Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEGMENTASI TERGETING POSITIONING (STP)


SUPLEMENTASI VITAMIN A
MATERI KULIAH MARKETING PRODUK
DOSEN PENGAJAR TIMO PADIMO

DISUSUN OLEH :

FITRIA ANDRIANI NIM. 19.13201.91.01.P

PROGRAM STUDY ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga makalah yang berjudul Segmentasi Targeting Positioning
Suplementasi Vitamin A dapat terselesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan
tugas mata kuliah Marketing Produk pada STIKES Bina Husada Palembang.

Makalah ini diharapkan dapat mempermudah mahasiswa dan bagi yang membaca
dalam mempelajari Segmentasi Targeting Positioning dan pada akhirnya diharapkan
mampu meningkatkan pengetahuan mereka. Setiap kritik, saran, komentar sangat penulis
harapkan untuk meningkatkan makalah ini.

Lahat, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori........................................................................ 3
2.2 Proses Pemasaran Sosial........................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Analisis STP............................................................................ 7
3.2 Analisis 4 P’s........................................................................... 9
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan .............................................................................. 12
4.2 Saran ....................................................................................... 12

Daftar Pustaka .............................................................................................. 13


Rencana Kerja .............................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan salah satu masalah gizi
masyarakat di Indonesia. Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan
Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006
memperlihatkan balita dengan Serum Retinol kurang dari 20μg/dl adalah sebesar 14,6%.
Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan
Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol
kurang dari 20 μg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA) sudah tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15% (Batasan
IVACG). Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA
dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan Februari dan
Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerjasama dengan SEAMEOTROPMED
RCCN Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007
melakukansurvei di 3 provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi
Tenggara untuk melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi manajemen
program Vitamin A. Hasil survey menunjukkan bahwa di provinsi Kalimantan Barat
cakupan Vitamin A pada bayi (6-11bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59
bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah
82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5% pada bayi dan anak
balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-
11 bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A
dengan dosis yang tidak sesuai umur.
Rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini, mengindikasikan bahwa
manajemen dan sosialisasi program Vitamin A tingkat Kabupaten/Kota belum berjalan
optimal. Berkaitan hal tersebut, diperlukan pelatihan penyegaran terkait dengan
manajemen suplementasi Vitamin A bagi petugas dalam rangka meningkatkan cakupan
program khususnya pada Kabupaten/Kota dengan cakupan rendah.
1.2 Tujuan
Pencegahan kekurangan vitamin A.
1.3 Manfaat
Mencegah terjadinya kekurangan vitamin A.
BAB II
TIN JAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori


1. Definisi Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan merupakan
vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup
(Almatsier, 2003, hlm. 153).
Vitamin A juga merupakan vitamin yang berfungsi bagi pertumbuhan sel –
sel epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata
(Notoatmodjo, 2003, hlm. 196).
Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan suplementasi vitamin A
adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi.

2. Manfaat vitamin A
a. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila
kita dari cahaya terang di luar, kemudian memasuki ruangan yang remang-
remang cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya
terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah.
Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak –
anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.
Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
c. FungsiKekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia.
Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang
bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh
seseorang (Almatsier, 2003, hlm. 158 –161 ).

3. Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A


a. Buta senja ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari.
b. Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan, terutama pada tungkai bawah bagian
depan dan lengan atas bagian belakang.
c. Pada keratinisasi didapatkan xerosis konjungtiva, bercakbitot, xerosis kornea,
tukakkorne.
d. Kornea tampak lunak dan nekrotik pada keratomalasia dan kadang juga terjadi
perforasi.
e. Pada KVA yang lama dan berat dapat terjadi kekeringan pada konjungtiva dan
kornea, ulcer juga (Depkes RI, 2005).

4. Pencegahan dan Pengobatan


Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan
memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah
kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang
berwarna (Hassan, 2002, hlm. 345).

2.2. Proses Pemasaran Sosial


1. Problem divinition
Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi
utama. Meskipun KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi
KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata,
masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis
ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium.
Masalah KVA dapat diibaratkan sebagai fenomena “gunung es” yaitu
masalah xeropthalmia yang hanya sedikit tampak dipermukaan.
Padahal KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A
dalam darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian. Hal
ini menjadi lebih penting lagi, karena erat kaitannya dengan masih tingginya
angka penyakit infeksi dan kematian pada balita.
2. Goal setting
a. Meningkatkan pemahaman Ibu Nifas (0-42 hari), pemahaman ibu terkait
pentingnya pemberian vitamin A, pada ibu yang mempunyai Bayi 6-11 bulan
dan pemahaman ibu yang mempunyai Anak Balita 12-59 bulan.
b. Meningkatkan peran serta Ibu Nifas (0-42 hari), ibu yang mempunyai Bayi 6-
11 bulan dan ibu yang mempunyai Anak Balita 12-59 bulan, berperan aktif
dalam pemberian suplementasi vitamin A.
3. Target segmen pasar
a. Sasaran langsung
1) Ibu Nifas (0-42).
2) Ibu yang mempunyai bayi 6-11 bulan
3) Ibu yang mempunyai Anak Balita 12-59 bulan
b. Sasaran tidak langsung
1) Tokoh agama, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat
2) Pemegang kebijakan (bupati/ walikota, camat, kepaladesa/ lurah) dan
legislatif
3) Petugas kesehatan.
4. Analisa konsumen
Karena pengetahuan masyarakat masih rendah terkait dengan suplementasi
vitamin A, sehingga perlu memberikan bantuan baik berupa materiel dan jasa,
agar masyarakat berperan aktif dalam pemberian suplementasi vitamin A.
5. Analisa saluran yang berpengaruh
Agar pemasaran social berjalan dengan baik, maka harus berkerjasama
atau bermitra dengan orang-orang atau instansi yang berpengaruh, pada program
ini akan bermitra dengan puskesmas, petugas kesehatan, kader dan tokoh
masyarakat.
6. Strategi pemasaran dan taktik
Di sini agen perubahan dapat digunakan sebagai strategi, misalnya dapat
kita lihat dari 4 P’s (marketing Mix) yaitu:
a. Product
b. Price
c. Place
d. Promotion
7. Pelaksanaan dan evaluasi
a. Meningkatkan pengetahuan ibu dan pemahaman ibu terkait pentingnya
suplementasi vitamin A.
b. Peningkatan cakupan suplementasi vitamin A lebih dari 80% sesuai dengan
standar Kementerian Kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam ilmu pemasaran kita mengenal STP dan 4P sebagai strategi


pemasaran produk ataupun jasa. STP adalah singkatan dari segmentation, targeting, dan
positioning. Sedangkan 4P adalah singkatan dari keempat unsur dalam marketing mix,
yakni product, price, place, dan promotion. STP dan 4P akan selalu muncul dalam
marketing mix apapun konteksnya.

3.1. Analisis STP


a. Segmentasi
1) Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis konsumen terdiri dari:
Umur : Produk vitamin A ini, ditujukan kepada Ibu Nifas (0-
42 hari), ibu yang mempunyai Bayi 6-11 bulan dan
ibu yang mempunyai anak Balita 12-59 bulan
Jenis kelamin : Produk vitamin A ini, ditujukan untuk laki-laki atau
perempuan
Pendapatan : Produk Vitamin A ini diberikan gratis, sehingga bisa
didapatkan oleh semua yang membutuhkan..
Agama : Produk vitamin A bisa di konsumsi oleh penganut
agama apapun, seperti telah tersertifikat halah oleh
MUI bagi pemeluk agama islam
Pendidikan : Produk Vitamin A ditujukan kepada seluruh jenjang
pendidikan masyarakat
Etnik dan Kebangsaan : Produk vitamin A ditujukan kepada seluruh
masyarakat dari berbagai etnik dan kebangsaan
2) Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis antara lain: wilayah, ukuran daerah, ukuran kota, dan
kepadatan iklim. Produk ini sangat sesuai dengan seluruh iklim di dunia
terutama di Indonesia yang memiliki iklim tropis,
3) Segmentasi Psikografis
Segmentasi psikografis ini meliputi :
Kelas sosial : Produk vitamin A ini, ditujukan kepada semua kelas sosial
baik kelas menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas
Gaya hidup : Produk vitamin A ini gratis untuk kesehatan
Juga kepribadian, persepsi, serta sikap : Produk vitamin A ini, ditujukan
kepada semua kelas sosial baik kelas menengah ke bawah maupun kelas
menengah ke atas .

b. Targeting produk vitamin A

a. Sasaran langsung
1) Ibu Nifas (0-42).
2) Ibu yang mempunyai bayi 6-11 bulan
3) Ibu yang mempunyai Anak Balita 12-59 bulan
b. Sasaran tidak langsung
1) Tokoh agama, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat
2) Pemegang kebijakan (Bupati/ Walikota, Camat, Kepala Desa/ Lurah) dan
legislatif
3) Petugas kesehatan.

c. Positioning produk vitamin A


Produk vitamin A ini, memposisikan dirinya sebagai vitamin untuk kesehatan
mata dan sesuai dengan keinginan masyarakat, yaitu mudah diperoleh disetiap bulan
Februari dan Agustus setiap tahunnya, yang merupakan Bulan Vitamin A.
Vitamin A dibagikan secara gratis untuk anak Bayi dan Balita di Posyandu atau
pelayanan kesehatan.
3.2. Analisis 4 P’s
Program pencegahan kekurangan vitamin A, dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi 4 P’s (marketing Mix) yaitu :
A. Product
Segala sesuatu yang bias ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan,
diminta, dipakai atau dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan
kebutuhan.
1. Pemberian suplementasi vitamin A kepada :
a. Bayi 6-11 bulan, Kapsul Biru (100.000 SI) dan frekuensi 1 kali
b. Anak Balita 12-59 bulan, Kapsul Merah (200.000 SI) dan frekuensi 2 kali
c. Ibu Nifas (0-42 hari), Kapsul Merah (200.000 SI) dan frekuensi 2 kali
2. Pemberian konseling kepada ibu yang memiliki bayi 6 – 11 bulan, ibu yang
memiliki anak balita 12-59 bulan dan ibu nifas terkait dengan pemberian
suplementasi vitamin A.
3. Mempromosikan pentingnya pemberian suplementasi vitamin A pada ibu nifas,
ibu yang memiliki bayi 6-11 bulan dan ibu yang memiliki anak balita 12-59 bulan,
dengan menggunakan media cetak, seperti: leaflet, spanduk, booklet, poster,
banner, stiker. Media elektronik, seperti: TV dan radio, dan media lain.
B. Price
Segala sesuatu yang dibayarkan oleh konsumen karena menggunakan produk
yang ditawarkan oleh produsen atau provider.
1. Harga psikologis, ibu merasa cemas ketika anak telah diberikan suplementasi
vitamin A, anak menjadi rewel dan suhu badan anak meningkat.
2. Harga waktu, ibu yang memiliki bayi 6-11 bulan, ibu yang memiliki anak balita
12-59 bulan serta ibu nifas, harus meluangkan waktu untuk dating ke pelayanan
kesehatan guna untuk mendapat suplementasi vitamin A.
3. Harga uang, ibu yang memiliki bayi 6-11 bulan, ibu yang memiliki anak balita 12-
59 bulan serta ibu nifas, harus mengeluarkan materi dalam berbentuk uang (biaya
transfortasi) apabila ingin menuju ke sarana pelayanan kesehatan bila tidak ada
suami atau keluarga yang mengantar.
4. Harga upaya, ibu yang memiliki bayi 6-11 bulan, ibu yang memiliki anak balita
12-59 bulan serta ibu nifas, harus berupaya dalam mengakses pelayanan kesehatan
apabila topografi tempat tinggal mereka sangat susah untuk ditempuh.
5. Harga sosial, ibu yang memiliki bayi 6-11 bulan, ibu yang memiliki anak balita 12-
59 bulan serta ibu nifas akan merasa terasingkan atau kelihatan aneh apabila social
budaya setempat tidak terbiasa menggunakan sarana, prasarana atau fasilitas
kesehatan yang telah disedikan oleh pelayanan kesehatan.
C. Place
Place merupakan tempat yang akan diadakannya pemasaran sosial oleh produsen
atau provider.
1. Sarana fasilitas kesehatan (Rumah sakit, puskesmas, pustu, poskesdes/ polindes,
balai pengobatan, praktek dokter, bidan praktek swasta).
2. Posyandu
D. Promotion
Sosialisasi merupakan bagian yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi
sosial yang efektif. Sosialisasi memberikan kontribusi yang penting untuk terciptanya
mobilisasi dan partisipasi yang efektif dalam masyarakat.
Penyebarluasan informasi khususnya tentang vitamin A dan program suplementasi
vitamin A perlu dilakukan sebelum bulan Kapsul (Februari dan Agustus), dengan
tujuan untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul Vitamin A yang melibatkan
unsur masyarakat termasuk ibu balita dan ibu nifas.
Kapan dan dimana sosialisasi suplementasi vitamin A dilakukan :
1. Sosialisasi yang bersifat rutin
Kegiatan :
a. Penyebaran informasi secara formal dan informal, seperti:
seminar, pelatihan, penyuluhan secara rutin atau berkala (tergantung sumber
daya yang ada seperti dana, sumber daya manusia, dan lain-lain).
b. Penyebaran stiker, poster, leaflet dan media lain.
c. Penyebaran informasi dengan cara menyisipkan pada kegiatan-kegiatan
melibatkan organisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi.
2. Sosialisasi persifat periodik.
a. Sosialisasi 1 bulan menjelang bulan vitamin A (bulan Januari dan Juli)
Kegiatan :
Pemasangan spanduk/ umbul- umbul dibeberapa tempat strategis dan
penyebaran informasi melalui media televisi (tingkat pusat dan propinsi).
b. Sosialisasi pada beberapa hari menjelang bulan vitamin A.
Kegiatan :
Penyebarluasan informasi diberbagai kesempatan/ acara/ kegiatan, baik formal
dan informal dan memberdayakan peran serta aktif masyarakat terutama ibu-
ibu untuk saling mengingatkan sesama tetangga .
c. Sosialisasi mobilisasi 1 hari menjelang hari posyandu/ pendistribusian vitamin
A.
Kegiatan:
Pengumuman secara missal melalui media komunikasi lokal yang dimiliki desa
dan dapat menjangkau masyarakat banyak, misalnya dengan menggunakan
pengeras suara di masjid, gereja atau tempat ibadah lainnya, mobil puskesmas
keliling, dan sarana lain.
d. Sosialisasi mobilisasi pada hari H pemberian kapsul Vitamin A.
Kegiatan :
Memberdayakan peran serta aktif masyarakat terutama ibu-ibu untuk saling
mengingatkan dan mengajak tetangga sekitar rumah yang memiliki balita untuk
mendapatkan suplementasi vitamin A.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melancarkan program pencegahan kekurangan vitamin A, dapat dilakukan
dengan menggunakan strategi STP dan 4 P’s (marketing
Mix) yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Dimana product dalam program
pencegahan kekurangan vitamin A adalah berupa pemberian kapsul vitamin A, jasa
konseling dan promosi. Price dalam program ini adalah harga yang harus dibayarkan oleh
konsumen terkait dengan harga waktu, uang, psikologis, upaya dan sosial. Place dalam
program ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan dan posyandu, serta Promotion dalam
program ini adalah sosialiasi yang bersifat rutin dan berkala.

B. Saran
Diharapkan pemerintah dan tenaga kesehatan dapat menerapkan strategi dan
taktik STP dan 4 P’s ini, agar program pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan
lancar serta cakupan pemberian vitamin A bisa meningkat 80% pada setiap wilayah.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. (2015). Apa dan Mengapa Tentang Vitamin A, Pedoman Praktis Untuk
Praktisi Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. (2003). Deteksi dan Tata laksana Kasus Xeroftalmia, Pedoman Bagi
Tenaga Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. (2000). Pedoman Akselerasi Cakupan Kapsul Vitamin A. Jakarta
:Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. (2000). Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis
Tinggi. Jakarta :Departemen Kesehatan.
Helen Keller International. (2005). Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk Bayi, Balita, Anak-anak
dan Ibu Nifas. Jakarta :
Puslitbang Gizi Depkes. (2006). Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia. Jakarta :Puslitbang
Gizi Depkes.
RENCANA KERJA
SOSIALISASI SUPLEMENTASI VITAMIN A
TAHUN 2020

No Kegiatan Langkah- Langkah Kegiatan Waktu


.
1
Sosialisasi suplementasi Penyebaran informasi secara
Setiap Bulan
Vitamin A, bersifat rutin formal dan informal, seperti:
seminar, pelatihan,
penyuluhan secara rutin atau
berkala (tergantung sumber
daya yang ada seperti dana,
sumber daya manusia, dan
lain-lain).

Penyebaran stiker, poster, Setiap Bulan


leaflet dan media lain.
Setiap Bulan
Penyebaran informasi
dengan cara menyisipkan
pada kegiatan-kegiatan
melibatkan organisasi
masyarakat untuk ikut
berpartisipasi.

2 Sosialisasi Bulan Januari


Pemasangan spanduk/
dan Juli
1bulan menjelang bulan
umbul- umbul dibeberapa
vitamin A
tempat strategis dan
penyebaran informasi
melalui media televisi
(tingkat pusat dan propinsi).

3 Sosialisasi Beberapa
Penyebarluasan informasi
hari menjelang
diberbagai kesempatan/ bulan vitamin
A.
acara/ kegiatan, baik formal
dan informal dan
memberdayakan peran serta
aktif masyarakat terutama
ibu- ibu untuk saling
mengingatkan sesama
tetangga .

3 Sosialisasi mobilisasi 1
Pengumuman secara massal
hari menjelang
melalui media komunikasi hari posyandu/
pendistribusia
lokal yang dimiliki desa dan n vitamin A
dapat menjangkau
masyarakat banyak,
misalnya dengan
menggunakan pengeras
suara di masjid, gereja atau
tempat ibadah lainnya,
mobil puskesmas keliling,
dan sarana lain.

4 Sosialisasi mobilisasi Hari H


Memberdayakan peran serta
(hari
aktif masyarakat terutama
pemberian
ibu-ibu untuk saling kapsul Vitamin
A)
mengingatkan dan
mengajak tetangga sekitar
rumah yang memiliki balita
untuk mendapatkan
suplementasi vitamin A.

.
.

Anda mungkin juga menyukai