Anda di halaman 1dari 11

Nama : Yuni Annasya Amali

Nim : 200711108
Kelas : 2 E Keperawatan
Komkep Cari jurnal, minimal 5 jurnal tentang Komunikasi, dari jurnal tersebut silahkan di
telaah. Menjelaskan tentang apa dari jurnal tersebut.

PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
JURNAL ’HUBUNGAN KOMUNIKASI THERAUPEUTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI
SEMBUH PADA PASIEN RAWAT INAP” dengan alamat
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/78

TELAAH JURNAL ke 1

1. Judul jurnal
‘’HUBUNGAN KOMUNIKASI THERAUPEUTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI
SEMBUH PADA PASIEN RAWAT INAP’’

2. Latar belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia, pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan
(Purba,2003:1). Latar belakang Adanya motivasi akan mampu mempengaruhi
kesembuhan pasien, karena dengan adanya motivasi pasien akan mau melakukan
pengobatan. Menurut Sobur (2003:268) motivasi merupakan istilah yang lebih umum
yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan
atau akhir dari gerakan atau perbuatan Pasien yang dinyatakan dokter menderita
penyakit tertentu, jika tidak didukung adanya motivasi untuk sembuh dari diri pasien
tersebut dipastikan akan menghambat proses kesembuhan.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut
Sukmadinata (2011: 56) penelitian korelasi ditujukan untuk mengetahui hubungan
suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan variabel
lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikans secara
statistik. Desain penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif korelasional. Dalam
penelitian jenis ini peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variable
lain yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau
derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk
membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis diperoleh bahwa validitas untuk skala motivasi sembuh pasien rawat
inap yang terdiri dari 45 item terdapat 35 item yang valid dan 10 item yang tidak valid
mempunyai koefisien validitas berkisar 0,334 sampai dengan 0,848 dengan tingkat
signifikansi tersebut < α 0,05 maka dapat dinyatakan valid. Skala komunikasi
therapeutic perawat terdiri dari dari 45 item terdapat 26 item yang valid dan 19 item
yang tidak valid. Item yang valid pada komunikasi therapeuthic perawat mempunyai
koefisian validitas berkisar 0,346 sampai dengan 0,838 dengan tingkat signifikansi
tersebut < α 0,05 maka dapat dinyatakan valid.
Komunikasi therapeutic perawat ditunjukkan dengan empat aspek yaitu aspek
kesejatian, aspek empati, aspek respek atau hormat dan aspek konkret
(Nurjannah,2005:113). Semakin tinggi setiap aspek maka akan semakin tinggi pula
komuniksai terapeutik yang terjalin, komunikasi therapeutic tidak hanya sekedar
komuniksai secara verbal tapi juga secara non verbal. Melalui komunikasi therapeutic
secara tepat dapat membantu meringankan beban pasien, untuk melaksanakan
komunikasi staf medis dengan pasien diperlukan strategi komunikasi yang dimulai
dari kebijakan rumah sakit sebagai tempat rujukan pasien (Istiyanto dan Syafei,
2003:1). Komunikasi akan sangat menolong tidak saja bagi pasien tapi juga untuk
staf medis. Bagi staf medis informasi mengenai pasien sangat penting untuk
menetapkan diagnosa maupun pengobatannya. Bagi pasien, berkomunikasi dapat
mengeluarka keluhankeluhan yang mereka hadapi sekaligus merupakan suatu
bentuk pengobatan, karena tidak jarang pasien merasa puas dan lega setelah
menyalurkan kepihak lain
5. SIMPULAN DAN SARAN
Secara umum, gambaran komunikasi therapeutic perawat dan motivasi sembuh
pasien rawat inap termasuk dalam golongan tinggi, yaitu perawat melaksanakan
komunikasi therapeutic yang merupakan komunikasi yang wajib dilakukan oleh staf
kesehatan dengan baik, baik komunikasi terapeutik secara verbal maupun
komunikasi terapeutik non verbal terhadap pasien rawat inap, selain itu menunjukkan
bahwa pasien rawat inap mempunyai dorongan yang kuat untuk segera sembuh dari
penyakit yang diidapnya, dorongan untuk sembuh dari dalam diri pasien rawat inap
terjadi karena terciptanya kerjasama secara kesehatan antara staf kesehatan
dengan pasien yang menimbulkan motivasi dari dalam diri pasien untuk segera
sembuh dari penyakit yang diidapnya
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ELISABETH PURWOKERTO” dengan alamat
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/article/view/2577

TELAAH JURNAL ke 2

1. Judul jurnal
HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ELISABETH PURWOKERTO

2. Latar Belakang
jeleknya komunikasi dalam praktek keperawatan merupakan sumber ketidakpuasan
pasien. Hal ini juga terkait dengan data penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa buruknya keterampilan komunikasi terapeutik perawat merupakan hal yang
biasa terjadi dalam praktek keperawatan sehari-hari (Dennison, 1995). Rendahnya
kualitas komunikasi tersebut dapat berimplikasi serius terhadap kesehatan fisik dan
psikologis klien (Elliot & Wright, 1999). Menurut informasi di Rumah Sakit Elisabeth
Purwokerto, dikatakan bahwa penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan sehari-hari belum sepenuhnya dilaksanakan. Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan
penting dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dan membantu
penyembuhan klien (Purwanto, 1994).

3. Metode Penelitian
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Rancangan penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian cross sectional . Penelitian ini dilaksanakan di
ruang rawat inap Maria Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua perawat yang bekerja di ruang rawat inap Maria Rumah Sakit
Elisabeth Purwokerto yang berjumlah 26 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampling.
abeth Purwokerto selesai. Data tentang pengetahuan komunikasi terapeutik perawat
diperoleh melalui kuesioner dan data tentang kemampuan komunikasi perawat
diperoleh melalui observasi. Data-data tersebut, kemudian diolah dan dianalisa
dengan analisa univariat untuk mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat
tabel distribusi frekuensi yang mencakup karakteristik perawat, tingkat pengetahuan
komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kemampuan komunikasi perawat RS.
4. Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan
DIII Keperawatan (65,2 %) dan responden yang berpendidikan SPK (34,8 %).
Jumlah perawat di RS. Elisabeth Purwokerto yang sebagian besar berpendidikan
DIII kemungkinan disebabkan karena adanya upaya dari pihak Rumah Sakit
dalam mengembangkan profesionalisme pelayanan keperawatan melalui
pelatihan komunikasi terapeutik serta memberikan kesempatan kepada perawat
untuk melanjutkan pendidikan formal pada bidang keperawatan.
2. Tingkat Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Perawat RS. Elisabeth Purwokerto
Tingkat pengetahuan komunikasi terapeutik perawat sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan pada kategori cukup baik (52,2 %), dan paling sedikit
adalah pada kategori kurang baik (8,7 %). Tingkat pengetahuan perawat pada
kategori tidak baik, tidak ada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan komunikasi terapeutik cukup dikuasai oleh perawat. Hal ini
kemungkinan terjadi karena adanya upaya RS Elisabeth dalam meningkatkan
pengetahuan perawat. Data hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat 18 (78,3
%) perawat yang sudah pernah mendapatkan pelatihan tentang komunikasi
terapeutik.
3. Kemampuan Komunikasi Terapeutik Perawat RS. Elisabeth Purwokerto.
Kemampuan komunikasi terapeutik perawat sebagian besar responden memiliki
kemampuan komunikasi terapeutik pada kategori cukup baik (56,5 %), dan paling
sedikit adalah pada kategori kurang baik (4,3 %). Tingkat kemampuan komunikasi
perawat pada kategori tidak baik, tidak ada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa perawat ruang rawat inap Maria RS Elisabeth mempunyai kemampuan
komunikasi terapeutik yang cukup baik dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik
perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik
tersebut kemungkinan karena adanya upaya pihak rumah sakit dalam
memberikan pelatihan tentang komunikasi terapeutik kepada perawat
4. Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap Kemampuan
Komunikasi Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di RS. Elisabeth
Purwokerto. Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan
komunikasi terapeutik dengan kemampuan komunikasi terapeutik perawat RS.
Elisabeth dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Spearman’s rho = 0,636
dengan nilai p = 0,001). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa ada hubungan antara pengetahuan komunikasi terapeutik terhadap
kemampuan komunikasi perawat RS. Elisabeth dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

5. Simpulan Dan Saran


Tingkat kemampuan komunikaisi terapeutik perawat RS. Elisabeth sebagian besar
memiliki tingkat kemampuan komunikasi pada kategori cukup baik (56,5 %), dan
paling sedikit adalah tingkat kemampuan komunikasi pada kategori kurang baik (4,3
%). Tingkat kemampuan komunikasi perawat pada kategori tidak baik, tidak ada. Ada
hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan komunikasi terapeutik
dengan kemampuan komunikasi terapeutik perawat RS. Elisabeth dalam
melaksanakan asuhan keperawatan (Spearman’s rho = 0,636; p = 0,001). Nilai
Spearman’s rho = 0,636 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara
pengetahuan komunikasi terapeutik dengan kemampuan komunikasi terapeutik
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di RS. Elisabeth Purwokerto
dalam kategori kuat.
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu
“ JURNAL KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT BERHUBUNGAN DENGAN
KEPUASAN PASIEN “ dengan alamat
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/224

TELAAH JURNAL ke 3

1. Judul jurnal
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN
PASIEN

2. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh ketepatan
dalam memberikan pelayanan tetapi dengan membina hubungan komunikasi yang
dapat menyebuhkan pasien (komunikasi terapeutik)(3). Perawat perlu memiliki
keterampilan berkomunikasi secara terapeutik dalam menjalankan perannya
sehingga dapat menentukan keberhasilan pelayanan atau asuhan keperawatan yang
profesional dengan memperhatikan kebutuhan holistik klien(4). Kepuasaan pasien
adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja dari
layanan kesahatan yang diperoleh setelah pasien

3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta pada bulan Juni 2015(7).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di ruang rawat inap Bangsal
Pringgodani RS Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta. yang berjumlah rata-rata setiap
bulannya 132 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling
berjumlah 57 pasien yang di ruang rawat inap Pringgodani, bersedia menjadi
responden, >24 jam dirawat, bisa membaca dan bisa menulis. Variabel independen
(bebas) dalam penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat. Variabel
dependen (terikat) adalah kepuasan pasien.

4. Hasil dan Pembahasan


Kesehatan memiliki arti penting guna menunjang aktivitas para responden. Seseorang
akan semakin mampu mengambil keputusan, lebih bijaksana, lebih mampu berpikir
rasional. Lebih dapat mengedalikan emosi dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat
diketahui bahwa dengan usia yang bertambah kondisi fi sik berkurang dan mudah
sakit sehingga pemanfaatan fasilitas kesehatan semakin sering sehingga individu
dapat menggunakan fasilitas kesehatan sesuia dengan harapan untuk mencapai
kepuasan(10). Berdasarkan kelompok jenis kelamin sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 31 orang (54,4%). Pada dasarnya perempuan dan
laki-laki memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Jenis kelamin dapat mempengaruhi
seseorang pada saat berinteraksi. Hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang
dalam menafsirkan pesan yang diterimanya(10). Hasil penelitian ini dapat dijelaskan,
bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa perawat telah menerapkan
komunikasi terapeutik dengan baik dan sebagian besar pasien menyatakan telah puas
dengan komunikasi yang diberikan oleh perawat. Semakin baik komunikasi terapeutik
yang dilaksanakan maka semakin puas pasien dalam menerima. Sehingga dapat
disimpulkan, bahwa komunikasi terapeutik berhubungan dengan kepuasan pasien.

5. Simpulan Dan Saran


Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya yang berada dalam lingkup RSU Rajawali
Citra Bantul Yogyakarta, diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan yang
khususnya dalam bidang komunikasi terapeutik dan dapat meningkatkan penerapan
komunikasi perawat pada saat berinteraksi dengan pasien maupun keluarga pasien.
Pentingnya Profesi perawat (Ners) dalam mengembangan kompetensi komunikasi
interpersonal dalam rangka meningkatkan mutu asuhan keprawatan yang diberikan
pada pasien dan keluarga. Peningkatan kompetensi ini harus dilakukan dan disiapkan
sejak proses pendidikan melalui pendidikan komunikasi interpersonal di kelas maupun
melalui pelatihanpelatihan. Penelitian selanjutnya perlu menggali faktor lain yang
dapat mempengaruhi kepuasan pasien selain komunikasi terpeutik
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu
“ JURNAL KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM “ dengan
alamat http://ki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/view/108

TELAAH JURNAL ke 4

1. Judul jurnal
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2. Latar Belakang
Dalam komunikasi keperawatan, untuk mengeliminasi kemungkinan pertentangan
pemaknaan antara perawat dan pasien, dikembangkan suatu konsep komunikasi
yang dikenal sebagai komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ialah komunikasi
yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan
berfokus pada kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang
bersifat terapeutik ialah komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
emosi pasien. Komunikasi terapeutik merupakan interaksi bersama antara perawat
dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pasien. Dalam hal ini.

3. Metode Penelitian
Perawat harus menganalisis dirinya secara sadar, agar mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikannya, baik secara
verbal maupun nonverbal, harus bertujuan terapeutik bagi klien. Analisis hubungan
akrab yang bersifat terpeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan
hubungan, dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap
untuk mengatasi klien dengan berdasarkan tempat dan saat yang tepat. Setiap
aktivitas keperawatan senantiasa diawali dengan komunikasi antara perawat dan
pasien dengan tujuan untuk menjalin hubungan antarpribadi, agar proses
keperawatan dapat berjalan dengan baik dan efektif. Dalam komunikasi terapeutik.

4. Hasil dan Pembahasan


Sehat dan sakit merupakan warna kehidupan yang selalu ada dalam diri manusia
selama ia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlakukan sehat dan sakit
secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang mempunyai
makna. Sementara sakit hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan, yang
tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas keliru,
sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada
hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran di balik itu semua (QS.Shaad:27). Sakit
merupakan salah satu ciptaan Allah SWT. Karena itu, pasti ada hikmah di baliknya.
Salah satunya hikmahnya, Allah SWT sedang menguji keimanan seseorang. Apakah
dengan penyakit itu ia menjadi lebih sadar dan menjadi lebih baik, atau malah
sebaliknya, menjadi kufur nikmat. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah SWT dalam
QS, Al-Baqarah ayat 214

5. Simpulan Dan Saran


Dalam kehidupan ini,banyak orang yang tidak memahami makna hakiki sakit. Dalam
kata lain, sedikit sekali yang mau memahami mengapa ia harus sakit, sehingga
terkadang, secara tidak sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya
tersebut merupakan musibah atau kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Tidak
sedikit orang yang putus asa ketika ditimpa penyakit, kehilangan pegangan, bahkan
berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak puas kepada Allah SWT,
bahkan menganggap Allah tidak adil. Pada kasus semacam ini komunikasi
terapeutik yang dilakukan seorang perawat dengan bekal rohani dan nilai Ke-
Islaman yang mumpuni dapat berperan. Tujuannya menolong pasien dan
memperbaiki problem emosinya dalam rangka menuju kesembuhan. Perawat bisa
meletakkan diri dalam proses pendekatan pribadi kepada pasien berlandaskan
Jurnal Komunikasi Islam | Volume 06, Nomor 01, Juni 2016 | 155 Ramlani Lina
Sinaulan perasaan, emosi serta rasa saling percaya di antara kedua pihak yang
terlibat dalam komunikasi.
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu
“ JURNAL KOMUNIKASI HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN PELAYANAN
KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN “ dengan alamat
https://www.ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/737

TELAAH JURNAL ke 5
1. Judul jurnal
KOMUNIKASI HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN PELAYANAN KEPERAWATAN
DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

2. Latar Belakang
Rumah sakit memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif mencakup
aspek promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan di rumah sakit sering mengalami permasalahan yang mencakup tentang
ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang
dianggap kurang memadai atau memuaskan (Azwar 1996:83). Pelayanan
keperawatan harus memenuhi syarat: tersedia (available), Wajar (appropriate),
berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai
(accessible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) dan bermutu (quality).
Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maka semakin baik
pula tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, sehingga
kebutuhan dan tuntutan akan pelayanan kesehatan semakin meningkat (Ertanto,
2002).

3. Metode Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan komunikasi dan pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien dirawat. Desain penelitian cross sectional.
Sampel diambil menggunakan teknik consecutive sampling dengan kriteria inklusi: (1)
usia dewasa lebih dari 18 tahun sampai 60 tahun; (2) pendidikan minimal SD. Hasil
perhitungan sampel diburuhkan sebanyak 90 sampel. Instrument penelitian ini
menggunakan kuesioner. Kuesinoner ini telah memenuhi vailiditas dan reliabilitas.
Analisis univariat menggunakan tendensi sentral dan ukuran variasi serta proporsi.
Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen (komunikasi dan
pelayanan keperawatan) dengan variabel dependen (tingkat kepuasan pasien)
digunakan Chi-Square test dengan taraf signifikansi 5%.

4. Hasil dan Pembahasan


keperawatan. Sebanyak 26% mengatakan komunikasi perawat cukup dan pasien
merasa tidak puas mayoritas pasien perempuan. Penelitian Suhamirati
mengungkapkan bahwa perempuan tidak mudah puas (32,9%), yang mudah puas
adalah laki-laki (67,1%). Akan tetapi bertentangan dengan penelitian Hashim yang
menyatakan perempuan lebih mudah puas 63% dibandingkan laki-laki ( 37%) (Haidar,
2011). Pendapat Sarwono (1986) yang dikutip nurhasanah (2009) juga menyatakan
bahwa jenis kelamin mempengaruhi persepsi dan harapan pasien untuk memenuhi
kebutuhan termasuk pelayanan kesehatan. Perempuan lebih senang menjalin
komunikasi dengan sesama dan bertujuan untuk membangun kebersamaan,
sedangkan laki-laki lebih mengutamakan dengan group untuk mendapatkan
kemandirian Umur berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien dimana umur lebih
tua lebih mudah puas dibandingkan dengan umur lebih muda karena usia lebih tua
memiliki pengalaman dalam hal pelayanan keperawatan lebih banyak di banding
dengan usia muda, selain itu usia lebih muda lebih cenderung khawatir tentang
prognosis penyakitnya karena mereka berpikir tentang masa depanya sehingga
mereka lebih mengharapkan pelayanan yang lebih optimal.

5. Simpulan Dan Saran


Sebagian besar perawat menerapkan komunikasi yang baik dan pelayanan
keperawatan yang baik pula kepada pasien rawat inap. Demikian pula pasien
sebagian besar menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan. Ada
hubungan signifikan komunikasi perawat dengan tingkat kepuasan pasien dan tidak
ada hubungan pelayanan keperawatan dengan kepuasan, yang di rawat di ruang
rawat inap. Saran bagi perawat meningkatkan pengetahuanya dalam upaya
meningkatkan kualitas peran sebagai provider dan educator, perlu selalu menyadari
bahwa komunikasi penting dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai