Anda di halaman 1dari 46

SKRIPSI

TINGKAT LITERASI KESEHATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI


PUSKESMAS BANGKALA KOTA MAKASSAR

NAMA
NIM

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
pada Universitas Megarezky Makassar

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
TINGKAT LITERASI KESEHATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BANGKALA

Disusun Oleh:
NAMA
NIM

Skripsi ini Telah Disetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

NAMA NAMA
NIDN. NIDN.

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Syaiful ,S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 09 111286 02

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “TINGKAT LITERASI KESEHATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BANGKALA”, adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebut dalam daftar pustaka.

Sejak penyusunan proposal ini, banyak hambatan yang penulis dapatkan,


namun berkat dorongan, bantuan dan semangat dari berbagai pihak maka segala
kesulitan dan hambatan itu dapat teratasi. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan
kepada :

1. Dr. H. Alimuddin, SH., MH., M.Kes Selaku Pembina Yayasan Universitas


Megarezky.
2. Hj. Suryani.,HH., Selaku Ketua Yayasan Universitas Megarezky.
3. Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mapyu selaku Rektor Universitas Megarezky
4. Dr. Syamsyuriyati, S.ST., SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Dan Kebidanan (FKK) Universitas Megarezky.
5. Ns. Syaiful. S.Kep.,M.Kep Selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Megarezky
6. (pembimbing 1) Selaku Pembimbing 1 Yang Penuh Kesabaran Dan
Keiklasan Untuk Meluangkan Waktu, Tenaga Dan Pikiran Dalam Mendorong
Penyelesaian proposal Ini.
7. (pembimbing 2)Selaku Pembimbing 2 Yang Penuh Kesabaran Dan Keiklasan
Untuk Meluangkan Waktu, Tenaga Dan Pikiran Dalam Mendorong
Penyelesaian proposal Ini.
8. (penguji) Selaku penguji utama yang telah membimbing saya sampai saat ini.

ii
9. (pa) selaku penasehat akademik yang selalu mendukung saya dari semester
satu hingga menyusun proposal.
10. Seluruh Dosen Dan Staf Universitas Megarezky Yang Telah Memberikan
Ilmu Selama Proses Pekuliahan.
Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
Akhir kata, penulis harapkan semoga proposal penelitian ini berguna dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan khususnya

Makassar, 17 juli 2021


Peneliti

nama
nim

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................. v

DAFTAR ISI................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix

DAFTAR TABEL........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum remaja .............................................................................. 8

B. Tinjuan umum perilaku merokok .............................................................. 14

C. Tinjauan umum dampak perilaku merokok................................................ 16

D. Tinjuan umum faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok......... 17

E. Kerangka teori ........................................................................................... 24

F. Kerangka Konseptual ................................................................................ 26

G. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 27

H. Definisi Operasional ............................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 28

iv
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................. 29

D. Instrumen Penelitian................................................................................... 30

E. Uji validitas dan realibilitas........................................................................ 32

F. Metode Pengumpulan Sampel ................................................................... 34

G. Rancangan Penelitian.................................................................................. 35

H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................................ 36

I. Etika Penelitian.......................................................................................... 37

J. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner

Lampiran 2 Jawaban Benar Kuesioner

vi
DAFTAR TABEL

60
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi hipertensi di dunia adalah 1,3 milyar, Hipertensi adalah


penyebab paling umum terjadinya penyakit kardiovaskular (WHO, 1995 dalam
Kemenkes RI, 2018a). Hipertensi termasuk salah satu jeni penyakit
kardiovaskular. Penyakit Kardiovaskular secara global diseluruh dunia
menyumbang sekitar 17 juta kematian per tahun (hampir sepertiga) dari total
kematian dunia. Komplikasi hipertensi menyumbang 9,4 juta kematian diseluruh
dunia setiap tahunnya. Hipertensi adalah penyebab dari sedikitnya 45% kematian
karena penyakit Kardiovaskular. Pada tahun 2008, sekitar 40% orang dewasa
didunia berusia >25 tahun telah terdiagnosis hipertensi. Prevalensi hipertensi
tertinggi di wilayah Afrika (46%) dan terendah di Amerika (35%). Hipertensi
lazim terjadi pada negara berpenghasilan rendah. Pengeluaran kesehatan untuk
penyakit kardiovaskuler menyumbang 20% dari total pengeluaran kesehatan,
dimana hipertensi menyumbang hampir setengahnya (10%) (WHO, 2013).

Konsep mengenai literasi kesehatan muncul dalam kaitannya dengan


pendidikan kesehatan pada tahun 1970 di Amerika Serikat dan ketertarikan
terhadap topik ini telah meningkat dengan pesat sejak tahun 1990 (Sørensen &
Brand, 2013). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari WHO dalam Konferensi
Global ke-7 tahun 2009 mengenai promosi kesehatan dan pembangunan,
dikemukakan bahwa literasi kesehatan dibangun atas gagasan bahwa kesehatan
dengan literasi atau keaksaraan merupakan sumber daya yang sangat penting bagi
kehidupan sehari-hari (WHO, 2009).

Data Nasional prevalensi hipertensi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas, 2013) di Indonesia pada umur >18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di
Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(16,8%) (Kemenkes RI, 2013). Menurut data Sample Registration System (SRS)

61
Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab
kematian nomor 5 (Kementerian Kesehatan RI, 2017)

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar


8,36%, tertinggi berada pada usia >75 tahun sebesar 24,04%, sedangkan usia 65-
74 tahun sebesar 23,31%, usia 55-64 tahun sebesar 18,31%, usia 45-54 tahun
sebesar 12,62%, usia 35-44 tahun sebesar 5,73%. (Kemenkes RI, 2018b)

Hipertensi primer menduduki peringkat ketiga 10 penyakit terbesar 2013


dengan 320.842 (10,72%) meningkat pada tahun 2014 hipertensi esensial menjadi
peringkat pertama 519.620 (30,01%) disusul hipertensi lainnya 294.451 (17,01%).
Tahun 2015 hipertensi esensial tetap di urusan pertama (30%) dan penyakit
hipertensi lainya (17%). Namun pada 2016 hipertensi menurun menjadi urutan
ketiga 230.672 (16,8%) (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2016).

Kabupaten Lampung Tengah adalah kabupaten dengan jumlah penduduk


terbanyak di Propinsi Lampung. Pada tahun 2016-2017 hipertensi menduduki
penyakit urutan keempat terbesar (13,10%) di poli rawat jalan Puskesmas se-
Kabupaten Lampung tengah. Survey cepat yang dilakukan Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016 terhadap 1.867 penduduk usia > 18
tahun di Kabupaten Lampung Tengah dan terdapat 503 orang (26,94%) yang
menderita hipertensi. Sedangkan pada tahun 2017 dilakukan pengukuran tekanan
darah pada 359.942 penduduk usia >18 tahun dan terdapat 32.716 (8,26%)
menderita hipertensi (Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah, 2018).

UPTD. Puskesmas Bandar Jaya adalah Puskesmas yang memiliki jumlah


penduduk yang dilayani terbesar di Kabupaten Lampung Tengah. Data hipertensi
di UPTD. Puskesmas Bandar Jaya tahun 2018 hipertensi menduduki peringkat
keempat pada 10 penyakit terbesar puskesmas dengan jumlah penderita 2.405
orang (UPTD Puskesmas Bandar Jaya, 2018) dan sebelumnya belum pernah
dilakukan penelitian terkait literasi kesehatan.

Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan


komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan
kebutaan. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan

62
penyebab kematian tertinggi. Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi
akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi
tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang
menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat
kepada pembuluh darah arteri perifer itu sendiri (Kementerian Kesehatan RI,
2017).

Masyarakat awam belum sepenuhnya memahami hipertensi. Penelitian


Taylor & Ward yang dilakukan di Australia pada pasien hipertensimenunjukkan
55% persen dapat menyebutkan gejala hipertensi, dimana 55% percaya bahwa
stress dapat menyebabkan hipertensi (Taylor & Ward, 2003 dalam Harahap et al,
2010). Penelitian Osman et al, 2007 di Sudan menunjukkan dua pertiga dari
subjek mempunyai skor pengetahuan yang tinggi tentang etiologi dan komplikasi
dari hipertensi. Setengah dari subjek mengetahui cara menangani hipertensi,
namun subjek mempunyai skor pengetahuan yang rendah tentang gejala hipertensi
(Osman et al, 2007 dalam Harahap et al, 2010). Hasil penelitian Kjellgern et al di
Swedia menunjukkan pengetahuan tentang tekanan darah tinggi berasal dari
media massa (Kjellgren et al 1997 dalam Harahap et al, 2010).

Sustainable Development Goals/SDGS 2016-2030 menyebutkan


kesehatan merupakan pusat dari agenda pembangunan berkelanjutan 2030.
Promosi Kesehatan merupakan strategi esensial mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan 2030. Shanghai deklaration on Promoting health ini the 2030
agenda for sustainable development menyebutkan literasi kesehatan sebagai pilar
ketiga promosi kesehatan (WHO, 2019b).

Definisi literasi kesehatan adalah ketrampilan kognitif dan sosial yang


menentukan motivasi dan kemampuan individu untuk mendapatkan akses,
memahami, menggunakan informasi dengan cara promosi kesehatan dan menjaga
kesehatan (WHO, 2019a). Literasi kesehatan adalah tingkat di mana seorang
individu memiliki kapasitas untuk memperoleh, berkomunikasi, memproses, dan
memahami informasi dan layanan kesehatan dasar untuk membuat keputusan
kesehatan (Centers for Disease Control and Prevention, 2016).

63
Literasi kesehatan bukan hanya melihat, membaca informasi kesehatan
dan berjanji pada diri sendiri untuk hidup lebih sehat, namun juga meningkatkan
akses seseorang ke informasi kesehatan dan meningkatkan kapasitasnya.

Literasi kesehatan adalah bagian penting dari pemberdayaan masyarakat.


Literasi kesehatan bertujuan tidak hanya mempengaruhi keputusan gaya hidup
individu tetapi meningkatkan kesadaran akan faktor-faktor penentu kesehatan dan
mendorong tindakan individu dan masyarakat mengarah pada modifikasi faktor
penentu kesehatan (WHO, 2019a). Dimensi Literasi kesehatan adalah health
care/pemeliharaan kesehatan, disease prevention/pencegahan penyakit dan health
promotion/promosi kesehatan dimana seseorang dapat mengakses/mendapatkan
informasi yang relevant terkait kesehatan, mengerti informasi, memproses-menilai
serta mengaplikasikan/menggunakan informasi yang relevan terkait kesehatan
(Sorensen et al, 2012).

Bentuk penerapan literasi kesehatan oleh Kemenkes RI adalah


meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di pelayanan primer/Puskesmas,
Upaya memperkuat literasi kesehatan di beragam lapisan masyarakat dan latar
pendidikan, meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan dan faktor yang
mempengaruhinya dengan memanfaatkan potensi teknologi digital (Sugihantono,
2017). Tingkat Literasi yang rendah adalah masalah yang serius akan
meningkatkan resiko insiden penyakit kronis (Gillis, 2009).

Faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan adalah usia, jenis kelamin,


genetik, bahasa, Ras dan etnic (budaya), edukasi (level membaca, kompetensi
teknologi), pekerjaan, lingkungan (akses ke pelayanan kesehatan, teknologi dan
informasi) (Pawlak, 2005). Pengguna internet di indonesia adalah 54,68% yaitu
sebesar 143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk indonesia (262 juta jiwa).
Pemanfaatan internet di bidang kesehatan adalah 51,06% mencari informasi
terkait kesehatan dan 14,05% berkonsultasi dengan ahli kesehatan (APJII, 2017).
Literasi penderita hipertensi di Indonesia dari 25,8% orang yang mengalami
hanya 1/3 yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis.
Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi taat
minum obat anti Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

64
Hipertensitidak menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkan
pengobatan. Literasi penderita hipertensi di Lampung hanya (7,95 %) yang
terdiagnosis oleh dokter dan proporsi kerutinan mengukur tekanan darah pada
penduduk usia >18 tahun adalah rutin 12%, kadang-kadang 47%, tidak 41%.
(Kemenkes RI, 2018b), sedangkan Literasi penderita hipertensi di Kabupaten
Lampung Tengah, ataupun di UPTD. Puskesmas Bandar Jaya belum pernah
diteliti sebelumnya. Hasil pra survey yang peneliti lakukan pada 10 orang
penderita hipertensi yang berobat ke UPTD Puskesmas Bandar Jaya
mendapatkann hasil bahwa 60% penderita hipertensi yang berobat memiliki
literasi hipertensi yang rendah. Pengukuran literasi kesehatan di Asia
menggunakan kuesioner Health Literacy Survey Tool European Health Literacy
Questionnaire (HLS-EU-Q47) yang terbukti memiliki validitas konstruk, dan
konsistensi internal yang tinggi (Duong et al, 2017). Tujuan penelitian ini adalah
diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan
pada penderita hipertensi di UPTD. Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Tingkat Literasi Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas

Bangkala”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian adalah mengetahui tingkat literasi kesehatan pada

penderita hipertensi dipuskesmas bangkala.

2. Tujuan Khusus

65
Mengidentifikasi tingkat literasi pada penderita hipertensi dipueskesmas

bangkala

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam :

1. Manfaat Praktis

Bagi pemerintah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun

cara yang lebih efektif untuk penyuluhan pada penderita hipertensi

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan masukan bagi

peneliti berikutnya.

3. Manfaat untuk keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengetahuan dan melihat

patofisiologi penyakit hipertensi.

66
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Landasan Teori Tingkat Literasi

Literasi kesehatan tidak hanya mempengaruhi kemampuan seseorang

untuk bertindak berdasarkan informasi kesehatan tetapi juga agar seseorang lebih

mampu mengontrol kesehatannya sebagai individu, keluarga, dan masyarakat.

Menurit Weiss (2007) mengatakan bahwa keaksaraan merupakan prediktor paling

kuat dari status kesehatan individu dibandingkan pendapatan, status pekerjaan,

tingkat pendidikan dan kelompok ras atau etnis.

Literasi sendiri melibatkan pembelajaran kontinum yang memungkinkan

individu mencapai tujuan mereka, mengembangkan pengetahuan dan potensi yang

mereka miliki, serta dapat berpartisipasi dalam masyarakat yang luas (UNESCO,

67
2004). Begitu pula dengan literasi kesehatan yang membutuhkan proses yang

panjang dalam membangun keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan

(Europan).

Perbedaan antara literasi dengan literasi kesehatan yaitu literasi mengacu

pada keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk berhasil dalam masyarakat

sementara literasi kesehatan memerlukan beberapa keterampilan tambahan seperti

kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggabungkan informasi

kesehatan dari berbagai konteks, serta memerlukan beberapa pengetahuan terkait

kesehatan (Rootman, 2009). Sistem pelayanan kesehatan yang semakin modern

juga menuntut peran yang semakin kompleks bagi konsumen kesehatan, misalnya

dalam hal perawatan diri individu dituntut untuk mampu menjalankan peran baru

dalam hal mencari informasi, memahami hak dan kewajibannya, dan membuat

keputusan kesehatan yang tepat bagi dirinya sendiri dan hal tersebut

membutuhkan pengetahuan dan keterampilan (Bohlman et al., 2004).

National Assessment of Adults Literacy di Amerika Serikat

mengemukakan bahwa literasi kesehatan merupakan kemampuan untuk

menggunakan informasi kesehatan yang tertulis maupun lisan untuk dapat

digunakan di tengah masyarakat dalam mencapai tujuan, serta mengembangkan

pengetahuan dan potensinya. Kemampuan ini meliputi kemampuan membaca

label obat, brosur informasi kesehatan, informed consent, memahami informasi

yang diberikan oleh petugas kesehatan, serta kemampuan untuk melakukan

petunjuk serta prosedur pengobatan (Chen et al., 2011; Dennison et al., 2011;

White, 2008).

68
Menurut Institute of Medicine (2004), literasi kesehatan merupakan sejauh

mana individu memiliki kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan memahami

mengenai informasi kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

untuk dapat membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan (Chen et al.,

2011). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), literasi kesehatan

adalah keterampilan kognitif dan sosial yang menentukan motivasi dan

kemampuan individu untuk mendapatkan akses, memahami dan menggunakan

informasi dalam mendukung dan menjaga kesehatan yang baik.

Definisi-definisi di atas menggambarkan literasi kesehatan sesuai dengan

ruang lingkupnya diantaranya secara fungsional yaitu menekankan pada

kemampuan individu untuk mengakses, memahami, dan menggunakan informasi

kesehatan dalam konteks pelayanan kesehatan. Secara konseptual literasi

kesehatan menekankan pada kemampuan individu untuk memahami,

mengevaluasi, dan menggunakan informasi kesehatan dalam membuat keputusan

kesehatan yang tepat guna mengurangi risiko kesehatan dan meningkatkan

kualitas hidup. Sebagai strategi pemberdayaan, literasi kesehatan sangat penting

dalam meningkatkan kontrol individu atas kesehatan mereka dan meningkatkan

kemampuan individu dalam mencari informasi kesehatan (Santosa 2012; WHO,

2009).

Seseorang dengan literasi kesehatan yang rendah memiliki kesulitan dalam

mengikuti instruksi perawatan diri yang sederhana sehingga individu tersebut

sering membutuhkan bantuan orang lain, kurang pemahaman mengenai pelayanan

kesehatan dasar sehingga dapat memperburuk kondisi kesehatannya serta dapat

dapat tersesat dalam sistem kesehatan yang semakin kompleks (Institute of

69
Medicine, 2009; Rootman & El-Bihbety, 2008). Sampai saat ini masih banyak

orang yang tidak memahami literasi kesehatan atau pentingnya hal tersebut bagi

kesehatan. Literasi kesehatan merupakan upaya yang sangat penting dalam

mewujudkan individu yang sehat dan merupakan faktor penentu kesehatan

(determinant of health) (Institute of Medicine, 2009).

Literasi kesehatan dapat ditemukan pada seseorang dengan tingkat literasi

yang tinggi misalnya ketika seorang guru sains yang mungkin tidak memahami

informasi yang diberikan dokter mengenai tes fungsi otak dan seorang akuntan

mungkin tidak memahami ketika mendapatkan hasil dari pemeriksaan

mammogram (Bohlman et al., 2004).

Kerangka Kerja Literasi Kesehatan (Health Literacy Framework)

Institute of Medicine mengembangkan kerangka kerja literasi kesehatan.

Kerangka kerja ini menggambarkan tiga bidang utama yang berpengaruh terhadap

literasi kesehatan dan menjadi titik dalam memberikan intervensi dilihat dari

interaksi individu dengan sistem pendidikan, sistem kesehatan, serta faktor sosial

budaya yang dianggap bahwa 3 bidang utama tersebut pada akhirnya akan

memrikan kontribusi terhadap hasil akhir (outcome) dan biaya kesehatan (Institute

of Medicine, 2009).

70
2
Sistem
Kesehatan

1
Hasil akhir dan
Sosial Literasi biaya kesehatan
dan Kesehatan
Budaya

Sistem
Pendidikan
3

Gambar 2.2 Kerangka kerja literasi kesehatan (Health Literacy


Framework).
Sumber: (Institute of Medicine, 2009).

Dilihat dari kerangka kerja di atas dikatakan bahwa literasi kesehatan

didasarkan pada interaksi antara keterampilan individu dengan sistem pelayanan

kesehatan, sistem pendidikan, dan faktor sosial budaya. Keterampilan tersebut

meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, berbicara, mendengarkan,

budaya serta pengetahuan. Faktor sosial budaya termasuk ke dalam titik intervensi

sebab budaya didapatkan melalui interaksi antar individu dan media nyata seperti

buku, televisi yang akan berdampak terhadap informasi kesehatan dan dapat

mempengaruhi persepsi individu dalam masyarakat mengenai pengetahuan

penyakit, hambatan proses perawatan, serta hambatan bahasa. Namun, sebagian

besar instrumen yang tersedia untuk mengukur literasi kesehatan yang tersedia

saat ini hanya melihat keterampilan membaca seseorang yang dilihat dari

71
kemampuan membaca termasuk pelafalan kata, berhitung, dan memahami bacaan

tersebut tanpa mengukur keterampilan penting lainnya.

Pentingnya Literasi Kesehatan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari WHO dalam Konferensi Global ke-7

tahun 2009 mengenai promosi kesehatan dan pembangunan, dikemukakan bahwa

literasi kesehatan penting untuk diidentifikasi sebab (WHO, 2009):

1. Seluruh individu berhubungan dengan kesehatan

Literasi kesehatan merupakan kebutuhan seluruh individu sebab

setiap individu selalu dihadapkan dengan situasi yang menuntut individu

tersebut membuat keputusan berhubungan dengan kesehatan serta

mengaplikasikanenya. Seseorang dengan tingkat literasi kesehatan yang

rendah cenderung cenderung melakukan perilaku berisiko dan memiliki

kesehatan yang lebih buruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

dikemukakan oleh Dennison et al. (2011) dan Chen et al. (2011) bahwa

seseorang dengan kondisi kronis seperti gagal jantung disertai literasi

kesehatan inadekuat akan meningkatkan risiko perawatan yang buruk

karena kurangnya pengetahuan mengenai penyakitnya serta dapat

menurunkan kepercayaan diri untuk mampu melakukan perawatan yang

efektif.

Pada pasien dengan literasi kesehatan rendah akan kesulitan dalam

mengikuti dan memahami prosedur pengobatan yang harus dilakukan

seperti kesulitan dalam membaca label obat, memahami peringatan yang

tertera pada label obat, serta menentukan dosis obat yang harus

72
dikonsumsi oleh pasien ketika berada di rumah sesuai resep dokter

sehingga lebih berisiko mengalami kesalah dalam menjalani pengobatan

(Cajita et al., 2015; Chen et al., 2011; Dennison et al., 2011; Wolf et al.,

2007). Hal tersebut dapat menyebabkan pasien berisiko menjalani

pengobatan yang kurang (under-treatment) atau berlebihan (over-

treatment) dan akan lebih berbahaya jika pasien mengalami efek samping

obat yang mengakibatkan komplikasi.

2. Hasil akhir kesehatan yang buruk

Bukti menunjukkan bahwa tingkat literasi kesehatan inadekuat

berpengaruh terhadap kesehatan yang buruk, kurangnya pemahaman

mengenai penyakit dan prosedur pengobatan sehingga sering

menyebabkan kesalahan dalam pengobatan. Seseorang dengan literasi

kesehatan rendah membuat pasien kurang dapat mengenali tanda dan

gejala penyakitnya sehingga menyebabkan pasien terlambat mencari

perawatan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Schillinger et al. (2002) yang mengungkapkan bahwa literasi kesehatan

yang rendah pada pasien diabetes berhubungan dengan buruknya

kemampuan pasien dalam mengontrol gula darah dan menyebabkan

tingkat komplikasi yang tinggi.

3. Peningkatan angka penyakit kronis

Angka kejadian penyakit kronis di berbagai negara semakin

meningkat dan paling sering dialami oleh individu dengan usia lebih tua

sedangkan dalam menangani penyakitnya diperlukan keterlibatan pasien

agar dapat mengelola penyakitnya dengan lebih efektif. Literasi kesehatan

73
memainkan peran penting dalam manajemen diri penyakit kronis. Dalam

hal mengelola penyakit kronis atau penyakit yang terjadi dalam jangka

waktu yang panjang individu harus mampu memahami dan menilai atau

mengevaluasi informasi kesehatan yang sering berisi mengenai rejimen

medis yang kompleks, serta mampu membuat keputusan kesehatan yang

tepat dan mengetahui bagaimana cara mengakses pelayanan ketika

dibutuhkan.

4. Biaya perawatan kesehatan

Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa terjadi biaya

tambahan dalam perawatan kesehatan sebesar 3-5% pada individu yang

memiliki literasi kesehatan yang rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kalichman et al. dalam Santosa (2005) yang

menunjukkan bahwa penderita HIV yang memiliki tingkat literasi

kesehatan yang rendah memiliki sel CD4 yang lebih rendah, viral load

yang lebih tinggi, ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi antiretroviral, dan

lebih sering menjalani rawat inap di rumah sakit yang tentunya akan

meningkatkan biaya perawatan kesehatan.

5. Tuntutan informasi kesehatan

Ketidaksesuaian antara isi informasi kesehatan dengan tingkat

kemampuan membaca seseorang. Isi informasi kesehatan seringkali

menggunakan bahan seperti istilah kesehatan yang sulit dipahami sehingga

pasien sering kesulitan dalam membaca maupun menafsirkannya.

6. Ekuitas (equity)

74
Seseorang dengan tingkat literasi kesehatan yang rendah diartikan

bahwa individu tersebut tidak mampu mengelola kesehatan mereka sendiri

secara efektif, tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan, tidak

memahami informasi kesehatan yang tersedia sehingga mengakibatkan

individu tersebut kesulitan dalam membuat keputusan kesehatan yang

tepat berdasarkan informasi yang didapatkan dan hal tersebut berdampak

pada ekuitas atau pemerataan peluang untuk mengakses pelayanan

kesehatan. Oleh karena itu upaya meningkatkan literasi kesehatan

merupakan alat penting dalam menurunkan kesenjangan kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan

Berdasarkan model konseptual yang dikembangkan oleh Paasche-

Orlow and Wolf (2007), literasi kesehatan dipengaruhi oleh karakteristik

sosiodemografis serta kemampuan kognitif dan fisik yang seluruh hal

tersebut merupakan penentu hasil kesehatan. Berdasarkan beberapa

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dilaporkan bahwa literasi

kesehatan pada seseorang juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, suku/budaya, bahasa, kemampuan kognitif, status

sosial ekonomi, pekerjaan, pendapatan, akses informasi kesehatan, dan

akses pelayanan kesehatan (Cajita et al., 2015; Tung et al., 2014; Santosa,

2012).

a. Usia

Berdasarkan sistematik riview yang dilakukan oleh Cajita et al.

(2015) dilaporkan bahwa terdapat 8 penelitian yang mengatakan

75
seseorang dengan tingkat usia semakin bertambah dewasa cenderung

memiliki literasi kesehatan yang semakin menurun. Sebab pada usia

yang semakin bertambah dewasa terjadi penurunan kemampuan

berfikir, kemampuan sensoris, rentang waktu yang lama sejak

pendidikan terakhir dan penurunan kemampuan tersebut

mempengaruhi kemampuan dalam membaca dan memahami

informasi (Shah et al., 2010; Ng & Omariba 2010 dalam Santosa,

2012). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tung et al.

(2014) pada pasien gagal jantung yang mayoritas penderitanya berusia

50 tahun ke atas. Pasien dengan usia semakin bertambah dewasa

dianggap rentan memiliki literasi kesehatan rendah dan hal tersebut

berpengaruh pada perawatan diri terutama dalam hal mengelola

kondisi kronis agar dapat tercapainya kondisi kesehatan yang lebih

baik.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan sistematik riview yang dilakukan oleh Cajita et al.

(2015) dilaporkan bahwa jenis kelamin perempuan cenderung

memiliki literasi kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pria. Namun penelitian yang dilakukan oleh Macabasco et al., (2011)

dikemukakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakana antara

jenis kelamin dengan literasi kesehatan.

c. Pendidikan

Pendidikan dilaporkan memiliki korelasi yang positif dengan

literasi kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan penelitan yang

76
dilakukan oleh Macabasco et al., (2011) dan Laramee (2007).

Seseorang dengan tingkat pendidikan sekolah yang rendah lebih

mungkin memiliki literasi kesehatan yang rendah. Selain berdampak

pada pembentukan pengetahuan kesehatan, pendidikan juga

membentuk keahlian atau kompetensi yang dibutuhkan dalam

pembelajaran kesehatan, misalnya kemampuan membaca berbagai

sumber informasi kesehatan dan kemampuan menggunakan internet

(Santosa, 2012).

d. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif mempunyai korelasi yang kuat dengan literasi

kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Morrow et al. (2006) dan Hawkins (2012) yang menyatakan seseorang

yang memiliki fungsi kognitif lebih baik menunjukkan tingkat literasi

kesehatan yang lebih tinggi.

e. Bahasa

Literasi kesehatan yang adekuat juga membutuhkan

keterampilan dalam berkomunikasi, baik dari individu tersebut

maupun pemberi layanan kesehatan agar dapat terjalin interaksi yang

baik sehingga informasi kesehatan dapat tersampaikan dengan baik

(Kindig et al., 2004). Bahasa merupakan salah satu yang berpengaruh

dalam cara seseorang mengaplikasikan keterampilan tersebut. Sebab

ketika petugas kesehatan menjelaskan mengenai prosedur pengobatan

menggunakan istilah kesehatan yang sulit ditambah apabila bahasa

utama yang pasien gunakan sehari-hari bukan merupakan bahasa

77
nasional (bahasa resmi yang digunakan di negaranya) maka hal

tersebut dapat menyebabkan pasien tidak memahami instruksi yang

telah diberikan (Santosa, 2012).

f. Etnis

Etnis dapat mempengaruhi tingkat literasi kesehatan pada

seseorang khususnya pada kaum minoritas dalam suatu populasi

sehingga lebih banyak individu yang memiliki literasi kesehatan

rendah. Tempat pemukiman yang terpisah, sulitnya akses pendidikan,

dan berbagai hambatan dalam ekonomi menjadi beberapa faktor yang

menyebabkan hal tersebut terjadi (Santosa, 2012). Masyarakat dengan

berbagai latar belakang etnis juga dapat memiliki hambatan dalam

komunikasi kesehatan karena merasa petugas kesehatan tidak

mengetahui pengobatan tradisional dan budaya terkait dengan

kesehatan yang ada pada komunitas mereka. (American College of

Physicians, 2010).

Budaya yang dimiliki berbagai etnisberpengaruh dalam cara

menginterpretasikan pesan-pesan kesehatan, pola pencarian pelayanan

kesehatan, dan cara berkomunikasi dengan petugas kesehatan.

Seseorang yang berasal dari budaya yang tidak menggunakan sendok

akan bingung dalam memahami takaran obat yang memakai istilah

‘sendok teh’ (Singleton & Krause, 2009; Andrulis & Brach, 2007

dalam Santosa 2012).

78
g. Pekerjaan

Menurut Ng & Omariba 2010 dalam Santosa, 2012, dengan

bekerja maka seseorang terlibat lebih banyak dalam kegiatan

membaca, menulis, berhitung dalam konteks pekerjaannya. Hal

tersebut dapat lebih meningkatkan kemampuannya dalam memahami

istilah, angka, dan teks bacaan yang juga dapat mereka aplikasikan

ketika membaca informasi kesehatan. Selain itu, dengan bekerja maka

lebih besar kemungkinan bagi seseorang untuk mendapatkan jaminan

kesehatan dari tempatnya bekerja (Santosa, 2012).

h. Pendapatan

Faktor ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

mendapatkan akses pendidikan dan pelayanan kesehatan, sehingga hal

tersebut mempengaruhi pula kemampuan seseorang dalam

memperoleh, memahami, dan mengaplikasikan informasi kesehatan

(Pawlak, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ng & Omariba (2010) yang mengatakan bahwa seseorang dengan

tingkat pendapatan yang rendah cenderung memiliki tingkat literasi

kesehatan yang rendah pula.

i. Akses Pelayanan Kesehatan

Akses pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk mendapatkan informasi kesehatan. Adanya program

jaminan kesehatan sebagai salah satu bagian akses pelayanan

kesehatan juga sangat berkontribusi dalam peningkatan literasi

kesehatan yang adekuat. Sesuai dengan penelitian oleh Bains dan

79
Egede (2011) juga menunjukkan hasil bahwa pada orang-orang yang

memiliki tidak memiliki jaminan kesehatan terdapat proporsi tingkat

literasi kesehatan inadekuat yang lebih besar.

h. Akses Informasi Kesehatan

Literasi kesehatan dibangun atas gagasan bahwa kesehatan dengan

literasi atau keaksaraan (WHO, 2009). Hal ini sesuai dengan analisis

yang dilakukan oleh Speros (2005) mengenai konsep literasi

kesehatan bahwa terdapat faktor yang mendahului (anteseden) literasi

kesehatan yaitu literasi (melek huruf) dan pengalaman yang berkaitan

dengan kesehatan.

Speros mengungkapkan bahwa literasi merupakan sebuah

kemampuan meta-kognitif yang melibatkan kemampuan membaca,

memahami, dan berhitung. Untuk melengkapi kemampuan tersebut

seseorang harus mempunyai pengalaman kesehatan dimana individu

tersebut terpapar oleh istilah kesehatan dan penjelasan agar informasi

kesehatan yang diterimanya terlihat logis. Literasi kesehatan

membutuhkan familiaritas atau pengenalan dengan struktur dan jenis

informasi kesehatan (misalnya pemberian brosur untuk pasien).

Paparan terhadap informasi kesehatan tersebut akan membentuk

kemampuan baru dibanding kemampuan literasi secara umum

(Santosa, 2012).

80
2. Landasan Teori Hipertensi

Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini

dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa

sekaligus meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan

kematian.

Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah

terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam

tubuh. Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan

seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung

dan semakin sempit pembuluh darah arteri, maka tekanan darah akan semakin

tinggi.

Faktor Risiko Hipertensi

Seiring bertambahnya usia, seseorang akan memiliki kemungkinan yang lebih

tinggi untuk mengalami hipertensi. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan

risiko hipertensi yaitu:

 Berusia di atas 65 tahun.

 Konsumsi makanan tinggi garam berlebihan.

 Kelebihan berat badan atau obesitas.

 Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.

 Kurang asupan buah dan sayuran.

81
 Jarang berolahraga.

 Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung

kafein.

 Mengonsumsi minuman beralkohol.

Penyebab Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder.

Masing-masing memiliki penyebab yang berbeda, seperti berikut ini.

1. Hipertensi Primer

Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak

diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama

bertahun-tahun.

2. Hipertensi Sekunder

Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:

 Obstruktif sleep apnea (OSA).

 Masalah ginjal.

 Tumor kelenjar adrenal.

 Masalah tiroid.

 Cacat bawaan di pembuluh darah.

82
 Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa

sakit yang dijual bebas. 

 Obat-obatan terlarang.

Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang

timbul, antara lain:

 Sakit kepala;

 Lemas;

 Masalah penglihatan;

 Nyeri dada;

 Sesak napas;

 Aritmia; dan

 Adanya darah dalam urine.

Diagnosis Hipertensi

Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

 Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.

83
 Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg,

atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg.

Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.

 Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau

tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.

 Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah

tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100

mmHg atau lebih tinggi.

Pengobatan Hipertensi

Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara

lain:

 Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.

Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam

tinggi dalam tubuh.

 Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa

menurun. Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan

mengalami sumbatan pada pembuluh darah. 

 Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan

pembuluh darah.

 Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding

pembuluh darah lebih rileks. 

84
 Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi

menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah

akan naik tidak terkendali. 

Pencegahan Hipertensi

Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:

 Mengonsumsi makanan sehat.

 Batasi asupan garam. 

 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.

 Berhenti merokok.

 Berolahraga secara teratur.

 Menjaga berat badan.

 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

Tabel 2.1 Kerangka Teori

Tingkat literasi
Tingkat literasi
1. Akses layanan kesehatan
2. Akses teknologi kesehatan
3. Akses informasi kesehatan
Hipertensi

1. Pengertian
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
4. Tipe

85
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Tabel 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen (X) Variabel Dependen(Y)

Tingkat literasi
B.
1. Akses layanan kesehatan Penderita hipertensi
C.2. Akses teknologi kesehatan
3. Akses informasi kesehatan

B. Hipotesis penelitian

Ho :

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan penderita hipertensi

2. Ada hubungan antara pendapatan dengan penderita hipertensi

3. Ada hubungan antara akses layanan kesehatan dengan penderita

hipertensi

86
4. Ada hubungan antara akses teknologi kesehatan dengan penderita

hipertensi

5. Ada hubungan antara akses informasi kesehatan dengan penderita

hipertensi

6. Ada hubungan antara tingkat literasi dengan penderita hipertensi

H1 :

1. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan penderita hipertensi

2. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan penderita hipertensi

3. Tidak ada hubungan antara akses layanan kesehatan dengan penderita

hipertensi

4. Tidak ada hubungan antara akses teknologi kesehatan dengan penderita

hipertensi

5. Tidak ada hubungan antara akses informasi kesehatan dengan penderita

hipertensi

6. Tidak ada hubungan antara tingkat literasi dengan penderita hipertensi

C. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1. Pertanyaan Pertanyaan menyangkut kuosioner
umum pribadi pasien
2. Tingkat Pertanyaan menyangkut Kuesioner Tinggi Rasio
literasi kesehatan terkhususnya rendah
penderita hipertensi.
3. Akses Pertanyaan menyangkut kuosioner Mudah Rasio
layanan proses layanan kesehatan sulit

87
kesehatan
4. Akses Pertanyaan menyangkut kuesioner Mudah Rasio
teknologi teknologi kesehatan sulit
kesehatan sebagai pengobatan
5. Akses Pertanyaan menyangkut kuesioner Mudah Rasio
informasi informasi kesehatan sulit
kesehatan bagaimana tentang
penyakitnya

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif, sebuah

penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif menghasilkan data berupa

angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui

peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian

dianalisis menggunakan metode statistik.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas bangkala

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

88
(Sugiyono, 2012 dalam Baharuddin, 2017). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh penderita hipertensi yang ada di puskesmas bangkala .

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012 dalam Baharuddin, 2017). Teknik

sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik

perhitungan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, sampel dalam

penelitian ini adalah penderita hipertensi di puskesmas bangkala yang di

hitung berdasarkan rumus slovin yaitu :

Rumus Slovin Keterangan


n = Jumlah Sampel
n = N/(1 + N e²) N = Jumlah Seluruh Populasi
e = Toleransi Error 5%

Dimana :

n = N/(1 + N e²)

n = 57/1 + (57) x (0,05)²

n = 49,91 = 50 responden

Jadi besarnya sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 50

sampel.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini non-

probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang atau

kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel secara purposive sampling, dengan sampel memenuhi kriteria

sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

89
a. Beralamat di bangkala antang.

b. Berumur 50-70 tahun

c. Bersedia menjadi responden penelitian

2. Kriteria esklusi

Penderita hipertensi yang tidak ingin menjadi responden

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengambil data pada penelitian ini

adalah lembar kuesioner dengan pertanyaan tertutup.pertanyaan tertutup

memuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana

jawaban dari pertanyaan tersebut sudah disediakan oleh peneliti (Sudjana,

2001 dalam Baharuddin, 2017).

Kuesioner yang digunakan berisi pertayaan literasi untuk kesehatan,

Berikut ini kisi-kisi atau gambaran dari instrumen penelitian atau kuesioner

ini:

1. Data demografi responden

Bagian ini terdapat pertanyaan yang harus diisi oleh responden, seperti

nama, umur, pendidikan, status ekonomi dan status.

2. Pertanyaan literasi kesehatan

Bagian ini terdapat beberapa pertanyaan untuk penderita hipertensi

D. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

validitas atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau

sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2006). Pengujian validitas

90
item-item kuesioner, dilakukan menggunakan program SPSS untuk windows

mengacu pada penjelasan Arikunto yang mengatakan bahwa jika koefisien

korelasi antara skor item dengan total yang diperoleh lebih besar atau sama

dengan koefisien ditabel nilai-nilai r (r tabel) pada α=5% maka item tersebut

dinyatakan valid, dan sebaliknya item tersebut dinyatakan gugur bila rxy lebih

kecil daripada e tabel (Arikunto, 2006).

E. Uji Reliabilitas

Menurut Nursalam reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil

pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kesamaan hidup diukur berkali-

kali dalam waktu yang berlainan. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji

reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r

hasil alpha yang terletak diawal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05)

maka setiap pernyataan-pernyataan kuesioner dikatakan valid, jika r alpha

lebih besar dari konstanta (0,6) maka pernyataan-pernyataan tersebut reliabel.

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai r alpha >0,60 atau mendekati 1

(Arikunto, 2006). Hasil uji reliabilitas pada instrumen ini menunjukkan nilai

konsistensi internal yang baik (Alpha Cronbach = 0.95). Skor dari instrumen

literasi kesehatan ditransformasi ke dalam skala 0-100 dengan nilai makin

tinggi makin baik.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam

mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1. Sumber Data

91
a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu dengan

mengunjungi lokasi penelitian dan meminta responden untuk mengisi

kuesioner yang telah disusun oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data yang pengumpulannya tidak dilakukan sendiri oleh peneliti,

tetapi diperoleh dari pihak lain, dalam hal ini peneliti mengambil dari

dokumentasi yang dimiliki.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Setelah mendapat surat ijin melakukan penelitian dari Universitas Mega

Rezky, peneliti mencari responden sesuai kriteria inklusi.

b. Meminta izin kepada pihak puskesmas bangkala

c. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan responden

mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian.

d. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya. Data yang tidak lengkap akan di drop out.

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), data penelitian kuantitatif diolah

dengan menggunakan komputer, ada 4 tahap :

1. Editing

92
Editing setelah lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan

dalam bentuk data, data tersebut dilakukan pengecekan dengan maksud

memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman

data dalam usaha melengkapi data yang kurang.

2. Coding

Coding dilakukan pengkodian dengan maksud agar data-data

tersebut mudah diolah yaitu dengan cara semua jawaban atau data

disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol/kode dalam bentuk

angka maupun alphabet pada nomor dan daftar pertanyaan.

3. Tabulasi Data

Memasukkan data jawaban responden dalam tabel sesuai dengan

skor jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi

yang telah disiapkan (Hidayat, 2011 dalam Baharuddin, 2017)..

2. Analisis Data

Analisis data univariat bertujuan menjelaskan atau

mendeskripsikan dari variabel terikat dan variabel bebas. Data univariat

pada penelitian ini adalah data demografi responden, dan pertanyaan

mengenai tingkat literasi.

Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat dengan menghitung rasio prevalens.

Untuk mengetahui kemaknaanya dilakukan analisis bivariat dengan

menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

H. Etika Penelitian

93
Penelitian ini bersifat sukarela, calon responden berhak untuk

memutuskan berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian tanpa ada

paksaan dari pihak lain. Peneliti memberikan informasi kepada responden

berupa google form untuk menjelaskan alasan dan tujuan dilakukan

penelitian. Penelitian tidak melakukan tindakan yang berbahaya pada

responden dan tidak menempatkan responden pada situasi yang merugikan

ataupun yang beresiko merugikan responden. Selain itu, peneliti menjamin

kerahasiaan identitas responden. Data-data yang didapatkan dari responden

hanya digunakan untuk kepentingan pengolahan data penelitian.

94
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Lampung Tengah, (2017), Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung
Tengah.
Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, (2016), Profil Kesehatan Propinsi lampung. Bandar
Lampung.
Duong et al, (2017), Measuring health literacy in Asia: Validation of the HLS-EU-Q47
survey tool in six Asian countries. PubMedMed (diunduh tanggal 14 Februari 2019
dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu bmed/28142016).
Eriska, Adrianto & Basyar, (2016), Kesesuaian Tensimeter Pegas dan Tensimeter Digital
terhadap Pengukuran Tekanan Darah Pada Usia Dewasa. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 5(4), 1923–1929.
European Centre for Disease Prevention and Control, (2019),Health literacy Fact,
(diunduh pada 15 Februari 2019 dari https://ecdc.europa.eu/en/health
-communication/facts/healthliteracy)
Gillis, (2009), Exploring dimensions of health literacy : a case study of interventions to
promote and support breastfeeding, University of Nottingham.
Harahap et al, (2010), Pengembangan Alat Skrining untuk Hipertensi. Gizi Indonesia,
33(2), 96–107.
Kemenkes RI. (2013b). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta.
Kemenkes RI. (2018a). Hipertensi Membunuh Diam-diam, Ketahui Tekanan Darah
Anda. Retrieved February 14, 2019, from Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat website:http://www.depkes.go.id /article/view/18051600004/hipert
ensi-membunuh-diam-diamketahui-tekanan-darah-anda.html
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Sebagian Penderita Hipertensi Tidak Menyadarinya.
https://doi.org/10.1016/j.jcrysgr o.2006.10.038 Kemenkes RI. (2018b). Laporan
Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta.
Mackert, A, M.-F., S, C., EE, D., & K, P. (2016). Health Literacy and Health Information
Technology Adoption: The Potential for a New Digital Divide. Journal Of Medical
Internet Research, Oct 04, Vo.
Nazmi et al, (2015), Faktor-Faktor yang mempengaruhi Literasi kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian Dan
Pengabdian Pada Masyarakat III: Prosiding SNaPP Kesehatan (Kedokteran,
Kebidanan, Keperawatan, Farmasi Dan Psikologi), 1 no 1. (diunduh 13 Maret 2019
dari http://proceeding.unisba.ac.id).
Nutbeam, Don. 2018. Practical Interventions to Improve Health Literacy in
Populations.Prevention Research Collaboration, School of Public Health,
University of Sidney.Australia. UK Literacy Confrence, Belfast.

95
Pawlak. R, (2005), Economic Considerations of Health Literacy, Nursing Economic,
23(4), 173.
Presiden RI, 2014. (2014). Permenkes No 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan.
Protheroe et al, (2017). Health literacy, associated lifestyle and demographic factors in
adult population of an English city: a cross-sectional survey. PubMed (diunduh 13
Maret 2019 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov).
Santosa, K. S, (2012), Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kemelekan
Kesehatan Pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Kiara, DKI Jakarta Tahun 2012 Thesis.Universitas Indonesia.
Sorensen et al, (2012) Health literacy and public healzth : A systematic review and
integration of definitions and models. BMC Public Health, 12(1), 80. (diunduh 13
Maret 2019 dari https://doi.org/10.1186/1471- 2458-12-80).
Sugihantono, A, (2017), Deklarasi Shanghai dan Upaya Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

96
Lampiran

nama :
umur :
jenis kelamin : P/L
pendidikan :
pekerjaan : 1. Bekerja, 2. Tidak bekerja
penghasilan : 1. Diatas UMR, 2. Dibawah UMR

No pertanyaan ya tidak
1. Mencari informasi tentang bagaimana cara
mengobati penyakit tertentu?
2. Mencari tahu ke mana harus pergi untuk
mendapatkan bantuan professional saat
anda sakit?
3. Memahami apa yang dikatakan oleh dokter
kepada anda?
4. Memahami instruksi dari dokter atau
petugas apotek tentang cara meminum obat
sesuai resepnya?
5. Mengetahui kapan sebaiknya kamu mencari
pendapat dari dokter lain (second opinion)?
6. Menggunakan informasi dari dokter untuk
mengambil keputusan tentang penyakit
anda?
7. Mengikuti instruksi dari dokter atau petugas
apotek?
8. Mencari informasi tentang bagaimana
mengelola masalah kesehatan mental
seperti stres atau depresi?
9. Memahami peringatan kesehatan tentang
perilaku berisiko seperti merokok, ngebut,
dll?
10. Memahami mengapa kamu membutuhkan
pemeriksaan kesehatan?
11. Menilai apakah informasi tentang risiko
kesehatan di media dapat dipercaya?
12. Menentukan bagaimana kamu dapat
melindungi diri dari penyakit berdasarkan
informasi dari media?
13. Mencari tahu tentang kegiatan-kegiatan
yang baik untuk kesehatan mental anda?

97
14. Memahami saran-saran kesehatan dari
keluarga dan teman-teman anda ?
15. Memahami informasi-informasi di media
tentang bagaimana menjadi lebih sehat?
16. Menilai mana perilaku sehari-hari yang
terkait dengan kesehatan anda?

98

Anda mungkin juga menyukai