DOSEN PENGEMPU:
Marsia, S.ST.M.Kes
DISUSUN OLEH:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, asupan nutrisi bagi penderita AIDS merupakan komponen
penting yang harus kita perhatikan. Nutrisi yang baik tentu akan sangat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah timbulnya infeksi baru,
meningkatkan keefektifan pengobatan, sehingga dapat memperbaiki kualitas
hidup penderita HIV/ AIDS. Sebaliknya, nutrisi yang buruk akan mengurangi
keefektifan pengobatan serta mengakibatkan semakin cepatnya perkembangan
penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pentingnya nutrisi bagi Pasien HIV/AIDS?
2. Apa Prinsip Nutrisi Untuk Paien HIV/AIDS?
3. Apa Keamanan makanan dan minuman?
4. Apa Bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi pasien?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pentingnya nutrisi bagi Pasien HIV/AIDS
2. Mengetahui Prinsip Nutrisi Untuk Paien HIV/AIDS
3. Mengetahui Keamanan makanan dan minuman
4. Mengetahui Bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi pasien
1
BAB II
PEMBAHASAN
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Defisit nutrisi merupakan suatu
keadaan yang dialami individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko
mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Nursalam et al.,
2009). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu
keadaan individu memiliki penurunan kemampuan mengonsumsi cairan dan/atau
makanan padat dari mulut ke lambung (Potter & Perry, 2010).
Pada kasus HIV/AIDS masalah yang sering di jumpai yaitu defisit nutrisi
yang menyebabkan menurunnya kapasitas fungsional, memberikan kontribusi
kepada tidak berfungsinya kekebalan seorang individu. Pada penyakit kronis
HIV/AIDS sangat penting dilakukan pemantauan status gizi untuk menunda
proses penyakit dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderita HIV/AIDS.
Orang yang hidup dengan HIV/AIDS sering mengalami gejala gastrointestinal
seperti perubahan dalam rasa, bau, mual dan muntah yang mengakibatkan
berkurangnya asupan makanan. ODHA telah terbukti memiliki asupan nutrisi
yang tidak memadai, status gizi yang terganggu dan penurunan kualitas hidup
(Folasire, et al 2015)
Nutrisi sehat dan seimbang harus diberikan pada pasien dengan HIV/AIDS
pada semua tahapan infeksi HIV. Dijelaskan oleh FAO-WHO (2002) dalam
Nursalam dan Ninuk (2013) bahwa nutrisi pada pasien
2
2) Mengganti kehilangan dari vitamin dan mineral.
3) Meningkatkan fungsi dari sistem imun dan kemampuan tubuh memerangi
infeksi.
4) Memperpanjang periode infeksi hingga berkembang menjadi AIDS.
5) Menjaga pasien HIV/AIDS agar tetap aktif dan bisa merawat diri sendiri
maupun keluarga.
6) Menjadikan pasien HIV/AIDS tetap produktif mampu bekerja daan
tumbuh dengan baik.
Prinsip nutrisi yang baik untuk penderita HIV/ AIDS dapat dilakukan
dengan cara mengkonsumsi protein, karbohidrat lemak vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup. Salah satu ciri khas penderita AIDS adalah terjadinya
kekurangan energi protein, yang mana hal ini dapat diidentifikasi dengan adanya
penurunan berat badan. Gejala ini terjadi karena asupan makanan yang berkurang,
penyerapan nutrisi yang buruk, dan reaksi sistem kekebalan tubuh. Sehingga
penderita AIDS memerlukan peningkatan tambahan 10—15 % asupan energi dan
50—100 % peningkatan asupan protein.
Mengkonsumsi vitamin A, B6, B12, zat besi dan seng penting untuk
membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat dan untuk melawan infeksi.
Pemberian suplemen vitamin B6 dan B12 telah terbukti meningkatkan
kelangsungan hidup dan memperlambat perkembangan penyakit, selain itu
suplemen vitamin B6 juga dianjurkan untuk pasien TBC. Pemberian suplemen
vitamin A juga terbukti mengurangi penyakit, terutama diare untuk anak-anak dari
ibu yang menderita AIDS
Ada 13 syarat diet menurut Ninuk & Nursalam (2013) pada pasien
HIV/AIDS yang bertujuan untuk mengatur pemenuhan nutrisi yaitu :
3
3) Makanan disesuaikan dengan penyakit infeksi yang menyertai.
4) Mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran dalam bentuk jus.
5) Mengkonsumsi susu sapi atau susu kedelai setiap hari, disarankan susu
rendah lemak dan sudah dipasteurisasi.
6) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi.
7) Makanan harus bersih dari zat kimia dan pestisida.
8) Untuk pasien dengan terapi ARV pemberian makanan disesuaikan dengan
jadwal minum obat, yang dimana ada obat yang harus diminum saat
lambung sedang kosong, lambung sedang penuh atau harus diberikan
bersama dengan makanan.
9) Hindari makanan yang dapat merangsang penciuman untuk mencegah
timbulnya mual.
10) Jika terdapat gangguan pencernaan hindari mengkonsumsi makanan yang
tinggi serat dan makanan lunak atau cair.
11) Jika mengalami diare konsumsi makanan rendah laktosa dan lemak.36
12) Berikan diet sesuai dengan infeksi yang menyertai (TB, diare, sarcoma,
kandidiasis oral).
13) Hindari merokok konsumsi alcohol dan kafein.
4
Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk
menghilangkan pestisida dan bakteri
Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan
yang sudah dimasak
Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan
sendiri karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin
a. Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan vitamin B12 juga
bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus
sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang mudah diserap dan
tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunakan
untuk pembetukan sel.
c. Wortel megandung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama
dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas
(atau disebut sebagai anti oksidan). Akibat perusakan oleh HIV pada sel-
sel maka tubuh menghasilan radikal bebas.
d. Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah
defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4.
5
e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin-vitamin
neurotropik B1, B2, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia.
f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai
makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk mono unsaturated fatty
acid (MUFA), berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL.
Disamping itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat
replikasi HIV.
g. Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin.
h. Konsumsi daging dan produk susu setiap hari.
i. Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik dalam bentuk
jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air panas.
j. Konsumsi gula, minyak, dan garam gunkan seperlunya.
k. Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.
6
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Kevin. Setyo G. P., & Muchlis Achsan U. S. 2017. Hubungan Status
Gizi Dengan Kualitas Hidup Orang Dengan HIV/AIDS di Semarang.
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Food and Agriculture Organization of the United Nations (2002) Living well with
HIV/AIDS: A manual on nutritional care and support for people living
with HIV/AIDS.
Yanuar, Cindy Neviola. 2019. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Ibu
Hamil yang Terinfeksi HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Koleksi Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/97581
Project Food and Nutrition Technical Assistance (FANTA) (2001) HIV / AIDS :
A Guide For Nutrition , Care and Support July 2001, Nutrition.
World Health Organization (2003) ‘Nutrient requirements for people living with
HIV / AIDS’, World Health Organization.