Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP


PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI MASA PANDEMI COVID-19
PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PROF.DR.H.M. ANWAR MAKKATUTU BANTAENG 2021

Diajukan Sebagai Syarat Dalam Meraih Sarjana Kesehatan (S.Kes) Pada


Program Studi Strata 1 (S1) Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky

SITI HASRIANTI ASHARI


173145261037

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN (FATELKES)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP


PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI MASA PANDEMI COVID-19
PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PROF.DR.H.M. ANWAR MAKKATUTU BANTAENG 2021

Diajukan Sebagai Syarat Dalam Meraih Sarjana Kesehatan (S.Kes) Pada


Program Studi Strata 1 (S1) Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky

SITI HASRIANTI ASHARI


173145261037

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN (FATELKES)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
i
ii
ABSTRAK

Siti Hasrianti Ashari 173145261037, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap


Perawat Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Di Masa Pandemi Covid-19
Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M.Anwar
Makkatutu Bantaeng
Di bimbing oleh : Ayu Rizky Ameliyah dan Era Pertiwi

Latar belakang : Keselamatan Pasien merupakan isu global dan nasional bagi
rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar
dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu , keselamatan
pasien keselamatan pasien keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit, keselamatan lingkungan
(green productivity) dan keselamatan bisnis rumah sakit. Tujuan :
Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaan Keselamatan Pasien Di Masa Pandemi Covid 19 Di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu
Bantaeng 2021. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan metode
penelitian dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang)
penelitian ini dilakukan dari Bulan 04 Oktober – 16 Oktober 2021. Sampel :
Jumlah sampel sebanyak 63 perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021. Hasil
penelitian : ada hubungan bermakna antara pengetahuan perawat terhadap
penerapan keselamatan pasien (p= 0,010<0,05). Selain itu juga dari hasil
analisis chi square hubungan bermakna antara sikap perawat terhadap
penerapan keselamatan pasien (p= 0,008 < 0,05). Kesimpulan : Ada
hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Penerapan Keselamatan
Pasien Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021.

Kata kunci : covid19, keselamatan pasien, pengetahuan, dan sikap perawat.


Kepustakaan : 20 jurnal.

iii
iv
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji serta syukur kepada Allah swt. karena atas kuasa-

Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Serta Sikap Perawat Dengan Penerapan

Keselamatan Penderita Di Masa Pandemi Covid 19 Pada Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M.Anwar

Makkatutu Bantaeng”. Juga tak lupa pula shalawat serta salam

terhanturkan hanya untuk Nabi Muhammad saw. Yang telah

mengangkat derajat manusia dari lembah yang gelap menuju tempat

yang terang benderang.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima kritik

serta saran dari semua pihak untuk perbaikan penelitian ini.

Saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada

kedua orang tua saya yang penuh kasih, La Ode Bahari serta Ibu Asma,

yang selalu mendoakan serta mendukung saya selama ini.

Kakakku Rasnawia Bahari, S.Pd serta Muhammad Rasid Sidin

Ashari, yang rutin mengantarku dari Makassar-Bantaeng untuk

menuntut ilmu ini.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat,

serta terima kasih yang setinggi-tingginya juga kepada:

v
1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH.,MH., M. Kn selaku ketua Baserta

Pembina Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar.

2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH selaku ketua Yayasan Pendidikan Islam

Mega Rezky Makassar.

3. Bapak Prof. DR. dr. Ali Aspa Mappahya selaku rector Universitas

Megarezky Makassar

4. Ibu Prof Dr Prof. Dr. Asnah Marzuki, M.Si., Apt selaku dekan

Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Mega Rezky Makassar

5. Ibu Dewi Astuti, SKM., M.Kes, (MARS) selaku ketua Prodi S1

Administrasi Rumah Sakit Universitas Mega Rezky Makassar.

6. Ibu Ayu Rizky Ameliyah, SKM., M.Kes., (MARS) selaku

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti

dalam menyelesaikan penyusunan Proposal penelitian ini.

7. Ibu Era Pertiwi, SKM. M.Kes, (MARS) selaku pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam

menyelesaikan penyusunan Proposal penelitian ini.

8. Ibu Nursapriani, SKM., M.Kes, (MARS) sebagai penguji.

9. Segenap Dosen beserta Staff Program Prodi S1 Admnistrasi

Rumah Sakit Universitas Mega Rezky Makassar yang telah

membantu peneliti selama mengikuti pendidikan.

10. Serta teman seperjuangan S1 Administrasi Rumah Sakit Angkatan

2017

vi
11. Bapak Direktur RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng

serta seluruh staf pegawai rumah sakit yang telah memberikan izin

penelitian

12. Responden Penelitian (Perawat) Rawat inap RSUD Prof.Dr.H.M.

Anwar Makkatutu Bantaeng

Semoga Allah SWT. Membalas kebaikan serta memberi

imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang diberikan kepada

peneliti. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

kita semua, khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan

serta penelitian selanjutnya, Amin.

Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan..................................................................................... i
Lembar Persetujuan ..................................................................................... ii
Abstrak ......................................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................. iv
Daftar Isi ...................................................................................................... vii
Daftar Table ................................................................................................. ix
Daftar Gambar ............................................................................................ xi
Daftar Singkatan ........................................................................................ xii
Daftar Lampiran .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumuan Masalah ............................................................................ 13
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 14
E. Penelitian Terkait ............................................................................ 15

BAB II TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit........................................................ 18


B. Tinjauan Umum Tentang Keselamatan Pasien ............................. 27
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Perawat ........................... 44
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap Perawat....................................... 48
E. Tinjauan Umum Tentang Covid19 ................................................ 51
F. Tinjauan Umum Tentang Profesi Perawat .................................... 53
G. Kerangka Teori ............................................................................... 57
H. Defenisi operasional ....................................................................... 58
I. Hipotesis penelitian ........................................................................ 59

viii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 65


B. Lokasi Serta Waktu Penelitian ...................................................... 65
C. Populasi Serta Sampel ................................................................... 65
D. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 68
E. Pengelola Data Serta Analisis Data .............................................. 69

BAB IV HASIL SERTA PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Okasi Penelitian ............................................... 70


B. Hasil Penelitian ............................................................................... 77
C. Pembahasan ..................................................................................... 87
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 89

BAB V KESIMPULAN SERTA SARAN

A. Kesimpulan...................................................................................... 90
B. Saran ................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penderita Positif Covid-19 ........................................... 2

Tabel 1.2 Data Insiden Keselamatan Penderita Tahun 2018 .................... 3

Tabel 1.3 Data Insiden Keselamatan Penderita Semester I Tahun 2019 . 4

Tabel 1.4 Data Insiden Keselamatan Penderita Semester I Tahun 2020 . 4

Tabel 1.5 Penelitian Terdahulu................................................................... 7

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Umur Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu
Bantaeng. ............................................................................ 77

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Pada Perawat Di Instalasi


Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar
Makkatutu Bantaeng. .............................................................78
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Pendidikan Pada Perawat Di Instalasi Rawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar
Makkatutu Bantaeng. .............................................................79
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Pelatihan Keselamatan Kerja Pada Perawat
Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.
M. Anwar Makkatutu Bantaeng. ...........................................79
Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Status Kepegawaian Pada Perawat Di
Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.
M. Anwar Makkatutu Bantaeng. ...........................................79
Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Masa Kerja Pada Perawat Di Instalasi
Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar
Makkatutu Bantaeng. .............................................................80

x
Tabel 4.7 Distribusi Analisis Pengetahuan Tentang Keselamatan Kerja Pada
Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng. ......................80
Tabel 4.8 Distribusi Analisis Sikap Tentang Sasaran Keselamatan Penderita
Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng. .........80
Tabel 4.9 Distribusi Analisis Observasi Penerapan Standar Keselamatan
Penderita Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.81
Tabel 4.10 Distribusi Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Tentang
Sasaran Keselamatan Penderita Pada Perawat Di Instalasi Rawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar
Makkatutu Bantaeng. .............................................................82
Tabel 4.11 Distribusi Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Observasi
Penerapan Standar Keselamatan Penderita Pada Perawat Di
Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.
M. Anwar Makkatutu Bantaeng. ...........................................83

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Kerangka Teori

Gambar 2.2: Kerangka Konsep

xii
DAFTAR SINGKATAN

JCI : Joint Commission Internasional


WHO : World Health Organitation
Depkes : Dewan Perwakilan Kesehatan
KTD : Kejadian Tidak Dinginkan
KPC : Kondisi Potensial Cedera
KNC : Kejadian Nyaris Cedera
KTC : Kejadiam Tidak Cedera
IKP : Insiden Keselamatan Pasien
KKPRS : Komite Keselamatan Penderita Rumah Sakit
D3 : Diploma III
S1 : Strata 1
S2 : Strata 2
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PERSI : Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit

BLU : Baserta Layanan Umum

UURI : Unserta gUnserta g Republik Indonesia

BLUD : Baserta Layanan Umum Daerah

PB IDI : Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia


ANA : American Nurses Association

STR : Surat Tanda Registrasi

UTDRS : Unit Transfusi darah Rumah Sakit


UNHAS : Universitas Sultan Hasanuddin

PPK-BLUD : Pola Pengelolaan Keuangan Baserta Layanan Umum


Daerah

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuosioner

Lampiran 2 Tabel Analisis Data

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai UU No. 44 tahun 2009 Di Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah

penyelenggara pelayanan kesehatan perorangan yang memberikan pelayanan

medik, rawat jalan, serta gawat darurat. Mempertahankan operasi normal

rumah sakit membutuhkan staf yang baik di samping lingkungan kerja yang

baik.

Keselamatan Pasien adalah masalah global serta nasional bagi rumah

sakit, kepingan pokok dari kualitas kesehatan, prinsip pokok perawatan

Pasien serta kepingan pokok dari manajemen mutu. Ada lima isu utama

terkait keselamatan Pasien di rumah sakit: keselamatan pasien, keselamatan

pasien, keselamatan staf atau karyawan medis, keamanan gedung serta

peralatan rumah sakit, keselamatan lingkungan (produktivitas hijau), serta

keselamatan kerja rumah sakit. Kelima aspek keselamatan ini sangat pokok

di setiap rumah sakit. Harus diakui bahwa rumah sakit dapat beroperasi

dengan aserta ya pasien. Oleh karena itu, keselamatan penderita memiliki

prioritas tertinggi serta terkait dengan masalah kualitas serta citra rumah

sakit (Permenkes No. 11, 2017).

1
Menurut Joint Commission Internasional (JCI) serta world Health

Organitation (WHO) melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian

kesalahan pengobatan meskipun, JCI serta WHO mengeluarkan “Nine

Life-Saving Patient Safety Solutions” atau 9 solusi keselamatan pasien.

Kenyataannya, permasalahan keselamatan Pasien masih banyak terjadi

termasuk di Indonesia (JCI, 2017, dalam Sulahyuningsih, dkk, 2017).

Negara-negara Anggota WHO telah mengadopsi resolusi Dewan

Kesehatan Dunia tentang keselamatan yang mengakui perlunya

mengurangi cedera Pasien serta ketakutan keluarga karena perawatan yang

tidak memadai. Resolusi ini juga memastikan bahwa keselamatan Pasien

pokok untuk meminimalkan biaya perawatan ulang serta biaya perawatan

yang timbul akibat perawatan. Berbagai hal dapat merugikan pasien, seperti

mengidentifikasi identitas pasien, menghindari kesalahan dalam

meresepkan obat kepada pasien, menghindari kesalahan prosedur serta

tindakan medis, mengurangi risiko infeksi, menunda komunikator, yang

tidak ada. M. Rico Gunawan, M. Arifki Zainaro, Tri Vidiyanti, 2020).

Kejadian tidak diharapkan (ADHD) sebanyak 2 kejadian pada tahun

2018, meningkat sebanyak 3 kasus yang melibatkan penderita pada tahun

2019, seserta gkan angka kejadian nosokomial masih tinggi serta rendah.

Pada tahun 2018, angka kejadian infeksi nosokomial mencapai 7,30%,

seserta gkan pada tahun 2019 meningkat menjadi 7,60%. (Dewi

Kusumaningsih, M. Ricko Gunawan, M. Arifki Zainaro, Tri Widiyanti,

2
2020) Kejadian tidak diharapkan (KTD) sebanyak 2 kejadian pada tahun

2018, meningkat sebanyak 3 kasus yang melibatkan penderita pada tahun

2019, serta angka kejadian nosokomial masih tinggi serta rendah. Pada

tahun 2018, angka kejadian infeksi nosokomial mencapai 7,30%, seserta

gkan pada tahun 2019 meningkat menjadi 7,60%. (Dewi Kusumaningsih,

M. Ricko Gunawan, M. Arifki Zainaro, Tri Widiyanti, 2020)

Covid-19 telah menjadi isu global yang harus segera diselesaikan

setelah kota Wuhan di China pada Desember 2019. Jumlah kasus Covid-19

berkembang pesat serta menyebar ke luar Wuhan. Hingga 1 Juli 2020,

infeksi global telah dikonfirmasi di 216 negara serta ada 10.357.662

infeksi, di mana 508.055 di antaranya telah meninggal. Hasil ini bervariasi

dari waktu ke waktu, serta di Indonesia, per 1 Juli 2020, terdapat 57.770

kasus positif Covid-19. Tercatat 25.595 penderita sembuh serta 1.234

penderita meninggal dunia (Suyanto, 2020).

Penanganan yang memadai pada pasien Covid-19 sangat diperlukan

guna kesembuhan serta mengurangi penyebaran kelainan tersebut. Dalam

hal ini petugas kesehatan memiliki peranan pokok dalam 3 kesiapsiagaan

menangani penderita Covid-19, ( Suyanto,2020).

Data di rumah sakit salah satu negara ASEAN pada tahun 2016

didapatkan bahwa kepuasan penderita 79%, serta angka standar yang

ditetapkan kepuasan penderita >80% dengan angka komplain 4–5

kasus/bulan (Klaipetch, 2016). Standar pelayanan minimal rumah sakit,

3
kepuasan pasien rawat inap di Indonesia ≥ 90% (Permenkes RI No. 741,

2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota tim KPRS

selama tahun 2017, MSW Dalam hal ini 97 laporan ICP yang disampaikan

kepada tim KPRS di Thamrin, diantaranya 11,5% KPC, 10,31% KNC,

64,9% KTC, 8, 2% CTD serta Sentinel 0%, rata-rata laju waktu ICP hanya

88% Ada 36 laporan insiden pada April 2018 serta hanya 81% dari semua

laporan insiden yang tepat waktu. Mengingat kecenderungan ICP untuk

melapor kepada tim KPRS, penyajian laporan ICP yang tepat waktu pada

tahun 2017 serta pertengahan tahun 2018 berbeda. Data kejadian yang

tersedia pada survei awal menunjukkan bahwa insiden KTC memiliki

tingkatan yang berbeda, yaitu 84 insiden, diikuti oleh KNC dengan 15

insiden, KTD dengan 15 insiden serta KPC dengan 14 insiden. Menurut

peneliti keadaan ini memerlukan perhatian serta evaluasi yang objektif,

karena data ICP sangat berguna untuk mengevaluasi serta meningkatkan

sistem berbasis keselamatan pasien. Keselamatan pasien sudah mulai

muncul dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nazir 34. 75 Tahun 2014, yaitu

Puskesmas harus memperhatikan keselamatan tenaga medis dalam bekerja,

keselamatan pasien serta keselamatan pengunjung (Geradin, Iin 2018).

Threats to Australian Patient Safety/TAPS serta penelitian lainnya

telah mengidentifikasi dua jenis insiden keselamatan Pasien yang luas,

Insiden pertama terkait dengan proses perawatan, termasuk proses

4
administrasi, investigasi, perawatan, komunikasi serta pembayaran. Ini

adalah jenis kejadian umum yang dilaporkan (berkisar antara 70%-90%

tergantung pada penelitian). Seserta gkan insiden yang kedua Insiden terkait

dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi, termasuk diagnosis yang

tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah serta kesalahan dalam

pelaksanaan tugas (Tutiany & Krisanti, 2017).

National Patient Safety Agency (NPSA) 2017 melaporkan dalam

rentang waktu Januari-Desember 2016 angka kejadian insiden keselamatan

pasien (IKP) yang dilaporkan dari negara Inggris sebanyak 1.879.822

kejadian. Ministry of Health Malaysia 2013 melaporkan angka insiden

keselamatan Pasien dalam rentang waktu Januari-Desember sebanyak

2.769 kejadian serta untuk negara Indonesia dalam rentang waktu 2006-

2011. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melaporkan

terdapat 877 kejadian insiden keselamatan pasien. Penelitian tentang

keselamatan Pasien menyebabkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di 26

negara berpenghasilan menengah serta rendah, frekuensi KTD berkisar 8%

dengan 83% KTD tersebut dapat dicegah, serta dengan angka kematian

sebesar 30%. Angka estimasi hospitalisasi setiap tahun di dunia adalah

sebesar 421 juta dengan sekitar 42,7 juta penderita mengalami KTD (WHO,

2017). Kesalahan medis merupakan permasalahan terbesar dalam

keselamatan pengobatan serta menjadi salah satu indikator pencapaian

5
keselamatan pasien sehingga menjadi semakin pokok dalam aspek

penelitian medis dalam beberapa tahun terakhir (Sultana et al., 2018).

Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang Keselamatan Pasien,

terdapat hubungan antara pengetahuan serta sikap perawat dengan

penerapan Keselamatan Pasien di RS Pusri Palembang tahun 2019, dengan

nilai p<0,05. Demikian pula, Ki-square tidak memiliki nilai p = 0,033, yang

tidak sama dengan 0,05. Menurut definisi yang diterapkan, jika nilai p =

0,05, maka ada hubungan antara variabel bebas serta variabel terikat.

Sampai ditolak secara definitif, ini berarti ada hubungan pokok antara

hubungan serta penerapan keselamatan pasien. Dengan demikian, hipotesis

hubungan antara pengobatan serta keselamatan Pasien telah terbukti secara

statistik. April (2019).

Hasil penelitian didasarkan pada kenyataan bahwa perawat dalam

praktik telah memperoleh hasil sikap keperawatan yang baik untuk

menjamin keselamatan penderita serta sikap perawat yang tidak terlibat

dalam pelaksanaan tindakan keselamatan pasien. Berdasarkan hasil

jawaban, 25 responden tidak setuju bahwa perawat membutuhkan cuci

tangan yang lebih kaku untuk tindakan khusus untuk kelainan menular atau

penderita terisolasi. Menurut peneliti terdapat hubungan yang pokok antara

sikap perawat terhadap keselamatan Pasien dengan tindakannya, karena

semakin baik sikap perawat maka semakin baik perilaku perawat terhadap

keselamatan pasien, serta sikap pasien. perawat akan lebih baik daripada

6
gagal. akan meningkatkan frustrasi perawat. Jack Amidos Pardede, Agnes

Silvina Marbun, Muhammad Zikri (2020).

Analisis awal data menunjukkan bahwa pada sepeda Total terdapat 9

orangutan (11,3%) (1,18%). Penggetahuan cukup baik sebanyak 19 orang,

dimana pelaksanaan keselamatan cukup baik 1 orang (1,3%) dalam baik

sebanyak 18 orang (22,5%). Sementara pelaksanaannya baik sebanyak 41

jeruk, dimana keselamatan Pasien cukup baik 1 orang (1,3%) serta baik

sebanyak 40 jeruk (50%). Statistik budidaya perairan dengan Chi Sheshi air

diperoleh p-value = 0,000 cupup kuat tanpa koefisien kondisional (0,465),

dapat diartikan bahwa nilai p-value < 0,05 Ha diterima serta Ho ditolak.

Poppy dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

penerapan keselamatan pasien. Dimana kekuatan hubungan antar kedua

variabel sebesar 46.5%. Lutfi Fawzi Bayhaki & Etleidawati (2020).

Didapatkan data kunjungan penderita di Rumah Sakit Umum Daerah

Prof. Dr. H. M Anwar Makkatutu Bantaeng selama tahun 2018 adalah

sebanyak 14021 pasien, 2019 sebanyak 15688 pasien, 2020 rawat inap

sebanyak biasa serta rawat inap infeksus sebanyak 10963 penderita

(Kepingan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.M.

Anwar Makkatutu Bantaeng, 2021).

Berdasarkan laporan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Prof.

Dr. H. M Anwar Makkatutu Bantaeng 2020-2021. Jumlah Pasien positif

covid-19 ialah;

7
Tabel 2.1 Jumlah Pasien Positif Covid-19

No Bulan-Tahun Jumlah Pasien Keterangan


1 Sep-20 26 Suspek Serta Covid-
19
2 Okt-20 42 Suspek Serta Covid-
19
3 Nov-20 57 Suspek Serta Covid-
19
4 Des-20 190 Suspek Serta Covid-
19
5 Jan-21 38 Covid-19
6 Feb-21 30 Covid-19
7 Mar-21 42 Covid-19
8 Apr-21 9 Covid-19
9 Mei-21 3 Covid-19
Total 437
Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M Anwar Makkatutu
Bantaeng 2021.
Data tenaga kepegawaian di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.

H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng secara keseluruhan perawat di ruang

rawat inap ialah 76 orang di tahun 2021 (Kepingan Kantor Kepegawaian

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng,

2021).

Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.M. Anwar Makkatutu

Bantaeng terdapat beberapa ruang perawatan rawat inap, Di lantai 5 (Ruang

perawatan marina) ada 27 orang perawat terbagi menjadi 2 tim perawat

shift, 2 katim 1 karu, dilantai 6 (Ruang perawatan lamalaka) ada 19 orang

8
Jenis Keteranga
No Insiden Frekuensi Ruangan
Insiden n
1 Kejadian Kesalahan Perawatan Seruni
2 Kali Ktc
Pemberian Obat Lt.4
Kekosongan Stok Perawatan Marina
1 Kali Ktc
Obat Di Apotik Lt.6
Tulisan Dokter Tidak Perawatan Seruni
1 Kali Kpc
Dapat Dibaca Lt.4 Maret
Penderita Jatuh Dari Perawatan Seruni
1 Kali Kpc
Tempat Tidur Lt.4
Total 5 insiden

1) Plafon Jatuh Di Perawatan


1 Kali Ktc
Kamar Pasien Bissappu Lt.8

2) Penderita Jatuh Di Perawatan


1 Kali Ktc
Kamar 803 Bissappu Lt.8

3) Penderita Jatuh Perawatan


2 1 Kali Ktc
Dari Tempat Tidur Eremeras Lt.7
4) Terjadi Perawatan April
Kekosongan Obat 1 Kali Kpc
Eremerasa Lt.7
Di Apotek
5) Reaksi Pemberian Perawatan
1 Kali Ktd
Obat Lamalaka Lt.5
Total 5 Insiden

1. Kekosongan Obat Perawatan


1 Kali Kpc
Di Apotek Lamalaka Lt.5
2. Tabung O2 Jatuh
Karena Tersenggol Perawatan
1 Kali Ktc
Oleh Keluarga Lamalaka Lt.5
Pasien
3. Kesalahan
Pemberian Dosis 1 Kali Icu Knc
Obat
4. Terdapat Bulla Perawatan Marina
3 Pada Daerah Yang 1 Kali Ktd
Lt.6
Terpasang Infus
5. Gelang Identitas 1 Kali Poli Mata Lt.2 Knc
Penderita Tertukar
6. Kesalahan
Penulisan Nama
Penderita Pada 1 Kali Poli Mata Lt.2 Kpc
Berkas Rekam
Medis
7. Kesalahan 1 Kali Poli Bedah Lt.2 Knc
Penulisan Dosis

9
Obat Pada Resep
Pasien
8. Resep Tertukar
Dengan Nama 1 Kali Poli Kulit Lt.2 Knc
Penderita Yang
Sama Mei
9. Kesalahan Identitas 1 Kali Poli Kulit Lt.2 Knc
Pasien
10. Penderita Tertimpa 1 Kali Rpk. Kardiologi Ktd
Alat Fisioterapi
11. Penderita Jatuh 2 Kali Rpk. Kardiologi Ktc

4 12. Hasil Pemeriksaan


Laboratorium
Penderita Lain 1 Kali Rpk. Kardiologi Knc
Tersisip Ke Berkas
Rekam Medis
Penderita Lain

Perawat terbagi menjadi 2 tim perawat shift, 2 katim 1 karu ,di lantai

7 (Ruang perawatan eremerasa) ada 23 orang perawat terbagi katim 1 karu,

(Kepala ruangan perawatan marina Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.

H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021).

Dari hasil observasi yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah

Prof. Dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng data insiden keselamatan

Pasien dari tahun 2018,2019, serta 2020 adalah;

Tabel 1.2 Data Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2018

Tabel 1.3 Data Insiden Keselamatan Pasien Semester I Tahun 2019

Jenis
No Insiden Frekuensi Ruangan Keterangan
Insiden

10
1 1. Jatuh dari 1 Kali Rpk.Kardiologi Ktc Februari
tempat tidur
2. Jatuh dikamar Perawatan
1 Kali Ktd Februari
mandi Lamalaka Lt.5
3. Kesalahan
nomor etiket 1 Kali Icu Knc April
pada kantong
darah

Tabel 1.4 Data Insiden Keselamatan Pasien Semester I Tahun 2020


Jenis
No Insiden Frekuensi Ruangan Keterangan
Insiden

1. Kesalahan
Penulisan Instalasi Rawat
1 Kali Knc Februari
Aturan Pakai Inap
Obat
1 Perawatan
2. CS Menganti 1 Kali Ktc Februari
Cairan Infus Lamalaka Lt.5
1. Penderita
Jatuh Depan Instalasi Rawat
1 Kali Knc Oktober
Pintu Kamar Inap L
Mandi
Kepingan Kantor Mutu Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng 2021.

Dari hasil wawancara dengan petugas yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Daerah Prof. Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021 di dapatkan

bahawa sistem pelaporan nya terhambat karna perawat takut melapor (takut

di salahkan). Tetapi Ada Monitoring Kesetiap Ruangan Karna Ktd Biasa

Terjadi Tetapi Tidak Di Laporkan (data dari petugas mutu Rumah Sakit

Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng)

11
B. Rumusan masalah

Dari permasalahan di atas dapat kita rumuskan masalah sebagai

berikut:

Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat

terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Di Masa Pandemi Covid-

19 Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.Dr.H.M Anwar Makkatutu Bantaeng 2021?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Diketahuinya :

1. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap

Penerapan Keselamatan Pasien Di Masa Pandemi Covid-19

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021.

Tujuan Khusus

Diketahuinya :

1. Hubungan Pengetahuan Perawat terhadap Penerapan

Keselamatan Pasien Di Masa Pandemi Covid-19.

2. Hubungan Sikap Perawat terhadap Penerapan Keselamatan

Pasien Di Masa Pandemi Covid-19.

D. Manfaat penelitian

1 Manfaat Institusi

12
Di harapkan dapat berguna sebagai salah satu

penemuan serta kajian serta bahan acuan atau pedoman bagi

institusi khususnya di aspek kesehatan.

2 Manfaat Ilmiah

Dalam kasus ini, penjara tidak dapat menerima

informasi apa pun tentang masalah ini, serta jika tidak

dipublikasikan, seharusnya diberi tahu serta memastikan

bahwa kasus itu tidak diklarifikasi.

3 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan

tentang tatacara penulisan karya ilmiah yang baik serta benar

sesuai ketentuan serta menambah ilmu pengetahuan dalam

aspek okupasi serta dapat menerapkan ilmu yang didapat.

4 Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar

Makkatutu Bantaeng sebagai bahan masukan bagi rumah

sakit.

13
E. Penelitian Terkait

Tabel 1.5 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Hasil penelitian

1. Jek Amidos Pardede1, Pengetahuan Serta Sikap Ada Hubungan Yang Signifikan Antara
gnes Silvina Marbun, Dengan Tindakan Perawat Pengetahuan Serta Sikap Dengan
Muhammad Zikri. Tentang Patient Safety Vol 3, Tindakan Perawat Tentang Patient
No. 2, Juli 2020 Safety
2. Ns. Nining Sriningsih, S. Pengetahuan Penerapan Hasil Penelitian Ada Hubungan
Kep., M. Kep1Enserta g Keselamatan Penderita Pengetahuan Dengan Penerapan
Marlina (Patient Safety) Pada Petugas Keselamatan Penderita Pada Petugas
Kesehatan Kesehatan, Dengan Hasil, P Value
Sebesar 0,013 < 0,05 Maka Dapat
Disimpulkan Bahwa Ada Hubungan
Pengetahuan Dengan Penerapa
Keselamatan Penderita Pada Petugas
Kesehatan
3. Widiasari, Hanny Kepuasan Penderita Terhadap Hasil Penelitian Didapatkan Ada
Handiyani, Enie Penerapan Keselamatan Hubungan Penerapan Keselamatan
Novieastari Penderita Di Rumah Sakit Penderita Dengan Kepuasan Penderita
2019 (P= 0,001; OR=1,216; Α= 0,05).
Karakteristik Penderita Berupa Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Serta Kelas Rawat Tidak Berhubungan
Dengan Kepuasan Penderita (P= 0,331;
0,818; 0,949; 1,000; Serta 0,382; Α=
0,05).
4. Heri Setia Budi1, Leni Literatur Review: Penelitian Yang Direview Semuanya
Wijaya Pengetahuan Perawat Merupakan Perawat Serta Penderita
Terhadap Pelaksanaan Resiko Jatuh (100%) Serta Penelitian
Program Manajemen Dilakukan Di Indonesia, Hasil Analisis
Penderita Dengan Resiko Penulis Terhadap Hasil Penelitian Pada
Jatuh Jurnal Yang Direview Disimpulkan
Volume 12, Nomor 2, Bahwa Ada Hubungan Pengetahuan
Desember 2020 Perawat Terhadap Pelaksanaan Program
Manajemen Penderita Dengan Resiko
Jatuh
5. Gatot Soeryo Koesoemo, Hubungan Antara Penelitian Ini Menunjukan Sebanyak 47
Nunuk Nugrohowati, Pengetahuan Serta Sikap (85,5%) Perawat Memiliki Pengetahuan
Muhammad Fiki Fauzan Terhadap Lama Bekerja Baik,30 (54,5%) Perawat Memiliki
Perawatdalam Penerapan Sikap Baik.Hasil Analisis Bivariat
Sasaran Keselamatan Pasien Dengan Fisher’s Exact Test

14
Di Ruang Rawat Inap Rumah Menunjukkan Bahwa Tidak Terdapat
Sakit Aulia Jakarta Selatan Hubungan Antara Pengetahuan (P =
2018 0,446) Serta Sikap (P = 0,765) Terhadap
Lama Bekerja Perawat Dalam Penerapan
Sasaran Keselamatan Pasien
6. Devi Darliana Hubungan Pengetahuan . Hasil Penelitian Menunjukkan Terdapat
Perawat Dengan Upaya Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan
Penerapan Patient Safety Di Upaya Penerapan Patient Safety Dengan
Ruang Rawat Inap Rumah P-Value 0,001. Diharapkan Kepada
Sakit Umum Daerah Dr. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Zainoel Abidin Banda Aceh Abidin Banda Aceh Untuk Senantiasa
Meningkatkan Serta Memberi
Kesempatan Kepada Perawat Untuk
Mengikuti Seminar Serta Pelatihan
Yang Dapat Meningkatkan Pengetahuan
Perawat Dalam Penerapan Patient Safety

15
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

Rumah Sakit suatu pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan kartistik

tersendiri yan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, serta kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

terjangkau. Dimana rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan instalasi gawat darurat (Abdullah, 2018). Rumah sakit sebagai salah satu

fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam

memberikan pelayanan kesehatan dalam rangka pengangkatan derajat kesehatan

masyarakat (Permenkes No 24 Tentang Rumah Sakit).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun

2014:

a. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, serta gawat darurat.

b. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang serta jenis penyakit.

18
c. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu aspek atau satu jenis kelainan definit

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis kelainan

atau kekhususan lainnya.

1. Tujuan Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit membutuhkan bentuk regulasi yang jelas dalam

mewujudkan tujuan, fungsi serta perannya. Banyak elemen

manajemen rumah sakit, terutama yang terkait dengan peran

utamanya dalam pelayanan publik, yaitu penyediaan layanan

kesehatan, memerlukan instrumen hukum yang tepat.

Pelaksanaannya harus dilaksanakan secara realistis, sesuai

dengan kedudukan, peran serta fungsinya, khususnya untuk

memenuhi amanat konstitusi serta oleh karena itu untuk

kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan tujuan pelayanan rumah

sakit yang diberikan oleh rumah sakit (selanjutnya UURI) dalam

pasal 3 sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 44 tahun 2009:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan,

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit serta sumber daya

manusia di rumah sakit,

19
c. Meningkatkan mutu serta mempertahankan standar

pelayanan rumah sakit, serta

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,

sumber daya manusia rumah sakit serta rumah sakit.

Makna Undang-Undang tersebut di atas bahwa rumah

sakit memiliki tugas utama yaitu pelayanan anggota kesehatan

dengan perlindungan kepada semua pihak terutama perlindungan

kepada pasien. Setiap langkah yang diambil ke arah yang benar

memiliki sejarah panjang keberhasilan, terutama di aspek

pendidikan. Jika Anda tidak memiliki cukup uang dalam Mode

Standar untuk mencegah hal itu terjadi lagi, Anda tidak akan

dapat menemukan orang yang tepat selama sisa hidup Anda.

(Yuni Fitriana, Kurniasari Prativi, 2018).

2. Tugas Serta Fungsi Rumah Sakit

Atribut rumah sakit, kata-kata hukum dapat dilihat dalam

ketentuan Seni. 1 pasal 1 UU Rumah Sakit. Pernyataan ini

memberikan pemahaman tentang rumah yang tenang serta juga

menguraikan kewajiban rumah yang tenang serta ruang lingkup

pemeliharaannya. Di bawah ini adalah daftar blog kami yang

paling populer: Pasal 4 UU No. 44 Rumah Sakit 2009 menjelaskan

bahwa rumah sakit wajib menyediakan semua layanan perawatan

kesehatan yang dipersonalisasi.

20
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4, Rumah Sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan serta pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan serta peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua serta ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan serta pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan, serta

d. Penyelenggaraan penelitian serta pengembangan serta

penapisan teknologi aspek kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan aspek kesehatan.

3. Pengaturan Tugas Serta Fungsi Rumah Sakit

Persyaratan yang harus dipenuhi rumah sakit sebagai bentuk

pengawasan secara preventif. Dalam pemeriksaan tersebut, sanksi

yang sangat berat diterapkan sebagai bentuk pengawasan yang

bersifat preskriptif. Penataan tersebut didukung oleh aspek

kesehatan sebagai salah satu hal terpokok bagi masyarakat. Rumah

sakit sebelumnya memasukkan hal-hal berikut dalam organisasi

fungsionalnya:

21
1. Menyediakan serta menyelenggarakan :

a. Pelayanan medik

b. Pelayanan penunjang medik

c. Pelayanan perawat

d. Pelayanan rehabilitas

e. Pencegahan serta peningkatan kesehatan

2. Sebagai tempat pendidikan serta atau latihan tenaga medik atau

tenaga paramedik

3. Sebagai tempat penelitian serta pengembangan ilmu serta

teknologi aspek kesehatan. Asas serta tujuan rumah sakit.

Dalam pasal 2 UU No 44 tahun 2009 disebutkan “Rumah Sakit

diselenggarakan berasaskan Pancasila serta didasarkan kepada

nilai kemanusiaan, etika serta profesionalitas, manfaat,

keadilan, persamaan hak serta anti diskriminasi, pemerataan,

perlindungan serta keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi

sosial”.

Tujuan dari rumah sakit adalah untuk menyediakan tempat

berteduh bagi orang-orang yang tidak memiliki perlindungan

hukum yang akan mereka butuhkan di kemudian hari. Tentang

Sahihiya 36 2009. Pada saat yang sama, pemerintah tidak dapat

menjaga perdamaian untuk waktu yang lama serta pemerintah

tidak dapat menjamin kemerdekaannya. Tujuan dari operasi klinis

22
adalah tiga dimensi yang berkesinambungan. Staf pengembangan

sosial serta ekonomi untuk pengembangan investasi farmasi di

aspek kesehatan untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat

yang tinggi. Pasal 3 UU Bab 3. 2009. 44. Kewenangan Rumah

Sakit:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan.

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit serta sumber daya

manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu serta mempertahankan standar pelayanan

rumah sakit, serta

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,

sumber daya manusia rumah sakit, serta rumah sakit.

4. Jenis-jenis Rumah Sakit

Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang jenis serta klasifikasi

rumah sakit adalah sebagai berikut :

a. Jenis

Tergantung pada jenis layanan yang ditawarkan,

mereka dibagi menjadi rumah sakit umum serta rumah sakit

spesialis. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan terhadap segala jenis serta

23
jenis penyakit. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan dasar dalam suatu aspek atau jenis

kelainan berdasarkan empat disiplin ilmu, yaitu ilmu, umur,

organ, jenis penyakit, atau spesialisasi lainnya.

Menurut pedoman administrasi, rumah sakit dapat

dibagi menjadi rumah sakit umum serta rumah sakit swasta.

Rumah sakit pemerintah dijalankan oleh pemerintah,

pemerintah daerah serta organisasi non-keuangan. Rumah

sakit umum dijalankan oleh pemerintah, serta pemerintah

daerah diatur oleh Baserta Layanan Umum (BPJS) atau IPK

Daerah (BLUD) dengan UU. Rumah sakit pemerintah serta

rumah sakit daerah tidak bisa digantikan oleh rumah sakit

swasta. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang

diselenggarakan oleh baserta hukum yang mencari laba dalam

bentuk persekutuan atau perseroan terbatas.

b. Klasifikasi Rumah Sakit

1) Klasifikasi Rumah Sakit Umum adalah :

a) Rumah sakit umum kelas A

Pada rumah sakit kelas A pelayanan spesialistik yang

luas termasuk subspesialistik.

b) Rumah sakit umum kelas B

24
Pada rumah sakit kelas B mempunyai pelayanan

minimal sebelas spesialistik serta subspesialistik

terdaftar.

c) Rumah sakit umum kelas C

Pada rumah sakit kelas C mempunyai minimal empat

spesialistik dasar (bedah, kelainan dalam, kebiserta an

serta anak).

d) Rumah sakit umum kelas D

Pada rumah sakit kelas D hanya terdapat pelayanan

medis dasar.

e) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus adalah :

(1) Rumah sakit khusus kelas A

Pada rumah sakit kelas A pelayanan spesialistik

yang luas termasuk subspesialistik.

(2) Rumah sakit khusus kelas B

Pada rumah sakit kelas B mempunyai pelayanan

minimal sebelas spesialistik serta subspesialistik

terdaftar.

(3) Rumah sakit khusus kelas C

Pada rumah sakit kelas C hanya terdapat pelayanan

medis dasar.

25
B. Tinjauan Umum Tentang Keselamatan Pasien

Institusi pelayanan kesehatan merupakan sistem yang

kompleks yang ditandai dengan penggunaan teknologi tinggi serta

"kebebasan" profesi. Kompleksitas itu menimbulkan kerawanan

kesalahan medik (medical error). Keselamatan adalah hak pasien,

serta para profesional pelayanan kesehatan berkewajiban

memberikan pelayanan kesehatan yang aman. Karena itu, upaya

meningkatkan keselamatan pasien harus menjadi prioritas utama para

pemimpin pelayanan kesehatan. "Safety is a fundamental principle of

patient care and a critical component of hospital quality

management." (World Alliance for Patient Safety, Forward

Programme WHO, 2007).

Peraturan Menteri Kesehatan Pemerintah Indonesia. Solusi

Keselamatan Pasien No. 11 Tahun 2017 menjelaskan bahwa semua

penyelenggara pelayanan kesehatan harus mengelola keselamatan

penderita melalui pelayanan yang menerapkan standar keselamatan

pasien, tujuan keselamatan pasien, serta pedoman keselamatan

pasien. Selain itu, pemerintah menjamin perlindungan hukum

terhadap semua sektor yang terkait dengan keselamatan Pasien serta

staf di rumah sakit dengan meningkatkan upaya keselamatan pasien.

Upaya untuk menjamin keselamatan Pasien sangat bergantung

pada pengetahuan perawat. Jika perawat memberikan keselamatan

26
Pasien berdasarkan pengetahuan yang memadai, maka perilaku

perawat akan tetap sama (jendela). Perawat harus memiliki

pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang tepat untuk

memecahkan kompleksitas pelayanan kesehatan. (Andi Nur Azizah,

Ella Andayanie. 2020).

1. Pengertian Keselamatan Pasien

Keselamatan Pasien adalah sistem perawatan rumah sakit

yang lebih aman, yang mencakup penilaian risiko, identifikasi serta

pengelolaan masalah pasien, pelaporan serta analisis insiden,

ketidakmampuan, untuk belajar dari krisis, serta untuk meneliti

serta menerapkan solusi untuk masalah. serta pencegahan

kejahatan dari pelanggaran sebagai akibat dari tindakan atau

tindakan yang akan dilakukan (Permenkes RI No. 1691, 2011).

Keselamatan Pasien adalah proses yang meningkatkan

keselamatan perawatan pasien, termasuk penilaian risiko,

identifikasi serta manajemen keadaan darurat, laporan serta analisis

insiden, ketidakmampuan untuk mendiagnosis serta memantau

insiden, serta menerapkan solusi untuk mengurangi risiko serta

kerusakan kesalahan. untuk melakukan suatu tindakan atau tidak

melakukan suatu tindakan. (PMK Republik Indonesia, 2017 No.

11).

27
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden,

adalah setiap kejadian yang tidak disengaja serta kondisi yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien. (Pmk Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2017).

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

yang dibantu oleh Wakil Presiden serta menteri sebagaimana

dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

2. Sasaran keselamatn pasien

Sasaran keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan

spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-

kepingan yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan serta

menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti serta

keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang

baik secara instrinsik adalah untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang aman serta bermutu tinggi, sedapat mungkin

sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang

menyeluruh. Adapun 6 sasaran keselamatan Pasien menurut

Permenkes RI No. 11 tahun 2017 adalah :

a) Ketepatan identifikasi Pasien

28
Standarnya adalah rumah sakit mengembangkan pendekatan

untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi penderita dapat

terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis serta pengobatan.

Kesalahan identifikasi Pasien bisa terjadi pada Pasien dalam

keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar

tempat tidur/kamar/lokasi rumah sakit, serta kelainan sensori, atau

akibat sirtuasi lain. Maksud dari sasaran ini adalah untuk

melakukan dua kali pengecekan, yaitu :

1). Pertama, untuk identifikasi penderita sebagai individu yang

akan menerima pelayanan atau pengobatan ;

2). Serta kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan

terhadap individu tersebut.

b) Peningkatan komunikasi yang efektif

Modelnya adalah mengembangkan cara bagi rumah sakit

untuk meningkatkan kualitas komunikasi antar penyedia layanan.

Komunikasi yang tepat, akurat, lengkap, jelas serta efektif untuk

memahami Pasien akan mengurangi kesalahan serta meningkatkan

keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan secara

elektronik, verbal atau tertulis. Komunikasi yang mengganggu

sering terjadi ketika berbicara atau di telepon. Masalah lain adalah

29
keterkaitan hasil penelitian penting, seperti hasil studi sitoklinik,

dengan layanan telepon.

Rumah sakit bersama-sama mengembangkan pesan

kebijakan serta /atau prosedur, termasuk memasukkan komputer

semua instruksi atau instruksi hasil ujian, setelah penerima

membaca (membaca ulang) instruksi atau ujian. . membuat

kesimpulan serta menekankan bahwa apa yang telah ditulis serta

dibaca ulang adalah benar. Kebijakan serta /atau referensi juga

menyatakan bahwa membaca ulang diperbolehkan jika tidak

memungkinkan, mis. di ruang operasi serta dalam keadaan darurat

di IGD atau ICU.

c) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Dokter umum harus mengambil langkah-langkah untuk

mengurangi risiko infeksi terkait kesehatan. Pencegahan serta

pengendalian kelainan menular merupakan salah satu tantangan

terbesar dalam krisis kesehatan, serta meningkatnya biaya

pengobatan kelainan menular. Kesehatan telah menjadi masalah

utama bagi penderita serta profesional kesehatan. Infeksi umum

terjadi pada semua bentuk kesehatan, termasuk infeksi saluran

kemih, perdarahan, serta pneumonia. Pokok untuk menjaga

kebersihan tangan Anda untuk mencegah hal ini serta infeksi

lainnya. Manual kebersihan tersedia di Perpustakaan WHO serta

30
organisasi lokal serta internasional. Rumah sakit memiliki sistem

kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan serta /atau praktik

yang mengikuti atau menerapkan pedoman higiene publik serta

menerapkan praktik tersebut ke rumah sakit.

d) Pengurangan risiko Pasien jatuh

Modelnya adalah rumah sakit mengembangkan cara untuk

mengurangi risiko Pasien jatuh serta melukai diri mereka sendiri.

Jumlah cedera di rumah sakit telah sangat berkurang. Tergantung

jumlah penduduk/desa yang dilayani, pelayanan serta fasilitas yang

ditawarkan. Rumah sakit harus menilai risiko Pasien jatuh serta

mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera saat

jatuh. Tes mungkin termasuk riwayat kulit, obat-obatan serta

alkohol, tes gaya berjalan serta keseimbangan, serta gaya berjalan

yang digunakan oleh pasien. Program harus dikelola oleh rumah

sakit.

e) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)

Rumah sakit umum perlu mengembangkan mekanisme untuk

meningkatkan keamanan obat yang dipantau. Jika pengobatan

merupakan kepingan dari rencana perawatan pasien, manajemen

harus memainkan peran pokok dalam memastikan keselamatan

pasien. Obat-obatan yang harus Anda waspadai adalah obat-obatan

yang sering menyebabkan kesalahan serius serta obat-obatan yang

31
dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. obat yang

memiliki bentuk serta suara yang sama. Salah satu prosedur

terpokok untuk keselamatan Pasien adalah penggunaan elektrolit

khusus. Kesalahan ini dapat terjadi ketika seorang perawat di panti

jompo belum dilatih atau dilatih dengan benar sebelum pengasuh

dipilih serta tiba-tiba.

Cara paling efektif untuk mengurangi atau meminimalkan

komplikasi tersebut adalah dengan meningkatkan penggunaan obat

dengan hati-hati, termasuk transfer energi listrik dari area

pelayanan Pasien ke apotek. Rumah sakit bekerja sama untuk

mengembangkan kebijakan serta /atau prosedur untuk membuat

daftar zat yang dikendalikan berdasarkan informasi yang tersedia

di rumah sakit. Kebijakan serta /atau peraturan menentukan area

yang memerlukan penggunaan elektrolit, seperti IGD atau garasi,

serta identifikasi elektrolit yang benar serta cara menyimpannya di

area ini, membatasi kesempatan untuk mencegah penggunaan

berlebihan.

f) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat- Pasien operasi

Modelnya adalah bagi rumah sakit untuk mengembangkan

cara memberikan lokasi yang tepat, urutan yang tepat, perawatan

Pasien yang tepat. Salah lokasi, salah praktik, salah Pasien dalam

operasi menjadi hal yang memprihatinkan serta tidak jarang terjadi

32
di rumah sakit. Kesalahan disebabkan oleh komunikasi yang buruk

atau tidak memadai antara anggota tim kendaraan, kurangnya

Pasien / non-partisipasi dalam pendaftaran situs serta kurangnya

proses untuk memverifikasi lokasi operasi. Selain itu,

ketidakcukupan diagnosa, ketidakcukupan evaluasi rekam medis,

budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar

pengguna, masalah huruf yang tidak bisa digunakan, serta

penggunaan singkatan adalah hal biasa. Rumah sakit perlu bekerja

sama untuk mengembangkan kebijakan serta /atau prosedur untuk

mengatasi masalah ini.

3. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Adapun tujuh langkah menuju keselamatan Pasien di rumah

sakit menurut Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 adalah :

a) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien

Menciptakan kepemimpinan serta budaya yang terbuka serta

adil. Rumah sakit harus menjabarkan apa yang harus dilakukan

staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah

pengumpulan fakta harus dilakukan serta dukungan apa yang

harus diberikan kepada staf, pasien, serta keluarga.

b) Memimpin serta mendukung staf

Membangun komitmen serta fokus yang kuat serta jelas

tentang keselamatan Pasien di rumah sakit.

33
c) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Mengembangkan sistem serta proses pengelolaan risiko,

serta lakukan identifikasi serta sesmen hal yang potensial

bermasalah.

d) Mengembangkan sistem pelaporan

Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta

rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

e) Melibatkan serta berkomunikasi dengan Pasien

Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka

dengan Pasien dengan memastikan Pasien serta keluarga

mendapat informasi yang benar serta jelas bila mana terjadi

insiden.

f) Belajar serta berbagi pengalaman tentang keselamatan Pasien

Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah

untuk belajar bagaimana serta mengapa kejadian itu timbul.

g) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan

Pasien.

Menggunakan informasi yang ada tentang

kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem

pelayanan.

4. Standar Keselamatan Pasien

34
Menurut Pmk Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi standar:

a. Hak pasien;

b. pendidikan bagi Pasien serta keluarga;

c. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan;

d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi serta peningkatan keselamatan pasien;

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;

f. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien; serta

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

Depkes-RI (2008) serta KKP-RS (2008) telah bersepakat

membuat beberapa batasan tentang keselamatan Pasien diantaranya

yaitu: keselamatan Pasien adalah bebas dari bahaya atau risiko:

1. Bahaya

Bahaya adalah suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat

meningkatkan risiko pada pasien.

2. Keselamatan Pasien

Pasien adalah Pasien yang tidak terluka atau yang mungkin

menderita penyakit, fisik, sosial, mental, cacat, kematian, serta

layanan kesehatan lain yang terkait dengan ketidakamanan.

Keselamatan Pasien di rumah sakit merupakan salah satu cara

35
pengamanan pelayanan rumah sakit (Depkes-RI, 2008). Hal ini

diadvokasi oleh World Medical Institute (IOM) (2008) yang

berpendapat bahwa keselamatan Pasien adalah pelayanan yang

tidak merugikan serta /atau merugikan pasien.

Keselamatan merupakan kepingan dari kualitas pelayanan

perawatan klinis di rumah sakit. Keselamatan Pasien adalah

keselamatan Pasien saat jatuh, jatuh berat, cedera serta

pengobatan terbatas (General Manager-Yanmed, 2008).

Keselamatan Pasien merupakan prioritas bagi perawat (SVMH,

2006). Ditegaskan oleh Maryam (2009), ia menyatakan bahwa

74,1% Pasien puas dengan pekerjaan perawat untuk memastikan

keselamatan pasien. Disimpulkan bahwa keselamatan Pasien

dapat digunakan sebagai informasi untuk memberikan kesehatan

yang lebih baik kepada Pasien serta mengurangi kejadian bahaya

(KTD).

3. Pengertian Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian yang

mengakibatkan cedera pada Pasien akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,

serta bukan karena kelainan atau kondisi Pasien (KKP-RS, 2008).

KTD yang tidak dapat dicegah adalah suatu kesalahan akibat

komplikasi yang tidak dapat dicegah (Unpreventable Adverse

36
Event) dengan pengetahuan yang mutakhir. Cedera dapat

diakibatkan kesalahan medik atau bukan kesalahan medik yang

tidak dapat dicegah

4. Pengertian Kejadian Nyaris Cedera (KNC)

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu tindakan yang

seharusnya tidak menyebabkan cedera pada Pasien akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil (omnision) dapat terjadi karena

“keberuntungan”, misal Pasien menerima suatu obat kontra

indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat karena “pencegahan”,

misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi

staf lain mengetahui serta membatalkannya sebelum obat

diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya

(KKP-RS, 2008).

Adapun tujuan Keselamatan Pasien menurut Depkes-RI,

(2008) adalah terciptanya budaya keselamatan Pasien di rumah

sakit; meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap Pasien

serta masyarakat; menurunnya KTD di rumah sakit serta

terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak

terjadi pengulangan KTD.

5. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS)

37
Keselamatan Pasien di rumah sakit merupakan salah satu cara

untuk menjamin asuhan yang aman di rumah sakit. Prosesnya

meliputi: penilaian krisis, identifikasi serta pengelolaan masalah

pasien, pelaporan serta analisis krisis, ketidakmampuan untuk

belajar dari komplikasi serta menemukan serta menerapkan solusi

untuk mengurangi risiko. Sistem ini bertujuan untuk mencegah

kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan sebagai akibat dari

tindakan yang dilakukan.

Tujuan KKP-RS adalah

1). Terciptanya budaya keselamatan Pasien di rumah sakit;

2). Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap Pasien

serta masyarakat;

3). Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah

sakit;

4). Terlaksananya program-program pencegahan pencegahan

sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) telah

membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS)

pada tanggal 1 Juni 2005. Selanjutnya Menteri Kesehatan bersama

PERSI serta KKP-RS telah mencanangkan Gerakan Keselamatan

Pasien pada seminar nasional PERSI tanggal 21 Agustus 2005 di

38
Jakarta Convention Center. Disamping itu Komite Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) serta Depkes telah menyusun Standar

Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang akan menjadi salah satu

standard akreditasi. Adapun standard tersebut adalah :

a. Hak Pasien. Pasien serta keluarganya mempunyai hak

mendapat informasi tentang rencana serta hasil pelayanan

termasuk kejadian yang tidak diharapkan.

b. Medidik Pasien serta keluarga. Rumah sakit harus mendidik

Pasien serta keluarganya tentang kewajiban serta tanggung

jawab penderita dalam asuhan pasien.

c. Keselamatan Pasien serta kesinambungan pelayanan. Rumah

sakit menjamin kesinaambungan pelayanan serta menjamin

koordinasi antar tenaga serta antar unit pelayanan.

d. Penggunaan metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan

evaluasi. Rumah sakit harus mendisain proses baru atau

memperbaiki proses yang ada, memonitor serta mengevaluasi

kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara

intensif KTD serta melakukan upaya perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasien. Pemimpin yang mengintegrasikan program

keselamatan Pasien dalam rumah sakit memastikan: “Tujuh

39
langkah menuju keselamatan pasien” meliputi: Pemimpin

memberikan insentif untuk mengidentifikasi risiko

keselamatan Pasien serta program untuk mencegah atau

mengurangi CTD; pemimpin memperkuat serta membina

komunikasi serta koordinasi antar departemen serta individu

dalam pengambilan keputusan yang sabar; pemimpin

menyediakan sumber daya pengukuran yang cukup;

mengevaluasi efektivitas kontribusi mereka terhadap

perbaikan klinis serta keselamatan pasien.

f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Rumah sakit

memiliki orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan

jabatan dengan keselamatan Pasien secara jelas, rumah sakit

menyelenggarakan pendidikan serta pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan serta memelihara

kompetensi staf serta mendukung pendekataan interdisiplin

dalam pelayanan prima.

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

h. Rumah sakit merencanakan serta mendesain proses

manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal serta eksternal, transmisi data serta informasi harus

tepat waktu serta akurat.

40
7. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Kualitas pelayanan kesehatan keperawatan kepada Pasien

akan menjadi lebih proporsional serta mudah dievaluasi apabila

ada standar evaluasi untuk itu KKP-RS telah menyusun Panduan

Tujuh Langkah menuju keselamatan Pasien rumah sakit menurut

Depkes-RI, (2008) adalah :

a. Mengenali pentingnya keselamatan pasien. Membangun

pemimpin yang baik.

b. Manajemen serta staf pendukung. Membuat komitmen yang

kuat serta jelas serta fokus pada keselamatan Pasien di rumah

sakit.

c. Integrasi kegiatan manajemen risiko. Mengembangkan

kebijakan serta prosedur, serta mengidentifikasi serta menilai

potensi masalah.

d. Membuat sistem pelaporan, Memudahkan staf untuk

melaporkan insiden serta mengatur rumah sakit untuk melapor

ke CCPRS.

e. Libatkan Pasien serta komunikasikan dengan mereka.

Ciptakan cara terbuka untuk berkomunikasi dengan pasien.

f. Belajar serta berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.

Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk

belajar bagaimana serta mengapa kejadian itu timbul.

41
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan

pasien. Cara menggunakan informasi yang ada tentang

kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada

sistem pelaporan.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Perawat

Memahami pemahaman perawat tentang keselamatan Pasien

Pengetahuan merupakan hasil kepekaan atau persepsi seseorang

melalui panca indera (mata, hidung), telinga, dll. Intensitas perhatian

serta persepsi terhadap objek sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya kesadaran tersebut selama pengamatan.

Sekepingan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

indera pendengaran (telinga) serta penglihatan (mata). Persepsi orang

terhadap objek bervariasi dalam intensitas atau tingkatannya.

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa kecerdasan mental memiliki

6 tingkatan. :

1. Tahu (Know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

42
harus dapat mengintepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk

menjabarkan serta atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

43
Penilaian adalah tentang kemampuan seseorang untuk

mencoba atau menilai suatu objek tertentu. Penelitian ini

didasarkan pada norma atau norma desa. Pemahaman keselamatan

Pasien oleh perawat sangat pokok untuk mendukung pelaksanaan

program keselamatan pasien.

Perawat perlu memahami pentingnya keselamatan pasien,

unsur-unsur yang terlibat dalam keselamatan pasien, tujuan

keselamatan pasien, upaya keselamatan pasien, serta perlindungan

diri berada di tempat kerja. Program keselamatan Pasien adalah

sistem yang menjaga rumah sakit tetap aman bagi pasien. Risiko

jatuh dalam suatu sistem atau kelainan menular, mengidentifikasi

serta mengelola faktor risiko, memberi tahu serta menganalisis

peristiwa atau insiden yang tidak diinginkan, ketidakmampuan

untuk mendiagnosis serta melacak peristiwa, serta menerapkan

solusi rendah, 2008).

Menurut Notoatmodjo 2007, perilaku serta sikap perawat

terhadap keselamatan Pasien dipengaruhi secara internal serta

eksternal.

a. Sifat lokal perawat didasarkan pada kecerdasan, emosi,

serta pengalaman pribadi.

b. Faktor eksternal mempengaruhi perilaku perawat di

lingkungan, seperti lingkungan fisik, sosial, serta budaya.

44
Faktor eksternal ini menjadi faktor pokok yang menambah

warna pada perilaku manusia.

Faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama antara lain yaitu faktor

predisposisi (pre disposing factor), faktor pemungkin (enabiling factor), serta

faktor penguat (reinforcing factor),

1. Faktor predisposisi adalah hal-hal yang memudahkan atau memudahkan

ekspresi perilaku manusia, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai,

kebiasaan, serta sebagainya.

2. Enhancer adalah mereka yang memastikan atau memfasilitasi perilaku

atau kegiatan, seperti bangunan serta struktur atau bangunan yang tidak

memiliki upaya untuk keselamatan pasien.

3. Zat penegakan adalah zat yang mendorong atau memperkuat perilaku,

seperti perilaku serta sikap petugas kesehatan, yang tidak dimaksudkan

untuk menimbulkan akibat yang tidak diinginkan dalam upaya

keselamatan pasien.

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap Perawat

Makna suatu objek atau respon seseorang yang selalu

dikaitkan dengan suatu stimulus atau objek. Definisi eksplisit berarti

penerapan tanggapan terhadap rangsangan definit dalam kehidupan

sehari-hari, tanggapan emosional terhadap sosial. Seorang psikolog,

Newcomb, mencatat bahwa sikap bukanlah kesadaran akan penyebab

tertentu, tetapi keinginan atau kemauan untuk bertindak. Sikap adalah

45
kemampuan untuk memicu perilaku, bukan tindakan atau tindakan.

Sikap ini selalu merupakan tanggapan tertutup, bukan tanggapan

terbuka atau sikap terbuka. Makna keinginan untuk menanggapi

objek, seperti mengevaluasi objek di lingkungan.

1. Tingkatan sikap

Menurut Notoatdmojo (2010), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yakni :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apakah ditanya, mengerjakan serta

menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

2. Praktek atau tindakan sikap.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overtbehavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

46
perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas serta faktor

dukungan (support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai

beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal serta memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek

tingkatan pertama.

b. Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar serta

sesuai dengan adalah contoh indikator praktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

d. Adaptasi (adaptation)

Fleksibilitas adalah sistem atau praktik yang dikembangkan

dengan baik. Artinya, tindakan itu digantikan oleh realitas

tindakan itu sendiri. Perawat membutuhkan sistem yang efektif

dalam mendukung program keselamatan Pasien agar dapat

menjalankan sistem pelayanan kesehatan yang aman.

47
Sistem pendukung pencegahan penyebaran kelainan melalui

cuci tangan merupakan salah satu tindakan pencegahan khusus

yang berguna dalam mencegah penyebaran penyakit. Selain itu,

gunakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan serta masker,

untuk menghindari risiko kontak dengan kelainan menular.

E. Tinjauan Umum Tentang Covid 19

Wabah Covid-19 tidak mengingat hal-hal seperti dunia.

Wuhan, kota terbesar di China, diciptakan pada Januari 2020 di China.

Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan,

Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, serta Jerman.

(Dian Rosita, 2020).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Covid-19 akan

diklasifikasikan sebagai kelainan global pada 11 Maret 2020, hingga

menjadi salah satu dari 121.000 negara yang terkena serangkaian

perubahan. Di Indonesia, Covid-19 telah disetujui oleh Presiden Joko

Widodo di masa lalu. DKI Jakarta Penyebaran Provinsi Covid-19

berada di episentrumnya, serta banyak orang yang coba tandai. (Dian

Rosita, 2020).

Informasi Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Indonesia

Kementerian Kesehatan RI, 1 Oktober 2020 Rangkuman tes covid-19

pada 291.182 orang. DKI Jakarta adalah satu-satunya negara yang

menegaskan perbatasan Jawa Timur serta Jawa Tengah. Pada hari

48
inilah Gita dibangkitkan oleh kecemasan. Hal ini dirasakan oleh

masyarakat di kawasan tersebut, serta mulai frustasi karena Covid-19

mulai terbiasa dengan sangat cepat. (Dian Rosita, 2020).

Meski dikutip Pemerintah Indonesia, Covid-19 serta

beberapa Rumah Sakit Menjadi, Rumah Sakit Kelabakan harus

digunakan untuk menghubungi Pasien Covid-19 di Kelabakan. Para

dokter berjuang melawan Covid-19. Answer Party adalah anggota

Covid-19. Dokter kau harus memperlambat nyawanya sampai Covid-

19 terlindungi serta dihukum. (Dian Rosita, 2020).

Berdasarkan data yang telah dipublikasikan oleh Penguurus

Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) per tanggal 30 Agustus 2020

genap ada 100 Dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19. IDI

mencatat jumlah kematian Dokter terbanyak di Jawa Timur yakni

sebanyak 25 dokter, kemudian Sumatera Utara sebanyak 15 dokter

serta DKI Jakarta sebanyak 14 dokter. Sudah sepantasnya Negara

bersedih karena kehilangan putra putri terbaiknya yang telah rela

mengabdikan dirinya untuk melayani kesehatan masyarakat hingga

mengorbankan nyawanya. (Dian Rosita, 2020).

F. Tinjauan Umum Tentang Profesi Perawat

1. Definisi Profesi Perawat

Secara etimologis, profesi berasal dari bahasa latin profecus

yang artinya memberi wewenang, menerima, menunjukkan

49
keahlian atau menjadi ahli dalam bekerja. Singkatnya, pekerjaan

dapat didefinisikan sebagai pekerjaan yang membutuhkan

pendidikan tinggi bagi para pelanggar serta mempromosikan

pekerjaan yang bersih. Serta dalam Jurnal Indonesia yang dikutip

oleh Christine S.T. Pendeta mengatakan bahwa pekerjaan adalah

serangkaian kegiatan yang didasarkan pada pembelajaran

keterampilan (keterampilan, integritas, dll.).

Sesuai UU No. 38 Terkait dengan provider pada tahun

2014, provider adalah profesi merawat orang sakit serta sehat,

keluarga, kelompok atau masyarakat. Pada saat yang sama,

perawat adalah orang yang diakui oleh hukum di bawah hukum,

yang telah menerima pendidikan kesehatan tingkat lanjut di

Amerika Serikat, luar serta dalam.

Perawat dilatih secara nasional serta internasional sesuai

dengan peraturan UU yang berlaku (Keputusan Menteri Kesehatan

RI (2001). Manajemen serta tanggung jawab asuhan keperawatan

(Wardah, Febrina, Dewi 2017).

2. Hak Perawat

Di Indonesia, hak-hak perawat diatur dalam Pasal 36 UU

No.36 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Pasal tersebut

menyatakan perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan

berhak :

50
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan

fungsi sesuai dengan aturan pelayanan, standar profesi,

aturan operasi serta ketentuan hukum.

b. Menerima informasi yang akurat, jelas serta ringkas dari

klien serta /atau keluarganya.

c. Mengganti layanan yang diberikan oleh perawat.

d. Menolak permintaan dari pelanggan atau pihak lain yang

melanggar persyaratan hukum, standar pelayanan,

profesionalisme, standar operasional, atau persyaratan

hukum.

e. Lakukan hal-hal sesuai aturan.

UU yang sama juga mengatur bahwa perawat yang

melakukan praktik keperawatan harus memiliki STR (Surat

Tanda Daftar). Perawat bertanggung jawab untuk

pengembangan serta rehabilitasi kesehatan, pencegahan

kelainan serta perlindungan pengasuh. Mereka bertujuan

untuk meringankan penderitaan individu, keluarga, organisasi

serta masyarakat.

3. Kewajiban Perawat

Menurut American Nurses Association (ANA) tanggung

jawab perawat, yaitu :

a. Catat pemeriksaan fisik serta riwayat kesehatan Anda.

51
b. Memberikan penyuluhan, pendidikan serta promosi

kesehatan.

c. Memberikan obat-obatan, perawatan luka serta keadaan

darurat lainnya sesuai kebutuhan pasien.

d. Jelaskan informasi pasien serta putuskan tindakan yang tepat.

e. kamu Mengkoordinasikan perawatan, bekerja dengan

profesional kesehatan lainnya.

f. Ikuti serta pantau perawatan yang diberikan oleh profesional

kesehatan lainnya.

g. Melakukan penelitian untuk mendukung perawatan pasien.

Kewajiban perawat juga diatur dalam UU No. 38 Tahun

2014 Tentang Keperawatan. Pada pasal 37 disebutkan bahwa

perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban :

a. Penyediaan sarana serta prasarana pelayanan keperawatan

sesuai dengan standar pelayanan keperawatan serta ketentuan

peraturan UU.

b. Pemberian pelayanan keperawatan sesuai dengan Kode Etik,

standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar

prosedur operasi serta ketentuan peraturan UU.

c. Merujuk klien yang tidak diobati ke perawat atau profesional

kesehatan lain yang paling sesuai dengan ruang lingkup serta

tingkat kompetensi mereka.

52
d. Dokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.

e. Memberikan klien serta /atau keluarganya informasi yang

lengkap, jujur, akurat, jelas, serta mudah dipahami tentang

pengalaman keperawatan dalam kewenangannya.

f. Memberikan wewenang kepada tenaga kesehatan lain sesuai

dengan wewenang perawat.

g. Melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan oleh

pemerintah.

G. Kerangka Teori

Berikut Adalah Kerangka Berpikir Yang Akan Dijadikan


Sebagai Acuan Atau Pedoman Di Dalam Penelitian:

Identifikasi Penderita secara


tepat

Peningkatan Komunikasi
efektif Karakteristik
Individu Penerapan patient safety
berdasarkan PMK. No 11
Peningkatan Keamanan
tahun 2017 Tentang
Obat resiko Tinggi
Keselamatan Penderita
Pengetahuan rumah Sakit
Rumah Sakit membuat
pendekatan untuk kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur Penerapan keselamatan
serta tepat penderita operasi penderita berdasarkan
International Patient Safety
Goals
Pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan Sikap

Pengurangan risiko
penderita jatuh

Gambar 2.1: Kerangka Teori


Modifikasi Teori Mubarak (2015), Taylor C. Lillis C. Lemone (1989)

53
H. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

PENGATAHUAN
(Notoatmodjo, 2014) PENERAPAN
SISTEM
KESELAMATAN
SIKAP PASIEN
(Notoatmodjo, 2014)

: Variabel Independent

: Variabel Dependent
Gambar 2.2: Kerangka Konsep

I. Definisi operasional dan kriteria objektif

Definisi fungsional adalah contoh-batasan yang digunakan

tanpa definisi terjemahan yang berbeda dari penggunaan. Ada dua

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Variabel

Independen/Bebas serta Variabel Varen/Ikatan. Dalam operatif itu

didefinisikan sebagai berikut:

1) Variabel independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel

stimulus, predictor, antsedent. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut juga variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebabperubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah ;

54
NO Variabel Definisi teori Definisi Alat dan Cara Ukur Kriteria Nomor
Independen Oporasional objektif kuesioner

1. Pengetahua Notoatmodjo (2010), Pengetahuan Kuisioner Kuesioner • Buruk : 1-20


n berpendapat perawat dalam sebanyak 20 Jika
Keselamata pengetahuan yang melaksanaka pertanyaan dengan presenta
n Pasien tercakup dalam sasaran skala pengukuran se total
domain kognitif keselamatan menggunakan skala jawaban
mempunyai 6 penderita di gutman. responde
tingkatan yakni : rumah sakit a. Skor tertinggi n
(20x1) = 20 memiliki
1. Tahu (Know)
b. Skor terendah nilai <
2. Memahami
(20x0) = 0 20
(Comprehension)
c. Interval • Baik :
3. Aplikasi
(20)/2 = 10 Jika
(Aplication)
d. Range standar presenta
4. Analisis (Analysis)
20-10 = 10 se total
jawaban

55
5. Sintesis responde
(Synthesis) n
6. Evaluasi memiliki
(Evaluation) nilai , ≥
20

2. Sikap Newcomb salah Sikap adalah salah Kuisioner Kuesioner • Buruk : 1-15
Perawat seorang ahli psikologi satu bentuk sebanyak 15 Jika
dalam sosial, mengatakan kesiapan kita pertanyaan dengan presenta
melaksanak bahwa sikap itu untuk mejalankan skala pengukuran se total
an sasran merupakan kesiapan suatu pekerjaan di menggunakan skala jawaban
keselaatan atau ketersediaan rumah sakit likkert. responde
pasien untuk bertindak, serta a. Skor tertinggi n
bukan merupakan (15 x4) = 60 memiliki
pelaaksanaan motif b. Skor terendah nilai <
tertentu. (15x1) = 15 36
c. Interval • Baik :
(60-15)/2 = 24 Jika
d. Range standar presenta

56
60-24 = 36 se total
jawaban
responde
n
memiliki
nilai , ≥
36

NO Variabel Definisi teori Definisi Alat dan Cara Ukur Kriteria Nomor
Oporasional objektif kuesione
r

1 Penerapan Standar Keselamatan Keselamtan Kuisioner Kuesioner • Buruk : 1-21


Keselamata Penderita Menurut pasiean adalah sebanyak 5 pertanyaan Jika
n Penderita Pmk Republik mmberikan dengan skala presenta
di masa Indonesia Nomor 11 perlindungan pengukuran se total
Tahun 2017 kepada penderita jawaban

57
pandemic sebagaimana serta memberikan menggunakan skala responde
covid 19 dimaksud pada ayat pelayanan yang gutman. n
(2) huruf a meliputi bermutu tinggi a. Skor tertinggi memiliki
standar: sesuai dengan (21 x1) = 21 nilai <
1) Hak pasien; SOP yang berlaku b. Skor terendah 20
2) pendidikan bagi di rumah sakit (21x0) = 0 • Baik :
penderita serta c. Interval Jika
keluarga; (21-0)/2 = 10 presenta
3) Keselamatan d. Range standar se total
penderita dalam 21-10=10 jawaban
kesinambungan responde
pelayanan; n
4) Penggunaan memiliki
metode nilai , ≥
peningkatan 20
kinerja untuk
melakukan
evaluasi serta
peningkatan

58
keselamatan
pasien;
5) Peran
kepemimpinan
dalam
meningkatkan
keselamatan
pasien;
6) Pendidikan bagi
staf tentang
keselamatan
pasien; serta
7) Komunikasi
merupakan kunci
bagi staf untuk
mencapai
keselamatan

Tabel 3 pasien
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

59
2) Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena serta variabel bebas (Sugiyono, 2011:39).

Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah, penerapan

Keselamatan Pasien di masa pandemic Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

J. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak ada Hubungan antara Pengetahuan perawat terhadap

penerapan keselamatan Pasien di masa covid-19 pada instalasi

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar

Makkatutu Bantaeng 2021.

b. Tidak ada Hubungan antara Sikap perawat terhadap penerapan

keselamatan Pasien di masa covid-19 pada instalasi rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu

Bantaeng 2021.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada Hubungan antara pengetahuan perawat terhadap penerapan

keselamatan Pasien di masa covid-19 pada instalasi rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M Anwar Makkatutu

Bantaeng 2021.

60
b. Ada Hubungan antara sikap perawat terhadap penerapan

keselamatan Pasien di masa covid-19 pada instalasi rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M Anwar Makkatutu

Bantaeng 2021.

61
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis statistik dengan

metode analisis rinci. Penelitian ini menggunakan metode screening

sistematis untuk menganalisis hubungan antara Pengetahuan Dan Sikap

Perawat Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di masa covid-19 pada

instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M Anwar

Makkatutu Bantaeng 2021.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng, Waktu penelitian

dilakukan pada tanggal 04 Oktober – 14 Oktober tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi maksud atau

tujuan suatu penelitian, mempunyai ciri-ciri definit serta ditentukan oleh

peneliti, berusaha mengambil keputusan (Notoatmodjo, 2012).

Menurut keterangan tersebut, jumlah keseluruhan penelitian ini

adalah 63 perawat yang bekerja berdasarkan kelas keperawatan pada

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M.Anwar

Makkatutu Bantaeng 2021.

62
2. Sampel

Sampel merupakan perwakilan dari populasi peneliti serta harus

sebanding dengan populasinya. Karena populasinya 100, maka metode

eksperimen yang digunakan adalah eksperimen umum. Simulasi umum

dapat dilakukan oleh peneliti dengan populasi kecil atau kecil, dengan

kesalahan kecil, dengan kata lain jika populasi tersebut merupakan model

penelitian (Sugiyono 2018: 139). Oleh karena itu, eksperimen dalam

penelitian ini dilakukan oleh seluruh perawat sebanyak 68 orang di ruang

rawat inap RSUD Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng 2021. Dalam

hal pengambilan sampel, jika kasusnya kurang dari 100 sebaiknya diambil

semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi, tetapi jika

banyak kasus dapat diambil antara 10% serta 15%. atau masukkan 20% -

25% atau lebih (Arikunto) "pilihan total", rentang pilihannya adalah:

a. Perawat

b. Bersedia menjadi responden serta mengisi lembar persetujuan

D. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Roscoe dalam buku Metode Penelitian (2010) ukuran

sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

Pengambilan sampel pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng diambil berdasarkan kelas

perawatan yaitu:

63
Tabel 4 Jumlah Sampel Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng Tahun 2021

RAWAT INAP JUMLAH


Ruang Perawatan Marina 24 Perawat
Ruang Perawatan Lamalaka 15 Perawat
Ruang Perawatan Eremersa 20 Perawat
Ruang Perawatan Bissappu 8 Perawat
TOTAL 67 Perawat

Jumlah keseluruhan perawat pada instalasi rawat inap Rumah Sakit


Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021 adalah
sebanyak 67 perawat yang masing-masing terdiri dari 1 kepala ruang
perawatan.
Jadi, total sampel perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng 2021 yang akan diteliti sebanyak
63 responden.
E. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer serta data sekunder,

yaitu:

1. Data Primer

Data awal diperoleh langsung dari peneliti dari sumber yang

diperoleh melalui metode pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner/peneliti. Pertanyaan adalah cara mengumpulkan informasi

dengan memberikan serangkaian pertanyaan tertulis kepada responden

(Sugiyono 2011: 1999). Responden adalah orang yang sering diselidiki

atau sering disebut sebagai sampel.

Data awal dari penelitian ini diperoleh dari penyebaran

kuesioner kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

64
Daerah Prof. dr. H. Anwar Makkatutu Bantaeng, dimana informasi

tersedia..

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini informasi kedua diperoleh dari kepingan

personalia, kepingan rekam medis, kepingan mutu pelayanan RSUD

Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng serta sumber lainnya

berupa literatur (buku, majalah, dll). berkaitan dengan materi pelajaran.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Dimanakah skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pikiran,

serta opini seseorang atau kelompok di media sosial.

F. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah

ke dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan program

software statistik komputer. Selanjutnya, proses pengolahan data

menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:

a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama

penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis,

b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer,

c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang

telah dimasukkan ke dalam komputer,

d. Computer output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer

kemudian dicetak.

2. Analisis Data

65
a. Analisis univariate

Analisis data yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan cara mendekripsikan tiap-tiap variable yang digunakan dalam

penelitian dengan melihat distribusi frekuensi dalam bentuk tabel

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk menguji hubungan antara

variable independen terhadap variable dependen dengan menggunakan

uji Chi-square (𝑥 2 ).

Dengan interpretasi Jika p < 0,05, maka Ho ditolak serta Ha

diterima, dengan demikian ada hubungan antara variable independen

dengan dependen, Jika p > 0,05, maka Ho diterima serta Ha ditolak,

dengan demikian tidak ada hubungan antara variable independen dengan

dependen.

66
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu


Bantaeng

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. H. M. Anwar Makkatutu

Bantaeng adalah rumah sakit pemerintah Kabupaten Banteng, dibangun

sepenuhnya pada tahun 1921 pada masa pendudukan Belanda. Nama

Rumah Sakit Prof. dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng, salah satu

Guru Besar Departemen Dermatologi serta Kelainan Seksual Fakultas

Kedokteran UNHAS, dinamai sesuai nama pangeran lokal Kabupaten

Bantaeng. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. H. M. Anwar

Makkatutu Berlokasi di Jl. Teratai Nomor 20 Rayon Banteng,

Kabupaten Bantaeng.

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. HM Anwar Makkatutu

Bantaeng dari Rumah Sakit "C" Kleas (Keputusan Menteri Kesehatan

No. 1284 tanggal 17 Desember 2004 / Menteri Kesehatan / SK /

XII/2004) serta memiliki 5 layanan yang disetujui (nomor sertifikasi:

YM. .01.10 / III / 3136/09) serta merupakan satu-satunya rumah sakit

rujukan di kabupaten Bantaeng.

Pada tahun 1921, Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. H.M. Anwar

Makkatutu Bantaeng didirikan pada masa pemerintahan Belanda. Pada

tahun 2000 RS Bantaeng merubah posisi eksistingnya dari UPTD Dinas

Kesehatan menjadi Kantor RS Bantaeng. Pada tahun 2001 RSUD

67
Bantaeng berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr.

H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Nama Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. H. M. Anwar

Makkatutu Bantaeng bernama Pangeran Bantaeng, salah satu guru besar

di Departemen Dermatologi serta Kelainan Seksual Fakultas

Kedokteran UNHAS.

Pada tanggal 17 Desember 2004, Prof. dr. dr. Rumah Sakit H. M.

Anwar Makkatutu merupakan rumah sakit tipe C yang berkantor di SK

Menkes Nr. 1284/Menkes/SK/XII/2004. Pada tahun 2009, Prof. RSUD.

dr. Jasa Sertifikasi H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng 5 (Data Medis,

Gawat Darurat, Rumah Sakit, Yanmed, Administrasi serta Manajemen).

Pada tanggal 22 Desember 2009 Prof. Rumah Sakit. Tentang dr. HM

Anwar Makkatutu Bantaeng dinobatkan sebagai Rumah Sakit Nasional

Rehabilitasi Perempuan serta Anak (RSSIB) Sulawesi Selatan oleh

Menteri Pemberdayaan Perempuan serta Perlindungan Anak serta

Menteri Kesehatan Kesehatan. Pada tahun 2009, guru besar RSUD. dr.

H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng, Japan Cleft Foundation, YPPCBL

Bandung, Celebes Cleft Center bekerjasama dengan Makassar diberi

nama Split Lip Care Center.

Pada Januari 2010, Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Persatuan

Transfusi Darah (UTDRS) Rumah Sakit Umum Daerah Prof.dr. H. M.

Anwar Makkatutu Bantaeng sesuai dengan nomor sertifikat Bantaeng.

00131/DK-YAN-2/1/2010). Pada tanggal 26 Februari 2010, Rumah

Sakit Umum Daerah Prof.dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng

68
bekerjasama dengan Departemen Oftalmologi Fakultas Kedokteran

UNHAS ditugaskan ke Pusat Perawatan Mata di Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 26 Februari 2011, Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng bekerjasama dengan RSUP

Cardiac Center ditunjuk sebagai Pusat Pelayanan di Sulawesi Selatan.

Wahidin Sudirohusodo serta Departemen Kardiologi, Fakultas

Kedokteran UNHAS. Pada bulan Oktober 2015, Rumah Sakit Umum

Daerah Prof.dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng diangkat menjadi

SKPD yang sepenuhnya menerapkan model keuangan Baserta Layanan

Umum (PPK-BLUD) sesuai dengan SK Bupati 3. 061/372/X/2015).

Pada Januari 2018, Rumah Sakit Umum Daerah Prof.dr.H.M. Anwar

Makkatutu Bantaeng diangkat menjadi rumah sakit dengan sertifikasi

penuh.

1. Visi

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu

Bantaeng adalah : “Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah

Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng Sebagai Primadona Selatan di

Sulawesi Selatan”.

2. Misi

Untuk mencapai visi rumah sakit, maka diperlukan misi yang harus

dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Menciptakan pelayanan kesehatan mandiri serta proaktif

b. Menciptakan pelayanan kesehatan berorientasi kendali mutu serta

kendali biaya

69
c. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia (SDM)

3. Motto

“Menjaga Mutu Pelayanan dengan Spirit Kompetensi serta

Integritas Moral”.

4. Sarana dan Prasarana

Dengan jumlah 8 lantai bangunan utama serta 1 lantai bangunan

utility, dengan uraian per lantai sebagai berikut:

a. Lantai 1: IGD, IGD Ponek, lobby, guserta g farmasi, apotek, meja

registrasi, loket BPJS, meja pembayaran, konsultasi eksternal, PIPP,

Bank SulSelbar, restoran serta stasiun radio.

b. Lantai 2: Apotek, Laboratorium, Kartu Medis, Ambulans, Ruang

Komisi Medis, Administrasi Umum, Sistem Mengemudi, Ruang

Komisi Nakes.

c. Lantai 3: ruang perawatan IT, ruang operasi sentral, ruang

rehabilitasi, kepingan CSSD, kepingan fisioterapi, ruang perawatan

HCU, toko obat.

d. Lantai 4: Ruang Perawatan Seruni Kelas 1, Ruang Perawatan Seruni

Kelas 6, Ruang Komisi serta Promkes, Ruang Bersalin, Ruang

Perawatan Seruni PDB, Ruang Perawatan Manajemen Seruni,

Ruang Nipas.

e. Lantai 5: ruang operasi kelautan kelas 3, ruang perawatan kelautan

kelas 3 di dalam, ruang manajemen pelatihan, penyimpanan kapal

medis.

f. Lantai 6: Lamalaka Nursery, Kelas 2.

70
g. Lantai 7: Ruang perawatan Eremerasa kelas 1, ruang administrasi

pasien, ruang administrasi pelayanan Raharja.

h. Lantai delapan: kantor administrasi rumah sakit, ruang administrasi,

ruang pertemuan, ruang perawatan VIP Bissappu, ruang perawatan

Bissappu VVIP.

i. Rumah Sakit Lama: Ruang Terapi Kardiovaskular, Ruang

Perawatan Independen, Unit Transfusi Darah, Pusat Rehabilitasi,

Pusat Kesling, Binatu, Klinik Gas, Logistik, Kamar Mayat, Masjid.

6. Sumber Daya Manusia Di RSUD Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu

Bantaeng

a. Tenaga Medis :

1) Dokter Umum : 9 Orang

2) Dokter Spesialis : 21 Orang

3) Dokter Ahli Konservasi Gigi : 1 Orang

4) Dokter Gigi : 3 Orang

b. Tenaga Keperawatan serta Kebisertaan :

1) Perawat : 218 Orang

2) Biserta : 52 Orang

c. Tenaga Perawat Penunjang :

1) Perawat Anastesi : 1 Orang

2) Perawat Gigi : 3 Orang

d. S1 Kesehatan Masyarakat :

1) Admin Kes : 26 Orang

71
2) Promkes : 5 Orang

3) Epidemiologi : 3 Orang

4) Kesker : 3 Orang

5) Kesling : 12 Orang

6) Gizi : 1 Orang

e. Tenaga Kefarmasian :

1) Apoteker : 14 Orang

2) Farmasi : 6 Orang

f. Tenaga Kesehatan Profesi Lainnya :

1) Tenaga Laboratorium : 30 Orang

2) Tenaga Fisioterapy : 6 Orang

3) Tenaga Radiologi : 14 Orang

4) Tenaga Elektromedis : 4 Orang

5) Tenaga Perekam Medik : 4 Orang

6) Tenaga Nutrisionis : 17 Orang

g. Pejabat Struktural : 7 Orang

h. Staf Manajemen dll : 110 Orang

7. Jenis Layanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H.M. Anwar

Makkatutu Bantaeng

a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

b. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan terdiri dari :

1) Poliklnik Spesialis Saraf

2) Poliklnik Spesialis Kelainan Dalam

72
3) Poliklnik Spesialis Kebiserta an serta Kandungan

4) Poliklnik Spesialis Bedah

5) Poliklnik Spesialis Mata

6) Poliklnik Spesialis Anak

7) Poliklnik Spesialis THT

8) Poliklnik Spesialis Mulut

9) Poliklnik Spesialis Jantung

10) Poliklnik Spesialis Gizi Klinik

11) Poliklnik Spesialis Kulit serta Kelamin

12) Poliklnik Spesialis Jiwa

c. Pelayanan Rawat Inap

d. Pelayanan Bedah Sentral

e. Pelayanan Intensive Care Unit

f. Pelayanan Kebisertaan serta Kandungan

g. Pelayanan Perinatologi

h. Pelayanan RPK Radiologi

i. Pelayanan Penunjang Medis terdiri dari :

1) Laboratorium

2) Radiologi

3) Farmasi

4) Anastesi

5) Fisioterapi

6) UTDRS

7) Gas Medis

73
j. Pelayanan Penunjang Non Medis

1) Rekam Medik

2) Gizi

3) IPSRS

4) Kesehatan Lingkungan

5) Kemanana RS

6) Laundry

7) CSSD

8) Ambulance

9) Kamar Jenazah

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Prof.

Dr.H.M Anwar Makkatutu Bantaeng, 4 Oktober 2021 – 16 Oktober 2021.

Pengambilan data untuk perawat menggunakan metode komparatif. Sampel

sebanyak 63 tanggapan diklasifikasikan menurut 4 kelas perawatan (ruang

perawatan marina, ruang perawatan lamalaka, ruang perawatan eremerase,

dan ruang perawatan bisappu).

Sebelum tes selesai, peneliti terlebih dahulu diminta oleh perawat

untuk mempersiapkan tes.

74
1. Karakteristik Umum

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Umur Pada Perawat Di


Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.
Umur n %

22 – 32 40 63,5
33 – 40 23 36,5

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan table 4.1 distribusi umur didapatkan hasil pada

umur perawat 22-32 tahun sebanyak 40 orang dengan presentase

(63,5%), serta umur 33 – 40 tahun sebanyak 23 orang dengan

presentase (36,5%).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Pada Perawat


Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.
Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.
Jenis kelamin n %

Laki-laki 0 0
Perempuan 63 100

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan table 4.2 distribusi jenis kelamin didapatkan

hasil pada perawat perempuan yang mendominasi untuk menjadi

responden dengan presntasi 100%.

75
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Pendidikan Pada Perawat
Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.
Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.
Pendidikan n %

D3 (Diploma III) 19 30,2


S1 (Strata 1) 20 31,7
Ners (Profesi) 23 36,5
S2 (Strata 2) 1 1,6

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan table 4.3 distribusi pendidikan didapatkan hasil

pada Pendidikan NERS sebanyak 23 orang dengan presentase

(36,5%), Pendidikan strata 1 (S1) sebanyak 20 orang dengan

presentase (31,7%), Pendidikan diploma 3 (D3) sebanyak 19 orang

dengan presentase (30,2%), seserta gkan Pendidikan strata 2 (S2)

sebanyak 1 orang dengan presentase (1,6%).

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Pelatihan Keselamatan Pasien


Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.
Pelatihan keselamatan pasien n %

Pernah 56 88,9
Tidak pernah 7 11,1

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.4, jumlah perawat yang mengikuti

pelatihan keselamatan pasien adalah 56 persen (88,9%) serta

76
jumlah perawat yang tidak mengikuti pelatihan keselamatan

penderita adalah 7 persen (11,1%).

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Status Kepegawaian Pada

Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum

Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Status kepegawaian n %

PNS 26 41,3
Honorer 29 46,0
Bakti/Magang 8 12,7

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 sebaran pangkat 29 perawat serta

pangkat kehormatan setelah ditugaskan (46%), pangkat PNS naik

menjadi 26 orang (41,3%) serta 8 orang perawat dengan tingkat

pengalaman setelah rujukan. (12,7%).

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Masa Kerja Pada Perawat

Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.

Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Masa Kerja n %

<5 tahun 28 44,4


35 55,6
>5 tahun
Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

77
Berdasarkan table 4.6 distribusi masa kerja perawat diatas 5

tahun sebanyak 35 orang dengan presentase (55,6%), serta masa

kerja di bawah 5 tahun sebanyak 28 orang dengan presentase

(44,4%).

2. Analisis univariat

Tabel 4.7 Distribusi Analisis Pengetahuan Penerapan Keselamatan

Pasien Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum

Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Pengetahuan n %

Baik 38 60,3
Buruk 25 39,7

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.7 rata-rata pemahaman perawat tentang

penggunaan Keselamatan pasien mencapai 38 orang pada

kelompok positif (60,3%) serta 25 orang pada kelompok negatif

(39,7%).

Tabel 4.8 Distribusi Analisis Sikap Terhadap Penerapan Keselamatan

Pasien Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum

Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Sikap n %

Baik 33 52,4
Buruk 30 47,6

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

78
Berdasarkan Tabel 4.8 sekepingan besar respon keselamatan

pasien mencapai 33% penderita dalam kategori positif (52,4%)

serta 30% penderita dalam kategori negatif (47,6%).

Tabel 4.9 Distribusi Analisis Penerapan Keselamatan Pasien Pada

Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.

Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Penerapan KP N %

Baik 41 65,1
Buruk 22 34,9

Total 63 100

Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan table 4.9 pada frekuensi penerapan keselamatan

pasien dengan kategori baik sebanyak 41 orang dengan

presentase (65,1%), seserta gkan kategori buruk sebanyak 22

orang dengan presentase (34,9%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 4.10 Distribusi Analisis Hubungan Pengetahuan Terhadap


Penerapan Keselamatan Pasien Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu
Bantaeng.
Penerapan Keselamatan
Pasien Total p value
Pengetahuan
Baik Buruk
n % N % n %
Baik 30 78,9 8 21,1 38 100
0,010
Buruk 11 44,0 14 56,0 25 100
Total 41 65,1 22 34,9 63 100
Sumber : data primer, 2021

79
Berdasarkan Tabel 4.10, terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan perawat dalam mempraktikkan keselamatan pasien, hingga 30

(78,9%) untuk perawat terlatih serta hingga 8 (21,1%) untuk perawat junior.

hingga 11 orang memiliki keselamatan pasien yang baik (44,0%) serta 14

orang memiliki praktik keselamatan yang buruk (56,0%).

Hasil uji Ki-square dengan tingkat reliabilitas 95%, dengan nilai p =

0,010. Artinya nilai tersebut baik lebih rendah dari alpha (5%), sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemahaman

perawat tentang keselamatan pasien (p = 0,010 < 0,05).

Tabel 4.11 Distribusi Analisis Hubungan Sikap Terhadap Penerapan


Keselamatan Pasien Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.
Penerapan Keselamatan
Pasien Total p value
Sikap
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 27 81,8 6 18,2 33 100
0,008
Buruk 14 46,7 16 53,3 30 100
Total 41 65,1 22 34,9 63 100
Sumber : data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.11, terdapat hubungan yang signifikan antara

sikap perawat terhadap keselamatan pasien, hingga 27 (81,87%) perawat

baik serta hingga 6 (18,2)% keselamatan pasien rendah. sakit) .14 orang

(46,7). %)) dengan karakteristik lemah dalam penerapan keselamatan pasien,

80
16 orang terpapar (53,3%) dengan karakteristik lemah dalam penerapan

keselamatan pasien.

Hasil uji ki-square dengan reliabilitas tinggi 95%, dengan nilai p =

0,008. Artinya nilai atau lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap perawat

terhadap keselamatan pasien (p = 0,008 < 0,05).

C. Pembahasan

Distribusi usia meningkatkan usia perawat dari 22-32 menjadi 40

tahun (63,5%), serta antara 33-40 tahun (36,5%) menjadi 23 orang. Hasil

penelitian ini sesuai dengan keadaan saat ini, artinya 60% perawat berada

pada kategori 4 sesuai, karena berusia antara 20 serta 40 tahun (Shawky,

2010).

Kelompok laki-laki serta perempuan yang direkrut dari perawat

melakukan penilaian kinerja 100%. Menurut survei komprehensif perawat

klinis, Drs. Di Pirngadi Meserta, perawat ditempatkan di kamar rumah sakit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan keyakinan bahwa gender perawat lebih

menarik bagi wanita, karena perawat telah muncul sebagai perawat dalam

keluarga serta masyarakat (Rolinson serta Kish, 2010).

Pelatihan NERS dengan 23 orang (36,5%), Pendidikan Tingkat 1

(S1) serta 20 orang (31,7%) %), Diploma 3 (D3) dengan pengajaran hingga

19 orang (30, 2%, Level 2 (S2) sebagai 1 person in exposure (1,6%) Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, dimana lebih dari 60%

perawat melanjutkan studi DIII di Indonesia (Soeroso, 2003).

81
Jumlah perawat yang mengikuti pelatihan keselamatan penderita

56% (88,9%), serta persentase yang tidak mengikuti pelatihan keselamatan

penderita (11,1%) mencapai 7 orang.

Distribusi status keperawatan serta honorer sebanyak 29 orang

(46%) serta provisi, status PNS sebanyak 26 orang serta provisi (41,3%)

serta 8 orang serta pengalaman bersalin (12,7%).

Dalam pemkepingan jumlah orang dengan 5 kali makan, ada 35

jeruk di wajah (55,6%) serta 28 jeruk (44,4%) ukuran, kurang lebih 5 jeruk.

Menurut sunaryo (2004), keterbelakangan mental mempengaruhi

kehidupan sehari-hari. Namun, itu tidak berarti jika Anda tidak bisa

mendapatkan suara yang tepat, Anda tidak ingin kecewa, hanya berinvestasi

dalam topi yang bagus.

Peningkatan tampilan 30 bola lampu (78,9%), 8 bola lampu (21,1%).

Sesi pelatihan terkoordinasi dengan penderita mapan kurang lebih 27 orang

dengan presenter (81,8%), seserta gkan Kategori Buruk 6 orang Atasi

(18,2%).Tezliyi mengkomputerisasi penderita dengan 41 penderita saat ini

(65,1%), seserta gkan Kategori Buruk memiliki 22 penderita (34,9%).

Pengetahuan perawat tentang status pasien ditinjau dari ciri-ciri

kepribadian, ditinjau dari pengalaman serta klasifikasi orang sebesar

30,9%), urutannya 21,0%. Reliabilitas Chi square komputasi adalah 95%,

dengan rata-rata p = 0,010. Padahal, tingkat antara alpha serta 5% (5%)

adalah serta hubungan yang pokok dalam menentukan kelangsungan hidup

pasien serta sifat kepribadian pasien. . mempengaruhi individu (p = 0,010 <

0,05) saat dihentikan.

82
Hubungan sifat positif dalam Penerapan keselamatan pasien, dalam

klasifikasi serta definisi sifat positif serta penggunaan sifat positif Pasiasaran

pada 27 orang (81,8%), serta penggunaan fokus pada kesehatan pasien

pesien. antara alpha serta 5% (5%) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengalaman versus sinyal. klasifikasi jumlah penderita (p =

0,008 < 0,05).

Pemahaman perawat tentang implementasi tujuan keselamatan

pasien dapat dijelaskan dari tanggapan yang diberikan di masing-masing dari

6 tujuan keselamatan pasien. Tujuan mengurangi risiko kelainan menular

yang terkait dengan perawatan kesehatan adalah yang paling dipahami

perawat. Pemahaman yang baik terkait dengan program cuci tangan bagi

perawat yang bekerja sama dengan Drs. Manajemen Rumah Sakit. Pirngadi

Meserta terhubung dengan sangat baik.

Hasil penelitian lain oleh Novayanti (2015) yang juga menyinggung

tentang “nurses’ notables of patient safety”, menunjukkan aserta ya korelasi

pokok antara perubahan pengetahuan perawat dengan hasil penderita (p =

0,023). Pada penelitian sebelumnya oleh Bawelle, dkk (2013), terdapat

hubungan antara kesadaran perawat dengan penerapan keselamatan

penderita (patient safety) di ruang rawat inap (p = 0,014) Rumah Sakit Liun

Kendage Tahuna. Ginting (2014) juga menunjukkan korelasi pokok antara

studi penelitian (keselamatan pasien) antara penggunaan standar JCI untuk

keselamatan pasien serta penggunaan standar JCI untuk keselamatan pasien

dengan perubahan pengetahuan perawatan. (p = 0,001).

83
Keselamatan pasien adalah operasi atau proses dalam rumah sakit

untuk memberikan pelayanan pasien yang aman. Terlibat dalam memahami

serta menggunakan intervensi untuk memprioritaskan kesejahteraan serta

keselamatan pasien. Langkah-langkah keselamatan pasien sekepingan besar

untuk memastikan peningkatan kualitas rumah sakit. Karena dapat dikatakan

rumah sakit baik bila pelayanannya baik untuk keselamatan pasien (Lestari,

dkk, 2012).

Hughes (2008) berpendapat bahwa langkah pertama dalam

meningkatkan mutu pelayanan keselamatan adalah, tetapi kunci mutu serta

keselamatan pelayanan adalah membangun budaya keselamatan pasien.

Menurut artikel Mitchell dalam Hughes (2008), perawat adalah kunci untuk

mengembangkan sikap positif melalui keselamatan pasien.

Hasil penelitian lain juga menunjukkan aserta ya hubungan antara

“sikap perawat terhadap keselamatan pasien” menurut Bawelle, et al (2013)

menunjukkan bahwa ada hubungan pokok antara perubahan sikap perawat

dengan keselamatan pasien serta studi penelitian. (p = 0,000). Sikap

dikatakan sebagai fungsi manusia, seperti kecerdasan, motivasi serta

pemikiran, yang dengan demikian diekspresikan dalam hubungan, di mana

perilaku mereka dapat dilihat (Marʻat, 2006).

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memakan waktu, karena banyak perawat merasa sulit

untuk mengisi kuesioner karena masalah dengan pekerjaan keperawatan

serta penyelesaian pertanyaan. Ini juga merupakan batasan jangka panjang

karena perawat memiliki jam kerja yang berbeda, sehingga sulit untuk

84
menemukannya dengan cepat serta penelitian ini dilakukan pada masa

pandemic covid-19.

85
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil uji xi-square yang menggabungkan kedua variabel menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat terhadap

penerapan keselamatan pasien (p = 0,010 < 0,05).

Ada juga hubungan yang signifikan antara hasil studi kunci-kuadrat

serta sikap perawat terhadap penerapan keselamatan pasien (p = 0,008 <0,05).

B. Saran

1. Manfaat Institusi

Penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu penemuan serta

kajian serta bahan acuan atau pedoman bagi institusi khususnya di aspek

kesehatan.

2. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi pengetahuan

serta sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya di aspek

kesehatan tentang keselamatan pasien.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang

tatacara penulisan karya ilmiah yang baik serta benar sesuai ketentuan

serta menambah ilmu pengetahuan dalam aspek okupasi serta dapat

86
menerapkan ilmu yang didapat. Serta lebih mendalami dengan

menggunakan teori-teori terbaru serta referensi yang lebih banyak.

87
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, P. A. T., & Divisi. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Pada

Pelayanan Penderita Kanker Di Rumah Sakit Tersier Di Indonesia: Serial

Kasus.

Aprilia Roswati. (2019). Hubungan Pengetahuan Serta Sikap Perawat Dengan

Pelaksanaan Keselamatan Penderita (Patient Safety) Di Rumah Sakit

Pusri Palembang Tahun 2019, 7.

Ari Setiyajati. (2014). Pengaruh Pengetahuan Serta Sikap Perawat Terhadap

Penerapan Standar Keselamatan Penderita Di Instalasi Perawatan Intensif

Rsud Dr. Moewardi.

Astuti, J. T. (2020). Implikasi Manajemen Keperawatan Dalam Penanganan

Penderita Corona Virus Disease-19 ( Covid-19 ): Literatur Review, 7,

288–297.

Baihaqi, L. F. (2020). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Hubungan

Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Keselamatan Penderita (

Patient Safe- Ty ) Di Ruang Rawat Inap Rsud Kardinah Tegal,

(September).

Crisogna De Araujo, Christina Anugrahini, D. T. M. (N.D.). Gambaran

Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Mengidentifikasi Keselamatan

Penderita Di Igd Rsud Mgr Gabriel Manek, Svd Atambua Nusa Tenggara

Timur.

Dian Rosita. (2020). Perlindungan Hukum Bagi Dokter Terhadap Pengobatan

88
Penderita Covid-19 Di Rumah Sakit, 4(2), 224–231.

Koesoemo, G. S., Nugrohowati, N., & Fauzan, M. F. (2019). Hubungan Antara

Pengetahuan Serta Sikap Terhadap Lama Penderita Di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Aulia Jakarta Selatan 2018, 1–4.

Nova Yustisia, Tuti Anggriani Utama, T. A. (2020). Urnal Ilmiah Adaptasi

Perilaku Caring Perawat Pada Penderita Covid-19 Di Ruang Isolasi, 08,

117–127.

Pardede, J. A., Marbun, A. S., & Zikri, M. (2020). Pengetahuan Serta Sikap

Dengan Tindakan Perawat Tentang Patient Safety, 3(2), 1–12.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Nomor

1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Penderita Rumah

Sakit Dengan.

Simorangkir, D. S., Saragih, S. G., & Saptiningsih, M. (2014). Dengan Kinerja

Perawat Dalam Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien.

Sriningsih, N. N., Kep, S., Marlina, M. K. E., Sriningsih, N. N., Kep, S., Kep,

M., … Kabupaten, U. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan

Penderita ( Patient Safety ) Pada Petugas Kesehatan Menurut Joint

Commission Internasional ( Jci ) Serta World Health Organitation ( Who

) Melaporkan Beberapa Negara Terdapat 70 % Kejadian, 9(1).

Https://Doi.Org/10.37048/Kesehatan.V9i1.120

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017

tentang keselamatan pasien.

89
UU Republik Indonesia. (2009). Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit.

UU Rumah Sakit. (2009). UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit, 4(1), 1–12.

Widiasari, Hanny Handiyani, E. N. (2019). Kepuasan Penderita Terhadap

Penerapan Keselamatan Penderita Pendahuluan Hasil Metode,

22(January), 43–52. Https://Doi.Org/10.7454/Jki.V22i1.615

Widiyanti, T., Kedokteran, F., Malahayati, U., Kecamatan, H., Panserta , T.,

Pesawaran, K., … Tegineneng, I. (2020). Hubungan Beban Kerja Fisik

Serta Mental Perawat Dengan Penerapan Penderita Safety Pada Masa

Pandemi Covid 19 Di Upt Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Pesawaran,

2(2), 108–118.

Widya Feronica Hia. (2018). Hubungan Pengetahuan Serta Sikap Perawat

Dengan Pelaksanaan Keselamatan Penderita (Patient Safety) Di Ruang

Rawat Inap Bedah Rsud Dr. Pirngadi Meserta Tahun 2018.

Yuni Fitriana, K. P. (2018). Pelaksanaan Patient Safety Di Rumah Sakit

Umum Daerah Serta Rumah Sakit Umum Swasta Bantul Berdasarkan

Rumah Sakit Implementation Of Patient Safety In General Hospital

Regional General Hospital And Private Bantul Provision Of Akademi

Kebiserta an Yogyakarta, 7(1), 28–39.

Yuniati. (2016). Ubungan Pengetahuan Serta Sikap Perawat Terhadap

Penerapan Enam Sasaran Keselamatan Penderita Di Ruang Rawat Inap

90
Rsu Tangerang.

Bawelle, S,C; Sinolungan, J,S,V; Hamel, Rivelino, S. (2013). Hubungan

pengetahuan serta sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan

penderita (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage

Tahuna. Manado. Jurnal Keperawatan,1 (1), 1-7.

Hughes, R.G. (2008).Patient safety and quality an evidence based handbook

of nurses.rockville MD: agency for healthcare research and quality

publications. Diakses Agustus 15, 2018, dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2651/

Lestari, Ferdika serta Wardi.(2012). Kitab UU tentang kesehatan serta

kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Buku Biru

Mar’at, Samsunuwiyati. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Novayanti, Deby.(2015). Pengaruh karakteristik, pengetahuan, serta

keterampilan perawat terhadap pelaksanaan keselamatan penderita rawat

inap di RSUP H. Adam Malik Meserta (Tesis). Universitas Sumatera

Utara, Meserta .

91
Lampiran 1 kuesioner

KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP

PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP

Petunjuk

1. Baca serta pahami baik-baik setiap pertanyaan.

2. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda dengan

memberikan tanda (x) pada lembar kuesioner pilihan.

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

D3 Keperawatan

S1 Keperawatan

S2 Keperawatan

5. Lama Kerja :

Nomer
responden:…………

( diisi oleh
peneliti)

5 Status :( )PNS ( ) Honorer ( ) Bakti/Magang

6 Penghasilan perbulan : ………….

92
A. Kuesioner Pengetahuan tentang Keselamatan Pasien
Kuesioner Pengetahuan tentang Keselamatan Penderita Berikanlah

tanda (x) pada pilihan yang anda anggap benar

Petunjuk

a. Baca serta pahami baik-baik setiap pertanyaan


b. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda
dengan memberikan tanda (x) pada pilihan data demografi serta pada
lembar kuesioner pilihan.
c. Untuk kesediaan anda mengisi format pengumpulan data ini saya
ucapkan terima kasih

1. Yang dimaksud dengan keselamatan pasien Rumah Sakit adalah :


a. Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi: assessmen risiko,identifikasi, serta
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan, serta analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden serta tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko
b. Suatu sistem di RS dimana untuk mengatasi cedera pada pasien
c. Suatu proses tindakan yang diambil dalam penanganan
penderita di ruang rawat inap
d. Suatu proses pengamanan pasien terhadap resiko jatuh dari
tempat tidur
2. Apa tujuan dari Keselamatan Pasien?
a. Menurunkan angka cedera di rumah sakit
b. Mendidik penderita serta keluarganya
c. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap penderita
serta masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
(KTD) di rumah sakit serta terlaksananya program-program

93
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan
d. Menciptakan keadaan aman pada pasien
3. Maksud dari ketepatan identifikasi penderita dalam keselamatan
pasien adalah ?
a. Sebagai tanda pasien yang akan menerima pengobatan
b. Untuk menganalisa untuk menyesuaikan jenis pengobatan
c. Tindakan untuk menghindari resiko salah pasien
d. Untuk menganalisa pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan pengobatan serta untuk kesesuaian
pengobatan
4. Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi pada keadaan?
a. Penderita dalam keadaan tidak sadar terbius atau tersedasi
b. Penderita tidak sadar tapi memakai gelang identitas yang benar
c. Penderita sadar serta memakai gelang identitas yang benar
d. Penderita yang baru pertama kali berobat
5. Bagaimana cara melakukan penandaan identitas pasien?
a. Gelang identitas : nama, alamat
b. Gelang identitas : nama, tanggal lahir
c. Gelang identitas : nama, nomor registrasi, tanggal lahir.
d. Gelang identitas : nomer registrasi saja
6. Apakah tujuan dilakukannya komunikasi yang efektif pada
pelayanan keperawatan?
a. Untuk mempercepat penyembuhan
b. Untuk mendapatkan informasi
c. Untuk mengurangi kesalahan serta menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien
d. Mengurangi resiko infeksi
7. Yang termasuk cara berkomunikasi dalam prosedur untuk perintah
lisan di rumah sakit antara lain :
a. Mencatat perintah secara lengkap kemudian di read back
b. Hanya mencatat yang di pahami

94
c. Di limpahkan pada teman dinas
d. Tidak mencatatat perintah serta tidak di read back
8. Bagaimana cara komunikasi efektif antar petugas kesehatan ?
a. Perawat yang menerima perintah mendengarkan serta langsung
menjalankan perintah
b. Perawat penerima perintah mencatat serta menjalankan
perintah
c. Melimpahkan perintah kepada petugas yang lebih berkompeten
agar resiko terjadi kekeliruan bisa di minimalisir
d. Perawat penerima perintah mencatat serta mengkonfirmasi
ulang apakah sudah akurat sebelum memberikan tindakan /
pengobatan
9. Apa yang termasuk obat yang perlu diwaspadai ?
a. Obat-oabat yang terlihat mirip serta kedengaran mirip
b. Obat yang membuat alergi salah satu pasien
c. Obat-obat yang pemberiannya pada malam hari
d. Obat yang dibawa penderita dari rumah
10. Ada berapakah prinsip pemberian obat pada pasien?
a. 5 c. 8
b. 6 d. 10
11. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan
terhadap obat yang perlu diwaspadai ?
a. Membuang obat obat yang perlu diwaspadai
b. Semua obat yang perlu di waspadai di RS di simpan di kamar
pasien
c. Pemberian label khusus pada obat-obatan yang perlu di
waspadai
d. Selalu melakukan pengecekan terhadap obat obat yang perlu
diwaspadai
12. Untuk mencegah resiko infeksi pada penderita terkait pelayanan
penderita yaitu ?
a. Melakukan hand hygiene ( cuci tangan )

95
b. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
c. Memilih penderita berdasarkan jenis panyakit tampa melihat
prioritas
d. Memakai APD agar tidak tertular penyakit
13. Di bawah ini yang termasuk dalam 5 momen cuci tangan adalah ?
a. Sebelum serta setelah identifikasi pasien
b. Sebelum serta setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum serta setelah mendokumentasikan identitas pasien
d. Sebelum serta setelah menulis status pasien
14. Kapan di lakukan cuci tangan (hand hygiene) ?
a. Sebelum serta sesudah kontak dengan pasien
b. Sebelum serta sesudah melakukan tindakan aseptic
c. Sebelum serta sesudah terkena cairan tubuh pasien
d. A, b ,c benar
15. Apa saja yang perlu di kaji dari penderita seputar pengurangan
resiko jatuh ?
a. Umur serta jenis kelamin
b. Riwayat kelainan serta pengobatan
c. Riwayat jatuh, konsumsi alkohol serta obat, gaya berjalan serta
keseimbangan, alat bantu berjalan
d. Penderita sadar atau tidak
16. Kapan dilakukan pengkajian resiko jatuh ?
a. Saat penderita sudah berada di kamar rawat inap
b. Saat pengkajian awal pertama kali di lakukan di UGD
c. Saat penderita mengalami jatuh dari tempat tidur
d. Sebelum penderita dipindah tempat
17. Bagaimana penanganan terhadap penderita bila di tentukan
penderita tersebut termasuk dalam penderita resiko jatuh?
a. Penderita dipindahkan ke kamar lain
b. Penderita di beri tanda berupa gelang resiko jatuh
c. Penderita diberi ruang khusus
d. Dimasukkan di ruang isolasi

96
18. Siapa yang memberi tanda lokasi yang akan di operasi pada
penderita ?
a. Perawat UGD yang menangani pertama kali
b. Dokter jaga UGD saat penderita tiba
c. Operator serta Perawat di ruangan rawat inap
d. Petugas radiologi
19. Maksud dari proses verifikasi preoperatif adalah ?
a. Melakukan informed consent
b. Meminta persetujuan keluarga pasien
c. Melakukan laporan ke keluarga pasien
d. Memastikan lokasi, prosedur serta penderita yang benar
20. Dalam memastikan lokasi pembedahan, apa yang di gunakan pada
saat serah terima perawat sebelum operasi ?
a. Lembaran cheklist serta status pasien
b. Hanya informed consent
c. Hanya advis dokter
d. Obat-obatan

97
II. Kuesioner Sikap Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Berikan
Tanda (√) Pada Pilihan Anda Di Kolom Yang Tersedia
No Pernyataan SS S TS STS

Penerapan sistem keselamatan rumah sakit dalam


1 asuhan keperawatan menjamin penderita lebih
aman

Pentingnya melakukan asuhan risiko, identifikasi


serta pengeloaan hal yang berhubungan dengan
2
risiko selama penderita di rumah sakit termasuk
ruang lingkup sistem keselamatan pasien

Menurut saya identifikasi penderita tidak perlu


3
dilakukan karena sudah hafal dengan penderita saya

Memperhatikan setiap upaya pencegahan infeksi


4 nosocomial penderita selama dalam perawatan
rumah sakit merupakan hal yang sangat penting

Melakukan identifikasi risiko atau potensial risiko


5 penderita selama penderita di rawat dirumah sakit
merupakan kepingan dari asuhan rumah sakit.

Dalam menerapkan standar keselamatan penderita


6
pada pekerjaan sehari hari tanpa dirawat orang lain

Rekan-rekan sesame perawat tidak mungkin berbuat


7 terjadinya kasus IKP dalam melaksanakan tindakan
keperawatan

Setiap terjadinya Insiden Keselamatan penderita


8 harus dilaporkan, bukan untuk ditutupi atau
disembunyikan

Setiap terjadinya IKP harus didiskusikan, dikaji,


9 dicari akar masalah serta dijadikan bahan
pembelajaran bersama.

Implementasi sistem keselamatan penderita hak-


10
hak penderita perlu dijelaskan lagi

Dalam impelementasi status keselamatan penderita


11
hak-hak penderita perlu dijelaskan lagi

98
No Pernyataan SS S TS STS

Perlu ditulis lengkap serta dibacakan ulang untuk


12 instruksi dokter yang diberikan melalui verbal/lisan
serta via telepon.

Dalam menerapkan sistem keselamatan penderita


13 tidak termasuk mendidik penderita serta
keluarganya

Sangat pokok penggunaan identitas penderita


14 dengan minimal dua parameter untuk
mecegah/menghindari terjadinya IKP.

Memerlukan perhatian seksama penggunaan


identitas penderita dengan minimal dua parameter
15
hanya pokok pada saat memberikan obat-obat
suntikan serta melaksanakan transfuse darah.

IV. Penerapan Keselamatan Pasien

Dilakukan
No PERTANYAAN
Ya Tidak

Ketepatan Identifikasi Pasien

1. Perawat selalu melakukan identifikasi


saat menerima penderita baru
2. Perawat melakukan identifikasi penderita
ketika akan memberikan obat
3. Perawat menanyakan/mencocokan nama
serta melihat no RM penderita sebelum
memberiak obat
4. Perawat selalu melakukan identifikasi
penderita saat akan memberikan
transfuse darah
5. Perawat melakukan identfikasi sebelum
mengambil darah atau specimen lainnya.
6. Perawat melakukan identifikasi sebelum
melakukan perawatan atau prosedur
tindakan lainnya

99
Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu di
Waspadai

7. Perawat sebelum memberikan obat,


menjelaskan kepada penderita indikasi,
efek samping, dosis, cara memberikan
obat.

8. Perawat selalu monitor secara ketat


pemberian obat high alert.

9. Perawat selalu melakukan verifikasi


terhadap obat yang diberikan kepada
pasien

10. Perawat menyimpan obat beresiko tinggi


diberi tanda merah serta bertuliskan
highalert.

11. Perawat selalu memberi label elektrolit


beresiko tinggi serta menyimpan dalam
lemari terkunci

12. Perawat melaksanakan program terapi


dengan menggunakan 7 prinsip
pemberian obat.

Peningkatan Komunikasi yang efektif

13. Perawat selalu memperkenalkan diri pada


penderita

14. Perawat selalu mendokumentasikan pada


catatan terin terintegrasi setiap terjadi
perubahan kondii pasien

15. Perawat selalu menulis instruksi yang


diterimah melalui telepon.

100
Lampiran 2 Table Analisis

FREQUENCIES VARIABLES=umur jk pelatihan pendidikan status masa_kerja v1 v2 v3


/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 24-OCT-2021 14:31:18

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


63
File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=umur jk


pelatihan pendidikan status masa_kerja
v1 v2 v3

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.03

Elapsed Time 00:00:00.04

101
Statistics

Pelatihan
Keselamatan Status
Umur Jenis Kelamin Pasien Pendidikan Kepegawaian

N Valid 63 63 63 63 63

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Pengetahuan Sikap Terhadap Observasi


Terhadap Penerapan Penerapan
Masa Kerja Keselamatan Pasien Keselamatan Pasien Keselamatan Pasien

N Valid 63 63 63 63

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 22-32 40 63.5 63.5 63.5

33-40 23 36.5 36.5 100.0

Total 63 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 63 100.0 100.0 100.0

102
Pelatihan Keselamatan Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pernah 56 88.9 88.9 88.9

Tidak Pernah 7 11.1 11.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 19 30.2 30.2 30.2

S1 20 31.7 31.7 61.9

Ners 23 36.5 36.5 98.4

S2 1 1.6 1.6 100.0

Total 63 100.0 100.0

Status Kepegawaian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 26 41.3 41.3 41.3

Honorer 29 46.0 46.0 87.3

Bakti/Magang 8 12.7 12.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

103
Masa Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <5 Tahun 28 44.4 44.4 44.4

>5 Tahun 34 54.0 54.0 98.4

3 1 1.6 1.6 100.0

Total 63 100.0 100.0

CROSSTABS
/TABLES=v1 v2 BY v3
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan Terhadap
penerapan Keselamatan 63 100.0% 0 0.0% 63 100.0%
pasien *
Sikap Terhadap Penerapan
63 100.0% 0 0.0% 63 100.0%
Keselamatan Pasien *

104
Pengetahuan Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien

Crosstab

Penerapan Keselamatan Pasien

Baik Buruk Total

Pengetahuan Terhadap Baik Count 30 8 38


Penerapan Keselamatan % within Pengetahuan
Pasien Terhadap Penerapan 78.9% 21.1% 100.0%
Keselamatan Pasien

Buruk Count 11 14 25

% within Pengetahuan
Terhadap Penerapan 44.0% 56.0% 100.0%
Keselamatan Pasien
Total Count 41 22 63
% within Pengetahuan
Terhadap Keselamatan 65.1% 34.9% 100.0%
Keselamatan Pasien

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.104a 1 .004


Continuity Correctionb 6.639 1 .010
Likelihood Ratio 8.106 1 .004
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 7.975 1 .005
N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.73.
b. Computed only for a 2x2 table

105
Sikap Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien

Crosstab

Penerapan Keselamatan Pasien

Baik Buruk Total

Sikap Terhadap Penerapan Baik Count 27 6 33


Keselamatan Pasien % within Sikap Terhadap
Penerapan Keselamatan 81.8% 18.2% 100.0%
Pasien

Buruk Count 14 16 30

% within Sikap Terhadap


Penerapan Keselamatan 46.7% 53.3% 100.0%
Pasien
Total Count 41 22 63
% within Sikap Terhadap
Penerapan Keselamatan 65.1% 34.9% 100.0%
Pasien

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.544a 1 .003


Continuity Correctionb 7.067 1 .008
Likelihood Ratio 8.768 1 .003
Fisher's Exact Test .004 .004
Linear-by-Linear Association 8.408 1 .004
N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.48.
b. Computed only for a 2x2 table

FREQUENCIES VARIABLES=v1 v2 v3
/ORDER=ANALYSIS.

106
Frequencies

Statistics

Pengetahuan
Terhadap Sikap Terhadap
Penerapan Penerapan Penerapan
Keselamatan Keselamatan Keselamatan
Pasien Pasien Pasien

N Valid 63 63 63

Missing 0 0 0

Frequency Table

Pengetahuan Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 38 60.3 60.3 60.3

Buruk 25 39.7 39.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

Sikap Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 33 52.4 52.4 52.4

Buruk 30 47.6 47.6 100.0

Total 63 100.0 100.0

Penerapan Keselamatan Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 41 65.1 65.1 65.1

Buruk 22 34.9 34.9 100.0

Total 63 100.0 100.0

107
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian

108
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian

109
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Siti Hasrianti Ashari

Nim : 173145261037

Program Studi : S1 Administrasi Rumah Sakit

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Waha, 01 April 2000

Agama : Islam

Status : Siap di Halalkan

Alamat : Desa Waha, Dusun Membara Kec. Wangi-Wangi Kab.


Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tanggara

Anak Ke : 3 dari 3 Bersaudara

Orang Tua :

b. Ayah : La Ode Bahari


c. Ibu : Asma

Riwayat Pendidikan :

a. SD : SD 1 WAHA
b. SMP : SMPN 2 WANGI-WANGI
c. SMK : SMK NEGERI 1 WANGI-WANGI RUJUKAN

110
Awal masuk sd di SD 1 Waha pada tahun 2005-2011, kemudian masuk
smp di SMPN 2 Wangi-wangi dari tahun 2011-2014 kemudan lanjut smk
di SMK Negeri 1 Wangi-wangi rujukan dari tahun 2014-2017.

Prinsip Hidup : Terbenturlah, Dengan Terbentur Kau Akan Terbentuk.

Kesan Disaat Kuliah : Saya senang mengenal orang baru serta belajar banyak
tentang hal baru yang membuat saya mengetahui banyak
hal serta membuat saya jauh lebih baik dari sebelumnya.

111
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

112

Anda mungkin juga menyukai