Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI FOOT MASSAGE TERHADAP


TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD BREBES

Disusun Oleh
KHUSU MARIAH
C1019027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2023

i
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI FOOT MASSAGE TERHADAP


TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD BREBES

Disusun Oleh
KHUSU MARIAH
C1019027

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners
di Universitas Bhakti Mandala Husada Slawi
2023

ii
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal skripsi yang
berjudul
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI FOOT MASSAGE TERHADAP
TINGKAT NYERI POST OP SECTION CAESAREA
DI RSUD BREBES TAHUN 2023

Dipersiapkan dan disusun oleh:


KHUSU MARIAH
C1019027

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi untuk di pertahankan


dihadapan penguji pada tanggal April 2023

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Khodijah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Deni Irawan,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIPY: 1980.03.10.06.040 NIPY: 1985.03.08.09.050

iii
Pengesahan proposal skripsi

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI FOOT MASSAGE TERHADAP


TINGKAT NYERI PADA PASEIN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD BREBES

Dipersiapkam dan disusun oleh

KHUSU MARIAH

C1019027

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 9 Mei 2023 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Penguji I

Ikawati Setyaningrum, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIPY: 1986.11.10.15.098

Penguji II

Deni Irawan,S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIPY: 1985.03.08.09.050

Penguji III

Khodijah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIPY: 1980.03.10.06.040

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan dan bahkan kemampuan
untuk menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Pengaruh pemberian
terapi foot massage terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu post operasi sectio
caesarea di RSUD Brebes“ dalam penulisan tugas ini peneliti menyampaikan
terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Khodijah, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku
pembimbing I dan Deni Irawan, M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu serta memotivasi peneliti dalam proses pembuatan proposal ini. Dalam
penyusunan skripsi ini, peneliti juga banyak mendapat bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini peneliti juga
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. H. Maufur, M.Pd. selaku Rektor Universitas Bhakti Mandala Husada
Slawi.
2. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku Ka Prodi Ilmu Keperawatan
& Ners.
3. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Bhakti Mandala
Husada Slawi dan seluruh Staf program Studi Ilmu keperawatan yang telah
memberikan ilmunya dan membantu peneliti dalam penyelesaian proposal
4. Terimakasih yang tak terhingga kepada Kedua orang tua saya Bapak Abd
Wachid dan Ibu Roisah do’a yang tak henti-hentinya memberikan semangat,
serta kasih sayang, pengorbanan dan ketulusannya mendampingi saya dalam
menyelesaikan proposal ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya kepada kedua orangtua saya. Allahumma amin. Serta
kepada saudara saya M. Maftukhi, Siti Lutfiyah ,Siti Janiroh, dan Akhmad
Supriyanto yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat dalam
proses mengerjakan skripsi
5. Ucapan terimakasih kepada Sugiono lover yakni sahabat saya selama kuliah
Ine Melioni P, Riski Yulia A, Elsa Aulia, Niken Awaliyah A, Vila Mar’atus

v
liani, dan Rindiani yang telah banyak menghibur dan memberikan semangat
tiada henti selama proses pembuatan skripsi.
6. Terimakasih kepada tim peneliti yang telah membantu proses pengambilan
data penelitian
7. Teman- teman seperjuangan Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners Universitas
Bhamada Slawi Angkatan 2019, terimakasih atas hari-hari yang telah di lalui
bersama selama pembuatan proposal skripi, saling mememotivasi dan semoga
kita menjadi orang bermanfaat untuk orang lain
Semoga allah swt membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari proposal
skripsi ini tidak luput dari berbagai kesalahan dan kekurangan, maka peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun perbaikan. Peneliti
berharap semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penelitian
pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.

Slawi, April 2023

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
PERSETUJUAN POPOSAL SKRIPSI ...................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
LAMPIRAN……………………………………………………………... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan penelitian ................................................................................ 5
1.3 Manfaat penelitian ............................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dan konsep penelitian ................................................................. 6
2.2 Kerangka teori ...................................................................................... 20
2.3 Kerangka kosnsep penelitian .............................................................. 21
2.4 Hipotesis ............................................................................................. 21
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan penelitian ............................................................ 22
3.2 Alat penelitian dan cara pengumpulan data ......................................... 23
3.3 Populasi dan sampel ............................................................................. 24
3.4 Besar sampel ........................................................................................ 25
3.5 Tempat dan waktu penelitian .............................................................. 26
3.6 Definisi Operasional Variabel penelitian dan skala ukur.................... 26
3.7 Teknik Pengelolaan data dan Analisa Data ........................................ 27
3.8 Etika penelitian .................................................................................... 28
3.9 Jadwal Penelitian .............................................................. …………... 30
DAFTAR PUSTAKA

vii
LAMPIRAN
Lampiran 1 (Lembar Informasi Penelitian)
Lampiran 2 (Lembar Permohonan)
Lampiran 3 (Lembar Persetujuan)
Lampiran 4 (Lembar Observasi)
Lampiran 5 (Standar Prosedur Operasional)
Curriculum Vitae

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Variabel dan Skala Pengukuran .............. 26

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Verbal Descriptor Scale (VDS) ............................................... 12
Gambar 2.2 Visual Analog Scale (VAS) .................................................... 13
Gambar 2.3 Numeric Rating Scale (NRS) ................................................. 13
Gambar 2.4 Menuangkan lation kedua telapak tangan .............................. 18
Gambar 2.5 Pemijatan pada telapak kaki .................................................... 18
Gambar 2.6 Memutar pergelangan dan menggerakan maju mundur kaki .. 18
Gambar 2.7 Memijat jari- jari kaki ............................................................. 18
Gambar 2.8 Menahan kaki dengan menggunakan kelima jari .................... 19
Gambar 2.9 Memijat sela- sela jari ......................................................... .... 19
Gambar 2.10 Tekanan pada jari- jari kaki ................................................... 19
Gambar 2.10 Gambar kerangka teori .......................................................... 20
Gambar 2.11 Gambar teori konsep ............................................................. 21
Gambar 3.1 Model Pendekatan One Grup Only Pre Post Test Design ...... 22

x
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

SC : Section caesarea

WHO : World Health Organization

DKI : Daerah Khusus Ibukota

ASI : Air Susu Ibu

NSAID : Non Steroid Anti Inflamations Drugs

TENS : Stimulus Saraf Elektris transkutan

NRS : Numeric Rating Scale

VAS : Visual Analog Scale

VDS : Verba Descriptor Scale

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah
kesehatan ibu dan anak, akan tetapi pasca persalinan section caesare (SC) di
pengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang
kurang baik menjelang kehamilan, terjadi berbagai komplikasi pada kehamilan
dan kelahiran, ketersediaanya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan tindakan SC. SC merupakan pilihan utama bagi tenaga
kesehatan untuk menyelamatkan ibu serta janin (Kemenkes RI, 2019). Menurut
laporan word health organization (WHO), dilaporkan pravelensi kejadian SC di
Indonesia sebanyak 17,6%. Sedangkan angka SC di DKI Jakarta sebanyak
31,3% , di Jawa Tengah sebanyak 17,1%, di kabupaten Brebes ibu yang
melahirkan di tahun 2021 sebanyak 30.024 akan tetapi 70% ibu melahirkan
dengan SC dan 30% melahirkan normal (Riskesdas, 2018).

Persalinan menggunakan SC merupakan mekanisme persalinan melalui


pembedahan dimana janin dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan rahim
ibu. Persalinan SC dapat dilakukan dalam kondisi gawat darurat (SC darurat) atau
secara bersiklus (SC elektif). Persalinan SC memberikan dampak positif dan
negatif pada ibu. Dampak positif tindakan SC dapat membantu persalinan ibu,
apabila ibu tidak dapat melakukan persalinan secara spontan. Tetapi tindakan
operasi SC mempunyai efek negatif pada ibu baik secara fisik maupun secara
psikologis. Secara fisik tindakan SC dapat menyababkan nyeri pada daerah
abdomen, nyeri yang berasal dari luka operasi sedangkan secara psikologis
tindakan SC berdampak terhadap rasa takut dan cemas terhadap nyeri yang di
rasakan (Pratiwi & Handayani, 2021).

1
2

Nyeri setelah persalinan SC dapat menyebabkan masalah pada ibu yaitu masalah
ikatan ibu dan bayi menjadi terganggu/ tidak terpenuhi serta nyeri di daerah
abdomen. Ibu post SC yang melakukan laktasi yaitu dengan perawatan bayi,
berusaha bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman
selama menyusui akibat adanya nyeri. Rasa nyeri tersebut akan mengakibatkan
pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada banyinya (Sari & Rumhaeni,
2020). Rasa nyeri setelah persalinan SC memiliki angka yang lebih tinggi yaitu
sekitar 27,3% di bandingkan dengan persalinan normal yang hanya sekitar 9%
(Akbar dkk, 2014). pasien post SC pada umumnya mengeluh nyeri pada daerah
luka 60% nyeri hebat, 25% nyeri sedang, dan 15% nyeri ringan (Ramandanty,
2019). Menurut Suprapto (2021) bahwa salah satu penyebab terjadinya nyeri
adalah penerapan stantar operasional prosedur perawatan post SC yang belum
maksimal yang dilaksananakan oleh perawat. prosedur dan hambatan ini dapat
berkurang apabila pasien post SC dilakukan penatalaksanaan tepat.
Penatalaksanaan nyeri pada post SC dapat dilakukan secara farmakologi dan non
farmakologi. Penatalaksanaan secara farmakologi dengan menggunakan obat-
obatan yang fungsinya utuk mengurangi rasa nyeri seperti analgesik sistemik,
senyawa analgesik narkotik, agen pembangkit efek analgesik, tetapi
menimbulkan efek samping dari terapi tersebut mulai dari mual, muntah,
konstipasi, gangguan ginjal, gangguan fungsi jantung, dan pusing. Sedangkan
penanganan nyeri non farmakologis antara aromaterapi lavender, terapi relaksasi
autogenik, terapi musik, foot massage (Yuniawati, 2019).

Hasil penelitian Kartika (2022) menyimpulkan bahwa aromaterapi lavender


masih ada kelemahan pada sebagian pasien post op SC yaitu skala nyeri tidak
berkurang karena pasien yang diberikan terapi lavender yaitu pasien dengan usia
muda cenderung mempersepsikan rasa nyeri yang berlebihan sehingga tidak
menerima efek dari aromaterapi tersebut. Hasil penelitian Nurhayati (2018)
menyimpulkan bahwa terapi relaksasi autogenik masih ada kelemahan pada
pasien post op SC yaitu sebagian skala nyeri tidak berkurang dikarenakan saat
pemberian terapi relaksasi autogenik, pasien merasa tidak nyaman karena nyeri
3

yang berat. Hasil penelitian Aristha (2022) menyimpulkan bahwa terapi musik
masih ada kelemahan pada pasien post op SC yaitu sebagian skala nyeri tidak
berkurang dikarena saat pemberian terapi terapi musik, pasien merasakan tidak
nyaman dikarenakan musik yang didengarkan tidak sesuai apa yang disukai
sehingga berkurangnya efek dari suara musik tersebut.

Terapi yang dianjurkan pasien post SC selain terapi dengan menggunakan


aromaterapi lavender, relaksasi autogenik, dan terapi musik pasien dapat di
lakukan terapi stimulasi/ massage untuk dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.
Massage merupakan salah satu integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas
sistem saraf otonom dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit
dan mengurangi rasa sakit, hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh
untuk melepaskan senyawa endorphin (Meliani & Rumhaeni, 2019). Sedangkan
penanganan non farmakologi nyeri tersebut bisa dilakukan tindakan terapi foot
massage adalah salah satu pilihan utama , sebab pada daerah kaki banyak
terdapat saraf-saraf yang terhubung ke organ dalam, tindakan ini biasanya
diberikan waktu pasien posisi terlentang serta minimal melakukan pergerakan
daerah abdomen untuk mengurangi rasa nyeri (Meliani & Rumhaeni, 2020).

Foot massage di lakukan pada 1-2 hari dengan menggunakan teknik mengusap
(efflurage/ stroking), petrisage (gerakan memijat atau meremas), friction (gerakan
melingkar kecil dengan penekanan yang lebih dalam) (Dewi, 2018). Teknik ini
dilakukan dengan durasi waktu pemberian 5-20 menit dengan frekuensi
pemberian 1 kali dan dilakukan setelah post operasi, dan setelah 6 jam pemberian
analgesik, sehingga pasien beristirahat merasakan kenyamanan (Meliani &
Rumhaeni, 2020). Rasa nyaman setelah di lakukan tindakan massage juga dapat
mendistraksi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien, sesuai dengan teori distraksi
yang menyatakan jika seseorang mendapatkan dua rangsangan atau stimulus
secara bersamaan maka otak manusia tidak dapat mempersepsikan rangsangan
tersebut secara bersamaan, dan rangsangan yang lebih kuat dan yang dirasakan
paling diaktivasi melalui inhibitor inteurneuron di mana rangsangan interneuron
4

dihambat, hasilnya fungsi inhibisi dari T-cell menutup gerbang (Meliani &
Rumhaeni, 2020) .

Kelebihan dari terapi foot massage yaitu Terapi yang dianjurkan untuk pasien
post SC karena tindakan yang diajarkan terbilang sederhana, mudah dipelajari,
terapi ini tidak memerlukan alat khusus , mudah dilakukan sendiri atau keluarga,
tidak memerlukan bahan-bahan terapi atau persiapan khusus seperti pada aroma
terapi, tidak memerlukan ruang khusus seperti pada tindakan relaksasi, distraksi,
guide imagery, tidak memerlukan keahlian khusus seperti pada tindakan
hipnoterapi. Menurut penelitian Sari & Rumhaeni (2020) masih terdapat
beberapa responden yang tidak mengalami penurunan setelah dilakukan terapi
foot massage dikarenakan nyeri yang dirasa sangat berat.

Adapun fisiologi foot massage untuk menurunkan tingkat nyeri karena pijatan
akan merangsang serabut saraf (A bata fibers) pada kaki dan lapisan darmatom
yang mengandung reseptor taktil dan tekanan pada permukaan kaki yang banyak
dipersyarafi dengan 7000 ujung saraf kemudian reseptor mengirimkan impuls
saraf kesistem saraf pusat kemudian gate control sistem diaktifkan melalui
melalui penghambat interneuron rangsang sehingga mengakibatkan penghambat
T-cell yang akan menutupi gerbang, sehingga pesan nyeri tidak di transmisikan
kesistem saraf pusat kemudian pasien dapat merelaksasi sehingga nyeri yang di
rasa berkurang (Sari & Rumheni, 2020)

Survey awal penelitian di RSUD Brebes menurut petugas kesehatan di ruang


rawat inap, pasien yang melakukan SC di bulan November 2022 rata-rata
sebanyak 10 orang setiap hari. Petugas kesehatan juga mengatakan pasien post
SC rata- rata mengalami nyeri baik nyeri sedang maupun nyeri berat dibagian
abdomen, dan belum pernah dilakukan pemberian intervensi apapun selain obat
untuk mengurangi nyeri post SC, hanya saja petugas kesehatan menyarankan
kepada pasien untuk melakukan kompres hangat dan berbaling kanan kiri di
tempat tidur. Peneliti melakukan wawancara kepada 3 orang pasien SC dihari
5

kedua yang sudah melakukan SC, pasien tersebut diantaranya 2 pasien


mengatakan rasa nyeri berat dan tidak bisa melakukan aktivitas sendiri seperti
berjalan sendiri, berbaling di tempat tidur, dan 1 pasien mengatakan nyeri sedang
di bagian abdomen dan bisa berjalan sendiri tetapi hanya berjalan satu langkah
atau 2 langkah. Peneliti menyimpulkan hasil wawancara terhadap 3 orang
tersebut didapatkan bahwa pasien post SC semuanya merasakan nyeri .
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian foot massage terhadap skala nyeri post SC. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah di
lakukan tindakan foot massage pada pasien post operasi SC di RSUD Brebes.
(Masadah, 2020).

1.2 Tujuan penelitian


1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap penurunan tingkat nyeri pada
ibu post section cesarean di RSUD Brebes

1.2.2 Tujuan khusus


1.2.2.1 Mengidentifikasi tingkat nyeri ibu post section cesarean sebelum
dilakukan foot massage
1.2.2.2 Mengidentifikasi tingkat nyeri ibu post section cesarean sesudah
dilakukan foot massage
1.2.2.3 Mengidentifikasi pengaruh foot massage terhadap tingkat nyeri ibu post
SC

1.3 Manfaat Penelitiaan


1.3.1 Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat di di RSUD Brebes
khususnya untuk keperawatan maternitas dapat memberikan pengaruh pemberian
terapi foot massage terhadap tingkat nyeri post op SC.
6

1.3.2 Manfaat Aplikatif


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan maternitas khususnya tentang pengaruh
pemberian terapi foot massage terhadap tingkat nyeri post op SC.

1.3.3 Manfaat Metodologi


Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi baik secara teori maupun data
bagi penulis selanjutnya yang tertarik untuk meneliti mengenai judul pengaruh
pemberian terapi foot massage terhadap tingkat nyeri post op SC.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat nyeri pada pasien post SC


Sectio Caesarean (SC) merupakan salah satu tindakan persalinan untuk
mengeluarkan bayi melalui sayatan abdomen dan uterus (Palifiana & Khasanah,
2019). Oleh karena itu Tindakan section caesarea (SC) memerlukan kompetensi
khusus dan alat alat khusus seperti pisau bedah dan beberapa gunting seperti
gunting mayo lengkung (curved mayo scissor), gunting metzenbaun lengkung
(curved metzenbaum scissor) gunting kasa, dan gunting benang (Nel, 2016).
Oleh karena itu, tindakan ini harus dilakukan oleh dokter yang berkompetensi dan
fasilitas kesehatan yang memadai (Faisal, Serudji, & Ali, 2020). Tindakan SC
dapat dilakukan secara gawat darurat ataupun elektif. Akan tetapi, tindakan ini
harus dilakukan hanya bila terdapat indikasi (Yaeni & Sulastri, 2013). Adapun
faktor penyebab SC itu sendiri menurut Anita Puri (2016) antara lain
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan punggung ibu (punggul sempit, anak
besar, letak dahi, letak muka), keracunan kehamilan yang parah, kelainan letak
bayi (sungsang atau lintang), mulut rahim tertutup plasenta (plesenta previa), bayi
kembar, kehamilan ibu berusia lanjut, sejarah bedah SC pada kehamilan
sebelumnya, ibu menderita penyakit tertentu, infeksi saluran persalinan dan
sebagainya. Keputusan yang diambil tiba- tiba karena tuntutan kondisi darurat
,misalnya sejak awal tidak ada masalah apapun dan diprediksi persalinan bisa di
lakukan secara normal, ada kalanya karena salah satu dan lainnya hal timbul pada
saat proses persalinan. Persalinan menggunakan tindakan SC mempunyai dampak
antara lain infeksi pasca pembedahan, nyeri pasca melahirkan, kehamilan diluar
kandungan pada kehamilan berikutnya, rupture uteri, waktu pemulihan lama, dan
biaya persalinan mahal sehingga menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin.

Ada beberapa macam komplikasi yang terjadi pada tindakan SC menurut


Ayuningtyas (2018) antara lain Infeksi puerperal, komplikasi ini bersifat ringan

7
8

maupun berat, infeksi peorperal ringan dapat berupa kenaikan suhu tubuh pada
ibu saat beberapa hari dalam masa nifas dan infeksi puerperal berat dapat berupa
peritonitis, sepsis, dan sebagainya. Infeksi ini dapat penyebabkan pendarahan
pada ibu. Sehinga pendarahan pada ibu, disebabkan karena adanya prosedur
Episiotomi atau sayatan pada perineum yang terdapat pada jaringan jalan lahir
pada bayi sehingga anus dapat bereaksi saat proses persalinan. Pada proses
persalinan dengan menggunakan tindakan SC terdapat pembedahan pada
cabang- cabang atonia uteria, atonia uteria merupakan pendarahan pasca
persalinan yang dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari uterus
dan sebagian lagi belum terlepas sehingga tidak ada kontraksi pada bayi dan
Atonia uteria terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah di
lakukan rangsangan pemijatan fundus uteri. (Anik & Yulianingsih, 2009, dalam
kutipan Yulita, 2017). Salah satu dampak dari SC yaitu nyeri.

Nyeri merupakan sensasi yang universal dan bersifat individual, dikatakan


individual karena respon pada seseorang individu terhadap sensasi nyeri beragam
dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut menjadi dasar
bagi tenaga medis salah satunya perawat dalam mengatasi nyeri pada pasien.
Secara sederhana Nyeri adalah kondisi yang tidak diinginkan karena diakibatkan
rangsangan fisik atau dari filamen yang dalam saraf ditubuh ke otak besar dan
diikuti dengan respon fisik, fisiologis, ataupun emosional (Permatasari, 2018).

Adapun stimulus cidera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri sehingga


menyebabkan 4 mekanisme fisiologi nyeri menurut Bahrudin (2017) antara lain
tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Tranduksi merupakan suatu proses
dimana saraf aferen menerjemahkan stimulus ke dalam impuls nosiseptif
misalnya ketika kita tertusuk jarum ditangan salah satu saraf akan merangsang
nyeri. Sedangkan transmisi adalah suatu proses dimana impuls pada otak di
salurkan ke kornu dorsalis medula spinalis kemudian bagian traktus sensorik
menuju otak, akan tetapi kornu dorsalis medula spinalis berhubungan dengan
banyak neuron spinal sehingga menyebabkan modulasi. Modulasi merupakan
9

proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri dimana serangkaian nyeri pada
reseptor opioid dapat ditentukan dikornu dorsalis. Persepsi adalah hasil dari
interaksi proses yang terdiri dari transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis,
dan karakteristik individu lainnya . akan tetapi organ tubuh manusia yang
berperan sebagai reseptor nyeri yaitu ujung saraf bebas dalam kulit yang
merespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak bagian
tubuh.

Faktor yang mempengaruhi nyeri perlu diamati oleh perawat karana untuk
melakukan pengkajian oleh perawat untuk perawatan pada pasien yang perlu di
waspadai (Hamdani, 2014, dalam kutipan Dewi, 2017) diantaranya usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman nyeri sebelumnya, mekanisme koping,
dukungan keluarga. Usia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
nyeri, terutama pada seseorang anak maupun dewasa akhir, karena pada usia
tersebut lebih sensitif terkena nyeri baik itu nyeri sedang maupun nyeri berat.
Pada usia lansia lebih persepsi berkurang karena perubahan patologis dengan
beberapa penyakit yang di alami (Susanti, 2018). Jenis kelamin, pada dasarnya
jenis kelamin laki- laki dan perempuan rentang nyerinya berbeda. Dari penelitian
ini menunjukan bahwa perempuan lebih cenderung nyeri dari pada laki- laki
karena pada umumnya perempuan memiliki intensitas nyeri yang kuat, frustasi
dan akut, dan persaan tidak nyaman karena nyeri yang di alami terutama pada
seseorang disminor dan post op. Sedangkan pada laki- laki tidak cenderung
terkana nyeri karena laki- laki memiliki mental yang kuat (Marlina, 2015)

Tingkat pendidikan, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri di


karenakan tingkat pendidikan sangatlah mempengaruhi dalam upaaya pencegahan
nyeri misalnya pada seseorang yang berpendidikan rendah dibandingkan
berpendidikan tinggi, berpendidikan tinggi lebih tau cara penanganan nyeri
sedangkan berpendikan rendah kebanyakan kurang paham cara penangan nyeri.
Pengalaman nyeri sebelumnya, setiap individu pasti mengalami nyeri
sebelumnnya, jika individu sering mengalami nyeri tanpa sembuh maka akan
10

muncul rasa takut, dan juga sebaliknya apabila seseorang mengalami nyeri
berulang-ulang tetapi nyeri tersebut bisa dihilangkan maka seseorang akan
menginterpretasikan sensasi nyeri (Wijaya, 2016; Yantini & Susila, 2018).

Mekanisme koping merupakan cara yang digunakan individu untuk mengurangi


rasa nyeri, menyelesaikan perubahan fisik yang akan terjadi, dan mencegah situasi
yang mengancam nyawa, baik secara kognitif maupun secara perilaku (Nasir &
Muhith, 2011). Dukungan keluarga, merupakan suatu hal yang dapat mengurangi
rasa nyeri pada pasien, dukungan keluarga ini berupaya untuk membantu
penilaian, instrumental, informasional dan emosional merupakan suatu hal
mengurangi nyeri pada ibu yang melakukan persalinan. Nyeri persalinan pada
minggu ke-30 kehamilan akibatnya perubahan dari hormon estrogen dan
progesterone akan tetapi bersifat tidak teratur, tidak nyeri, dan kekuatan
kontraksinya yaitu 5 mmHg. Kekuatan ini akan menjadi kekuatan his dalam
persalinan dan sifatnya teratur.

Adapun karakteristik nyeri, yaitu pendekatan dengan menggunakan pengkajian


karakteristik yang paling mudah digunakan perawat dalam melakukan pengkajian
nyeri yang dirasakan pasien dengan menggunakan PQRST (Muttaqin, 2011,
dalam kutipan Meliya, 2016). Pendekatan dengan menggunakan PQRST antara
lain (P) provoking incident yang terdiri dari pertanyaan apakah ada faktor
penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang jika beristirahat, apa faktor- faktor yang
dapat meredahkan nyeri dan apa yang di percaya pasien untuk mengurangi nyeri
tersebut. (Q)Quality or Quality of pain yang terdiri dari pertanyaan seperti
apakah rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, apakah seperti
terbakar, terdenyut, tertusuk-tusuk. (R) Ragion radiation relief yang terdiri dari
pertanyaan dimana lokasi nyeri hasus ditunjukan secara tepat oleh pasien, apakah
rasa sakit itu menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. (S) Severity
scale of pain yang terdiri dari pertanyaan seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
mempengaruhi kemampuan fungsinya terhadap kehidupan sehari- hari misalnya
tidur, makan, dan aktivitas lainnya. (T) Time yang terdiri dari pertanyaan berapa
11

lama nyeri berlangsung datang, apakah ada waktu- waktu tertentu yang
menghambat nyeri.

Klasifikasi nyeri dibagi menjadi beberapa bagian antara lain klasifikasi nyeri
berdasarkan durasi, klasifikasi nyeri berdasarkan asal, dan klasifikasi nyeri
berdasarkan lokasi. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi dibagi menjadi dua nyeri
akut dan nyeri kronik. Nyeri akut yaitu nyeri yang terjadi setelah cidera akut,
penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas
nyeri ringan sampai nyeri berat dan nyeri hilang berlangsung waktu yang singkat
kurang lebih 6 bulan (Lasatun, 2019). Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri
konstan yang menetap sepanjang suatu periode waktu tertentu, nyeri ini biasanya
berlangsung hilang lebih dari 6 bulan (Potter & Perry, 2017).

Sedangkan klasifikasi nyeri berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu nyeri
nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif yaitu nyeri yang diakibatkan oleh
aktifitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupan respetor khusus yang
mengantarkan stimulus noxious. Nyeri ini terjadi adanya stimulus yang mengenai
kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat (Heriyanto & Sulistyowati, 2015, dalam
kutipan Anziliyana, 2020). Sedangkan nyeri neuropatik adalah hasil suatu cidera
atau abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer maupun sentral, nyeri
ini lebih sulit diobati (Andarmayo, 2017). Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi
dibagi menjadi empat antara lain nyeri supervisial, viseral dalam, nyeri alih, dan
radiasi. nyeri supervisial merupakan nyeri yang disebabkan stimulus kulit, nyeri
ini biasanya terasa sebagian sensasi yang tajam, misalnya ketusuk jarum, luka
potong kecil atau laserasi (Heriyanto & Sulistyowati, 2015). Sedangkan visceral
dalam adalah nyeri yang terjadi akibat stimulus organ-organ internal misalnya
sensasi pukul atau crushing (Heriyanto & Sulistyowati, 2015). Sedangkan nyeri
alih yaitu fenomena umum dalam nyeri visceral karena banyak organ yang tidak
mempunyai reseptor nyeri, misalnya nyeri terjadi pada infark miorkard (Heriyanto
& Sulistyowati, 2015). Sedangkan radiasi yaitu sensai nyeri yang meluas dari
tempat awal cidera kebagian tubuh yang lain misalnya nyeri punggung bagian
12

bawah akibat diskusi interavetebral yang reptur disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai (Heriyanto & Sulistyowati, 2015). Menurut praktek klinis
sehari- hari terdapat 4 jenis nyeri yaitu nyeri nosiseptif, nyeri inflamatorik, nyeri
neuropatik, nyeri fungsional.

Pada umumnya nyeri nosiseptif ini tidak memerlukan terapi khusus karena
berlangsung singkat dan nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus yang cukup kuat
sehingga akan menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus yang berbahaya.
Contohnya nyeri pada pasien operasi dan nyeri akibat tusukan jarum. nyeri
inflamatorik merupakan nyeri dengan stimulus kuat atau berkepanjangan yang
akan menyebabkan kerusakan pada lesi jaringan. nyeri ini adalah nyeri tipe II
yang dapat terjadi pada pasien nyeri akut dan kronik. Contohnya nyeri pada
pasien rheumatoid artritis. Sedangkan nyeri neuropatik yaitu nyeri yang terjadi
akibat adanya lesi sistem saraf perifer seperti nyeri pada neuropatik diabetik,
post-herpetik, radikulopati lumba. contohnya nyeri pada pasien pasca cedera
medula spinalis, pasien stroke, dan nyeri pada skerosis multiple. nyeri fungsional
ditandai dengan tidak ditemukannya abnormalitas perifer dan defisit neurologis
yang disebabkan karena adanya respon abnormal pada sistem saraf terutama pada
hipersensitifitas apparatus sensorik.

Pengukuran nyeri dengan menggunakan subjektif yang paling mungkin adalah


menggunakan respon nyeri itu sendiri, akan tetapi pengukuran ini tidak dapat
digunakan untuk memberikan gambar yang pasti tentang pengalaman nyeri
sebelumnya. Manajemen nyeri memerlukan penilaian dan usaha yang cermat
untuk memahami pengalaman nyeri pada pasien. Pasien dapat menunjukan lokasi
nyeri yang terjadi pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dan di gambarkan
pada tubuh pasien. Pengukuran intensitas nyeri dapat menunjukan tingkat nyeri
pada pasien sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk melakukan pengkajian
intensitas nyeri. Derajat nyeri dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat nyeri
pada pasien yaitu dengan menggunakan alat ukur Verba Descriptor Scole (VDS),
Visual Analogue Skale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS).
13

VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai 5 kata yang
mendeskripsika perasaan nyeri, baik tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri
berat dan nyeri tak tertahankan ( Potter & Perry, 2017). Kelebihan VDS yaitu
untuk memungkinkan pasien untuk memilih dan mendeskripsikan skala nyeri
yang di rasakan pasien sedangkan kekurangan dari VDS itu sendiri yaitu skala
nyeri kurang spesifik.

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri


nyeri ringan sedang hebat sangat paling
hebat hebat

Gambar 2.1 Verbal Descriptor Scale (VDS)

Visual analogue skale (VAS) merupakan skala unidimensional untuk mengukur


skala nyeri pada pasien VAS terdiri dari garis horizontal dan vertikal dengan 0
menyatakan tidak nyeri dan 100 mm menyatakan nyeri berat. Metode VAS yaitu
penggaris dengan skor ditentukan dengan mengukur jarak dengan satuan mm
pada baris 10 cm dan pasien memberikan tanda pada kisaran skor 0-100. Skor
yang lebih tinggi menunjukan skor intensitas nyeri. Pada VAS mempunyai titik
potong yang direkomendasikan yaitu titik tidak ada nyeri (0-4 mm), nyeri ringan
(5-44 mm), nyeri sedang (45-74 mm), nyeri berat (75- 100 mm). VAS juga
memiliki hasil uji rehabilitas yaitu r=0,94; p<0,0001, validitas 0,99 (G. A. Hewker
et al., 2011) Kelebihan dari VAS yaitu metode pengukuran intensitas nyeri paling
sensitif , murah dan mudah di buat, bisa untuk mengukur semua jenis nyeri.
Kekurangan dari VAS yaitu memerlukan pengukuran yang lebih teliti dan sangat
bergantung pada pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut.

Gambar 2.2 Visual analogue skale (VAS)


14

Numeric rating scale (NRS) merupakan alat pengkajian nyeri yang diurai dari
angka 0-10, angka 0 mewakili satu ujung nyeri (misalnya, tidak nyeri) dan angka
10 mewakili kondisi ekstrim dari intensitas nyeri (misalnya rasa nyeri yang berat).
Hasil uji rehabilitas, tenaga kesehatan mengamati pada pasien buta huruf r= 0,96
dan hasil uji rehabilitas konstruk sangat berkorelasi pada pasien nyeri kronik
(nyeri> 6 bulan): korelasi berkisaran sekitar 0,86-0,95. (Cesterlenas, Jensen, Von
Baeyer, dkk, 2017). Kelebihan dari NRS yaitu dianggap sederhana dan mudah
dimengerti dalam menilai nyeri oleh pasien, khususnya pada kondisi akut, mudah
digunakan dan didokumentasikan (Merdekawati, Dasuki & Helmi, 2019).
Kekurangannya yaitu keterbatasan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, dan
tidak memungkinkan untuk membedakan nyeri yang lebih detail.

Gambar 2.3 Numeric rating scale (NRS)

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Numeric rating
scale (NRS) karena alat ukur ini memiliki kemampuan yang lebih tinggi di
bandingkan dengan alat ukur Visual analogue skale (VAS). Dan alat ukur NRS
ini mudah di mengerti dan mudah digunakan oleh pasien karena terdapat
keterangan disetiap angkanya. Adapun metode penanggulangan nyeri terbagi
menjadi dua yaitu manajemen farmakologi dan non farmakologi. Manajemen
farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri dengan
memberikan obat-obatan pereda nyeri terutama nyeri yang sangat berat yang
berlangsung selama berjam-jam ataupun berhari hari. Adapun metode yang paling
umum digunakan untuk mengatasi nyeri yaitu obat analgesi (Rehatta, 2019).
golongan obat analgesik dibagi menjadi 2 yaitu analgesik opioid atau narkotik dan
analgetik non narkotik. Analgesik opioid atau narkotik merupakan kelompok obat
yang memiliki sifat-sifat opium atau morfin,obat ini di gunakan untuk
15

meredahkan nyeri pada fraktur dan kanker, misalnya metode fentanil, kodein.
Sedangkan obat analgetik non narkotik cenderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada susunan sistem saraf atau bahkan
efeknya menurunkan kesadaran akan tetapi obat ini tidak mengakibatkan efek
ediksi pada penggunannya. Misalnya obat anti nyeri Non Steroid Anti
Inflamations Drugs (NSAID) obat ini diberikan harus berhati-hati karena
efeksampingnya dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ atau proses
degeneratif (Setiati et al., 2017). Sedangkan Manajemen non farmakologi yaitu
dengan adanya pasien dan tim medis memandang obat sebagai satu-satunya
metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu banyak aktivitas
nonfarmakologi yang dapat membantu menghilangkan nyeri. Meskipun ada
laporan mengenai keefektifan tindakan- tindakan ini, sedikit diantaranya yang
belum dievaluasi melalui penelitian riset yang sistematik. Meskipun tindakan
tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut
mungkin diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya
beberapa detik ataupun menit (Safitri, 2019).

Adapun teknik non farmakologi untuk menurunkan nyeri yaitu Massage.


Massage atau stimulus merupakan teknik sentuhan ataupun pemijatan ringan
yang dapat meningakatkan kondisi pasien secara rileks pada tubuh sehingga
memicu perasaan yang nyaman melalui permukaan kulit dan mengurangi rasa
sakit, hal ini disebabkan karena pemijatannya untuk merangsang tubuh dan
melepaskan senyawa endofirin (Nurochmi, Nurasi & Romadhon, 2014, dalam
kutipan Meliana, 2020). Stimulus saraf elektris transkutan (TENS) dapat
digunakan berbagai keadaan pada pasien salah satunya pasien pasca bedah dengan
kondisi akut hal ini TENS dapat menurunkan intesitas nyeri dibandingkan dengan
terapi lainya (Rosid, 2010, dalam kutipan Meliana, 2020). Distraksi merupakan
terapi yang menggunakan pengalihan perhatian pada pasien kedalam hal yang lain
sehingga dapat merubah kewaspadaan nyeri, bahkan dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri (Mubarok, Indrawati & Susanto, 2015). Relaksasi adalah metode
yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri
16

kronis sehingga menyebabkan rileks sempurna yanga dapat mengurangi


ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga dapat mencegah hebatnya
stimulus nyeri (Mubarok, Indrawati & Susanto, 2015). Hipnosis adalah dapat
mengaktifkan pikiran sadar dan membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks,
pikiran manusia terdiri dari pikiran sadar dan tidak sadar sehingga kondisi tubuh
menjadi rileks dan merasang otak manusia untuk mengeluarkan hormon
endorphin (Haruyama, 2013).

2.2 Foot massage


Massage merupakan salah satu integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas
sistem saraf otonom dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit
dan mengurangi rasa sakit, hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh
untuk melepaskan senyawa endorphin (Meliani, 2019). Implementasi massage itu
sendiri berpusat pada bagian bawah kaki sampai lutut sehingga massage dapat
membuat pasien lebih rileks dan nyaman (Burner & suddarth, 2016). Sedangkan
pengertian foot massage itu sendiri merupakan salah satu salah satu terapi
komplementer yang aman dan mudah yang di berikan pada pasien yang
mengalami nyeri untuk meningkatkan efek sirkulasi, dan mengeluarkan sisa
metabolisme dalam tubuh, meningkatkan rentang pada gerak sendi terurama pada
bagian mata kaki, mengurangi rasa nyeri, dan merelaksasikan otot sehingga
memberikan rasa nyaman pasa pasien (Afianti, 2017).

Manfaat foot massage atau pijat kaki bermanfaat untuk memberikan relaksasi
yang mendalem , untuk mengurangi kecemasan, untuk mengurangi rasa nyeri
pada pasien, untuk meningkatkan ketidaknyaman fisik pada pasien, dan
meningkatkan kualitas tidur pada pasien (Afianti & Mardhiyah, 2017). Akan
lebih efisien tenaga medis memberikan relaksasi yang mendalam menggunakan
intervensi terapi foot massage di berikannya dengan menggunakan baby oil atau
lation agar pasien lebih rileks dan di beri metode secara baik dan benar. Adapun
metode foot massage yaitu di lakukan secara kurang lebih selama 5-20 menit
dengan frekuensi pemberian 1 sampai 2 kali (, 2020).
17

Gerakan foot massage di mulai dari telapak kaki kemudian pergelangan kaki lalu
bagian punggung kaki, serta jari-jari kaki. Pijatan yang panjang dan lembut akan
memberikan ketenangan dan kenyamanan pada pasien. foot massage atau pijatan
kaki menstimulus saraf- saraf yang terhubung di dalam organ tubuh terutama
pada saraf nosireseptor yang terdapat pada saraf kaki. Saraf nosireseptor
merupakan saraf yang mulai mensensasi nyeri dimana reseptor ini yang
mengirimkan sinyal nyeri yang terletak di permukaan jaringan internal dan bagian
bawah kulit kaki (Anziliyana, 2020). Terapi foot massage atau pemijatan kaki
juga mempunyai indikasi dan kontraindikasi pada pasien yaitu pada pasien yang
mengalami gangguan kardiovaskuler misalnya penyakit hipertensi dan gagal
jantung dan pasien yang mengeluh sakit kepala, dan pasien yang mengalami
imobilisasi. Sedangkan foot massage tidak boleh digunakan pada pasien yang
mengalami fraktur di bagian kaki, pasien yang mengalami luka dan infeksi atau
trauma pada bagian kaki, dan pasien yang mengalami gejala thrombosis vena
dalam (Sari & Rumheni, 2020).

Hasil penelitian Purwanti (2021) Masalah post Op Appendictomy di ketahui


bahwa masih ada nyeri cenat - cenut dibagian abdomen maka intervensi pada
kasus ini menggunakan terapi foot massage. Sebelum dilakukan terapi foot
massage tingkat skala nyeri 6 dan setelah dilakukan terapi foot massage ada
perubahan pasien tampak rileks dan ada perubahan tingkat skala nyeri menjadi
3. Hasil evaluasi menyatakan bahwa pasien merasakan nyaman sehingga dapat
membuat ketenangan karena dipijat. foot massage dapat menurunkan tingkat
nyeri pada pasien post Op Appendictomy karena gosokan dapat memblokir
implus nyeri sehingga mampu memberikan rangsangan nyaman dan mampu
mengurangi rasa nyeri pada pasien post Op Appendictomy . Hasil penelitian
Muliani (2019) Masalah nyeri Rheumatoid arthtritis pada lansia sebagian
merasakan nyeri sendi lutut, maka intervensi pada kasus ini menggunakan
terapi foot massage. Sebelum dilakukan terapi foot massage pasien merasakan
nyeri dengan skala nyeri 5 dan setelah dilakukannya intervensi terapi foot
18

massage ada perubahan pasien merasa rileks, skala nyeri 3. Hasil evaluasi
menyatakan bahwa lansia lebih nyaman setelah dipijat. Foot massage dapat
menurunkan nyeri pada pasien Rheumatoid arthtritis karena gosokan yang
mengaktifkan sensor saraf kaki sehingga terjadi vasodilatasi pembulu darah dan
getah bening yang mempengaruhi aliran darah meninggakat, sirkulasi darah
menjadi lancer, pasokan oksigen kejaringan yang inflamsi menjadi adekuat.
Hasil penelitian Oktaviani (2022) Masalah Indikasi ketuban pecah dini (KPD)
sebagian merasakan nyeri abdomen maka intervesi pada kasus ini menggunakan
terapi foot massage. Sebelum dilakukan terapi foot massage pasien merasakan
nyeri seperti tertusuk- tusuk skala nyeri 4-6 dan meringis kesakitan dan sesudah
dilakukan intervensi terapi foot massage , pasien merasa rileks, skala nyeri 2.
Hasil evaluasi tercapai pembuktian nyeri yang dialami pasien mengalami
perubahan karena Foot massage dapat menimbulkan rangsangan terhadap reseptor
saraf yang di teruskan ke pembuluh darah sehingga meningkatkan nya aliran
darah

Adapun Prosedur pelaksanaan foot massage menurut Galih (2021), antara lain
2.3.1 Menyiapkan alat dan bahan pelicin seperti baby oil dan lation yang aman
dan tidak kadarluarsa, 1 lembar selimut, 1 lembar washlap atau handuk kecil,1
lembar handuk kering
2.3.2 Fase kerja, pada fase ini tindakan yang dilakukan Mencuci tangan terlebih
dahulu untuk mengindari dari bakteri atau kuman, lalu memakai sarung tangan,
mengkaji kondisi pasien, jika pasien terdapat luka bakar atau luka terbuka, dan
kemerahan pada kaki, terdapat fraktur di daerah kaki maka prosedur tindakan
ditunda dan menjelaskan tujuan intervensi
2.3.3 Meletakkan handuk dibawah paha dan tumit, dan posisikan pasien dalam
keadaan senyaman mungkin (jika pasien memakai celana panjang alangkah
baiknya dilipat keatas sampai lutut), tuangkan baby oil atau lation dikedua telapak
tangan sesuai kebutuhan perawat
19

Gambar 2.4 Menuangkan lation kedalam kedua telapak tangan

2.2.4 Lakukan pemijatan pada telapak kaki pasien secara perlahan dari arah dalam
kearah sisi luar dan semua jari- jari pasien di pegang tangan kiri perawat

Gambar 2.5 Pemijatan pada telapak kaki

2.2.5 Tahap selanjutnya menuangkan baby oil kembali lalu melakukan pemutaran
pergelangan kaki dan menggerakan kaki maju mundur searah jarum jam

Gambar 2.6 Memutar pergelangan dan menggerakan maju mundur kaki

2.2.6 Tahap selanjutnya memijat dan merotasikan semua jari- jari kaki pasien
secara perlahan.

Gambar 2.7 Memijat jari- jari pasien


20

2.2.7 Tahap selanjutnya yaitu tahan dan pijat telapak bagian bawah kaki pasien
dengan menggunakan seluruh jari (ibu jari ditelapak kaki dan keempat jari di
bagian punggung kaki) kemudian kaki pasien di gerakan ke sisi depan dan sisi
belakang

Gambar 2.8 Menahan kaki pasien dengan menggunakan kelima jari

2.2.8 Tuangkan kembali lotion kedalam telapak tangan perawat lalu Berikan
pijatan dari bagian sela- sela jari bagian dalam dengan gerakan ke atas ke bawah
pada kaki pasien dengan gerakan lembut

Gambar 2.9 Memijat sela-sela jari

2.2.9 Berikan tekanan pada semua jari- jari kaki pasien secara perlahan

Gambar 2.10 Tekanan pada jari- jari kaki

2.2.10 Prosedur tindakan selesai lalu rapikan kembali dan berpamitan pada pasien
21

2.4 Kerangka Teori Karakteristik nyeri


Dampak SC
a. Klasifikasi nyeri
a. Infeksi pasca pembedahan (nyeri akut: nyeri
b. Nyeri pasca melahirkan hilang kurang dari
1. Terapi farmakologi c. Kehamilan diluar 6 bulan, dan nyeri
(Analgetik) keuntungan pada kehamilan kronik, nyeri
2. Terapi non farmakologi berikutnya hilang lebih dari 6
a. Massage ( foot d. Reptur uteri bulan)
massage) e. Waktu pemulihan lama b. Kualitas nyeri
b. Stimulus saraf elektris (0:tidak nyeri, 1-3
transkutan (TENS) nyeri ringan, 4-6
c. Distraksi Nyeri nyeri sedang, 7-9
d. Relaksasi nyeri berat, 10
e. Hipnosis nyeri yang tidak
terkontrol
Faktor-faktor yang c. Tindakan untuk
Manfaat fisiologis foot mempengaruhi nyeri antara penghilang nyeri
massage lain (terapi farmakologi
a. Memberikan relaksasi a. Usia misalnya obat
yang mendalam b. Jenis kelamin anagesik dan
b. Mengurangi kecemasan c. Tingkat pendidikan nonfarmakologi
c. Meningkatkan kualitas d. Pengalaman nyeri terapi massage,
tidur sebelumnya terapi relaksasi
d. Meningkatkan e. Mekanisme koping bansom)
ketidaknyamanan fisik f. Dukungan keluarga.
e. Mengurangi rasa nyeri
Gangguan post SC
a. Mobilisasi terbatas
b. Insiasi menyusui dini
c. Respon ibu ke bayi
berkurang karena rasa
nyeri
Gambar 2.11 Kerangka Teori
Sumber : (Anitapuri, 2016; Dumilah Ayuningtyas, 2018; Dyiah permata sari,
2018; Rini & Susanti, 2018; Afianti & Mardhiyah, 2017; Purba et al.,
2021)
22

2.4 Kerangka Konsep


Menurut Notoatmodjo (2018) Kerangka konsep yaitu kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan berdasarkan
hubungan fungsional antara variabel yang satu dengan yang lainnya, yaitu
variabel dependen atau variabel bebas dan independen atau variabel terikat.
Berdasarkan penelitian diatas, maka dibuat kerangka konsep penelitian sebagai
berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Foot massage Tingkat nyeri pasien


nm

post op SC

Gambar 2.12 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis penelitian


Menurut Notoatmodjo (2018) Hipotesis penelitian merupakan salah satu jawaban
sementara, patokan duga atau dalil sementara terhadap rumusan penelitian yang
masih memerlukan pembuktian untuk kebenarannya melalui penelitian
Maka hasil hipotesis dalam penelitian ini yaitu
Ho : Tidak ada pengaruh foot massage terhadap tingkat nyeri abdomen pada
pasien SC di ruang rawat inap RSUD Brebes.
Ha : Ada pengaruh foot massage terhadap tingkat nyeri abdomen pada pasien SC
di ruang inap RSUD Brebes.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Hasil Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
metode quasi experimental dengan pendekatan pre test dan post test one group
design yaitu penelitian eksperimen yang dilakukan dengan pengukuran post test
sebelum dan sesudah di lakukan intervensi apakah memungkinkan terjadi
perubahan- perubahan setelah di lakukannya eksprimen (Nursalam, 2013).
Penelitian ini dilakukan di RSUD Brebes pada pasien post section caesarea.

Pretes perlakuan postes


X1 X X2

Gambar 3.1 Gambaran rancangan penelitian


Keterangan:
X1 : Test awal ( pre test) observasi sebelum di lakukan perlakuan foot massage
X : Perlakuan foot massage
X2 : Test akhir ( pos test) observasi setelah dilakukan perlakuan foot massage

3.2 Alat penelitian dan cara pengumpulan data


3.2.1 Alat penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
lembar observasi dan Standar Prosedur Operasional (SPO). Lembar observasi
tersebut terdiri dari data umum dan skala nyeri. Data umum adalah data identitas
responden yang terdiri dari nama responden dan umur responden. Skala nyeri
yang digunakan dalam lembar observasi adalah Numeric ranting scale (NRS).alat
ukur ini terdiri dari tidak nyeri sampai nyeri berat. Angka 0 tidak nyeri, angka 1
sampai 3 kategori nyeri ringan, 4 sampai 6 kategori nyeri sedang, dan 7 sampai
10 kategori nyeri berat (Cestarienas et al., 2017)

23
24

3.2.2 Cara pengumpulan data


Pengumpulan data yaitu langkah paling utama dalam sebuah penelitian, karena
tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data dari responden (Sugiyono, 2019).
Hal ini peneliti menggunakan pengumpulan data dengan dilakukan sebagai
peneliti untuk mendapat data dari responden dengan menggunakan dua tahap
yaitu persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan, peneliti melakukan
penyusunan proposal dan pelaksanaan. Selanjutnya peneliti meminta surat izin
permohonan untuk melakukan studi pendahuluan dan pengambilan data di prodi
S1 ilmu keperawatan. Tahap selanjutnya peneliti menentukan besar sampel yang
harus diteliti. Kemudian peneliti meminta surat permohonan izin untuk
melaksanakan penelitian dari Ketua Prodi Ilmu keperawatan dan Ners Universitas
Bhamada Slawi. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan tahap pelaksanaan.

Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan pengambilan data yang akan


dilakukan dengan mendatangi pasien post SC di RSUD Brebes. Proses
pengambilan data penelitian akan dibantu oleh 2 orang anumerator dari tingkat 4
semester 8 yang sudah dilakukan persamaan persepsi tentang tujuan, manfaat, dan
proses pengambilan data penelitian yang akan dilakukan selama 15 hari. Sebelum
penelitian, peneliti dan anumerator memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada
pasien menjelaskan tujuan, manfaat,dan prosedur penelitian kepada responden.
Apabila responden bersedia menjadi sempel penelitian maka responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden.

Pada tahap pengambilan data dibagi menjadi pre test, intervensi, dan posttest,
adapun di tahap pre test, sebelum melakukan intervensi peneliti menjeaskan
kepada responden tentang lembar observasi yeng terdiri dari nama responden,
umur responden dan pendidikan responden serta alat ukur skala nyeri NRS.
peneliti dan anumerator mengukur skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi kepada pasien post op SC dengan menggunakan skala NRS yang
tersedia dilembar observasi. Sebelum responden menandai alat ukur, peneliti dan
25

enumerator menjelaskan skala nyeri NRS yang menentukan tingkat nyeri yang
dirasakan oleh pasien post op SC dengan melihat panduan peneliti sebelum
dilakukan tindakan. Misalnya peneliti menunjukan lembar observasi yang terdiri
dari Nomer reponden, nama responden, umur responden, pendidikan terakhir
responden serta alat ukur NRS, peneliti menjelaskan arti angka 0 sampai 10
dimana angka 0 tidak nyeri, angka 1 sampai 3 dalam kategori nyeri ringan, angka
4 sampai 6 kategori nyeri sedang dan 7 sampai 10 katagori nyeri berat, setelah
menjelaskan peneliti meminta responden untuk menunjukan angka kira-kira nyeri
yang dirasakan berada pada angka berapa

Setelah responden menandai alat ukur, peneliti memberikan terapi foot massage
atau pemijatan kaki dengan teknik effleurage, patrissage, topotement, vibration,
dan friction, dilakukan selama 10 menit dan dilakukan satu kali pijat, pada
pasien post op SC hari kedua dengan anestesi spinal dan setelah 6 jam pemberian
obat analgesik. Setelah responden dilakukan intervensi foot massage atau
pemijatan kaki dengan teknik tersebut, maka peneliti meminta responden untuk
menentukan tingkat nyeri yang dirasakan dari panduan yang sudah diajarkan
peneliti setelah di lakukan intervensi, misalnya angka 0 tidak nyeri, angka 1
sampai 3 dalam kategori nyeri ringan, angka 4 sampai 6 kategori nyeri sedang
dan 7 sampai 10 katagori nyeri berat, setelah menjelaskan peneliti meminta
responden untuk menunjukan angka kira-kira nyeri yang dirasakan berada pada
angka berapa untuk mengukur skala nyeri responden setelah diberikan intervensi
tersebut. Setelah data mencangkup kriteria inklusi dan eksklusi yang didapatkan
dari responden, maka peneliti langsung mengolah data dengan menggunakan
program komputer.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Popolasi merupakan wilayah generalisasi terdiri atas objek-objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Populasi ini adalah sample, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
26

(Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post SC di
RSUD Brebes.

3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan accidental sampling. accidental sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan kebetulan ditemui peneliti dengan cara memberikan
penilaian tersendiri diantara populasi yang akan dipilih. Penilaian ini diambil
tentunya apabila memenuhi kriteria peneliti tersebut. Kriteria dibagi menjadi dua
antara lain kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu target populasi bersifat terjangkau yang akan
dijadikan penelitian. Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi antara lain
3.3.2.1 Pasien post op SC hari kedua dengan anastesi spinal
3.3.2.2 Kesadaran penuh
3.3.2.3 Setelah 6 jam pemberian obat analgesik. Karena efek dari obat anelgesik
sudah menghilang
3.3.2.4 Pasien dengan keadaan Nyeri sedang
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel dalam penelitian (Nursalam, 2016). Peneliti ini memberikan
kriteria eksklusi antara lain
3.3.2.1 Pasien SC yang memiliki penyakit penyerta seperti pasien pada halnya ada
masalah atau penyakit di bagian kaki
3.3.2.2 Pemasangan IV kateter dikaki
3.3.3 Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling karena tidak
diketahui jumlah pasien post SCyang dirawat, maka penelitian ini menggunakan
rumus cochran
n= pq
27

keterangan:
n: Sampel yang di cari
p proporsi populasi yang tidak di ketahui (0,5)
q: (1-p) kebalikan dari p
Z: simpangan rata- rata pada tingkat signifikansi (85%=1,44)
d: batas toleransi kesalahan ( 15%=0,15)
n= pq : (0,5)(0,5) : (0,25) : 0,5184 : 24
; 0,0225 0,0225
3.4 Tempat dan Waktu penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di RSUD Brebes pada bulan juni tahun 2023

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah konsep- konsep yang berupa kerangka yang menjadi
kata- kata menggambarkan perilaku atau gejala yang diamati, dan di uji
kebenarannya. Dalam peneletian ini (Sugiyono, 2017). Penjelasan definisi
operasional antara lain:

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur HasilUkur Skala


Ukur
Foot Pemijatan yang dilakukan pada Standar - -
massage didaerah kaki antara lain: prosedur
atau telapak kaki, punggung kaki, operasional
pemijatan (SPO) Foot
dan jari- jari kaki yang
kaki massage atau
dilakukan selama 10 menit pemijatankaki

Tingkat Rasa nyeri yang dirasakan Lembar Skala nyeri Rasio


nyeri post pasien post SC observasi dan 0-10
op SC alat ukur nyeri
NRS
28

3.6 Teknik Pengelolaan Data dan Analisa Data


3.6.1 Teknik pengelolaan data
Teknik pengolaan data merupakan suatu pengelolahan data setelah data yang di
cari didapatkan di lapangan penelitian sehingga memudahkan proses
menganialisasikan data berikutnya. Sehingga data diolah dan dikumpulkan
melalui tahapan-tahapan berikut diantaranya yaitu editing, entry data, dan
tabulating
Editing merupakan merupakan tahap dimana peneliti mengedit data yang
dihasilkan atau memeriksa data yang sudah dikumpulkan sehingga memudahkan
untuk memeriksa data yang sudah di dapatkan peneliti. Peneliti melakukan proses
editing dengan pengecekan lembar observasi mengenai karakteristik responden
sesuai dengan kriteria inklusi dan hasil pengukuran nyeri sebelum dan sesudah di
lakukan intervensi foot massage atau pijat kaki.
Entry data atau memasukan data merupakaan memasukan data pengamatan yang
di dapatkan dari semua responden yang di dapatkan dari pengisian kuesioner
dalam bentuk kode yang akan dimasukan kedalam program atau software
komputer sehingga memudahkan proses memasukan data.
Tabulating atau penyusunan data, peneliti melakukan penyusunan data yag di
dapatkan dari responden yang akan dimasukan ketabel sesuai dengan tujuan
penelitian
3.6.2 Analisa data
Analisa data penelitian ini untuk mengetahui pengaruh foot masaage terhadap
tingkat nyeri post SC. Untuk menganalisi data responden maka peneliti Maka
peneliti menggunakan program komputer. Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariate. Menurut Notoatmodjo (2018)
analisa univariat merupakan analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel yang akan diteliti. Variabel
yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini yaitu skala nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan foot massage atau pemijatan kaki disajikan dalam bentuk tabel
mean, median dan standar deviasi.
29

Menurut Notoatmodjo (2018) analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan


terhadap dua variabel yaitu variabel bebas dan veriabel yang terikat dan diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini berfungsi untuk mengetahui terapi foot
massage terhadap tingkat nyeri pasien post operasi SC. Analisa bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan uji statistik paired T-Test
dengan syarat data berdistribusi normal dan homogen. Apabila tidak memenuhi
syarat maka dilakukan uji wilcoxon dengan menggunakan metode shapiro- walk.
shapiro- walk adalah sebuah metode uji normalitas yang efektif dan valid
digunakan untuk menentukan besar sampel kurang dari 100 sampel, sedangkan uji
normalitas berdasarkan jumlah sampel yang diambil lebih dari 100 sempel maka
menggunakan metode Kolmogorov-smirnov

3.7 Etika Penelitian


Etika penelitian merupakan prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiaatan
penelitian dari proposal penelitia sampai dengan publikasi hasil penelitian yang di
dapatkan oleh responden, jadi saat melakukan penelitian, peneliti ini memegang
teguh sikap serta berpegang teguh pada etika penelitian (Notoadmojo, 2012).
Terdapat 4 prinsip etika penelitian diantaranya Menghormati harkat martabat
manusia ( Respect for human dignity), Menghormati privasi dan kerahasiaan
subyek penelitian ( Respect for privacy and confidentiality), Keadilan dan inklusi
atau keterbukaan ( Respect for justice an inclusivenes ), Menghitungkan manfaat
dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing harms and benefits).

Menghormati harkat martabat manusia ( Respect for human dignity), dalam


penelitian ini, peneliti mempertimbangkan hak- hak subyek penelitian tersebut.
Peneliti juga memberikan kebebasan kepada subyek untuk memberikan informasi
atau tidak memberikan informasi. Sehingga peneliti harus mempersiapkan
formulir persetujuan subjek (inform content) yang mencangkup 1) Penjelasan
mafaat penelitian. 2) menjelaskan kemungkin ada resiko tidaknya yang
ditimbulkan setelah dilakukan intervesi tersebut. 3)Menjelaskan manfaat yang
didapatkan. 4) jaminan anonimitas dan keberhasilan terhadap identitas dan
30

informasi yang di dapatkan responden.

Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (Respect for privacy and
confidentiality), Setiap responden mempunyai hak- hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi, dimana setiap
responden berhak untuk tidak memberikan apa yang di ketahuinya oleh responden
lain . informasi tersebut mengenai identitas subyek tidak ditampilkan oleh peneliti
cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

Keadilan dan inklusi atau keterbukaan ( Respect for justice an inclusivenes ),


prinsip ini perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran dan keterbukaan, dan
kehati- hatian .Prosedur penelitian ini dijelaskan sehingga prinsip keterbukaan
terpenuhi oleh peneliti. Prinsip keadilan akan menjamin bahwa semua responden
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan
gender,agama dan sebagainya.

Menghitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing harms and


benefits). Penelitian yang dilakukan secara umum dapat bermanfaat bagi ibu post
SC. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu dapat bermanfaat untuk
meringankan rasa nyeri pada ibu post Scdengan menggunakan foot massage atau
pemijatan kaki dengan menggunakan terapi non farmakologi yaitu terapi foot
massage atau pemijatan kaki dan tidak sering menggubakan obat- obatan penurun
nyeri penelitian ini tidak menimbulkan resiko cidera bagi responden.
3.8 Jadwal Penelitian

No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 11 2 34 1 2 3 4
1 Penentuan
topik dan
judul
Proposal
Bimbingan
2 Bab 1
pendahulu
an
3 Bab 2
tinjauan
pustaka
4 Bab 3
Metode
penelitian
5 Sidang
proposal
6 Revisi
sidang
proposal
7 Penelitian

31
DAFTAR PUSTAKA

Ati Nurhayati, N., Andriyani, S., & Malisa, N (2018). Relaksasi Autogenik
erhadap tingkat nyeri pada ibu post operasi sectio caesarea. Jurnal
Skolastik keperawatan, 1(2),52-61
Azka, H., H. & Robby, A. & Agustin, T. (2022). Pengaruh Pijat Kaki (Foot
Massage) Terhadap Kualitas Tidur. Healthcare Nursing Journal. 4(1)
206-2013.
Azhar, U., M. & Megawahyuni, A. & Hasanah. (2018). Pengaruh Relaksasi Nafas
Dalam Dengan Teknik Meniup Balon Terhadap Prubahan Skala Nyeri
Pasca Operasi Sektio Sesarea. Jurnal Kesehatan. 11(1) 51-60.
Anzalina ,R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Laparatomi
Eksplorasi Atas Indikasi Apendisitis Infiltrat Dengan Nyeri Akut Di
Ruang Melati IV Rumah Sakit Umum Dr Soekardjo Tasikmalaya.
Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Buku. 13(1).
Dolab. (2021).Teknik Analisa Data Ragam Uji Normalitas Dalam Asumsi Klasik.
Banten.
Dinkes Kab Brebes.(2021). Jumlah Angka Persalinan SC , BPS Kab Brebes.
Furlan, F. & Maliya,A. (2016). Upanya Penurunan Nyeri Pada Pasien Selulitis
Di RSUD Dr Soeharso Surakarta (Doctoral Disseratation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Febiantri, N.(2021). Penurunan Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Menggunakan
TerapiTeknik Relaksasi Benson. Jurnal Ners Muda, 2(2), 2723-8067.
Hikmah, N. & Ramadhani, S., R. (2022). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Nyeri Persalinan. Jurnal kebidanan. 1(2) 27-32.
Hidayati, L. & Widyawati, Y., I. & Nuach., M., B. (2014). Pemberian TENS
Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Bedah Urologi. Jurnal
Universitas Airlangga. 1-9
Husni, P. & Mita, R., S. (2017). Pemberian Pemahaman Mengenai Penggunaan
Obat Analgesik Secara Rasional Pada Masyarakat. Jurnal Aplikasi
Ipteks Untuk Masyarakat. 6(3) 193-195.
Hanudini, S., F. & Syukur, A. (2022). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan
Teknik Non-Farmakologi. Jurnal Keperawatan Malang. 7(1)58-67.
Istiyawati, P. (2020). Pengaruh Slow Stroke Black Massage (SSBM) Terhadap
Skala Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi. Skripsi. Stikes Bhamada
Slawi.
Ismail, H. & Saputra, A., A. & Jamaluddin, M. (2021). Pengaruh Pemberian
Distraksi Dan Teknik RelaksasiTerhadap Nyeri Selama Perawatan Luka
Operasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa & Penelitian Keperawatan. 1(2)
203-209.
Imelda. & Sari, R., S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat
Nyeri Pemasangan Infus Pada Anak PrasekolahV (3-6 Tahun). Jim F
Kep.3(4) 23-30.
Jasmalinda. (2021). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Motor Yamaha. Jurnal Inovasi
Penelitian. 1(10) 2199-2206.
Kurniawan lasantu, F. A . Z. R U. L. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post
Oprasi Cholesistectomy Laparoskopi Atas Indikasi Cholelithiasia
Dengan Nyeri Akut Di Ruang Marjan Bawah. Skripsi. RSUD Dr Slamet
Garut.
Laini, S. & Ainun, K. & Kristina. (2021). Terapi Foot Massage Untuk Menurunkan
Dan Menstabilkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Abdimas Galuh. 3(2) 328-336.
Lutfiyah, S. 2019. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. I Umur 23 Tahun
G3P2A0 Diwilayah Puskemas Slawi. KTI. Universitas Bhamada Slawi.
Muhammad, T. & Astuti, W. & Taufiq, M. (2021). Implementasin Wilcoxon
Signedrank Test Untuk Mengukur Efektivitas Pemberian Video
Tutorial Dan Ppt Untuk Mengukur Nilai Teori. Jurnal Produktif. 5(1)
405-410.
Muliani, R, Rumhaeni, A dan Nurlaelasari, D. (2020). Pengaruh Foot Massage
TerhadapTingkat Nyeri Post Op Section Caesarea. JNC; Fakultas
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana. (3) 73-80.
Muliani, R, Rumhaeni, A dan Nurlaelasari, D. 2019. Pengaruh Foot Massage
Terhadap Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Sectio Caesarea. Seminar
Nasional Unpad: Universitas Bhakti Kencana Bandung.
Mulia,R & Suprapti,T & Nurkhotimah ,S. (2019) . Stimulasi Kutaneus (Foot
Massage) Menurunkan Skla Nyeri Pasien Lansia Dengan Rheumatoid
Arthritis. Jurnal Wacana Kesehatan. 4 (2) 461- 467.
Notoatmodjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nopriyanto, D. & Samsugito, I. &Aminuddin, M. & Puspitasari, R. (2021). Efek
Hipotesis Dalam Mengurangi Nyeri Luka Pasca Operasi. Jurnal
Kesehatan. 11(2) 129-138.
Puspitasari, S., Kartikaningtias,C.,& Amin (2022). pengaruh pemberian
Aromaterapi Lavender terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
Post Op Sectio Caesarea di ruang Maternitas Rumah Sakit Prima
Husada Malang. Jurnal Keperawatan Florence, 2(1),26-34.
Purba, A, Anggorowati, Sujianto, U, dan Muniroh, M. 2021. Penurunan Nyeri
Post Section Caesarea Melalui Teknik Relaksasi Banson dan Natural
Sounds Berbasis Audio Visual. Jurnal Keperawatan Silampari, 4 (2)
425-432..
Pratiwi, S, Y. & Handayani, S.2021.Terapi Foot Massage Terhadap Nyeri Post
Section Caesarea, Indonesian Journal Of Midwifery (IJM). 4(1) 35-42.
Puri,A. & Aprina. 2016. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan
section caesarea. Lampung. Jurnal kesehatan.7(1) 90-96.
Putra,I., B., G.,S. & Wandia., I. M., & Harkitasari, S. (2021). Indikasi Tindakan
sectio caesarea. Aesculapius Medical journal. 1(1) 63-69.
Rumhaeni, A, Sari, N D. & Mulyani, Y. (2018). Foot Massage Menurunkan Nyeri
Post Operasi Section Caesarea Pada Post Partum. RSUD Kota
Bandung: Universitas Bhakti Kencana.
Rumhaeni, A. & Sari, N., D. (2020). Foot Massage Reduce Post Operation Pain
Sectio Caesarea At Post Partum. Jurnal Kesehatan Komunitas. 6(1)
164-170.
Rugoyah, S., H. & Nurdiansyah, F. (2021). Strategi Branding Bandung Giri
Gahana Golf Sebelum Dan Saat Pandemi. Jurnal Purnama Barazam.
2(2) 153-171.
Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Buku Pengantar Metodologi
Penelitian. Kalimantan Selatan.
Saputra, A A, Jamaludin, M dan Ismail, H.(2021). Pengaruh Teknik Distraksi dan
Teknik Relaksaksi Terhadap Nyeri Selama Perawatan Luka Operasi,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa & Penelitian Keperawatan. 1(2) 203-209.
Sutrisnawati, D., N., N., & Ayuningtyas, D., & Oktarini, R. (2018). Etika
Kesehatan Persalinan Melalui sectio caesarea. Jurnal MKMI. 14(1) 9-
16.
Sari, P., D. & Rufaidah, Z. & Lestari, P., W., S. (2018). Nyeri Persalinan. Buku
Nyeri Persalinan. Mojokerto. 1-30.
Sudadi. & Meliala, L. & Suwodo, S., B. (2017). Perkumpulan Nyeri indonesia.
Buku Ajar Nyeri. Yogyakarta. 1-506.
Safitri, A., N., T. (2019). Pengaruh Terapi Massage Kepala Untuk Penurunan
Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di Desa Margapadang Kecamatan Tarub.
Skripsi. Stikes Bhamada Slawi
Tambajong, F., H. & Jaury, F., D. & Kummat, L. (2013). Gambaran Nilai Vas
(Visual Analog Scale) Pasca Bedah Seksio Sesar Pada Penderita Yang
Diberikan Tramadol. Skripsi Fakultas Kedokteran. Manado.
Utami, S. (2016). Efektivitas Aroma Terapi Bitter Orange Terhadap Nyeri Post
Partum Section Caesarea, Unnes Journal of Public Health. 5(4) 316-
323.
Vitani, I., A., R. (2019). Tinjauan Literatur: Alat Ukur Nyeri Untuk Pasien
Dewasa. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan. 3(1) 1-7.
Lampiran 2

PRODI ILMU KEPERAWATAN PERMOHONAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MENJADI
RESPONDEN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN


Saya Khusu Mariah, mahasiwi Program Studi Ilmu Sarjana Keperawatan Dan
Ners sekolah tinggi ilmu kesehatan Bhakti Mandala Husada slawi, melakukan
penelitian dengan judul” pengaruh pemberian foot massage terhadap tingkat nyeri
pada ibu post operasi SC diruang inap RSUD Brebes. Saya meminta dengan
hormat kepada ibu sebagai responden dalam penelitian ini
Sebelumnya, Saya ucapkan terimaksih atas kesediaan ibu untuk berpatisipasi
penelitian yang akan saya lakukan. Saya akan menjelaskan beberapa tahap dari
penelitian ini:
1. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian foot
massage terhadap tingkat nyeri pada ibu post operasi SC diruang inap RSUD
Brebes. Adapun manfaat penelitian ini untuk menangani nyeri secara non
farmakologi
2. Pengisian Lembar Observasi
Ibu yang bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini akan diminta untuk di
ukur skala nyerinya sebelum dilakukan foot massage dan setelah dilakukan
foot massage
3. Etika penelitian
a. Penelitian ini tidak ada biaya apapun yang di bebankan kepada ibu
b. Seluruh informasi tentang ibu pada penelitian ini adalah rasahasia dan
anonim, baik informasi mengenai identitas maupun gambar berupa foto
dan lainnya.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko kerusakan fisik.
d. Ketidaknyamanan dalam penelitian ini adalah beberapa pertanyaan yang
menyangkut identitas ibu misalnya umur dan pendidikan
e. Ibu berhak untuk keluar dari partisipasi untuk penelitian tanpa ada
keawajiban apapun
Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini, ibu dapat menghubungi
saya pada e-mail : Mariahkhusu@mail.com atau hp 085848467453. Jika ibu
setuju untuk ikut dalam berpatisipasi penelitian ini, mohon untuk mengisi surat
persetujuan yang telah di sediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih

Peneliti

Khusu Mariah
Lampiran 2

PRODI ILMU KEPERAWATAN PERMOHONAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MENJADI
RESPONDEN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Ibu calon responden

Dengan hormat,
saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khusu mariah
Nim : C1019027
Status : Mahasiswa Program Studi Keperawatan Sekola Tinggi Ilmu Kesehatan.
Universitas Bhakti Mandala Husada Slawi
Yang akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh pemberian foot massage
terhadap tingkat nyeri pada ibu post operasi SC diruang inap RSUD Brebes”.
Dengan ini memohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Kerahasiaan semua informasin akan di jaga dan hanya digunakan
kepentingan peneliti.
Atas persetujuan dan kesediaan Saudara sebagai responden , saya ucapkan
terimaksih

Hormat saya,

Khusu Mariah
Lampiran 3

PRODI ILMU KEPERAWATAN PERSETUJUAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MENJADI
RESPONDEN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia menjadi responden
penelitian yang di lakukan oleh mahasiswa program Studi Sarjana Keperawatan
dan Ners sekola tinggi ilmu kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi, yang
bernama Khusu Mariah, dengan judul “pengaruh pemberian foot massage
terhadap tingkat nyeri pada ibu post operasi SC diruang inap RSUD Brebes”.
Saya memahami bahwa ,data yang dihasilkan merupakan rahasia dan hanya untuk
kepentingan pengembangan ilmu keperawatan dan tidsk merugikan saya.

Slawi, April 2023


Responden
Lampiran 4

PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR


OBSERVASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

LEMBAR OBSERVASI

Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :

ALAT UKUR SKALA NYERI

No Skala nyeri 0-10


responden
Sebelum dilakukan Sesudah dilakukan
tindakan tindakan
Lampiran 3

PRODI ILMU KEPERAWATAN STANDAR


PROSEDUR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
OPERASIONAL
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI (SPO)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


FOOT MASSAGE /PEMIJATAN KAKI
PENGERTIAN Salah satu terapi komplementer yang aman dan mudah yang di
berikan pada pasien post op SC yang mengalami nyeri
pemijatannya menggunakan tangan perawat selama 10 menit
dengan frekuensi pemberian 1 kali dalam sehari
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan efek sirkulasi
2. Untuk mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh,
3. Untuk meningkatkan rentang pada gerak sendi terurama
pada bagian mata kaki
4. Untuk mengurangi rasa nyeri
5. Untuk merelaksasikan otot sehingga memberikan rasa
nyaman pada pasien
PROSEDUR Fase orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelakan tujuan
5. Menannyakan kesiapan pasien
fase kerja
1. Mencuci tangan
2. Melakukan identifikasi pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Mengkaji kondisi pasien apakah ada tanda- tanda fraktur
bagian kaki, luka bakar di bagian kaki, kemerahan pada
bagian kaki, dan luka terbuka didaerah kaki maka
prosedur tindakan ditunda
5. Menjelaskan tujuan pemberian intervensi
6. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan dengan
posisi terlentang, dan jika pasien memakai celana
panjang alangkah baiknya diataskan sampai lutut kaki
7. Menutup badan pasien dengan menggunakan selimut
8. Tuangkan lation ditelapak tangan perawat sesuai
kebutuhan
9. Aplikasikan lotion pada bagian kaki dan lakukan
pengusapan kaki dari jari- jari sampai telapak kaki dan
jika pasien mengeluh tidak nyaman maka prosedur
langsung dihentikan
10. Melakukan pemijatan pada telapak kaki pasien secara
perlahan dari arah dalam kearah sisi luar dan semua jari-
jari pasien di pegang tangan kiri perawat
11. Tahap selanjutnya yaitu tahan dan pijat telapak bagian
bawah kaki pasien dengan menggunakan seluruh jari (
ibu jari ditelapak kaki dan keempat jari di bagian
punggung kaki) kemudian kaki pasien digerakan ke sisi
depan dan sisi belakang
12. Menuangkan kembali lotion kedalam telapak tangan
perawat lalu Berikan pijatan dari bagian sela- sela jari
bagian dalam dengan gerakan keatas kebawah pada kaki
pasien dengan gerakan lembut
13. Memberikan tekanan dan pijatan pada semua jari- jari
kaki pasien secara perlahan
14. Prosedur tindakan selesai lalu rapikan kembali dan
berpamitan pada pasien
15. Bantu pasien pada posisi senyaman mungkin
16. Merapikan alat dan mencuci tangan
Fase terminasi
1. Menyampaikan rencana tindakan lanjut dan berpamitan
kepada pasien
2. Melakukan dokumentasi
CURRICULUM VITAE

Nama : Khusu Mariah


Tempat dan Tanggal Lahir : Brebes, 29 juni 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Desa Pamengger rt 04/03
Kec- Jatibarang, Kab- Brebes
Email : Mariahkhusu@gmail.com
No. Hp : 085848467453
Nama Orang Tua : Bapak: Abd Wachid
Ibu : Roisah
Pekerjaan Orang Tua : Bapak: Petani
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan : SD N Pamenger 01
MTs Asy-syafi’iyah
SMK Bhakti Praja Dukuhwaru
Universitas Bhamada Slawi

Anda mungkin juga menyukai