Anda di halaman 1dari 5

KESIMPULAN MATERI

PERAN TENAGA GIZI DALAM KEDARURATAN BENCANA

AI LASTRI LESTARI

P2.06.31.1.18.002

Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana ditujukan untuk menjamin


terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi korban akibat bencana dan pengungsi sesuai
dengan standar minimal. Secara khusus, upaya ini ditujukan untuk memastikan:

 Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban bencana dan pengungsi sesuai


standar minimal;
 Terpenuhinya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular bagi korban
bencana dan pengungsi sesuai standar minimal;
 Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana dan pengungsi
sesuai standar minimal;
 Terpenuhinya kesehatan lingkungan bagi korban bencana dan pengungsi
sesuai standar minimal; serta
 Terpenuhinya kebutuhan papan dan sandang bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal. Dalam upaya memaksimalkan peran.

Standar minimal yang harus dipenuhi meliputi berbagai aspek:

1. Pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan


reprodukse dan kesehatan jiwa3 • Terkait dengan sarana pelayanan kesehatan, satu
Pusat Kesehatan pengungsi idealnya digunakan untuk melayani 20.000 orang,
sedangkan satu Rumah Sakit untuk 200.000 sasaran. Penyediaan pelayanan kesehatan
juga dapat memanfaatkan partisipasi Rumah Sakit Swasta, Balai Pengobatan Swasta,
LSM lokal maupun intemasional yang terkait dengan bidang kesehatan.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, seperti vaksinasi, penanganan
masalah umum kesehatan di pengungsian, manajemen kasus, surveilans dan
ketenagaan. Berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM), Kementerian Kesehatan
telah menetapkan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan untuk penanganan 10.000-
20.000 pengungsi, terdiri dari: pekerja kesehatan lingkungan (10-20 orang), bidan (5-
10 orang), dokter ( 1 orang), paramedis ( 4-5 orang), asisten apoteker ( 1 orang),
teknisi laboratorium ( 1 orang), pembantu umum (5-1 0 orang), pengawas sanitasi (2-
4 orang), asisten pengawas sanitasi (10- 20 orang).
3. Gizi dan pangan, termasuk penanggulangan masalah gizi di pengungsian,
surveilans gizi, kualitas dan keamanan pangan. Identifikasi perlu dilakukan secepat
mungkin untuk mengetahui sasaran pelayanan, seperti jumlah pengungsi, jenis
kelamin, umur dan kelompok rentan (balita, ibu hamil, ibu menyusui, lanjut usia).
Data tersebut penting diperoleh, misalnya untuk mengetahui kebutuhan bahan
makanan pada tahap penyelamatan dan merencanakan tahapan surveilans berikutnya.
Selain itu, pengelolaan bantuan pangan perlu melibatkan wakil masyarakat korban
bencana, termasuk kaum perempuan, untuk memastikan kebutuhankebutuhan dasar
korban bencana terpenuhi.

Peran petugas kesehatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam penanganan korban
pada saat terjadi bencana, masa tanggap darurat dan masa rehabilitasi memegang peranan
penting dalam membantu masyarakat untuk bertahan hidup dan menjalani proses pemulihan
dari dampak bencana. Pembelajaran tentang penanganan masalah kesehatan korban gempa di
Kabupaten Bantul ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan manajemen
bencana di wilayah rawan bencana lainnya di Indonesia.Kondisi darurat, tenaga kesehatan
diperlukan untuk menanggulangi dampak dari bencana alam. Ahli gizi merupakan salah satu
bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam setiap tahapan bencana,
terutama di bidang gizi. Ibu, anak, dan lansia merupakan kelompok usia yang paling rentan
mengalami masalah gizi kurang, sebagai dampak dari sebuah bencana.

Permasalahan gizi yang biasanya timbul pada bencana alam yang terjadi adalah gizi
kurang pada kelompok usia bayi dan balita yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
dikarenakan anak tersebut terpisah dari ibunya saat bencana alam terjadi.

Semakin memburuknya status gizi di sekelompok masyarakat dikarenakan bantuan


makanan yang sering terlambat dan terbatasnya ketersediaan pangan di lokasi pengungsian
dapat memperburuk kondisi yang ada. Terbatasnya ketersediaan pangan dapat diakibatkan
karena adanya bantuan pangan yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa. Makanan
yang tidak disertai label yang jelas atau tidak ada keterangan halal sehingga pengungsi tidak
dapat mengkonsumsi makanan tersebut.

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun


penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan
penanggulannya melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Penangan gizi darurat pada saat bencana menjadi prioritas pertama dimana layanan
pangan dan gizi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dalam penanganan
kedaruratan. Penanganan gizi penting dalam situasi darurat, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :

1. Keterbatasan di pengungsian (pangan,pelayanan kesehatan, shelter, sanitasi, air


bersih)
2. Bantuan makanan (gizi) merupakan salah satu bentuk bantuan untuk penyelamatan
korban ( untuk mempertahankan status gizi)
3. Untuk optimalisasi bantuan gizi, perlu penangan gizi yang sesuai sehingga perlu
surveilans gizi.

Tujuan umum penangan masalah gizi pada saat kondisi darurat adalah meningkatkan
dan mencegah memburuknya status gizi pengungsi. Sedangkan, tujuan spesifik dari
penanganan masalah gizi pada kondisi darurat adalah untuk memantau perkembangan status
gizi pengungsi, terciptanya kondisi kerjasama lintas sektor dan terjadinya penyelenggaraan
program penanganan gizi.

Peran ahli gizi dalam kedaruratan bencana antara lain :

1. Bertanggung jawab pada perencanaan menu yang simple namun bermanfaat, dengan
mempertimbangkan ketersediaan bahan makanan, air, bahan bakar (gas, listrik) dan
personel.
2. Menyelenggarakan intervensi gizi berdasarkan tingkat kedaruratan dengan
memperhatikan prevalensi, keadaaan penyakit, ketersediaan sumber daya, kebijakan
yang ada, kondisi penanggulangan, serta latar belakang social budaya.
3. Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan jumlah pengungsi,
keadaan status gizi, dan kesehatan.
4. Membagi tugas tugas ada setiap area, misalnya persiapan, distribusi dan penyajian,
serta menunjuk satu orang sebagai koordinatornya.
5. Berkoordinasi dengan tenaga lainnya untuj mewujudkan system pelayanan kesehatan
yang efektif melalui koordinasi lintas program, lintas sektoral, LSM, dan ormas dalam
penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap.
6. Melaksanakan profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsu
melalui orientasi dan pelatihan dengan pemberdayaan pengungsi di bidang
pemenuhan kebutuhan pangan.
REFERENSI

 Bahan ajar peran tenaga gizi


 Pedoman koordinasi penanggulangan bencana dilapangan.PDF
 Permasalahan kesehatan dalam kondisi bencana : peran petugas kesehatan dan
partisifasi masyarakat.PDF

Anda mungkin juga menyukai