Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN MASA REMAJA DAN PRANIKAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja
dan Pranikah

Oleh:
AMALIA AZZAHRO
P07124522140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan
“Asuhan Masa Remaja dan Pranikah”

Oleh:
AMALIA AZZAHRO
P07124522140

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Siti Widyastuti, S.ST
NIP. 1968092319880120001 (.............................................)

Pembimbing Akademik
Latifah, S.Tr.Keb .,Bdn
NIP. (.............................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Nanik Setiyawati, S.ST., Bdn., .M.Kes


NIP. 198010282006042002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
Penulisan laporan pendahuluan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pranikah pada Prodi
Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Laporan pendahuluan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
melaksanakan praktik ini.
2. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk melaksanakan praktik ini.
3. Nanik Setiyawati, S.ST., Bdn., .M.Kes, selaku Ketua Pendidikan Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang
telah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanakan praktik
ini.
4. Latifah, S.Tr.Keb ., Bdn, selaku Pembimbing Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan pada mahasiswa untuk melaksanakan praktik ini.
5. Siti Widyastuti, S.ST, selaku Pembimbing Klinik di Puskesmas Kraton yang
telah memberikan bimbingan pada mahasiswa untuk melaksanakan praktik ini.
6. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan pendahuluan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Yogyakarta, Agustus 2022
Penulis

3
DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I TINJAUAN TEORI 1
A. Remaja 1
B. KEK 2
C. Dismenore 10
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 16
A. Pengkajian data subjektif 16
B. Pengkajian data objektif 16
C. Rencana tindakan/ penatalaksanaan 17
DAFTAR PUSTAKA 19

4
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Remaja
a. Definisi
Definisi remaja (adolescence) menurut World Health Organization
(WHO) adalah periode usia antara 10–19 tahun, sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia 15–24
tahun. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu)
remaja ada tiga tahap, yaitu: masa awal remaja (10–12 tahun), masa remaja
tengah (13–15 tahun), dan masa remaja akhir (16–19 tahun). Definisi ini
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10–24 tahun.1
b. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2011) tahap perkembangan ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu:2
1) Remaja Awal
Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early
adolescence memiliki rentang usia antara 11–13 tahun. Pada tahap ini
mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan tersebut. Mereka juga mengemangkan pikiran-pikiran baru,
mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang secara
erotis.
2) Remaja Madya
Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle
adolescence memiliki rentang usia antara 14–16 tahun. Tahap remaja
madya atau pertengahan sangat membutuhkam temannya. Masa ini
remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri
(narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih bingung dalam
mengambil keputusan atau masih labil dalam berperilaku.

1
3) Remaja Akhir
Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolenscence
merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini
merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu
mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja
akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya
sudah berpikir secara matang dan intelek dalam mengambil
keputusan.

B. KEK
1. Definisi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu
menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada wanita.
KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu, kekurangan gizi
kronis pada masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang, akan
menyebabkan bentuk tubuh yang kuntet (stunting) atau kurus (wasting)
pada saat dewasa. Ibu yang memiliki postur tubuh seperti ini berisiko
mengalami gangguan pada masa kehamilan dan melahirkan bayi BBLR.3
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.3
Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana penderita
kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS)
dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang
baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan
mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan
karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau

2
makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau
disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.3
Ukuran LILA digunakan untuk skrining kekurangan energi kronis
(KEK) yang digunakan untuk mendeteksi remaja dengan berbagai risiko
yang mungkin terjadi apabila tidak ditangani. Pengukuran LILA ditujukan
untuk mengetahui apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS)
menderita KEK. LILA merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh cairan tubuh.
Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila
ukuran kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK.4
Cara ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas
dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak dominan. Pengukuran
LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung
siku dalam ukuran centimeter (cm).

2. Etiologi
Terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi
sehingga simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi
akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Keadaan KEK
terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau
kombinasi keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh.5
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan

3
tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi
kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan
yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi
ini berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan digunakan
untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama,
maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan
berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi
yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi
yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik.
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan
dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi,
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi
akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.3
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan
dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi,
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi
akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Remaja yang
menderita gizi kurang akan berpengaruh pada kemampuan dan juga
konsentrasi belajar, menghambat perkembangan dan kecerdasan otak serta
meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun. Akibat kekurangan gizi remaja putri menjadi kurus, pendek, dan
pertumbuhan tulang menjadi tidak proposional khususnya dibagian
panggul dan pelvis.6

4. Tanda dan gejala

4
KEK memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur.
Tanda dan gejala KEK yaitu lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5
cm. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur
termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.4

5. Faktor risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK dari beberapa penelitian:3
a. Jumlah asupan makanan
Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam
negeri yaitu: upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi
makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan
oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
b. Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan
gizi yang banyak. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar
juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup.
c. Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak
yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka
yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka
apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang
dibutuhkan juga semakin banyak.
d. Penyakit /infeksi

5
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu :
1) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
2) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus.
3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
e. Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang
nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari seseorang
wanita sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan
pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa
studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari wanita
meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah
baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi
semakin meningkat, wanita yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
f. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60
persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk
membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi
dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20
persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein.
Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total
pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
g. Citra tubuh

6
Pada usia remaja sudah mulai memperhatikan bentuk tubuh. Tubuh
yang langsing menjadi idaman bagi para remaja putri. Mereka akan
melakukan berbagai macam cara untuk membuat tubuhnya menjadi
langsing dengan melakukan diet ketat yang membuat remaja tidak
mendapatkan makanan yang bergizi dan seimbang. Kemudian
banyaknya minuman atau obat pelangsing membuat para remaja tertarik
untuk mengkonsumsinya karena lebih instan dan juga cepat. Apabila
hal ini tidak dilakukan dengan benar maka kebutuhan gizi mereka tidak
terpenuhi yang dapat berakibat pada penurunan status gizinya.6

6. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan kepada klien hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE kepada klien tentang keadaanya yang mengalami
KEK yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat gizi, nafsu makan
berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar lengan < 23,5, dan berat badan
< 45 kg.
c. Memberikan KIE kepada klien tentang gizi seimbang dan nutrisi yang
diperlukan untuk meningkatkan berat badan menjadi normal.
d. Menganjurkan kepada klien untuk meningkatkan variasi dari jumlah
makanan.
e. Menganjurkan klien untuk hidup sehat.3

7. Kewenangan bidan terhadap kasus


Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh dalam
meningkatkan derajat kesehatan wanita, salah satunya remaja. Bidan
selaku petugas kesehatan diharapkan mampu menjalankan peran, fungsi,
dan kompetensinya dalam melakukan pelayanan kesehatan terkait dengan
peran, fungsi, dan kompetensinya, bidan memiliki banyak tugas serta
peran seperti sebagai fasilitator advokator, konselor, motivator,
komunikator dimana meliputi pendidikan kesehatan remaja terutama
mengenai obesitas dan KEK (Kurang Energi Kronis), seperti pentingnya

7
nutrisi remaja, makanan yang baik dan penting untuk remaja. Bidan harus
memberikan fasilitas, supervisi, asuhan dan memberikan nasihat yang
dibutuhkan dan penyuluhan untuk remaja. Sebagai seorang bidan harus
memberikan informasi secara jelas kepada remaja. Pemberian informasi
sangat diperlukan karena untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan
sikap remaja yang salah tentang kesehatan, makanan yang baik dan
penting untuk remaja guna mengatasi masalah obesitas dan KEK.3
a. Bidan sebagai edukator
Bidan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi pada remaja.
Petugas kesehatan selaku edukator berperan dalam melaksanakan
bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada klien, keluarga,
masyarakat, dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan
tentang penanggulangan masalah kesehatan seperti kasus gizi buruk
pada remaja.
b. Bidan sebagai konselor
Peran bidan sebagai konselor dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan remaja tentang pentingnya gizi untuk remaja dalam masa
pertumbuhan, bahaya kekurangan energi kronis pada remaja dan
bahaya obesitas, asupan nutrisi yang baik dan tepat untuk remaja
melalui penyuluhan dan konseling remaja.
c. Bidan sebagai motivator
Peran bidan sebagai motivator adalah bidan memberikan motivasi
kepada remaja untuk menerapkan gizi yang seimbang agar tidak
mengalami kekurangan energi kronis. Motivasi adalah kecenderungan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu dan usaha-usaha yang
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi
biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi,
minat, tujuan yang ingin dicapai atau karena adanya harapan yang
diinginkan. Motivasi ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar

8
dirinya. Bidan berkewajiban untuk mendorong perilaku positif dalam
kesehatan, dilaksanakan konsisten dan lebih berkembang.
d. Bidan sebagai pelaksana
Program-program kesehatan terkait dengan penanganan dan
pengendalian Obesitas dan KEK, kegiatan tersebut meliputi :
1) Penilaian status gizi anak baru masuk sekolah (PSG-ABS)
2) Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
3) Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat melalui Kadarzi
(Keluarga Sadar Gizi)
4) Pengembangan Program Penanganan dan Pengendalian Obesitas
berbasis Kesehatan Masyarakat. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam merancang kebijakan penanganan dan
pengendalian obesitas anak sekolah, antara lain: Kebijakan
Pencegahan dan Pengendalian Obesitas untuk level sekolah dan
Puskesmas dan pembinaan kantin sekolah
5) Membentuk kader remaja sadar gizi yang dapat membantu
melakukan pendekatan terhadap remaja.
6) Bekerjasama untuk pemberian program makanan tambahan bagi
remaja yang mengalami kurang energi kronis (KEK)
e. Bidan memberikan asuhan pada remaja yang mengalami Obesitas dan
KEK dengan melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, enentukan
kebutuhan segera, merencanakan tindakan yang akan dilakukan,
melaksanakan tindakan untuk menangani kasus, melakukan evaluasi
untuk menangani kasus obesitas.
f. Bidan sebagai evaluator
Bidan mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
remaja dengan memantau apakah terdapat perubahan perilaku pada
remaja, dan apakah status gizi remaja sudah lebih baik. Bidan
mengevaluasi program-program yang telah dirancang dan diterapkan
apakah efektif dan efisien ataukah perlu perubahan.

9
C. Dismenore
1. Definisi
Dismenorea (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani. Kata dys
yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan orrhea
yang berarti aliran. Dengan demikian secara singkat dismenorea dapat
didefinisikan sebagai kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang
ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul.7
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang
terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai
puncak nyeri.3

2. Etiologi
Secara umum nyeri haid muncul akibat kontraksi distritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri
yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri
spasmodic di sisi medial paha. Berikut adalah penyebab nyeri haid
menurut:8
a. Dismenorea Primer
Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang
terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang
berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus
dan kontraktilitas otot usus.
1) Faktor kejiwaan, pada gadis-gadis yang secara emosional tidak
stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik
tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.
2) Faktor konstitusi, faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor
tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa

10
nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan
sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim), salah satu teori
paling tua untuk menerangkan dismenorea primer adalah stenosis
kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai
faktor penting sebagai penyebab dismenorea primer, karena banyak
wanita yang mengalami dismenorea primer tanpa uterus dalam
hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya.
b. Dismenorea Sekunder
1) Uterine myoma yaitu tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan
otot terutama mioma submukosa
2) Uterine polyps atau tumor jinak rahim
3) Adanya AKDR
4) Endometriosis pelvis yaitu jaringan endometrium yang berada di
panggul
5) Penyakit radang panggul kronis
6) Tumor ovarium
7) Faktor psikis, seperti gangguan libido dan konfik dengan pasangan
Allen-Masters Syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul sehingga
pergerakan serviks meningkat abnormal). Sindrom masters ditandai
dengan nyeri perut bagian bawah yang akut, nyeri saat bersenggama,
kelelahan yang sangat, nyeri panggul secara umum, dan nyeri punggung.9

3. Klasifikasi
Dismenore sering di klasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau
berat berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri tersebut dapat berdampak
pada kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intensitas nyeri
menurut Multidimensional Scoring of Andersch and Milsom dalam
Widyasih, dkk 2018 mengklasifikasikan nyeri dismenore sebagai berikut:3

11
a. Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa adanya
pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan tidak
ada keluhan sistemik.
b. Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang
memengaruhi aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik untuk
menghilangkan rasa sakit dan terdapat beberapa keluhan sistemik.
c. Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan keterbatasan
parah pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk
menghilangkan rasa sakit minimal, dan adanya keluhan sistemik
seperti muntah, pingsan dan lain sebagainya.

4. Tanda dan gejala


a. Dismenorea primer
Dismenorea primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian
tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung atau
paha bagian dalam.10 Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari
sebelum menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama
menstruasi dan mereda pada hari kedua. Gambaran klinis seperti
muntah, diare, sakit kepala, sinkop, nyeri kaki.

b. Dismenorea Sekunder
1) Indikasi
Dismenorea dimulai setelah usia 20 tahun
Nyeri bersifat unilateral
2) Faktor-faktor yang berhubungan sebagai penyebab: PRP,
endometriosis, fibroleiomioma, polip uterus, dan prolaps uterus

5. Faktor risiko3,11
a. Menarke usia dini
b. Riwayat keluarga dengan keluhan dismenore,
c. Indeks masa tubuh yang tidak normal/ underweight

12
d. Kebiasaan memakan makanan cepat saji,
e. Durasi perdarahan saat haid,
f. Terpapar asap rokok,
g. Konsumsi kopi
h. Melewatkan waktu sarapan
i. Pendapatan yang relatif rendah

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien dismenorea adalah:
a. Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat dilakukan
dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid
atau adanya hal-hal tabu atau tahayul mengenai haid dapat dibicarakan.
Nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
dapat membantu. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
keluhan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran
antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan yang terjadi
benar-benar dismenorea primer, atau jika diperlukan untuk membantu
penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan.
d. Terapi alternatif

13
Terapi alternatif dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga
bias membantu. Beberapa wanita mencapai keringanan melalui
olahraga, yang tidak hanya mengurangi strees dan orgasme juga dapat
membantu dengan mengurangi tegangan pada otot-otot pelvis sehingga
membawa kekenduran dan rasa nyaman. Beberapa posisi yoga
dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah
peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak
kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-
tingginya.8
e. Terapi Non Farmakologi
1) Konsumsi coklat hitam/ dark chocolate dipercaya dapat mengurangi
tingkat nyeri pada dismenore menurut beberapa penelitian yang
dilakukan.
2) Mengkonsumsi makanan berserat
3) Mengurangi makanan yang mengandung garam dan kafein
4) Mengkonsumsi minuman herbal (kayu manis, kedelai, cengkeh, jahe
madu, kunyit asam.9

7. Kewenangan bidan terhadap kasus3


Tugas dan wewenang bidan yang tertuang dalam UU Kebidanan No
4 Tahun 2019 pasal 46 ayat 1 menyatakan bahwa dalam menyelengarakan
Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan pelayanan ysalah satunya
adalah pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana. Sedangkan dalam pasal 51 menyatakan bahwa dalam
menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, bidan berwenang melakukan
komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan memberikan pelayanan
kontrasepsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam kasus

14
desminore ini peran bidan adalah konseling tentang kesehatan reproduksi,
cara menguangi rasa nyeri dan anamnesa yang benar serta pemeriksaan
yang tepat agar dapat mengatasi keluhan pada klien dengan desminore.
Dalam memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi ini bidan
harus menjelaskan bahwa desminore adalah gangguan nyeri perut yang
terjadi pada saat menstruasi yang sifatnya tidak berbahaya untuk
kesehatan, jika tidak mengganggu aktivitas sehari hari maka tidak perlu
diberikan obat sebagai analgesic atau pengurang nyeri, dan bisa dilakukan
alternatif lain dalam mengatasi desminorea. Untuk mengurangi rasa nyeri
yang terjadi bidan selain memberikan obat dapat juga memberikan
konseling berupa penerapan pola hidup sehat dan juga pengompresan pada
bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat. Penerapan pola hidup
sehat yang dimaksud adalah menghindari stres yang dapat menimbulkan
kecemasan, memiliki pola makan yang teratur, istirahat cukup, tidak
merokok, tidak meminum-minuman keras, tidak makan makanan dan
minuman yang mengandung kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah,
daging ikan dan yang mengandung vitamin B6. Dalam melakukan
anamnesis bidan juga harus benar dan melakukan pemeriksaan secara tepat
karena jika pada saat pemeriksaan ditemukan kelainan anatomis yang
kemungkinan mengarah ke endometriosis maka bidan dapat dengan sera
melakukan rujukan dan kolaborasi dengan Sp.OG.

15
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian data subjektif


Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan identitas klien secara keseluruhan.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa.
1. Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain

2. Umur : Untuk memastikan umur

3. Agama : Untuk memperoleh informasi tentang agama yang


dianut

4. Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau


dalam memberikan informasi mengenai suatu hal
dengan menggunakan cara yang sesuai dengan
pendidikan

5. Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah ibu terlalu lelah dalam


pekerjaan yang berhubungan dengan keseimbangan
tubuh

6. Keluhan : Untuk mengetahui keadaan atau hal yang dirasakan oleh


pasien/ klien

7.

B. Pengkajian data objektif


1. Keadaan Umum: Bagaimana keadaan pasien dengan KEK dan dismenorea
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan : Untuk mengetahui tekanan darah pasien dengan
darah dismenorea

16
b. Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien dengan dismenorea

c. Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien dengan


dismenorea

d. Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien dengan


dismenorea

3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala

b. Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada


wajah

c. Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva

d. Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran secret dan


kelainan di hidung

e. Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen

f. Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam


keadaan normal

g. Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar


tiroid, limfe dan vena jugularis

h. Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan puting,


cairan yang keluar dan hiperpigmentasi areola

i. Abdomen : untuk mengetahui pembesaran abdomen, bekas


luka, dan leopold

j. Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-


tanda infeksi dan pengeluaran pada vagina

k. Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid

l. Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices

17
4. Pemeriksaan Antopometri meliputi : BB, TB, LiLa, IMT
5. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat kelainan saat
pemeriksaan.

C. Rencana tindakan/ penatalaksanaan


1. Memberitahukan kepada klien hasil pemeriksaan
2. Memberikan KIE kepada klien tentang keadaanya yang mengalami KEK
yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat gizi, nafsu makan
berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar lengan < 23,5.
3. Memberikan KIE kepada klien tentang gizi seimbang dan nutrisi yang
diperlukan untuk meningkatkan berat badan agar nilai Lila menjadi
normal.
4. Menganjurkan kepada klien untuk meningkatkan variasi dari jumlah
makanan.
5. Menganjurkan klien untuk hidup sehat.3

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika;


2016.
2. Prawirohardjo S. Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press;
2011.
3. Widyasih H, Dkk. Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan
Pra Nikah [Internet]. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jurusan
Kebidanan; 2018. Available from:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/5024
4. Thamaria N. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan; 2017. 315 p.
5. Pujiatun T. Hubungan Konsumsi Energi Protein Dengan Sumber Kejadian
Kekurangan Energi Protein Pada Siawa Putri Di SMA Muhammadiyah 6
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
6. Pratiwi AH. Pengaruh Kekurangan Energi Kronik (KEK) Dan Anemia Saat
Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Dan APGAR.
Universitas Jember; 2014.
7. Muhammad J. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Surakarta:
Rahma Press; 2012.
8. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.
9. Anurogo D, Wulandari A. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta;
2011.
10. Morgan, Geri, Hamilton. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2009.
11. Hu Z, Tang L, Chen L, Kaminga AC, Xu H. Prevalence and risk factors
associated with primary dysmenorrhea among Chinese female university
students: a cross-sectional study. J Pediatr Adolesc Gynecol. 2020;33
(1):15–22.

19

Anda mungkin juga menyukai