Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PATOLOGI MANUSIA TENTANG KEKURANGAN VITAMIN A

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

Mar'ati Rofifah G0B020002

Niqa Novriyadhi G0B020004

Alnika rara marfiana G0B020024

Dian Asri Kirana G0B020026

Amaliya Dwi Oktafiyani G0B020028

Ellif Khayatil Jamila G0B020052

Nila zidnal izzah G0B020081

PROGRAM STUDI D3 GIZI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT.Karena atas rahmat dan karunia Nya kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Kesehatan ini tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Yang syafa’at nya kita nantikan kelak.

Tugas ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Patologi Manusia. Selain itu, tujuan
penulisan makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kekurangan vitamin A.

Kami mengucapkan terimakasih ke pada pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami juga berharap agar isi dari makalah ini bisa ber manfaat bagi
pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna. Untuk itu, dengan kerendahan
hati kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran
yang membangun dari dosen, teman-teman maupun pembaca dengan besar hati juga akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang luas kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.

WassalamualaikumWr. Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Etiologi Kekurangan Vitamin A.......................................................
B. Patofisiologi Kekurangan Vitamin A.................................................
C. Klinis Kekurangan Vitamin A...........................................................
D. Laboratorium Kekurangan Vitamin A...............................................
E. Terapi dan Komplikasi Kekurangan Vitamin A................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................ 4
B. Saran.................................................................................................. 4

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

A. Etiologi Kekurangan Vitamin A

Etiologi dari defisiensi vitamin A yang paling banyak ditemukan pada negara yang
sedang berkembang adalah asupan nutrisi yang kurang. Hal ini diperberat dengan
terjadinya infeksi pada saluran pencernaan yang menyebabkan inflamasi kronis sehingga
menurunkan kemampuan usus menyerap mikronutrien.

Etiologi Defisiensi Vitamin A pada Negara Berkembang


Pada negara yang sedang berkembang, kurangnya asupan makanan bergizi biasanya
diperparah dengan defisiensi zinc. Zinc pada dasarnya dibutuhkan untuk membantu
penyerapan vitamin A dan pembentukan retinol-binding protein (RBP), yaitu protein
transport intravaskular.

Campak merupakan infeksi endemik pada negara miskin dan telah terbukti dapat
menurunkan kadar retinol pada serum >30%. Infeksi ini dapat mengurangi pembentukan
RBP dan menyebabkan tingginya ekskresi vitamin A pada urin. Campak juga akan
meningkatkan kebutuhan akan vitamin A karena terjadi kerusakan pada jaringan epitel
saluran pencernaan.

Konsentrasi vitamin A pada Air Susu Ibu (ASI) ditentukan oleh kecukupan nutrisi Ibu.
Pada negara miskin, rata-rata konsentrasi vitamin A pada air susu ibu hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan harian minimal bayi dan tidak cukup untuk memenuhi cadangan
vitamin A di hepar. Hal ini menyebabkan banyak bayi yang mengalami defisiensi vitamin
A segera setelah penyapihan dilakukan.

Etiologi Defisiensi Vitamin A pada Negara Maju


Pada negara maju, kelainan pankreas, hepar, dan saluran pencernaan, merupakan
penyebab utama terjadinya defisiensi vitamin A. Inflammatory bowel disease
(IBD) menyebabkan inflamasi kronis pada mukosa pencernaan dan kombinasi dengan
asupan yang tidak adekuat akan menyebabkan defisiensi vitamin A.
Penyakit liver kronis dapat menyebabkan defisiensi vitamin A. Hal ini diperkirakan
karena terdapat penurunan produksi empedu, yang mana dibutuhkan untuk penyerapan
vitamin A.

Insufisiensi pankreas juga dapat menyebabkan defisiensi vitamin A karena menurunnya


kemampuan eksokrin dan produksi hydrolase yang tidak mencukupi untuk penyerapan.

Operasi bariatrik yang ditujukan untuk mencegah penyerapan lemak dengan memintas


duodenum, dapat menyebabkan tidak adekuatnya penyerapan vitamin yang larut dalam
lemak, termasuk vitamin A. Bayi prematur juga berisiko mengalami defisiensi vitamin A
karena saluran pencernaan belum matang sehingga mengganggu penyerapan vitamin A,
dan rendahnya cadangan vitamin A.
Faktor Risiko
Faktor risiko defisiensi vitamin A yang tertinggi meliputi anak-anak, ibu hamil, dan ibu
menyusui di negara yang sedang berkembang, dengan pendapatan rendah atau dengan
status sosial rendah. Faktor risiko lain adalah bayi prematur, kultur vegetarian, diet yang
tidak terkontrol (menurunkan asupan lemak), stress, menderita penyakit malabsorbsi
(penyakit Crohn, penyakit Celiac, insufisiensi pankreas, diare kronis), obesitas, teknik
bariatrik, infeksi termasuk infeksi parasit, penyalahgunaan alkohol, dan interaksi dengan
xenobiotik lain yang mengganggu homeostasis retinoid.
 Bayi Prematur

Bayi prematur tidak memiliki cadangan vitamin A yang adekuat pada hepar. Selain itu
kadar retinol dalam plasma cenderung rendah selama 1 tahun pertama. Bayi prematur
yang mengalami defisiensi vitamin A memiliki risiko lebih tinggi terhadap gangguan
penglihatan, penyakit kronis lambung, dan penyakit pada saluran pencernaan.

 Bayi dan Anak Kecil pada Negara Berkembang

Pada negara maju, kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI) memenuhi kebutuhan
selama 6 bulan pertama kehidupan. Akan tetapi, pada wanita yang mengalami defisiensi
vitamin A, kandungan vitamin A pada ASI tidak memenuhi kebutuhan vitamin A pada
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Anak kecil pada negara berkembang cenderung
mengalami defisiensi vitamin A saat memasuki tahap penyapihan. Adapun gejala yang
paling sering ditemukan pada anak dengan defisiensi vitamin A adalah xerophthalmia.
 Wanita Hamil dan Menyusui di Negara Berkembang

Wanita hamil membutuhkan vitamin A tambahan untuk pertumbuhan dan perkembangan


janin, serta untuk menjaga metabolisme. Dampak yang ditimbulkan dari defisiensi
vitamin A adalah xerophthalmia, meningkatnya angka penyakit dan kematian pada ibu
dan bayi, meningkatnya risiko anemia, dan hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin.

B. Patofisiologi Kekurangan Vitamin A


Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel pada selaput
lendir mata. Kelainan tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga
kelenjar tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada
mata yang disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang
disebut bercak bitot (Bitot spot) yaitu suatu bercak putih. Berbentuk segi tiga dibagian
temporal dan diliputi bahan seperti busa.

Defisiensi lebih lanjut menyebabkan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan
kehilangan kejernihannya karena terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea.
Pada stadium yang lanjut, kornea menjadi lebih keruh, berbentuk infltrat, berlaku
pelepasan sel-sel epitel kornea, yang berakibat pada pelunakan dan pecahnya kornea.
Mata juga dapat terkena infeksi. Tahap terakhir dari gejala mata yang terinfeksi adalah
keratomalasia (kornea melunak dan dapat pecah), sehingga menyebabkan kebutaan total.

Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga


mudah terkena infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi
paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri,
dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding
usus halus, akan menyebabkan diare. Vitamin A mempunyai peranan penting pada
sintesis protein yaitu pembentukan RNA sehingga berperan terhadap pertumbuha sel.

VItamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email
gigi. Pada orang yang kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk
tulang tidak normal. Pada anak-anak yang kekuranganvitamin A, terjadi kegagalan
pertumbuhan.

Pada keadaan dimana terjadi defsiensi vitamin A akan terjadi gangguan mobilisasi zat
besi dari hepar, dengan akibat terjadi penurunan kadar feritin. Gangguan mobilisasi zat
besi juga akan menyebabkan rendahnya kadar zat besi dalam plasma, dimana hal ini akan
mengganggu proses sintesis hemoglobin sehingga akan menyebabkan rendahnya kadar
Hb dalam darah.

Defisiensi vitamin A kronis anemia serupa seperti yang dijumpai pada defsiensi besi,
ditandai dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin
Concentration (MCHC) rendah, terdapat anisositosis dan poikilositosis, kadar besi serum
rendah tetapi cadangan besi (ferritin) didalam hati dan sumsum tulang meningkat. KVA
menghambat penggunaan kembali besi untuk eritropoiesis, mengganggu pembentukan
transferin dan mengganggu mobilisasi besi.

C. Klinis Kekurangan Vitamin A


Menurut WHO/ World Health Organization (1996), tanda-tanda klinis KVA yaitu: (1)
XN: Buta senja, (2) XIA: Xerosis konjungtiva, yaitu kekeringan pada selaput lendir mata,
(3) XIB: Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot, (4) X2: Xerosis kornea (kekeringan
pada selaput bening mata), (5) X3A: Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea)
kurang dari 1/3 permukaan kornea, (6) XS: Jaringan parut kornea (sikatriks/scar), dan (7)
XF: Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.

D. Laboratorium Kekurangan Vitamin A


A. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan vitamin
A, percaya bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil
pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA.
Dimana who telah menetapkan klasifikasi batasan dimana KVA dijadikan masalah
kesehatan masyarakat, dapat dilihat pada bagan berikut :
WHO Xerophthaimia Classification (1982)
(Sommer & Davidson. J Nuth 2002)
• Xn Buta Senja (>1%)
• X18 Bercak Bitot (>0,5%)
• X2 Corneal xerosis or (>0,01%)
•X3 Corneal ulceration/Keratomalacia (>0,01%)
• XS Corneal scarring (>0,05%)
Serum retinol (>15%)
(<70 umol/L/20 ug/dL)
• Plasma Vit.A = < 0,35 μmol/l (10 μg/dl) : >5%
• Plasma Vit.A = < 20 μg/dl rawan terhadap penyakit infeksi & me ↑ mortalitas
•Liver Vit.A <5 μg/g : >5%

B. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol . Bila ditemukan


serum retinol < 20 ug/dl , berarti anak tersebut menderita KVA sub klinks
C. Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit lain yang
dapat mencegah seperti pada :
1. Pemeriksaan darah malaria
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneunomia atau TBC
5. Pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing serta pemeriksaan
darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta
D. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dipuskesmas , rumah sakit / labkesda , atau
BKMM sesuai dengan ketersediaan sarana laboratorium

E. Terapi dan Komplikasi Kekurangan Vitamin A


Kekurangan vitamin A bisa diobati dengan suplemen vitamin A. Jumlah dari suplemen
tergantung dari umur anak-anak. Suplemen vitamin A bisa memperbaiki rabun senja dan
bisa menolong mata mendapatkan lubrikasi alaminya lagi.
Namun, kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan di area kornea mata
tidak bisa disembuhkan dengan suplemen vitamin A.

Suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari :


a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)
Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg (setara dengan
vitamin A 100.000 IU) dengan dosis
1) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul
2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul
- Hari berikutnya 1 kapsul
- 4 minggu berikutnya 1 kapsul
3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya diberi 1
kapsul.
Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A mengandung
palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis :
1). Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul
2). Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul
- Hari berikutnya 1 kapsul
- 4 minggu berikutnya 1 kapsul
3). Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan infeksi lainnya
diberi 1 kapsul ( Puspitorini, 2007).
Dalam kaitan kurang vitamin A dengan infeksi, ditemukan dampak-nya terhadap
terjadinya infeksi pada beberapa system organ tubuh yaitu sebagai berikut :
1. Ada hubungan kuat antara status vitamin A dan resiko terhadap penyakit infeksi
pernafasan .Mekanismenya adalah sebagai berikut :disamping itu lapisan sel yang
menutupi trakea dan paruparu mengalami keratinasi, tidak mengeluarkan lendir,sehingga
mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri atau virus dan menyebabkan infeksi
saluran pernafasan.
2. Hubungan antara kekurangan vitamin A dan diare belum begitu jelas. Mekanismenya
adalah sebagai berikut : bila terjadi keratinasi, pada permukaan usus tidak mengeluarkan
lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri atau virus dan
menyebabkan infeksi pencernaan akan menyebabkan diare.
3. KVA pada anak-anak disamping dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang
dapat menyebabkan kematian.
4. Perubahan (keratinasi) pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat
menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantung kemih, serta batu ginjal dan gangguan
kantung kemih.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSAKA

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrin/defisiensi-vitamin-a/etiologi

http://digilib.unmuhjember.ac.id/download.php?id=2651

Anda mungkin juga menyukai