KEKURANGAN VITAMIN A
(KVA)
OLEH:
KELOMPOK III
HASNIDAR S.0019.G.009
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai “KEKURANGAN VITAMIN A”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Definisi Vitamin A ............................................................................
B. Kekurangan Vitamin A......................................................................
C. Fungsi Vitamin A...............................................................................
D. Faktor Resiko Kekurangan Vitamin A..............................................
E. Penyebab Kekurangan Vitamin A.....................................................
F. Tanda Gejala Kekurangan Vitamin A................................................
G. Akibat Kekurangan Vitamin A..........................................................
H. Cara Pencegahan Kekurangan Vitamin A.........................................
I. Sumber Vitamin A.............................................................................
J. Angka Kecukupan Gizi Vitamin A....................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan
utama di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. KVA
terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang
mengalami defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir
menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas, pertahanan tubuh yang
lemah, eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini
menjadi nyata bahwa KVA dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan
remaja hingga masuk ke usia dewasa (Keith dan West, 2008).
Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan
dengan baik di atas anak usia dini, namun data terakhir menunjukkan
bahwa KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko
kesakitan dan kematian selama kehamilan dan periode awal postpartum.
KVA yang berat pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak baru
lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama
kehidupan. Sebagai konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang
KVA maka sangat penting bahwa beban kesehatan yang dihasilkan
dikuantifikasi setepat mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan
serta evaluasi program pencegahan selanjutnya. Kemajuan telah dilakukan
selama 4 dekade terakhir dalam memperkirakan beban KVA, terutama
dengan menggabungkan dan mengekstrapolasikan data prevalensi dari
negara dimana telah dikumpulkan dalam populasi dengan profil
demografis yang sama dan risiko yang telah diantisipasi. Dalam beberapa
tahun terakhir, KVA telah diperkirakan mempengaruhi antara 75 dan 254
juta anak prasekolah setiap tahun, jauh dari jarak yang akurat. Tidak ada
perkiraan permasalahan kesehatan global KVA ibu atau adanya insidensi
tahunan kebutaan malam ibu (XN) ( Arlappa, 2012; Keith dan West,
2008).
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang
Energi Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat
kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang
menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya
tahan anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi
pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan orang tua / ibu tentang gizi yang baik. Kurangnya konsumsi
makanan (< 80 % AKG) yang berkepanjangan akan menyebabkan anak
menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana
keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup. Sampai saat ini
masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang serius.
Oleh karena itu dirasakan perlunya Program penanggulangan masalah
KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA terutama ditujukan
kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita dan wanita yang berada pada
usia reproduksi ( Heijthuijsen, et al, 2013).
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak
Balita sudah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui
distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan, dan peningkatan promosi
konsumsi makanan sumber vitamin A. Dua survei terakhir tahun 2007 dan
2011 menunjukkan, secara nasional proporsi anak dengan serum retinol
kurang dari 20 ug sudah di bawah batas masalah kesehatan masyarakat,
artinya masalah kurang vitamin A secara nasional tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat (Depkes, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vitamin A?
2. Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Vitamin A (KVA)?
3. Apa saja fungsi vitamin A?
4. Faktor risiko apa saja yang menyebabkan Kekurangan Vitamin A?
5. Apa penyebab terjadinya Kekurangan Vitamin A?
6. Bagaimana tanda-tanda/gelaja Kekurangan Vitamin A?
7. Apa akibat Kekurangan Vitamin A?
8. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan Kekurangan Vitamin A?
9. Apa saja sumber vitamin A?
10. Berapa Angka Kecukupan Gizi vitamin A?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vitamin A
2. Untuk mengetahui pengertian Kekurangan Vitamin A (KVA)
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi vitamin A
4. Untuk mengetahui faktor risiko Kekurangan Vitamin A
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Kekurangan Vitamin A
6. Untuk mengetahui tanda-tanda/gelaja Kekurangan Vitamin A
7. Untuk mengetahui akibat Kekurangan Vitamin A
8. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan Kekurangan
Vitamin A
9. Untuk mengetahui sumber vitamin A
10. Untuk mengetahui Angka Kecukupan Gizi vitamin A
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak. Berdasarkan
struktur kimianya disebut retinol atau retina atau disebut juga dengan asam
retinoat, terdapat pada jaringan hewan dimana retinol 90-95% disimpan
pada hati (Haryadi, 2009).
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar
dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit
infeksi). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu :
1. Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya
sumber retinol diperoleh dari makanan hewani seperti telur, hati,
minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
2. Betacaritine
Sering disebut pro-vitamin A, baru dapat dirasakan setelah
mengalami proses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene
berasal dari makanan yang berwarna orange atau hijau tua, seperti
wortel, bayam, ubi kuning, mangga dan pepaya. Retinol atau Retinal
atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur
kepekaan rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per
hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh
menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya
jika tubuh memerlukannya (Iskandar, 2012).
C. Fungsi Vitamin A
1. Penglihatan; Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada
cahaya remang. Bila kita dari cahaya terang diluar kemudian
memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka kecepatan
mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung
dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda pertama
kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A
dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena
kekurangan vitamin A (Melenotte et al., 2012).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan; Vitamin A dibutuhkan untuk
perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang
terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak–anak yang
kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.
Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat
(Tansuğ N, et al., 2010).
3. Reproduksi; Pembentukan sperma pada hewan jantan serta
pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan
membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan
status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami
keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan retinoid
mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam
pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan
kandung kemih (Knutson dan Dame, 2011).
4. Fungsi Kekebalan; Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan
tubuh pada manusia. Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan
respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan sebagai
kekebalan pada tubuh seseorang (Almatsier, 2008).
5. Perkembangan Jantung; Defek kardiak dan cabang aorta diamati
sebagai bagian dari sindroma kekurangan vitamin A. singkat kata,
peranan vitamin A dalam perkembangan jantung mamalia meliputi
pembentukan pipa pola jantung dan lingkaran, ruang dan katup saluran
keluar, trabekulasi ventrikel, diferensiasi kardiomiosit dan
pengembangan pembuluh koroner (Knutson dan Dame, 2011).
6. Perkembangan Ginjal dan Saluran Kencing; Kekurangan vitamin A
pada kehamilan dapat berkorelasi dengan kekurangan jumlah nefron
sub-klinis dan sedikit defisit nefron yang tidak disadari pada saat lahir,
tapi mungkin bisa berkontribusi dalam jangka panjang terjadinya gagal
ginjal dan hipertensi (Knutson dan Dame, 2011).
7. Diafragma; Fungsi diafragma sebagai otot utama respirasi dan sebagai
pembatas antara rongga dada dan perut. Hernia diafragma kongenital
(CDH) terjadi pada sekitar satu dari 3000 kelahiran, dan berhubungan
dengan kematian neonatal yang tinggi. Vitamin A sangat penting bagi
perkembangan diafragma normal, dan telah disimpulkan bahwa
gangguan sinyal retinoid dapat berkontribusi pada etiologi dari
gangguan manusia (Knutson dan Dame, 2011).
8. Paru dan Saluran Nafas Atas serta Aliran Udara; Defek Respirasi
termasuk agenesis paru kiri, hypoplasia paru bilateral, dan agenesis
esophagotracheal septum digambarkan dalam sindroma KVA awal
namun dikarakteristikkan sebagai kelainan yang jarang terjadi. Paru
berkembang dari foregut endoderm selama perekembangan awal
embrio. RA dari mesoderm splanchnic di sekitar endoderm foregut
telah penting ditemukan untuk pembentukan tunas paru primordial.
Sebuah laporan terbaru di New England Journal of Medicine
menunjukkan bahwa, di daerah endemik dengan defisiensi vitamin A
(retinol), anak-anak yang ibunya menerima suplementasi vitamin A
sebelum, selama, dan selama 6 bulan setelah kehamilan memiliki
fungsi paruparu yang lebih baik ketika mereka diuji pada 9 sampai 11
tahun daripada anakanak yang ibunya menerima suplemen beta
karoten atau plasebo. Selain itu, mereka menemukan bahwa periode di
mana suplementasi dengan vitamin A yang paling penting adalah dari
kehamilan usia postnatal dari 6 bulan (Knutson dan Dame, 2011).
I. Sumber Vitamin A
Pada umumnya kecukupan Vitamin A pada orang dewasa didapat
dari makanan yang di konsumsi setiap hari. Demikian juga bagi anak anak
selain didapat dari makanan juga dari suplemen Vitamin A. sedangkan
bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan kebutuhan Vitamin A
diperoleh dari Air Susu Ibu (Sugiarno. 2010). ASI tetap menjadi sumber
yang penting dari vitamin A dan karoten (zat gizi yang banyak terdapat
secara alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran). Karoten dapat
membantu sistem kekebalan tubuh. Hati, telur, dan keju merupakan
sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin A juga terdapat dalam beta-
karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh manusia dapat mensintesa vitamin
A dari karoten atau pro vitamin A yang terdapat di sayuran dan buah-
buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan
sebagainya. (Dinkes Jateng, 2007)
Kadar Vitamin A dalam air susu sangat dipengaruhi oleh jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi selama menyusui. Untuk itu bagi ibu
nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran terumata yang banyak
mengandung Vitamin A. (Sugiarno. 2010) Vitamin A sangat penting bagi
kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir
bayi memiliki simpanan vitamin A, Vitamin A adalah salah satu zat gizi
esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk
memperolehnya harus diambil dari sumber diluar tubuh terutama dari
sumber alam, seperti bahan sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan,
hewani dan bahan-bahan olahan lainnya.(Desi & Dwi, 2009)
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya
tahan tubuh untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit
infeksi)
2. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya asupan vitamin A yang memadai. Hal ini
dapatmenyebabkan rabun senja, Xeroftalmia dan jika kekurangan
berlangsung parah danberkepanjangan akan meng akibatkan
keratomalasia.
3. Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel,
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker,
vitamin A juga berfungsi dalam sistem kekebalan (anti infeksi).
4. Faktor risiko kekurangan vitamin A adalah usia, gender, status
fisiologis, diet, pola penyakit, kondisi sosialekonomi, dan
pengelompokan.
5. Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena
menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain
serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang
diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata.
6. KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati
dan organorgan tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A
dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik
bagi mata. Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO
sebagai berikut :
a. Buta senja = XN.
b. Xerosis konjunctiva = XI A.
c. Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B.
d. Xerosis kornea = X2.
e. Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B.
f. Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea.
g. Xeroftalmia Fundus (XF).
7. Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai
konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala
senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila
kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami
xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan.
8. Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A
melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya
yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan
segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul
vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan
KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi.
9. Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik.
Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya.
Tubuh manusia dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro
vitamin A yang terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna,
seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan sebagainya.
10. Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak
balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari
kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang
dikonsumsi.
B. Saran
Timbulnya berbagai penyakit akibat kekurangan vitamin A karena
kurangnya perhatian terhadap kesehatan masing-masing individu dan
keluarga. Maka untuk mencegah ataupun menanggulangi terjadinya
peningakatan kekurangan vitamin A, penulis menyarankan untuk lebih
banyak mengomsumsi buah-buahan, bijibijian, sayur-sayuran dan juga
hewani yang banyak mengandung vitamin A. Dengan demikian, akan
mengurangi resiko terjadinya penyakit akibat kekurangan Vitamin A.
DAFTAR PUSTAKA