Anda di halaman 1dari 16

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA

Dosen Pengempu : Ni Made Egar Adhiestiani, S.ST.,M.Keb

Mata Kuliah : Mutu Pelayanan Kebidanan dan Kebijakan

Oleh Kelompok V

1. Angelina Filaniyati (A1321002)


2. Ismi Elmania (A1321003)
3. Ni Kadek Nadya Ayoeng Lestari (A1321004)
4. Wahyu Lestari Risyaningrum (A1321005)

PRODI SARJANA I KEBIDANAN

STIKES BINA USADA BALI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pemberian Vitamin A Pada Balita”. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan dan Kebijakan,

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan kami selaku mahasiswa khususnya di kebidanan agar dapat lebih mendalami
materi yang sudah didapatkan saat mengikuti mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan
dan Kebijakan tentang penyusunan SOP

Selama penyusunan tugas makalah ini, penulis berusaha semaksimal mungkin


sesuai dengan kemampuan penulis. Penulis tidak luput dari kesalahan baik dari segi
teknik penulisan maupun tata Bahasa. Walaupun demikian, penulis berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Demikian penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
selaku penyusun dan pembaca umumnya. Penulis mengharaokan saran dan kritik
berbagai pihak yang bersifat membangun. Terima Kasih.

Denpasar, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3. Tujuan Masalah...................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN................................................................................................................4

2.1. Kebijakan Pemerintah dalam Pemberian Vitamin A..........................................4

2.2. SOP Pemberian Vitamin A.................................................................................6

2.2.1. Tahap-tahap Penyusunan Protap.................................................................7

SOP PEMBERIAN VITAMIN A.................................................................................9

BAB III............................................................................................................................12

PENUTUP.......................................................................................................................12

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................12

3.2. Saran.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam

kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat.

Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada perubahan fisik yang bersifat kuantitatif,

sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif berarti serangkaian perubahan

progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Mansur, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara

umum ada 2 yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dibagi

menjadi faktor prenatal (pada saat masih dalam kandungan) dan faktor postnatal

(anak setelah lahir). Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak dapat digolongkan menjadi lingkungan biologis, faktor fisik, faktor

psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat. Lingkungan biologis antara lain rasa

tau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap

penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism dan hormon (Adriana, 2011).

Salah satu komponen yang penting dalam pertumbuhan adalah vitamin A.

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan, secara luas, vitamin

A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor atau

provitamin A atau karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol.

Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi

makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar

(Almatsier, 2009).

1
Vitamin A atau retinol adalah suatu substansi yang larut dalam lemak dan zat

gizi penting yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, tetapi anak-anak

membutuhkannya untuk bertahan hidup dan berkembang. Pertama ditemukan yang

menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang

mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Unit satuan dasar aktivitas vitamin A

adalah retinol equivalent (RE), dimana 1g RE setara dengan 3,33 IU atau 3,5 nmol

retinol (Ilyas, 2011).

Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan,

karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi

seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) serta memiliki

peranan yang sangat penting bagi kesehatan mata (Departemen Kesehatan RI,

2016).

Oleh karena itu, pemberian vitamin A sangat penting, sehingga perlu adanya

pembentukan standar operasional prosedur dalam pemberiannya kepada balita.

Makalah ini akan menjelaskan secara singkat mengenai kebijakan-kebijakan yang

ada dan referensi-referensi yang didapat pada sumber penelitian atau jurnal

mengenai pemberian vitamin A sesuai dengan prosedurnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam pemberian vitamin A kepada balita

berdasarkan hasil literatur yang didapat?

2. Bagaimana pembuatan SOP dalam pemberian vitamin A kepada balita

berdasarkan referensi jurnal yang didapatkan?

2
1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pemberian vitamin A

berdasarkan hasil literatur yang didapat.

2. Untuk mengetahui cara pembuatan SOP dalam pemberian vitamin A kepada

balita berdasarkan referensi jurnal yang didapatkan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kebijakan Pemerintah dalam Pemberian Vitamin A

Vitamin A merupakan zat gizi penting yang sangat diperlukan tubuh untuk

pertumbuhan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan vitamin A dapat

menyebabkan kebutaan pada anak serta meningkatkan risiko kesakitan dan

kematian. Asupan vitamin A dari makanan sehari-hari masih cukup rendah sehingga

diperlukan asupan gizi tambahan berupa kapsul vitamin A (Profil Kesehatan

Jateng,2019).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar

Kapsul Vitamin A bagi Bayi, anak Balita, dan Ibu Nifas, kapsul vitamin A

merupakan kapsul lunak dengan ujung (nipple) yang dapat digunting, tidak

transparan (opaque), dan mudah untuk dikonsumsi, termasuk dapat masuk ke dalam

mulut balita. Kapsul vitamin A diberikan kepada bayi, anak balita, dan ibu nifas.

Kapsul vitamin A bagi bayi usia 6—11 bulan berwarna biru dan mengandung

retinol (palmitat/asetat) 100.000 IU, sedangkan kapsul vitamin A untuk anak balita

usia 12-59 bulan dan ibu nifas berwarna merah dan mengandung retinol

(palmitat/asetat) 200.000 IU (Profil Kesehatan Kota Semarang,2018).

Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus mampu

mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal

ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Upaya Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah,

dan mengatasi masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara

4
teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu

makanan yang bervariasi, menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen

gizi sesuai anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk

Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah darah (TTD), makanan

tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah, makanan pendamping

ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral (Profil Kesehatan Kota Semarang,2018).

Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh telah habis terpakai.

Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang

konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan

penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan

karena konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder terjadi

pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-

lipoproteonemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu.

Kekurangan vitamin A terutama terdapat pada anak-anak balita. Tandatanda

kekurangan vitamin A terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan

vitamin A merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan

sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaanya dalam tubuh, kebutuhan

yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin

A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi

Protein (KEP), penyakit hati, alfabeta- lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi

karena kekurangan asam empedu (Pratiwi Dyah,2019).

Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan kematian,

mudah terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru- paru, pneumonia, dan

5
akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A

(KVA) adalah rabun senja yaitu bentuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan

kornea mata dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka

kesakitan angka kematian, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Akut). (Almatsier, 2009). Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat

menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan risiko kesakitan dan

kematian. Kekurangan Vitamin A juga merupakan penyebab utama kebutaan pada

anak yang dapat dicegah (Kemenkes, 2017).

Sesuai dengan Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A waktu pemberian

kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita dilaksanakan serentak setiap bulan

Februari dan Agustus. Frekuensi pemberian vitamin A pada bayi 6-11 bulan adalah

1 kali sedangkan pada anak balita 12-59 bulan sebanyak 2 kali. Pemberian kapsul

vitamin A pada ibu nifas dilakukan sebanyak 2 kali yaitu satu kapsul segera setelah

saat persalinan dan satu kapsul lagi pada 24 jam setelah pemberian kapsul pertama.

Cakupan pemberian vitamin A pada balita di Indonesia tahun 2018 yaitu sebesar

86,18%. Provinsi dengan persentase tertinggi cakupan pemberian vitamin A adalah

DI Yogyakarta (99,86%), sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah

Kalimantan Tengah (69,55%). Karena maksimal presentase cakupan pemberian

vitamin A adalah (70%) (Kemenkes RI,2018).

2.2. SOP Pemberian Vitamin A

Pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untuk memperoleh jaminan

kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi

tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk

6
mempertahankan kualitas hidup, maka kustomer akan semakin kritis dalam

menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu

peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus. Untuk dapat

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat

dilaksanakan. Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana, dalam

ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan

kesehatan (Quality Assurance Program).

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai tugas utama memberikan

pelayanan kebidanan dan kesehatan reproduksi kepada individu perempuan, keluarga

dan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan tersebut, baik klien maupun bidan

yang bersangkutan perlu mendapat perlindungan hukum.Untuk itu tenaga bidan perlu

dipersiapkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menjalankan pekerjaan sesuai

standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi setiap tenaga bidan harus

memiliki kompetensi minimal yang diperlukan untuk dapat mendukung

penyelenggaraan praktik kebidanan secara aman dan tepat.

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan

prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja

dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan

dibuat atau direvisi, metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan

flowchart di bagian akhir.

2.2.1. Tahap-tahap Penyusunan Protap

1. Merumuskan tujuan protap

a. Menentukan Judul

7
2. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap:

a. Menterjemahkan policy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/ peraturan-

peraturan kebijakan berguna untuk:

1) Terjaminnya suatu kegiatan

2) Membuat standar kerja

3) Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja

3. Membuat aliran proses

a. Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan

jalannya suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa:

1) Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan.

a) Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan

fungsinya dengan pihak lain.

b) Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan

langsung, tidak boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta

disusun dalam “Flow of Work” Teknik membuat pertanyaan-

pertanyaan dasar:

 Tujuan: Apa sebenarnya yang dikerjakan dan

mengapa?

 Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa?

 Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa oleh dia?

 Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh

dia?

 Cara : Metode apa yang dipakai dan mengapa dengan

cara itu?

8
4. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan; Prosedur atau

pelaksanaan disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-pertanyaan

tersebut diatas (flow of work) yang menggambarkan suatu unit kegiatan

yang terbagi habis → tercapai kepuasan kerja dan tercapainya tujuan.

Penerapan standar kebidanan di suatu wilayah/ daerah perlu diikuti

dengan:

a. Dukungan dan kebijakan Nasional

b. Aksi local

c. Keterlibatan seluruh stakeholders utama

d. Pengujian di wilayah-wilayah terpilih untuk mengidentifikasikan

atau mengembangkan model yang praktis dan terbaik dan dijadikan

“lesson learned”.

e. Dikembangkan ke wilayah lain

SOP PEMBERIAN VITAMIN A


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMBERIAN KAPSUL VIT. A PADA BAYI
(6-11 BL) DAN BALTA (12-59 BL)
No. Dokumen : 001/ /PKM/2022
No. Revisi : 00
SOP Tgl Terbit : 30 Mei 2022

UPTD Halaman :1/2 DITETAPKAN OLEH


KEPALA UPTD PUSKESMAS
Puskesmas

Ttd

…………………………
NIP ……

1 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2 Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
DASAR
3 Permenkes RI No 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
HUKUM
4 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian
Layanan Sosial Dasar di Posyandu
5 Permenkes No 51 Tahun 2016 Standar Produk Suplementasi Gizi

9
6 Permenkes No 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi,
anak Balita, dan Ibu Nifas
1. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi (6-11 bl) /Biru (100.000 IU) setiap
PENGERTI bulan Februari dan Agustus
AN 2. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Anak Balita (12-59 bl)/ Merah (200.000
IU) setiap bulan Februari dan Agustus
TUJUAN Mencegah Kekurangan Vitamin. A pada bayi (6-11 bl) dan anak balita (12-59 bl)
SASARAN Bayi (6-11 bl) dan Anak Balita (12-59 bl) di wilayah kerja Puskesmas
Semua Bayi (6-11 bl) dan Anak Balita (12-59 bl) di wilayah kerja Puskesmas
KEBIJAKA mendapatkan Kapsul Vitamin A dosis Tinggi 2 kali dalam setahun
N SK Kepala Puskesmas No…… tentang Pengelolaan dan Pelaksanaan Pelayanan
Upaya Kesehatan Masyarakat
1 Persiapan
1. Menyiapkan data jumlah sasaran
2. Mengecek ketersediaan Kapsul Vitamin A biru dan Merah
3. Menghiting Kebutuhan
4. Mengajukan kebutuhan Kapsul Vitamin A biru dan Merah
5. Membuat rencana Distribusi
2 Pelaksanaan
1. Bekerjasama dengan petugas pengelola obat mendistribusikan Kapsul
Vitamin A ke bidan desa sesuai dengan kebutuhan pada bulan febuari dan
Agustus
2. Bidan Desa mendistribusikan Kapul Vitamin A kepada Kader Posyandu
sesuai dengan kebutuhan pada bulan Februari dan Agustus
3. Bersama Bidan Desa dan Kader Posyandu memberikan Kapsul Vitamin A
PROSEDU dosis tinggi pada hari buka Posyandu pada bulan Februari dan Agustus
R 4. Kader Posyandu Mencatat hasil pemberian Kapsul Vitamin A sesuai
dengan Sasaran pada buku catatan
5. Bersama Bidan desa dan kader Posyandu Mensweeping sasaran yang tidak
hadir pada hari buka Posyandu untuk mendapatkan kampusul vitamin A
setelah Posyandu selesai
6. Kader Posyandu membuat laporan hasil pemberian Kapsul Vitamin A
kepada Bidan Desa
7. Bidan Desa Merekap dan melaporkan Hasil Kegiatan Pemberian Kapusul
Vitamin A kepada Petugas Gizi Puskesmas pada bulan Februari dan
Agustus
8. Petugas Pelasana Gizi Puskesmas Merekap Hasil Pemberian Kapsul
Vitamin A pada bulan februari dan Agustus
9. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Melaporkan hasil distribusi dan

10
pemberian Kapsul Vitamin A dengan stok/sisa ke dinas
kesehatan setiap tanggal 5 bln Februari dan Agustus.
1. Petugas Pengelola Obat
UNIT TERKAIT 2. Bidan Desa
3. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas, Dirjen Bina Gizi dan
KIA, Kemenkes RI tahun 2014
REFERENSI 2. Buku Pedoman Distribusi Kapsul Vitamin A
3. Buku Panduan Management Suplementasi Kapsul Vitamin A
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Vitamin A atau retinol adalah suatu substansi yang larut dalam lemak dan

zat gizi penting yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, tetapi anak-anak

membutuhkannya untuk bertahan hidup dan berkembang. Pertama ditemukan

yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang

mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Unit satuan dasar aktivitas

vitamin A adalah retinol equivalent (RE), dimana 1g RE setara dengan 3,33 IU

atau 3,5 nmol retinol.

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan

dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari

para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya terdiri dari

manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode penulisan prosedur, serta

dilengkapi oleh bagan flowchart di bagian akhir.

3.2. Saran

SOP dalam pemberian vitamin A dalam balita sangat penting dan perlu

diperhatikan agar balita terhindar dari angka kesakitan bayi/anak. Begitu juga

dengan peran orang tua sehingga bisa menambah pengetahuan untuk

memberikan gizi dan nutrisi yang baik untuk anaknya di masa mendatang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nur Laila Ulfa. 2021. Literature Review: Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pemberian Vitamin A Pada Balita. Universitas Muhammadiyah

Semarang. Semarang

Irwan Ardianto. 2021. Literature Review: Hubungan Pemberian Kapsul Vitamin

A Pada Balita dengan Kejadian Penyakit ISPA (Naskah Publikasi).

Universitas ‘Aistiyah. Yogyakarta

http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/3255/1/KTI

%20Murniati%20Nazara.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai