Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYULUHAN KONSULTASI GIZI


“Penyuluhan Masalah KVA”

Dosen Pembimbing : 1. Nurhamidi, S.KM, M.Kes


2. Yasir Farhat, SKM., MPH

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Anaa Surayya (P07131118121) Ni’mah (P07131118145)
Dinisa Amalia (P07131118125) Nur Alfita (P07131118149)
Gusti Silvia Fitriyani S. (P07131118129) Raden Ayu Nuraliyya Z.
Hudiya Arini Haq (P07131118133) (P07131118153)
Mardha Khairina (P07131118137) Risma Febriani (P07131118157)
Nadia Khadijah (P07131118141) Yulanda (P07131118161)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN GIZI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Banjarbaru, 15 Oktober 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................
2.1 Definisi KVA..............................................................................................3
2.2 Penyebab KVA...........................................................................................5
2.3 Pencegahan dan Penanggulangan KVA.....................................................6
2.4 Langkah-langkah Persiapan Penyuluhan KVA..........................................10
2.5 Satuan Acara Penyuluhan KVA.................................................................12
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kekurangan vitamin A (KVA) telah dikenal sebagai penyebab
utama masalah kebutaan (xeropthalmia) di banyak negara. Adanya gambaran
klinik ini telah melalaikan orang dari melihat gejala subklinik yang terjadi pada
mereka yang mengalami kekurangan vitamin A dalam tingkat yang ringan sampai
sedang, dampak terhadap kesehatan dan kelangsungan hidupnya cukup bermakna
(Sommer, 1996 dalam Martin W.Bloem, Saskia de Pee dan Ian Darnton Hill).
Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan survai kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-
1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia 1,5 % dari jumlah penduduk atau
setara dengan 3 juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding Bangladesh
(1%), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %) (Gsianturi, 2004).
Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang
Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan
balita dengan Serum Retinol kurang dari 20μg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil
studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan
Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum
retinol kurang dari 20 μg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA)
sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah
15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan strategi
penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan
setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A) (buku panduan
suplemen vit. A).
Kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap
tahunnya sekitar 1 juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata
tingkat berat (xeropthalmia) ¼ diantaranya menjadi buta dan 60 % dari yang buta
ini akan meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan

1
anak berada dalam resiko besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang
buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar 30 % antara
anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-rekannya yang
tidak kekurangan vitamin A (Unicef,1991 dalam Myrnawati).
Salah satu penyebab terjadinya masalah gizi khususnya kekurangan vitamin
A (KVA) adalah karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai pola konsumsi
vitamin A maupun sumplemen vitamin A bagi balita. Melalui Penelitian di Sulsel
tahun 1986 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu belum dan tidak
mengetahui manfaat kapsul vitamin A dan bahan sumber vitamin A.
Kekurangtahuan ini karena kurang informasi dan pada umumnya sebenarnya ibu-
ibu memasak bahan makanan seperti kangkung, daun ubi, bayam, daun pepaya.
Ibu-ibu memperoleh kapsul vitamin A untuk balitanya kurang dari 50%.
(Purjanto, 1994).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan KVA ?
2. Apa saja penyebab KVA ?
3. Bagaimana cara mencegah KVA ?
4. Bagaimana langkah-langkah persiapan serta satuan acara penyuluhan KVA ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi KVA
2. Untuk mengetahui penyebab KVA
3. Untuk mengetahui cara pencegahan KVA
4. Untuk mengetahui langkah-langkah persiapan serta satuan acara penyuluhan
KVA

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi KVA
Dalam buku panduan pemberian suplemen vitamin A, kurang vitamin A adalah
suatu kondisi dimana simpanan Vitamin A dalam tubuh berkurang. Keadaan ini
ditunjukan dengan kadar serum retinol dalam darah kurang dari 20μg/dl. Masih
dalam buku tersebut terdapat Xeroptalmia merupakan Istilah yang menerangkan
gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A, termasuk terjadinya kelainan
anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang dapat menyebabkan
kebutaan.
KVA adalah suatu keadaan, ditandai rendahnya kadar Vitamin A dalam
jaringan penyimpanan (hati) & melemahnya kemampuan adaptasi terhadap gelap
& sangat rendahnya konsumsi/ masukkan karotin dari Vitamin A (WHO, 1976)
Peranan nyata vitamin A adalah pada fungsi penglihatan mata, yaitu ketika
jaringan retinol kehilangan vitamin A, fungsi rod (batang) dan cone (kerucut) pada
mata mengalami kegagalan. Hal inilah yang menyebabkan gangguan kemampuan
adaptasi gelap mata. Vitamin A juga berperan dalam pertumbuhan, reproduksi,
sintesa glycoprotein, stabilisasi membran dan kekebalan tubuh. Defisiensi Vitamin
A terjadi jika kebutuhan vitamin A tidak tercukupi. Kebutuhan vitamin A

3
tergantung golongan umur, jenis kelamin dan kondisi tertentu. Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan adalah seperti pada tabel berikut ;

Pada anak-anak, kekurangan vitamin A berakibat lebih parah dibandingkan


dewasa. Pertumbuhan badan terganggu dan kekebalan terhadap penyakit infeksi
berkurang. Sering ditemukan hubungan peningkatan defisiensi vitamin A terjadi
seiring peningkatan angka kesakitan khususnya pada penyakit infeksi. Konsumsi
vitamin A dan provitamin A yang rendah (di bawah kecukupan konsumsi vitamin
A yang dianjurkan), berlangsung dalam waktu lama, akan mengakibatkan suatu
keadaan yang dikenal dengan Kekurangan Vitamin A (KVA).
Pada dewasa normal, simpanan vitamin A dalam hati bisa memenuhi kebutuhan
selama ± 24 bulan. Pada anak-anak yang mengalami tumbuh kembang, jika
konsumsi makanan yang mengandung vitamin A tidak memenuhi angka
kecukupan gizi yang dianjurkan, maka xeropthalmia kelihatan dalam beberapa
minggu. Sebuah gejala awal kekurangan vitamin A adalah buta senja (night
blindness). Buta senja terjadi ketika cadangan vitamin A di hati hampir habis.
Kemudian ocular lesions seperti conjunctiva xerosis, Bitot's spot, keratomalacia,
dan xeropthalmia dapat terjadi. Untuk mendeteksi kondisi buta senja seseorang,
dapat melalui suatu proses pengujian dengan metode yang sesuai, seperti rapid
dark adaptation test atauphotostress test (Gibson, 1990). Tingkatan kekurangan
Vitamin A (Depkes, 2003) adalah :
a. Buta Senja (XN) :
b. Xerosis Konjungtiva (X1A)
c. Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B)
d. Xerosis Kornea (X2)
e. Keratomalasia dan Ulcus Kornea (X3A dan X3B)
f. Xerophtalmia Scar (XS)
g. Xerophtalmia Fundus (XF)

2.2 Penyebab KVA

4
Penyebab utama dari kekurangan vitamin A di negara berkembang adalah
rendahnya asupan vitamin A dan rendahnya bioavailabilitas dari vitamin A yang
dikonsumsi (sayur-sayuran dan buah-buahan). Faktor yang turut berpengaruh
adalah meningkatnya kebutuhan akan vitamin A pada kelompok umur tertentu
(masa balita, ibu hamil dan menyusui) dan terjadinya infeksi.
Namun demikian gambaran yang sederhana ini tidak memperlihatkan faktor
lainnya yang turut berpengaruh terhadap status vitamin A dari suatu populasi
seperti perbedaan fisiologi, kultur sosial, dan geografis. Adanya gangguan
kesehatan dapat mempengaruhi status vitamin A baik dalam hal metabolismenya
maupun jumlah asupannya. Adanya kasus xeropthalmia yang ditemukan pada
kelompok-kelompok masyarakat tertentu menunjukkan bahwa kultur sosial sangat
berpengaruh. Di samping itu, adanya perbedaan prevalensi pada laki-laki dan
wanita menunjukkan bahwa adanya distribusi yang tidak merata pada anggota
keluarga (intrafamilial food distribution).
Interrelasi berbagai faktor penyebab kekurangan vitamin A ini digambarkan
pada bagan berikut ini :
Bagan :
Sistem yang mendukung timbulnya defisiensi vitamin A

Pendidikan Umum dan Pengetahuan Gizi Kurang Higiene Kurang

Pekerjaan Kebiasaan
Infeksi dan Infestasi
Sulit/Re Makan parasit

ndah Salah
Daya Beli Konsumsi Vit.A Absorpsi dan
dan Karoten Utilisasi Diarrhoea,
Rendah Kurang terhambat steathorrea

DEFISIENSI VIT.A

Konsumsi Lemak
dan Protein Rendah Sumber :Jurnal Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi,
1999.

5
Menurut Depkes tahun 2003, masalah KVA diibaratkan sebagai fenomena
(gunung es) dimana kasus xeroftalmia yang tampak dipermukaan hanya sedikit,
sedangkan KVA sub klinis ditemukan banyak di masyarakat. Bila masalah ini tidak
diatasi dengan segera, akan menyebabkan jumlah kasus bertambah banyak dan dapat
terjadi ledakan kasus yang berakibat makin sulit untuk ditanggulangi.

2.3 Pencegahan dan Penanggulangan KVA


1. Pencegahan
Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani sedangkan karoten terutama di
dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam
lemaknya), dan mentega. Sedangkan sumber karoten adalah sayuran berwarna
hijau tua serta sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga seperti
daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,
tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak kelapa
sawit yang berwarna merah kaya akan karoten.

6
2. Penanggulangan
a. Suplementasi Kapsul Vitamin A
Justifikasi suplementasi kapsul vitamin A
dosis tinggi (retinol) adalah adanya kenyataan
bahwa lemak dapat disimpan dalam tubuh
utamanya di hati. Pemberian suplementasi secara
periodik ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya KVA dan meningkatkan
simpanan/cadangan vitamin A (WHO, 1997). Dengan demikian, rendahnya
asupan vitamin A dan meningkatnya kebutuhan akan vitamin A dapat
diimbangi dengan pemberian suplementasi.

Umur Dosis Frequency


Bayi 6-11 bulan Kapsul Biru (100.000 1 kali
IU)
Anak 12-59 bulan Kapsul Merah Setiap 6 bulan Februari dan
(200.000 IU) Agustus
Ibu Nifas (0-42 Kapsul Merah Diberikan 2 kapsul (400.000 IU) 1
hari) (200.000 IU) kapsul segera setelah melahirkan
& 1 kapsul Lagi setidaknya 24 jam
Setelah pemberian kapsul pertama

7
b. Promosi Kapsul Vitamin A
Pada kenyataannya cakupan kapsul vitamin A masih rendah meskipun
pemerintah telah menyediakan Kapsul Vitamin A bagi masyarakat.
Kemungkinan karena kurangnya sosialisasi tempat-tempat pemasaran kapsul
vitamin A selain di Puskesmas/Posyandu juga dipasarkan di rumah kader.
Oleh karena itu penting dilakukan penyuluhan/promosi pemasaran
sosial vitamin A dalam rangka upaya untuk meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan tindakan ibu agar memberikan vitamin A
kepada balitanya. Pemasaran sosial vitamin A, khususnya pemberian kapsul
vitamin A dipilih dengan cara yang mudah, murah dan cepat untuk
menjamin agar anak balita di Indonesia tidak menderita kekurangan vitamin
A. Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pemasaran sosial vitamin A
di Jateng tahun 1988 yaitu pendekatan pemasaran sosial bersama-sama
dengan perbaikan pola distribusi, dalam waktu yang relatif singkat
berdampak positif terhadap kenaikan cakupan distribusi vitamin A. Produk-
produk pemasaran sosial vitamin A adalah kapsul vitamin A, makanan kaya
akan vitamin A, dan fortifikasi makanan dengan vitamin A. Media informasi
yang dapat dipergunakan secara luas yaitu media massa (Radio, TV atau
Film), spanduk, selebaran (leaflet), dengan memanfaatkan jalur kelompok
potensial seperti kader-kader Posyandu, tokoh-tokoh agama, dan tokoh
masyarakat sebagai penyebar informasi tentang vitamin A.

c. Pemberian Obat Mata :


Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada
infeksi yang menyertainya. Obat tetes/salep mata antibiotik tanpa
kortikosteroid (Tetrasiklin 1%, Khloramfenikol 0.25-1% dan Gentamisin
0.3%)diberikan pada penderita X2, X3A, X3B dengan dosis 4 x 1 tetes/hari
dan berikan juga tetes mata atropin 1 % 3 x 1 tetes/hari.

8
Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala
pada mata menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa
selama 3-5 hari hingga peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang
telah dicelupkan kedalam larutan Nacl 0,26 dan gantilah kasa setiap kali
dilakukan pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan
dengan sangat berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata
untuk menghindari infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata
untuk mendapat pengobatan lebih lanjut.

d. Terapi Gizi Medis


Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan
kondisi atau penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi pasien sesuai intervensi yang diberikan agar klien serta
keluarganya dapat meneruskan penanganan diet yang telah disusun.
Tujuan :
 Memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan untuk
mencapai status gizi normal.
 Memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk mengoreksi
kurang vitamin A

9
e. Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai
Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit
berat antara lain: infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan,
tuberkulosis (TBC), diare dan mungkin dehidrasi. Untuk semua kasus ini
diberikan terapi disesuaikan dengan penyakit yang diderita.

Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A

2.4 Langkah-Langkah Persiapan Penyuluhan KVA


1. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
a. Mengenal masalah
1.) Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
2.) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi
3.) Dasar pertimbangan untuk menentukan masalah
4.) Pelajari masalah tersebut : pengertian, sikap dan perilaku

b. Mengenal masyarakat
1.) Jumlah penduduk khususnya golongan rawan
2.) Sosial dan ekonomi masyarakat

10
3.) Pola konsumsi di masyarakat
4.) Sumber daya
5.) Pengalaman masyarakat terhadap program
6.) Pengalaman masyarakat di masa lalu

c. Mengenal wilayah
1.) Lokasi : memperhatikan segi lokasi terpencil, penggunungan atau
dataran, jalur transportasi
2.) Sifatnya : memperhatikan kapan musim hujan dan kemarau, daerah
kering atau cukup air, banjir, atau daerah perbatasan.

2. Menentukan prioritas
a. Setelah mengenal masalah,masyarakat,dan wilayah adalah penentuan tema
sebagai dasar acuan penyuluhan.
b. Kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu berbeda-beda,demikian
juga tahap perkembangan mental,keadaan lingkungan dan kesempetannya
berbeda-beda sehingga diperlukan penentuan prioritas untuk menjadi
acuan penjelasan.

3. Menentukan tujuan
Tujuan penyuluhan sebaiknya meliputi :
a. Jangka pendek : diharapkan terciptanya pengertian,sikap,norma.
b. Jangka menengah : perilaku sehat
c. Jangka panjang : status kesehatan yang optimal.

4. Menentukan Materi Penyuluhan

5. Menentukan Sasaran

Yang harus diperhatikan penyuluh dari segi sasaran antara lain :

11
a. Tingkat pengetahuan,ketrampilan dan sikap sasaran
b. Sosial budaya
c. Banyaknya sasaran yang hendak dicapai oleh seseorang penyuluh pada
suatu waktu tertentu.

6. Menentukkan Metode

7. Menentukkan Media atau Alat Peraga


2.5 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pokok bahasan : Vitamin A
Sub Pokok Bahasan : Pentingnya vitamin A
Sasaran : Ibu yang mempunyai bayi dan balita
Waktu : 1 x 60 menit
Tempat : Di Rumah Bapak Variaz

a. Tujuan Penyuluhan
1.) Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu-ibu dapat mengetahui tentang
pentingnya Vitamin A.
2.) Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang vitamin A, para ibu diharapkan
dapat :
- Mengetahui sumber vitamin A
- Mengetahui fungsi vitamin A
- Mengetahui apa akibat kekurangan vitamin A
- Mengetahui jadwal pemberian vitamin pada bayi dan balita

b. Materi (terlampir)
1.) Sumber vitamin A
2.) Fungsi vitamin A

12
3.) Akibat kekurangan vitamin A
4.) Jadwal pemberian vitamin pada bayi dan balita

c. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Penyuluhan Peserta
1 Pembukaan - Memberikan salam Menanggapi 10 menit
- Perkenalkan diri
2 Pemberian -   Memberikan penyuluhan Mendengarka 30 menit
materi tentang vitamin A tahap demi n dan
tahap menanggapi
-   Memberi kesempatan
bertanya
-   Menjawab pertanyaan
3 Evaluasi -   Menggali pengetahuan Dapat 10 menit
sasaran dengan memberi memberi
pertanyaan jawaban
4 Penutup -   Memberi salam 10 menit
-   Penutup

d. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi

e. Alat/Media
- Flip-chart
- Leaflet
- Pamphlet

f. Evaluasi
1.) Apa saja sumber vitamin A?

13
2.) Apa fungsi vitamin A dalam tubuh?
3.) Apa akibat kekurangan vitamin A?
4.) Kapan jadwal pemberian vitamin A pada bayi dan balita?

MATERI
1. Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting bagi manusia yang berguna bagi
kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh
( meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit ) Vitamin A hanya
terdapat dalam jaringan hewani dan tidak terdapat pada tumbuhan.Bahan
makanan yang mengandung banyak vitamin A diantaranya :
- Hati
- Lemak hewan
- Mentega
- Susu
- Telur
- Keju
Bahan makanan yang mengandung banyak pro vitamin A diantaranya sayuran
yang berupa daun seperti dalam kangkung, wartel, pepaya, ubi merah, minyak
kelapa sawit, dan lain-lain.

2. Fungsi vitamin A dalam tubuh manusia


a. Untuk penglihatan
Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan bila kita dari
cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang
gelapnya. Mata membutuhkan waktu untuk dapat melihat. Begitu juga
pada malam hari jika berpapasan dengan cahaya mobil yang memasang
lampu yang menyilaukan. Kecepatan mata beradaptasi setelah terkena
cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A. Tanda pertama
kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplemen vitamin A dapat

14
memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan oleh
kekurangan vitamin A.
b. Perubahan sifat dan fungsi sel
Vitamin A berguna untuk pembentukan sperma dan sel telur, pembuatan,
pembentukan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa
bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua.
c. Fungsi kekebalan
Vitamin A dapat mengurangi resiko terhadap penyakit infeksi
pernapasan, diare, mengurangi terhadap penyakit campak.
d. Pencegahan kanker dan penyakit jantung
e. Lain-lain :
- menambah nafsu makan
- pembentukan sel darah melalui interaksi dengan zat besi

3. Akibat kekurangan vitamin A


a. Buta senja
Yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke
cahaya samar-samar/senja
b. Perubahan pada mati
Kelenjar air mata tidak dapat mengeluarkan air mata sehingga terjadi
pengeringan pada selaput yang menutup kornea
c. Perubahan pada kulit
Kulit menjadi kering dan kasar. Rambut menjadi kasar
d. Gangguan pertumbuhan
Pertumbuhan gigi, pertumbuhan sel-sel..
4. Jadwal Pemberian Vitamin A
- Konsumsi kapsul vitamin A setiap 6 bulan sekali
- Vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita pada bulan Februari dan
Agustus
- Kapsul vitamin A berwarna merah diberikan pada balita

15
- Kapsul vitamin A berwarna biru diberikan pada bayi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit
yang disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapat
menyebabkan  rabun senja, xeroftalmia dan jika kekurangan berlangsung parah & 
berkepanjangan akan mengakibatkan keratomalasia.
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, vitamin A juga berfungsi
dalam sistem kekebalan (anti infeksi).
KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan
organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis
yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Gejala klinis
KVA pada mata menurut klasifikasi WHO sebagai berikut :
a.    Buta senja = XN.
b.    Xerosis konjunctiva = XI A.
c.    Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B.
d.   Xerosis kornea = X2.
e.    Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B.
f.     Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea.
g.    Xeroftalmia Fundus (XF).
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui
proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman.
Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata.
Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab

16
itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi.
Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik.
Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh
manusia dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang
terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel,
semangka, dan sebagainya

17
DAFTAR PUSTAKA

 Anon,2011.Makalah KVA. Diambil dari:


https://id.scribd.com/doc/70063717/makalah-KVA. Diakses tanggal 15
Oktober 2019
 Hidayati,K. 2014. Promosi Kesehatan Kekurangan Vitamin A. Diambil dari:
https://www.academia.edu/25143275/Promosi_Kesehatan_Kekurangan_Vita
min_A. Diakses tanggal 15 Oktober 2019
 Pujiadi Solahin, 2002. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Balai FKUI. Jakarta.
Dalam Blog Arum, 2015. Diambil dari:
http://arummeongg.blogspot.com/2015/03/sap-vitamin-a.html. Diakses
tanggal 15 Oktober 2019
 Suparsiasi. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Dalam Blog
Arum,2015. Diambil dari: http://arummeongg.blogspot.com/2015/03/sap-
vitamin-a.html. Diakses tanggal 15 Oktober 2019

18

Anda mungkin juga menyukai