Nim : 200711108
Kelas : 2 E Keperawatan
Komkep Cari jurnal, minimal 5 jurnal tentang Komunikasi, dari jurnal tersebut silahkan di
telaah. Menjelaskan tentang apa dari jurnal tersebut.
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
JURNAL ’HUBUNGAN KOMUNIKASI THERAUPEUTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI
SEMBUH PADA PASIEN RAWAT INAP” dengan alamat
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/78
TELAAH JURNAL ke 1
1. Judul jurnal
‘’HUBUNGAN KOMUNIKASI THERAUPEUTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI
SEMBUH PADA PASIEN RAWAT INAP’’
2. Latar belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia, pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan
(Purba,2003:1). Latar belakang Adanya motivasi akan mampu mempengaruhi
kesembuhan pasien, karena dengan adanya motivasi pasien akan mau melakukan
pengobatan. Menurut Sobur (2003:268) motivasi merupakan istilah yang lebih umum
yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan
atau akhir dari gerakan atau perbuatan Pasien yang dinyatakan dokter menderita
penyakit tertentu, jika tidak didukung adanya motivasi untuk sembuh dari diri pasien
tersebut dipastikan akan menghambat proses kesembuhan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut
Sukmadinata (2011: 56) penelitian korelasi ditujukan untuk mengetahui hubungan
suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan variabel
lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikans secara
statistik. Desain penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif korelasional. Dalam
penelitian jenis ini peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variable
lain yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau
derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk
membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis diperoleh bahwa validitas untuk skala motivasi sembuh pasien rawat
inap yang terdiri dari 45 item terdapat 35 item yang valid dan 10 item yang tidak valid
mempunyai koefisien validitas berkisar 0,334 sampai dengan 0,848 dengan tingkat
signifikansi tersebut < α 0,05 maka dapat dinyatakan valid. Skala komunikasi
therapeutic perawat terdiri dari dari 45 item terdapat 26 item yang valid dan 19 item
yang tidak valid. Item yang valid pada komunikasi therapeuthic perawat mempunyai
koefisian validitas berkisar 0,346 sampai dengan 0,838 dengan tingkat signifikansi
tersebut < α 0,05 maka dapat dinyatakan valid.
Komunikasi therapeutic perawat ditunjukkan dengan empat aspek yaitu aspek
kesejatian, aspek empati, aspek respek atau hormat dan aspek konkret
(Nurjannah,2005:113). Semakin tinggi setiap aspek maka akan semakin tinggi pula
komuniksai terapeutik yang terjalin, komunikasi therapeutic tidak hanya sekedar
komuniksai secara verbal tapi juga secara non verbal. Melalui komunikasi therapeutic
secara tepat dapat membantu meringankan beban pasien, untuk melaksanakan
komunikasi staf medis dengan pasien diperlukan strategi komunikasi yang dimulai
dari kebijakan rumah sakit sebagai tempat rujukan pasien (Istiyanto dan Syafei,
2003:1). Komunikasi akan sangat menolong tidak saja bagi pasien tapi juga untuk
staf medis. Bagi staf medis informasi mengenai pasien sangat penting untuk
menetapkan diagnosa maupun pengobatannya. Bagi pasien, berkomunikasi dapat
mengeluarka keluhankeluhan yang mereka hadapi sekaligus merupakan suatu
bentuk pengobatan, karena tidak jarang pasien merasa puas dan lega setelah
menyalurkan kepihak lain
5. SIMPULAN DAN SARAN
Secara umum, gambaran komunikasi therapeutic perawat dan motivasi sembuh
pasien rawat inap termasuk dalam golongan tinggi, yaitu perawat melaksanakan
komunikasi therapeutic yang merupakan komunikasi yang wajib dilakukan oleh staf
kesehatan dengan baik, baik komunikasi terapeutik secara verbal maupun
komunikasi terapeutik non verbal terhadap pasien rawat inap, selain itu menunjukkan
bahwa pasien rawat inap mempunyai dorongan yang kuat untuk segera sembuh dari
penyakit yang diidapnya, dorongan untuk sembuh dari dalam diri pasien rawat inap
terjadi karena terciptanya kerjasama secara kesehatan antara staf kesehatan
dengan pasien yang menimbulkan motivasi dari dalam diri pasien untuk segera
sembuh dari penyakit yang diidapnya
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari
database: http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ELISABETH PURWOKERTO” dengan alamat
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/article/view/2577
TELAAH JURNAL ke 2
1. Judul jurnal
HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ELISABETH PURWOKERTO
2. Latar Belakang
jeleknya komunikasi dalam praktek keperawatan merupakan sumber ketidakpuasan
pasien. Hal ini juga terkait dengan data penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa buruknya keterampilan komunikasi terapeutik perawat merupakan hal yang
biasa terjadi dalam praktek keperawatan sehari-hari (Dennison, 1995). Rendahnya
kualitas komunikasi tersebut dapat berimplikasi serius terhadap kesehatan fisik dan
psikologis klien (Elliot & Wright, 1999). Menurut informasi di Rumah Sakit Elisabeth
Purwokerto, dikatakan bahwa penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan sehari-hari belum sepenuhnya dilaksanakan. Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan
penting dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dan membantu
penyembuhan klien (Purwanto, 1994).
3. Metode Penelitian
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Rancangan penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian cross sectional . Penelitian ini dilaksanakan di
ruang rawat inap Maria Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua perawat yang bekerja di ruang rawat inap Maria Rumah Sakit
Elisabeth Purwokerto yang berjumlah 26 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampling.
abeth Purwokerto selesai. Data tentang pengetahuan komunikasi terapeutik perawat
diperoleh melalui kuesioner dan data tentang kemampuan komunikasi perawat
diperoleh melalui observasi. Data-data tersebut, kemudian diolah dan dianalisa
dengan analisa univariat untuk mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat
tabel distribusi frekuensi yang mencakup karakteristik perawat, tingkat pengetahuan
komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kemampuan komunikasi perawat RS.
4. Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden Pendidikan responden sebagian besar berpendidikan
DIII Keperawatan (65,2 %) dan responden yang berpendidikan SPK (34,8 %).
Jumlah perawat di RS. Elisabeth Purwokerto yang sebagian besar berpendidikan
DIII kemungkinan disebabkan karena adanya upaya dari pihak Rumah Sakit
dalam mengembangkan profesionalisme pelayanan keperawatan melalui
pelatihan komunikasi terapeutik serta memberikan kesempatan kepada perawat
untuk melanjutkan pendidikan formal pada bidang keperawatan.
2. Tingkat Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Perawat RS. Elisabeth Purwokerto
Tingkat pengetahuan komunikasi terapeutik perawat sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan pada kategori cukup baik (52,2 %), dan paling sedikit
adalah pada kategori kurang baik (8,7 %). Tingkat pengetahuan perawat pada
kategori tidak baik, tidak ada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan komunikasi terapeutik cukup dikuasai oleh perawat. Hal ini
kemungkinan terjadi karena adanya upaya RS Elisabeth dalam meningkatkan
pengetahuan perawat. Data hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat 18 (78,3
%) perawat yang sudah pernah mendapatkan pelatihan tentang komunikasi
terapeutik.
3. Kemampuan Komunikasi Terapeutik Perawat RS. Elisabeth Purwokerto.
Kemampuan komunikasi terapeutik perawat sebagian besar responden memiliki
kemampuan komunikasi terapeutik pada kategori cukup baik (56,5 %), dan paling
sedikit adalah pada kategori kurang baik (4,3 %). Tingkat kemampuan komunikasi
perawat pada kategori tidak baik, tidak ada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa perawat ruang rawat inap Maria RS Elisabeth mempunyai kemampuan
komunikasi terapeutik yang cukup baik dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik
perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik
tersebut kemungkinan karena adanya upaya pihak rumah sakit dalam
memberikan pelatihan tentang komunikasi terapeutik kepada perawat
4. Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap Kemampuan
Komunikasi Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di RS. Elisabeth
Purwokerto. Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan
komunikasi terapeutik dengan kemampuan komunikasi terapeutik perawat RS.
Elisabeth dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Spearman’s rho = 0,636
dengan nilai p = 0,001). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa ada hubungan antara pengetahuan komunikasi terapeutik terhadap
kemampuan komunikasi perawat RS. Elisabeth dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
TELAAH JURNAL ke 3
1. Judul jurnal
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN
PASIEN
2. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh ketepatan
dalam memberikan pelayanan tetapi dengan membina hubungan komunikasi yang
dapat menyebuhkan pasien (komunikasi terapeutik)(3). Perawat perlu memiliki
keterampilan berkomunikasi secara terapeutik dalam menjalankan perannya
sehingga dapat menentukan keberhasilan pelayanan atau asuhan keperawatan yang
profesional dengan memperhatikan kebutuhan holistik klien(4). Kepuasaan pasien
adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja dari
layanan kesahatan yang diperoleh setelah pasien
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta pada bulan Juni 2015(7).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di ruang rawat inap Bangsal
Pringgodani RS Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta. yang berjumlah rata-rata setiap
bulannya 132 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling
berjumlah 57 pasien yang di ruang rawat inap Pringgodani, bersedia menjadi
responden, >24 jam dirawat, bisa membaca dan bisa menulis. Variabel independen
(bebas) dalam penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat. Variabel
dependen (terikat) adalah kepuasan pasien.
TELAAH JURNAL ke 4
1. Judul jurnal
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
2. Latar Belakang
Dalam komunikasi keperawatan, untuk mengeliminasi kemungkinan pertentangan
pemaknaan antara perawat dan pasien, dikembangkan suatu konsep komunikasi
yang dikenal sebagai komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ialah komunikasi
yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan
berfokus pada kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang
bersifat terapeutik ialah komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
emosi pasien. Komunikasi terapeutik merupakan interaksi bersama antara perawat
dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pasien. Dalam hal ini.
3. Metode Penelitian
Perawat harus menganalisis dirinya secara sadar, agar mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikannya, baik secara
verbal maupun nonverbal, harus bertujuan terapeutik bagi klien. Analisis hubungan
akrab yang bersifat terpeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan
hubungan, dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap
untuk mengatasi klien dengan berdasarkan tempat dan saat yang tepat. Setiap
aktivitas keperawatan senantiasa diawali dengan komunikasi antara perawat dan
pasien dengan tujuan untuk menjalin hubungan antarpribadi, agar proses
keperawatan dapat berjalan dengan baik dan efektif. Dalam komunikasi terapeutik.
TELAAH JURNAL ke 5
1. Judul jurnal
KOMUNIKASI HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN PELAYANAN KEPERAWATAN
DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN
2. Latar Belakang
Rumah sakit memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif mencakup
aspek promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan di rumah sakit sering mengalami permasalahan yang mencakup tentang
ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang
dianggap kurang memadai atau memuaskan (Azwar 1996:83). Pelayanan
keperawatan harus memenuhi syarat: tersedia (available), Wajar (appropriate),
berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai
(accessible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) dan bermutu (quality).
Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maka semakin baik
pula tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, sehingga
kebutuhan dan tuntutan akan pelayanan kesehatan semakin meningkat (Ertanto,
2002).
3. Metode Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan komunikasi dan pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien dirawat. Desain penelitian cross sectional.
Sampel diambil menggunakan teknik consecutive sampling dengan kriteria inklusi: (1)
usia dewasa lebih dari 18 tahun sampai 60 tahun; (2) pendidikan minimal SD. Hasil
perhitungan sampel diburuhkan sebanyak 90 sampel. Instrument penelitian ini
menggunakan kuesioner. Kuesinoner ini telah memenuhi vailiditas dan reliabilitas.
Analisis univariat menggunakan tendensi sentral dan ukuran variasi serta proporsi.
Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen (komunikasi dan
pelayanan keperawatan) dengan variabel dependen (tingkat kepuasan pasien)
digunakan Chi-Square test dengan taraf signifikansi 5%.