AI LASTRI LESTARI
P2.06.31.1.18.002
Peran petugas kesehatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam penanganan korban
pada saat terjadi bencana, masa tanggap darurat dan masa rehabilitasi memegang peranan
penting dalam membantu masyarakat untuk bertahan hidup dan menjalani proses pemulihan
dari dampak bencana. Pembelajaran tentang penanganan masalah kesehatan korban gempa di
Kabupaten Bantul ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan manajemen
bencana di wilayah rawan bencana lainnya di Indonesia.Kondisi darurat, tenaga kesehatan
diperlukan untuk menanggulangi dampak dari bencana alam. Ahli gizi merupakan salah satu
bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam setiap tahapan bencana,
terutama di bidang gizi. Ibu, anak, dan lansia merupakan kelompok usia yang paling rentan
mengalami masalah gizi kurang, sebagai dampak dari sebuah bencana.
Permasalahan gizi yang biasanya timbul pada bencana alam yang terjadi adalah gizi
kurang pada kelompok usia bayi dan balita yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
dikarenakan anak tersebut terpisah dari ibunya saat bencana alam terjadi.
Penangan gizi darurat pada saat bencana menjadi prioritas pertama dimana layanan
pangan dan gizi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dalam penanganan
kedaruratan. Penanganan gizi penting dalam situasi darurat, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
Tujuan umum penangan masalah gizi pada saat kondisi darurat adalah meningkatkan
dan mencegah memburuknya status gizi pengungsi. Sedangkan, tujuan spesifik dari
penanganan masalah gizi pada kondisi darurat adalah untuk memantau perkembangan status
gizi pengungsi, terciptanya kondisi kerjasama lintas sektor dan terjadinya penyelenggaraan
program penanganan gizi.
1. Bertanggung jawab pada perencanaan menu yang simple namun bermanfaat, dengan
mempertimbangkan ketersediaan bahan makanan, air, bahan bakar (gas, listrik) dan
personel.
2. Menyelenggarakan intervensi gizi berdasarkan tingkat kedaruratan dengan
memperhatikan prevalensi, keadaaan penyakit, ketersediaan sumber daya, kebijakan
yang ada, kondisi penanggulangan, serta latar belakang social budaya.
3. Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan jumlah pengungsi,
keadaan status gizi, dan kesehatan.
4. Membagi tugas tugas ada setiap area, misalnya persiapan, distribusi dan penyajian,
serta menunjuk satu orang sebagai koordinatornya.
5. Berkoordinasi dengan tenaga lainnya untuj mewujudkan system pelayanan kesehatan
yang efektif melalui koordinasi lintas program, lintas sektoral, LSM, dan ormas dalam
penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap.
6. Melaksanakan profesionalisme tenaga lapangan untuk penanganan gizi pengungsu
melalui orientasi dan pelatihan dengan pemberdayaan pengungsi di bidang
pemenuhan kebutuhan pangan.
REFERENSI