Anda di halaman 1dari 25

DESAIN EPIDEMIOLOGI

GIZI

Albiner Siagian
Penelitian epidemilogi gizi dapat dibagi
menjadi dua kelompok:

• penelitian epidemiologi gizi pada tingkat


individu
• penelitian epidemiologi gizi pada tingkat
populasi
• Penelitian epidemiologi gizi pada tingkat
individu menjawab pertanyaan bagaimana
kaitan antara gizi dan timbulnya penyakit
pada tingkat individual.
• Rancangan penelitian epidemiologi untuk
ini adalah potong-lintang, kasus-kontrol,
cohort, dan uji klinis (clinical trial).
• Jika unit pengamatannya adalah populasi,
biasanya berdasarkan geografi, penelitiannya
disebut epidemiologi gizi pada tingkat
populasi.
• Penelitian ini dikenal sebagai studi ekologis.
Penelitian ini disebut juga studi korelasi.
Berdasarkan ada/tidaknya kendali/perlakuan
terhadap subjek, yang dilakukan oleh
peneliti, penelitian epidemiologi dapat
dibagi:
•penelitian eskperimental
•penelitian observasional (non-
eksperimental)
Perbedaan antara jenis penelitian ini adalah
bahwa pada penelitian eskperimental, paparan
diberikan ke subjek oleh peneliti, sementara
pada studi observasional peneliti tidak memiliki
kendali atas bagaimana subjek terpapar
Eksperimen
• Eksperimen adalah sekumpulan pengamatan,
yang dilakukan di bawah kondisi yang
terkendali, pada mana peneliti memanipulasi
kondisi untuk memastikan bahwa efek yang
diamati adalah akibat dari manipulasi yang
dibuat.
• Manipulasi yang dilakukan, atau disebut juga
sebagai perlakuan, dapat bermacam-macam,
seperti diet rendah kalori, pemberian
suplemen vitamin, dan pemberian diet
dengan takaran yang berbeda.
Penelitian observasional
• Pada penelitian observasional, peneliti hanya
mengamati fenomena atau keadaan yang terjadi.
Keadaan ini bukan merupakan hasil dari campur
tangan peneliti.
• Contoh, peneliti ingin meneliti pola makan
penderita DM tipe-2 pd orang lanjut usia. Peneliti
tidak turut campur atas pola makan dan keadaan
penyakit subjek. Peneliti hanya mengobservasi bgm
pola makannya dan bgm keadaan penyakitnya.
Bandingkan kalau peneliti memodifikasi diet
penderita DM tipe-2 dan kemudian melihat efeknya
pada kadar gula darah postprandial.
• Kadang kala, studi non-eksperimental dapat
berasal dari ‘eksperimen alami’, ketika
paparan, secara alamiah, hanya terjadi pada
kelompok tertentu.
• Contohnya adalah kasus beri-beri di
Indonesia. Dahulu, secara kultural, masyarakat
Indonesia pada umumnya mengonsumsi beras
putih drpd beras coklat. Akibatnya, penyakit
beri-beri banyak ditemukan di Indonesia.
• Secara umum, penelitian eksperimental
menghasilkan fakta yang paling kuat untuk
efek paparan terhadap outcome.
• Namun, tidaklah etis (tidak diperbolehkan)
untuk menjalankan penelitian eksperimental
jika paparan yang akan diberikan diketahui
berbahaya. Dalam keadaan ini penelitian non-
eksperimental adalah pilihan yang tepat.
Dalam penelitian observasional peneliti dapat
mengekspoitasi ‘eksperimen alami’ di mana
paparan dibatasi pada satu kelompok dalam
masyarakat dibandingkan dengan kelompok
lain—sebagai contoh, membandingkan antara
kelompok vegetarian yang memantangkan
daging dan yang memiliki pola diet yang
berbeda dibandingkan dengan omnivora.
• Antar penelitian observasional, perbedaan pokok
desain penelitian berkaitan dengan dengan waktu
kapan paparan dan outcome diukur/dinilai.
• Penelitian potong lintang (cross-sectional study)
mengukur baik paparan maupun outcome pada
saat sekarang dan pada titik waktu yang sama.
• Pada penelitian kasus kontrol (case-control study)
paparan diukur pada saat sekarang dan paparan
saat yang lalu dinilai. Dalam penelitian cohort
(cohort study) paparan diukur saat sekarang dan
outcome diukur di kemudian hari.
• Penelitian ekperimental mengukur paparan
pada saat sekarang, memodifikasi paparan,
dan kemudian menilai efek dari modifikasi
paparan ini pada outcome di kemudian hari.
• Ada dua desain yang mendominasi desain
eksperimen, yaitu uji acak terkendali
(randomized controlled trial) dan desain
saling-silang (cross-over design).
Desain Acak Terkendali
• Pada desain acak terkendali, subjek
ditempatkan secara acak, baik ke kelompok
terpapar maupun ke kelompok tidak
perlakuan, atau lazim disebut sebagai
kelompok perlakuan dan kelompok placebo.
• Placebo adalah substansi yang tidak dapat
dibedakan dari bahan yang diberikan
(perlakuan), sehingga subjek merasa
diperlakukan sama. Salah satu tujuannya
adalah untuk mengurangi bias.
Contoh:
Pada penelitian untuk mengetahui efek
pemberian vitamin antioksidan (vitamin A dan
E) pada pencegahan kanker paru. Kelompok A
menerima vitamin A pada dosis tertentu,
kelompok B vitamin E, kelompok C mnerima
vitamin A dan E dalam bentuk kapsul, dan
kelompok D (placebo) menerima kapsul yang
menyerupai kapsul vitamin akan tetapi tidak
mengandung baik vitamin E maupun vitamin
E.
Desain saling-silang
• Desain saling-silang pada dasarnya adalah
pengulangan perlakuan. Semua subjek menerima
paparan, baik perlakuan maupun placebo pada
periode waktu yang setara. Sebagai contoh,
kelompok A menerima kapsul vitamin A dan
kelompok B menerima placebo, masing-masing
selama satu bulan.
• Kemudian, setelah kurun waktu tertentu, misalnya
satu minggu (washout period), penerima perlakuan
dipertukarkan. Kelompok yang tadinya menerima
vitamin A menjadi menerima placebo dan
sebaliknya. Selanjutnya pemberian dilakukan
selama satu bulan.
Single- and doubble blinded
randomized controlled trial
• Ada kalanya peneliti atau subjek tidak
mengetahui perlakuan apa yang diberikan dan
kepada siapa diberikan. Kalau hanya peneliti yang
mengetahui perlakuan yang diberikan (subjek
tidak mengetahui perlakuan apa yang diterima),
desain yang seperti ini disebut sebagai uji acak
terkendali buta-tunggal (single-blind randomized
controlled trial).
• Sementara itu, apabila baik peneliti maupun
subjek tidak mengetahui perlakuan itu diberikan
kepada siapa, maka desainnya disebut uji acak
terkendali buta-ganda (doubble-bind randomized
controlled trial)
• Pada desain quasi-eksperimen, pemberian
paparan dikendalikan oleh peneliti, tetapi
subjek tidak dialokasikan secara acak
terhadap kelompok perlakuannya.
• Quasi-eskperimen kadang-kadang disebut
uji intervensi.
• Ketika efek dari hanya satu perlakuan (misalnya
pemberian zat gizimikro) dibandingkan dengan
efek placebo, eksperimen ini disebut uji tunggal
(single trial).
• Sementara itu, apabila efek dari beberapa
perlakuan (misalnya pemberian beberapa zat
gizimikro) dibandingkan dengan efek placebo,
eksperimennya disebut uji ganda atau uji faktorial
(multiple trial).
• Dalam desain faktorial 2x2, misalnya, dua
perlakuan dievaluasi secara simultan dengan
membentuk empat kelompok perlakuan
(perlakuan A, B, A dan B, dan placebo).
• Beberapa uji teracak (randomized trial)
dikenal sebagai uji pencegahan primer
(primary prevention trials) dan yang lainnya
disebut sebagai uji pencegahan sekunder
(secondary prevention trials).
• Uji pencegahan primer adalah eksperimen
yang dilakukan kepada subjek yang sehat
dengan tujuan untuk pencegahan penyakit.
Uji pencegahan primer disebut juga uji
lapangan (field trial)
• Uji pencegahan sekunder dilakukan pada
subjek yang telah menderita penyakit
tertentu. Mereka ditempatkan secara acak
kepada kelompok perlakuan tertentu atau
placebo.
• Tujuannya adalah untuk mencegah efek
lebih lanjut/berat dari penyakit tersebut.
• Pilihan desain penelitian sering dipengaruhi oleh
alasan pragmatis seperti biaya dan kelayakan
(Tabel 5.1). Alasan pragmatis ini seharusnya tidak
menjadi penentu pemilihan desain penelitian.
• Secara optimal, peneliti harus mengklarifikasi
tujuan penelitian, kemudian memutuskan cara
yang paling baik untuk melakukan penelitian.
• Pada tingkatan ini, peneliti biasanya harus
membuat keputusan tentang sejauhmana dia
bersiap untuk penyimpangan dari keadaan ideal.
Jika penelitian tidak bisa menjawab pertanyaan
penelitian secara memadai, lebih baik untuk tidak
melaksanakan penelitian.
Rangkuman Desain Penelitian yang Digunakan
dalam Penelitian Epidemiologi Gizi

Kelompok Pengamatan
Desain Penelitian
Populasi Perorangan
Eksperimental Penelitian community trial atau  Clinical trial (therapeutic atau
intervensi masyarakat secondary or tertiary prevention)
 Filed trials (primary prevention)
 Penelitian intervensi lapangan (field
intervention study)
Observasional Studi ekologis (Ecological studies)  Penelitian potong-lintang
(prevalensi)
 Penelitian kasus-kontrol (referent)
 Penelitian Cohort (longitudinal)
Kekuatan Inferensi Kausal pada Desain
Penelitian yang Berbeda

Desain penelitian Kekuatan inferensi


kausal
Studi ekologis Sangat lemah
Penelitian potong-lintan Lemah
Penelitian kasus-kontrol Kurang lemah
Penelitian cohort Lebih kuat
Eksperimental—studi intervensi Lebih kuat
komunitas Paling kuat
Eksperimentak—clinical atau field
trial

Anda mungkin juga menyukai