MAKALAH
DEFISIENSI VITAMIN A
Dosen:
Kelompok 6:
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
C. Tujuan ................................................................................................... 4
D. Manfaat ……………………………………………………………….. 4
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran .................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin A dalam makanan yang berasal dari sumber-sumber nabati dan
hewani dengan variasi yang sangat luas cukup untuk memenuhi kebutuhan vit
amin A harian manusia. Anak yang memenuhi kecukupan vitamin A per hari
mempunyai status vitamin A lebih tinggi daripada anak yang asupan vitamin
A dibawah kecukupan vitamin A per hari. Hal ini tidak jauh beda dengan pen
elitian yang dilakukan di Brazil yang menyebutkan bahwa semakin rendah sta
tus vitamin A maka dapat diindikasikan terjadi ketidakcukupan asupan vitami
n A. Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan kondisi gangguan kesehatan a
kibat tidak terpenuhinya kebutuhan vitamin A di dalam tubuh. KVA termasuk
defisiensi mikronutrien yang paling banyak terjadi pada anak-anak di berbaga
i belahan dunia, terutama yang tinggal di negara berkembang.
Vitamin A berperan pada pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi reproduksi
5,6 Status vitamin A yang normal mengindikasikan bahwa individu tidak me
miliki konsekuensi patologis dan fisiologis akibat dari defisiensi vitamin A se
rta mempunyai cadangan vitamin A yang cukup untuk mengantisipasi dari pe
rubahan metabolisme akibat infeksi, penurunan absorbsi zat gizi karena diare,
dan penurunan nafsu makan.7 Anak dengan status defisiensi vitamin A tingka
t subklinis (<0.7 μmol/L) akan meningkatkan risiko kematian akibat infeksi m
aupun non-infeksi.
Defisiensi vitamin A selalu menjadi salah satu masalah kesehatan bagi
negara-negara berkembang khususnya Indonesia. Defisiensi vitamin A dan in
feksi saling berinteraksi yaitu ketika yang satu kambuh, kerentanan terhadap
yang lain akan meningkat. Tanda-tanda klinis seperti xeropthalmia dan rabun
senja sudah jarang ditemui. Namun dampak yang ditimbulkan akibat defsiens
i vitamin A terhadap angka kejadian infeksi masih perlu diperhatikan. Peneliti
an yang dilakukan di Turki menyebutkan 64% dari 11 anak yang mengalami
defisiensi vitamin A terpapar infeksi.12 Selain itu, pada penelitian yang dilak
uan di Kolumbia anak yang mempunyai serum retinol <10 μg/dL berhubunga
n dengan peningkatan risiko kejadian diare disertai muntah.13 Hasil penelitia
1
2
tamin A berasal dari pangan hewani di antaranya hati, ikan, telur, susu, dan ke
ju (Depkes 2003; WHO 2009). Namun, bagi masyarakat berpenghasilan rend
ah, pemenuhan vitamin A melalui pangan hewani tersebut cukup sulit karena
harganya yang relatif mahal. Konsumsi pangan yang kurang dari 80 persen an
gka kecukupan gizi (AKG) secara berkepanjangan, secara umum disebabkan
oleh kemiskinan, yaitu saat keluarga tidak mampu memberikan makanan yan
g cukup (Depkes, 2003).
Surveilans Gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi se
cara terus menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpul
an, pengolahan, analisis dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarl
uasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai respons segera dan teren
cana. Surveilans Gizi pada awalnya dikembangkan untuk mampu mempredik
si situasi pangan dan gizi secara teratur dan terus-menerus sehingga setiap per
ubahan situasi dapat dideteksi lebih awal (dini) untuk segera dilakukan tindak
an pencegahan. Sistem tersebut dikenal dengan Sistem Isyarat Tepat Waktu u
ntuk Intervensi atau dalam bahasa Inggris disebut Timely Warning Informatio
n and Intervention System (TWIIS), yang kemudian lebih dikenal dengan na
ma Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI).
Surveilans gizi sangat berguna untuk mendapatkan informasi keadaan g
izi masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, yang dapat digu
nakan untuk menetapkan kebijakan gizi. Informasi yang digunakan mencakup
indikator pencapaian gizi masyarakat serta informasi lain yang belum tersedia
dari laporan rutin. Adanya surveilans gizi akan dapat meningkatkan efektivita
s kegiatan pembinaan gizi dan perbaikan masalah gizi masyarakat yang tepat
waktu, tepat sasaran, dan tepat jenis tindakannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan lata belakang di atas maka beberapa masalah, diantaranya :
1. Apa definisi surveilan ?
2. Apa masalah gizi gizi terbaru ?
3. Bagaimana data dan variabel surveilan aktual dan potensial ?
4. Bagaimana analisis faktor-faktor resiko defisiensi vitamin A yang dap
at terjadi?
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Devinisi Survailens
Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus meneru
s dan sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi da
ta dan diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutu
hkan. Secara umum dalam dunia kesehatan, surveilans merupakan kegiatan y
ang dilakukan untuk mengawasi kesehatan, baik perorangan maupun komunit
as. Dalam kesehatan kerja misalnya, surveilans kesehatan kerja dilakukan den
gan pemantauan kesehatan pekerja yang sistematis danterus menerus sehubun
gan dengan bahaya di tempat kerja, misalnya surveilans dan pemantauan med
is terhadap karyawan yang dilakukan suatu klinik di Malaysia. Kegiatan surve
ilans ini dilakukan berdasarkan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, yang meliputi pemeriksaan kesehatan prakerja dan prapenempatan, pe
mantauan biologis dan pemantauan efek biologis, pemantauan efek kesehatan,
investigasi penyakit atau keracunan kerja termasuk pemeriksaan di tempat ke
rja, pemberitahuan tentang penyakit akibat kerja dan keracunan, penilaian kec
acatan, kembali ke ujian kerja, dan analisis perlindungan asuransi kesehatan.
Pengertian surveilans epidemiologi yaitu kegiatan untuk memonito
r frekuensi dan distribusi penyakit di masyarakat. Frekuensi penyakit adalah j
umlah orang yang menderita suatu penyakit didalam suatu populasi, sedangka
n distribusi penyakit adalah siapa saja yang menderita dilihat dari berbagai ka
rakteristik, baik umur, jenis kelamin, lokasi kejadian dan waktu terjadinya pe
nyakit tersebut. Dalam Kesehatan Masyarakat, sebelum tahun 1950, surveilan
s diartikan sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada penderita penyakit
menular, sehingga penyakitnya dapat ditemukan sedini mungkin dan diisolasi
secepatnya serta dapat diambil langkah-langkah pengendalian seawal mungki
n.Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin d
alam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperluka
n untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat. Surveilans keseha
tan masyarakat adalah bentuk aplikasi dari epidemiologi deskriptik maupun a
nalitik yang merupakan proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup t
5
6
Variabel
No. Sumber
Actual Potensial
E. Pedoman Pemantaun
Pemantauan adalah salah satu fungsi penting dalam pelaksanaan
kegiatan ini untuk mengetahui permasalahan saat pelaksanaan kegiatan
sehingga dapat segera dilakukan upaya pemecahan masalah. Kegiatan
pemantauan pemberian kapsul vitamin A dilakukan di posyandu dan
puskesmas dengan melakukan supervisi dan mencatat hasil pemantauan
kegiatan. Ada 3 alat pemantauan yang digunakan dalam kegiatan ini:
1. Daftar/checklist supervisi sebelum pelaksanaan untuk memantau
persiapan pelaksanaan
2. Daftar/checklist supervisi saat pelaksanaan yang sedang berlangsung,
mengidentifikasi kendala di lapangan serta menentukan langkah tindak
lanjut yang harus segera dilakukan.
3. RCA (Rapid Convenient Assesment) atau penilaian cepat setelah
kegiatan dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh sasaran pada
daerah tersebut sudah diimunisasi sekaligus sebagai upaya validasi
cakupan crash program yang dilaporkan.
F. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
14
Berikut adalah contoh penyajian data dengan grafik Cakupan Distribusi Kaps
ul Vitamin A Balita Usia 6—59 bulan di Kabupaten ”X” bulan Februari dan
Agustus Tahun 2011 yang terdiri dari 12 kecamatan atau puskesmas.
Gambar 1.2
Distribusi Puskesmas menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap Cakupan
Vitamin A di Kabupaten “X” Tahun 2011
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2016
Keterangan Gambar:
Kuadran I
1. Puskesmas dengan cakupan D/S tinggi (>70%) dan cakupan vitamin
A tinggi (>78%).
2. Terdapat tiga puskesmas di kuadran I yang menunjukkan adanya
keterpaduan penimbangan balita dan pemberian kapsul vitamin A di
posyandu.
Kuadran II
1. Puskesmas dengancakupan vitamin A tinggi (>78%) tetapi cakupan
D/S rendah (<70%).
2. Terdapat tiga puskesmas di kuadran II yang menunjukkan
kemungkinan aktivitas sweeping lebih tinggi dan kurang
memanfaatkan kegiatan pemberian kapsul vitamin A di posyandu.
Kuadran III
1. Puskesmas dengan cakupan vitamin A rendah (<78%) tetapi cakupan
D/S tinggi (>70%).
2. Terdapat tiga puskesmas di kuadran III, hal itu menunjukkan dua
kemungkinan pertama perlu diklarifikasi apakah terjadi keterbatasan
persediaan kapsul vitamin A sehingga balita yang sudah datang ke
posyandu tidak mendapat vitamin A. kemungkinan kedua adalah jika
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:
Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan
sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data, interpretasi data da
n diseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan.
Pengertian surveilans epidemiologi yaitu kegiatan untuk memonitor frekuens
i dan distribusi penyakit di masyarakat. Frekuensi penyakit adalah jumlah ora
ng yang menderita suatu penyakit didalam suatu populasi, sedangkan distribu
si penyakit adalah siapa saja yang menderita dilihat dari berbagai karakteristi
k, baik umur, jenis kelamin, lokasi kejadian dan waktu terjadinya penyakit ter
sebut.
Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama.
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan kondisi gangguan kesehatan akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan vitamin A di dalam tubuh. KVA termasuk defis
iensi mikronutrien yang paling banyak terjadi pada anak-anak di berbagai bel
ahan dunia, terutama yang tinggal di negara berkembang. KVA sangat
berhubungan dengan tingkat infeksi terutama pada balita yang nantinya juga
sangat berpengaruh pada status gizi, status kesehatan, angka morbiditas dan
mortalitas balita.
Sumber data dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Data yang dicatat
belum lama berselang atau tersedia secara potensial dalam rangka sistem
pengumpulan yang sedang dilaksanakan. b. Data tambahan/baru yang didapat
melalui dinas-dinas yang ada (dinas pertanian, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya).
Faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi dan penyakit infeksi terbagi dala
m dua kelompok yaitu faktor di tingkat rumah tangga atau keluarga dan fakto
r di tingkat masyarakat. Dari beberapa faktor penyebab terjadinya masalah giz
i ada beberapa yang sama antara faktor yang menyebabkan terjadinya asupan
zat gizi dengan faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit infeksi. Artinya
satu faktor penyebab dapat berakibat pada dua keadaan yaitu rendahnya asupa
20
21
n zat gizi dan/atau kejadian penyakit infeksi, seperti tingkat pendidikan, status
ekonomi, dan pendapatan keluarga.
Kegiatan pemantauan pemberian kapsul vitamin A dilakukan di posyandu dan
puskesmas dengan melakukan supervisi dan mencatat hasil pemantauan
kegiatan. Ada 3 alat pemantauan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu
Daftar/checklist supervisi sebelum pelaksanaan, daftar/checklist supervisi saat
pelaksanaan dan RCA (Rapid Convenient Assesment) atau penilaian cepat. L
aporan rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian k
apsul vitamin A pada balita dan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah
tangga disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi M
asyarakat setiap 6 bulan (Maret dan September).
B. Saran
C.
DAFTAR PUSTAKA
22