Anda di halaman 1dari 101

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KASUS CONGESTIVE HEART


FAILURE(CHF) DI RUANG ROSELLA RSUD POSO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma-III Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palu Jurusan keperawatan
Prodi D-III Keperawatan Poso

Disusun Oleh :

DEBORA VIOLIN RATO


NIM : P00220220006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN POSOTAHUN 2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III
Keperawatan Poso.
Nama : Debora Violin Rato
Nim : PO0220220006

Poso, 24 Juli 2023


Pembimbing I

Dewi Nurviana Suharto M.Kep.Sp.Kep.MB


NIP.198511102010122003

Poso, 24 Juli 2023


Pembimbing II

Dafrosia Darmi Manggasa. S.Kep.Ns., M.Biomed


NIP.198106082005012003

Menyetujui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Dafrosia Darmi Manggasa. S.Kep.Ns., M.Biomed


NIP.198106082005012003

ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Poso.
Nama : Debora Violin Rato
NIM : PO0220220006

Poso, 2023
Penguji I

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 196301041984032001

Poso, 2023
Penguji II

Nirva Rantesigi, S.Kep.Ns.MM


NIP. 197104271990022001

Poso, 2023
Penguji III

Rosamey Elleke Langitan, S.Kep.Ns.M.Kep


NIP. 197104271990022001

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

Debora Violin Rato, 2023, Asuhan Keperawatan dengan kasus Congestive


Heart Failure di Ruang Rosella RSDU Poso. Karya
Tulis Ilmiah Prodi D-III Keperawatan Poso Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu. Pembimbing
(1) Dewi Nurviana Suharto (2) Dafrosia Darmi
Manggasa

ABSTRAK
(xi+ 102 halaman+ 8 tabel+ 4 lampiran)

Latar belakang Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah. Masalah yang timbul pada
pasien CHF adalah dyspnea, takikardi, kelelahan, intoleransi aktivitas, retensi
cairan, edema paru, edema perifer, ketidaknyamanan, gangguan pola tidur dan
kecemasan, Sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi
masalah sesak dengan pemberian Distrasi Slow Deep Breathing. Tujuan: Untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada oasien dengan kasus congestive heart
failure di ruang Ruang Rosella RSDU Poso. Metode penelitian: Yaitu
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian:
Hasil penelitian didapatkan bahwa distrasi slow deep breathing dapat berpengaruh
terhadap masalah sesak pada pasien CHF. Kesimpulan: Penerapan distrasi slow
deep breathing i dapat menurunkan sesak pada pasien CHF yaitu RR : 28 x/menit
awal pengkajian menjadi nilai 22 x/menit pada hari ke 7. Saran: Diharapkan bagi
pasien dapat melakukan distrasi slow deep breathing secara mandiri sesuai dengan
apa yang telah diajarkan oleh peneliti.

Kata kunci : Asuhan keperawatan, congestive heart failure, distrasi slow deep
breathing

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah
memberikan Kekuatan dan Kemampuan penulis dapat menyelesaikan proposal
ini dengan judul, “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus
Congestive Herath Failure (CHF) di Ruangan Rosella RSUD Poso”

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir


pendidikan program studi Diploma III Keperawatan, di Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan
Poso. Selama penyusunan proposal ini banyak kesulitan dan masalah yang penulis
hadapi, tetapi berkat adanya bantuan dan dukungan dari mama dan papa tercinta
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan semangat kepada penulis
baik secara moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal
ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. T. Iskandar Faisal, S.Kp.,M.Kes selaku DirekturPoliteknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan palu.
2. Selvi Afrida M,D.Kp.M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palu.
3. Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep.Ns.,M.Biomed selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Poso yang sudah memberikan masukan dan saran dalam
penyusunan proposal ini.
4. Dewi Nurviana Suharto M.Kep.Sp.Kep.MB selaku pembimbing utama yang
tidak pernah bosan memberikan dukungan dan motivasi, serta telah banyak
meluangkan waktunya dalam membimbing sehingga proposal ini dapat
terselesaikan.
5. Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep.Ns.,M.Biomed selaku pembimbing
pendamping yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan dalam
penyusunan proposal ini hingga selesai.

v
6. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Keperawatan Poso,
yang telah banyak mengajarkan dan membantu dalam pembelajaran dan
perkuliahan.
7. Mama dan kakak, terima kasih telah memberikan doa dan mengusahakan
yang terbaik sehingga menyelesaikan proposal ini.
8. Bestie-bestieku tersayang (Mayang, Ayu, Maleakhi, Tirsa, Tika, Ele) yang
selalu menjadi suport system penulis dalam kondisi apapun sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal ini.
9. Kepada seluruh teman seperjuangan Keperawatan Angkatan 2020 terima
kasih atas kerjasama dan kebersamaanya selama ini, semoga kita semua
sukses.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis maka proposal ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan penulis untuk perbaikan penyusunan dimasa akan datang.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................................... 4

D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


I. Tinjauan Tentang Congestive Heart Failure (CHF) .................................... 6

II. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart Failure ...... 23

III. Masalah keperawatan dan intervensinya berdasarkan evidence based


nursing pada pasien CHF .......................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN 42


A. Desain penelitian ....................................................................................... 42

B. Focus study ................................................................................................ 42

C. Subyek penelitian ...................................................................................... 42

D. Lokasi dan waktu penelitian ...................................................................... 42

E. Definisi operasional ................................................................................... 42

F. Pengumpulan data ..................................................................................... 43

G. Analisa data ............................................................................................... 43

vii
H. Etik penelitian ........................................................................................... 44

BAB IV 46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 46

B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 46

C. Pembahasan ............................................................................................... 67

BAB V 69
KESIMPULAN DAN SARAN 69
A. Kesimpulan................................................................................................ 69

B. Saran .......................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA 71

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung Berdasarkan Derajat......................................6

Tabel 2.2 Klasifikasi Gagal Jantung Berdasarkan NYHA.......................................6

Tabel 2.3 Rencana Keperawatan............................................................................27

Tabel 2.4 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................50

Tabel 2.5 Terapi Medis..........................................................................................51

Tabel 2.6 Analisa data............................................................................................52

Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan..........................................................................53

Tabel 2.8 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..............................................56

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Sebelum Penelitian

Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Format Pengkajian

Lampiran 4 : Dokumentasi

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data World Health Organization, CHF merupakan salah satu
penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi di seluruh dunia, dengan
lebih dari 26 juta orang menderita CHF pada tahun 2020. Di Indonesia
sendiri, CHF juga merupakan penyebab kematian nomor satu pada tahun
2019, dengan angka kematian mencapai 25,6 per 100.000 penduduk. Data
InaHF National Registry 2018 memperlihatkan sebanyak 17% pasien gagal
jantung di Indonesia mengalami rawat inap berulang dan 17,2 % pasien gagal
jantung meninggal pada saat rawat inap sebesar 13% meninggal dalam satu
tahun pengobatan.
Gagal jantung kongestif merupakan penyakit penyebab kematian
terbanyak kedua di Indonesia setelah stroke (Kementerian Kesehatan RI,
2020). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi gagal
jantung kongestif di Indonesia yang didiagnosis dokter adalah sebesar 1,5%
atau sekitar 1.017.290 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan data dari (RISKESDAS, 2018) penderita penyakit gagal jantung
kongestif di Sulawesi Tengah sebesar 1,9%..
Di Kabupaten Poso data yang diperoleh dari RSU Poso, pada tahun
2022 yakitu periode bulan Januari sampai dengan Desember menunjukan
angka kesakitan penderita dengan kasus gagal jantung sebesar 114 Orang
dengan rata-rata setiap bulan ada penderita dengan gagal jantung yang
dirawat Inap sebanyak 9-10 penderita atau sebesar 11,4%.
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah. Masalah yang timbul pada
pasien CHF adalah dyspnea, takikardi, kelelahan, intoleransi aktivitas, retensi
cairan, edema paru, edema perifer, ketidaknyamanan, gangguan pola tidur

1
2

dan kecemasan. Pasien dengan CHF kalau tidak ditangani dengan baik akan
berdampak menurunkan cara kerja jantung yang menyebabkan gangguan
pernafasan dan menimbulkan kematian.
Deteksi dini penting mengingat lebih dari 60% pasien gagal jantung di
indonesia berusia dibawah 50 tahun masih masuk dalam usia produktif dan
masih banyak yang menjadi pencari nafkah bagi keluarga.Penyakit gagal
jantung hampir sama ganasnya dengan kanker umum yang didiagnosa pada
pria dan wanita. Pada pria angka bertahan hidup karena gagal jantung
memiliki tingkat lebih rendah dibanding kanker prostat atau kanker kemih
sementara pada wanita lebih rendah dibanding dari penderita kanker payudara
atau kanker usus.
Komorbit menjadi faktor utama yg mempersulit pengobatan gagal
janutng. Ada dua faktor yang harus kita ingat dalam perawatan atau
penanganan pasien dagan gagal jantung yang pertama harus bisa melakukan
tritmen lebih awal dan harus komprehensif. Faktor kedua mengingat belum
besar kesadaran akan pentingnya perawatan dengan banyaknya pasien yg tdk
melakukan kontrol ke RS setelah merasa lebih baik.Disinilah kita
mengharapkan bukan hanya pasien yg diobati yg kita komunikasi tetapi juga
keluarga, kerabat, atau caregiver untuk memberikan motivasi supaya pasian
tetap mau berobat.
Pada pasien dengan kasus CHF memerlukan asuhan keperawatan
yang komprehensif untuk mencegah terjadinya komplikasi dan meningktakan
kenyamanan pada pasien. Perawat menerapkan proses keperawatan dalam
mengidentifikasi data klinis serta data subjektif dan objektif membantu
menentukan masalah keperawatan yg timbul untuk menentukan intervensi
keperawatan dalam mengurangiatau mencegah masalah kesehatan klien,
seperti manajemen cairan, terapi aktivitas, terapi relaksasi, terapi oksigen,
intervensi ini dilakukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya masalah
keperawatan yang timbul pada penderita CHF dimana tidak hanya berfokus
pada masalah fisiktetapi juga psikis pasien.
3

Berdasarkan penelitian (Febby, Arjuna, 2023)bahwa dukungan


emosional yang diberikan kepada pasien gagal jantung dapat membuat pasien
gagal jantung semakin percaya diri dan meningkatkan keinginan untuk
sembuh dari penyakitnya. Sikap peduli dan selalu memberikan semangat
kepada pasien gagal jantung sangat penting dilakukan oleh keluarga sebagai
orang terdekat bagi pasien. Dukungan ini dapat menyebabkan orang merasa
nyaman, damai, merasa dimiliki dan dicintai saat dia mengalami stres,
memberi dukungan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta
kasih. Dukungan emosional diantaranya ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
Pada pasien gagal jantung muncul permasalahan fisik seperti
hipertensi, ketegangan otot, gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas, retensi
cairan, penurunan kadar oksigen darah arteri, edema paru, edema perifer,
edema paru, mual, telap kaki dan tangan terasa dingin (Yancy et al.2013).Hal
ini sejalan dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Poso di
ruangrawat inap Rosella bahwa pasien dengan kasus CHF mengalami
kondisi-kondisi seperti dyspnea, mudah lelah serta kesulitan beraktivitas,
edema ekstremitas, asites, kesulitan tidur, anoreksia dan berbagai macam
permasalahan yang dialami yang dialami. Permasalahan tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Disamping kondisi fisik yang
terganggu, pasien dengan gagal jantung juga mengalami gangguan psikologis
yang akan semakin memperburuk kondisi pasien dan menyebabkan kualitas
hidup pasien menurun.
Peran perawat dalam penangan pasien denga gagal jantung adalah
untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif termsuk
didalamnya intervensi untuk meringankan gejala pasien, meningkatkan status
fungsional dan kualitas hidup dan memperpanjang kelangsungan hidup
pasien.peran perawat sebagai care provider yaitu berfokus pada pemantauan
tanda-tanda vital dan gejala penurunan curah jantung, penyebab yang
mendasarinya misalnya hivipolemia, pelaksanaan protokol dan program
pengobatan untuk mengatasi penurunan curah jantung dan pelaksanaan
4

tindakan dukungan seperti perubahan posisi dan hidrasi. Selain sebagai


pelaksanan perawatan peran juga berperan sebgai pendidik yaitu untuk
memberikan edukasi pasien dan keluarga untuk mengubah gaya hidup dan
mengontrol kebiasaan perilaku buruk untuk menghindari resiko. Dengan
edukasi semakin banyak pasien yang mengerti bagaimana harus mengubah
perilaku sehingga mereka mampu melakukan perawatan mandiri.
Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan kasus Congestive Heart Failure di Ruang Rosella RSUD Poso.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
yang didapatkan adalah “Asuhan Keperawatan pada pasiendengan kasus
Congestive Heart Failure di Ruang Rosella RSUD Poso.”

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan kasus Congestive Heart Failure di Ruang Rosella RSUD
Poso.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien
dengan kasus Congestive Heart Failure Di Ruang Rosella RSUD
Poso.
b. Mampu merumuskan diagnosisa Keperawatan Pasien pasien dengan
kasus Congestive Heart Failure Di Ruang Rosella RSUD Poso.
c. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien dengan
kasus Congestive Heart Failure Di Ruang Rosella RSUD Poso.
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien
dengan kasus Congestive Heart Failure Di Ruang Rosella RSUD
Poso.
5

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan


kasusCongestive Heart Failure Di Ruang Rosella RSUD Poso.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagipenulis
Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
bagaimana merawat pasien Congestive Heart Failuredengan memberikan
asuhan keperawatan secara langsung.
2. Bagi institusi dan pendidikan
Diharapkan bagi institusi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan
kepada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu khususnya bidang
keperawatan dalam Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus
Congestive Heart Failure di Ruang Rosella RSUD Poso.
3. Bagi pasien
Diharapkan dapat menjadi media informasi terkait manfaat intervensi
keperawatan yang mudah untuk dilakukan sederhana, mudah dan
tentunya lebih aman untuk diaplikasikan kepada pasien dan sudah
dibuktikan oleh penelitian terkait intervensi keperawatan khususnya
dengan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Congestive
Heart Failure di Ruang Rosella RSUD Poso.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Tentang Congestive Heart Failure (CHF)


A. Pengertian CHF
Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi. Gagal jantung kongestif paling sering
digunakan apabila terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Smeltzer
& Bare, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa gagal jantung adalah
keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Hudack.,
2000).Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi
gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, kedua
penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan.
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala (Morton, 2012):
a. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa
hari atau beberapa jam.
b. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa
tahun dan menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.
2. Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya (Morton, 2012):
a. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk
mengisi atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut
diklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
1) Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan
untuk memompa secara adekuat. Penyebab gagal jantung

6
7

kanan yang paling sering terjadi adalah gagal jantung kiri,


tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya
ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak menyebabkan
gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan dapat juga
disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi pulmonary
primer.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat sakitnya (Morton, 2012):
Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung Berdasarkan Derajat
Derajat 1 Tanpa Keluhan Anda masih bisa melakukan aktifitas fisik
sehari-hari tanpa disertai kelelahan
ataupun sesak napas.

Derajat 2 Ringan Aktivitas fisik sedang menyebabkan


kelelahan atau sesak napas, tetapi jika
aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun
hilang.

Derajat 3 Sedang Aktifitas fisik ringan menyebabkan


kelelahan atau sesak napas, tetapi
keluhan akan hilang jika aktivitas
dihentikan.

Derajat 4 Berat Tidak dapat melakukan aktivitas fisik


sehari-hari, bahkan pada saat istirahatpun
keluhan tetap ada dan semakin berat jika
melakukan aktivitas walaupun aktivitas
ringan.

Sumber :(Morton, 2012)


c. Klasifikasi berdasarkan New York Heart Assosiation (NYHA):
Tabel 2.2 Klasifikasi Gagal Jantung Berdasarkan NYHA
NYHA Kelas I Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktifitas fisik
biasa menyebabkan keletihan atau dispnea.

NYHA Kelas II Sedikit keterbatasan fisik. Merasa nyaman saat


istirahat, tetapi aktivitas fisik biasa menyebabkan
8

keletihan atau dispnea

NYHA Kelas III Keterbatasan nyata aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala
terjadi bahkan saat istirahat. Jika aktivitas fisik
dilakukan, gejala meningkat.

NYHA Kelas IV Tidak mampu melaksanakan aktivitas fisik tanpa


gejala. Gejala terjadi bahkan pada saat istirahat, jika
aktivitas fisik dilakukan gejala meningkat.

Sumber :(New York Heart Association, n.d.)


C. Etiologi
Menurut Majid (Majid, 2018) gagal jantung kongestif memiliki
beberapa etiologi atau penyebab, antara lain:
1. Beban Tekanan Berlebihan-Pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel
(systolik overload) dapat menyebabkan hambatan pada pengosongan
ventrikel, sehingga hal ini menurunkan curah ventrikel atau isi
sekuncup.
2. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
Penyebab volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam
ventrikel meninggi yaitu preload yang berlebihan dan melampaui
kapasitas ventrikel (diastolic overload). Berdasarkan prinsip Frank
Starling yakni pada mula-mula curah jantung akan meningkat sesuai
dengan besarnya regangan pada otot jantung, tetapi apabila beban
terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah
jantung justru akan menurun kembali.
a. Peningkatan kebutuhan metabolik-peningkatan kebutuhan yang
berlebihan (demand overload)
Beban kebutuhan metabolik meningkat melebihi
kemampuan daaya dari kerja jantung di mana jantung sudah
bekerja dengan maksimal, maka terjadi keadaan gagal jantung
walaupun curah jantung sudah cukup tinggi, tetapi tidak mampu
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
9

b. Kelainan pada otot jantung


Penderita kelainan otot jantung yang menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung paling sering terjadi pada
pasien gagal jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
c. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan adanya disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Kematian sel
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini yang
secara langsung dapat merusak serabut jantung, dan
menyebabkan kontraktilitas menurun.
d. Hipertensi sistemik/pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertropi serabut jantung. Efek teresebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
e. Penyakit jantung
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat dri penyakit
jantung yang sebenarnya secara langsung mempengaruhi
jantung. Mekanisme biasanya mencakup gangguan pada aliran
darah yang masuk kejantung (stenosis jantung semilunar),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
perikardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), dan
peningkatan mendadak overload.

f. Faktor sistemik
10

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam


perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme, hipoksia dan anemia diperlukan adanya
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik.Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplay
oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga
dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung
lebih rendah dari curah jantung normal (Corwin, 2009).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Apabila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Ketika mekanisme
kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan
diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Insufisensi suplai jantung ditentukan oleh cardiac output.
Faktor yang mempengaruhi atau membentuk cardiac output adalah heart
rate dan strokevolume. Stroke volume jantung dipengaruhi oleh tiga
variabel yaitu preload,contractility, dan afterload. Apabila ketiga
variabel pembentuk stroke volume mengalami gangguan atau kerusakan
maka akan berpengaruh terhadap cardiacoutput yang menyebabkan gagal
jantung (Black & Hawks, 2009).
Suharsono (Suharsono, 2011) dalam penelitiannya menjelaskan
pengaruh ketiga variabel pembentuk stroke volume. Variabel pertama
yaitu preload merupakan volume yang masuk menuju ventrikel kiri
jantung, menggambarkan end diastolik pressure pada kondisi klinik
sering diukur dengan right arterial pressure. Preload selain dipengaruhi
11

oleh volume dalam ventrikel juga dipengaruhi oleh hambatan pengisian


ventrikel. Peningkatan tekanan positif intrapleural seperti pada kasus
pasien dengan asma dan COPD dapat menurunkan pengisian ventrikel.
Apabila volume meingkat maka jantung akan bekerja lebih keras untuk
memompa darah dari kondisi fisiologis/ normal.
Fungsi diastolik jantung ditentukan oleh dua faktor yaitu elastisitas
dan relaksasi miokardial. Relaksasi terjadi pada awal diastolik, pada
ventrikel kiri yang merupakan tempat terjadinya proses aktif yang
menyebabkan pengisian ventrikel kiri. Kehilangan elastisitas dan
relaksasi pada ventrikel kiri akan menyebabkan kerusakan struktur dan
fungsi dari jantung itu sendiri yang berpengaruh terhadap terganggunya
pengisian jantung.
Variabel kedua yang berpengaruh terhadap stroke volume adalah
kontaktilitas otot jantung. Kontraktilitas menggambarkan kekuatan
pompa otot jantung yang dapat diukur dengan menilai fraksi ejeksi (EF).
Pada kondisi normal fungsi sistolik akan mempertahankan EF > 50-55%.
Variabel ketiga adalah afterload merupakan tahanan yang harus
dilawan jantung ketika berkontraksi. Afterload dapat diukur dengan mean
arterial pressure (MAP). Pada kondisi fisiologis, jantung mampu
melawan tahanan afterload sampai 140 mmHg. Tekanan intratorak juga
berpengaruh terhadap afterload.
Gagal jantung khususnya gagal fungsi ventrikel kiri biasanya diawali
dengan penurunan cardiac output. Ketika jantung mulai mengalami
kegagalan, aktivasi neuro-hormonal menghasilkan vasokontriksi
sistemik, retensi cairan, dan natrium untuk meningkatkan cardiac output
dan mempertahankan tekanan darah. Mekanisme kompensasi tersebut
akan berlangsung dalan jangka pendek, akan tetapi proses kerusakan otot
jantung terus terjadi dan dapat semakin memburuk (Black & Hawks,
2009).
Tubuh secara fisiologis akan melakukan kompensasi terhadap respon
yang tidak sesuai. Sebagai bentuk kompensasi, jantung terutama bagian
12

ventrikel akan meningkatkan tekanan secara persisten yang dapat


menyebabkan penebalan dan kekakuan dinding ventrikel. Proses tersebut
disebut sebagai cardiac remodelling. Hasil dari remodelling ini adalah
pembesaran/ hipertrofi dan pompa jantung yang tidak efektif. Keadaan
tersebut memicu aktivasi berlebihan sistem neuro hormonal yang
menyebabkan frekuensi nadi meningkat (tachicardi). Pengaruh dari
perubahan tersebut menyebabkan penurunan perfusi kororner dan
peningkatan konsumsi oksigen untuk organ jantung (Suharsono, 2011).
Kondisi patologi ini menghasilkan gejala seperti sesak nafas akibat
kongesti pembuluh darah paru, intoleransi aktivitas akibat kerusakan
aliran darah ke otot, dan edema akibat retensi cairan (Black
& Hawks, 2009)
13

E. Pathway CHF

Gangguan aliran darah ke Arteriosklerosis Faktor sistemik Penyakit jantung


otot jantung koroner (hipoksia, anemia) (stenosis katup AV,
stenosis katup
temponade
Pasokan oksigen ke pericardium,
Disfungsi miokardium Beban volume berlebihan jantung ↓ perikarditis konstruktif

Kontraktilitas ↓ Beban systole ↑ Beban tekanan berlebihan Beban sistolik berlebihan

Hambatan Peningkatan Hipertensi sistemik


pengosongan kebutuhan pulmonal Preload ↑
ventrikel metabolisme

COP↓ Beban jantung ↑ Atrofi serabut otot Gagal Jantung

Kelainan otot jantung Kontraktilitas ↓ Disfungsi miokard (AMI)


miokarditis

Peradangan dan Serabut otot


penyakit miokardium jantung rusak

Gagal pompa ventrikel


Back failure LVED naik
kiri Gagal pompa
ventrikel kanan

Forward failure Renal flow ↓ RAA↑


Penyempitan
lumen ventrikel
Aldosteron↑ kanan
Suplai darah jaringan ↓ Suplai 𝑂2 otak ↓ Hipertropi
ventrikel kanan
ADH ↑
Metabolismeanaerob Sinkop

Asidosis metabolik Resiko penurunan Retensi Na + H₂O Tekanan Vena


perfusi jaringan Pulmonalis
jantung
ATP ↓
Kelebihan volume Tekanan
cairan kapiler paru↑
Fatigue

Intoleransi
aktivitas Gangguan pertukaran gas Edema paru Beban ventrikel
14

Pitting edema Kerusakan integritas kulit Ronkhi basah Iritasi mukosa paru

Retensi cairan pada Bersihan jalan napas


Penumpukan Refleks batuk
ekstremitas bawah tidak efektif
secret

Tidak dapat Bendungan vena Bendungan Tekanan diastole↑


mengakomodasi sistemik atrium kanan
semua darah yang
secara normal
kembali dari siklus
vena Lien Hepar

Pembesaran vena di Splenomegali Hepatomegali Nyeri


abdomen

Anoreksia dan mual Mendesak diafragma ↑ tekanan Cairan terdorong ke


pembuluh portal rongga abdomen/asites

Ketidakseimbangan Sesak napas Ketidakefektifan


nutrisi kurang dari pola napas Ansietas
kebutuhan tubuh

Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2015)


F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dominan atau sering muncul pada klien
dengan penyakit gagal jantung kongestif adalah meningkatnya volume
intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena
yang meningkat akibat menurunnya curah jantung pada kegagalan
jantung kongestif. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru menuju alveoli, sebagai
akibatnya dapat terjadi edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk
dan napas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat
mengakibatkan edema perifer umum dan penambahan berat badan
(Smeltzer & Bare, 2002).
Penurunan curah jantung pada penyakit gagal jantung kongestif
dimanifestasikan secara luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan
dan organ (perfusi jaringan dan organ menurun/rendah) untuk
menyampaikan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel atau
jaringan. Efek yang dapat terjadi sebagai akibat dari perfusi jaringan
yang rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap
latihan dan panas, ektrimitas dingin, dan haluaran urin berkurang
(oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun , mengakibatkan pelepasan
rennin dari ginjal yang pada gilirannya dapat menyebabkan sekresi
hormone aldosteron, retensi natrium dan cairan serta peningkatan volume
intravaskuler.
Manifestasi klinis gagal jantung kongestif dapat diklasifikasikan
lebih spesifik lagi pada sisi area jantung yang mengalami kelainan atau
kerusakan, berikut adalah penjelasannya:
1. Gagal jantung sisi kiri dan kanan
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema

46
16

paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka


kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan. Tetapi manifestasi klinis kongestif dapat berbeda-
beda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
2. Gagal jantung sisi kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Peningkanan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi
meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat
(takikardia) dengan bunyi denyut S1, kecemasan dan kegelisahan.
Dispnea terjadi sebagai akibat penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi
ketika istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau
sedang. Dapat terjadi ortopnu, kesulitan bernapas ketika berbaring.
Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari, suatu
kondisi yang dinamakan proximal noktural dyspnea (PND). Hal ini
terjadi bagi pasien yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki
dan tangan dibawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah
beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstrimitas yang sebelumnya
berada dibawah mulai di absorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah
terganggu tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan
adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan
dampak lebih lanjut adalah cairan berpindah ke alveoli.
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering
dan tidak produktif tetapi yang tersaring adalah batuk basah, yaitu
batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak
yang kadang disertai darah.
Mudah Lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Kelelahan juga
17

dapat terjadi sebagai akibat meningkatnya energy yang digunakan


untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan
dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigen
jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa
jantung tidak berfungsi dengan bak. Seringkali ketika terjadi
kecemasan, terjadi juga dispnea yang pada gilirannya memperberat
kecemasan.
3. Gagal jantung sisi kanan
Apabila kerusakan atau kegagalan terjadi pada ventrikel kanan
jantung maka manifestasi klinis yang menonjol adalah kongesti
visera dijaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga
tidak dapat mengakomodasi atau memenuhi semua darah yang
secara normal kembali ke sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang
tampak meliputi edema ektrimitas bawah (edema dependen) yang
biasanya merupakan pitting edema, pertambahan BB, hepatomegali,
distensi vena leher asites (penimbunan cairan di dalam rongga
peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan
secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan pada, akhirnya dapat
mencapai bagian genital eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema
sacral sering terjadi pada pasien dengan kondisi berbaring lama (bed-
rest), karena daerah sacral menjadi daerah yang dependen. Pitting
edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah
penekanan ringan dengan ujung jari, akan terlihat jelas setelah terjadi
retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5kg.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Apabila proses ini
berkembang , maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi
18

yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan di rongga abdomen


dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernapasan.
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual akibat
pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abdomen.
Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari terjadi karena
perfusi renal di dukung oleh posisi klien pada saat berbaring.
Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung
akan membaik dengan istirahat.
Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan
karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan
pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari
jaringan.
G. Komplikasi
Komplikasi dari CHF yang mungkin akan terjadi adalah :
1. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel
kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri
mengalami kerusakan yang luas, otot jantung kehilangan kekuatan
kontraksinya, menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi
jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Episode tromboemboli
Kurangnya mobilisasi pasien penyakit jantung dan adanya
gangguan sirkulasi yang menyertai kelainan ini berperan dalam
pembentukan trombus intrakadial dan intravaskuler. Begitu pasien
meningkatkan aktivitasnya setelah mobilisasi lama sebuah trombus
dapat terlepas (embolus) dan dapat terbawa ke otak, ginjal dan usus
(Smeltzer & Bare, 2002).
Efusi perikardial masuknya cairan kedalam perikardium.
Perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan perikardium
sampai ukuran maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung
19

serta aliran balik ke jantung, hasil akhir proses ini adalah temponade
jantung (Smeltzer & Bare, 2002)
3. Aritmia
Pasien dengan CHF memiliki kemungkinan besar mengalami
aritmia. Hal tersebut dikarenakan adanya pembesaran ruangan
jantung (peregangan jaringan atrium dan ventrikel) menyebabkan
gangguan kelistrikan jantung. Gangguan kelistrikan yang sering
terjadi adalah fibrilasi atrium. Pada keadaan tersebut, depolarisasi
otot jantung timbul secara cepat dan tidak terorganisir sehingga
jantung tidak mampu berkontraksi secara normal. Hal tersebut
menyebabkan penurunan cardiac output dan resiko pembentukan
trombus ataupun emboli. Jenis aritmia lain yang sering dialami oleh
pasien CHF adalah ventricular takiaritmia, yang menyebabkan
kematian mendadak pada penderita (Black & Hawks, 2009).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk
mendiagnosis adanya gagal jantung antara lain foto thorax, EKG 12
lead, ekokardiografi, pemeriksaan darah, pemeriksaan radionuklide,
angiografi dan tes fungsi paru (Gillespie, 2005; Santoso A, Erwinanto,
Munawar M & R, Rifqi S, 2007; Watson et al., 2000).
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran
siluet jantung (cardio thoraxic ratio> 50%), gambaran kongesti vena
pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan
vena pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran cairan
pada fisura horizontal dan garis Kerley B pada sudut kostofrenikus.
Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwing
pada lapangan paru yang menunjukkan adanya udema paru
bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi
bila unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan (Lip et
al., 2000).
20

Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal


pada hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun
gambaran normal dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang
sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST – T,
hipertrofi ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium.
Bila gambaran EKG dan foto dada keduanya menunjukkan gambaran
yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab dispneu
pada pasien sangat kecil kemungkinannya (Kabo & Sjukri, 1996).
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat
berguna pada gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan
gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita
yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah : semua pasien dengan
tanda gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan
murmur, sesak yang berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta
penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark miokard
anterior, hipertensi tak terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat
mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui
adanya gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli(Kabo & Sjukri,
1996).
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia
sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya
penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat
akibat berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat
timbul hiponatremiadilusional, karena itu adanya hiponatremia
menunjukkan adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan serum
kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan
ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi
peningkatan serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting
enzyme inhibitor dan diuretik dosis tinggi. Pada gagal jantung berat
dapat terjadi proteinuria (Jackson et al., 2000; Kabo & Sjukri, 1996).
21

Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik tanpa


suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Hiperkalemia
timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal,
penggunaan ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada gagal
jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH)
gambarannya abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil
lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan
(Abraham & Scarpinato, 2002; Lip et al., 2000).
Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal
jantung. Angiografi ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi
yang global maupun segmental serta mengetahui tekanan diastolik,
sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan
sebelah kanan (atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis)
serta pulmonary artery capillary wedge pressure(Abraham & Scarpinato,
2002; Lip et al., 2000).
I. Penatalaksanaan
Menurut (Munandar, 2019), penatalaksanaan CHF meliputi:
1. Non farmakologi
a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktivitas.
2) Diet pembatasan natrium (<4 gr/hari) untuk menurunkan
edema.
3) Menghentikan obat-obatan yang mempengaruhi NSAID
karena efek prostagladin pada ginjal menyebabkan retensi
dan natrium.
4) Pembatasan cairan (±1200-1500 cc/hari).
5) Olahraga secara teratur.
b. CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
22

2) Pembatasan cairan (1,5 liter/hari)


2. Farmakologi
Tujuan : untuk mengurangi afterload dan preload.
a. First line drugs:diuretic
Tujuan : Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan
mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolik.
Obatnya adalah : Thiazide diurestics untuk CHF sedang, loop
diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic.
b. Second line drugs:ACE inhibitor.
Tujuan : membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja
jantung. Obatnya adalah:
1) Digoxin:meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak
digunakan untuk kegagalan diastic yang mana dibutuhkan
pengembangan ventrikel untuk relaksasi.
2) Hidralazin :menurunkan afterload pada disfungsi
sistolik.
3) Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload
untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi
sistolik.
4) Calcium Chanel blocker : untuk kegagalan diastolik,
meningkatkan relaksasi dan pengisian ventrikel (jangan
digunakan pada CHF kronik).
5) Beta blocker :sering dikontraindikasikan karena menekan
respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk
mengurangi HR, mencegah iskemik miokard, menurunkan
T, hipertrofi ventrikel kiri.
c. Pendidikan kesehatan
1) Informasikan pada pasien, keluarga dan pemberi perawatan
tentang penyakit dan penanganannya.
2) Monitoring difokuskan pada : monitoring BB setiap hari
dan intake natrium.
23

II. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart Failure


A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gagal jantung merupakan salah satu
aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk
merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar
mengenai informasi status terkini klien tentang pengkajian sistem
kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian sistematis pasien
mencakup riwayat yang cermat, khususnya yang berhubungan dengan
tanda dan gejala. Terjadi kelemahan fisik secara umum, seperti nyeri
dada, dispnea, diaphoresis(Muttaqin, 2012).
1. Identitas pasien
a. Umur
Prevelensi CHF mengikuti pola eksponensial, meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, dan terjadi pada 6-10%
populasi dengan usia diatas 65 tahun (Loscalzo, 2015).
b. Jenis kelamin
Insiden CHF pada perempuan relatif lebih rendah dari pada
laki-laki, prevelensi CHF pada perempuan setidaknya mencapai
50% kasus karena harapan hidupnya yang lebih panjang
(Loscalzo, 2015).
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan CHF adalah kelemahan saat
beraktivitas dan sesak napas.
3. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan menganai kelemahan fisik
pasien serta PQRST, yaitu :

a. Provoking incident :
24

Kelemahan fisik terjadi setela melakukan aktivitas ringan


sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung (lihat
klasifikasi jantung).
b. Quality of paint:
Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas
yang dirasakan atau digambarkan pasien. Biasanya disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
c. Region: radiation, relief :
Apakah kelemahan fisik bersifat local atau memengaruhi
keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
d. Severity (scale) of pain:
Kaji tentang kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Biasanya kemampuan pasien dalam beraktivitas
menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
e. Time :
Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan
beraktifitas biasaya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi)
kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat maupun saat
beraktivitas.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung dikaji dengan menanyakan
apakah sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada, hipertensi,
iskemia miokardium, infark miokardium, diabetes mellitus, dan
hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh
pasien pada masa yang lalu yang masih relevan dengan kondisi saat
ini. Obat-obatan ini meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta,
serta antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjaddi di masa
lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali pasien
menafisrkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
25

5. Riwayat keluarga
Perawatan menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluargaa yang meninggal terutama pada usia
produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik
pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor
risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
6. Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawatan menanyakan situasi tempat pasien bekerja dan
linngkungannya. Kebiasaan social dengan menanyakan kebiasaan
dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu.
Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan
merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis
rokok.
7. Pengkajian Psikososial
Kegelisahan dan kecemasan akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas, dan pengetahuan bahwa
jantung tidak berfunsgi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari
curah jantung dapat disertai insomnia atau kebingungan.
Terdapat perubahan integritas ego didapatkan pasien
menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada
penyakit yang tak perlu, khawatir dengan keluarga, kerja, dan
keuangan. Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri.
Interaksi social: stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada.
8. Aktivitas dan istirahat (Doenges, 2000)
a. Gejala
1) Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari
2) Insomnia
3) Nyeri dada dengan aktivitas
4) Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
26

b. Tanda
1) Gelisah, perubahan status mental, mis. Letargi
2) Tanda vital berubah pada aktivitas
9. Sirkulasi
a. Gejala
1) Riwayat Hipertensi, penyakit katub jantung, bedah jantung,
endokarditis, SLE, anemia, syok septik
2) Edema pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda
1) TD: mungkin rendah (gagal pemompaan), normal (gagal
jantung ringan atau kronis), atau tinggi (kelebihan beban
cairan)
2) Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukkan penurunan
volume sekuncup
3) Frekuensi jantung : takikardia (gagal jantung kiri)
4) Irama Jantung : disritmia, mis; vibrilasi atrium, kontraksi
ventrikel premature
5) Bunyi jantung :S3 (gallop) adalah diagnostic; S4 dapat
terjadi ; S1 dan S2 mungkin melemah
6) Murmur sistolik dan diastolic dapat menandakan adanya
stenosis katup atau insufisiensi
7) Nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat mis, nadi
jugularis, karotis, abdominal terlihat
8) Warna: kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
9) Punggung kuku : pucat atau sianosis dengan CRT lambat
10) Hepar : hepatomegali
11) Bunyi nafas : krekels, ronki
12) Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khusunya
pada ekstremitas
10. Integritas ego
27

a. Gejala
1) Ansietas, kuatir, takut
2) Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan
financial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
b. Tanda
1) Berbagai manifestasi perilaku, mis; ansietas, marah,
ketakutan, mudah tersinggung.
11. Eliminasi
a. Gejala
1) Penurunan berkemih, urine berwarna gelap
2) Berkemih malam hari nokturia
3) Diare/konstipasi
12. Makanan/ cairan
a. Kehilangan nafsu makan
b. Mual/muntah
c. Penambahan berat badan signifikan
d. Pembengkakan pada ekstremitas bawah
e. Pakaian/sepatu terasa sesak
f. Diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula,
dan kafein
g. Penggunaan diuretic
13. Higiene
a. Gejala: keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
perawatan diri
b. Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
14. Neurosensori
a. Gejala: kelemahan, pening, episode pingsan
b. Tanda: letargi, kusut piker, disorientasi, perubahan perilaku,
mudah tersinggung
15. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala
28

1) Nyeri dada, angina akut atau kronis


2) Nyeri abdomen kanan atas
3) Sakit pada otot
b. Tanda
1) Tidak tenang gelisah
2) Focus menyempit( menarik diri)
3) Perilaku melindungi diri
16. Pernapasan
a. Gejala
1) Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan
beberapa bantal
2) Batuk dengan/tampa pembentukan sputum
3) Riwayat penyakit paru kronis
4) Penggunaan bantuan pernafasan, mis; oksigen atau
medikasi.
b. Tanda
1) Pernapasan : Takipnea, napas dangkal, pernapasan labored;
penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal faring
2) Batuk: kering/ nyaring/ nonproduktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pembentukan sputum
3) Sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih
(edema pulmonal)
4) Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan krakles
basilar dan mengi
5) Fungsi mental: mungkin menurun; letargi; kegelisahan
6) Warna kulit : pucat atau sianosis

17. Keamanan
a. Gejala
1) Perubahan dalam fungsi mental
2) Kehilangan kekuatan/tonus otot
29

3) Kulit lecet
18. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum pasien gagal jantung
biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau composmentis
dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perfusi system saraf pusat (Muttaqin, 2009).
b. Tanda-tanda vital
1) TD : Mungkin rendah (gagal pemompa), normal (gagal
jantung ringan atau kronis), atau tinggi ( kelebihan beban
cairan)
2) Tekanan Nadi : Mungkin sempit, menunjukkan penurunan
volume sekuncup
3) Nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat mis, nadi
jugularis, karotis, abdominal terlihat
4) Penambahan berat badan cepat
5) Respirasi meningkat, dispnea
c. Pemeriksaan Fisik (Kepala, Rambut, Wajah)
Tidak terdapat perubahan atau lesi pada kepala (simetris)
dan rambut, wajah meringis, menangis, merintih, dan meregang.
d. Sistem Pengelihatan
Conjungtiva tidak anemis, sclera ikterus
e. Sistem Pencernaan
Terjadi hepatomegali (pembesaran hepar), penurunan
nafsu makan akibat pembesaran vena di dalam rongga abdomen,
serta penurunan berat badan. Asites, tanda yang muncul pada
tahap lanjut, terjadi akibat peningkatan tekanan vena hepatica
dan vena-vena pada peritoneum, nyeri abdomen kanan atas.
f. Sistem pernafasan
30

Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti


vascular pulmonal adalah dispnea ortopnea, dispnea nocturnal
paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut. Crackles atau
ronki basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior
paru. Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum
crackles dianggap sebagai kegagalan pompa, pasien harus
diinstruksikan untuk batuk dalam guna membuka alveoli yang
mungkin dikompresi dari bawah diafragma. Penggunaan otot
bantu pernafasan.
g. Sistem Kardiovaskuler
1) Inspeksi
Respirasi meningkat, dispnea, vena leher dengan JPV
meningkat
2) Auskultasi
Bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) serta
crackles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, ,mengikuti
kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan bel
stetoskop yang ditempelkan dengan tepat di apeks jantung.
3) Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali)
4) Palpasi
Palsasiperifer menurun, Hati teraba di arkus aorta
kanan, Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena
porta sistemik meningkat, Edema menyebabkan pitting.
h. Sistem Pesyarafan
Nervus cranialis I-XII berfungsi dengan baik, GCS
(Glaucoma Scale) E4V5M6, orientasi waktu dan tempat baik.
i. Sistem Endokrin
Peningkatan tyroid menunjukkan hiperaktivitas tyroid
sebagai pencetus gagal jantung kongestif (Doenges, 2000).
31

j. Sistem Muskuloskeletal
Terdapat edema pada extremitas menandakan adanya
retensi cairan yang parah (Muttaqin, 2009).
k. Sistem Integumen, Kuku, dan Imunitas
1) Inspeksi
Punggung kuku pucat atau sianosis dengan pengisian
kapiler lambat, warna kebiruan, pucat.
B. Diagnosis
Diagnosis Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yag berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami
penyakit CHF menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI):
1. Penurunan curah jantung(D.0008) berhubungan perubahan irama
jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas,
perubahan preload dan perubahan afterload.
2. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan, imobilitas dan gaya hidup monoton.
3. Hipervolemia (D.0023) berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium,
gangguan aliran balik vena dan efek agen farmakologis (mis.
kartikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide, vincristine,
tryptilinescarbamazepine).
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-
kapiler.
32

5. Ansietas(D.0080) berhubungan dengan ancaman terhadap konsep


diri, ancaman terhadap kematian dan kurang terpapar informasi.
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan tahapan selanjutnya dari diagnosis
keperawatan yang sudah ditegakkan. Dalam rencana keperawatan pada
gagal jantung kongestif penulis akan lebih fokus pada rencana untuk
diagnosis intoleransi aktivitas.
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kritera hasil Intervensi
SLKI
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen energi
Definisi: keperawatan diharapkan masalah 2. Terapi aktivitas
Ketidakcukupan energi untuk intoleransi aktivitas dapat teratasi 3. Dukungan ambulasi
melakukan aktivitas sehari-hari. dengan kriteria hasil : 4. Dukungan kepatuhan
(L.05047) program pengobatan
Penyebab : 1. Frekuensi nasi meningkat 5. Dukungan perawatan
a. Ketidakseimbangan antara 2. Saturasi oksigen meningkat diri
suplay dan kebutuhan 3. Kemudahan melakukan 6. Dukungan spiritual
oksigen aktivitas sehari-hari meningkat. 7. Dukungan tidur
b. Tirah baring 4. Kecepatan berjalan meningkat. 8. Edukasi latihan fisik
c. Kelemahan 5. Jarak berjalan meningkat. 9. Edukasi teknik
d. Imobilitas 6. Keluhan lelah menurun. ambulasi
e. Gaya hidup monoton 7. Dispnea saat aktivitas menurun. 10. Pemantauan tanda
8. Dispnea setelah aktivitas vital
Batasan karakteristik :
menurun. 11. Pemberian obat

Gejala dan tanda mayor 9. Perasaan lemah menurun 12. Pemberian obat
10. Tekanan darah membaik intravena
Subjektif : 13. Pemberian obat oral
14. Terapi aktivitas
Mengeluh lelah.
15. Terapi musik
Objektif : 16. Terapi oksigen
17. Terapi relaksasi otot
Frekuensi jantung meningkat >20%
progresif
dari kondisi istirahat
33

Gejala dan tanda minor

Subjektif :

a. Dispnea saat/setalah
beraktivitas
b. Merasa tidak nyaman saat
beraktivitas
c. Merasa lemah

Objektif :

a. Tekanan darah berubah


>20% dari kondisi istirahat
b. Gambaran EKG menunjukan
Aritmia saat/setelah
beraktivitas.
c. Gambaran EKG menunjukan
Iskemia
d. Sianosis
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen cairan
Definisi : keperawatan diharapkan masalah 2. Manajemen elektrolit
Ketidakadekuatan jantung penurunan curah jantung dapat 3. Manajemen nyeri
memompa darah untuk memenuhi teratasi dengan kriteria hasil : 4. Manajemen syok
kebutuhan metabolisme tubuh (L.02008) 5. Pemantauan cairan
1. Kekuatan nadi perifer 6. Pemantauan
Penyebab : meningkat elektrolit
a. Perubaan irama jantung 2. Ejection fraction(EF) 7. Pemantauan tanda
b. Perubahan frekuensi jantung meningkat vital
c. Perubahan kontraktilitas 3. Lelah menurun 8. Pemberian obat
d. Perubahan preload 4. Edema menurun 9. Pemberian obat
e. Perubahan afterload 5. Distensi vena jugularis intravena
menurun 10. Pemberian obat oral
Batasan karakteristik :
6. Dispnea menurun 11. Pemberian produk

Gejala dan tanda mayor 7. Oliguria menurun darah


8. Sianosis menurun 12. Pencegahan
Subjektif : 9. Tekanan darah membaik perdarahan
a. Perubahan irama jantung 10. Capillary refill time (CRT) 13. Pengontrolan
seperti palpitasi
34

b. Perubhan preload seperti membaik perdarahan


tanda-tanda lelah
c. Perubahan afterload seperti
dispnea
d. Perubahan kontraktilitas
paroksimal nokturnal
dyspnea (PND), ortopneu dan
batuk
Objektif:
a. Perubahan irama jantung
seperti
bradikardia/takikardia,
gambaran EKG aritmia atau
ganguan konduksi.
b. Perubahan preload seperti
edema, distensi vena
jugularis, Central Venous
Preassure (CVP)
meningkat/menurun,
hepatomegali.
c. Perubahan afterload seperti
tekanan darah
meningkat/menurun, nadi
perifer teraba, capillary Refill
time > 3 detik, oliguria warna
kulit pucat dan sianosis
d. Perubahan kontraktilitas
seperti terdengar suara
jantung S3 dan atau S4.
3. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Manejemen
Definisi : keperawatan diharapkan masalah hipovolemia
Peningkatan volume cairan hipovolemia dapat teratasi dengan 2. Pemantauan cairan
intravaskuler interstitial dan atau kriteria hasil :
intraseluler (L.03020)
1. Asupan cairan meningkat
Penyebab : 2. Output urin meningkat
a. Gangguan mekanisme 3. Membran mukosa lembab
35

regulasi meningkat
b. Kelebihan asupan cairan 4. Edema menurun
c. Kelebihan asuhan natrium 5. Dehidrasi menurun
d. Gangguan aliran balik vena 6. Tekanan darah membaik
e. Efek agen farmakologis 7. Frekuensi nadi membaik
(misal kortikosteroid, 8. Kekuatan nadi membaik
chlorpropamide tolbutamide, 9. Turgor kulit membaik
vinscristine)

Batasan karakteristik :

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

a. Ortopnea
b. Dispnea
c. Paroxysmal nokturnal
dyspnea (PND)

Objektif :

a. Edema Anasarka dan edema


perifer
b. Berat badan meningkat
dalam waktu singkat
c. Jugular venous pressure
(JPV) dan /atau central
venous pressure (CVP)
meningkat.
d. Refleks hepatojugular positif

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (Tdak ada)

Objektif :

a. Distensi vena jugularis


b. Terdengar suara nafas
tambahan
36

c. Hepatomegali
d. Kadar hemoglobin (HB) dan
hematokrit (HT) turun
e. Oliguria
f. Intake lebih banyak dari
output
g. Kongesti paru
4. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi oksigen
Definisi: keperawatan diharapkan masalah 2. Dukungan ventilasi
Kelebihan atau kekurangan gangguan pertukaran gas dapat 3. Pemantauan respirasi
oksigenasi dan atau eliminasi teratasi dengan kriteria hasil :
karbondioksida pada membran (L.01003)
alveolus-kapiler. 1. Dispnea menurun
2. Bunyi napas tambahan menurun
Penyebab: 3. Pusing menurun
a. Ketidakseimbangan ventilasi- 4. Pengliahatan kabur menurun
perfusi. 5. Diaforesis menurun
b. Perubahan membran 6. Gelisah menurun
alveolus-kapiler. 7. Napas cuping hidung menurun
8. PCO₂ membaik
Batasan katakteristik
9. PO₂ membaik

Gejala dan tanda mayor 10. Takikardia membaik


11. pH arteri membaik
Subjektif: 12. sianosis membaik
13. pola napas membaik
Dispnea
14. warna kulit membaik
Objektif:

a. PCO₂ meningkat/menurun.
b. PO⁰ menurun
c. Takikardia
d. pH arteri
meningkat/menurun.
e. Bunyi napas tambahan.

Gejala dan tanda minor


37

Subjektif:

a. Pusing
b. Penglihatan kabur

Objektif

a. Sianosis
b. Diaforesis (berkeringat)
c. Gelisah
d. Napas cuping hidung
e. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
reguler/ireguler,
dalam/dangkal)
f. Warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan).
g. Kesadaran menurun
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Reduksi ansietas
Definisi: keperawatan diharapkan masalah 2. Terapi Relaksasi
Kondisi emosi dan pengalaman ansietas dapat teratasi dengan
subjektif individu terhadap objek kriteria hasil :
yang tidak jelas dan spesifik akibat (L.09093)
antisipasi bahaya yang 1. Verbalisasi kebingungan
memungkinkan individu menurun.
melakukan tindakan untuk 2. Verbalisasi khawatir akibat
menghadapi ancaman. kondisi yang dihadapi menurun
3. Perilaku gelisah menurun.
Penyebab: 4. Perilaku tegang menurun.
a. Krisis situasional. 5. Konsentrasi membaik
b. Kebutuhan tidak terpenuhi. 6. Pola tidur membaik perasaan
c. Krisis maturasional. ketidakberdayaan membaik.
d. Ancaman terhadap konsep diri.
e. Ancaman terhadap kematian.
f. Kekhawatiran mengalami
kegagalan.
g. Disfungsi sistem keluarga.
h. Hubungan orang tua-anak tidak
38

memuaskan
i. Faktor keturunan (tempramen
mudah teragitasi sejak lahir).
j. Penyalahgunaan zat terpapar
bahaya lingkungan (mis.
toksin, polutan dll).
k. Kurang terpapar informasi.

Batasan karakteristik

Gejala dan tanda mayor

Subjektif:

a. Merasa binggung.
b. Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi.
c. Sulit berkonsentrasi

Objektif:

a. Tampak gelisah.
b. Tampak tegang.
c. Sulit tidur.

Gejala dan tanda minor:

Subjektif:

a. Mengeluh pusing.
b. Anoreksia.
c. Palpitasi.
d. Merasa tidak berdaya.

Objektif:

a. Frekuensi napas meningkat.


b. Frekuensi nadi meningkat.
c. Tekanan darah meningkat.
d. Diaforesis (berkeringat).
e. Tremor.
39

f. Muka tampak pucat.


g. Suara bergetar.
h. Kontak mata buruk.
i. Sering berkemih.
j. Berorientasi pada masa lalu.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik yang bertujuan untuk membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang telah mencakup
peningkatan kesehatan, pencegaha penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Pelaksanaan keperawatan atau
implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang
terjadi.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses keperawatan.
Pada tahap evaluasi perawatat dapat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah
sasaran dari rencana keperawatan telah dapat diterima.
III. Masalah keperawatan dan intervensinya berdasarkan evidence based
nursing pada pasien CHF
1. Intoleransi aktivitas menurut Herdman (2015) adalah ketidakcukupan
energi fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.Intoleransi
aktivitas pada pasien dengan gagal jantung kongestif seringdirumuskan
sebagai salah satu permasalahan yang sering dialami oleh penderita
penyakit ini, hal ini disebabkan karena jantung tidak mampu untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk mampu memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen akibat dari kerusakan
40

sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung, sehingga bisa
melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung sehingga produksi energi
menjadi berkurang (Wartonah, 2015).Menurut penelitian(Dwi Astuti &
Safrudin, 2020)masalah pada pasien CHF yaitu Intoleransi Aktivitas
(D.0056) dapat teratasi dengan Home-Based Exercise Training (HBET).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Home-Based Exercise
Training dapat membantu meningkatkan kapasitas fungsional yaitu
intoleransi aktivitas pada pasien dengan gagal jantung.
2. Penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan jantung dalam
memompadarah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Salah satu tanda dan gejala penurunan curah jantung
adalah perubahan afterload yang ditandai dengan dyspnea (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Hal ini menyebabkan volume akhir diastolik
atau preload pada ventrikel secara progresif meningkat. Tegangan yang
dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh darah.
Semakin berlebih beban awal ventrikel maka semakin sedikit darah yang
mampu dipompa keluar sehingga afterload menurun. Akibatnya volume
sekuncup, curah jantung dan tekanan darah menurun (Corwin,
2012).Menurut Penelitian (Betrix Maharani Kusumaningrum,
2022)masalah pada pasien CHF yaitu Penurunan Curah Jantung (D.0008)
dapat diatasi denganDistrasi Slow Deep Breathing.
3. Hipervolemia adalah kondisi ketika kadar bagian yang cair pada darah
(plasma) terlalu tinggi. Hipervolemia adalah peningkatan volume cairan
intravascular, interstisial, dan intraseluler (PPNI, 2017). Pasien gagal
jantung kongestif, kelebihan volume cairan terjadi ketika sisi jantung
bagian kanan tidak mampu untuk mengontrol aliran darah yang datang
menyebabkan tidak dapat mendorong volume tersebut sehingga tekanan
vena meningkat dalam sirkulasi sistemik, kemudian cairan akan bocor
keluar dan terjadi pembesaran organ, edema bahkan asites. Hipervolemia
sangat erat kaitannya dengan kematian karena adanya peningkatan
41

volume cairan dan terdapat beberapa komplikasi seperti edema paru,


penyembuhan luka yang tertunda, kerusakan jaringan dan gangguan
fungsi usus (Yoko, 2019).Menurut penelitian(Sahara & W. Harianto,
2021) masalah pada pasien CHF yaitu Hipervolemia (D.0022) dapat
teratasi dengan Terapi Contrast Bath dan Elevasi Kaki 30°. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa teratasi dengan Terapi Contrast
Bath dan Elevasi Kaki 30° dapat mengurangi derajat edema pada pasien
gagal jantung kongestif.
4. Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau kekurangan
oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus
kapiler.(SDKI,2016).Terjadinya gangguan pertukaran gas pada
Congestive Heart Failure menunjukkan kapasitas difusi menurun antara
lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi,penebalan
membrane alveolar kapiler,terganggunya pengangkutan O2 dari paru ke
jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik dan terganggunya aliran
darah(Bariyatun, 2018).Menurut penelitian(Wahyuni, 2022)masalah pada
pasien CHF yaitu gangguan pertukan gas (D.0003) dapat teratasi dengan
Pemberian Posisi Fowler.
5. Kecemasan (anxiety) adalah keadaan emosional yang ditandai dengan
ketegangan somatic seperti berkeringat, jantung berdetak cepat, dan
seringkali merasa kesulitan bernapas (Schwartz, 2000).Pasien yang
menderita gagal jantung biasanya mengalami kecemasan dikarenakan
kesulitan mempertahankan oksigenisasi yang adekuat, sehingga
menimbulkan perasaan gelisah dan sulit bernafas (Smeltzer & Bare,
2013).Menurut penelitian(Ferani & Taharuddin, 2021)masalah pada
pasien CHF yaitu Ansietas (D.0080) dapat teratasi dengan Pijat
Punggung. Hasil penelitian tersebut menunjukan dari adanya
transformasi pada rasa cemas pasien yang membuat pasien menjadi
rileks.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah kualitatif
dengan pendekatan studi kasus (case study). Penelitian studi kasus ini adalah
untuk mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada pasien Congestive Heart
Failure di Ruang Rosella RSUD Poso.

B. Focus study
Studi kasus dalam penelitian ini berfokus pada Asuhan Keperawatan
pada pasienCongestive Heart Failure di Ruang Rosella RSUD Poso.

C. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek study adalah 1 orang
pasien dengan penyakit Congestive Heart Failuredengan kriteria pasien
sebagai berikut yaitu pasien yang memiliki derajat 1 dengan pasienmasih bisa
melakukan aktifitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak
napasdan derajat 2 yaitu dengan pasien aktivitas fisik sedang menyebabkan
kelelahan atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan
pun hilang.

D. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini akan dilakukan RSUD Poso pada bulan Mei tahun 2023,
dan dilakukan selama 1 minggu.

E. Definisi operasional
1. Asuhan keperawatan CHF
Asuhan keperawatan pada pasien CHF adalah suatu proses pemberian
tindakan asuhan keperawatan melalui bentuk pelayanan yang sistematis
dan teoritis dari pengkajian, menegakkan diagnosa terhadap semua
permasalahan CHF.

42
43

2. Pasien CHF
Congestive Heart Failure adalah pasien dengan CHFyang memiliki
klasifikasi derajat 1 dan 2

F. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakannya itu dengan 3 cara :
1. Metode wawancara
Data yang didapatkan dalam metode wawancara yaitu dengan hasil
anamnesis tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat keluhan
utama, riwayat keluhan sekarang, dahulu, keluarga.Wawancara dilakukan
pada pasien, keluarga, atau perawat.
2. Metode observasi
Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui pemeriksaan fisik pada pasien yaitu dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi pada sistem tubuh.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan pengambilan data melalui.

G. Analisa data
Dalam penelitian ini, analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan sejak
peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan data dan sampai dengan semua
sumber data lain yang terkumpul. Analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting da yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Adapun urutan tahapan dalam menganalisis data yaitu :
1. Pengumpulan data
Data yang terkumpul dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi.Hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat
44

dalam bentuk catatan lapangan, yang kemudian dibuat lagi dalam catatan
yang lebih terstruktur.
2. Mereduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada data-data yang penting, dicari teman dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Bentuk penyajian data dapat dilakukan dengan tabel,
gambar, bagan, teks naratif.Identitas klien menggunakan inisial, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan identitas klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan
perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induksi yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan dan fakta-
fakta yang diuji kebenarannya.Data yang dikumpulkan terkait dengan
data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

H. Etik penelitian
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.
Sebelum memberikan lembar persetujuan peneliti akan menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti yang akan dilakukan.
2. Anomity ( tanpa nama )
45

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan


jaminan dan penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, dan
hanya mencantumkan inisial huruf pertama pada nama klien.
3. Prinsip autonomy
Prinsip autonomy di dasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu keputusan sendiri.Dalam melakukan
tindakan perawatan harus jujur dan mengungkapkan sesuai dengan
kenyataan yang ada.
4. Confidientially ( kerahasiaan )
Semua yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh
peneliti, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi
yang telah di kumpulkan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
5. Prinsip justices
Prinsip ini menekan pada aspek keadilan, dimana dalam melakukan
penelitian perawat tidak memandang dari segi ras, suku, agama,
ekonomi, dan lainnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Pengkajian telah dilaksanakan pada hari minggu tanggal 05 Juni 2023
pukul 15:20 WITA di RSUD Poso terletak di jalan Jendral Sudirman
nomor 33 kelurahan kasintuwu, kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten
Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Rumah Sakit Umum Daerah Poso
memiliki Ruang Rawat Keperawatan dan Ruang Rawat Kebidanan,
penelitian ini dilakukan di Ruangan Rosella Kamar B. Ruang ini memiliki
perawat ruangan yang terampil.

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Congestive Heart Failure
NYHA IV yang telah dilaksanakan di ruangan Rosella RSUD Poso pada
tanggal 05-12 Juni 2023. Gambaran Asuhan keperawatan yang telah
peneliti lakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa
keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan sampai melakukan evaluasi keperawatan.
1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. M, umur 71 tahun, pendidikan terakhir SD
sederajat, pekerjaan petani, beragama kristen, status perkawinan Duda
dan diagnosa medis Congestive Heart Failure. Klien di rawat sejak 4
Juni 2023, dilakukan pengkajian tanggal 5 Juni 2023. Penanggung
jawab Tn. M, umur 68 tahun yang merupakan saudara kandung klien
yang bekerja sebagai petani dan tinggal di desa Watuawu.
2. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan saat ini
Status kesehatan saat ini klien mengatakan sesak, sesak dirasakan
ketika beraktivitas dan selesai beraktivitas, keluhan dirasakan

46
47

sejak ± 1 minggu yang lalu dan pasien juga mengatakan tubuhnya


terasa lemah dan lelah sebelumnya. Pada saat klien berjalan dari
tempat tidur rumah sakit sampai kamar mandi pasien merasa
sesak. Terdapat edema diektremitas bawah kiri dan kanan sejak 2
bulan yang lalu, dengan derajat edema grade 4. Klien juga
merasakan pusing. Klien tidak mengetahui penyakit yang
dideritanya.
b. Riwayat penyakit
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyait yang sama dengan dirinya, pasien juga tidak
mengetahui apakah keluarganya memiliki penyakit keturunan
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus dan asma.
3. Pola kebiasaan pasien
Pemeriksaan pola fungsi pada Tn. M dilakukan dengan metode
wawancara langsung pada klien dan keluarga dan didapatkan hasil
sebagai berikut.
a. Kebiasaan
Klien memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti, merokok
sehari sebanyak 1 bungkus, meminum alkohol setiap malam dan
meminum kopi setiap pagi dan sore.
b. Nutrisi
Nutrisi pada klien ketika sebelum sakit jenis makan yang di
konsumsi nasi putih, mie instan, ikan, daging dan sayur sayuran.
Frekuensi makan tidak teratur dan juga klien tidak ada pantangan
makanan, sedangkan pada saat sakit klien mengeluh nafsu makan
menurun. Klien mengonsumsi nasi, ikan, telur, sayur bening dan
buah-buahan kaya serat. Frekuensi makan pada klien 3 kali sehari
dan pada saat di rumah sakit pasien memiliki pantangan makanan
rendah garam.
c. Balance cairan
Berat badan pasien 64 kg
48

1) Input
a) Minum : 1500 cc / 24 jam
b) Infus : 1000 cc / 24 jam

Jumlah 2500 cc

2) Output
a) Urine : 200 cc / 24 jam
b) IWL : 960 cc / 24 jam

Jumlah 1160

3) Balance cairan
BC = CM – CK – IWL
= 2500 – 200 – 960
= 1340 CC / 24 jam
d. Eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB ± 2 kali perhari
dengan konsitensi tidak menentu dan warna kotoran kuning dan
saat sakit hanya 1 kali perhari dengan konsistensi lembek dan
warna kotoran kuning. Pada saat sebelum sakit klien BAK ± 8
kali perhari dengan putih keruh, saat sakit klien BAK ± 2 kali
perhari dengan konsistensi warna kuning.
e. Aktivitas
Paisen mengatakan melakukan aktivitas rutin yaitu berkebun dan
saat sakit klien hanya bisa berbaring karena apabila klien
melakukan aktivitas klien merasa sesak napas dan lelah meskipun
itu hanya aktivitas ringan sekalipun. Saat sakit didapatkan hasil
bartel indeks mengalami ketergantungan berat. ADL klien hanya
di tempat tidur.
49

f. Istirahat dan tidur


Pasien mengatakan saat sebelum sakit pasien tidur ± 8 jam dan
saat sakit pasien tidur ± 6 jam tidak menentu karena sering
terbangun akibat berisik.
g. Data psikologis, sosiologis, seksual dan spiritual
Pasien mengatakan saat sakit pasien merasa khawatir dengan
penyakit yang dialaminya saat ini. Pasien takut penyakitnya ini
nanti akan membuatnya tidak dapat menjalani aktivitasnya seperti
sebelum sakit. Saat dilakukan pengkajian pasien tampak gelisah
dan tegang, suara pasien terdengar gemetar dan kurang jelas serta
pasien juga pada saat berbicara kontak mata jarang terjadi.
4. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik Tn. M didapatkan hasil, kesadaran klien
composmentis, keadaan umum klien lemah, dan dari pemeriksaan
tanda-tanda vital yang dilakukan didapatkan hasil tekanan darah
150/90 mmHg, pernapasan 28x/menit, nadi 88x/menit dan suhu tubuh
36,8 ⁰C. Pemeriksaan sistematis yang dilakukan pada Tn. M
menggunakan metode head to toe dan didapatkan hasil sebagai
berikut.
a. Bentuk kepala oval simetris rambut tidak terdistribusi dengan
baik, ada sedikit uban, tidak ada benjolan dikepala serta tidak ada
nyeri tekan. Edema anasarka.
b. Bentuk mata simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran,
konjungtiva anemis, ada edema pada pelpebra mata, tidak ada
gangguan penglihatan, pupil isokor normal apabila diberi
rangsangan cahaya, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
(kacamata).
c. Bentuk daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada cairan dan
serumen berlebih serta tidak ada nyeri tekan dan fungsi
pendengaran baik.
50

d. Bentuk hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak ada nyeri


tekan, terdapat cuping hidung saat bernapas, fungsi penciuman
baik, terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm.
e. Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering dan sianosis serta
warna bibir agak kehitaman, gigi tampak rapih, keadaan dalam
mulut tampak sedikit kotor, terdapat sedikit karang gigi, beberapa
gigi sudah copot, lidah tampak simetris terdapat kotoran lidah,
fungsi pengecapan menurun. Refleks menelan baik, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
f. Bentuk dada simetris kiri dan kanan, frekuensi napas 28x/menit,
ada suara napas tambahan. SpO2 95%, pernapasan reguler,
terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, takipnea, napas
dangkal, frekuensi napas 28x/menit, tidak ada suara napas
tambahan dan tidak ada nyeri tekan. Nadi 86x/menit, dan tekanan
darah 150/90 mmHg,
g. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil ekstremitas atas
dapat bergerak dengan baik, terpasang infuse cairan RL 16 tpm
pada tangan sebelah kanan, CRT >3 detik, nadi perifer teraba
dalam dan iramanya irreguler, ekstremitas bawah bengkak pada
kaki kanan dan kiri, kulit terlihat pucat, akral teraba hangat.
5. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 2.4 Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan


04 Juni Hemogoblin 3.8 g/dl 12-16
2023 (HGB) 2.46 Juta/uL 4.1-5.1
Eritrosit (RBC) 15 % 36-47
Hematokrit (HCT) 11.1 ribu/uL 4.0-11.0
Leukosit (WBC) 207 ribu/uL 150-450
Thrombosit (PLT) 60 fL 81-99
MCV 15 pg 27-31
MCH 26 g/dl 31-37
MCHC 18 % 11.5-14.5
RDW-CV 8 fL 6.5-9.5
MPV 5.3 % 0-1
Basophil 72.8 % 50-70
51

Neutrofil 12.5 % 20-40


Limfosit 4.7 % 1-3
Eosinophil 4.7 % 2-8
Monosit 5.8 Cutoff <3.13
NLR 1387.5 Juta/L >1500
ALC 74 mg/dl <190
Kolestrol Total 54.5 mg/dl <50
Ureum 0.98 mg/dl 0.80-1.30
Kreatinin 29 U/L 0-37
SGOT 15 U/L 0-42
SGPT 98 Mg/dL <180
Glukosa Sewaktu

6. Terapi Medis
Tabel 2.5 Terapi Medis
No Nama obat Dosis Keterangan
Obat ini digunakan untuk
1. Furosemida 20 mg / mengatasi penumpukan cairan
didalam tubuh atau edema
obat digunakan untuk mengatasi
2. Omeprazole 20 mg / 12 J
asam lambung berlebih
Obat ini digunakan untuk
3. Anbacim 1 gr / 12 J mengobati berbagai infeksi
bakteri
Obat ini digunakan untuk
mencegah pembekuan darah
4. Aspilet 1x1
setelah serangan jantung,
demam, nyeri, dan peradangan
Obat ini digunakan untuk
menurunkan tekanan darah.
5. Candesartan 8 mg 1x1
Obat ini juga digunakan dalam
pengobatan gagal jantung
Obat ini digunakan untuk
mencegah angina pectoris pada
6. Nitrocaf 2x1
penderita penyakit jantung
koroner
Obat ini digunakan untuk
7. Episan 3x1 mengobati tukak pada usus halus
atau nyeri pada lambung

7. Analisa Data

Tabel 2.6 Analisa data


52

No Data Etiologi Problem


1 DS : Kegagalan otot Penurunan Curah
1. Pasien mengeluh sesak jantung memompa Jantung
napas. darah
2. Pasien mengeluh
kelelahan.
3. Pasien mengatakan
sesak saat berbaring
DO :
1. RR = 28 x/m
2. Nadi =88 x/m
3. Nadi perifer dangkal
4. Irama nadi tidak teratur
5. TD =150/70 mmHg
6. Nampak kelelahan
7. CRT >3 detik
2 DS : Gangguan aliran balik Perfusi Perifer
1. Pasien mengatakan vena Tidak Efektif
merasa pusing
2. Pasien mengatakan
mudah lelah
DO :
1. Irama nadi tidak teratur
2. Nampak kelelahan
3. Nampak pucat
4. Mukosa bibir kering
5. RR = 28 x/m
6. Nadi =88 x/m
7. TD =150/70 mmHg
8. CRT > 3 detik
9. Hemoglobin (HGB)= 3,8
g/dl
3 DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
1. Pasien mengeluh lelah antara suplai dan Aktivitas
2. Pasien mengeluh sesak kebutuhan oksigen
napas saat berbaring

DO :
1. Keadaan umum lemah
2. Barthel indeks terdapat
ketergantungan berat
3. ADL di tempat tidur
4. Terpasang oksigen nasal
kanul dosis 3 Lpm
5. Hemoglobin (HGB)=
3,8 g/dl
6. NYHA 4
4 DS : Gangguan mekanisme Hipervolemia
1. Pasien mengeluh sesak regulasi
53

saat berbaring
2. Pasien mengatakan
edema pada kaki dan
wajah kurang lebih 2
bulan yang lalu
DO :
1. Edema anasarka
2. Derajat edema grade 4
3. Acites (+)
4. Intake 2500 ml
5. Output 1160 ml

8. Diagnosa Keperawatan
a. Penutunan Curah Jantung (D.0008) b.d Kegagalan otot jantung
memompa darah
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) b.d gangguan aliran
balik vena
c. Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
d. Hipervolemia (D.0023) b.d Gangguan mekanisme regulasi
9. Intervensi Keperawatanam
Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
1 Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan Perawatan jantung
tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi tanda/gejala primer
1x24 jam selama 7 penurunan curah jantung
hari diharapkan (meliputi dispnea, kelelahan,
masalah penurunan edema, ortopnea, paroxysmal
curah janutng dapat nocturnal dyspnea, peningkatan
teratasi dengan CVP)
kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah
1. Pucat/sianosis (termasuk tekanan darah
menurun ortostatik, jika perlu)
2. Tanda vital 3. Periksa tekanan darah dan
dakam rentan frekuensi nadi sebelum dan
normal sesudah aktivitas
3. Kekuatan nadi Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-Fowler
atau Fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
54

2. Berikan diet jantung yang


sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan
makan yang tinggi lemak)
3. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
4. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok
2 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
efektif b.d hipervolemia tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
1x24 jam selama 7 Nadi perifer, edema, pengisian
hari diharapkan kapiler, warna, suhu,
masalah perfusi anklebrachial index)
perifer tidak efektif 2. Identifikasi faktor risiko
dapat teratasi dengan gangguan sirkulasi (mis.
kriteria hasil : Diabetes, perokok, orang tua,
1. Warna kulit hipertensi dan kadar kolestrol
pucar menurun tinggi)
2. CRT membaik 3. Monitor panas, kemerahan,
3. Akral membaik nyeri atau bengkak pada
4. Turgor kulit ekstremitas)
membaik Terapeutik
1. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan infeksi
3. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
4. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
2. Anjurkan berhenti merokok
3. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ika omega 3)
4. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat beristirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
55

3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas


tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi defisit tingkat
5x24 jam diharapkan aktifitas.
toleransi aktivitas 2. Identifikasi kemampuan
meningkat dengan berpartisipasi dalam aktivitas
kriteria hasil : dalam aktivitas tertentu
1. Frekuensi nadi 3. Identifikasi makna aktivitas
dalam rentan rutin (mis. bekerja) dan waktu
normal luang)
2. Saturasi oksigen
meningkat (96- Terapeutik
99%)
3. Keluhan lelah 1. Sepakati komitmen untuk
menurun meningkatkan frekuensi dan
4. Dispnea rentan aktivitas.
menurun saat 2. Fasilitasi memilih aktivitas dan
beraktivitas tetapkan tujuan aktivitas yang
ringan konsisten sesuai kemampuan
5. Perasaan lemah fisik, psikologis dan sosial.
menurun. 3. Posisikan pasien semi
fowler/fowler dengan posisi
kaki kebawah (posisi nyaman).
4. Libatkan keluarga dalam
aktivitas.
5. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
Edukasi
1. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas.
2. Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari hari.
3. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih.
4. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik untuk menjaga kesehatan.
5. Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
56

4 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia


tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Periksa tanda dan gejala
3x24 jam diharapkan hipervolemia (mis. Ortopnea,
hipervolemia dapat dispnea, edema, JVP?CVP
teratasi dengan meningkat, refleks
kriteria hasil : hepatojugular positif, suara
1. Output urin napas tambahan)
meningkat 2. Identifikasi penyebab
2. Edema hipervolemia.
berkurang 3. Monitor intake dan output
cairan

Terapeutik

1. Batasi asupan cairan dan garam


2. Tinggikan kepala tempat tidur
30-40˚

Edukasi

1. Ajarkan membatasi cairan

10. Implementasi Keperawatan


Tabel 2.8 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal/Jam No Implementasi Evaluasi
DX
1 Rabu, 5 Juni 1 1. Identifikasi tanda/gejala S:
2023 primer penurunan curah - Klien mengatakan
jantung (klien sesak, mudah sesak saat
15.00 WITA kelelahan, terdapat edema berbaring
pada wajah dan ekstremitas O:
bawah, sesak saat berbaring) - Klien terlihat
2. Monitor tekanan darah (TD : sesak, lelah dan
150/90) lemah
- Bibir sionosis
- TD : 150/90
15.05 mmHg
- N : 88 x/menit
1. Memposisikan pasien semi- - RR : 28 x/menit
Fowler - SPO2 : 95%
2. Merikan oksigen untuk - CRT > 3 detik
mempertahankan saturasi A:
oksigen (terpasang nasal - Masalah belum
kanul 3 lpm) teratasi
3. Menganjurkan berhenti P:
merokok - Lanjutkan
4. Menganjurkan program diet
57

untuk memperbaiki sirkulasi Intervensi


(ikan salmon, bawang putih,
coklat hitam, buah alpukat
dan teh hijau)
5. Mengajarkan melakukan
relaksasi napas dalam
2 Rabu, 5 Juni 2 15.15 S:
2023 - Klien mengataka
1. Memeriksa sirkulasi perifer merasa pusing
(N : 88 x/m, S : 36,8˚C edema O:
pada wajah dan ektremitas
bawah, warna kulit pucat) - Klien terlihat
2. Mengidentifikasi faktor risiko pucat
gangguan sirkulasi (perokok - Bibir pasien
dan hipertensi) sianosis
- Akral teraba
15.20 dingin
- TD : 150/90
1. Menganjurkan minum obat mmHg
pengontrol tekanan darah - N : 88 x/menit
secara teratur (obat - RR : 28 x/menit
candesartan 8 mg 1x1) - SPO2 : 95%
2. Menganjurkan berhenti - CRT > 3 detik
merokok
3. Informasikan tanda dan gejala A:
darurat yang harus dilaporkan
4. Memberikan tranfusi darah - Masalah belum
teratasi

P:

- Lanjutkan
intervensi

3 Rabu, 5 Juni 3 1. Mengidentifikasi kemampuan S:


2023 berpartisipasi dalam aktivitas - Pasien
tertentu (seperti membuat mengatakan
kopi) merasa lelah
2. Mengidentifikasi makna - Pasien
aktivitas rutin (klien memiliki mengatakan
aktivitas rutin yaitu bekerja di sesak saat
kebun) beraktivitas
- Pasien
15.30 mengatakan
sesak saat
1. Melibatkan keluarga dalam berbaring
aktivitas.
2. Memfasilitasi O:
mengembangkan motivasi
dan penguatan diri - Pasien terlihat
3. Menganjurkan melakukan sesak dan lemah
58

aktivitas fisik untuk menjaga - Pasien sianosis


kesehatan. - N : 90 x/menit
4. Menganjurkan keluarga untuk - RR : 28 x/menit
memberi penguatan positif - SPO2 : 95 %
atas partisipasi dalam
aktivitas A:

- Masalah belum
teratasi

P:

- Lanjutkan
intervensi

4 Rabu, 5 Juni 4 1. Memeriksa tanda dan gejala S:


2023 hipervolemia (seperti sesak,
edema pada wajah dan - Klien mengatakan
ekstremitas bawah, adanya edema pada kaki
suara napas tambahan) dan wajah
2. Mengidentifikasi penyebab
hipervolemia (karena jantung O:
tidak dapat memompa darah
keseluruh tubuh) - Edema anasarka
3. Monitor intake dan output - Derajat edema
cairan (intake 2500 cc dan grade 4
output - Acites (+)
15.40 - Intake 2500 ml
- Output 1160 ml
1. Membatasi asupan cairan dan
garam A:
2. Meninggikan kepala tempat
tidur 30-40˚ - Masalah belum
3. Mengajarkan membatasi teratasi
cairan
4. Memberikan Contrast Bath P:
dan Elevasi Kaki 30°
- Lanjutkan
intervensi

No Evaluasi
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi
DX
1 Kamis, 6 Juni 1 1. Identifikasi tanda/gejala S:
2023 primer penurunan curah - Klien
jantung (dispnea, mengatakan
kelelahan, edema,
15.00 masih merasa
ortopnea)
2. Monitor tekanan darah sesak saat
59

(TD : 140/90) berbaring


O:
15.05 - Klien masih
1. Memposisikan pasien terlihat sesak,
semi-Fowler lelah dan lemah
2. Menganjurkan berhenti - Bibir sionosis
merokok - TD : 140/90
3. Menganjurkan program mmHg
diet untuk memperbaiki - N : 87 x/menit
sirkulasi (ikan salmon, - RR : 27
bawang putih, coklat x/menit
hitam, buah alpukat dan - SPO2 : 97%
teh hijau) - CRT > 3 detik
4. Mengajarkan melakukan A:
relaksasi napas dalam - Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
Intervensi

2 Kamis, 6 Juni 2 1. Memeriksa sirkulasi S:


2023 perifer (N : 87 x/m, S : - Klien
36,5˚C edema pada wajah mengataka
dan ektremitas bawah, sudah tidak
warna kulit pucat) merasa pusing
2. Mengidentifikasi faktor O:
risiko gangguan sirkulasi - TD : 140/90
(perokok dan hipertensi) mmHg
- N : 87 x/menit
15.20 - RR : 27
x/menit
1. Menganjurkan minum obat - SPO2 : 97%
pengontrol tekanan darah - CRT > 3 detik
secara teratur (obat
candesartan 8 mg 1x1) A:
2. Menganjurkan berhenti
merokok - Masalah teratsi
3. Menginformasikan tanda P:
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan - Intervensi
4. Memberikan tranfusi darah dihentikan

3 Kamis, 6 Juni 3 1. Mengidentifikasi S:


2023 kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas dalam - Pasien
aktivitas tertentu mengatakan
60

2. Mengidentifikasi makna masih merasa


aktivitas rutin (klien lelah
memiliki aktivitas rutin - Pasien
yaitu bekerja di kebun) mengatakan
sesak saat
15.30 beraktivitas
- Pasien
1. Melibatkan keluarga
mengatakan
dalam aktivitas.
sesak saat
2. Memfasilitasi
berbaring
mengembangkan motivasi
dan penguatan diri O:
3. Menganjurkan melakukan
aktivitas fisik untuk - Pasien terlihat
menjaga kesehatan. sesak dan
4. Menganjurkan keluarga lemah
untuk memberi penguatan - Pasien
positif atas partisipasi sianosis
dalam aktivitas - N : 87 x/menit
- RR : 27
x/menit
- SPO2 : 97 %
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi

4 Kamis, 6 Juni 4 1. Memeriksa tanda dan S:


2023 gejala hipervolemia
(Ortopnea, dispnea, edema - Klien
pada wajah dan mengatakan
ekstremitas bawah, suara edema pada
napas tambahan) kaki dan wajah
2. Mengidentifikasi
O:
penyebab hipervolemia.
3. Monitor intake dan output - Edema
cairan anasarka
- Derajat edema
15.40
grade 4
1. Membatasi asupan cairan - Acites (+)
dan garam - Intake 2500 ml
61

2. Meninggikan kepala - Output 1160 ml


tempat tidur 30-40˚
3. Mengajarkan membatasi A:
cairan
- Masalah belum
4. Memberikan Contrast Bath
teratasi
dan Elevasi Kaki 30°
P:
- Lanjutkan
intervensi

No Evaluasi
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi
DX
1 Jumat, 7 Juni 1 1. Identifikasi tanda/gejala S:
2023 primer penurunan curah - Klien
jantung (dispnea, kelelahan, mengatakan
edema, ortopnea)
sesak saat
2. Monitor tekanan darah (TD
: 140/100) berbaring
berkurang
15.05 O:
1. Memposisikan pasien semi- - Bibir sionosis
Fowler - TD : 140/100
2. Menganjurkan berhenti mmHg
merokok - N : 87 x/menit
3. Menganjurkan program diet - RR : 26
untuk memperbaiki x/menit
sirkulasi (ikan salmon, - SPO2 : 97%
bawang putih, coklat hitam, - CRT > 3 detik
buah alpukat dan teh hijau) A :
4. Mengajarkan melakukan - Masalah
relaksasi napas dalam teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan
Intervensi

2 Jumat, 7 Juni 3 1. Mengidentifikasi S:


2023 kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas dalam - Pasien
aktivitas tertentu mengatakan
lelah
15.30 berkurang
- Pasien
62

1. Melibatkan keluarga mengatakan


dalam aktivitas. sesak saat
2. Memfasilitasi beraktivitas
mengembangkan motivasi berkurang
dan penguatan diri - Pasien
3. Menganjurkan melakukan mengatakan
aktivitas fisik untuk sesak saat
menjaga kesehatan. berbaring
4. Menganjurkan keluarga berkurang
untuk memberi penguatan
positif atas partisipasi O:
dalam aktivitas
- Pasien
sianosis
- N : 87
x/menit
- RR : 26
x/menit
- SPO2 : 97 %
A:
- Masalah
teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan
intervensi

3 Jumat, 7 Juni 4 1. Memeriksa tanda dan gejala S :


2023 hipervolemia (Ortopnea,
dispnea, edema pada wajah - Klien
dan ekstremitas bawah, mengatakan
suara napas tambahan) edema pada
2. Mengidentifikasi penyebab kaki dan
hipervolemia. wajah
3. Monitor intake dan output berkurang
cairan
O:
15.40 - Edema
1. Membatasi asupan cairan anasarka
dan garam - Derajat edema
2. Meninggikan kepala tempat grade 4
tidur 30-40˚ - Acites (+)
3. Mengajarkan membatasi - Intake 2500
63

cairan ml
4. Memberikan Contrast Bath - Output 1160
dan Elevasi Kaki 30° ml
A:
- Masalah
belum teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi

No Evaluasi
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi
DX
1 Sabtu, 8 Juni 1 1. Identifikasi tanda/gejala S:
2023 primer penurunan curah - Klien
jantung (dispnea, kelelahan, mengatakan
edema, ortopnea)
sesak saat
2. Monitor tekanan darah (TD
: 140/100) berbaring
berkurang
15.05 O:
1. Memposisikan pasien semi- - Bibir sionosis
Fowler - TD : 140/100
2. Menganjurkan berhenti mmHg
merokok - N : 87 x/menit
3. Menganjurkan program diet - RR : 25
untuk memperbaiki x/menit
sirkulasi (ikan salmon, - SPO2 : 97%
bawang putih, coklat hitam, - CRT > 3 detik
buah alpukat dan teh hijau) A :
4. Mengajarkan melakukan - Masalah
relaksasi napas dalam teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan
Intervensi

2 Jumat, 8 Juni 3 1. Mengidentifikasi S:


2023 kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas dalam - Pasien
aktivitas tertentu mengatakan
lelah
64

15.30 berkurang
- Pasien
1. Melibatkan keluarga mengatakan
dalam aktivitas. sesak saat
2. Memfasilitasi beraktivitas
mengembangkan motivasi berkurang
dan penguatan diri - Pasien
3. Menganjurkan melakukan mengatakan
aktivitas fisik untuk sesak saat
menjaga kesehatan. berbaring
4. Menganjurkan keluarga berkurang
untuk memberi penguatan
positif atas partisipasi O:
dalam aktivitas
- Pasien
sianosis
- N : 87
x/menit
- RR : 25
x/menit
- SPO2 : 97 %
A:
- Masalah
teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan
intervensi

3 Sabtu, 8 Juni 4 1. Memeriksa tanda dan gejala S :


2023 hipervolemia (Ortopnea,
dispnea, edema pada wajah - Klien
dan ekstremitas bawah, mengatakan
suara napas tambahan) edema pada
2. Monitor intake dan output kaki dan
cairan wajah
berkurang
15.40
O:
1. Membatasi asupan cairan
dan garam - Edema
2. Meninggikan kepala tempat anasarka
tidur 30-40˚ - Derajat edema
3. Mengajarkan membatasi grade 4
65

cairan - Acites (+)


4. Memberikan Contrast Bath - Intake 2500
dan Elevasi Kaki 30° ml
- Output 1160
ml
A:
- Masalah
belum teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi

No Evaluasi
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi
DX
1 Minggu, 9 Juni 1 1. Monitor tekanan darah S:
2023 (TD : 140/100) - Klien
mengatakan
15.05
sudah tidak
1. Memposisikan pasien
semi-Fowler sesak
2. Menganjurkan berhenti O:
merokok - Bibir sionosis
3. Menganjurkan program - TD : 140/100
diet untuk memperbaiki mmHg
sirkulasi (ikan salmon, - N : 87 x/menit
bawang putih, coklat - RR : 22 x/menit
hitam, buah alpukat dan - SPO2 : 97%
teh hijau) - CRT > 3 detik
4. Mengajarkan melakukan A:
relaksasi napas dalam - Masalah
teratasi
sebagian
P:
- Pertahankan
Intervensi

2 Minggu, 9 Juni 3 1. Mengidentifikasi S:


2023 kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas dalam - Pasien
aktivitas tertentu mengatakan
lelah
66

15.30 berkurang
- Pasien
1. Melibatkan keluarga mengatakan
dalam aktivitas. sesak saat
2. Memfasilitasi beraktivitas
mengembangkan motivasi menurun dari
dan penguatan diri hari
3. Menganjurkan melakukan sebelumnya
aktivitas fisik untuk - Pasien
menjaga kesehatan. mengatakan
4. Menganjurkan keluarga sesak saat
untuk memberi penguatan berbaring
positif atas partisipasi berkurang dari
dalam aktivitas hari
sebelumnya
O:
- Pasien sianosis
- N : 87 x/menit
- RR : 24
x/menit
- SPO2 : 97 %
A:
- Masalah
teratasi
sebagian
P:
- Pertahankan
intervensi

3 Minggu, 9 Juni 4 1. Memeriksa tanda dan S:


2023 gejala hipervolemia
(Ortopnea, dispnea, edema - Klien
pada wajah dan mengatakan
ekstremitas bawah, suara edema pada
napas tambahan) kaki dan wajah
2. Monitor intake dan output berkurang dari
cairan hari
sebelumnya
15.40
O:
1. Membatasi asupan cairan
dan garam - Edema
67

2. Meninggikan kepala anasarka


tempat tidur 30-40˚ - Derajat edema
3. Mengajarkan membatasi grade 3
cairan - Acites (+)
4. Memberikan Contrast - Intake 2500 ml
Bath dan Elevasi Kaki 30° - Output 1500 ml
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi

C. Pembahasan
Pada bab 4 akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan keperawatan
pada pasien Tn.M dengan diagnose medis Congestive Heart Failure di
RSUD Poso ruagan Rosella yang dilakukan mulai tanggal 5 Juni 2023
sampai dengan 12 Juni 2023. Melalui pendekatan studi kasus untuk
mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek lapangan, pembahasan
terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, rumusan
masalah, perencanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang beresiko mengalami
penyakit gagal jantung dikarenakan semakin bertambahnya usia
maka terjadi penurunan fungsi jantung. hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Harikatang, Rampengan, & Jim
(2016) bahwa Kelompok usia terbanyak responden gagal jantung
yang diteliti ialah kelompok 60-70 tahun dimana usia tersebut
merupakan 50% dari jumlah responden keseluruhan.
Dalam pengkajian yang dilakukan penulis kepada Tn. M
didapatkan data bahwa klien masuk rumah sakit dengan keluhan
utama sesak napas dan merasa kelelahan selesai beraktivitas,
68

menurut (Lestari, 2020) pasien gagal jantung sering mengalami


gejala seperti sesak napas, cepat lelah, dan tidak bisa menjalani
aktivitas fisik. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn. M
didapatkan hasil kesadaran composmentis, keadaan umum klien
lemah dan setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didpatkan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, pernapasan
28x/menit, nadi 86x/menit dan suhu tubuh 36,8⁰ C.
Pengkajian pada sistem pernapasan didapatkan hasil
terdapat cuping hidung saat bernapas, sesak napas secara tiba-tiba,
terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit, terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan, takipnea, terdapat edema pada paru, napas
dangkal dan cepat dengan frekuensi 28x/menit, terdapat suara
napas tambahan, SPO2 95%. Hal ini sesuai dengan teori menurut
(Muttaqin, 2009) pada tanda dan gejala pasien dengan congestive
heart failure pada sistem pernapasan akan ada dispnea, ortopnea,
dispnea nocturnal paroksimal, batuk, edema pulmonal akut dan
penggunaan otot bantu pernapasan.
Pengkajian pada sistem persyarafan Tn. M tidak
mempunyai keluhan, menurut (Muttaqin, 2009) sistem persyarafan
pada klien dengan congestive heart failure akan didapatkan nervus
cranialis I-XII berfungsi dengan baik, GCS point 15 dengan E=4,
V=5 dan M=6, orientasi waktu dan tempat baik. Di sistem
muskuloskeletal pada Tn. M , menurut (Muttaqin, 2009) pada
sistem muskuloskeletal akan ditemukkan edema pada extremitas
yang menandakan adanya retensi cairan yang parah, pada Tn. M,
menderita kegagalan jantung sisi kiri yang mana ditemukkannnya
edema pada extremitas bawah.
Pengkajian pada sistem integumen dan ekstremitas
didapatkan hasil pada Tn. M ekstremitas atas dapat bergerak
dengan baik, tidak terdapat edema, terpasang infuse cairan Ringer
Lactate 13 tpm pada sebelah kanan, capillary refill time >3 detik,
69

nadi teraba dalam dan iramanya irreguler, serta pada ektremitas


bawah terdapat edema, kulit terlihat pucat dan akral teraba dingin.
Menurut (Muttaqin, 2009) sistem integumen dan ektremitas akan
ditemukkan punggung kuku sianosis, capillary refill time akan
lambat dan kulit teraba dingin.
Pengkajian pada sistem pencernaan Tn. M didapatkan hasil
klien ada keluhan penurunan nafsu makan, menurut (Muttaqin,
2009) klien dengan congestive heart failure akan mengalami
penurunan nafsu makan. Pola eliminasi Tn. M sebelum sakit klien
biasanya BAK ± 8 kali perhari dengan konsistensi warna putih
keruh namun pada saat sakit klien hanya BAK ±2 kali perhari
dengan konsistensi warna kuning. Tn. M sebelum sakit BAB ±2
kali perhari dengan konsistensi tidak menentu dan warna kotoran
kuning namun setelah sakit BAB hanya 1 kali perhari dengan
konsistensi lembek dan warna kotoran kuning. Menurut (Muttaqin,
2012). Pola eliminasi pada pasien congetive heart failure akan
terjadi penurunan berkemih dengan urine yang akan menjadi
berwarna gelap dan diare/konstipasi.
Pengkajian pada pola tidur Tn. M didapatkan bahwa
sebelum sakit jam tidur ± 8 jam dan saat setelah sakit jam tidur
klien mengalami penurunan yaitu hanya ± 6 jam dan tidak menetu
karena biasanya klien terbangun pada malam hari akibat sesak
napasnya yang datang secara tiba-tiba. Menurut (Udjianti, 2011)
dalam (Fachrunnisa et al., 2015) gejala yang juga sering dijumpai
pada klien congestive heart failure sesak napas pada malam hari
yang muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita terbangun.
Pengkajian pada psikologis Tn. M menggunakan Zung Self-
Rating Anxiety Scale klien mengalami kecemasan sedang juga
ditemukan klien merasa khawatir dengan penyakitnya, klien takut
penyakitna nanti akan membuatnya tidak dapat menjalani
aktivitasnya seperti sebalum sakit, suara klien terdengar gemetar
70

dan kurang jelas serta klien juga pada saat berbicara kontak mata
jarang terjadi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(Ihdaniyati & Arifah, 2009) yang menyatakan kecemasan yang
dialami pasien congestive heart failure mempunyai beberapa
alasan diantaranya cemas akibat sesak napas, cemas akan kondisi
penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak dapat sembuh, dan
cemas akan kematian.
2. Diagnosa
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada klien dengan gagal jantung kongestif
adalah penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas,
hipervolemia, gangguan pertukaran gas dan ansietas. Berdasarkan
hasil pengkajian yang dilakukan peneliti didapatkan masalah
keperawatan yaitu :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan otot
jantung memompa darah. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan data subjek pasien mengeluh sesak napas, pasien
mengeluh kelelahan, dan pasien mengeluh sesak saat
berbaring. Data objektif pernapasan 28x/menit, nadi
88x/menit, nadi perifer dangkal, irama nadi tidak teratur,
tekanan darah 150/90 mmHg, nampak kelelahan, capillary
refill time >3 detik. (PPNI, 2018)
b. Perfusi perifer tidak efektif bergubungan dengan gangguan
aliran balik vena. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan
data subjek pasien mengeluh pusing dan lelah. Data objektif
irama nadi tidak teratur, nampak kelelahan, nampak pucat,
mukosa bibir kering, pernapasan 28x/menit, nadi 88 x/menit,
tekanan darah 150/90, capillary refill time >3 detik, dan
hemoglobin (HGB) 3,8 g/dL.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen. Berdasarkan hasil
71

pengkajian didapatkan data subjek pasien mengeluh lelah,


pasien mengeluh sesak napas saat berbaring. Data objektif
keadaan umum lemah, berthel indeks terdapat ketergantungan
berat, activity daily living ditempat tidur, terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit, hemoglobin 3,8 g/dl, NYHA 4.
(PPNI, 2018)
d. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data
subjektif pasien mengeluh sesak saat berbaring dan pasein
mengatakan edema pada wajah dan ekstremitas bawah
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Data subjektif edema
anasarka, derajat edema grade 4, acites (+), intake 2500 dan
output 1160.
3. Intervensi
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas maka peneliti dapat
merumuskan rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang
muncul pada Tn. M sebagai berikut :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kegagalan otot jantung memompa darah.
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam selama 6 hari adalah diharapkan
curah jantung membaik dengan kriteria hasil menunjukkan
penurunan kelemahan, dispnea, sianonis dan tekanan darah
dalam rentan normal. Intervensi yang diambil pada diagnosa
ini adalah perawatan jantung dengan tahapan observasi,
terapeutik edukasi dan kolaborasi. Rumusan intervensi
perawatan jantung adalah memposisikan pasien semi-Fowler,
merikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
(terpasang nasal kanul 3 lpm), menganjurkan berhenti
merokok, menganjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (ikan salmon, bawang putih, coklat hitam, buah
72

alpukat dan teh hijau), dan mengajarkan melakukan relaksasi


napas dalam
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan gangguan
aliran balik vena.
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam selama 6 hari adalah diharapkan
perfusi perifer tidak efektif membaik dengan kriteria hasil
warna kulit pucar menurun, CRT membaik, akral membaik,
turgor kulit membaik. Intervensi yang diambil pada diagnosa
ini adalah perawatan jantung dengan tahapan observasi,
terapeutik edukasi dan kolaborasi. Intervensi yang diambil
pada diagnosa ini adalah perawatan sirkulasi adalah
menganjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur (obat candesartan 8 mg 1x1), menganjurkan berhenti
merokok, informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan, dan memberikan tranfusi darah
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam selama 6 hari adalah diharapkan
intoleransi aktivitas membaik dengan kriteria hasil frekuensi
nadi dalam rentan normal, saturasi oksigen meningkat (96-
99%), leluhan lelah menurun, dispnea menurun saat
beraktivitas ringan, dan perasaan lemah menurun. Intervensi
yang diambil pada diagnosa ini adalah terapi aktivitas dengan
tahapan observasi, terapeutik edukasi dan kolaborasi.
Melibatkan keluarga dalam aktivitas, memfasilitasi
mengembangkan motivasi dan penguatan diri, menganjurkan
melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan, dan
menganjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas.
73

d. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam selama 6 hari adalah diharapkan
hipervolemia membaik dengan kriteria hasil output urin
meningkat dan edema berkurang. Intervensi yang diambil pada
diagnosa ini adalah manajemen hipervolemia dengan tahapan
observasi, terapeutik edukasi dan kolaborasi. Membatasi
asupan cairan dan garam, meninggikan kepala tempat tidur 30-
40˚, mengajarkan membatasi cairan, dan memberikan Contrast
Bath dan Elevasi Kaki 30°
4. Implementasi keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kegagalan otot jantung memompa darah.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi
tanda/gejala primer penurunan curah jantung (klien sesak,
mudah kelelahan, terdapat edema pada wajah dan ekstremitas
bawah, sesak saat berbaring), monitor tekanan darah (TD :
150/90), memposisikan pasien semi-Fowler, merikan oksigen
untuk mempertahankan saturasi oksigen (terpasang nasal kanul
3 lpm), menganjurkan berhenti merokok, menganjurkan
program diet untuk memperbaiki sirkulasi (ikan salmon,
bawang putih, coklat hitam, buah alpukat dan teh hijau), dan
mengajarkan melakukan relaksasi napas dalam
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan gangguan
aliran balik vena
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memeriksa
sirkulasi perifer (N : 88 x/m, S : 36,8˚C edema pada wajah dan
ektremitas bawah, warna kulit pucat), mengidentifikasi faktor
risiko gangguan sirkulasi (perokok dan hipertensi),
menganjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
74

teratur (obat candesartan 8 mg 1x1), menganjurkan berhenti


merokok, menginformasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan, dan memberikan tranfusi darah
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi
kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu (seperti
membuat kopi), mengidentifikasi makna aktivitas rutin (klien
memiliki aktivitas rutin yaitu bekerja di kebun), melibatkan
keluarga dalam aktivitas, memfasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri, menganjurkan melakukan
aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan, dan menganjurkan
keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
d. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memeriksa tanda
dan gejala hipervolemia (seperti sesak, edema pada wajah dan
ekstremitas bawah, adanya suara napas tambahan),
mengidentifikasi penyebab hipervolemia (karena jantung tidak
dapat memompa darah keseluruh tubuh), monitor intake dan
output cairan (intake 2500 cc dan output), membatasi asupan
cairan dan garam, meninggikan kepala tempat tidur 30-40˚,
mengajarkan membatasi cairan, dan memberikan Contrast
Bath dan Elevasi Kaki 30°

5. Evaluasi
a. Evaluasi keperawatan pada pada Tn. M dilakukan selama 5
hari didapatan hasil pada diagnosa penurunan curah jantung
berhubungan dengan kegagalan otot jantung memompa darah
adalah pasien mengatakan kalau kelelahannya menurun secara
75

berangsur-angsur setiap hari, hal ini didukung dengan data


objektif yaitu pasien terlihat penurunan sesak ,lelah dan lemah.
Tekanan darah pasien pada hari terakhir menunjukkan
perubahan ke arah rentan normal dari hari-hari sebelumnya
yaitu hari pertama di evaluasi adalah 100/70 mmHg, kedua
90/60 mmHg, ketiga 90/60 mmHg, keempat 100/80 mmHg
dan di hari terakhir 100/80mmHg. Pasien juga terjadi
perubahan saturasi oksigen yaitu pada hari pertama didapati
SPO2 97% kemudian di hari kelima SPO2 menjadi 98%.
Perubahan saturasi yang terjadi pada pasien menunjukkan
perubahan ke arah rentan normal yang berdampak baik kepada
pasien. Perubahan yang tidak terjadi pada pasien adalah CRT,
ini dibuktikan dengan data pada hari pertama hingga hari
terakhir pasien tidak mengalami perubahan yaitu CRT >3
detik. Kemudian sianosis pada pasien juga tidak mengalami
perubahan. Hal ini terjadi akibat kontraktilitas jantung pada
pasien belum benar-benar sepenuhnya stabil (Muttaqin, 2012).
Pasien masih dalam tahap pemulihan. Waktu dari
implementasi yang hanya dalam 5 hari juga menjadi penyebab
tidak terjadinya perubahan CRT dan sianosis pada pasien.
b. Evaluasi pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan gangguan aliran balik vena setelah 2 hari
didapatkan hasil pasien mengatakan tidak lagi merasa pusing
dan hasil hemoglobin 12
c. Evaluasi pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan
oksigen setelah 5 hari didapatkan hasil pasien mengatakan
kelelahannya menurun, sesaknya menurun saat diberikan
aktivitas secara bertahap, namun pasien masih terlihat sesak
dan lemah, sianosis ada, SPO2 membaik yaitu 98%. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Isnaeni &
76

Puspitasari, 2018) yang menyimpulkan bahwa Pasien dengan


intoleransi aktivitas perlu dilatih aktivitas, salah satunya
dengan melatih aktivitas secara bertahap dapat meningkatkan
kemampuan aktivitas pasien. Tindakan keperawatan untuk
mengatasi intoleransi aktivitas diperoleh hasil bahwa level
toleransi klien dari hari-kehari mengalami. Keluhan sesak
nafas, dan kelelahan berkurang selama aktivitas maupun
sesudah melakukan aktivitas, klien mampu berpartisipasi
dalam kegiatan kebutuhan dasar mandiri, klien mampu
melakukan latihan aktivitas secara bertahap sesuai kondisinya
(Budiyarti, 2013).
d. Evaluasi pada diagnosa hipervolemia berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi setelah 5 hari didapatkan hasil
pasien mengatakn bengkak pada ekstremitas berkurang
dibandingkan hari sebelumnya dan didapatkan hasil edema
grade 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Setelah menerapkan teknik nonfarmakologis yaitu dengan


pemberian aktivitas bertahap dan deep breathing exercise pada asuhan
keperawatan pasien congestive heart failure NYHA IV diruangan Rosella
RSUD Poso, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan data pasien
mengeluh lelah, sesak napas saat atau setelah aktivitas, keadaan umum
lemah, barthel indeks terdapat ketergantungan berat, activity daily
living hanya mampu ditempat tidur, hemoglobin 3,8 g/dl.
2. Diagnosa keperawatan pada pasien adalah penurunan curah jantung
berhubungan dengan kegagalan otot jantung memompa darah, perfusi
perifer tidak efektif berhubungan dengan gangguan aliran balik vena,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar
suplai dan kebutuhan oksigen, hipervolemia berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi.
3. Rencana/intervensi keperawatan yang ditegakkan adalah perawatan
jantung, perawatan sirkulasi, terapi aktivitas, manajemen hipervolemia.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dilakukan
selama 6 hari dimulai dari hari rabu 05 Juni 2023 sampai hari minggu
10 Juni 2023.
5. Evaluasi : didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan sebelum dan
setelah dilakukan asuhan keperawatan.

B. Saran
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
tentang intervensi pada klien congestive heart failure NYHA IV yaitu
aktivitas bertahap dan deep breathing exercise agar bisa diterapkan
perawat yang bertugas diruangan Rosella RSUD Poso.

69
70

2. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi bagi mahasiswa dan


menambah keluasan ilmu dalam bidang keperawatan.
3. Diharapkan setelah melakukan penelitian ini peneliti nantinya ketika
telah menyelesaikan studinya dapat mengimplementasikan intervensi
aktivitas bertahap dan deep breathing exercise pada asuhan
keperawatan klien dengan diagnosis medis congestive heart failure
NYHA IV.
4. Diharapkan klien mampu menerapkan secara mandiri aktivitas
bertahap dan deep breathing exercise setelah pulang dari rumah sakit
untuk perkembangan kesehatan jantungnya sesuai dengan apa yang
telah di ajarkan peneliti.
5. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
sampel yang lebih besar dan kasus yang bervariasi
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, W., & Scarpinato, L. (2002). Higher expectations for management of
heart failure: current recommendations. J Am Board Fam Pract, 15, 39–49.
Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management
for Positive Outcomes (8th ed.). Elsevier.
Corwin, E. . (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC.
Dwi Astuti, M., & Safrudin, B. (2020). Pengaruh Home Based Exercise Training
terhadap Toleransi Aktivitas pada Pasien Gagal Jantung di Ruang ICCU:
Literature Review. https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/2330
Febby, Arjuna, M. (2023). dukungan keluarga berhubungan dengan kualitas
hidup pasien gagal jantung.5, 691–702.
Ferani, A., & Taharuddin, T. (2021). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien (CHF) dengan Intervensi Inovasi Pengaruh Pijat Punggung terhadap
Kecemasan di Ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2021. https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/2462
Gillespie, N. (2005). The Diagnosis and Management Of Chronic Heart Failure In
The Older Patient. British Medical Bulletin, 75&76, 49–62.
Hudack., G. (2000). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. EGC.
Jackson, G., Gibbs, C., Davies, M., & LIP, G. (2000). ABC Of Heart Failure:
Pathophysiology. BMJ, 320, 167–170.
Kabo, P., & Sjukri, K. (1996). EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit
Jantung untuk Dokter Umum: Gagal Jantung Kongestif. Balai Penerbit FK
UI.
Lip, G., Gibbs, C., & Beevers, D. (2000). ABC Of Heart Failure: Aetiology. BMJ,
320, 104–107.
Loscalzo, J. (2015). Harrison Kardiologi dan Pembuluh Darah (2nd ed.). EGC.
Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Pustaka Baru Press.
Morton, G. . (2012). Keperawatan Kritis (2nd ed.). EGC.
Munandar, A. . (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita
Gagal Jantung Dengan Masalah Penurunan Curah Jantung Di RuangAster
RSUD dr. Harjono Ponorogo.
Muttaqin. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

71
72

Sistem Kardiovaskular. Salemba Medika.


Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Salemba Medika.
New York Heart Association. (n.d.). Klasifikasi New York Heart Association.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2 (2nd ed.).
Mediaction Publishing.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Primasari, L., Sari, F. R., Besral, Irawati, D., & Kurniasih, D. N. (2022). Latihan
Jalan Enam Menit Terhadap Kemampuan Aktivitas Fisik Pasien Heart
Failure. Jurnal Keperawatan, 14(September), 767–774.
Respati, R. I. (2022). asuhan keperawatan dengan intoleransi aktivitas pada
pasien gagal jantung dengan tindakan pemenuhan kebutuhan aktivitas
sehari-hari (adl) di rumah sakit umum provinsi banten.
RISKESDAS. (2018). Kementerian Kesehatan R.I. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I. (Vol. 53, Issue 9).
Sahara, A., & W. Harianto, J. (2021). Analisa Praktik Keperawatan pada Tn.L
dengan Intervensi Inovasi Terapi Contrast Bath dan Elevasi Kaki 30°
terhadap Penurunan Derajat Edema pada Pasien Congestive Heart Failur
(CHF). https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/2722
Santoso A, Erwinanto, Munawar M, S., & R, Rifqi S, S. S. (2007). Diagnosis dan
Tatalaksana Praktis Gagal Jantung Akut.
Setianingsih, M. P., & Hastuti, Y. D. (2022). Kelelahan pada Pasien Congestive
Heart Failure. 5(2), 178–187.
Sinurat, Barus, & Siregar, 2021. (2021). Pengaruh Pemberian Edukasi Berbasis
Digital Cardicraf terhadap Tingkat Kepatuhan Monitoring Self-Care
Management Pasien Gagal Jantung The Effects of Digital-Based Education
Provision Cardicraf on the Level of Self-Care. 09(3), 278–284.
Smeltzer, S., & Bare, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8th
ed.). EGC.
Suharsono, T. (2011). Dampak Home Based Exercise Training Terhadap
Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung di RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi. Universitas Indonesia.
Wahyuni, R. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Tn.E Dengan Pemberian
73

Posisi Fowler Untuk Meningkatkan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien


CHF (Congestive Heart Failure) Diruangan CVCU RSUP Dr. M.Djamil
Padang Tahun 2022. http://repo.stikesalifah.ac.id/id/eprint/790
Watson, R., Gibbs, C., & Lip, G. (2000). ABC of heart failure: clinical features
and complications. BMJ, 320, 236–239.
Lestari, N. K. Y. (2020). Home Based Exercise Training (HBET) Dapat
Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Gagal Jantung. Sport and Fitnes
Journal, 8(2), 57–62. yunilestariwika@gmail.com
Muttaqin. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Salemba Medika.
Udjianti, W. . (2011). Keperawatankardiovaskular. Salemba Medika.
Fachrunnisa, Nurchayati, S., & Arneliwati. (2015). Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Congestive Heart Failure.
JOM, 2(2).
Ihdaniyati, A. I., & Arifah, S. (2009). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSU Pandan
Arang Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan, 2(1), 19–24.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2 (2nd ed.).
Mediaction Publishing. mediaction.publishing@Yahoo.com
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Budiyarti, L. (2013). Home Based Exercise Training Dalam Mengatasi Masalah
Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif.
Jurnal Karya Ilmiah Akhir, 5–34.
Lampiran 1 : Penjelasan Sebelum Penelitian

PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN (PSP)

1. Saya Debora Violin Rato, mahasiswa dari Politeknik Kesehatan Palu Jurusan
Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Poso dengan ini meminta
kepada Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul ” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Herath
Failure Di Ruang Rosella RSUD Poso”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiAsuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Congestive Herath Failure Di Ruang Rosella RSUD Poso.
3. Prosedur penelitian ini akan dilakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Congestive Herath Failure.
4. Keuntungan yang Bapak/Ibu peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini
adalah Bapak/Ibu turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan
yang diberikan.
5. Nama dan jati diri Bapak/Ibu beserta seluruh informasi yang Bapak/Ibu
sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika Bapak/Ibu membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 081245884261

Peneliti

(Debora Violin Rato)


Lampiran 2 : Informed Consent

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Debora Violin Rato dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Congestive Herath Failure Di Ruang Rosella RSUD
Poso”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu
tanpa sanksi apapun.

Poso, ………………….2023

Saksi Yang memberikan persetujuan

............................................ .............................................

Peneliti

(Debora Violin Rato)

Lampiran 3 Format Pengkajian


FORMAT PENGKAJIAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE(CHF)

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku :
Tanggal Kunjungan :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

3. Riwayat penyakit dahulu :


……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

4. Diagnose medis pada saat Masuk Rumah Sakit :


……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

III. PENGKAJIAN SAAT INI


1. Oksigenasi
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Pola Nutrisi
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Pola Aktivitas Sehari-Hari
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………....
....................................................................................................................
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi

Keterangan :
1. Alat Bantu
2. Dibantu orang
3. Dibantu orang lain dan alat
4. Tergantung total

5. Pola Istirahat Tidur


……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………
6. Pola perceptual (Penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………
7. Cairan & Elektrolit
8. Pola Eliminasi
a. BAB
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
b. BAK
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
9. Personal Hygiene
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keluhan klien yang dirasakan saat sakit :
Keadaan Umum :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Kesadaran :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Nilai GCS :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
TD : mmHg RR : x/menit N : x/menit SB :

Kepala :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Mata :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

Hidung :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Mulut :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Telinga :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Leher :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Thoraks :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………....
Abdomen :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………................................................................................
Ekstremitas (termasuk keadaan kulit dan kekuatan otot)
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………
Kulit :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………...........
Program Therapi
Dosis & Cara
No Nama Obat Manfaat
Pemberian

Hasil Pemeriksaan penunjang dan Laboratorium (Masukkan nilai normal


dan tanggal pemeriksaan:

………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………
V. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

VII. RENCANA KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
VIII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal/jam
Lampiran 4 : dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai