Anda di halaman 1dari 118

i

SKRIPSI
PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI DI RSUD
SELE BE SOLU KOTA
SORONG

Oleh :
NAMA : RISKI RAMADHANI
NIM : 13.037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
POGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017
ii

SKRIPSI

PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI DI RSUD
SELE BE SOLU KOTA
SORONG

Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Keperawatan (S.Tr,Kep) Pada Program D.IV Keperawatan

Oleh :
NAMA : RISKI RAMADHANI
NIM : 13.037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
POGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Riski Ramadhani

Nim : 13.037

Judul : Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Perubahan


Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi di RSUD Sele Be
Solu Kota Sorong.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keperawatan pada Program Studi Diploma IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Sorong.

Dewan Penguji :

Penguji I : Ns. Serly Agustin Marcus,M.Kep. (…..…………..…)


NIP. 19870514 2011042 001

Penguji II : Y.Kambu, M.Kep,Sp.KMB. (…………………)


NIP. 19760129 199903 1 002

Penguji III : Drs. P.Situmorang,M.Pd. (…………………)


NIP. 19631110 99303 1 001

Tanggal : …………………….

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Sorong

(O.Lopulalan,S.Sit,M.Kes.)
NIP: 19541010 1981121 00 1
iv

HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS


Yang bertanda tangan di bawah ini saya
Nama : Riski Ramadhani
Nim : 13.037
Program studi : D IV Keperawatan
Institusi : Poltekkes Kemenkes Sorong
Judul : Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Perubahan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi di RSUD Sele Be Solu Kota
Sorong
Menyatakan bahwa dalam penyusunan skripsi yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan dan pikiran
saya sendiri, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima saknsi atas perbuatan tersebut.

Sorong, September 2017


Pembuat Pernyataan

Riski Ramadhani

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Y. Kambu, M.Kep Sp KMB Drs.P.Situmorang,M.Pd


NIP 19760129 199903 1 002 NIP. 19631110 99303 1 001
v

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI DI RSUD
SELE BE SOLU KOTA SORONG

Disusun Oleh
Nama : Riski Ramadhani
Nim : 13.037

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 28 Agustus 2017

Telah disetujui oleh:

Penguji I

Ns. Serly Agustin Marcus,M.Kep. Tanggal 28 Agustus 2017


NIP. 19870514 2011042 001

Penguji II

Y.Kambu, M.Kep,Sp.KMB. Tanggal 28 Agustus 2017


NIP. 19760129 199903 1 002

Penguji III

Drs. P.Situmorang,M.Pd. Tanggal 28 Agustus 2017


NIP. 19631110 99303 1 001
vi

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan Ramat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal ini. Penulisan proposal dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Keperawatan

pada Progran Studi Diploma IV pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Sorong. Skripsi ini dapat diselesaikan atas proses bimbingan.

Proses penyelesaian skripsi ini tidak hanya semata-mata hasil usaha dan

kerja keras penulis sendiri, tetapi melibatkan bantuan dan kontribusi dari beberapa

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Ibu Ariani Pongoh,S.ST,M.kes Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong

2. Bapak O. Lopulalan,S.SIT,M.Kes Ketua Jurusan

3. Bapak Yowel Kambu,S.kepNs,M.Kep Ketua Prodi sekaligus Pembimbing I

dan Penguji II

4. Bapak Drs.P.Situmorang,M.Pd Pembimbing II dan Penguji III

5. Ibu Ns. Serly Agustin Marcus, M.Kep Dosen Penguji I

6. Orang tua saya Bapak Muhammad Ridwan dan ibu Etik Kustiyani, ibu

Yuliana Misanti, dan ibu Rumini dan keluarga saya yang telah memberikan

bantuan dukungan material dan moral yang tidak akan pernah bisa saya balas.

7. Kekasih, kakak, sekaligus sebagai sahabat saya mas Khoirul Anam yang

selalu menyemangati dan memberi motivasi.


vii

8. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Tugas akhir

ini.

Akhir kata, penulis sungguh menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk kritik, saran, dan skripsi lebih lanjut pembaca dipersilahkan untuk

menghubungi penulis melalui email riskiramadhanisahar@gmail.com Semoga

tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu, terutama dalam

pendidikan keperawatan dan kesehatan lainnya.

Sorong,

Penulis
viii

BIODATA PENULIS

A. Biodata Pribadi
1. Nama : Riski Ramadhani
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. TTL : Sorong, 16 Februari 1995
4. Suku : Jawa Timur
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jl. Pepaya, Malawili, Aimas, Kabupaten Sorong
8. Email : riskiramadhanisahar@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan :
1. TK : TK Aisyiyah Bustanul Athfal Aimas Tahun 2000-2001
2. SD : SD Inpres 38 Aimas Tahun 2001-2007
3. SMP : SMP Negeri 03 Sorong (SMP N 1) Tahun 2007-2010
4. SMA : SMA N 1 Aimas (SMA N 2 Kab. Sorong) Tahun 2010-
2013
ix

BIODATA PENULIS

C. Biodata Pribadi
9. Nama : Riski Ramadhani
10. Jenis Kelamin : Perempuan
11. TTL : Sorong, 16 Februari 1995
12. Suku : Jawa Timur
13. Kebangsaan : Indonesia
14. Agama : Islam
15. Alamat : Jl. Pepaya, Malawili, Aimas, Kabupaten Sorong
16. Email : riskiramadhanisahar@gmail.com

D. Riwayat Pendidikan :
5. TK : TK Aisyiyah Bustanul Athfal Aimas Tahun 2000-2001
6. SD : SD Inpres 38 Aimas Tahun 2001-2007
7. SMP : SMP Negeri 03 Sorong (SMP N 1) Tahun 2007-2010
8. SMA : SMA N 1 Aimas (SMA N 2 Kab. Sorong) Tahun 2010-
2013
x

MOTTO

MAN JADDA WAJADA


Siapa Yang Bersunguh-sungguh pasti berhasil

MAN SHABARA ZHAFIRA


Siapa Yang Bersabar Pasti Beruntung

MAN SARA ALA DARBIWASHALA


Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan
xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................... Error! Bookmark not defined.


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
Abstrak ....................................................................................................... xvii
BAB I ............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. PLATAR BELAKANG ...................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 4
C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................... 5
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7
A. KONSEP DASAR TENTANG NYERI POST OPERASI ................. 7
B. KONSEP TENTANG THERAPEUTIC TOUCH ( THERAPI
SENTUHAN) ........................................................................................... 23
C. KERANGKA TEORI ....................................................................... 27
BAB III ........................................................................................................ 28
METODE PENELITIAN ............................................................................. 28
A. KERANGKA KONSEP .................................................................... 28
B. HIPOTESIS ....................................................................................... 29
C. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN .................................... 29
D. POPULASI DAN SUBYEK ............................................................. 30
E.BAHAN DAN ALAT PENELITIAN ................................................... 34
xii

D. JALANNYA PENELITIAN ............................................................. 35


E. VARIABEL PENELITIAN .............................................................. 39
F. DEFINISI OPERASIONAL (DO) .................................................... 40
G. ANALISIS HASIL ............................................................................ 41
H. ETIKA PENELITIAN ...................................................................... 44
BAB IV ........................................................................................................ 45
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 45
A. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 45
B. PEMBAHASAN ............................................................................... 51
C. KETERBTASAN PENELITIAN...................................................... 56
BAB V.......................................................................................................... 57
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 57
A. KESIMPULAN ................................................................................. 57
B. SARAN ............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 57
xiii

DAFTAR TABEL
Tabel1.Definisi Operasional……………………………………………… 53

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden…….. 49

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Skala Nyeri

Vas………………………………………………………………………….50

Tabel Analisis Bivariat…………………………………………………....51


xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alat Pengukur Nyeri VDS ……………………………….31

Gambar 2.2. Alat Pengukur Nyeri Numerik……………………………32

Gambar 2.3. Alat Pengukur Nyeri Visual Analog Scale………………..33


xv

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Teori…………………………………………….29

Skema 3.1 Kerangka Konsep………………………………………….41

Skema 3.2 Variabel Penelitian…………………………………………52


xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Surat Permohonan izin pengambilan data awal

Lampiran2.Formulir Informasi Penelitian

Lampiran3. Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran4. Lembar SOP Therapeutic Touch

Lampiran5. Lembar Observasi VAS

Lampiran6. Lembar konsultasi Pembimbing I

Lampiran7. Lembar Konsultasi Pembimbing II

Lampiran 8. Surat Permohonan izin penelitian

Lampiran 9. Surat Balasan Permohonan izin penelitian

Lampiram 10. Surat Telah melakukan penelitian

Lampiran 11. Master Data

Lampiran 12. Data SPSS uji Shapiro Wilk dan Uji Paired Samples Test
xvii

Abstrak
PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELE BE SOLU
KOTA SORONG

RISKI RAMADHANI

Poltekkes Kemenkes Sorong

Email : Riskiramadhanisahar@gmail.com

Latar Belakang : nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri

merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh

stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun

menurun sejalan dengan proses penyembuhan.

Objektif : pengaruh pasien yang diberikan Therapeutic Touch dan tidak di berikan

Therapeutic Touch terhadap perubahan nyeri pada pasien post operative.

Metode : jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan desain quasi eksperimen.

Jumlah sampel 35 responden yang dilakukan dengan purposive sampel. Analisa

penelitian ini menggunakan uji parametric Paired Samples Test.

Hasil Penelitian : Ada pengaruh Therapeutic Touch pada klien post operasi pada 19

responden yang diberikan intervensi Therapeutic Touch dengan nilai signifikan (p=0.00).

Kesimpulan : tidak ada pengaruh Therapeutic Touch terhadap perubahan intensitas nyeri

pada pasien post operative di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.

Kata kunci : nyeri, Therapeutic Touch, operasi.


xviii

Abstrack

The Effect Of Therapeutic Touch on Changes in The Intensity of Pain in Post

operative Patients at Rumah Sakit Umum Daerah Sele Be Solu Kota Sorong

Riski Ramadhani
Poltekkes Kemenkes Sorong
Email: Riskiramadhanisahar@gmail.com

Background : Pain is an unpleasant sensory an emotional experience that is

accompanied by potential and actual tissue damage. Pain is a condition that is

more than a single sensation caused by a certain stimulus of a varyng intensity

ranging from mild pain to severe pain but decreases with the healing process.

Obyektif : The Effect of patients given Therapeutic Touch and didn’t give

Therapeutic Touch to the pain changes in postoperative patients.

Method : The method used in this research is expererimental using quasi experimental

design. The subject of the research of 35 respondents conducted with purposive samples.

The analysis of this research used parametric paired samples test.

Research result: Be Effect of Therapeutic Touch on postoperative patients in 19

respondents given intervention Therapeutic Touch where significantly different (p=0.00)

Conclusion : Be Effect of Therapeutic Touch on the change of pain intensity in

postoperative patients at RSUD Sele Be Solu Kota Sorong

Keys Word : Pain, Therapeutic Touch, surgery.


BAB I
PENDAHULUAN

A. PLATAR BELAKANG

The international assosiation for the study of pain mendefinisikan nyeri

merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri

merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan

sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses penyembuhan

(Price & Wilson, 2014 dalam Astuti & Merdekawati, 2016). Operasi atau

pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara

invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

dilakukan tindakan pembedahan dengan membuat sayatan (Potter & Perry,

2010). Tindakan pembedahan dilakukan pada berbagai penyakit karena

indikasi tertentu. . Nyeri merupakan sumber frustasi, baik pasien maupun

tenaga kesehatan (Potter & Perry, 2010 dalam Astuti & Merdekawati, 2016)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperkirakan

setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia, satu

untuk setiap 25 bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami

nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan

respon atau perasaan yang identik pada individu.

1
2

Penanganan nyeri pada klien yang dilakukan oleh profesi perawat dewasa ini

lebih banyak mengacu pada pendekatan terapi medis dan farmakologis.

Selain itu di Pennsylvania dilakukan penelitian terhadap 25 orang pasien

osteoartritis sendi lutut yang berusia 40 – 80 tahun. Selama enam minggu

pasien dirawat dengan therapeutic touch, mock therapeutic touch dan

perawatan standar. Kelompok yang menerima therapeutic touch, mengalami

penurunan nyeri secara signifikan dan mengalami perbaikan fungsi gerak,

dibandingkan dengan hasil terhadap kelompok plasebo dan kelompok

kontrol. Pada tahun 2008, penelitian di Iran membuktikan bahwa therapeutic

touch lebih efektif mengurangi rasa sakit dan kelelahan pasien kanker yang

menjalani kemoterapi dibandingkan kelompok perawatan biasa. (dalam

Mumpuni & uun Nurulhuda, 2012)

Meskipun demikian, pelaksanaan manajemen nyeri nonfarmakologi di

lapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mengatasi nyeri.

Kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi

dengan dokter yaitu terapi farmakologi (Rosdalh & Kawalski, 2015 dalam

Astuti & Merdekawati, 2016)

RSUD Sele Be Solu Kota Sorong merupakan Rumah Sakit tipe C yang

telah banyak melayani tindakan operasi. Dari data Rekam Medis RSUD Sele

Be Solu Kota Sorong tercatat 343 kasus tindakan operasi pada tahun 2015

meningkat menjadi 620 kasus pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 bulan

januari s/d maret tercatat 172 kasus operasi di RSUD Sele Be Solu Kota
3

Sorong. Ini menunjukan bahwa banyaknya operasi yang dilakukan di RSUD

Sele Be Solu kota sorong pada saat ini.

Data yang didapat dari Rekam Medis Rumah Sakit Sele Be Solu Kota

Sorong telah mengalami 620 kasus spesialisasi bedah pada tahun 2016 yang

dialami bervariasi, yakni diantaranya masuk kategori kecil, sedang, besar dan

khusus.

Penulis melihat manajemen nyeri pasien post operasi di ruang perawatan

bedah dewasa RSUD Sele Be Solu Kota Sorong saat menjalani praktek

klinik, bergantung pada therapy farmakologis dan dalam memberikan

Asuhan Keperawatan belum ada perawat yang menerapkan therapy non

farmakologis therapeutic Touch khususnya dan pada buku status tidak terlihat

penerapan khusus Therapeutic Touch .

Therapeutic touch merupakan perubahan medan energi. Terapis

menggunakan tangan untuk mengarahkan energi dalam mencapai

keseimbangan. Therapeutic touch didasarkan pada empat asumsi. Pertama,

seorang manusia adalah sebuah sistem energi yang terbuka. Kedua, secara

anatomis manusia adalah bilateral simetris. Ketiga, penyakit adalah

ketidakseimbangan energi individu. Keempat, manusia mempunyai

kemampuan alami untuk mengubah dan melampaui kondisi hidup mereka.

Setelah menjalani therapeutic touch, pasien akan mendapatkan respons

relaksasi dalam 2 sampai 5 menit setelah pengobatan telah dimulai dan

beberapa klien dapat tertidur atau merasakan nyerinya

berkurang.(dalamMumpuni & uun Nurulhuda, 2012).


4

Therapeutic Touch sendiri mempunyai keuntungan yakni rendah biaya dan

dapat dengan mudah dilakukan oleh perawat serta dengan melaksanakan

therapy ini perawat dapat berinteraksi langsung dengan pasien, belum ada

perawat yang melakukannya, dan peneliti mengembangkan penelitian orang

lain.

Pada pengalaman praktik klinik peneliti selama praktik di Ruang Rawat

Bedah RSUD Sele Be Solu Kota Sorong, penulis melihat nyeri pasien hilang

hanya karena pemberian obat analgetik, dan sering sekali melihat pasien yang

merasakan nyeri saat pengaruh obat analgesik mulai berkurang dan waktu

pemberian obat belum saatnya. Berdasarkan latar belakang diatas penulis

tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap

Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi di Ruang Rawat Bedah

RSUD Sele Be Solu Kota Sorong”.

B. RUMUSAN MASALAH

Penatalaksanaan medis dengan jangka waktu lama akan berdampak pada

sistem yang lain, sehingga perlu diberi penatalaksaan therapy alternative

komplementer. Seperti yang dikemukakan (dalam Scheinman, 2016) bahwa

penggunaan obat yang lama termasuk NSAID (Non Steroidal Anti

Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen dapat menyebabkan gagal ginjal,

penyakit auto imun, dan policistic ginjal hingga kanker. Untuk itu perlu dicari

therapy komplementer alternative untuk mengurangi nyeri seperti therapeutic

touch, disisi lain perawat di Rumah Sakit tidak pernah melakukan therapy

tersebut.Dari uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti


5

Apakah ada Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Penurunan Intensitas

Nyeri Pada Pasien Post Operasi ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Perubahan

Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik klien (usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan) antara responden kelompok intervensi dan kelompok

control.

b. Diketahui intensitas nyeri klien post op pada kelompok intervensi

c. Diketahui intensitas nyeri klien post op pada kelompok control

d. Diketahui intensitas nyeri klien post op pada kelompok post intervensi

e. Diketahui pengaruh Therapeutic Touch terhadap klien Post op pada

kelompok pre dan post intervensi

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu kontribusi bagi Dinas

Kesehatan Kota Sorong dan Rumah Sakit Umum Daerah Sele Be Solu

Kota Sorong yang bisa dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan Penerapan

Asuhan Keperawatan mandiri pada pasien yang mengalami nyeri Post

Operasi.
6

2. Manfaat metodologis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan data untuk

melakukan upaya-upaya dalam peningkatan pemberian pengetahuan

kepada mahasiswa-mahasiswi dalam bidang kesehatan khususnya tentang

penanganan nyeri post operasi.

3. Manfaat Peneliti

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

mengaplikasikan teori-teori yang didapat dalam bentuk penelitian.


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TENTANG NYERI POST OPERASI

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat

pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi

selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi dimulai dari

memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca-operasi dan berakhir

saat pasien pulang.( dalam Wardhani,2013)

1. Jenis-jenis operasi

a. Menurut fungsinya (tujuannya), (Potter dan Perry 2006 dalam A

Anggraeni, 2016) membagi menjadi:

1) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi

2) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktom

3) Reparatif: memperbaiki luka multiple

4) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.

5) Paliatif: menghilangkan nyeri,

6)Transplantasi: penanaman organ tubuh untuk menggantikan organatau

struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, korneaDefinisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan

kesehatan (Smeltzer, 2002). International Association for The Study of Pain

atau IASP mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subyektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan


8

kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2006 dalam

Purwanti, 2015)

2. Proses Fisiologik Nyeri

Menurut (Price & Wilson,2006) menjelaskan bahwa proses fisiologik nyeri

terjadi antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri.

Terdapat empat proses tersendiri: transduksi, transmisi, modulasi, dan

persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu

sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi nyeri

melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati

saraf perifer sampai ke terminal di medula spinalis dan jaringan neuron-

neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak. Modulasi nyeri

melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang

dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis. Modulasi

juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau

meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi

nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga

dihasilkan oleh aktivitas transmisi oleh saraf. (dalam Purwanti, 2015)

Adapun proses terjadinya nyeri menurut Hartanti (2005) adalah sebagai

berikut: ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin,

atau kekurangan O2 pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan

mengeluarkan berbagai macam substansi yang normalnya ada di intraseluler.

Ketika substansi intraseluler dilepaskan ke ruang ekstraseluler maka akan


9

mengiritasi nosiseptor. Syaraf ini akan terangsang dan bergerak sepanjang

serabut syaraf atau neorotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang

disebut dengan neorotransmiter seperti prostaglandin dan epineprin, yang

membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak dan

dipersepsikan sebagai nyeri.

3. Transmisi Nyeri

(Tamsuri 2007, dalam Purwanti, 2015) menyatakan bahwa terdapat berbagai

teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiseptor dapat

menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang

mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang

kendali nyeri dianggap paling relevan

a. Teori Spesivisitas (specivicity Theory)

Teori ini digambarkan oleh Descartes pada abad ke-17. Teori ini didasarkan

pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus

mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri

dan mentransmisikannya melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke

talamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi

sehingga timbul respons nyeri. Teori ini tidak menjelaskan bagaimana faktor-

faktor multidimensional dapat memengaruhi nyeri.


10

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri, yaitu serabut

yang mampu menghantarkan rangsang dengan cepat; dan serabut yang mampu

menghantarkan dengan lambat. Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis pada

mendula spinalis dan meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah,

intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas

input sensori nyeri.

c. Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory)

Pada tahun 1959, Melzack & Wall menjelaskan teori gerbang kendali nyeri,

yang menyatakan terdapat semacam “pintu gerbang” yang dapat memfasilitasi

atau memperlambat transmisi sinyal nyeri.

4. Jenis-jenis Nyeri

(Price & Wilson, 2006 dalam Purwanti, 2015) mengklasifikasikan nyeri

berdasarkan lokasi atau sumbernya, antara lain:

a. Nyeri somatik superfisial (kulit)

Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis.

Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang

mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri

sering dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti tebakar, tetapi

apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi

berdenyut.
11

b. Nyeri somatik dalam

Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon,

ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Struktur-sturktur ini memiliki lebih sedikit

reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak jelas. Nyeri dirasakan lebih

difus daripada nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah di sekitarnya. Nyeri

dari berbagai struktur dalam berbeda. Nyeri akibat suatu cedera akut pada sendi

memiliki lokalisasi yang jelas dan biasanya dirasakan sebagai rasa tertusuk,

terbakar, atau berdenyut. Pada peradangan kronik sendi (artritis), yang dirasakan

adalah nyeri pegal-tumpul yang disertai seperti tertusuk apabila sendi bergerak.

c. Nyeri visera

Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ

tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri

somatik dan terletak di dinding otot polos organ - organ berongga (lambung,

kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih) dan di kapsul organ-

organ padat (hati, pankreas, ginjal). Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri

visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ,

iskemia, dan peradangan.

d. Nyeri alih

Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu

daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering

dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen medula

spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut. Apabila dialihkan ke

permukaan tubuh, maka nyeri visera umumnya terbatas di segmen dermatom


12

tempat organ visera tersebut berasal dari masa mudigah, tidak harus di tempat

organ tersebut berada pada masa dewasa.

Nyeri neuropati

Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari sistem

saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang menimbulkan perasaaan nyeri.

Dengan demikian, lesi di sistem saraf tepi (SST) atau sistem saraf pusat (SSP)

dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik

sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Pasien

dengan nyeri neuropatik menderita akibat instabilitas sistem saraf otonom (SSO).

Dengan demikian nyeri sering bertambah parah oleh stress emosi atau fisik

(dingin, kelelahan) dan mereda oleh relaksasi.

5. Adapun klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi menurut (Potter dan


Perry,2006 dalam Purwanti, 2015)

a. Nyeri Superfisial atau kutaneus

Nyeri yang diakibatkan dari stimulasi kulit. Nyeri ini berlangsung sebentar

dan terlokalisai. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh

penyebab dari nyeri ini adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi.

b. Nyeri viseral dalam

Nyeri yang diakibatkan oleh stimulasi organ-organ internal. Nyeri bersifat

difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya

berlangsung lebih lama dari pada nyeri superfisial. Nyeri dapat terasa tajam,

tumpul, atau unik tergantung organ yang terlibat. Contoh penyebab dari nyeri
13

viseral dalam adalah sensasi pukul (crushing) misalnya angina pektoris dan

sensasi terbakar misalnya ulkus lambung.

c. Nyeri Alih (Refferend)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak

organ tidak memiliki reseptor nyeri. Jalan masuk neuron sensori dari organ

yang terkena ke dalam segman medulla spinalis sebagai neuron dari tempat

asal nyeri dirasakan. Persepsi nyeri pada daerah yang tidak terkena. Nyeri

terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa

dengan berbagai karakteristik. Contoh penyebab dari nyeri alih adalah nyeri

akibat infark miokard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri,

dan bahu kiri. Batu empedu yang mengalihkan rasa nyeri ke selangkangan.

e. Radiasi

Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain.

Nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian

tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan. Contoh nyeri punggung

bagian bawah akibat diskus intravertebral yang ruptur disertai nyeri yang

meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

6. Adapun penggolongan nyeri berdasarkan durasinya menurut (Price &

Wilson, 2006 dalam Purwanti, 2015) adalah:

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan.

Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah

spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak menghilangkan


14

nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan menghilang

apabila faktor internal atau eksternal yang merangsang reseptor nyeri

dihilangkan.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlanjut walaupun pasien diberi

pengobatan atau pasien tampak sembuh dan nyeri tidak memilikimakna

bilogik. Nyeri kronik dapat berlangsung terus menerus, akibat penyebab

keganasan dan non keganasan, atau intermiten, seperti pada nyeri kepala

migren rekuren. Nyeri dapat pmenetaselama 6 bulan atau lebih.

7. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri


(Tamsuri,2007 dalam Purwanti, 2015) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi tentang nyeri pada seorang individu meliputi:

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

1) Usia

2) Jenis kelamin

3) Budaya

4) Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya

5) Makna nyeri

6) Perhatian klien

7) Tingkat kecemasan

8) Tingkat stress

9) Tingkat energy

10) Pengalaman sebelumnya


15

11) Pola koping

12) Dukungan keluarga dan social

b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Toleransi Nyeri

(Tamsuri, 2007 dalam Purwanti, 2015) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi toleransi nyeri pada seorang individu meliputi:

Faktor-faktor yang meningkatkan toleransi terhadap nyeri adalah

sebagai berikut:

1. Alkohol

2. Obat-obatan

3. Hipnosis

4. Panas

5. Gesekan/garukan

6. Pengalihan perhatian

7. Kepercayaan yang kuat

c. Faktor-faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri antara

lain:

1. Kelelahan

2. Marah

3. Kebosanan, depresi

4. Kecemasan

5. Nyeri kronis

6. Sakit/penderitaan
16

8. Penilaian Klinis Nyeri

a. Pengkajian nyeri

(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Purwanti, 2015) menyatakan bahwa pengkajian

nyeri adalah:

1) Deskripsi verbal tentang nyeri

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan

karenanya harus diminta menggambarkan dan membuat tingkatnya.

Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual

dalam beberapa cara sebagai berikut :

Intensitas nyeri

Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada

skala verbal (misalnya : tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat,

atau sangat hebat. Atau 0 sampai 10, 0 = tidak ada nyeri, 10 =

nyeri sangat hebat).

2) Karakteristik nyeri

Termasuk letak nyeri (untuk area dimana nyeri pada berbagai organ), durasi

(menit, jam, hari, bulan dan sebagainya), irama (misalnya: terus menerus,

hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan

dari nyeri) dan kualitas (misalnya: nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri

seperti digencet).
17

9 Faktor-faktor yang meredakan nyeri

Misalnya: gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat

bebas, dan sebagainya) dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi

nyerinya

a) Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (misalnya: tidur, nafsu

makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan

aktivitas-aktivitas santai)

b) Kekhawatiran individu tentang nyeri

Meliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh

terhadap peran dan perubahan citra diri.

2. Skala Nyeri

(Potter & Perry,2006 dalam Purwanti, 2015) menyatakan terdapat beberapa skala

untuk melakukan pengkajian keparahan nyeri yaitu :

Skala deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

obyektif. Skala pendeskripsian verbal yang disebut verbal descriptor scale (VDS)

yaitu sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking

dari “tidak terasa nyeri” sampai nyeri yang tidak tertahankan. Perawat

menunjukkan klien skla tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas

nyeri terbaru yang dirasakan pasien. Perawat juga menanyakan seberapa jauh

nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
18

menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsi nyeri. Skala ini didigambarkan sebagai berikut :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Tak
nyeri ringan sedang berat Tertahankan

Bagan 2.1 Alat Pengukur Nyeri VDS

2) Skala Penilaian Numerik

Skala penilaian numerik (numerical rating scales) digunakan untuk

mendeskripsikan nyeri. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

skala paling efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri maka

direkomendasikan patokan 10 cm, yang digambarkan sebagai berikut :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Sangat Nyeri

Bagan 2.2 Alat Pengukur Nyeri Numerik

Keterangan :

0 = tidak nyeri

1-3 = Nyeri Ringan

4-6 = Nyeri Sedang

7-9 = Nyeri Berat

10 = Nyeri Tak Tertahankan


19

Penelitian Ini dalam mengukur tingkat keparahan nyeri pada pasien post operasi

menggunakan skala penilaian numeric karena skala pengukuran numeric

merupakan skala yang paling efektif untuk mengukur keparahan nyeri pasien.

(Purwanti, 2015)

Skala Analog Visual

Skala Analog Visual Skala analog visual atau disebut Visual Analog Scale

(VAS) tidak melabel subdivisi. VAS merupakan satu garis lurus, yang mewakili

intensitas nyeri yang terus-menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada

setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi

keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada

dipaksa memilih satu kata atau satu angka. Skala VAS dapat digambarkan sebagai

berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri Nyeri yang tidak tertahankan

Bagan 2.3 Alat Pengukur Nyeri Visual Analog Scale

8. Managemen Nyeri

Management nyeri bisa dilakukan dengan pharmakologic dan non pharmakologis,

terapi pharmakologis untuk mengatasi nyeri diberikan oleh dokter melalui intra

vena atau rute epidural (Smeltzer dan Bare, 2004 dalam Wahyuningtyas, 2014)

Menurut Bulechek dan Dochterman (2004) Management nyeri non pharmakologis

yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri adalah musik therapy , relaksasi,
20

hypnosis therapy, distraksi therapy, terapi bermain, terapi aktivitas, akupuntur

therapy, kompres dan pijat.

Menurut (Pellino, dkk 2005 dalam Wahyuningtyas, 2014)Management nyeri non

pharmacologis dapat digunakan untuk kombinasi dengan pharmakologis dalam

mengatasi nyeri hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi pharmakologis dan

non pharmakologis mempunyai efek lebih baik daripada hanya mengunakan

analgesik opiod saja.

Management nyeri non pharmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi

nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU adalah

relaksasi, terapi musik, terapi sentuhan, terapi pijat (Pellino dkk, 2005 dalam

Wahyuningtyas, 2014) yang juga dapat diterapkan di Ruang Rawat Bedah untuk

menurunkan intensitas nyeri pada pasien Post Operasi.

a. Relaksasi

Menurut (Houston & Jesurum dalam Chanif, 2011 dalam Wahyuningtyas,

2014).Relaksasi merupakan management nyeri non pharmakologic yang

mempunyai efek sangat baik untuk mengatasi nyeri. Relaksasi akan menyebabkan

penuruan hormon adrenalin dengan penurunan hormon adrenalin akan

menyebabkan rasa tenang, rasa tenang akan menyebabkan aktifitas saraf simpatik

menurun sehingga akan menyebabkan penurunan nyeri. Relaksasi juga akan

menyebabkan kondisi rilek pada otot sehingga menyebabkan konsumsi oksigen

dalam otot menjadi sedikit dengan demikian akan menurunkan frekwensi nadi dan

tekanan darah, penurunan frekwensi nadi dan tekanan darah akan menyebabkan

penurunan nyeri (Biley, 2000). Menurut penelitian Houston dan Jesurum (dalam
21

Chanif, 2011) penggunaan tehnik relaksasi (The quick relaxation technique /QRT)

dan kombinasi farmakologis yang dilakukan pada 24 pasien yang berumur 70

tahun dimana obyek penelitian sedang menjalani bedah jantung bypass di ruang

ICU, hasil penelitian ini menunjukan setengah dari sampel merasakan nyeri hilang

dengan cepat ketimbang kelompok yang tidak diberikan relaksasi.

b. Terapi Musik (perangsangan auditori murrotal)

Terapi musik merupakan bagian dari tehnik relaksasi yang dapat digunakan di

ruang ICU yang mempunyai efek menenangkan (Biley, 2000). (Menurut Oken,

2004 dalam Wahyuningtyas, 2014) musik dapat memiliki efek terapeutik pada

pikiran dan tubuh manusia. Efek suara dapat mempengaruhi keseluruhan fisiologi

tubuh pada basis aktivasi korteks sensori dengan aktivasi sekunder lebih dalam

pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik, hipotalamus dan sistem

saraf otonom. Saraf kranial kedelapan dan kesepuluh membawa impuls suara

melalui telinga. Dari sini, saraf vagus, yang membantu regulasi kecepatan denyut

jantung, respirasi, dan bicara, membawa impuls sensorik motorik ke tenggorokan,

laring, jantung, dan diafragma. Para ahli terapi suara menyatakan saraf vagus dan

sistem limbik (bagian otak yang bertanggung jawab untuk emosi) merupakan

penghubung antara telinga, otak, dan sistem saraf otonom yang menjelaskan

bagaimana suara bekerja dalam menyembuhkan gangguan fisik dan emosional

(Oken, 2004). Perangsangan auditori murrotal mempunyai efek distraksi yang

meningkatkan pembentukan endorphin dalam system kontrol desenden dan

membuat relaksasi otot. Dapat juga digunakan dasar teori Opiate endogenous,

dimana reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal cord menentukan dimana
22

sistem saraf pusat mengistirahatkan substansi morfin yang dinamakan endorphin

dan enkephalin bila nyeri diterima. Opiate endogen ini dapat dirangsang

pengeluaranya oleh stimulasi rangsangan. Opiate reseptor ini berada pada ujung

saraf sensori perifer (Monsdragon, 2004 dalam Wahyuningtyas, 2014)

c. Terapi sentuhan

Terapi sentuhan merupakan salah satu metode non pharmacologis yang dilakukan

untuk mengurangi nyeri dasar teori ini adalah teori gate control yang oleh

Melzack dan Wall (1965) teori ini menjelaskan bahwa ada dua macam serabut

saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan serabut saraf berdiameter besar

yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Impuls rasa sakit yang dibawa oleh

saraf berdiameter kecil menyebabkan gate control di spinal cord membuka dan

impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit.

Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan

pada saraf berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan

rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya

rangsangan berupa usapan pada saraf berdiameter besar yang banyak pada kulit

harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh

saraf berdiameter kecil mencapai korteks serebral Potter dan Perry, 2005 dalam

Wahyuningtyas, 2014)
23

d. Terapi Pijat

Pijat merupakan tehnik managemen non pharmakologic untuk mengurangi nyeri

dan dapat menyebabkan pasien rilek dan pasien dapat memenuhi kebutuhan

istirahat tidur. Menurut Monsdragon (2004) mekanisme pijat dapat menurunkan

nyeri adalah serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak perjalanan sensasi

nyeri yang dibawa oleh otak lebih kecil dari pada serabut sentuhan yang luas.

Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama, sensasi sentuhan berjalan ke otak

menutup pintu gerbang dalam otak. Dengan adanya pijatan yang mempunyai efek

distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem control

desenden dan membuat relaksasi otot.(dalam Wahyuningtyas, 2014)

B. KONSEP TENTANG THERAPEUTIC TOUCH ( THERAPI SENTUHAN)


1. Definisi
Therapeutic touch merupakan perubahan medan energi. Terapis

menggunakan tangan untuk mengarahkan energi dalam mencapai

keseimbangan. Therapeutic touch didasarkan pada empat asumsi. Pertama,

seorang manusia adalah sebuah sistem energi yang terbuka. Kedua, secara

anatomis manusia adalah bilateral simetris. Ketiga, penyakit adalah

ketidakseimbangan energi individu. Keempat, manusia mempunyai

kemampuan alami untuk mengubah dan melampaui kondisi hidup mereka.

Setelah menjalani therapeutic touch, pasien akan mendapatkan respons

relaksasi dalam 2 sampai 5 menit setelah pengobatan telah dimulai dan

beberapa klien dapat ter-tidur atau merasakan nyerinya berkurang. Seperti

diuraikan (Mumpuni, uun Nurulhuda, 2012)


24

Therapeutic Touch adalah therapy modalitas non invasif yang berasal dari

praktek kuno penumpangan tangan (Lin & Taylor, 1998; Macrae, 2005).

Definisi teoritis Therapeutic Touch adalah proses sengaja diarahkan

pertukaran energi selama praktisi menggunakan tangan sebagai fokus untuk

memfasilitasi penyembuhan (Nursing Healers Profesional Associates

Internasional [NH-PAI], 2008). Therapi Sentuhan diperkenalkan sebagai

intervensi Keperawatan oleh Dora Kunz dan Delores Krieger pada tahun 1970

(Krieger, Peper, & Ancoli, 1979; Macrae, 2005 dalam Monroe, 2009)

Dolores Krieger dan Dora Kunz (1970) mengembangkan therapeutic

touch dalam bentuk modern. Filosofi dasar yang mendasari terapi ini adalah

interaksi energi seimbang yang berfungsi meningkatkan kemampuan penerima

dalam penyembuhan diri (self-healing). Filosofi ini menunjukkan bahwa

penyakit menyebabkan gangguan energi alam sehingga membatasi aliran dan

ketersediaan energi yang bersangkutan. Therapeutic touch berusaha

memulihkan dan menyeimbangkan pola ritmis dan transfer energi,

menciptakan lingkungan yang mendorong akselerasi proses penyembuhan

tubuh secara alami.(Mumpuni & uun Nurulhuda, 2012)

2. Proses Therapeutic Touch

a. Peneliti menjelaskan perlakuan yang akan diberikan kepada klien

b. Peneliti menenangkan dirinya

c. Peneliti harus meyakinkan klien bahwa therapy dapat membantu klien

dengan prinsip yang ada pada therapeutic touch


25

d. Memberikan medan energy dengan sadar bahwa adanya perbedaan

tanda sensorik di permukaan palmar tangan serta isyarat intuitif dan

sensorik lainnya di medan . tangan peneliti biasanya di tempatkan

sekitar 2 sampai 4 inci jauh dari tubuh pasien dan diarahkan di kepala

menuju arah kaki

e. menggunakan gerakan tangan dengan tenang dan berirama untuk

membersihkan daerah dari ketidakseimbangan energi di lapangan.

ulangi bila perlu

f. menilai kembali kondisi medan energy

g. memberikan waktu pasien untuk beristirahat, mengevaluasi respon dan

intensitas nyeri, dan mendokumentasikan hasil

3. Penelitian Terkait

Pengaruh Therapeutic Touch telah dilakukan penelitian oleh (Mumpuni,

Hudanurul Uun, Roselina Elsa, 2012) Data dikumpulkan dari bulan April

hingga Oktober 2012

P = pasien yang mengalami Nyeri Pasca Bedah di Ruang rawat bedah

dewasa di RSUD Pasar Rebo.

I = menggunakan desain eksperimental dengan jumlah responden 60

orang yang terdiri dari 30 orang kelompok intervensi dengan therapeutic

Touch

C = 30 orang kelompok kontrol dengan tehknik napas dalam.

O = Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah
26

tindakan baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol (nilai

p = 0,000). Hasil uji Mann-Whitney pun memperlihatkan adanya

perbedaan yang signifikan pada penurunan skala nyeri antara kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol (nilai p = 0,000).


27

C. KERANGKA TEORI

Factor lain yang mempengaruhi Nyeri Nyeri


Berkurang
tingkat nyeri :

1. Pengalaman section caesarea


sebelumnya atau pengalaman
pembedahan sebelumnya. Intervensi untuk
2. Penggunaan obat analagesik mengurangi nyeri
3. Dukungan keluarga
4. Tingkat stress
5. Tingkat kecemasan Manajemen Nyeri Therapy
6. Tingkat energi
7. Pengetahuan tentang nyeri Medis
Manajemen nyeri non
8. Budaya
9. Makna nyeri Farmakologis :
10. Perhatian klien
11. Pola koping a. Relaksasi

b. Therapi music

c. Therapi sentuhan

d. Therapi pijat

Skema 2.1 Kerangka Tori Penelitian yang memperlihatkan hubungan faktor-

faktor nyeri dan intervensi dalam rangka mengurangi nyeri sehingga hasilnya

nyeri dapat berkurangSumber : (Tamsuri, 2007, Potter , 2006 dalam Purwanti,

2015) (Pellino dkk, 2005.dalam Wahyuningtyas, 2014)


28

BAB III
METODE PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

yang satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2005 dalam Purwanti, 2015)Penelitian ini terdiri dari

konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:

Variable Bebas Variable Terikat

Therapeutic Touch Nyeri Post Op

Variable pengganggu

Obat Analgesik

a. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Yang diteliti

: Tidak diteliti
29

B. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2005 dalam Safitri, 2015) Hipotesis dalam penelitian ini

adalah hipotesis Alternatif yakni Ada Pengaruh Therapeutic Touch

terhadap Nyeri Post Operasi di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong

C. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian kuantitaif ini menggunakan desain kuasi eksperimental

dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain

ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara, Purposif Sampel kemudian

diawali diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan

antara kelompok eksperimen dan kelompok control dimana kelompok

eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok control tidak diberi

perlakuan. Penelitian berlangsung di bulan juli 2017 hingga Agustus 2017

di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dengan pasien yang menjalani bedah

umum yang dirawat dari hari pertama hingga hari ketujuh, tanpa

komplikasi penyakit saat dirawat.

3.1 Gambar rancangan penelitian

menurut Arikunto (2010:85) peneliti akan mengadakan pengamatan

langsung terhadap satu kelompok subjek dengan dua kondisi yang

dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding, sehingga setiap

subjek merupakan kelas control atas dirinya sendiri. Berikut adalah


30

desain penelitian one group pre test post-test (dalam Rani Hardiyanti

Sugiar, 2013)

O1 X O2

Keterangan :

O1 : PreTest

X : Treatment Atau Perlakuan (Therapeutic Touch)

O2 : Post Test

D. POPULASI DAN SUBYEK

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat

penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryono, 2011

dalam Yani 2015) populasi dalam penelitian ini adalah pasien post

operasi yang ada di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Berdasarkan

studi pendahuluan populasi berjumlah 620 pada tahun 2016.

2. Sample Penelitian

(Gay & Diehl, 1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-

besarnya, hal ini mengamsusikan bahwa semakin banyak sampel yang

diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir,

namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis

penelitiannya.
31

Menurut (frankel & wallen dalam Nursalam,2012) menyarankan besar

sampel minimum untuk penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15

per group. (Slovin,1960 dalam Nursalam,2012) menyarankan besar

sampel :
𝑁
n = 𝑁(𝑑)2+1

keterangan :

N= populasi

d = nilai presisi 95% atau derajat kemaknaan atau Sig= 0,05 atau 0,1

Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi dari data tahun 2016

yang diambil pada bulan januari sampai dengan bulan desember dengan

menggunakan rumus n = N/(N(d)2+1) :


620
Jumlah kasus 620 kasus maka jumlah populasi = = 51,66
12

dibulatkan menjadi 52.


𝑁
n = 1+𝑁(𝑑2)

dimana

n = jumlah sampel yang dikehendaki

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikansi / derajat kemaknaan

52
n = 1+52(0,1)2
32

n = 34,66 dibulatkan menjadi 35.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu

populasi sebagai sumber data (Saryono,2011 dalam Yani,2015)

sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 yang diambil sejak tahun

2016 pada bulan januari sampai dengan bulan desember. Cara

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode

Purposive Sampling untuk memilah kelompok intervensi dan

kelompok control. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil subjek

bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan

atas adanya tujuan tertentu.

Dalam buku Metode Penelitian oleh (Sugiyono, 2012:126 dalam

Habibullah, 2013) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Hal ini

dikarenakan penulis bertujuan melakukan therapeutic touch untuk

mengurangi nyeri pada pasien yang mengalami nyeri post operasi,

karena sampel penelitian adalah semua pasien bedah.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 19 responden untuk

kelompok intervensi dan 17 untuk kelompok control yang diambil

secara purposive sampel memenuhi kriteria inklusi.


33

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Pasien Post Operasi yang mengalami nyeri post operasi yang

dirawat pada hari pertama sampai hari ke 3 di ruang rawat

bedah RSUD Sele Be Solu Kota Sorong

2. Pasien post operasi dengan skala sedang (skala 3-6) hingga

nyeri berat ( skala 7-9)

3. Mendapatkan analgesic dengan jenis dan dosis yang sama

4. Mampu berbicara bahasa indonesia

5. Umur 18 tahun s/d 55 tahun

6. Mau menyetujui Informed Consent yang diberikan

7. Pasien post operasi dengan hemodinamik atau tanda-tanda vital

stabil (normal)

8. Kooperatif

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

Pasien post operasi yang mengalami komplikasi post operasi dan

terdapat penyakit komplikasi, pasien yang tidak bersedia menjadi

responden tanpa alasan.


34

E.BAHAN DAN ALAT PENELITIAN

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Nursalam, 2013 dalam Yani, 2015) Instrument yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar observasi skala nyeri VAS (Visual Analog

Scale) untuk mengambil data, dikarenakan data dalam penelitian ini adalah

data primer. Skala VAS (Visual Analog Scale) digunakan untuk mengukur

intensitas nyeri pada klien post op sebelum dan sesudah diberikan

tindakan. Untuk memperoleh data , peneliti memberikan lembar

persetujuan dan kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria

inklusi. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data umum yaitu: jenis

kelamin, usia, dan penyakit penyerta. Pengukuran menggunakan skala

nyeri VAS (Visual Analog Scale) ini telah banyak digunakan beberapa

peneliti sebelumnya dalam mengukur skala nyeri diantaranya

(Rachmawati dkk,2006; Fajrin,2014; & Nahariani, 2012) Visual analog

scale adalah pengukuran nyeri dimana peneliti bertanya kepada pasien

derajat nyeri berdasarkan skala VAS dikategorikan dalam beberapa

kategori yaitu 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri

berat terkontrol, 10 nyeri tidak terkontrol.

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur

yang sudah buku berdasarkan literature sehingga tidak perlu lagi di uji

validitas dan reliabilitasnya. Alat ukur skala nyeri yang digunakan adalah

Visual Analog Scale (VAS).


35

D. JALANNYA PENELITIAN

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong,

yakni di Ruang Melati dan Ruang Bougenfile.

2. Waktu Penenlitian

Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu ± 2 minggu yaitu

pada bulan Agustus 2017.

3. Jalannya Penelitian

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pegumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Nursalam, 2013 (dalam dalam Yani, 2015) Data

dalam penelitian ini diambil dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Tahap Persiapan :

a) Peneliti menyusun proposal penelitian

b) Peneliti mengurus segala bentuk perizinan terkait penelitian

baik dari Poltekkes Kemenkes Sorong, ataupun RSUD Sele

Be Solu Kota Sorong

2) Tahap Pelaksanaan

a) Setelah mendapatkan izin peneliti ke ruangan perawatan

bedah untuk meminta izin kepada kepala ruangan


36

b) Peneliti mencari informasi terkait pasien yang akan

melakukan operasi dengan bantuan perawat senior di

ruangan.

c) Kemudian peneliti menemui pasien dan berkenalan guna

membina hubungan saling percaya, menjelaskan tujuan

penelitan yaitu untuk mengetahui pengaruh Therapeutic

Touch terhadap penurunan intensitas nyeri dan menjelaskan

proses penelitian

d) Peneliti memberikan informed consent untuk ditanda

tangani, apabila klien bersedia menjadi responden maka

akan menandatangani informed consent yang telah

diberikan.

e) Setelah responden berada di ruang rawat bedah, peneliti

mengidentifikasi klien yang akan dijadikan responden

dengan melihat rekam medis pasien Post Operasi

f) Peneliti memilih pasien yang post operasi 12-24 jam dan

lama perawatan 1-3 hari di ruangan

g) Peneliti datang ke pasien yang post operasi 12-24 jam

h) Peneliti datang kembali ke pasien dan keluarga pasien

untuk memperkenalkan diri

i) Penelitian ini dilakukan kurang lebih 30 menit setiap

pertemuan
37

j) Peneliti membagi 2 kelompok pasien, yakni kelompok

intervensi dan kelompok control

k) Peneliti menjelaskan skala intensitas nyeri kepada

kelompok control dan kelompok intervensi

l) Peneliti melakukan Pre Test kepada kelompok Intervensi

dan Kelompok Control dengan cara melakukan pengakjian

skala nyeri klien

m) Untuk kelompok control peneliti tidak memberikan

perlakuan apapun, kelompok control hanya diberikan anti

nyeri dari ruangan

n) Pada kelompok intervensi, peneliti memberikan intervensi

dengan Proses Touch Terapi, seperti yang didefinisikan

oleh NH-PAI (dalam Monroe, 2009) sebagai berikut :

(1) Peneliti menjelaskan perlakuan yang akan diberikan

kepada klien

(2) Peneliti menenangkan dirinya

(3) Peneliti harus meyakinkan klien bahwa therapy dapat

membantu klien dengan prinsip yang ada pada

therapeutic touch

(4) Memberikan medan energy dengan sadar bahwa

adanya perbedaan tanda sensorik di permukaan palmar

tangan serta isyarat intuitif dan sensorik lainnya di

medan . tangan peneliti biasanya di tempatkan sekitar


38

2 sampai 4 inci jauh dari tubuh pasien dan diarahkan di

kepala menuju arah kaki

(5) menggunakan gerakan tangan dengan tenang dan

berirama untuk membersihkan daerah dari

ketidakseimbangan energi di lapangan. ulangi bila

perlu

(6) menilai kembali kondisi medan energy

(7) memberikan waktu pasien untuk beristirahat,

mengevaluasi respon dan intensitas nyeri, dan

mendokumentasikan hasil

o) melakukan post test dengan mengkaji ulang nyeri pada

kelompok intervensi menggunakan lembar observasi

dengan pengukuran skala nyeri VAS (Visual Analog Scale)

p) melakukan post test juga kepada kelompok control setelah

30 menit dengan mengkaji ulang nyeri dengan

menggunakan skala nyeri VAS (Visual Analog Scale)

q) peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada

pasien

r) setelah didapatkan data, kemudian data dikumpulkan dan

dianalisa
39

E. VARIABEL PENELITIAN

Variable dalam penelitian ini terdapat 2 variable yaitu variable

independen (variable bebas) dan variable independen (variable terikat)

dimana variable independen terdiri dari 1 variable dan variable dependen

terdiri dari 1 variabel.

1. Variable independen : Therapeutic Touch

2. Variabel dependen : intensitas nyeri pasien Post Operasi

Variabel Indenpenden Variabel Dependen

Therapeutic Touch Intensitas nyeri


pasien post
operasi

Variabel Pengganggu
Obat Analgesic

Keterngan :

: diteliti

: tidak diteliti
40

F. DEFINISI OPERASIONAL (DO)

Variable DO Cara ukur Alat Hasil Skala

ukur ukur ukur

VARIABEL INDEPENDEN

Therapeu Adalah suatu Dilakukan


tic Touch therapy dengan
dengan teknik mandiri
penumpangan oleh
tangan peneliti
dengan cara sesuai
mentransfer dengan
energy dari proses
tangan therapeutic
perawat atau touch
pemberi seperti
therapy ke yang
klien. didefinisika
n oleh (NH-
PAI, 2008
dalam
Monroe,
2009)
VARIABEL DEPENDEN
Intensita Tingkatan Dilakukan Lembar Nilai Ratio
s nyeri nyeri pada dengan observas nyeri
pasien pasien pasca cara lapor i VAS ditujuka
post operasi yang diri pasien dari 0-10 n dalam
operasi dirasa sangat setelah dalam bentuk
tidak intervensi range ( 0 score 0-
menyenangka dilakukan = tidak 10 pada
n. dengan cara nyeri, 10 skala
merujuk = sangat nyeri
rentang nyeri) VAS
skala nyeri
(VAS)
41

G. ANALISIS HASIL

1. Pengolahan data meliputi proses : editing, coding, tabulating, dan

entry.

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga mehasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013 dalam Kiki, 2015)

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuisioner yang telah diberikan kepada responden dan

kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap

atau belum. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi

kekurangan atau tidak sesuai bisa segera dilengkapi. Pada

penelitian ini peneliti melakukan editing setelah menerima

kuisioner yang telah diisi oleh responden, diperiksa kebenaran dan

kelengkapannya. Jika ada responden yang belum lengkap dalam

mengisi kuisioner, maka peneliti meminta responden tersebut

untuk melengkapinya.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan

data selanjutnya. Coding pada penelitian ini dilakukan dengan


42

cara memberikan kode angka pada setiap jawaban untuk

mempermudah dalam pengolahan dan analisis data.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuisioner responden yang sudah diberi kode. kemudian

dimasukkan ke dalam tabel. Tabulating dilakukan setelah jawaban

kuisioner diberi kode, kemudian peneliti menghitung data dan

memasukkan ke dalam tabel.

d. Scoring

Merupakan kegiatan menjulahkan data kode numeric terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori atau memeberikan skor

pada data yang terkumpul. Skoring ini sangat penting bila

pengolahan dan analisa data menggunakan computer.

2. Analisa Data

a. Setelah data diolah, diuji dengan menggunakan statistik parametrik

T-test dependent dengan bantuan Program Statistik Software

V.16.0 for windows . Sebelumnya data di uji terlebih dahulu

dengan Uji normalitas. Uji normalitas data dimaksudkan untuk

memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan

untuk menguji normalitas data, yakni dengan uji Shapiro Wilk

sebagai uji alternative setelah uji Kolmogrov Smirnov (Sumbono,

2014) .
43

Uji Hipotesis dengan menggunakan metode uji T Paired Samples

Test sample yaitu untuk menguji apakah ada perbedaan nilai 2

sampel yang diberi perlakuan yang berbeda. Karena digunakan

sampel yang berbeda-beda maka perlu dilakukan kategorisasi

dengan pengkodean sebagai berikut :

Kelompok 1 : TT

Kelompok 2 : NON TT

Keterangan : TT : Therapetic Touch

NON TT : Non Therapeutic Touch

Terdapat 2 analisis dalam uji Paired Samples Test, yaitu asumsi

varian mempunyai pengaruh dan asumsi varians tidak terdapat

pengaruh. Untuk pengujian varians apabila nilai signifikasi

(probabilitas) >0,05 maka data mempunyai varians tidak terdapat

pengaruh . Apabila nilai signifikasi <0.05 maka dapat mempunyai

varians terdapat (Sumbono, 2014).

Uji Paired Samples Test digunakan untuk mengetahui

apakah TT berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pada

pasien post operasi. Ujii Paired Samples Test memiliki persyaratan

pengujian distribusi data normal dan homogenitas dengan

ketentuan bila p value < α (0,05) maka ada pengaruh TT terhadap

penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi.


44

H. ETIKA PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pasien (manusia) sebagai

responden (subjek). Oleh karenanya untuk melindungi keselamatan dan

menjaga kerahasiaan pasien, penulis mengutamakan prinsip kemanfaatan,

prinsip menghormati hak asasi, prinsip keadilan, prinsip autonomi serta

prinsip kepercayaan. Fasilitas yang digunakan adalah informed consent,

anonymity, confidentiality (Pakaya, 2013).

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Responden yang

bersedia, maka mereka menandatangani surat persetujuan penelitian.

Responden yang menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa

dan tetap menghormati hak- haknya.

2.Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan menjaga privasi dari masing- masing

subyek, dalam lembar pengumpulan data tidak dicantumkan nama dan

cukup dengan memberikan nomor kode.

3.Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden dijamin oleh

peneliti. Hanya sekelompok data tertentu saja yang disajikan dan

dilaporkan sebagai hasil riset.


45

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Sele Be Solu Kota Sorong merupakan Rumah Sakit salah satu

sarana kesehatan milik pemerintah yang berada di kota sorong. Yang

dipimpin oleh dokter, kelas /tipe rumah sakit ini merupakan tipe C.

rumah dengan luas bangunan 2.692 M2 dan luas lahan 120.000 M2.

Rumah sakit ini sekarang dikelola oleh pemerintah kota sorong dalam

tugas dan fungsinya membantu walikota dalam penyelenggaraan

pemerintah dibidang pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan pemulihan

yang dilaksanakan secara optimal, terpadu dengan upaya peningkatan

serta pencegahan dan melaksanakan rujukan.

Fasilitas dan pelayanan yang tersedia di RSUD Sele Be Solu Kota

Sorong adalah pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat) yaitu pelayanan

24 jam, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan. Rumah Sakit

Sele Be Solu mempunyai pelayanan rawat jalan yang dilaksanakan di

poli umum, poli interna, poli gigi dan mulut, poli anak, poli kebidanan &

kandungan, poli mata, poli kulit & kelamin, poli saraf dan poli THT.

Sedangkan fasilitas rawat inap yaitu terdiri dari kelas 1, kelas 2 dan kelas

3, HCU. Yakni ruang anggrek ( penyakit dalam kelas 3), ruang Aster

(kelas 1), ruang bougenfile, ruang Asoka (ruang Anak) , dan ruang melati
46

(ruang bedah). Dalam 1 bulan di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong,

tercatat 58 pasien yang menjalani operasi.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1Agustus sampai dengan 18

Agustus 2017 di ruang bedah (R. Melati) dan penyakit dalam (R.

Bougenfil) di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Hasil penelitian ini

diperoleh dengan observasi langsung dengan cara memperlihatkan lembar

observasi kepada responden.

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa (18-

55 tahun) yang akan diberikan Therapeutic Thouch di ruang rawat

bedah maupun ruang rawat yang ada pasien post operasi.

Karakteristik responden berdasarkan identitas meliputi umur, jenis

kelamin, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Karakteristik

responden berdasarkan karakteristik nyeri yang dirasakan

responden terdiri dari 6 item .


47

1) Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden di

RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Tahun 2017.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden di RSUD

Sele Be Solu Kota Sorong Tahun 2017

Karakteristik F Persentase

Umur (Tahun)
18-25 12 34.30
26-35 4 11.42
36-45 10 28.57
46-55 9 25.71
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 57.00
Perempuan 15 42.00
Pekerjaan
Karyawan 1 2.85

Wiraswasta 13 37.15
Lain-lain 21 60.00
Tingkat
Pendidikan
SD 2 5.73
SLTP 8 22.85
SMA 22 62.85
DIPLOMA/PT 3 8.57

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 35 responden , mayoritas

pasien post operasi berumur 18-25 tahun yaitu sebanyak 12 orang dengan

persentasi (34.30%) , dan didominasi oleh laki-laki baik pada kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol dengan jumlah 19 orang dengan

persentasi (54,29%) dan responden penelitian didominasi oleh pekerjaan

bukan karyawan dan wiraswasta dengan jumlah 21 responden dengan


48

persentasi (60%), serta responden paling banyak berpendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) sebanyak 22 responden dengan persentasi

(62,85%).

2). Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Skala Nyeri

(VAS) di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Tahun 2017.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Skala Nyeri

(VAS)

Skala Nyeri (VAS) Frekuensi Persentase


0 = Tidak Nyeri 0 0
1-2 = Nyeri Ringan 0
3-4 = nyeri Mengganggu 25 71.42
5-6=Nyeri menyusahkan 9 25.73

7-8= Nyeri Hebat 1 2.85

9-10= nyeri sangat hebat 0 0

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa paling banyak

responden yang mengalami nyeri post operasi skala 3 – 4 ( Nyeri

Mengganggu) yaitu 25 responden dengan persentasi 71.42% dan paling sedikit

yang mengalami nyeri post operasi skala 7-8 (Nyeri Menyusahkan) yaitu 1

responden dengan persentasi 2.85%.


49

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada

Pasien Post Operasi di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.

Sebelum data di uji hipotesis menggunakan Paired samples Test.

Terlebih dahulu data di uji normalitas menggunakan uji Shapiro-wilk, uji

Shapiro-wilk adalah sebuah metode uji normalitas yang efektif dan valid

digunakan untuk sampel berjumlah kecil (Hidayat Anwar, 2014).

Dari hasil uji Shapiro-wilk nilai sig adalah >0.05 yakni untuk data Non TT

(p= 0.313) dan TT (p=0.274) dengan demikian maka data berdistribusi

normal.

Pengaruh Therapeutuc Touch Terhadap Perubahan Intesitas Nyeri

Pada Pasien Post Operasi dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut;

Variabel N Paired Samples Test


Sig (2-failled)
Pre Test 16
Post Test 16 0.00
Non TT 16

Variabel N Paired Samples Test


Sig (2-failled)
Sebelum dilakukan 19
tindakan Therapeutic
Touch
Setelah dilakukan 19 0.00
tindakan Therapeutic
Touch
TT 19
Pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa hasil uji T paired Samples Test,

Pretest skala nyeri post operasi – posttest nyeri post operasi adalah p 0.00

< 0.05. Maka ada pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Penurunan


50

Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi di RSUD Sele Be Solu Kota

Sorong.
51

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang didapatkan peneliti bahwa ada pengaruh

Therapeutic Touch Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post

Operasi terhadap 35 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yakni 19

responden untuk kelompok perlakuan dan 16 responden untuk kelompok

control yang diberikan intervensi Therapeutic Touch (TT) dengan nilai

signifikan (p= 0.00).

Sentuhan Terapeutik banyak digunakan oleh perawat dan dapat ditemukan

di rumah sakit, pusat kesehatan dan klinik. Beberapa ahli akupunktur, terapis

pijat, chiropractor dan terapis fisik juga menggunakan terapi ini.

Dari 19 orang responden yang diberi perlakuan, ada 2 orang responden yang

merasakan nyeri nya berkurang dan 17 responden lainnya tidak merasakan

nyeri nya berkurang.

Hal itu disebabkan karena Derajat dan kualitas nyeri yang dirasakan oleh

setiap responden sangat subjektif dan berbeda, hal ini disebabkan karena nyeri

merupakan sesuatu yang kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi

tingkat nyeri seseorang.

Serta kondisi tempat yang kurang mendukung, Dan juga dapat disebabkan

Human eror, yakni dari peneliti sendiri, yakni kurang terfokus pada pasien,

dan keadaan emosional peneliti sendiri hal itu seperti yang dikemukakan oleh

(Krieger Kunz , 1996 dalam Janelle Barbara, 2014) dalam point bereaksi

dalam rangsangan luar, yakni menjauhi kebisingan, angin, orang-orang

berbicara, lampu neon, suhu, yang dapat mengganggu proses centering. Dan
52

untuk peneliti sendiri juga harus memusatkan perhatian seutuhnya pada pasien

dan melupakan masalah pribadi seperti (kelelahan, ketakutan) hal itu dapat

berpengaruh pada focus kita terhadap kebutuhan pasien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi dan reaksi individu

terhadap nyeri seperti yang dinyatakan oleh Smeltzer & Bare (2002),

diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ansietas, pengalaman nyeri masa lalu,

perhatian dan dukungan keluarga. Berdasarkan karakteristik responden seperti

pada tabel 4.1 menujukan bahwa dari 35 responden, mayoritas pasien post

operasi berumur 18-25 tahun yaitu sebanyak 12 orang dengan persentasi

(54,29%) dan didominasi oleh laki-laki pada kelompok perlakuan maupun

kelompok control dengan jumlah 19 orang dengan persentasi (54,29%).

Sesuai pengamatan yang telah dilakukan bahwa rentang usia tersebut rata -rata

mempersepsikan nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang

berusia lanjut.

Berdasarkan hasil penelitian (Langanawa,2014) tampaknya faktor usia

dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini

sesuai dengan peryataan Potter & Perry (2006) bahwa usia merupakan

variabel penting yang dapat mempengaruhi tingkat nyeri terutama pada

anak,remaja dan orang dewasa.

Hasil penelitian yang menunjukan bahwa laki-laki mengalami intensitas nyeri

lebih tinggi daripada wanita, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Yuan-Yi, et al., 2012 dalam Wijaya Arta,2013).


53

Selain kedua faktor yang telah disebutkan di atas, McCaffery dan Pasero

yang dikutip dalam (Prasetyo,2010 dalam Langanawa,2014) menyebutkan

bahwa persepsi nyeri individu hanya respondenlah yang paling mengerti dan

memahami tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itu klien dikatakan

sebagai expert tentang nyeri yang dirasakan.Selanjutnya dinyatakan bahwa

nyeri pasien mencakup dimensi psikis, emosional dan kognitif (pendidikan).

Dan juga terdapat 9 responden yang berumur 46-55 tahun, dimana pada

usia tersebut sudah mengalami penurunan fungsional dan juga tingkat

pendidikan responden yang mayoritas adalah berpendidikan Sekolah

Menengah Atas dengan jumlah 22 responden dengan kurang terpaparnya

informasi menyebabkan responden enggan untuk merasa percaya kepada

therapi yang deberikan sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil dari therapi

yang diberikan. Sehingga hal tersebut menjadi focus penting bagi perawat

sebagai sumber informasi bagi pasien untuk lebih memperhatikan health

education pada pasien pre dan post operasi.

Tidak ada proses sertifikasi formal dimana praktisi Touch Terapeutik

diberi lisensi, dan Perawat Penyembuh Profesional Associates International

menyarankan agar mencari seseorang yang berlatih secara teratur, telah

menyelesaikan setidaknya 12 jam pelatihan Therapeutic Touch, dan telah

berlatih untuk Minimal lima tahun.

Sementara sedikit penelitian ilmiah tentang Therapeutic Touch, penelitian

yang dilakukan oleh praktisi menunjukkan bahwa terapi tersebut mungkin

berguna untuk mengobati kondisi yang berhubungan dengan stres,


54

meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menghilangkan rasa sakit,

menyembuhkan luka dan meningkatkan kemampuan sel darah merah untuk

Membawa oksigen ke seluruh tubuh. (Monroe,2008).

Selain dari keterbatasan peneliti yang tidak mengikuti pelatihan

Therapeutic Touch dan bukan ahli yang sudah mempunyai lisensi namun ada

penelitian yang mengemukakan bahwa Dua puluh satu praktisi TT

berpengalaman tidak dapat mendeteksi "Medan energi penyidik". Kegagalan

mereka untuk membuktikan fundamental adalah bukti yang tidak dapat

dibatalkan bahwa klaim TT tidak beralasan dan lebih jauh lagi Penggunaan

profesional tidak bisa dibenarkan. Dimana penelitian tersebut mempunyai

kesimpulan bahwa Sentuhan terapeutik didasarkan pada Konsep bahwa orang

memiliki medan energi yang mudah terdeteksi (dan dapat dimodifikasi) oleh

praktisi TT. Namun, Peneitian ini menemukan bahwa 21 praktisi

berpengalaman, saat di tutup mata nya, tidak dapat memberitahu tangan mana

yang berada di medan energi eksperimen.

Skor rata-rata yang benar untuk 28 tes dari 10 tes adalah 4.4, yang mendekati

perkiraan dugaan acak. Studi kuantitatif yang melibatkan lebih dari beberapa

praktisi TT telah dipublikasikan, dan tidak ada penelitian yang dirancang

dengan baik yang menunjukkan manfaat kesehatan dari TT. Fakta ini, bersama

dengan temuan eksperimental mereka, menunjukkan bahwa klaim TT Tidak

beralasan dan penggunaan lebih lanjut dari TT oleh profesional kesehatan

tidak bisa dibenarkan (Rosa, Rosa, Sarner, & Barrett, 1998).


55

Hasil penelitian diatas serupa dengan hasil penelitian oleh (Nurulhuda uun,

E.Roselina, Mumpuni 2012) penelitian tersebut berlangsung di ruang rawat

bedah pasien dewasa RSUD Pasar Rebo yang terdiri dari 30 orang kelompok

intervensi dengan therapeutic touch dan 30 orang kelompok control dengan

tekhnik napas dalam. Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon Signed Ranks

menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan

sesudah tindakan baik pada kelompok intervensi maupun kelompok control

(nilai p= 0,000). Hasil uji Mann-Whitney pun memperlihatkan adanya

perbedaan yang signifikan pada penurunan skala nyeri antara kelompok

intervensi dengan kelompok control (nilai p= 0,000)


56

C. KETERBTASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, intervensi yang

dilakukan dalam penelitian ini terbatas hanya berdasarkan pada SOP

Therapeutic Touch dan peneliti bukan ahli atau terapis yang mempunyai

lisensi dengan sumber yang juga terbatas hanya berdasarkan jurnal-jurnal

tentang Therapeutic Touch yang sudah dialihkan ke bahasa Indonesia.


57

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh

Therapeutic Touch terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post

operasi maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Therapeutic Touch

terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi di RSUD

Sele Be Solu Kota Sorong tahun 2017.

B. SARAN

1. Bagi Petugas Kesehatan di Ruang Bedah RSUD Kabupaten Sorong

Hendaknya petugas kesehatan dapat menerapkan intervensi

keperawatan terutama dalam menghilangkan nyeri pasien post operasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat mengembangkan variabel penelitian ini dengan melihat

pengaruh Therapeutic Touch terhadap Kecemasan pada pasien Pre

Operasi serta mencari sumber yang lebih baru tentang Therapeutic

Touch karena banyak jurnal resmi serta buku yang resmi diterbitkan

bahwa Therapeutic Touch dapat menurunkan nyeri, kecemasan, serta

penyakit lain seperti cancer dll.


58

DAFTAR PUSTAKA

A Anggraeni. 2016. Gambaran Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi


Dengan Nyeri Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta.(Online),(http://respository.umy.ac.id, diunduh 4 Mei 2017)

Astuti, A., & Merdekawati, D. 2016. Pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat skala nyeri pasien post
operasi.(Online),(http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/view14
27, diunduh 14 Mei 2017)

Kiki, G.2015. Gambaran Pengetahuan Siswa Siswi Kelas XI Tentang Penyakit


Menular Seksual Di SMA NEGERI 24 BANDUNG.S1 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia (internet).Tersedia dalam:http://repository.upi.edu/
(diakses 13 April 2017)

Monroe, C. M. 2009. The Effects of Therapeutic Touch on Pain, Vol.27 (2):pp


85–92: Journal of Holistic Nursing American Holistic Nurses Association.
(Online),(http:// /jhn.sagepub.com, diunduh 4 Mei 2017)

Mumpuni, uun Nurulhuda, E. R. 2012. Therapeutic Touch dan Nyeri Pasca


Pembedahan, Vol.8 (6):pp 261–264.(Online),(https://media.nelti.com,
diunduh 10 Mei 2017)

Pakaya, D. 2013.Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Dismenore Primer


pada Siswi Kelas VIII SMPN 6 Gorontalo,Vol 1
(1).(Online),(http:kim.ung.ac.id, diunduh 21 Mei 2017)

Purwanti. 2015.Pengaruh Hipnoterapi terhadap nyeri post operasi sectio caesarea


di RSUD KRATON Pekalongan .(Online),(http:digilib.unimus.ac.id,
diunduh 15 Mei 2017)

Rani Hardiyanti Sugiar.2013. Efektivitas Penggunaan Metode Analisis Teks


Teknik Catatan Tulis Dan Susun (TS) Pada Pembelajaran Shokyu Choukai
II, 32–52. (Online), (http://repository.upi.edu, diunduh 21 Mei 2017)

Scheinman, D. S. J. (2016). Care Of Kidney Is Nothong To Kid About.


Organization Development Journal, (May).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/17506200710779521

Sumbono, A. (2014a). Panduan SPSS untuk Statistika Penelitian Pendidikan.


Yogyakarta: deepublish.

Sumbono, A. (2014b). Panduan SPSS untuk STATISTIKA PENELITIAN


PENDIDIKAN. yogyakarta: d258eepublish.
59

Wahyuningtyas, S.2014. Pengaruh Therapi Murotal Terhadap Penurunan Nyeri


pada pasien Post Laparatomi (internet).Tersedia dalam
:http://portalgaruda.org (diakses 13 Mei 2017)

Yani, D. P.2015 Pengaruh dzikir terhadap nyeri pada pasien post SC.(Online),
(http://repository.umy.ac.id, diunduh 12 Mei 2017)

Langanawa,C. 2014.Gambaran Tingkat Nyeri pada pasien post operasi di ruang


bedah (G2 atas) RSUD Prof.Dr.Hj.Aloei Saboe Kota
Gorontalo.(Online),(http://eprints.ung.ac.id , diunduh 26 Agustus 2017)
60

Lampiran
61

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Riski Ramadhani

NIM : 13.037

Mahasiswa Diploma IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Sorong Papua Barat

yang akan melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah

satu persyaratan dalam menempuh ujian sidang skripsi, yang berjudul “Pengaruh

Therapeutic Touch Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Pasien Post

Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD Sele Be Solu Kota Sorong”.

Untuk kelancaran penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk

menjadi responden penelitian dengan menjawab beberapa pertanyaan (terlampir).

Penelirian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Therapeutic Touch terhadap

perubahan nyeri pada pasien post operasi, Therapeutic Touch sendiri tidak

berbahaya, jika dalam pelaksanaannya bapak/ibu tidak nyaman, maka boleh

mengundurkan diri. Saya akan menjamin kerahasiaan keadaan dan identitas

Bapak/Ibu. Apabila Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden, maka saya

persilahkan Bapak/Ibu untuk menandatangani Lembar Persetujuan Penelitian.

Atas kerjasama dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden, saya ucapkan

terima kasih.

Hormat Saya,

Riski Ramadhani
62

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

No. HP :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang akan dilakukan

oleh Riski Ramadhani (13.037) dengan judul “Pengaruh Therapeutic Touch

Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Post Operasi di Ruang

Rawat Bedah RSUD Sele Be Solu Kota Sorong”.

Saya akan memberikan jawaban yang benar dan jujur tanpa adanya unsur paksaan

dari pihak manapun dan tidak akan melakukan tuntutan apapun dikemudian hari

yang berkenaan dengan penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sorong, 2017

Responden

( )
63

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP PERUBAHAN

INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG

RAWAT BEDAH RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG

=======================================================================================

Kode Responden :

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Berika tanda cek list (√) pada kotak yang sesuai.

1. Umur 3. Pekerjaan

18 - 25 Karyawan

26 - 35 Wiraswasta

36 - 45 Lain-lain

46 - 55

4. Pendidikan

2. Jenis Kelamin SD

Laki-laki SLTP

Perempuan SMA

DIPLOMA / PT
64

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP PERUBAHAN

INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG RAWAT

BEDAH RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG

Kode responden :

Tanggal Pengkajian :

B. PENGUKURAN NYERI

Pengukuran nyeri menggunakan VAS (Visual Analog Scale)

Minta pasien untuk menunjukkan di angka (1 - 10) atau intensitas (tidak nyeri sampai

nyeri sangat hebat) nyeri yang dirasakan saat ini .

Sumber : (dalam Agustin, 2014)

Keterangan :

Angka 0 = Tidak Nyeri

Angka 1-2 = Nyeri Ringan

Angka 3 dan 4 = Nyeri Mengganggu

Angka 5 dan 6 = Nyeri Menyusahkan

Angka 7 dan 8 = Nyeri Hebat

Angka 9 dan 10 = Nyeri Sangat Hebat


65

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROSES THERAPEUTIC TOUCH

1. Definisi Therapeutic Touch


Therapeutic Touch adalah interpretasi modern dari seni penyembuhan energy
kuno. Dikembangkan pada awal 1970-an oleh Dolores Krieger Ph.D.,NYU
Profesor Emerita dan Dora Kunz.
Therapeutic Touch didasarkan pada gagasan bahwa manusia adalah dalam
bentuk medan energi. Ketika Anda sehat, energi dapat bebas mengalir dan
seimbang. Sebaliknya, penyakit adalah kondisi ketidakseimbangan energi atau
gangguan. Medan energi manusia melampaui lapisan kulit, dan praktisi
Therapeutic Touch menyelaraskan dirinya sendiri untuk energi menggunakan
tangan sebagai sensor.
Therapeutic Touch adalah proses pengobatan yang bersifat individual dan
biasanya tidak melebihi 20 menit. Dokter akan meminta Anda untuk duduk di
kursi atau berbaring-mana yang lebih nyaman untuk Anda. Hal ini tidak perlu
untuk membuka pakaian. Praktisi bekerja dimana dari dalam diri berpusat pada
kedamaian atau meditasi, sangat sedikit sentuhan yang terlibat.
Metode yang tepat bervariasi antara praktisi, tetapi umumnya, mereka akan
melewati tangan mereka di atas tubuh Anda dari kepala sampai kaki, depan dan
belakang, menahan mereka antara 2-6 inci dari kulit. Hal ini dilakukan untuk
menilai kondisi medan energi manusia. Mereka mungkin menggunakan
gerakan rhitmis menyapu dengan tangan , seolah-olah mereka merapikan
kerutan di bidang energi pasien. Respon pasien dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti berapa lama pasien telah sakit, berapa banyak gejala
mengganggu gaya hidup pasien , dan status kesehatan umum pasien.
66

2. Tujuan Dan Manfaat Therapeutic Touch


Pasien akan mendapatkan respon relaksasi dalam 2 sampai 5 menit setelah
pengobatan telah dimulai dan beberapa klien dapat tertidur atau merasakan
nyerinya berkurang.

A. Tahap Orientasi:
1. Berikan Salam
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada responden atau keluarga
responden.
B. Tahap Kerja (Prosestahapan yang dinamis dan interaktif dari proses Sentuh
Terapi :
1. Berikan kesempatan pada responden untuk bertanya jika kurang
jelas.
2. Menjaga privacy responden dengan memasang sketsel pemisah
dengan pasien yang lain.
3. Mengatur posisi responden agar rileks tanpa beban fisik

4. Centering - membawa tubuh, pikiran, emosi untuk tenang, fokus


keadaan kesadaran. Keterpusatan menggunakan napas, citra,
meditasi dan / atau visualisasi untuk membuka diri sendiri untuk
menemukan batin-rasa keseimbangan untuk terhubung dengan inti
dari keutuhan dan keheningan.
Praktisi harus merasa utuh dan berpusat dari dalam, praktisi
memproyeksikan energy kearah pasien untuk merangsang kekuatan
pasien sendiri. Sumber kekuatan penyembuhan terdiri dari kasih
sayang dan keteraturan. Hal-hal yang dapat mengurangi batin yang
tenang, kasih sayang (perhatian), focus pada membantu pasien,
keutuhan dan keteraturan secara universal dan kemampuan untuk
mengikuti batin sangat penting mengetahui atau membimbing (
hasil akhir, meragukan kemampuan diri, Transferensi, Proyeksi,
mengambil masalah lain, dibekap, memegang kembali, Jarak,
67

Mendapatkan perhatian dari orang lain dari pada membantu pasien,


khawatir tentang apa yang orang lain fikirkan, Masalah Pribadi,
adanya rangasangan dari luar.
Bagian dari proses ini adalah belajar untuk mengenali dan
mengatasi pikiran dan kondisi yang menarik kita dari tidak focus
(terpusat). Praktisi tidak boleh memusatkan perhatian pada diri
sendiri, dimana hal tersebut dapat mengurangi perhatian anda pada
pasien.
5. Menilai - meletakkan tangan antara 2 sampai 6 inci dari tubuh
individu saat bergerak tangan dari kepala ke kaki dengan cara yang
simetris ritmis. Idealnya penilaian secara jelas mengidentifikasi
kualitas dan perbedaan lokasi dalam medan energy. Biasanya
dilakukan dengan mendekatkan tangan praktisi disekitar
kepala,wajah,atau leher. Dan memindai perlahan-lahan.
6. Intervensi - Clearing juga disebut unruffling - memfasilitasi aliran
simetris energi melalui lapangan. Unruffling dicapai dengan
menggunakan gerakan tangan dari garis tengah sambil terus
bergerak dengan cara yang ritmis dan simetris dari kepala ke kaki.
Unruffling adalah salah satu prosedur utama dalam TT, mendukung
aliran energy, menyebar kemacetan energy, memberi medan energy
dan membantu mepersiapkan medan energy untuk pengobatan.
Unruffling adalah cara berinteraksi dengan medan energy. Dan
tangan praktisi bertindak sebagai metafora untuk visualisasi yang
memandu interaksi. Gerakan tangan bervariasi dalam kecepatan,
ritme, arah, posisi dan jarak dari kulit semua yang terkait dengan
visualisasi yang menyertainya.
a. Speed dan Rhythm
Kecepatan dan irama sangat penting untuk kenyamanan
penerima. Gerakan cepat dapat membuat tegang penerima,
sementara gerakan yang terlalu lambat bias membuat
kemacetan (sebagai energy dari tangan praktisi sebagai
kontribusi medan energy) dan membuat penerima tidak
nyaman. Kecepatan sedang dikombinasikan dengan sangat
ringan dan lembut di unruffling biasanya sangat mudah
untuk menerima.
b. Arah
1. Kebawah
TT berfokus sebagai pendukung aliran umum energy
kebawah. Bentuk yang paling sering digunakan unruffling
adalah menyapu kebawah melalui medan dengan gerakan
tangan terbuka. Kebawah dengan sering menyapu disertai
dengan visualisasi.
a) Energy mengalir melalui lapangan : melalui cakra
mahkota atau bagian atas lapangan (kepala), turun
melalui lapangan, dan keluar melalui kaki.
b) Energy yang mengalir dari tangan memberikan
68

kontribusi tehadap aliran energy dalam bidang


penerima
c) Disipasi kemacetan dan gerakan energy yang
lebih rendah dari lapangan.
Gerakan unruffling bawah berulang dilakukan dengan
tangan terbuka, tetapi juga penting menutup tangan
(menutupi pusat energy). Unruffling bawah melemaskan
(menenangkan) penerima dan yang dapat menyebabkan
pengurangan rasa sakit dan penyembuhan lebih cepat.
Tangan santai, lembut melengkung dengan sedikit
penyebaran jari adalah yang paling efektif. Ketegangan di
tangan mengurangi jumlah energy yang mengalir.

2. Horisontal
Unruffling dari garis tengah tubuh kesamping berguna
untuk memutus kemacetan dan juga untuk mendukung
aliran energy sepanjang jalur saraf dari tulang belakang
ke seluruh tubuh. Visualisasi yang sesuai menemani
gerakan-gerakan ini.
69

3. Ke Luar
Kemacetan dapat ditarik dari lapangan dengan tangan
tegak lurus ke luar dari tubuh, dan dapat didahului oleh
gerakan pengadukan singkat untuk mendorong respon
energy. Unruffling luar biasanya diterapkan kemacetan
local. Beberapa gerakan untuk unruffling luar adalah :
a) Angkat kemacetan jauh dari lapangan
b) Menyisir
c) Menggenggam, menarik keluar dan mengibas
kemacetan.
d) Spiral
e) Kontak tangan dengan tubuh dan kemudian
pindah dan jauhkan tangan.
Hal ini sangat berguna untuk memvisualisasikan
landasan energy padat melalui akar atau yang terserap ke
dalam tanah.
70

4. Ke atas
Ini jarang digunakan dan hanya dalam situasi tertentu,
dimana unruffling melalui daerah akan meningkatkan
ketidaknyamanan.
Unruffling dilakukan dengan jarak dari kulit delapan inci dari tubuh

C. Fase Terminasi :
1. Evaluasi / Penutupan - menyelesaikan pengobatan - menggunakan
profesional, informasi dan intuitif penilaian untuk menentukan kapan
untuk mengakhiri sesi. Menilai kembali lapangan terus menerus selama
perawatan untuk menentukan keseimbangan dan memunculkan umpan
balik dari individu yang isyarat kapan untuk mengakhiri pengobatan TT.
Praktisi baru dapat mempercayai perawatannya ketika :
a. Bekerja ringan dan lembut
b. Didukung landasan yang baik dari lapangan
c. Lembut dan tenang (pada pasien)
d. Sesi perawatan yang dilakukan singkat dalam mengurangi nyeri pada
pasien.
2. Akhiri kegiatan dengan baik.
3. Mencuci Tangan
Hal lain yang sederhana adalah kontak nyeri. Tangan membuat kontak
langsung dengan lokasi nyeri, baik secara langsung pada kulit atau
melalui pakaian dan rasa sakit di sapu dengan tangan, hal ini
menyebabkan pasien terlihat sangat tenang. Ini juga merupakan indikasi
energy yang diarahkan pada bagian yang bermasalah (nyeri), walaupun
tanpa disadari oleh praktisi. Karna hal tersebut diwajibkan bagi praktisi
untuk mencuci tangan.
71

JADWAL PENELITIAN
KEGIATAN Juli Agustus
Minggu Minggu
I II III IV I II III IV
Pengajuan
Surat
Permohonan
Ijin
Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
(Pengambilan
Data )
72

EXAMINE VARIABLES=HasilPre BY Kelompok

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT

/COMPARE GROUPS

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 11-SEP-2017 16:19:50

Comments

C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba
Data
normalitas data lagi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>
Input
Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data 35


File
73

User-defined missing values for


Definition of Missing dependent variables are treated as
missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on cases with no
Cases Used missing values for any dependent
variable or factor used.

EXAMINE VARIABLES=HasilPre BY
Kelompok

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF


NPPLOT

/COMPARE GROUPS
Syntax
/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Processor Time 00:00:00.94


Resources
Elapsed Time 00:00:00.92

[DataSet1] C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba normalitas data lagi.sav

Pre Test
74

Case Processing Summary

Pre Test Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Non TT 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%


HasilPre
TT 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%

Descriptives

Pre Test Statistic Std. Error

Mean 6.0000 .37639

Lower Bound 5.1978


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 6.8022

5% Trimmed Mean 6.0556

Median 6.5000

Variance 2.267
HasilPre Non TT
Std. Deviation 1.50555

Minimum 3.00

Maximum 8.00

Range 5.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.536 .564


75

Kurtosis -.722 1.091

Mean 6.1579 .27850

Lower Bound 5.5728


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 6.7430

5% Trimmed Mean 6.1754

Median 6.0000

Variance 1.474

TT Std. Deviation 1.21395

Minimum 4.00

Maximum 8.00

Range 4.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.335 .524

Kurtosis -.818 1.014

Tests of Normality

Pre Test Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Non TT .247 16 .010 .909 16 .110


HasilPre
TT .230 19 .009 .908 19 .069

a. Lilliefors Significance Correction


76

HasilPre

Stem-and-Leaf Plots

HasilPre Stem-and-Leaf Plot for

Kelompok= Non TT

Frequency Stem & Leaf

1.00 3. 0

2.00 4 . 00

3.00 5 . 000

2.00 6 . 00

6.00 7 . 000000

2.00 8 . 00

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)


77

HasilPre Stem-and-Leaf Plot for

Kelompok= TT

Frequency Stem & Leaf

2.00 4 . 00

4.00 5 . 0000

4.00 6 . 0000

7.00 7 . 0000000

2.00 8 . 00

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

Normal Q-Q Plots


78
79

Detrended Normal Q-Q Plots


80
81
82

EXAMINE VARIABLES=HasilPost BY KelompokPost

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT

/COMPARE GROUPS

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.
83

Explore

Notes

Output Created 11-SEP-2017 16:20:15

Comments

C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba
Data
normalitas data lagi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>
Input
Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data 35


File

User-defined missing values for


Definition of Missing dependent variables are treated as
missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on cases with no
Cases Used missing values for any dependent
variable or factor used.
84

EXAMINE VARIABLES=HasilPost BY
KelompokPost

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF


NPPLOT

/COMPARE GROUPS
Syntax
/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Processor Time 00:00:01.24


Resources
Elapsed Time 00:00:01.34

[DataSet1] C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba normalitas data lagi.sav


85

Pre Post

Case Processing Summary

Pre Post Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Non TT 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%


HasilPost
TT 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%

Descriptives

Pre Post Statistic Std. Error

Mean 4.3750 .34004

Lower Bound 3.6502


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 5.0998

5% Trimmed Mean 4.3611

HasilPost Non TT Median 4.0000

Variance 1.850

Std. Deviation 1.36015

Minimum 2.00

Maximum 7.00
86

Range 5.00

Interquartile Range 1.00

Skewness -.062 .564

Kurtosis .057 1.091

Mean 4.3158 .29669

Lower Bound 3.6925


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 4.9391

5% Trimmed Mean 4.2953

Median 4.0000

Variance 1.673

TT Std. Deviation 1.29326

Minimum 2.00

Maximum 7.00

Range 5.00

Interquartile Range 1.00

Skewness .025 .524

Kurtosis .108 1.014

Tests of Normality

Pre Post Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


87

Non TT .204 16 .074 .937 16 .313


HasilPost
TT .193 19 .061 .941 19 .274

a. Lilliefors Significance Correction

HasilPost

Stem-and-Leaf Plots

HasilPost Stem-and-Leaf Plot for

KelompokPost= Non TT

Frequency Stem & Leaf

2.00 Extremes (=<2.0)

1.00 3. 0

.00 3.

6.00 4 . 000000

.00 4.
88

4.00 5 . 0000

.00 5.

2.00 6 . 00

1.00 Extremes (>=7.0)

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

HasilPost Stem-and-Leaf Plot for

KelompokPost= TT

Frequency Stem & Leaf

2.00 Extremes (=<2.0)

2.00 3 . 00

.00 3.

7.00 4 . 0000000

.00 4.

5.00 5 . 00000

.00 5.

2.00 6 . 00

1.00 Extremes (>=7.0)


89

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

Normal Q-Q Plots


90
91

Detrended Normal Q-Q Plots


92
93
94

T-TEST PAIRS=Kelompok WITH KelompokPost (PAIRED)

/CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

Notes
95

Output Created 11-SEP-2017 16:22:05

Comments

C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba
Data
normalitas data lagi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>
Input
Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data 35


File

User defined missing values are treated


Definition of Missing
as missing.

Missing Value Handling Statistics for each analysis are based


on the cases with no missing or out-of-
Cases Used
range data for any variable in the
analysis.

T-TEST PAIRS=Kelompok WITH


KelompokPost (PAIRED)

Syntax
/CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

Processor Time 00:00:00.00


Resources
Elapsed Time 00:00:00.00

T-TEST PAIRS=HasilPre WITH HasilPost (PAIRED)

/CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.
96

T-Test

Notes

Output Created 11-SEP-2017 16:26:07

Comments

C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba
Data
normalitas data lagi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>
Input
Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data 35


File

User defined missing values are treated


Definition of Missing
as missing.

Missing Value Handling Statistics for each analysis are based


on the cases with no missing or out-of-
Cases Used
range data for any variable in the
analysis.

T-TEST PAIRS=HasilPre WITH


HasilPost (PAIRED)

Syntax
/CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.
97

Processor Time 00:00:00.00


Resources
Elapsed Time 00:00:00.00

[DataSet1] C:\Users\TOSHIBA\Documents\uji coba normalitas data lagi.sav

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

HasilPre 6.0857 35 1.33662 .22593


Pair 1
HasilPost 4.3429 35 1.30481 .22055

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 HasilPre & HasilPost 35 .269 .118

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence


Interval of the
Difference
98

Lower

Pair 1 HasilPre - HasilPost 1.74286 1.59674 .26990 1.19436

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

95% Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 HasilPre - HasilPost 2.29136 6.457 34 .000


99

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 - 25 12 34.3 34.3 34.3

26 - 35 4 11.4 11.4 45.7

36 - 45 10 28.6 28.6 74.3

46 - 55 9 25.7 25.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki - laki 20 57.1 57.1 57.1

perempuan 15 42.9 42.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

pekerjaan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid karyawan 1 2.9 2.9 2.9

wiraswasta 15 42.9 42.9 45.7

lain - lain 19 54.3 54.3 100.0

Total 35 100.0 100.0


100

pendidikan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 2 5.7 5.7 5.7

SLTP 8 22.9 22.9 28.6

SMA 22 62.9 62.9 91.4

PT 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai