Anda di halaman 1dari 19

Pengantar Gizi Masyarakat

Kekurangan
Vitamin A
(KVA)
Kelompok 3
IKM 3B
Anggota Kelompok

Attalya Zahra Berliani 102011133087 Erina Krisnawati 102011133093


Kusuma Dewi Mukti B 102011133088 Nida Zairina 102011133094
Aurel Artamevia E. E. S. 102011133089 Asri Nur’aina ‘Izzani 102011133095
Hanuun Maharani 102011133090 Dio Kresna Hermawan 102011133096
Naumi Salsabilla P 102011133091 Maurilla Shafira Putri 102011133097
Chofifah Ayu K. 102011133092
Outline Pembahasan

Pengertian KVA Penyebab internal dan Patofisiologi KVA


eksternal KVA

Kelompok risiko KVA Epidemiologi KVA Akibat terjadinya KVA


Outline Pembahasan

Tanda klinis KVA Tanda biokimia terkait Defisiensi Makronutrien


KVA
dan Mikronutrien akibat
KVA

Pencegahan dan Kesimpulan


penanggulangan KVA
Pengertian KVA
Kekurangan vitamin A merupakan keadaan dimana
simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang.

Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun


senja. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya
kadar serum retinol dalam darah. Pada tahap selanjutnya
terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh seperti
paru–paru, usus, kulit dan mata. Gambaran kekurangan
vitamin A yang khas dapat langsung terlihat pada mata.
Penyebab Internal dan Eksternal KVA
a. Penyebab Internal
● Adanya penyakit bawaan seperti ISPA dan campak
● Proses penyerapan tubuh terganggu karena diare, rendahnya lemak,
protein dan zinc
b. Penyebab Eksternal
● Ekonomi yang rendah sehingga tidak mampu membeli makanan bergizi
● Kondisi lingkungan yang tidak sehat dan kumuh
● Kurangnya pendidikan mengenai pentingnya menjaga keseimbangan
vitamin A dalam tubuh oleh pihak puskesmas setempat
Patofisiologi KVA
Vitamin A sangat penting untuk sintesis pigmen sel-sel retina yang fotosensitif.
Vitamin A berperan dalam fungsi penglihatan normal pada cahaya remang. Pada
retina mata, bentuk vitamin A yang didapat dari darah dioksidasi menjadi retinal.
Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk visual merah-ungu
(visual purple) atau rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus retina mata yang
dinamakan rod. Bila cahaya mengenai retina, pigmen visual merah-ungu ini
berubah menjadi kuning dan retina dipisahkan dari opsin. Pada saat itu terjadi
rangsangan elektrokimia yang merambat ke sepanjang saraf mata ke otak yang
mengakibatkan terbentuknya suatu bayangan visual.
Patofisiologi KVA
Selama proses ini, sebagian vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah menjadi
retinol. Jumlah retinol dalam darah menentukan kecepatan pembentukan rodopsin.
Dalam keadaan defisiensi vitamin A terjadi hambatan dalam sekresi RBP (Retinol
Binding Protein), sedangkan pada defisiensi protein terdapat gangguan sintesis RBP.
Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan salah satunya apabila kita
memasuki ruangan gelap setelah berasal dari ruangan yang terang. Mata
membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi. Kecepatan mata beradaptasi setelah
terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan jumlah vitamin A yang tersedia
dalam darah untuk membentuk rodopsin. Tanda pertama kekurangan vitamin A
adalah rabun senja.
Kelompok Risiko KVA
● Bayi dan Balita
● Anak-anak usia sekolah
● Remaja
● Ibu hamil dan menyusui
Epidemiologi KVA
KVA umumnya terjadi pada negara berkembang. Menurut data WHO setidaknya ada
3-10 juta anak menderita xeroftalmia dan 250 - 500 ribu mengalami kebutaan setiap
tahunnya. Tahun 1960, 82% pasien buta adalah bayi, akibat kekurangan Vitamin A. Anak-anak
memiliki resiko 30-40% lebih besar mengalami kematian akibat kurang Vitamin A. Mereka
yang mengalami KVA memiliki resiko lebih besar mengalami diare, ISPA, dan campak serta ibu
hamil yang menderita KVA akan melahirkan bayi yang memiliki cadangan Vitamin A terbatas.

Pemerintah sudah sudah memulai program pemenuhan Vitamin A sejak tahun 1970.
Sehingga, tahun 1992 KVA sudah tidak lagi menjadi permasalahan kesehatan masyarakat.
Namun, pada tahun 1998 masalah KVA muncul kembali akibat daerah kumuh perkotaan.
Program pemberian kapsul Vitamin A kembali dilakukan sehingga angka KVA kembali
menurun.
Akibat terjadinya KVA
● Buta Senja
● Mata Rabun
● Mata kering akibat kelenjar mata yang kurang memproduksi air mata
● Kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terinfeksi penyakit
● Perubahan pada kulit menjadi lebih kasar, folikel rambut kasar,
mengeras dan mengalami hiperkeratosis
● Gangguan pertumbuhan
● Menurunkan nafsu makan
Tanda Klinis KVA
● Buta senja
● Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (Bitot’s Spot)
● Xerosis Kornea (X2)
● Keratomalasia dan Ulcus Kornea
● Xeroftalmia Scar (XS)
Tanda Biokimia Terkait KVA
Serum retinol menggambarkan status vitamin A hanya ketika
cadangan vitamin A dalam hati kurang dari 0,07 mol/g hati atau lebih dari
1,05 mol/g hati. Kadar plasma retinol akan menggambarkan konsentrasi
status vitamin A ketika cadangan tubuh terbatas karena konsentrasi serum
retinol terkontrol secara homeostasis dan tidak akan turun hingga
cadangan tubuh benar-benar menurun. Faktor yang memengaruhi kadar
plasma retinol antara lain umur, jenis kelamin, dan ras.
Defisiensi Makronutrien dan Mikronutrien
yang dapat terjadi akibat KVA
● Defisiensi mikronutrien zat besi

KVA menyebabkan terganggunya transportasi zat besi dari hati ke jaringan


lainnya, serta terganggunya penggabungan zat besi ke dalam eritrosit sehingga
metabolisme zat besi dalam tubuh tidak akan optimal.

● Defisiensi makronutrien protein

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan


akibat terganggunya proses sintesis protein sehingga terjadi defisiensi makronutrien
protein.
Pencegahan dan Penanggulangan KVA
● Pemberian suplementasi kapsul vitamin A
● Sosialisasi vitamin A melalui pendidikan gizi
● Fortifikasi vitamin A pada makanan
- Mandatory fortification
- Voluntary fortification
● Biofortifikasi
Kesimpulan
KVA adalah keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang yang dapat
disebabkan oleh penyebab internal seperti adanya penyakit bawaan dan penyebab eksternal
seperti kondisi lingkungan. Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja. Gejala tersebut
juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol dalam darah. Pada tahap selanjutnya
terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh seperti paru–paru, usus, kulit dan mata.
Gambaran kekurangan vitamin A yang khas dapat langsung terlihat pada mata.
Terdapat beberapa kelompok resiko kekurangan vitamin A yaitu bayi dan balita, anak usia
sekolah, remaja serta ibu hamil dan menyusui. Adapun upaya pencegahan dan upaya
penanggulan KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup bagi tubuh. Di Indonesia, intervensi
penanggulangannya sudah dilakukan sejak tahun 1970 diantaranya, dengan memberikan
suplementasi kapsul vitamin A, sosialisasi vitamin A melalui pendidikan gizi, fortifikasi vitamin A
pada makanan, dan biofortifikasi.
RESOURCES
Adriani, M dan Wijatmadi, B. 2016. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Azrimaidaliza. 2018. “Epidemiologi KVA (Vitamin A Deficiency Epidemiology)”. Diambil dari
https://anzdoc.com/download/epidemiologi-kva-vitamin-a-deficiency-epidemiology.html. Diakses pada 13
Oktober 2021.
DEFISIENSI/KEKURANGAN VITAMIN A (KVA) Definisi Defisiensi (online).
https://studylibid.com/doc/312932/defisiensi-kekurangan-vitamin-a--kva--definisi-defisiensi. Diakses pada
16 Oktober 2021.
GRAIN and Solidaritas Perempuan. 2019. “Apa yang salah dari tanaman biofortifikasi? Pertarungan untuk solusi
gizi buruk yang sejati telah dimulai”. Diakses pada 15 Oktober 2021.
Herman, S. 2007. “Masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan Prospek Penanggulangannya”. Media Litbang Kesehatan.
17(4). 40-44.
Jus’at, Idrus, dkk. 2013. “Hubungan Kekurangan Vitamin A dengan Anemia pada Anak Usia Sekolah”. Gizi Indon.
36(1). 65-74.
Kajian IAD Ilmagi. 2020. “Fortifikasi dan Biofortifikasi”. https://www.ilmagiindonesia
.org/fortifikasi-dan-biofortikasi/. Diakses pada 15 Oktober 2021.
RESOURCES
Kemenkes RI. 2016. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bulan Kapsul Vitamin A Terintegrasi Program Kecacingan dan Crash
Program Campak. Diakses pada 15 Oktober 2021.
Kementerian Sekretariat Negara RI. 2021. “Fortification, One of the Backbones for Stunting
Prevention”.https://stunting.go.id/en/fortification-one-of-the-backbones-for-stunting-prevention/. Diakses pada 15
Oktober 2021.
KFI. “Voluntary and Mandatory Fortification”. https://kfindonesia.org/en/highlight
-on-food-fortification-2/voluntary-and-mandatory-fortification/. Diakses pada 15 Oktober 2021.
OCW UI. Faktor Risiko KVA (online). https://ocw.ui.ac.id. Diakses pada 16 Oktober 2021.

Permaesih, D. 2014. Penilaian Status Vitamin A Secara Biokimia. Gizi Indon. 31(2): 92-97.

PPID Kota Probolinggo. 2015. “Pencegahan Kekurangan Vitamin A”.


http://ppid.probolinggokota.go.id/pencegahan-kekurangan-vitamin-a/. Diakses pada 15 Oktober 2021.
Pratiwi, Yunita Satya. 2013. “Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Infeksi”. The Indonesia Journal of Health Science. Vol. 3, No. 2,
207-210.
Ridwan, E. 2012. “Kajian Interaksi Zat Besi dengan Zat Gizi Mikro Lain dalam Suplementasi”. Penel Gizi Makan. 35(1). 49-54.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai