ANTHROPOLOGI KESEHATAN
Transkultural Nursing Pada Pasien Demam Atau Tidak Enak Badan (Budaya
Kerokan)
DOSEN PENGAMPU: Endi Suyanto, S. Kep., Ners,M.Kep
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN AJARAN 2020-20
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih, lagi maha penyayang kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelaskan makalah tentang Transkultural
Nursing Pada Pasien Demam Atau Tidak Enak Badan (Budaya Kerokan)
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan
kultur berarti perawat yang profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur
secara konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik
adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur
yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua
kultur (Leininger, 1979).
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
2.2. Konsep dalam Transkultural Nursing
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
5
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.
6
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I: Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II: Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka
ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III: Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
7
nabati yang lainnya. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar
belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka mempercayai dan
mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu menangani sakit yang mereka
alami. Sebagi contoh budaya jawa, budaya jawa sering diketahui cara dan adat yang mereka
percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah kerokan. Kerokan bukanlah hal yang asing bagi
budaya jawa, lebih dari banyak orang jawa masih menggunakan kerokan untuk mengobati sakit
mereka sampai saat ini. Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun temurun. Mereka
meyakini bahwa dengan kerokan dapat megeluarkan angin yang ada di dalam tubuh serta dapat
menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan dengan hal tersebut dapat membantu
penyembuhan yang mungkin telah dirasakan sebelumnya hal tersebut oleh suku jawa. Hal
tersebut menutup kemungkinan akan muncul dan berada di dalam rumah sakit, meski mereka
telah mendapatkan penanganan dari tim kesehatan ada saja yang melakukan tradisi tersebut.
Telah diketahui akibat dari kerokan yaitu menyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu
warna kulit memerah menunjukkan adanya pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah
sehingga menambah arus darah ke permukaan kulit. Ketika melakukan komunikasi untuk
memberikan informasi tentang akibat yang terjadi dari kerokan tidak membuat para klien atau
pasien tidak berhenti melakukan tradisi seperti hal tersebut karena itu telah menjadi kebiasaan
yang secara terus-menerus dilakukan. Sehingga asuhan keperawatan yang mungkin akan
diberikan kepada klien tidak dapat dilakukan karena adanya penolakan yang terjadi terhadap
anggapan akan hal tersebut.
Disini kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan praktik budaya kesehatan tradisional
yang dilakukan. Budaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan harus terus dilakuakn bagaimana caranya menangani klien tanpa
menyinggung perasaan klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit untuk kita
tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah atau mengkritik tradisi tersebut,
namun bagaimana perawat mampu melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan
pasien.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai
dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari mulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya. Perencanaan dan pelaksaan proses
keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat
memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan
budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas merupakan
kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk memperoleh data dan
informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.
Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa
terima kasih dengan setulus-tulusnya.Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat
membawa manfaat kepada pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
10