SKRIPSI
PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST OPERASI DI RSUD
SELE BE SOLU KOTA
SORONG
Oleh :
NAMA : RISKI RAMADHANI
NIM : 13.037
SKRIPSI
Oleh :
NAMA : RISKI RAMADHANI
NIM : 13.037
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 13.037
Kemenkes Sorong.
Dewan Penguji
Penguji :
Penguji II :
Penguji III :
(…………………………………………….)
Sorong,
Pembuat Pernyataan
(RISKI RAMADHANI)
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
………………. ……………
v
KATA PENGANTAR
karena atas berkat dan Ramat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
dan kerja keras penulis sendiri, tetapi melibatkan bantuan dan kontribusi
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya juga
6. Orang tua saya Bapak Muhammad Ridwan dan ibu Etik Kustiyani, ibu
Yuliana Misanti, dan ibu Rumini dan keluarga saya yang telah
akhir ini.
Akhir kata, penulis sungguh menyadari skripsi ini masih jauh dari
kesehatan lainnya.
Sorong,
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel1.Definisi Operasional……………………………………………… 53
Nyeri Vas………………………………………………………………….50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alat Pengukur Nyeri VDS ……………………………….31
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12. Data SPSS uji Shapiro Wilk dan Uji Paired Samples Test
xiii
Abstrak
PENGARUH THERAPEUTIC TOUCH TERHADAP
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELE BE SOLU
KOTA SORONG
RISKI RAMADHANI
Email : Riskiramadhanisahar@gmail.com
tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan
berikan Therapeutic Touch terhadap perubahan nyeri pada pasien post operative.
sampel. Analisa penelitian ini menggunakan uji parametric Paired Samples Test.
Hasil Penelitian : Ada pengaruh Therapeutic Touch pada klien post operasi pada
(p=0.00).
intensitas nyeri pada pasien post operative di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.
A. PLATAR BELAKANG
yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri
merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan
(Price & Wilson, 2014 dalam Astuti & Merdekawati, 2016). Operasi atau
tenaga kesehatan (Potter & Perry, 2010 dalam Astuti & Merdekawati, 2016)
setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia, satu
untuk setiap 25 bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami
nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan
1
2
Penanganan nyeri pada klien yang dilakukan oleh profesi perawat dewasa
ini lebih banyak mengacu pada pendekatan terapi medis dan farmakologis.
touch lebih efektif mengurangi rasa sakit dan kelelahan pasien kanker yang
dengan dokter yaitu terapi farmakologi (Rosdalh & Kawalski, 2015 dalam
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong merupakan Rumah Sakit tipe C yang
telah banyak melayani tindakan operasi. Dari data Rekam Medis RSUD Sele
Be Solu Kota Sorong tercatat 343 kasus tindakan operasi pada tahun 2015
meningkat menjadi 620 kasus pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 bulan
januari s/d maret tercatat 172 kasus operasi di RSUD Sele Be Solu Kota
3
Data yang didapat dari Rekam Medis Rumah Sakit Sele Be Solu Kota
Sorong telah mengalami 620 kasus spesialisasi bedah pada tahun 2016 yang
dialami bervariasi, yakni diantaranya masuk kategori kecil, sedang, besar dan
khusus.
bedah dewasa RSUD Sele Be Solu Kota Sorong saat menjalani praktek
farmakologis therapeutic Touch khususnya dan pada buku status tidak terlihat
seorang manusia adalah sebuah sistem energi yang terbuka. Kedua, secara
therapy ini perawat dapat berinteraksi langsung dengan pasien, belum ada
lain.
Bedah RSUD Sele Be Solu Kota Sorong, penulis melihat nyeri pasien hilang
hanya karena pemberian obat analgetik, dan sering sekali melihat pasien yang
merasakan nyeri saat pengaruh obat analgesik mulai berkurang dan waktu
Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi di Ruang Rawat Bedah
B. RUMUSAN MASALAH
penyakit auto imun, dan policistic ginjal hingga kanker. Untuk itu perlu dicari
touch, disisi lain perawat di Rumah Sakit tidak pernah melakukan therapy
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
control.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat praktis
Kesehatan Kota Sorong dan Rumah Sakit Umum Daerah Sele Be Solu
Kota Sorong yang bisa dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan
Operasi.
6
2. Manfaat metodologis
3. Manfaat Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR TENTANG NYERI POST OPERASI
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
1. Jenis-jenis operasi
a. Menurut fungsinya (tujuannya), (Potter dan Perry 2006 dalam A
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
Purwanti, 2015)
neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak. Modulasi nyeri
melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang
berikut: ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin,
atau kekurangan O2 pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan
3. Transmisi Nyeri
(Tamsuri 2007, dalam Purwanti, 2015) menyatakan bahwa terdapat berbagai
menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang
Teori ini digambarkan oleh Descartes pada abad ke-17. Teori ini didasarkan
mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri
talamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi
sehingga timbul respons nyeri. Teori ini tidak menjelaskan bagaimana faktor-
Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri, yaitu serabut
yang mampu menghantarkan rangsang dengan cepat; dan serabut yang mampu
intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas
Pada tahun 1959, Melzack & Wall menjelaskan teori gerbang kendali nyeri,
4. Jenis-jenis Nyeri
Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis.
Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang
mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri
sering dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti tebakar, tetapi
apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi
berdenyut.
Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon,
ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Struktur-sturktur ini memiliki lebih sedikit
reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak jelas. Nyeri dirasakan lebih
difus daripada nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah di sekitarnya. Nyeri
dari berbagai struktur dalam berbeda. Nyeri akibat suatu cedera akut pada sendi
11
memiliki lokalisasi yang jelas dan biasanya dirasakan sebagai rasa tertusuk,
terbakar, atau berdenyut. Pada peradangan kronik sendi (artritis), yang dirasakan
adalah nyeri pegal-tumpul yang disertai seperti tertusuk apabila sendi bergerak.
c. Nyeri visera
tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri
somatik dan terletak di dinding otot polos organ - organ berongga (lambung,
kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih) dan di kapsul organ-
organ padat (hati, pankreas, ginjal). Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri
visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ,
d. Nyeri alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu
daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering
spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut. Apabila dialihkan ke
tempat organ visera tersebut berasal dari masa mudigah, tidak harus di tempat
Nyeri neuropati
Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari sistem
saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang menimbulkan perasaaan nyeri.
Dengan demikian, lesi di sistem saraf tepi (SST) atau sistem saraf pusat (SSP)
12
sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Pasien
dengan nyeri neuropatik menderita akibat instabilitas sistem saraf otonom (SSO).
Dengan demikian nyeri sering bertambah parah oleh stress emosi atau fisik
Nyeri yang diakibatkan dari stimulasi kulit. Nyeri ini berlangsung sebentar
dan terlokalisai. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh
penyebab dari nyeri ini adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi.
difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya
berlangsung lebih lama dari pada nyeri superfisial. Nyeri dapat terasa tajam,
tumpul, atau unik tergantung organ yang terlibat. Contoh penyebab dari nyeri
viseral dalam adalah sensasi pukul (crushing) misalnya angina pektoris dan
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak
organ tidak memiliki reseptor nyeri. Jalan masuk neuron sensori dari organ
yang terkena ke dalam segman medulla spinalis sebagai neuron dari tempat
asal nyeri dirasakan. Persepsi nyeri pada daerah yang tidak terkena. Nyeri
13
terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik. Contoh penyebab dari nyeri alih adalah nyeri
akibat infark miokard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri,
dan bahu kiri. Batu empedu yang mengalihkan rasa nyeri ke selangkangan.
e. Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain.
Nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian
tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan. Contoh nyeri punggung
bagian bawah akibat diskus intravertebral yang ruptur disertai nyeri yang
Nyeri akut adalah nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan.
dihilangkan.
b. Nyeri kronik
keganasan dan non keganasan, atau intermiten, seperti pada nyeri kepala
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Budaya
5) Makna nyeri
6) Perhatian klien
7) Tingkat kecemasan
8) Tingkat stress
9) Tingkat energy
sebagai berikut:
15
1. Alkohol
2. Obat-obatan
3. Hipnosis
4. Panas
5. Gesekan/garukan
6. Pengalihan perhatian
lain:
1. Kelelahan
2. Marah
3. Kebosanan, depresi
4. Kecemasan
5. Nyeri kronis
6. Sakit/penderitaan
(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Purwanti, 2015) menyatakan bahwa pengkajian
nyeri adalah:
Intensitas nyeri
2) Karakteristik nyeri
Termasuk letak nyeri (untuk area dimana nyeri pada berbagai organ), durasi
(menit, jam, hari, bulan dan sebagainya), irama (misalnya: terus menerus, hilang
nyeri) dan kualitas (misalnya: nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti
digencet).
bebas, dan sebagainya) dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi
nyerinya
makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan
aktivitas-aktivitas santai)
Meliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh
2. Skala Nyeri
17
(Potter & Perry,2006 dalam Purwanti, 2015) menyatakan terdapat beberapa skala
Skala deskriptif
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
obyektif. Skala pendeskripsian verbal yang disebut verbal descriptor scale (VDS)
yaitu sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking
dari “tidak terasa nyeri” sampai nyeri yang tidak tertahankan. Perawat
menunjukkan klien skla tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang dirasakan pasien. Perawat juga menanyakan seberapa jauh
nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Tak
nyeri ringan sedang berat Tertahankan
skala paling efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
18
setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri maka
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 = tidak nyeri
Penelitian Ini dalam mengukur tingkat keparahan nyeri pada pasien post operasi
merupakan skala yang paling efektif untuk mengukur keparahan nyeri pasien.
(Purwanti, 2015)
Skala Analog Visual Skala analog visual atau disebut Visual Analog Scale
(VAS) tidak melabel subdivisi. VAS merupakan satu garis lurus, yang mewakili
intensitas nyeri yang terus-menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih
19
sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada
dipaksa memilih satu kata atau satu angka. Skala VAS dapat digambarkan sebagai
berikut.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. Managemen Nyeri
terapi pharmakologis untuk mengatasi nyeri diberikan oleh dokter melalui intra
vena atau rute epidural (Smeltzer dan Bare, 2004 dalam Wahyuningtyas, 2014)
yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri adalah musik therapy , relaksasi,
nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU adalah
relaksasi, terapi musik, terapi sentuhan, terapi pijat (Pellino dkk, 2005 dalam
20
Wahyuningtyas, 2014) yang juga dapat diterapkan di Ruang Rawat Bedah untuk
a. Relaksasi
mempunyai efek sangat baik untuk mengatasi nyeri. Relaksasi akan menyebabkan
menyebabkan rasa tenang, rasa tenang akan menyebabkan aktifitas saraf simpatik
dalam otot menjadi sedikit dengan demikian akan menurunkan frekwensi nadi dan
tekanan darah, penurunan frekwensi nadi dan tekanan darah akan menyebabkan
penurunan nyeri (Biley, 2000). Menurut penelitian Houston dan Jesurum (dalam
Chanif, 2011) penggunaan tehnik relaksasi (The quick relaxation technique /QRT)
tahun dimana obyek penelitian sedang menjalani bedah jantung bypass di ruang
ICU, hasil penelitian ini menunjukan setengah dari sampel merasakan nyeri hilang
Terapi musik merupakan bagian dari tehnik relaksasi yang dapat digunakan di
ruang ICU yang mempunyai efek menenangkan (Biley, 2000). (Menurut Oken,
2004 dalam Wahyuningtyas, 2014) musik dapat memiliki efek terapeutik pada
pikiran dan tubuh manusia. Efek suara dapat mempengaruhi keseluruhan fisiologi
21
tubuh pada basis aktivasi korteks sensori dengan aktivasi sekunder lebih dalam
pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik, hipotalamus dan sistem
saraf otonom. Saraf kranial kedelapan dan kesepuluh membawa impuls suara
melalui telinga. Dari sini, saraf vagus, yang membantu regulasi kecepatan denyut
laring, jantung, dan diafragma. Para ahli terapi suara menyatakan saraf vagus dan
sistem limbik (bagian otak yang bertanggung jawab untuk emosi) merupakan
penghubung antara telinga, otak, dan sistem saraf otonom yang menjelaskan
membuat relaksasi otot. Dapat juga digunakan dasar teori Opiate endogenous,
dimana reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal cord menentukan dimana
dan enkephalin bila nyeri diterima. Opiate endogen ini dapat dirangsang
pengeluaranya oleh stimulasi rangsangan. Opiate reseptor ini berada pada ujung
c. Terapi sentuhan
Terapi sentuhan merupakan salah satu metode non pharmacologis yang dilakukan
untuk mengurangi nyeri dasar teori ini adalah teori gate control yang oleh
Melzack dan Wall (1965) teori ini menjelaskan bahwa ada dua macam serabut
saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan serabut saraf berdiameter besar
yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Impuls rasa sakit yang dibawa oleh
22
saraf berdiameter kecil menyebabkan gate control di spinal cord membuka dan
Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan
pada saraf berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan
rangsangan berupa usapan pada saraf berdiameter besar yang banyak pada kulit
harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh
saraf berdiameter kecil mencapai korteks serebral Potter dan Perry, 2005 dalam
Wahyuningtyas, 2014)
d. Terapi Pijat
dan dapat menyebabkan pasien rilek dan pasien dapat memenuhi kebutuhan
nyeri adalah serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak perjalanan sensasi
nyeri yang dibawa oleh otak lebih kecil dari pada serabut sentuhan yang luas.
Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama, sensasi sentuhan berjalan ke otak
menutup pintu gerbang dalam otak. Dengan adanya pijatan yang mempunyai efek
Nurulhuda, 2012)
berasal dari praktek kuno penumpangan tangan (Lin & Taylor, 1998;
Kunz dan Delores Krieger pada tahun 1970 (Krieger, Peper, & Ancoli,
sekitar 2 sampai 4 inci jauh dari tubuh pasien dan diarahkan di kepala
3. Penelitian Terkait
Pengaruh Therapeutic Touch telah dilakukan penelitian oleh (Mumpuni,
Hudanurul Uun, Roselina Elsa, 2012) Data dikumpulkan dari bulan April
Touch
adanya perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah
C. KERANGKA TEORI
b. Therapi music
c. Therapi sentuhan
d. Therapi pijat
faktor nyeri dan intervensi dalam rangka mengurangi nyeri sehingga hasilnya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
yang satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
Variable pengganggu
Obat Analgesik
Keterangan :
: Yang diteliti
: Tidak diteliti
28
B. HIPOTESIS
ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara, Purposif Sampel kemudian
di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dengan pasien yang menjalani bedah
umum yang dirawat dari hari pertama hingga hari ketujuh, tanpa
desain penelitian one group pre test post-test (dalam Rani Hardiyanti
Sugiar, 2013)
O1 X O2
Keterangan :
O1 : PreTest
O2 : Post Test
1. Populasi Penelitian
dalam Yani 2015) populasi dalam penelitian ini adalah pasien post
2. Sample Penelitian
namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis
penelitiannya.
30
sampel :
𝑁
n = 𝑁(𝑑)2+1
keterangan :
N= populasi
d = nilai presisi 95% atau derajat kemaknaan atau Sig= 0,05 atau 0,1
Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi dari data tahun 2016
yang diambil pada bulan januari sampai dengan bulan desember dengan
dimana
N = jumlah populasi
52
n = 1+52(0,1)2
a. Kriteria inklusi
stabil (normal)
8. Kooperatif
penelitian ini adalah lembar observasi skala nyeri VAS (Visual Analog
Scale) untuk mengambil data, dikarenakan data dalam penelitian ini adalah
data primer. Skala VAS (Visual Analog Scale) digunakan untuk mengukur
inklusi. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data umum yaitu: jenis
nyeri VAS (Visual Analog Scale) ini telah banyak digunakan beberapa
kategori yaitu 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur
yang sudah buku berdasarkan literature sehingga tidak perlu lagi di uji
validitas dan reliabilitasnya. Alat ukur skala nyeri yang digunakan adalah
D. JALANNYA PENELITIAN
1. Tempat penelitian
2. Waktu Penenlitian
3. Jalannya Penelitian
a. Pengumpulan data
berikut :
1) Tahap Persiapan :
2) Tahap Pelaksanaan
ruangan.
proses penelitian
diberikan.
35
pertemuan
kepada klien
therapeutic touch
perlu
mendokumentasikan hasil
pasien
dianalisa
38
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Pengganggu
Obat Analgesic
Keterngan :
: diteliti
: tidak diteliti
39
VARIABEL INDEPENDEN
G. ANALISIS HASIL
1. Pengolahan data meliputi proses : editing, coding, tabulating, dan
entry.
a. Editing
untuk melengkapinya.
b. Coding
c. Tabulating
d. Scoring
2. Analisa Data
2014) .
42
Kelompok 1 : TT
Kelompok 2 : NON TT
H. ETIKA PENELITIAN
3.Confidentiality (Kerahasiaan)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
dipimpin oleh dokter, kelas /tipe rumah sakit ini merupakan tipe C.
rumah dengan luas bangunan 2.692 M2 dan luas lahan 120.000 M2.
Rumah sakit ini sekarang dikelola oleh pemerintah kota sorong dalam
24 jam, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan. Rumah Sakit
poli umum, poli interna, poli gigi dan mulut, poli anak, poli kebidanan &
kandungan, poli mata, poli kulit & kelamin, poli saraf dan poli THT.
Sedangkan fasilitas rawat inap yaitu terdiri dari kelas 1, kelas 2 dan kelas
3, HCU. Yakni ruang anggrek ( penyakit dalam kelas 3), ruang Aster
(kelas 1), ruang bougenfile, ruang Asoka (ruang Anak) , dan ruang melati
45
Agustus 2017 di ruang bedah (R. Melati) dan penyakit dalam (R.
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Karakteristik
Umur (Tahun) F Persentase
18-25 12 34.30
26-35 4 11.42
36-45 10 28.57
46-55 9 25.71
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 57.00
Perempuan 15 42.00
Pekerjaan
Karyawan 1 2.85
Wiraswasta 13 37.15
Lain-lain 21 60.00
Tingkat
Pendidikan
SD 2 5.73
SLTP 8 22.85
SMA 22 62.85
DIPLOMA/PT 3 8.57
Sumber :data primer
pasien post operasi berumur 18-25 tahun yaitu sebanyak 12 orang dengan
(62,85%).
Tabel 4.2
yang mengalami nyeri post operasi skala 7-8 (Nyeri Menyusahkan) yaitu 1
2. Analisis Bivariat
a. Pengaruh Therapeutic Touch Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri
Uji Data Berdistribusi Normal dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai
berikut ;
TT 0.61 .274
normal.
Pada Pasien Post Operasi dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut;
Pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa hasil uji T paired Samples
Test, Pretest skala nyeri post operasi – posttest nyeri post operasi
B. PEMBAHASAN
diberikan intervensi Therapeutic Touch (TT) dengan nilai signifikan (p= 0.00).
rumah sakit, pusat kesehatan dan klinik. Beberapa ahli akupunktur, terapis
Dari 19 orang responden yang diberi perlakuan, ada 2 orang responden yang
nyeri nya berkurang. Hal itu disebabkan karena Derajat dan kualitas nyeri
yang dirasakan oleh setiap responden sangat subjektif dan berbeda, hal ini
disebabkan karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks dan banyak faktor
kurang mendukung, Dan juga dapat disebabkan Human eror, yakni dari
peneliti sendiri, yakni kurang terfokus pada pasien, dan keadaan emosional
peneliti sendiri hal itu seperti yang dikemukakan oleh (Krieger Kunz , 1996
dalam Janelle Barbara, 2014) dalam point bereaksi dalam rangsangan luar,
yang dapat mengganggu proses centering. Dan untuk peneliti sendiri juga
pribadi seperti (kelelahan, ketakutan) hal itu dapat berpengaruh pada focus
terhadap nyeri seperti yang dinyatakan oleh Smeltzer & Bare (2002),
diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ansietas, pengalaman nyeri masa lalu,
pada tabel 4.1 menujukan bahwa dari 35 responden, mayoritas pasien post
Sesuai pengamatan yang telah dilakukan bahwa rentang usia tersebut rata -rata
berusia lanjut.
mempengaruhi tingkat nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini sesuai
dengan peryataan Potter & Perry (2006) bahwa usia merupakan variabel
lebih tinggi daripada wanita, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Selain kedua faktor yang telah disebutkan di atas, McCaffery dan Pasero yang
memahami tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itu klien dikatakan
Dan juga terdapat 9 responden yang berumur 46-55 tahun, dimana pada usia
diberikan. Sehingga hal tersebut menjadi focus penting bagi perawat sebagai
Tidak ada proses sertifikasi formal dimana praktisi Touch Terapeutik diberi
Touch dan bukan ahli yang sudah mempunyai lisensi namun ada penelitian
klaim TT tidak beralasan dan lebih jauh lagi Penggunaan profesional tidak
energi yang mudah terdeteksi (dan dapat dimodifikasi) oleh praktisi TT.
tutup mata nya, tidak dapat memberitahu tangan mana yang berada di medan
energi eksperimen. Skor rata-rata yang benar untuk 28 tes dari 10 tes adalah
4.4, yang mendekati perkiraan dugaan acak. Studi kuantitatif yang melibatkan
lebih dari beberapa praktisi TT telah dipublikasikan, dan tidak ada penelitian
yang dirancang dengan baik yang menunjukkan manfaat kesehatan dari TT.
profesional kesehatan tidak bisa dibenarkan (Rosa, Rosa, Sarner, & Barrett,
1998).
Hasil penelitian diatas serupa dengan hasil penelitian oleh (Nurulhuda uun,
bedah pasien dewasa RSUD Pasar Rebo yang terdiri dari 30 orang kelompok
tekhnik napas dalam. Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon Signed Ranks
menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan
C. KETERBTASAN PENELITIAN
dalam penelitian ini terbatas hanya berdasarkan pada SOP Therapeutic Touch
dan peneliti bukan ahli atau terapis yang mempunyai lisensi dengan sumber
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh
B. SARAN
1. Bagi Petugas Kesehatan di Ruang Bedah RSUD Kabupaten Sorong
Touch karena banyak jurnal resmi serta buku yang resmi diterbitkan
DAFTAR PUSTAKA
A Anggraeni. 2016. Gambaran Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi
Dengan Nyeri Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta.(Online),(http://respository.umy.ac.id, diunduh 4 Mei 2017)
Astuti, A., & Merdekawati, D. 2016. Pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat skala nyeri pasien post
operasi.(Online),(http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/view14
27, diunduh 14 Mei 2017)
Kiki, G.2015. Gambaran Pengetahuan Siswa Siswi Kelas XI Tentang Penyakit
Menular Seksual Di SMA NEGERI 24 BANDUNG.S1 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia (internet).Tersedia dalam:http://repository.upi.edu/
(diakses 13 April 2017)
Monroe, C. M. 2009. The Effects of Therapeutic Touch on Pain, Vol.27 (2):pp
85–92: Journal of Holistic Nursing American Holistic Nurses Association.
(Online),(http:// /jhn.sagepub.com, diunduh 4 Mei 2017)
Mumpuni, uun Nurulhuda, E. R. 2012. Therapeutic Touch dan Nyeri Pasca
Pembedahan, Vol.8 (6):pp 261–264.(Online),(https://media.nelti.com,
diunduh 10 Mei 2017)
Pakaya, D. 2013.Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Dismenore Primer
pada Siswi Kelas VIII SMPN 6 Gorontalo,Vol 1
(1).(Online),(http:kim.ung.ac.id, diunduh 21 Mei 2017)
Purwanti. 2015.Pengaruh Hipnoterapi terhadap nyeri post operasi sectio caesarea
di RSUD KRATON Pekalongan .(Online),(http:digilib.unimus.ac.id,
diunduh 15 Mei 2017)
Rani Hardiyanti Sugiar.2013. Efektivitas Penggunaan Metode Analisis Teks
Teknik Catatan Tulis Dan Susun (TS) Pada Pembelajaran Shokyu Choukai
II, 32–52. (Online), (http://repository.upi.edu, diunduh 21 Mei 2017)
Scheinman, D. S. J. (2016). Care Of Kidney Is Nothong To Kid About.
Organization Development Journal, (May).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/17506200710779521
Sumbono, A. (2014a). Panduan SPSS untuk Statistika Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: deepublish.
Sumbono, A. (2014b). Panduan SPSS untuk STATISTIKA PENELITIAN
PENDIDIKAN. yogyakarta: d258eepublish.
Wahyuningtyas, S.2014. Pengaruh Therapi Murotal Terhadap Penurunan Nyeri
pada pasien Post Laparatomi (internet).Tersedia dalam
:http://portalgaruda.org (diakses 13 Mei 2017)
Yani, D. P.2015 Pengaruh dzikir terhadap nyeri pada pasien post SC.(Online),
(http://repository.umy.ac.id, diunduh 12 Mei 2017)
Langanawa,C. 2014.Gambaran Tingkat Nyeri pada pasien post operasi di ruang
bedah (G2 atas) RSUD Prof.Dr.Hj.Aloei Saboe Kota
Gorontalo.(Online),(http://eprints.ung.ac.id , diunduh 26 Agustus 2017)