Anda di halaman 1dari 6

KASUS DAN SKENARIO

Kasus

Perempuan, 28 tahun, PSK, belum menikah, datang dengan keluhan sering keputihan.
Keputihan dialami sejak 1 minggu ini, terus-menerus, timbul perlahan-lahan, sangat gatal,
cairannya berwarna keputihan bergumpal seperti susu basi, agak berbau. Keluhan ini sangat
mengganggu, sudah dicuci dengan betadine yang disemprotkan ke vagina masih belum ada
reaksi. Keluhan ini sering berulang, dalam 1 bulan bisa 2-3 kali. Saat ’bekerja’ pasien sering
tidak menggunakan kondom. Dalam 1 tahun ini sering mengalami hal serupa, hilang timbul.
Pasien dengan sukarela datang minta saran dokter untuk melakukan pemeriksaan. Setelah
dilakukan konseling pra testing, pasien bersedia memeriksakan diri melalui VCT. Setelah
hasil tes keluar, pasien dinyatakan positif HIV.

Skenario

1. PERSIAPAN PERTEMUAN
 Penampilan pemeriksa
 Waktu yang cukup
 Tempat yang nyaman
 Privasi terjaga
 Form VCT
2. Saat Konseling
Konselor : Assalammuaalikum ibu, selamat pagi bu.
Pasien : Waalaikumsalam, pagi sus
Konselor : ibu, perkenalkan saya suster Monika Diara Putri, biasa dipanggil
Suster monika, pada hari ini saya yang akan menemani ibu, ibu bisa
menceritakan mengenai keluhan yang ibu rasakan, dan ibu juga tidak
perlu khawatir, karna saya bertanggung jawab atas kerahasiann pasien
disini ya bu.
Pasien : baik sus
Konselor : saya izin bertanya sedikit mengenai data ibu boleh ya bu ?
Pasien : boleh sus
Konselor : boleh saya tahu nama ibu siapa bu ?
Pasien : nama saya lastri sus
Konselor : baik dengan ibu lastri, wajah ibu masih sangat terlihat muda ya bu.
Emangnya ibu berapa umurnya bu ?
Pasien : umur saya 28 tahun sus
Konselor : ibu saat ini tinggal bersama keluarga atau sendirian bu
Pasien : keluarga sus
Konselor : alamat rumah ibu dimana bu ?
Pasien : alamat saya Jl. Kenangan, desa Suka Maju, Padang sus
Konselor : o lumayan jauh dari sini ya bu, untuk saat ini apakah ibu sudah
menikah bu ?
Pasien : saya belum menikah sus
Konselor : boleh saya tahu pekerjaan ibu saat ini sebagai apa bu ?
Pasien : saya malu mengungkapkannya sus
Konselor : ibu tidak perlu malu ya bu, dengan ibu mengungkapkannya ini akan
membantu rencana pengobatan dengan keluhan yang ibu rasakan bu.
Pasien : saya bekerja sebagai PSK sus
Konselor : sudah berapa lama ibu menjadi PSK bu ?
Pasien : sudah 10 tahun sus
Konselor : boleh saya mengetahui pendidikan terakhir ibu ?
Pasien : saya hanya tamatan SMP sus
Konselor : saat ini apa keluhan yang ibu rasakan bu ?
Pasien : saya mengalami keputihan sus
Konselor : sudah berapa lama keputihan itu bu ?
Pasien : saya mengalaminya sudah sejak 1tahun belakangan ini sus, namun
keputihan saya terus-menurus sejak 1 minggu ini sus.
Konselor : apa yang ibu rasakan saat keputihan bu ?
Pasien : sangat gatal, cairannya berwarna keputihan bergumpal seperti susu
basi, agak berbau sus.
Konselor : apakah keputihan ibu mengganggu aktivitas ibu sehari- hari bu ?
Pasien : sangat menggangu sus
Konselor : apakah ibu sebelumnya sudah melakukan pengobatan terkait
keputihan ibu ?
Pasien : saya sudah mencuci dengan betadine yang disemprotkan ke vagina
sus, namun masih belum ada reaksi apapun sus.
Konselor : mohon maaf sebelumnya bu, boleh saya bertanya mengenai pekerjaan
ibu lebih dalam lagi bu ?
Pasien : boleh sus
Konselor : pada saat ibu bekerja menjadi PSK, apakah ibu memakai pengaman
atau kondom bu ?
Pasien : saya sering tidak menggunakan kondom sus.
Konselor : apakah ibu mengetahui resikonya jika ibu tidak menggunakan
kondom bu ?
Pasien : saya kurang memahami akan hal itu sus
Konselor : maaf sebelumnya bu, kondisi yang sedang ibu alami dan pekerjaan
yang sedang ibu kerjakan adalah salah satu factor resiko tanda-tanda
infeksi HIV bu.
Pasien : (terlihat sedih dan menunduk)
Konselor : ibu disini saya akan menjelaskan kepada ibu mengenai window period
virus HIV ya bu. Window period adalah masa atau periode jendela
(jeda waktu) yang dibutuhkan virus untuk membentuk antibody dalam
darah sampai infeksi virus terdeteksi di dalam tubuh. Biasanya , masa
jeda HIV berlangsung 10 hari hingga 3 bulan sejak paparan awal
sampai bisa terdeteksi oleh tes HIV bu. Masa jendela HIV ini penting
diketahui bu karna untuk menentukan kapan waktu tes yang tepat
sehingga bisa memperoleh hasi diagnose HIV yang akurat ya bu.
Pasien : selanjutnya apa yang harus saya lakukan sus ?
Konselor : apakah ibu bersedia untuk melakukan pemeriksaan VCT bu ?
Pasien : bersedia sus
Konselor : nah untuk prosedur pemeriksaanya akan dilakukan pengambilan
sampel darah ibu, lalu akan dikirimkan ke laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ya bu. Bagaimana bu, apakah ibu
bersedia bu ?
Pasien : bersedia sus
Konselor :baiklah ibu, nanti untuk tata cara pengambilan tesnya dilakukan
dengan mengambil darah dari ujung jari ibu ya dan untuk hasilnya akan
didapatkan setelah 15 menit ya bu
Pasien : baik sus
Konselor : saya harap untuk apapun hasil dari tes yang kita lakukan ibu harus
siap, sabar dan ikhlas menerimanya, karena apabila hasil tesnya positif,
maka akan dilakukan terapi ARV, yang akan diberikan seumur hidup
bu.
Pasien : (terlihat sedih dan terkejud)
Konselor : baiklah ibu, untuk hasil dari tes yang kita lakukan sudah keluar ya bu,
jadi saya ingin bertanya kepada ibu, apakah ibu sudah siap dan bersedia
untuk menerima hasil tesnya bu ?
Pasien : bersedia sus (terlihat cemas)
Konselor : ibu saya mohon maaf sebelumnya bu, untuk tes yang kita dapatkan
hasilnya positif bu. Ibu bisa melihatnya langsung disini bu.
(memberikan amplop yang berisikan hasil tes)
Pasien : (sedih dan ingin menangis)
Konselor : ibu boleh menangis bu, (memberikan tissue)
Saya mengerti perasaan ibu, memang ini sangat berat untuk diterima
tetapi, segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya bu.
Pasien : (menangis)
konselor : (pasien sudah terlihat sedikit tenang setelah beberapa menit
menangis), ibu apakah ibu masih bisa melanjutkan diskusi kita bu ?,
kalau ibu tidak bisa, diskusinya bisa kita lanjutkan besok atau saat ibu
merasa lebih baik bu.
Pasien : saya bisa sus
Konselor : baiklah ibu, saya berharap ibu harus tetap sabar dan ikhlas ya bu,
memang ini sangat berat untuk diterima. Untuk diskusinya kita
lanjutkan ya bu.
Pasien : baik sus
Konselor : baiklah ibu, kita akan melanjutkan diskusinya tentang cara
pencegahan dan penularan dari HIV itu sendiri, jadi agar ibu dapat
mencegah dan tidak menularkannya, ibu dapat melakukannya dengan
penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual, kemudian
dengan memperhatikan sterilisasi/kebersihan dari penggunaan jarum
suntik, dan tidak ikut serta atau tidak menjadi pendonor darah kepada
orang lain ya bu.
Pasien : baik sus
Konselor : apakah sudah jelas bu, atau ada yang ingin ditanyakan ?
Pasien : tidak ada sus
Konselor :baiklah bu, saya lanjutkan ya bu, kemudian saya juga akan
menjelaskan tentang cara mengenali tanda – tanda infeksi opportunistic
ya bu, yaitu, seperti Gejala awal yang biasanya muncul adalah demam,
sakit tenggorokan dan timbul ruam kemerahan pada tubuh. Gejala lain
meliputi badan lemas, nyeri sendi, nyeri otot dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Namun apabila sudah termasuk gejala infeksi
serius meliputi: Penurunan berat badan, Diare, berkepanjangan,
Keringat dingin pada malam hari, Demam, Batuk persisten, Masalah
kulit dan mulut seperti infeksi jamur, Infeksi berulang dan sering
terkena penyakit serius.
Konselor : sudah jelas bu atau ada yang ingin ditanyakan ?
Pasien : tidak sus
Konselor : baiklah ibu, agar ibu bisa mendapatkan informasi mengenai HIV atau
disebut juga dengan kontak support group HIV, dan tempat dari
penyedia layanan HIV, ibu bisa datang kerumah sakit yang memangani
pasien HIV ya bu, dan ibu juga bisa datang kesini, atau ibu bisa
hubungi saya ya bu.
Pasien : baik sus, terimakasih ya
Konselor : iya bu, baiklah ibu,karena sudah lebih sudah 1 jam kita bercerita dan
berdiskusinya, jadi saya harap ibu bisa paham dan mengerti tentang
apa yang kita bicarakan hari ini, serta harus tetap tabah dan sabar
dalam menerimanya ya bu.
Pasien : baik sus
Konselor : apakah masih ada yang ingin ditanyakan lagi bu ?
Pasien : tidak ada sus.
Konselor : baiklah ibu, kalau begitu bisakah ibu menjelaskan sedikit saja dari
beberapa hal yang saya sampaikan tadi bu ?
Pasien : bisa sus, jadi saya dapat mencegah dan tidak menularkannya dengan
menggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual, kemudian
dengan memperhatikan sterilisasi/kebersihan dari penggunaan jarum
suntik, dan tidak ikut serta atau tidak menjadi pendonor darah kepada
orang lain sus, dan saya harus mulai hidup bersih sus.
Konselor : wah, Alhamdulillah, benar sekali ya bu., saya harap sekali lagi ibu
tetap harus ikhlas sabar atas semua yang terjadi ya bu. Dan ibu jangan
lupa untuk menerapkan dan mempelajari apa yang kita diskusikan tadi
ya bu.
Pasien : baik sus
Konselor :baiklah ibu, jikalau ibu merasa masih ada yang kurang jelas atau ingin
ibu ketahui ibu bisa datang kembali kesini dan ibu juga bisa
menghubungi saya ya bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu,
terimakasih atas waktunya, Assalamu’alaikum.
Pasien : wa’alaikumusalam sus.

(Kemudian Perawat mendokumentasikan proses konseling HIV dengan


mengisi form VCT/PICT/PMCT).

Anda mungkin juga menyukai