Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah Epidemiologi Gizi

OBESITAS PADA BALITA

Dosen Pengampu :

Yana Listyawardhani, SST., M.K.M.

Oleh :

Ananda Amalia 184102002

Anisa Nur Latifah 184102030

Deris Sri Anjani 184102047

Marina Anggraini 184102020

Rifa Fauziah 184102011

Rista Depiana 184102012

Sekar Zachnur 184102015

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Obesitas Pada
Balita” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Epidemiologi Gizi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang obesitas pada balita bagi para pembaca maupun bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yana Listyawardhani,


SST., M.K.M. sebagai dosen mata kuliah Epidemiologi Gizi. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada semua rekan mahasiswa yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 09 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..………………………......…………………………….ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................

C. Tujuan.............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................

A. Pengertian Surveilans......................................................................................................................

B. Obesitas Usia Balita......................................................................................................................

C. Data Kejadian Obesitas Balita Terbaru......................................................................................

D. Sumber Data dan Variabel Surveilans Gizi...............................................................................

E. Analisi Sederhana Dan Faktor Risiko.........................................................................................

F. Pedoman Pemantauan.................................................................................................................

G. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan......................................................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh
peningkatan lemak tubuh yang berlebihan, umumnya di timbun di jaringan
subkutan, sekitar organ, dan kadang terinfiltrasi ke dalam organ (World Health
Organization (WHO), 2014). Obesitas pada anak-anak di bawah 5 tahun adalah
kelebihan berat dengan mengacu pada tabel baku rujukan penilaian status gizi
anak perempuan dan anak laki-laki usia 0-59 bulan menurut berat badan dan
umur BB/U WHO/NCHS. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan
karena prevalensi obesitas anak di dunia semakin meningkat. Overweight dan
obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya dengan
peningkatan risiko sejumlah penyakit degeneratif. Obesitas pada anak
merupakan salah satu masalah kesehatan karena prevalensi obesitas anak di
dunia semakin meningkat tiap tahunnya. Kegemukan dan obesitas didefinisikan
sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu
kesehatan. Pada tahun 2016, sebanyak 41 juta anak di bawah usia 5 tahun
mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sebagian populasi dunia hidup
di negara-negara di mana kelebihan berat badan dan obesitas membunuh lebih
banyak orang daripada kekurangan berat badan (WHO, 2019).
Menurut data Badan Litbangkes tahun 2018, prevalensi nasional obesitas
pada anak usia kurang dari 5 tahun mencapai 8% di Indonesia. Obesitas pada
anak dapat terjadi karena penyakit bawaan atau diperoleh dari asupan energi
yang berlebihan. Faktor utama penyebab kegemukan dan obesitas yaitu faktor
lingkungan yang terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku
makan, aktivitas fisik dan perubahan gaya hidup (Kemenkes, 2012). Kesibukan
orang tua dalam pekerjaan mereka menyebabkan mereka kurang memperhatikan
pola makan anak-anak mereka. Orang tua lebih cendrung memilih makanan
yang lebih praktis dan instan seperti Fast Food dan Junk Food. Fast Food dan
Junk Food dapat memicu obesitas pada anak karena tingginya tingkat kalori
dalam makanan cepat saji tersebut. Balita yang terlalu gemuk akan
mengakibatkan lambatnya perkembangan balita tersebut misalnya terlambat

1
untuk duduk dan berjalan, dibandingkan dengan bayi yang beratnya normal.
Kaki bayi yang kelewat gemuk tidak mampu menahan berat badannya.
Selain itu, obesitas pada anak berisiko mengalami obesitas di masa
dewasa (30-60%). Anak obesitas berisiko mengalami kesuliatan bernapas,
peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, penanda awal penyakit
kardiovaskular, resistensi insulin dan efek psikologis (WHO, 2019). Strategi
pencegahan obesitas perlu dilakukan sejak dini, jauh sebelum anak memasuki
usia sekolah (Kristina, 2011). Pemenuhan gizi seorang anak sangat dipengaruhi
oleh orangtua. Jika keluarga memberikan pola asuh sesuai dengan tahap
perkembangan anak maka diharapkan pemenuhan gizi anak tercapai secara
optimal (Mirayanti, 2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka diperoleh rumusan masalah, sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan surveilans ?
2. Apa yang dimaksud dengan Obesitas di usia Balita ?
3. Bagaiamana data kejadian obesitas balita terbaru ?
4. Bagaimana sumber data dan variabel surveilans obesitas di usia balita ?
5. Apa saya analisis faktor resiko yang terjadi pada obesitas usia balita?
6. Bagaimana pedoman pemantauan ?
7. Bagainana mekanisme pencatatan dan pelaporan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Diketahuinya pengertian tentang surveilans
2. Diketahuinya yang dimaksud dengan obesitas di usia balita
3. Diketahuinya data kejadian obesitas usia balita terbaru
4. Diketahuinya sumber data dan variabel survailens obesitas usia balita
5. Diketahuinya analisis faktor resiko yang terjadi pada obesitas usia balita
6. Diketahuinya pedoman pemantauam
7. Diketahuinya mekanisme pencatatan dan pelaporan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans
Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan. Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh
dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien. Surveilans Gizi adalah proses
pengamatan masalah dan program gizi secara terus menerus baik situasi normal
maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan, analisis dan pengkajian
data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan
tindakan sebagai respons segera dan terencana.
Surveilans Gizi pada awalnya dikembangkan untuk mampu memprediksi
situasi pangan dan gizi secara teratur dan terus-menerus sehingga setiap
perubahan situasi dapat dideteksi lebih awal (dini) untuk segera dilakukan
tindakan pencegahan. Sistem tersebut dikenal dengan Sistem Isyarat Tepat
Waktu untuk Intervensi atau dalam bahasa Inggris disebut Timely Warning
Information and Intervention System (TWIIS), yang kemudian lebih dikenal
dengan nama Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI). Surveilans gizi sangat
berguna untuk mendapatkan informasi keadaan gizi masyarakat secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan, yang dapat digunakan untuk menetapkan
kebijakan gizi. Informasi yang digunakan mencakup indikator pencapaian gizi
masyarakat serta informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin.

B. Obesitas Usia Balita

Anak balita biasa disebut juga anak yang berusia diatas satu tahun atau
anak yang berusia dibawah lima tahun. Beberapa istilah untuk pengelompokkan

3
umur anak balita yaitu anak yang berusia 1-3 tahun disebut batita (Balita Usia
Tiga Tahun), dan anak yang berusia 3-5 tahun disebut dengan anak prasekolah
(Sutomo dan Anggraeni dalam Nasihah, D., 2021). Obesitas merupakan suatu
kondisi ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat badan akibat jumlah
jaringan lemak tubuh yang berlebihan, umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan, sekitar organ tubuh dan kadang terjadi infi ltrasi ke dalam organ tubuh
(Aulia D.Y dalam Warhamny dkk, 2018).

Obesitas pada anak balita yaitu anak yang berusia hingga 5 tahun yang
mengalami kegemukan akibat adanya penimbunan lemak berlebihan (Sari,
Mutiara, 2015). Menurut Supariasa, dkk dalam Nasihah, D (2021) penilaian
status gizi dengan menggunakan IMT pada balita, dilakukan dengan
memperhatikan jenis kelamin dan umur. Seorang anak yang mengalami obesitas
apabila mempunyai nilai z-score IMT/U lebih dari +2 SD.

C. Data Kejadian Obesitas Balita Terbaru


Pada kelompok anak di bawah usia lima tahun, prevalensi kelebihan
berat badan (berat badan per tinggi badan >2 score) menunjukan tidak ada
peningkatan. Sekitar 7% anak balita diperkirakan mengalami kegemukan pada
tahun 2018 (Kementerian Kesehatan, 2018). Walapun data berat badan lebih
pada balita berdasarkan kuintil kekayaan di tahun 2018 belum tersedia, data
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kegemukan terjadi lebih banyak pada
kuintil kekayaan yang lebih tinggi dibandingkan pada kuintil kekayaan yang
lebih rendah, namun bahkan pada kuintil kekayaan terendah pun, 11,9% anak
balita mengalami kegemukan pada tahun 2013.

Sumber: Data Riskesdas


2018

4
D. Sumber Data dan Variabel Surveilans Gizi
Variabel
No Sumber
Aktual Potensial
1. Klinik Kesehatan BB, TB, umur, Pekerjaan, jarak klinik
prevalensi penyakit,
cakupan imunisasi
2. Sekolah BB, TB, umur Jarak sekolah dari rumah
3. Laporan administrasi Angka kelahiran dan Pekerjaan, BB lahir
kematian
4. Sensus, demografi, Demografi, sosial
perumahan, pertanian ekonomi, petanian,
lingkungan
5. Survey rumah tangga Variabel sosial ekonomi BB,TB, umur
6. Laporan pertanian Produksi pertanian (hasil, Sumber daya pertanian
area)

E. Analisi Sederhana Dan Faktor Risiko


Analisis situasi gizi ditujukan untuk mengkaji berbagai faktor yang mungkin
menjadi penyebab atau terkait dengan status gizi masyarakat. Tujuan analisis
situasi gizi adalah untuk menyediakan informasi bagi pemangku kepentingan
dalam rangka evaluasi program yang dilaksanakan pada periode sebelumnya dan
untuk melakukan modifikasi kebijakan atau perencanaan program. Hal yang
perlu diperhatikan dalam analisis situasi gizi adalah:

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya masalah gizi


2. Identifikasi faktor-faktor penyebab tersebut yang datanya tersedia di wilayah
bersangkutan dan analisis situasi gizi harus melibatkan berbagai sektor
terkait.

5
Gambar
Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi
(Sumber : Nuraeni et al., 2019)

Salah satu langkah yang penting dalam kegiatan surveilans gizi adalah
analisis data dan interpretasi hasil analisis situasi gizi. Analisis data dapat
diakukan secara deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif digunakan untuk
membandingkan antar wilayah terkait pencapaian target yang telah ditentukan.
Wilayah yang cakupannya rendah harus mendapat prioritas pembinaan. Analisis
analitik dimaksudkan untuk memberi gambaran hubungan antar dua atau lebih
indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun antar indikator
gizi dengan indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis analitik bertujuan
antara lain untuk menentukan upaya yang harus dilakukan jika terdapat
kesenjangan cakupan antar dua indikator. Interpretasi hasil yang dapat dijadikan
sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan terhadap masalah gizi yang
ditemukan.

Obesitas dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko. Berbagai teori


menyatakan keterkaitan antara asupan energi dan zat gizi, umur, jenis kelamin,
berat lahir, keturunan, aktivitas fisik, tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu,
jumlah anggota keluarga dan wilayah tempat tinggal dengan obesitas pada
balita. Faktor risiko obesitas pada balita yaitu :
1. Asupan Energi dan Zat Gizi

6
Penelitian Supriyatna (2004) membuktikan adanya hubungan antara
asupan energi lebih dengan obesitas pada anak usia 24–60 bulan
(Supriyatna, 2004). Pada penelitian Kusumaningrum dan Sudikno (2012)
adanya hubungan antara asupan protein dengan obesitas pada anak usia 24–
59 bulan dengan asupan cukup (80–100% AKG) cenderung lebih besar
terjadi obesitas dibandingkan anak dengan asupan lebih dari 100% AKG,
dan anak dengan asupan kurang dari kebutuhan minimal asupan protein
(<80% AKG) bersifat protektif 0, 834 kali lebih besar dibandingkan anak
dengan asupan lebih dari 100% AKG (Kusumaningrum & Sudikno, 2012).
Sedangkan pada penelitian Tristiyanti et al (2018) bahwa balita usia 3-5
tahun dengan asupan makanan lebih (>110% AKG) memiliki risiko yang
lebih besar untuk menjadi obesitas dibandingkan dengan balita dengan
asupan makanan cukup (80-110% AKG) (Tristiyanti et al., 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2003) yang menunjukkan
adanya hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian obesitas pada
anak, namun anak dengan asupan karbohidrat lebih dari 60 persen total
energi berpeluang 5,51 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan
anak dengan asupan karbohidrat cukup (≤ 60% AKG energi) (Daryono,
2003).
2. Umur
Hasil penelitian Kusumaningrum dan Sudikno (2012) adanya hubungan
antara usia dengan obesitas pada anak usia 24– 59 bulan sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rizqiya (2009), Riyanti (2002), Rijanti
(2002), Anggraeni (2007), dan Widartika (2001) dan menemukan
kecenderungan yang sama dimana anak yang lebih muda berpeluang lebih
besar mengalami obesitas dibandingkan anak yang lebih tua. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh semakin bertambahnya aktivitas anak yang
semakin besar dengan dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain termasuk
orang tua (Kusumaningrum & Sudikno, 2012).
3. Jenis Kelamin
Penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2010) yang menemukan
adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian

7
obesitas pada anak, dimana anak perempuan mempunyai kecenderungan
13,39 kali untuk mengalami obesitas dibandingkan anak laki-laki
(Andriyani, 2010). Begitu pula halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rizqiya (2009) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna
antara jenis kelamindengan kejadian obesitas pada anak. Kecenderungan
anak laki-laki untuk mengalami l obesitas ebih besar 2,956 kali
dibandingkan anak perempuan (Rizqiya, 2009).
Hasil penelitian Tristiyanti et al (2018) adanya hubungan antara jenis
kelamin dengan obesitas pada balita usia 3-5 tahun bahwa kejadian obesitas
lebih besar terjadi pada kelompok balita laki-laki (56,9%) dibandingkan
perempuan (Tristiyanti et al., 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Suriani dan Cipto (2019), proporsi
kejadian obesitas pada anak balita laki-laki yaitu 29,8% lebih tinggi jika
dibandingkan pada anak balita perempuan yang mengalami obesitas yaitu
sebanyak 2,7%. Kecenderungan obesitas terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan perempuan dapat disebabkan karena perbedaan asupan
makanan. Anak laki-laki mengkonsumsi energi dan protein yang lebih besar
dibandingkan dengan anak perempuan, nafsu makanpada anak laki-laki
sangat tinggi sehingga tidak ada kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
makanannya. Anak laki-laki mempunyai nafsu makan yang besar sehingga
mengkonsumsi makanan yang lebih banyak terutama makanan yang
mengandung energi lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (Suriani &
Cipto, 2019)
4. Berat Lahir
Al Qaoud dan Prakash yang menyebutkan bahwa anak-anak yang lahir
dengan berat lahir besar (4000 gr) memiliki risiko 2,5 kali terkena obesitas
dibandingkan dengan berat lahir normal, sedangkan untuk bayi dengan berat
badan lahir rendah memiliki resiko terkena obesitas dikarenakan kesalahan
penanganan bayi yaitu bayi diberi asupan protein yang tinggi untuk
mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dengan anakanak yang lahir
dengan berat badan normal (Al-Qaoud & Prakash, 2009). Sejalan dengan
penelitian Prassadianratry (2015) bahwa balita dengan berat badan lahir

8
>400 gram memiliki hubungan dengan status gizi lebih pada balita
(Prassadianratry, 2015).
5. Keturunan
Pada penelitian Prassadianratry (2015) bahwa keturunan obestas
memiliki hubungan dengan status gizi lebih pada balita. Berdasarkan
analisis, balita yang mengalami gizi lebih (overweight) memiliki faktor
keturunan obesitas sebanyak 68% dan yang tidak memiliki faktor keturunan
obesitas sebanyak 32% (Prassadianratry, 2015).
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas pada masa balita dapat berupa aktivitas sehari-hari di rumah,
sekolah, kebiasaan, hobi, maupun latihan fisik dan olahraga. Aktivitas fisik
dinilai sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan balita serta
dapat menurunkan risiko kelebihan berat badan, obesitas, maupun penyakit
lainnya (Tanjung FS, 2017).
Pada penelitian Tristiyanti et al (2018) aktivitas fisik berhubungan
dengan kejadian obesitas pada balita usia 3-5 tahun, bahwa balita dengan
aktivitas fisik sangat ringan memiliki risiko yang lebih besar untuk menjadi
obesitas dibandingkan balita dengan aktivitas fisik ringan atau sedang
(Tristiyanti et al., 2018). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Danari AL et al (2013) bahwa anak yang memiliki aktivitas fisik ringan
memiliki risiko sebesar 3,59 kali lebih besar menjadi obesitas dibandingkan
dengan anak dengan aktivitas fisik sedang atau berat (Danari AL et al.,
2013).
7. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan terakhir ibu memiliki hubungan dengan status gizi lebih pada
balita. Pada penelitian Kusumaningrum dan Sudikno (2012) menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
obesitas pada anak usia 24–59 bulan anak dari ibu dengan tingkat
pendidikan rendah dan sedang berpeluang lebih besar untuk terlindungi dari
obesitas dibandingkan anak dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi
(Kusumaningrum & Sudikno, 2012).

9
Penelitian yang dilakukan oleh Prassadianratry (2015) menunjukan balita
gizi lebih (overweight) paling banyak pada ibu dengan kelompok yang sama
banyak pendidikan terakhir SMA dan Perguruan Tinggi (PT) yaitu sebanyak
18%, sedangkan pada balita obesitas paling banyak pada ibu dengan
kelompok pendidikan terakhir SMA sebanyak 29% (Prassadianratry, 2015).
8. Status Bekerja Ibu
Hasil penelitian Kusumaningrum dan Sudikno (2012) hubungan yang
bermakna antara status pekerjaan ibu dengan obesitas pada anak usia 24–59
bulan , dimana proporsi ibu bekerja yang mempunyai anak gemuk sebesar
13,9 persen lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu yang tidak
bekerja yang memiliki anak gemuk yaitu sebesar 11,9 persen
(Kusumaningrum & Sudikno, 2012).
Pada penelitian Meilinasari (2002) menyatakan bahwa ditemukan
hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian obesitas (Meilinasari,
2002). Hal tersebut dikarenakan minimnya waktuyang dimiliki oleh ibu
yang bekerja untuk menyiapkan, mengolah dan meyajikanmasakan yang
bergizi. Frekuensi makan di luar rumah seperti makanan siap saji cenderung
meningkat karena waktu yang tersedia untuk menyiapkan makanan di
rumah sedikit.
9. Jumlah Anggota Keluarga
Penelitian Kusumaningrum dan Sudikno (2012) menunjukkan adanya
hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan obesitas pada anak usia
24–59 bulan, dimana anak dengan jumlah anggota keluarga ≤4 orang
berpeluang mengalami obesitas 1,207 kali lebih besar dibandingkan anak
dengan jumlah anggota keluarga >4 orang (Kusumaningrum & Sudikno,
2012).
Seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak
berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang
lebih muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak
yang lebih tua (Suhardjo, 2003). Zat gizi yang diperlukan oleh anak-anak
dan anggota keluarga yang masih muda pada umumnya lebih tinggi dari

10
kebutuhan orang dewasa karena mereka sedang mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat (Sediaoetama, 2006).
10. Wilayah Tempat Tinggal
Penelitian Kusumaningrum dan Sudikno (2012) menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara wilayah tempat tinggal dengan kejadian
obesitas pada anak usia 24–59 bulan bahwa anak yang tinggal di perkotaan
berpeluang 1,330 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan
dengan anak yang tinggal di perdesaan (Kusumaningrum & Sudikno, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut hasil SKRT (2004) juga menunjukkan
prevalensi obesitas pada balita di perkotaan (4,3%) lebih besar
dibandingkan dengan perdesaan (2,9%) (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Begitu pula halnya dengan hasil Riskesdas 2010 menyebutkan bahwa
prevalensi obesitas pada balita lebih besar di perkotaan (14,6%)
dibandingkan perdesaan (13,4%) (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

F. Pedoman Pemantauan
a. Aspek yang di pantau :
1. Input : Aspek yang dipantau dalam hal ini adalah jumlah tenaga
pelaksana terlatih, kelengkapan alat, materi dan metode pemantauan
yang digunakan.
2. Proses : Aspek proses yang perlu dipantau adalah jenis kegiatan, target
kegiatan, frekuensi kegiatan, dan umpan balik.
3. Output Terlaksananya kegiatan penanggulangan kegemukan dan obesitas
pada balita
b. Pelaksana pemantauan
1. Posyandu
Alur pemantauan pertumbuhan balita di posyandu adalah :
- Pendaftaran balita yang datang,
- Penimbangan balita,
- Penilaian hasil penimbangan,
- onseling, penyuluhan atau rujukan balita BGM, sakit dan tidak naik
2 kali berturut-turut ke puskesmas,
- Pelayanan gizi oleh petugas.

11
2. Waktu pemantauan
1 bulan sekali dilakukan oleh petugas posyandu yang terlatih
penanggulangan gizi lebih
3. Instrument pemantauan

Jawab
No Informasi Keterangan
Ya Tidak
I. Input
1 Tenaga pelaksana terlatih
2 Tersedianya alat
antropometri
3 Tersedianya formular
pencatatan dan pelaporan
II. Proses
1 Kegiatan Pencegahan
Kegemukan dan Obesitas
- Promosi Pola dan
Perilaku makan sehat
- Promosi dan
peningkatan aktivitas
fisik
2 Kegiatan Penemuan dan
Tatalaksana Kasus
Kegenukan Obesitas
- Penemuan kasus di
Posyandu
III. Output
Terlaksananya kegiatan
pencegahan dan
penanggulangan kegemukan
dan obesitas

12
G. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan
bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan surveilans gizi
secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau tenaga surveilans gizi di dinas
kesehatan kabupaten/Kota merekap laporan pelaksanaan surveilans gizi dari
puskesmas/kecamatan, rumah sakit dan masyarakat/media kemudian
melaporkan ke dinas kesehatan provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil
pelaksanaan surveilans gizi secara berjenjang. Ada beberapa jenis laporan hasil
pelaksanaan surveilans gizi baik yang bersifat rutin maupun laporan khusus
sesuai dengan situasi dan kondisi, laporan berbasis kinerja, dan diseminasi
laporan. Laporan dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan peta
atau bentuk penyajian informasi lainnya.. Laporan hasil surveilans gizi dapat
juga dilaporkan dalam bentuk diagram peta sehingga lebih memperlihatkan
wilayah mana yang sudah tercapai targetnya dan yang belum. Untuk membuat
laporan dengan menyajikan data berupa grafik peta perlu dibuat dulu dalam
bentuk tabel. Laporan hasil surveilans gizi disampaikan secara berjenjang.
Laporan kegiatan surveilans gizi di tingkat kabupaten/kota disampaikan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Gizi Masyarakat sesuai dengan
frekuensi pelaporan. Umpan balik hasil kegiatan surveilans gizi disampaikan
secara berjenjang dari pusat ke provinsi setiap tiga bulan. Umpan balik dari
provinsi ke kabupaten/kota dan dari kabupaten/kota ke puskesmas sesuai dengan
frekuensi pelaporan pada setiap bulan berikutnya

Pemantauan Status Gizi Balita dilaksanakan setiap tahun 2 kali yaitu


pada bulan Februari dan Agustus dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
prevalensi status gizi balita dengan beberapa indikator. Indikator yang
digunakan yaitu indikator berat badan menurut umur (BB/U), indikator panjang
badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U), dan indikator berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk
menurunkan prevalensi balita gizi lebih sebagai berikut :

13
a. Sosialisasi Gizi Seimbang
b. Sosialisasi dan praktek PMBA di wilayah kerja puskesmas
c. Pendampingan oleh kader pendamping balita bermasalah gizi
d. Update knowledge kader pendamping balita bermasalah gizi
e. Optimalisasi meja 4 posyandu

Laporan hasil surveilans gizi disampaikan secara berjenjang. Laporan


kegiatan surveilans gizi di tingkat kabupaten/kota disampaikan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi
pelaporan. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil surveilans gizi ke
Direktorat Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan. Umpan balik
hasil kegiatan surveilans gizi disampaikan secara berjenjang dari pusat ke
provinsi setiap tiga bulan. Umpan balik dari provinsi ke kabupaten/kota dan dari
kabupaten/kota ke puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan pada setiap
bulan berikutnya. Mekanisme dan alur pelaporan, umpan balik serta koordinasi
pelaksanaan surveilans gizi digambarkan sebagai berikut

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan


interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
2. Obesitas pada anak balita yaitu anak yang berusia hingga 5 tahun yang
mengalami kegemukan akibat adanya penimbunan lemak berlebihan dengan
nilai z-score lebih dari +2.
3. Faktor resiko obesitas pada balita yaitu asupan energi dan zat gizi, umur,
jenis kelamin, berat lahir, keturunan, aktivitas fisik, tingkat pendidikan ibu,
status bekerja ibu, jumlah anggota keluarga dan wilayah tempat tinggal
4. Pedoman pemantauan meliputi aspek yang dipantau, pelaksana pemantauan,
waktu pemantauan, dan instrument pemantauan
5. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan bertujuan untuk mencatat dan
melaporkan hasil pelaksanaan surveilans gizi secara berjenjang

B. Saran

Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan karena


prevalensi obesitas anak di dunia semakin meningkat tiap tahunnya Faktor
utama penyebab kegemukan dan obesitas yaitu faktor lingkungan yang terjadi
melalui ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan, aktivitas fisik
dan perubahan gaya hidup. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pola gaya
hidup yang lebih baik untuk mengatasi masalah obesitas pada usia balita. Selain
itu perlu adanya upaya perbaikan gizi mulai dari tingkat rumah tangga sampai
pemerintah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaoud, & Prakash, P. (2009). Breastfeeding and Overweight among preschool


Children. European Journal of Clinical Nutrition, 63(1041–1043).
Andriyani, F. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada
Anak Sekolah di SD Pelita Jakarta Tahun 2010. Universitas Indonesia.
Anggraeni, A. . (2007). Asupan Energi, Serat, Dan Konsumsi Lemak Serta Faktor Lain
Sebagai Indikator Risiko Obesitas pada Anak Pra Sekolah di TK Pembangunan
Jaya Bintaro Tangerang Tahun 2007. Universitas Indonesia.
Danari AL, Mayulu N, & Onibala F. (2013). Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas pada anak SD di Kota Manado. Keperawatan.
Daryono. (2003). Hubungan Antara Konsumsi Makanan, Kebiasaan Makan, dan
Faktorfaktor Lain dengan Status Gizi Anak Sekolah di SD Islam Al Falah Jambi
Tahun 2003. Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Survei Kesehatan Rumah Tangga: Status Kesehatan
Masyarakat Indonesia.
Dona Kurnia. 2018. Identifikasi Obesitas Pada Balita Di Posyandu. Jurnal Sains Dan
Informatika, V4.I1 (76-86)
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Laporan Penelitian.
Kesmas. 2015. Pengertian Surveilans. [Online]. Tersedia pada : http://www.indonesian-
publichealth.com/pengertian-surveilans/
Kusumaningrum, F., & Sudikno. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kegemukan Pada Anak Balita 24-59 Bulan Di Indonesia Tahun 2010. Gizi
Indonesia, 35(1), 41. https://doi.org/10.36457/gizindo.v35i1.292
Minarto, M. (2019). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan
Obesitas Pada anak Sekolah.

Meilinasari. (2002). Hubungan Gizi Lebih Dengan Asupan Energy Pada Anak SD Al-
Azhar 6 Permai Bekasi. Universitas Indonesia.
Nasihah, Durrotun (2021) Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Aktivitas Fisik, Dan
Konsumsi Susu Formula Dengan Obesitas Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidayu Kabupaten Gresik. undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Gresik

Nils Aria Z, Mochamad Rachmat. 2017. Surveilans Gizi. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan
Permenkes. 45. 2014. Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

16
Prassadianratry, A. E. (2015). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Lebih Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
Tahun 2015.
Rijanti. (2002). Hubungan konsumsi makanan dan faktor-faktor lain dengan status gizi
anak sekolah di SD PSKD Kwitang VIII Depok Tahun 2001. Universitas
Indonesia.
Riyanti, A. (2002). Riwayat Pemberian ASI dn Faktor-faktor Lain yang Berhubungan
dengan Status Gizi Anak Prasekolah di TKI Al Azhar Kemang Jakarta Selatan
Tahun 2002. Universitas Indonesia.
Rizqiya, F. (2009). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegemukan Anak
Usia Prasekolah di TK Mardi Yuana Depok Tahun 2009. Universitas Indonesia.
Sari, Mutiara. (2015). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Obesitas Pada Balita Di
PKD Ngudi Waras Jabung Sragen. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada. Surakarta.

Sediaoetama, A. . (2006). Ilmu Gizi. Dian Rakyat.


Suhardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara.
Supriyatna, N. (2004). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Usia
24 – 60 Bulan di Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka tahun 2004.
Universitas Indonesia.
Suriani, S., & Cipto, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kegemukan
Pada Balita di Kelurahan W arnasari Kecamatan Citangkil Kota Cilegon. 6(1),
1–10.
Tanjung FS. (2017). Hubungan intensitas penggunaan gadget terhadap obesitas anak
prasekolah di kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Tristiyanti, W. F., Tamtomo, D. G., & Dewi, Y. L. R. (2018). Analisis Durasi Tidur,
Asupan Makanan, dan Aktivitas Fisik sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas
pada Balita Usia 3-5 Tahun. Sari Pediatri, 20(3), 178.
https://doi.org/10.14238/sp20.3.2018.178-84
Warhamny, W., Laenggeng, A. H., & Moonti, S. W. (2018). Hubungan Pola Makan
Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Balita Di Kelurahan
Lolu Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Birobuli Kota Palu. Jurnal Kolaboratif
Sains, 1(1).

Wayan Arya Utami, N. (2016). Modul epidemiologi dan transisi gizi (Vol. 007).

Widartika. (2001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pd anak TK dan


SD terpilih di kotamadya Bandung Tahun 1999. Analisis data sekunder di
Kotamdya Bandung. Universitas Indonesia.

17
Zulfianto, N. A., & Rachmat, M. (2017). Surveilans Gizi .Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai