Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM KESEHATAN

“Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan di Indonesia”

Dosen Pembimbing : Masrudi Muchtar, S.H.,M.H.

Disusun Oeh :

Risma Febriani : P07131118157

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin

Program Diploma III Jurusan Gizi

2018/2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................

Perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan


profesinya dalam undang-undang....................................................................................2

BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................................6

3.2 Saran..........................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tenaga kesehatan adalah garda terdepan dalam hal pelayanan kesehatan bagi masyarakat
sesuai dengan visi pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar
tahun 1945. Sebagai health provider, tenaga kesehatan merupakan bagian dari satu ekosistem
pelayanan kesehatan yang selalu dituntut untuk bekerja sesuai dengan standar profesi dan
terorganisir dengan baik. Profesionalisme petugas kesehatan yang optimal sesungguhnya
akan tergambar dari kinerja mereka terutama dalam hubungan dengan keselamatan pasien
yang berorientasi pada patient-centered care termasuk seluruh upaya-upaya kesehatan yang
diperlukan oleh pasien terkait masalah kesehatan yang sedang dihadapinya.
Dalam melakukan upaya-upaya kesehatan yang ada, tenaga kesehatan diberikan
pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan tindakan sesuai dengan Standard Operating
Procedures (SOP). Untuk mencapai peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya amat besar, bukan pekerjaan mudah, oleh
sebab itu diperlukan juga peraturan perlindungan hukum untuk melindungi “pemberi” dan
“penerima” jasa pelayanan kesehatan (Hendrik, 2016).
Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian hukum
dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun
masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Perangkat hukum ini juga memastikan adanya
perlindungan hukum bagi petugas kesehatan sesuai dengan hal dan kewajiban. Oleh karena
itu setiap perbuatan yang dilakukan yang berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku harus
mendapatkan perlindungan hukum. Apabila tenaga kesehatan dirugikan oleh suatu perbuatan
pihak lain baik sengaja atau lalai maka tenaga kesehatan pun dapat meminta tanggung jawab
hukum kepada pihak-pihak tersebut baik secara perdata, pidana, maupun administratif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
bagaimana pengawasan serta perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan profesinya ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam subsistem SDM kesehatan, tenaga kesehatan merupakan unsur utama yang


mendukung subsistem kesehatan lainnya yang didalamnya memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Serangkaian kewenangan yang diberikan memerlukan pengawasan
serta perlindungan dimata hukum yang jelas dan tegas untuk memberi batasan menyangkut hak
dan kewajibannya dalam hubungan dengan pasien lebih khusus mengenai aspek hukum perdata.
Dalam ruang llingkup peraturan hukum perdata meliputi hak dan kewajiban yang timbul dari
hubungan pelayanan kesehatan, persetujuan antara dokter-pasien serta keluarganya, akibat
kelalaian perdata serta tuntutannya dalam pelayanan kesehatan (Sadi Is, 2015).
 
Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya, yaitu
sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran


Undang-Undang ini secara sistematika terdiri dari 12 Bab 88 Pasal.Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 ini secara khusus mengatur tentang Praktek Kedokteran. Undang-
Undang ini merupakan petunjuk atau pedoman yang harus ditaati oleh tenaga kesehatan
dalam melakukan atau melaksanakan tugas sesuai profesinya. Dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak diatur dalam pasal sebagai berikut
(Kemenkumham RI, 2004) :
- Pasal 50 (point a)
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.
Penjelasan pasal 50 yang dimaksud dengan “standar profesi” adalah batasan kemampuan
(knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang
individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri
yang dibuat oleh organisasi profesi sedangkan yang dimaksud dengan “standar prosedur

2
operasional” adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.

2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 terdiri dari 22 bab dan 205 pasal. Dari 22 bab
tersebut yang langsung berkaitan dengan perlindungan terhadap Tenaga kesehatan terdapat
pada bab V tentang sumber daya bidang kesehatan yang terdapat dalam pasal 27 ayat (1)
(Kemenkumham RI, 2009a) yang berbunyi :
- Pasal 27 (ayat 1)
(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Penjelasan dari pasal 27 diatas, tenaga kesehatan berhak mendapatkan perlindungan
hukum apabila pasien sebagai konsumen kesehatan menuduh/merugikan tenaga kesehatan
dimana tenaga kesehatan sudah melakukan tugas sesuai keahliannya. Dalam konsep politik
hukum kesehatan bila dihubungkan dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan maka terdapat asas perlindungan yang berarti bahwa pembangunan
kesehatan harus dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberidan
penerima pelayanan kesehatan (Sadi Is, 2015).

3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


Secara sistematis Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit terdiri
15 bab dan 66 pasal. Ketentuan yang terdapat di dalamUndang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 sebagian besar berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan serta tanggung jawab tenaga
kesehatan terhadap rumah sakit dan sebagai berikut (Kemenkumham RI, 2009b) :
- Pasal 29 (pasal 1 point s)
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas. Dalam hal ini, rumah sakit harus dapat memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi seluruh tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan di rumah sakit melalui pembentukan berbagai perangkat aturan
dirumah sakit meliputi, peraturan internal staf medis, standar prosedur operasional dan

3
berbagai pedoman pelayanan kesehatan serta melalui penyediaan SDM (Sumber Daya
Manusia) yang memiliki kompetensi dalam bidang medikolegal.

4. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan


Undang-Undang No.36 Tahun 2014 secara sistematis, terdapat 16 Bab dan 96 Pasal.
Terkait dengan pengawasan dan perlindungan, undang-undang ini berisi tentang pembinaan
dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi semua pemangku kepentingan
dalam pengembangan tenaga kesehatan serta legislasi yang antara lain meliputi sertifikasi
melalui uji kompetensi, registrasi, perizinan, dan hak-hak tenaga kesehatan. Pengawasan dan
perlindungan kepada tenaga kesehatan termuat dalam beberapa pasal berikut ini
(Kemenkumham RI, 2014) :
- Pasal 27 (ayat 2)
(2) Tenaga Kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan serta
daerah bermasalah kesehatan memperoleh hak kenaikan pangkat istimewa dan pelindungan
dalam pelaksanaan tugas.
- Pasal 57 (point a, point d dan point f)
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar
Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
d.  Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, sertanilai-nilai agama;
f. Menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan
dengan Standar Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
- Pasal 75
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak mendapatkan pelindungan hukum
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

5. Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

4
Undang-Undang tentang Keperawatan berisi 13 Bab dan 66 pasal yang salah satunya
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum serta untuk
meningkatkan, mengarahkan, dan menata berbagai perangkat hukum yang mengatur
penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan yang bertanggung jawab, akuntabel,
bermutu, dan aman sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu
pasal yang memuat tentang pengawasan dan perlindungan hukum terhadap perawat, adalah
sebagai berikut (Kemenkumham RI, 2014b) :
- Pasal 56
Pembinaan dan pengawasan Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 55
diarahkan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan,
b. melindungi masyarakat atas tindakan Perawat yang tidak sesuai denganstandar dan
c. memberikan kepastian hukum bagi Perawat dan masyarakat.

Jadi jelas bahwa lingkup perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan profesinya mencakup banyak elemen dan disiplin ilmu kesehatan yang
sangat bervariasi. Seluruh aspek hukum dalam peraturan hukum kesehatan menjadi perangkat
hukum yang secara khusus menentukan perilaku keteraturan/perintah, keharusan/larangan
perbuatan sesuatu itu berlaku bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan usaha kesehatan. Tentu
jelas bahwa keberadaan perlindungan hukum ini bukan untuk menghilangkan segala tanggung
jawab hukum atas perbuatan yang dilakuan tenaga kesehatan. Namun lebih kepada perimbangan
pada hak dan kewajiban dari tenaga kesehatan terkait tindakan pelayanan yang dilakukan.

Dari hal diatas dapat dipahami bahwa tindakan seorang tenaga kesehatan tidak lepas dari
risiko secara medis maupun hukum baik yang disengaja atau tidak sengaja. Jika pelanggaran
hukum dilakukan secara sengaja maka fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan sebagai subjek
hukum terlibat dalam rangkaian proses hukum yang panjang sebagai bentuk pertanggung
jawaban didepan hukum namun jika kejadian yang terjadi tidak disengaja dan bahkan diluar
wewenang dikarenakan kelalaian pasien atau pelanggaran atas perjanjian terpapeutik misalnya,
maka perlu ada perlindungan untuk memastikan terjadi keadilan pada petugas dan pasien.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan telah dilakukan oleh pemerintah
melalui berbagai produk hukum berupa undang-undang sehingga petugas kesehatan
memliki kepastian hukum dan jaminan dalam melakukan tindakan medis yang
diperlukan dalam menangani pasien sepanjang dilakukan sesuai standar kompetensi
juga SOP yang ada difasilitas kesehatan.
Pengawasan kepada petugas kesehatan penting untuk memastikan bahwa terjadi
keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam implementasinya dipelayanan untuk
memberi jaminan kemanan sesuai kemampuan dalam masing-masing sebab ada
perangkat hukum dalam konteks KUHPerdata yang dapat mengikat jika melakukan
pelanggaran sekecil apapun.

3.2 Saran
Mengingat tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya memiliki peran penting
dalam pelayanan kesehatan serta mendapatkan perlindungan hukum, maka
perlindungan tenaga kesehatan merupakan kewajiban bagi pasien sebagai konsumen
untuk senantiasa menghormati atau memeperhatikan hak-hak dan kewajiban tenaga
kesehatan.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/32328452/PENGAWASAN_DAN_PERLINDUNGAN_TENAGA_
KESEHATAN_PADA_FASILITAS_KESEHATAN_DALAM_KONTEKS_HUKUM_PERDA
TA. Diakses pada 06 Mei 2020
Hendrik. (2016). Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.Kemenkumham RI. (1999). Diakses
pada 06 Mei 2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


http://www.kemenkumham.go.idKemenkumham RI. (2004). Diakses pada 06 Mei 2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun2004 Tentang Praktik Kedokteran.


http://www.kemenkumham.go.idKemenkumham RI. (2009). Diakses pada 06 Mei 2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun2009 Tentang


Kesehatan. http://www.kemenkumham.go.idKemenkumham RI. (2009). Diakses pada 06 Mei
2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun2009 Tentang Rumah Sakit.


http://www.kemenkumham.go.idKemenkumham RI. (2014). Diakses pada 06 Mei 2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun2014 Tentang Tenaga Kesehatan.


http://www.kemenkumham.go.idKemenkumham RI. (2014). Diakses pada 06 Mei 2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun2014 Tentang Keperawatan.


http://www.kemenkumham.go.id. Diakses pada 06 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai