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu,
kekurangan gizi kronis pada masa anak-anak baik disertai sakit yang
berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang kuntet (stunting)
atau kurus (wasting) pada saat dewasa. Ibu yang memiliki postur
tubuh seperti ini berisiko mengalami gangguan pada masa kehamilan
dan melahirkan bayi BBLR.6
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan
yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau
lebih zat gizi.6
Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana penderita
kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur
(WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan
yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu
untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)

7
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang
kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun
waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam
jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau
penyakit kronis lainnya.6
Ukuran LILA digunakan untuk skrining kekurangan energi
kronis (KEK) yang digunakan untuk mendeteksi remaja dengan
berbagai risiko yang mungkin terjadi apabila tidak ditangani.
Pengukuran LILA ditujukan untuk mengetahui apakah ibu hamil
atau wanita usia subur (WUS) menderita KEK. LILA merupakan
gambaran keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
LILA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak berpengaruh oleh cairan tubuh. Ambang batas LILA WUS
dengan risiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23,5
cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK.7
Cara ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas
dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak dominan.
Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal
lengan atas dan ujung siku dalam ukuran centimeter (cm).
b. Etiologi
Terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi
sehingga simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat
gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Keadaan
KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat
gizi yang dibutuhkan. Hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
mutunya rendah atau kombinasi keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi
juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.8

8
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau
beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi
yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi
yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan
untuk tubuh.
c. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan
yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat
gizi ini berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan
digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini
berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang
ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan
biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang
khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari
munculnya tanda klasik.
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan
dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat
gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan
zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.6
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan
dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat
gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat
gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Remaja
yang menderita gizi kurang akan berpengaruh pada kemampuan dan
juga konsentrasi belajar, menghambat perkembangan dan kecerdasan
otak serta meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena
daya tahan tubuh menurun. Akibat kekurangan gizi remaja putri

9
menjadi kurus, pendek, dan pertumbuhan tulang menjadi tidak
proposional khususnya dibagian panggul dan pelvis.9
d. Tanda Gejala
KEK memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan
diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu lingkar lengan atas (LILA)
kurang dari 23,5 cm. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah
suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek.7
e. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK dari beberapa penelitian:6
1) Jumlah asupan makanan
Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan
dalam negeri yaitu: upaya pertanian dalam menghasilkan bahan
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan
hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan
faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
2) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan
gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari
pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas
memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
3) Penyakit /infeksi
a) Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit
infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan
mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu : Penurunan

10
asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu
sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare,
mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan
akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
4) Pengetahuan WUS tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku
pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.
Pendidikan formal dari seseorang wanita sering kali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
jika tingkat pendidikan dari wanita meningkat maka
pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-
usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin
meningkat, wanita yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang
bergizi.
5) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah,
sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya
dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan
tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras
dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber
energy lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total
pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
6) Citra tubuh

11
Pada usia remaja sudah mulai memperhatikan bentuk tubuh.
Tubuh yang langsing menjadi idaman bagi para remaja putri.
Mereka akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat
tubuhnya menjadi langsing dengan melakukan diet ketat yang
membuat remaja tidak mendapatkan makanan yang bergizi dan
seimbang. Kemudian banyaknya minuman atau obat pelangsing
membuat para remaja tertarik untuk mengkonsumsinya karena
lebih instan dan juga cepat. Apabila hal ini tidak dilakukan
dengan benar maka kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi yang
dapat berakibat pada penurunan status gizinya.9
f. Penatalaksanaan
1) Memberitahukan kepada klien hasil pemeriksaan
2) Memberikan KIE kepada klien tentang keadaanya yang
mengalami KEK yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat
gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar
lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg.
3) Memberikan KIE kepada klien tentang gizi seimbang dan nutrisi
yang diperlukan untuk meningkatkan berat badan menjadi
normal.
4) Menganjurkan kepada klien untuk meningkatkan variasi dari
jumlah makanan.
5) Menganjurkan klien untuk hidup sehat.6
g. Kewenangan bidan
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan derajat kesehatan wanita, salah satunya remaja.
Bidan selaku petugas kesehatan diharapkan mampu menjalankan
peran, fungsi, dan kompetensinya dalam melakukan pelayanan
kesehatan terkait dengan peran, fungsi, dan kompetensinya, bidan
memiliki banyak tugas serta peran seperti sebagai fasilitator
advokator, konselor, motivator, komunikator dimana meliputi
pendidikan kesehatan remaja terutama mengenai obesitas dan KEK

12
(Kurang Energi Kronis), seperti pentingnya nutrisi remaja, makanan
yang baik dan penting untuk remaja. Bidan harus memberikan
fasilitas, supervisi, asuhan dan memberikan nasihat yang dibutuhkan
dan penyuluhan untuk remaja. Sebagai seorang bidan harus
memberikan informasi secara jelas kepada remaja. Pemberian
informasi sangat diperlukan karena untuk memperbaiki kurangnya
pengetahuan dan sikap remaja yang salah tentang kesehatan,
makanan yang baik dan penting untuk remaja guna mengatasi
masalah obesitas dan KEK.6
1) Bidan sebagai edukator
Bidan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi pada
remaja. Petugas kesehatan selaku edukator berperan dalam
melaksanakan bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada
klien, keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan termasuk
siswa bidan/keperawatan tentang penanggulangan masalah
kesehatan seperti kasus gizi buruk pada remaja.
2) Bidan sebagai konselor
Peran bidan sebagai konselor dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan remaja tentang pentingnya gizi untuk remaja dalam
masa pertumbuhan, bahaya kekurangan energi kronis pada
remaja dan bahaya obesitas, asupan nutrisi yang baik dan tepat
untuk remaja melalui penyuluhan dan konseling remaja.
3) Bidan sebagai motivator
Peran bidan sebagai motivator adalah bidan memberikan
motivasi kepada remaja untuk menerapkan gizi yang seimbang
agar tidak mengalami kekurangan energi kronis. Motivasi
adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan
tertentu dan usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi biasanya timbul

13
karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, minat, tujuan
yang ingin dicapai atau karena adanya harapan yang diinginkan.
Motivasi ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Bidan berkewajiban untuk mendorong perilaku positif dalam
kesehatan, dilaksanakan konsisten dan lebih berkembang.
4) Bidan sebagai pelaksana
Program-program kesehatan terkait dengan penanganan dan
pengendalian Obesitas dan KEK, kegiatan tersebut meliputi :
a) Penilaian status gizi anak baru masuk sekolah (PSG-ABS)
b) Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
c) Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat melalui
Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi)
d) Pengembangan Program Penanganan dan Pengendalian
Obesitas berbasis Kesehatan Masyarakat. Ada beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam merancang kebijakan
penanganan dan pengendalian obesitas anak sekolah, antara
lain: Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Obesitas
untuk level sekolah dan Puskesmas dan pembinaan kantin
sekolah
e) Membentuk kader remaja sadar gizi yang dapat membantu
melakukan pendekatan terhadap remaja.
f) Bekerjasama untuk pemberian program makanan tambahan
bagi remaja yang mengalami kurang energi kronis (KEK)
5) Bidan memberikan asuhan pada remaja yang mengalami
Obesitas dan KEK dengan melakukan pengkajian, pemeriksaan
fisik, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial,
enentukan kebutuhan segera, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan untuk menangani kasus,
melakukan evaluasi untuk menangani kasus obesitas.
6) Bidan sebagai evaluator

14
Bidan mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada remaja dengan memantau apakah terdapat perubahan
perilaku pada remaja, dan apakah status gizi remaja sudah lebih
baik. Bidan mengevaluasi program-program yang telah
dirancang dan diterapkan apakah efektif dan efisien ataukah
perlu perubahan.

3. Dismenore
a. Definisi
Dismenorea (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani. Kata
dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan
orrhea yang berarti aliran. Dengan demikian secara singkat
dismenorea dapat didefinisikan sebagai kondisi medis yang terjadi
sewaktu haid/menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan
memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit
di daerah perut maupun panggul.10
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang
terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan
haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga
mencapai puncak nyeri.6
b. Etiologi
Secara umum nyeri haid muncul akibat kontraksi distritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodic di sisi medial paha. Berikut adalah penyebab nyeri
haid menurut:11
1) Dismenorea Primer
Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang
yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi
uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan
dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.

15
a) Faktor kejiwaan, pada gadis-gadis yang secara emosional
tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan
yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.
b) Faktor konstitusi, faktor ini yang erat hubungannya dengan
faktor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit
menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.
c) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim), salah satu
teori paling tua untuk menerangkan dismenorea primer
adalah stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut
tidak lagi dianggap sebagai faktor penting sebagai
penyebab dismenorea primer, karena banyak wanita yang
mengalami dismenorea primer tanpa uterus dalam
hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya.
2) Dismenorea Sekunder
a) Uterine myoma yaitu tumor jinak rahim yang terdiri dari
jaringan otot terutama mioma submukosa
b) Uterine polyps atau tumor jinak rahim
c) Adanya AKDR
d) Endometriosis pelvis yaitu jaringan endometrium yang
berada di panggul
e) Penyakit radang panggul kronis
f) Tumor ovarium
g) Faktor psikis, seperti gangguan libido dan konfik dengan
pasangan Allen-Masters Syndrome (kerusakan lapisan otot
di panggul sehingga pergerakan serviks meningkat
abnormal). Sindrom masters ditandai dengan nyeri perut
bagian bawah yang akut, nyeri saat bersenggama, kelelahan
yang sangat, nyeri panggul secara umum, dan nyeri
punggung.12

16
c. Klasifikasi
Dismenore sering di klasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau
berat berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri tersebut dapat
berdampak pada kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intensitas nyeri menurut Multidimensional Scoring of Andersch and
Milsom dalam Widyasih, dkk 2018 mengklasifikasikan nyeri
dismenore sebagai berikut:6
1) Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa
adanya pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan
analgetik dan tidak ada keluhan sistemik.
2) Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang
memengaruhi aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan
analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan terdapat
beberapa keluhan sistemik.
3) Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan
keterbatasan parah pada aktifitas sehari-hari, respon
analgetik untuk menghilangkan rasa sakit minimal, dan
adanya keluhan sistemik seperti muntah, pingsan dan lain
sebagainya.
d. Tanda gejala
1) Dismenorea primer
Dismenorea primer muncul berupa serangan ringan, kram pada
bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke
punggung atau paha bagian dalam.8 Umumnya ketidaknyamanan
dimulai 1-2 hari sebelum menstruasi, namun nyeri paling berat
selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.
Gambaran klinis seperti muntah, diare, sakit kepala, sinkop, nyeri
kaki.
2) Dismenorea Sekunder
Dismenorea dimulai setelah usia 20 tahun. Nyeri bersifat
unilateral. Faktor-faktor yang berhubungan sebagai penyebab:

17
PRP, endometriosis, fibroleiomioma, polip uterus, dan prolaps
uterus
e. Faktor risiko6,5
1) Menarke usia dini
2) Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore,
3) Indeks masa tubuh yang tidak normal/ underweight
4) Kebiasaan memakan makanan cepat saji,
5) Durasi perdarahan saat haid,
6) Terpapar asap rokok,
7) Konsumsi kopi
8) Melewatkan waktu sarapan
9) Pendapatan yang relatif rendah

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien dismenorea
adalah:
1) Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan
dapat dilakukan dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah
informasi mengenai haid atau adanya hal-hal tabu atau tahayul
mengenai haid dapat dibicarakan. Nasihat mengenai makanan
sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat membantu.
Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
2) Pemberian obat analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat
diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada
perut bawah untuk mengurangi keluhan. Obat analgesik yang
sering diberikan adalah kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.

18
Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin,
ponstan, acet-aminophen.
3) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa
gangguan yang terjadi benar-benar dismenorea primer, atau jika
diperlukan untuk membantu penderita untuk melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
4) Terapi alternatif
Terapi alternatif dapat dilakukan dengan kompres handuk panas
atau botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air
hangat juga bias membantu. Beberapa wanita mencapai
keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi
strees dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi
tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran
dan rasa nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat
menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah
peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak
kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas
setinggi-tingginya.11
5) Terapi Non Farmakologi
a) Konsumsi coklat hitam/ dark chocolate dipercaya dapat
mengurangi tingkat nyeri pada dismenore menurut
beberapa penelitian yang dilakukan.
b) Mengkonsumsi makanan berserat
c) Mengurangi makanan yang mengandung garam dan kafein
d) Mengkonsumsi minuman herbal (kayu manis, kedelai,
cengkeh, jahe madu, kunyit asam.12
g. Kewenangan bidan
Tugas dan wewenang bidan yang tertuang dalam UU Kebidanan
No 4 Tahun 2019 pasal 46 ayat 1 menyatakan bahwa dalam

19
menyelengarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan ysalah satunya adalah pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. Sedangkan dalam pasal 51
menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, bidan
berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling
dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam kasus desminore ini peran bidan adalah
konseling tentang kesehatan reproduksi, cara menguangi rasa nyeri
dan anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar dapat
mengatasi keluhan pada klien dengan desminore.
Dalam memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi ini
bidan harus menjelaskan bahwa desminore adalah gangguan nyeri
perut yang terjadi pada saat menstruasi yang sifatnya tidak
berbahaya untuk kesehatan, jika tidak mengganggu aktivitas sehari
hari maka tidak perlu diberikan obat sebagai analgesic atau
pengurang nyeri, dan bisa dilakukan alternatif lain dalam mengatasi
desminorea. Untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi bidan selain
memberikan obat dapat juga memberikan konseling berupa
penerapan pola hidup sehat dan juga pengompresan pada bagian
yang nyeri dengan menggunakan air hangat. Penerapan pola hidup
sehat yang dimaksud adalah menghindari stres yang dapat
menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang teratur,
istirahat cukup, tidak merokok, tidak meminum-minuman keras,
tidak makan makanan dan minuman yang mengandung kafein,
meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang
mengandung vitamin B6. Dalam melakukan anamnesis bidan juga
harus benar dan melakukan pemeriksaan secara tepat karena jika
pada saat pemeriksaan ditemukan kelainan anatomis yang
kemungkinan mengarah ke endometriosis maka bidan dapat dengan
sera melakukan rujukan dan kolaborasi dengan Sp.OG.

20
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian data subjektif didapatkan hasil bahwa Nn. F berumur 16
tahun saat ini sedang menempuh kelas 10 jenjang pendidikan SMA. Kegiatan
Nn.F hanya sekolah, bersih rumah dan istirahat dirumah seperti biasa. Nn.F
mengatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit seperti flek paru-paru,
cacingan, asma, jantung, dll. Nn.F mengatakan bahwa keluarganya juga tidak
menderita penyakit apaun seperti hipertensi, asma, jantung, stroke, kolesterol
tinggi ,dll. Nn.F mengatakan bahwa keluarganya adalah keluarga yang di
kategori menengah ke atas sehingga untuk kebutuhan baik asupan protein,
sayuran serta buah masih dapat terpenuhi. Nn F mengatakan mengenai pola
makan biasanya 2-3kali sehari terkadang naik turun sesuai nafsu makan dan
selagi mood pasti Nn.F akan makan lahap. Selain itu Nn.F mengatakan kalau
dia sedang tidak menjalankan diit karena menurutnya badannya sudah
kategori ideal jadi Nn.F tidak pernah diet untuk menurukan berat badan.
Menurutn Nn.F tubuh yang ideal yaitu tubuh yang tidak terlalu kurus dan
tidak terlalu gemuk jadi seperti berisi. Nn. F mengatakan bahwa gizi akan
terpenuhi jika asupan protein sayur dan buah tercukupi asalkan makan 3 kali
sehari namun dirinya tidak mengetahui terlalu dalam mengenai berapa banyak
yang harus dikonsumsi agar asupan nutrisi terpenuhi.
Nn. F mengeluhkan sering merasakan nyeri perut bagian bawah saat awal
menstruasi, nyeri yang dirasakan biasanya bertahan hingga 1-2 hari pertama
siklus menstruasi dan tidak mengganggu aktivitas fisik. Dari keluhan yang
dialami oleh Nn. F dapat disimpulkan bahwa Nn. F mengalami dismenore/
nyeri menstruasi, dimana Nn. F mengalami nyeri perut yang berasal dari kram
rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri tersebut timbul bersamaan dengan
permulaan haid dan berlangsung beberapa waktu, hal ini sesuai dengan
definisi dismenore menurut Widyasih, dkk. Sarwono, 2011 menyebutkan
bahwa dismenore primer ringan adalah nyeri yang disebabkan oleh kontraksi

21
uterus yang berlebihan dimana terjadi rasa nyeri haid tanpa adanya
pembatasan aktivitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan tidak ada
keluhan sistemik. Hal ini sesuai dengan keluhan Nn. F yang berarti bahwa
Nn. F mengalami dismenore primer ringan.
Menurut Anurogo, 2011 faktor yang memegang peranan sebagai penyebab
dismenorea primer adalah prostaglandin. Prostagladin terbentuk dari asam
lemak tak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada dalam tubuh. Hal
ini menyebabkan kontraksi otot polos yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Dalam teori mengatakan bahwa usia menarche yang cepat menjadi faktor
risiko terjadinya dismenorea primer. Menarche Nn. F pada saat usia 12 tahun,
hal itu berarti dismenore yang dialami Nn.S bukan dipengaruhi oleh usia
menarche.
Pada pengkajian data objektif didapatkan hasil bahwa IMT Nn. F 18,7 dan
lingkar lengan atas 23 cm. Menurut Widyasih, dkk pengukuran lila
merupakan salah satu cara untuk mengetahui risiko KEK pada wanita usia
subur termasuk remaja putri, salah satu tanda dan gejala KEK adalah
pengukuran lila didapatkan hasil kurang dari 23,5 cm. Hal ini sesuai dengan
hasil pengukuran lila Nn. F yang menunjukkan hasil 23 cm berarti Nn. F
mengalami KEK atau Kekurangan Energi Kronis. Nn. F mengatakan bahwa
porsi makannya dan nafsu makannya naik turun dan jarang mengemil. Hal ini
berarti penyebab KEK Nn.F dapat dipengaruhi oleh hal tersebut karena
kurangnya asupan gizi seimbang atau juga dapat karena faktor lain. Menurut
penelitian yang dilakukan di Provinsi Hunan, China salah satu faktor risiko
penyebab terjadinya dismenore primer pada remaja karena KEK atau
kekurangan energi kronis.

B. Analisis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil dari pengkajian subjektif
dan temuan-temuan pada pemeriksaan objektif klien. KEK ditandai dengan
ukuran lila dibawah 23,5 cm. Sedangkan dismenore primer ringan adalah
nyeri perut yang dialami saat menjelang atau bersamaan dengan awal

22
terjadinya menstruasi, dimana rasa nyeri yang dirasakan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, pada kasus Nn. F ini dapat ditegakkan
diagnosis Nn. F umur 16 tahun dengan KEK dan dismenore primer ringan.

C. Penatalaksanaan
Pada kasus Nn. F ini telah dilakukan penatalaksanaan asuhan yaitu
memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa Nn. F mengalami dismenore dan
KEK. Kemudian diberikan KIE tentang penanganan dismenore, yaitu dengan
mengompres hangat dan juga membaluri perut dengan minyak angin, juga
menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik. Melaksanakan
pemenuhan gizi seimbang untuk meningkatkan berat badannya agar menjadi
normal, juga menganjurkan Nn. F untuk mengkonsumsi makanan yang
bervariasi. Kemudian mengajurkan Nn. F untuk melakukan pola hidup bersih
sehat, juga memperketat protokol kesehatan untuk pencegahan pada pandemi
covid-19 yang masih ada ini.
Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap Nn. F telah sesuai dengan
Widyasih, dkk yang menyebutkan bahwa penatalaksanaan asuhan pada
remaja dengan KEK adalah memberitahukan kepada klien hasil pemeriksaan,
memberikan KIE kepada klien tentang keadaanya yang mengalami KEK
yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat gizi, nafsu makan berkurang,
pusing lemas, pucat, lingkar lengan < 23,5. Memberikan KIE kepada klien
tentang gizi seimbang dan nutrisi yang diperlukan untuk meningkatkan berat
badan menjadi normal. Menganjurkan kepada klien untuk meningkatkan
variasi dari jumlah makanan. Menganjurkan klien untuk hidup sehat.
Menganjurkan kepada klien untuk menambahkan jumlah porsi dalam
makanan seperti yang awalnya makan 2 kali sehari menjadi makan 3-4 kali
sehari dengan sedikit menambah porsi untuk protein dan seingan cemilan.
Untuk konsumsi karbo bisa diganti atau dicukupi dengan yang lain seperti
kentang (2 buah kentang/210gr) dengan kalori 160 sama dengan 100gr nasi,
atau dengan 3 Lembar roti gandum setara 150 kkal, 1 jagung manis dengan
65kkal serta 1 buah ubi sedang yaitu dengan kalori 80kkal.

23
Selanjutnya untuk asupan prtein dapat dilakukan dengan konsumsi 1
potong ayam tanpa kulit (160kkal), 1 ekor ikan sebesar telapak tangan
(65kkal), 1 potong daging merah rendah lemak 40gram (65kkal), 2 potong
tempe sedang atau 50gr (50gr), 1 buah tahu hesar atau 110gr (85kkal).
Sedangkan untuk asupan vitamin dan serat didapatkan dari sayur hijau dan
buah.
Penatalaksaan pada kasus dismenore Nn. F juga telah sesuai dengan teori
dimana kewenangan bidan dalam hal ini adalah memberikan konseling, dan
mengajurkan untuk melakukan terapi-terapi non farmakologi seperti kompres
hangat, massase perut secara lembut, pemberian minyuak angin, mandi air
hangat, dll. Untuk penanganan ksus KEK juga daat dilakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk mendapatkan konseling. Mengenai diit guna
menaikkan ukuran lingkar lengan atas dan menyeimbangkan asupan sehat
dan beegizi.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini saya dapat memahami kasus secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada remaja dengan KEK dan dismenore. Asuhan kebidanan
yang diberikan pada Nn. F umur 16 tahun dengan KEK dan dismenore telah
sesuai dengan teori yang ada. Selain itu dari penatalaksanaan kasus, saya
dapat menarik kesimpulan.
1. Melaksanakan pengkajian data atau anamnesis secara subjektif dengan
hasil Nn. F mengalami keluhan nyeri perut saat awal menstruasi dan pada
pengkajian data objektif didapatkan bahwa lila Nn. F berada di bawah
batas normal atau mengalami KEK (Kekurangan Enenrgi Kronis).
2. Melaksanakan pengkajian data objektif dengan hasil bahwa lila Nn. F
dalam kategori di bawah normal.
3. Mengidentifikasi diagnosa berdasarkan pengakjian subjektif dan objektif
pada pasien Nn. F yaitu Nn. F umur 16 tahun dengan KEK dan
dismenore Primer Ringan.
4. Melakukan penatalaksanaan sesuai teori pada Nn. F umur 16 tahun
dengan KEK dan dismenore.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Profesi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Laporan ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan dapat
menjadi acuan atau referensi untuk melakukan asuhan pada kasus serupa
ketika praktik.
2. Bagi bidan dan tenaga kesehatan di Puskesmas Kotagede II
Laporan ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi terkait KEK
dan dismenore pada remaja sehingga dapat menjadi bahan pendukung
dalam pemberian asuhan kepada pasien dengan kasus serupa serta bidan

25
dapat tetap menjaga konsistensi dalam memberikan asuhan kebidanan
yan telah sesuai dengan SOP.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani Putri. Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi
Dan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2017.
2. Setyawati VA. Karakter Gizi Remaja Putri Urban Dan Rural Di Provinsi
Jawa Tengah. 2015.
3. Kemenkes RI. Hasil Utama RISKESDAS 2018. 2018.
4. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika;
2016.
5. Hu Z, Tang L, Chen L, Kaminga AC, Xu H. Prevalence and risk factors
associated with primary dysmenorrhea among Chinese female university
students: a cross-sectional study. J Pediatr Adolesc Gynecol. 2020;33
(1):15–22.
6. Prawirohardjo S. Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press;
2011.
7. Widyasih H, Dkk. Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan
Pra Nikah [Internet]. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jurusan
Kebidanan; 2018. Available from:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/5024
8. Thamaria N. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan; 2017. 315 p.
9. Pujiatun T. Hubungan Konsumsi Energi Protein Dengan Sumber Kejadian
Kekurangan Energi Protein Pada Siawa Putri Di SMA Muhammadiyah 6
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
10. Pratiwi AH. Pengaruh Kekurangan Energi Kronik (KEK) Dan Anemia Saat
Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Dan APGAR.
Universitas Jember; 2014.
11. Muhammad J. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Surakarta:
Rahma Press; 2012.
12. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.
13. Anurogo D, Wulandari A. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta;
2011.
14. Morgan, Geri, Hamilton. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2009.

27
LAMPIRAN

Asuhan Kebidanan pada Remaja


Nn. F Umur 16 Tahun dengan KEK dan Dismenore Primer Ringan
di Puskesmas Kotagede II

Hari, Tanggal : Senin, 28 Agustus 2022


Pukul : 14.00 WIB
SUBJEKTIF (S)
1. Identitas
Nama : Nn. F
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Gg. Sambirejo II KG 2/28, RT02/RW01, Prenggan,
Kotagede, Yogyakarta

2. Data Subjektif
a. Keluhan Utama
Nn. F mengatakan pada saat awal haid merasa sakit seperti ditusuk-tusuk
di perut bagian bawah, nyeri tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
b. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche 12 tahun, Lama ±5-6 hari, siklus ±29 hari, teratur, ada
keputihan akan tetapi normal seperti lendir, tidak bau, tidak gatal,
mengalami dismenore ketika haid. Ganti pembalut 3-4x/ hari.
HPHT: 15/8/2022
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nn. F mengatakan saat ini tidak sedang menderita batuk atau pilek,
pusing, demam tinggi, diare dan penyakit seperti asma, TBC, hipertensi,

28
diabetes mellitus, jantung, hepatitis B dan HIV, dll. Nn. F tidak pernah
mengalami flek paru-paru atau juga tidak pernah mengalami cacingan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Nn. F mengatakan saat ini keluarganya tidak ada yang menderita batuk
atau pilek, pusing, demam tinggi, diare, dan tidak ada riwayat penyakit
asma, TBC, hipertensi, diabetes mellitus, jantung, hepatitis B dan HIV,
dll.
e. Pola Personal Hygiene
Nn. F mengatakan mandi 2 kali sehari, membersihkan daerah genetalia
setelah BAB, BAK dan saat mandi. Mengganti celana dalam setiap habis
mandi atau saat dirasa tidak nyaman/ lembab.
f. Pola Pemenuhan Nutrisi
Makan Minum

Frekuensi 2-3x/hari 10x/ hari

Porsi sedang gelas sedang

Macam nasi, lauk, sayur, buah air putih, teh, jus, susu
(kadang) (jarang)

Keluhan Terkadang nafsu tidak ada keluhan


makan naik turun dan
tidak mood

Camilan suka nyemil sedikit

g. Pola Eliminasi
BAB BAK

Frekuensi 1-2 hari sekali 4-5x/hari

Tekstur lunak cair

Warna kecoklatan kuning jernih

29
Keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan

h. Pola Aktivitas dan Istirahat


- Nn. F mengatakan aktivitas sehari-hari yaitu sekolah, mengerjakan
tugas, dan juga membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
- Nn. F mengatakan jam tidur pada malam hari tidur selama ±7 jam.
- Nn. F jarang olahraga

30
OBJEKTIF (O)
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-Tanda Vital :
a. TD : 90/60 mmHg
b. N : 82x/ menit
c. R : 22x/ menit
d. S : 36,9oC
4. Pemeriksaan Antropometri
a. BB : 45 kg
b. TB : 165 cm
c. Lila : 23 cm
d. IMT : 18,7 kg/m2
5. Pemeriksaan Fisik
Tidak dilakukan pemeriksaan fisik

ANALISIS (A)
Nn. F umur 16 tahun dengan KEK dan Dismenore Primer Ringan
Masalah : Kurangnya Pengetahuan mengenai makanan sehat dan gizi seimbang,
dan kurang pengetahuan mengenai cara penanganan Disminore
Kebutuhan : KIE asupan makanan sehat dan gizi seimbang, KIE Dismenorhea,
KIE penanganan Dismenorhea,

PENATALAKSANAAN (P) Tanggal 28 Agustus 2021


1. Memberitahu Nn. F hasil pemeriksaan bahwa Nn. F mengalami dismenore
dengan ditandai sering nyeri pada perut bagian bawah saat awal menstruasi.
Hasil pengukuran LLA yaitu 23 cm dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 18,7
Nn. F termasuk dalam kategori KEK karena lila <23,5cm.
Nn. F mengerti dan mengetahui tentang keadaannya.
2. Menjelaskan kepada Nn. F tidak perlu khawatir karena dismenorea primer
adalah gangguan yang normal dan wajar dialami saat menstruasi juga tidak

31
berbahaya untuk kesehatan. Namun, jika nyeri yang dirasakan sangat
menyakitkan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan
kehilangan kesadaran, hal tersebut harus diwaspadai, karena dapat mengarah
ke dismenore sekunder. Selagi rasa nyeri tidak mengganggu aktivitas dan
tidak memerlukan pengobatan khusus, tidak perlu khawatir.
Nn. F mengerti dan paham dengan penjelasan yang diberikan
3. Menjelaskan kepada Nn. F pencegahan dismenore yaitu dengan menghindari
stress, tidak terlalu banyak pikiran karena stress dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri, menghindari konsumsi alkohol, rokok, minuman
mengandung kafein, makan makanan junk food karena dapat memicu
timbulnya rasa nyeri. Nn. F paham dengan penjelasan yang diberikan
4. Menjelaskan kepada Nn. F tentang penanganan dismenore yaitu dengan
kompres hangat di bagian perut yang dirasakan nyeri, atau memberikan
minyak gosok untuk menghangatkan perut. Minum minuman hangat atau
mandi dengan air hangat juga dapat membantu merileksasikan otot-otot
sehingga nyeri perut dapat berkurang. Juga menganjurkan Nn. F untuk
mengonsumsi dark chocholate dipercaya dapat mengurangi nyeri menstruasi.
Nn. F mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Mengkolaborasikan permasalahan KEK dengan ahli gizi
6. Menjelaskan kepada Nn. F untuk melakukan olahraga minimal 30 menit
sehari agar otot-otot menjadi rileks dan mengurangi rasa nyeri saat
menstruasi.
Nn. F mengerti dan bersedia melakukannya
7. Memberikan KIE kepada Nn. F tentang pemenuhan gizi seimbang.
Menganjurkan Nn. F untuk makan makanan yang bergizi seimbang dan
beragam. Menganjurkan makan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi
protein, mengkonsumsi sayur hijau dan buah serta makanan berserat tinggi.
Makanan tinggi protein seperti daging, telur, tahu tempe, ayam dan makanan
tinggi karbohidrat seperti kentang, ubi, gandum, nasi. Mengkonsumsi air
minimal 2 liter per hari.
Nn. F mengerti dan akan berusaha melakukan anjuran yang diberikan

32
8. Memberikan KIE tentang perilaku hidup bersih sehat dan juga tetap
melakukan protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19, seperti mencuci
tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi
mobilitas, dan juga menghundari kerumunan.
Nn. F mengerti dan bersedia mengikuti anjuran

33

Anda mungkin juga menyukai