Anda di halaman 1dari 23

PENYELENGGARAAN MAKANAN DARURAT

Bencana Banjarnegara

Disusun oleh:
Kelompok 8
Suci Rahma Manda Sari
Tri Oktariani Putri
Tria Erma Juliana
Vinny Aprio Mita
Tingkat:
III B

Dosen Pembimbing :
Susyani, SSiT, M.Kes

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Polteknik Kesehatan Palembang
Jurusan Gizi
2015
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaiakan makalah ini sebagai salah satu
tugas mata kuliah Penyelenggaraan Makanan Darurat pada semester ganjil ini. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah, kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat makalah ini.Kritik
dan saran sangat dibutuhkan demi perbaikan dimasa mendatang. Pada akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul . 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi ... 3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......


B. Rumusan Masalah .....
C. Tujuan ...

4
5
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi .....
B. Klasifikasi .....
C. Dampak Bencana Alam .

6
6
7

BAB III PEMBAHASAN


A. Kondisi Bencana alam ..
B. Dampak Bencana Alam Banjarnegara ...........
C. Bantuan terhadap Bencana Alam Banjarnegara ....
D. Intervensi untuk Meminimalisir Dampak Bencana Alam Banjarnegara..
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....

9
10
10
10
23

DAFTAR PUSTAKA 24

BAB I
3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh
gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan
biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda
manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda),
kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah alam juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban
umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak
akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.
Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
4

penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang
cukup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bencana alam?
2. Bagaimana kondisi banjarnegara setelah terjadi bencana alam tersebut?
3. Masalah apa sajakah yang timbul akibat bencana alam tersebut?
4. Bagaimana tindakan pemerintah terhadap kejadian tersebut?
5. Intervensi apa sajakah yang dapat dilakukan guna meminimalisir
dampak bencana alam tersebut?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi bencana alam
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kondisi banjarnegara
setelahterjadi bencana alam tersebut
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahamiMasalah apa sajakah
yang timbul akibat bencana alam tersebut
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahamiBagaimana tindakan
pemerintah terhadap kejadian tersebut
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Intervensi apa saja yang
dapat dilakukan guna meminimalisir dampak bencana alam tersebut

BAB II
5

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti
sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau
penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang
disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006).
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan
kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Sedangkan Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yangdisebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir,kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
B. Klasifikasi
Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari
dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam
geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang
disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam
klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung,
kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).
6

Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam,


walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi
gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik
tanah serta batuan dan sebagainya).
3. Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang
terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila
hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
C. Dampak Bencana Alam
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman
ini berhubungan dengan pernyataan: bencana muncul bila ancaman
bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan. Dengan demikian, aktivitas
alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa
ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah alam juga ditentang
karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada
bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam
bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga
tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang
berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani
tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah

tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika


diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Bencana berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai
hasil pembangunan ikut menjadi korban sehingga perlu adanya proses
membangun ulang. Kehidupan sehari-hari juga menjadi tersendat-sendat.
Siswa yang hampir menempuh ujian terpaksa berhenti bersekolah.
Kenyataan seperti ini berarti pula muncul kemungkinan kegagalan di masa
mendatang. Pemenuhan kebutuhan seharihari juga menjadi sulit padahal
penggantinya juga tidak bisa diharapkan segera ada.

BAB III
8

PEMBAHASAN
A. Kondisi Bencana Alam di Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, pada Jumat 12
Desember 2014 Tarikh Umum (TU) lalu diguyur hujan yang sangat deras
yang menyebabkan meluapnya Sungai Serayu, sungai utama di kabupaten
ini dan sempat menenggelamkan sejumlah rumah. Titik-titik tanah longsor
pun bermunculan di mana-mana di kabupaten ini.
Dusun ini berada di jalur jalan raya utama yang menghubungkan
Kota Banjarnegara dengan Leksana (ibu kota Kecamatan Karangkobar)
dan Dataran Tinggi Dieng. Terdapat sekitar 150 rumah di dusun ini. Desa
Sampang sendiri berpenduduk lebih dari 2.000 jiwa dengan 1.805 orang di
antaranya terdaftar sebagai pemilih dalam daftar pemilih tetap Pilpres
2014 lalu seperti dipublikasikan KPU (Komisi Pemilihan Umum).
Pada Jumat senja itu pada pukul 17:00 WIB Situasi di dusun
jemblung, desa sampang kecamatan karangkoba berubah dramatis.
Didahului suara mirip ledakan keras hingga dua kali, lereng sisi utara
Gunung Telagalele yang persis ada di hadapan dusun ini mendadak
longsor.Materialnya mengalir deras tak tertahankan ke kaki gunung.
Hampir segenap dusun beserta penduduknya kontan terkubur di bawah
timbunan lumpur tebal. Longsor dahsyat ini juga menimbun jalan raya
beserta kendaraan apa pun yang sedang melintasinya saat itu. Hanya dalam
lima menit, lansekap yang semula indah kini berubah menjadi timbunan
tanah yang mengerikan. Luas kawasan yang terkena hantaman longsor
dalam bencana dahsyat ini mencapai tak kurang dari 15 hektar dan
sebagian menyumbat Sungai Petir, salah satu anak Sungai Merawu dalam
DAS (daerah aliran sungai) Serayu.
Hingga Minggu 13 Desember 2014 TU, tim evakuasi yang kini
sudah beranggotakan lebih dari 2.000 orang dari segenap eksponen
relawan telah menemukan 42 jasad korban. Dari perkiraan 108 jasad yang
terkubur, maka masih ada 66 orang yang belum ditemukan. Ribuan
9

penduduk baik dari Desa Sampang maupun desa-desa sekitarnya telah


diungsikan ke tempat-tempat pengungsian sementara, seiring Bukit
Telagalele dan bukit-bukit lainnya di sini yang masih labil. Nama
Jemblung dan Sampang pun sontak menjadi episentrum perhatian hingga
skala nasional.Sejumlah korban luka-luka kini masih dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarnegara. Adapun warga yang selamat
mengungsi ke dusun-dusun sekitar 2038.
B. Dampak Bencana Alam di Banjarnegara
1. Jalur utama Banjarnegara-Karangkobar terputus
2. Memakan korban jiwa yang banyak yang harus dirawat dirumah sakit
umum daerah banjarnegara.
3. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal sehingga diungsikan ke
beberapa tempat didusun-dusun sekitar.
C. Bantuan Terhadap Kejadian Bencana Alam di Banjarnegara
1. Posko tanggap darurat banjarnegara akan terus memberikan bantuan
nasi bungkus untuk para penyintas dan relawan sampai beberapa hari
kedepan.
2. Memberikan beberapa selimut, dan pakaian untuk para pengungsi dan
relawan.
D. Intervensi

untuk

Meminimalisir

Dampak

Bencana

Alam

di

Banjarnegara
1. Intervensi pasca bencana
Intervensi gizi yang dilakukan dalam bencana alam ini adalah
dalam keadaan pasca bencana. Kegiatan penanganan gizi yang
dilakukan adalah melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai
bagian dari surveilans, untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan
(need assessment) dan melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai
tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh secara
terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public
10

health response)untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi


dan kesehatankorban bencana.
Sebelum melakukan hal tersebut data yang dikumpulkan
terlebih dahulu adalah :
Data kualitatif meliputi:
a. Akses ketersediaan pangan terutama bagi bayi dan anak
b. Kondisi lingkungan misalnya sumber air dan kualitas air bersih,
bahan bakar, sanitasi, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), perumahan,
fasilitas penyelenggaraan makanan
c. Dukungan pertolongan persalinan, pelayanan postnatal (ibu nifas
dan bayi neonatus) serta perawatan bayi dan anak
d. Faktor-faktor penghambat ibu menyusui bayi dan PMBA
e. Kapasitas dukungan potensial pemberian ASI Eksklusif dan MPASI (Kelompok Pendukung Ibu Menyusui, nakes terlatih, konselor
menyusui,

konselor

MP-ASI,

LSM

perempuan

yangberpengalaman)
f. Kebiasaan PMBA termasuk cara pemberiannya (cangkir/botol),
kebiasaan PMBA sebelum situasi bencana dan perubahannya
Data kuantitatif meliputi:
a. Jumlah bayi dan anak baduta dengan atau tanpa keluarga menurut
kelompok umur; 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan
b. Jumlah ibu menyusui yang sudah tidak menyusui lagi
c. Angka kesakitan dan kematian bayi dan anak di pengungsian
2. Kebutuhan mendesak
a. Untuk mendukung pemenuhan makanan siap saji di dapur umum,
diperlukan bantuan beras, bahan utama lauk dan sayur, bumbu
dapur, gula psir, minyak goreng dan mie instan. Setiap hari mereka
akan membagikan 5000 bungkus nasi. masih diperlukan juga air
mineral dan air bersih untuk keperluan minum dan MCK.

11

b. Kondisi cuaca yang terus berubah juga mempengaruhi kesehatan


para penyintas dan relawan, maka itu diperlukan bantuan
pelayanan kesehatan diposko-posko pengungsian.
c. Perlu diperhatikan juga keperluan untuk anak kecil dan balita
seperti biscuit untuk bayi, selimut, alas tidur, minyak kayu putih,
tampon untuk balita dan air panas untuk membuat makanan bayi
atau mandi.
d. Perlu disediakan juga pembalut wanita dan pembalut anak wanita
untuk mencukupi kebutuhan para penyintas wanita.
e. Perlu disediakan bantuan perlengkapan tidur seperti alas tidur,
selimut atau sarung dan keperluan mandi seperti handuk, sabun
madi, sikat gigi, pasta gigi dan ember.
f. Selain itu, untuk membantu proses pemakaman jenazah korban
tanah longsor , makan diperlukan bantuan kain kafan.
3. Pelaksanaan kegiatan gizi
Pada tahap tanggap darurat lanjut sudah terdapat informasi yang
lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti jumlah menurut
golongan umur dan jenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan
penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini
meliputi:
a. Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assessment
b.Pengupulan data antropometri balita (berat badan, panjang
badan/tinggi badan), ibu hamil, dan ibu menyusui (Lingkar Lengan
Atas)
c.Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD) dan
jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA <23,5 cm).
d.Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare, campak,
demam berdarah dan lain-lain. Informasi tentang proporsi status gizi
balita selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
modifikasi atau perbaikan penanganan gizi sesuai dengan tingkat
12

kedaruratan yang terjadi. Penentuan jenis kegiatan penanganan gizi


mempertimbangkan pula hasil dari surveilans penyakit. Hasil
analisis data antropometri dan faktor penyulit serta tindak lanjut atau
respon yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Situasi Serius (Serious Situation), jika prevalensi balita kurus
15% tanpa faktor penyulit atau 10- 14,9% dengan faktor penyulit.
Pada situasi ini semua korban bencana mendapat ransum dan seluruh
kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil diberikan makanan
tambahan (blanket supplementary feeding).
Situasi Berisiko (Risky Situation), jika prevalensi balita kurus 1014,9% tanpa faktor penyulit atau 5-9,9% dengan faktor penyulit.
Pada situasi ini kelompok rentan kurang gizi terutama balita kurus
dan ibu hamil risiko KEK diberikan makanan tambahan (targetted
supplementary feeding).
Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10% tanpa faktor
penyulit atau <5% dengan faktor penyulit maka dilakukan
penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan kesehatan rutin.
Apabila ditemukan balita sangat kurus dan atau terdapat tanda klinis
gizi buruk segera dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk
mendapat perawatan sesuai Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu dikoordinasikan
agar efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Penghitungan kebutuhan.
Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak
Penyusunan menu untuk kelompok rentan
Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan

sampai pendistribusian
e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan
susu formula bayi
f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi
pengungsi khususnya balita dan ibu hamil
g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi
13

h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan


konseling MP-ASI
i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan
tablet besi untuk ibu hamil);
4. Penanganan Gizi Kelompok Rentan
a. Penanganan Gizi Bayi 0-5 Bulan
1) Bayi tetap diberi ASI
2) Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak
dapatmemberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan
ibususu/donor, dengan persyaratan.
Permintaan
ibu
kandung

atau

keluarga

bayi

yangbersangkutan
Identitas agama dan alamat pendonor ASI diketahuidengan

jelas oleh keluarga bayi


Persetujuan pendonor

setelah

mengetahui

identitas

bayiyang di beri ASI


Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak
mempunyai indikasi medis
ASI donor tidak diperjualbelikan
3) Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor,
bayidiberikan

susu

formula

dengan

pengawasan

atau

didampingioleh petugas kesehatan.


b. Penanganan Gizi Anak Usia 6-23 Bulan
1) Baduta tetap diberi ASI
2) Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi makro,
pabrikan atau makanan lokal pada anak usia 6-23 bulan
3) Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum
umum yang mempunyai nilai gizi tinggi.
4) Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) bagi yang
berusia 6-11 bulan; dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU)
bagi anak berusia 12-59 bulan
5) Dapur umum sebaiknya menyediakan makanan untuk anak usia
6-23 bulan.
6) Air minum dalam kemasan diupayakan selalu tersedia di
tempat pengungsian
14

Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari


Untuk Anak 06-23 Bulan (1250 kkal)

Contoh Menu Hari I Hari V


Untuk Anak 06-23 Bulan (1250 kkal)
Waktu makan
Setiap waktu
Pagi

Selingan
Siang

Menu hari
III
ASI
Mi goring

I
ASI
Bubur beras

II
ASI
Nasi

IV
ASI
Nasi goring

V
ASI
Nasi

abon

Ikan kaleng

Campur

Abon

uduk

Saus tomat

daging

Perkedel

kaleng

Daging

Biscuit
Nasi

Buah kaleng
Nasi

Biscuit
Nasi

Buah kaleng
Nasi

kaleng
Biscuit
Nasi

Sup sayur

Tumis

Sup daging

Ikan sarden

Tim teri

kaleng dan

dendeng

kaleng

sambal

bumbu

teri

manis

goreng

tomat

c. Penanganan Gizi Anak Balita 24-59 Bulan


1) Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang penyiapannya
menggunakan air, penyimpanan yang tidak higienis, karena
berisiko terjadinya diare, infeksi dan keracunan.
2) Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian makanan
disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar menu

15

harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana


pengolahan makanan.
3) Pemberian kapsul vitamin A.
4) Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari
makanan keluarga yang tinggi energi, vitamin dan mineral.
Makanan pokok yang dapat diberikan seperti nasi, ubi,
singkong, jagung, lauk pauk, sayur dan buah. Bantuan pangan
yang dapat diberikan berupa makanan pokok, kacang-kacangan
dan minyak sayur.
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari
Untuk Anak 24-59 Bulan (1750 kkal)
Bahan

Jumlah

Pagi

makanan
Nasi penukar
Lauk penukar
Buah
Susu
Minyak
Gula
Multi vitamin

porsi (g)
3,25 P
3P
2P
2p
2,5 p
2p
-

p
1p
1p
p
2p
1 sachet

dan

mineral

Selingan

siang

Selingan

pagi
p
1p
p
-

p
1p
p
-

sore
p
1p
p
-

sore

malam

p
1p
p
-

1p
p
-

(1 g)

(taburia)

Contoh Menu Hari I Hari V


Untuk Anak 24-59 Bulan (1750 kkal)
Waktu
makan
Pagi

Selingan

Menu hari
III

II

IV

Bubur beras

Nasi

Abon

Ikan

Susu

saus tomat

daging

susu

kaleng

Biscuit

Buah kaleng

susu
Biscuit

Buah kaleng

Susu
Biscuit

Minuman

Minuman

Minuman

Minuman

Minuman

manis (teh, manis


sirup,
dll)

Mie goreng Nasi goreng


kaleng campur

Nasi uduk

Abon

Perkedel

Susu

daging
kaleng

(the, manis (the, manis (the, manis

jus, sirup, jus, dll)

sirup,
dll)

jus, sirup,
dll)

jus, sirup,

(the,
jus,

dll)

16

Siang

Nasi

Nasi uduk

Nasi

Nasi

Abon ikan

Sup

Tumis

kaleng tumis bumbu

jamurkaleng

Dendeng

bawang

santan

danteri

manis

Buah kaleng

Biscuit

Buah kaleng

Biscuit

Buah kaleng

Minuman

Minuman

Minuman

Minuman

Minuman

Ikan

Selingan

Nasi
tuna Daging kaleng

manis (the, manis


sirup,
Sore

(the, manis (the, manis (the, manis

jus, sirup, jus, dll)

sirup,

jus, sirup,

jus, sirup,

dll)
Nasi

Nasi

dll)
Nasi

dll)
Nasi

dll)
Nasi

Sup jamur

Tumis

Sup daging

Ikan sarden

Tim teri

kaleng dan

Dendeng

kaleng

bumbu

bumbu

teri

manis

Susu

sambal

tomat

Susu

Susu

goreng

Susu

(the,
jus,

Susu

Catatan:

Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya


bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah

belum dapat diperoleh


Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi

lebih besar
Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan

segar
Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan
selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore

dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar


Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng
seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti
dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-

kacangan
Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis
sayurannya
17

Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu


makanan anak

d. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui


Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi
sebanyak 300 kkal dan 17 g protein, sedangkan ibu menyusui perlu
penambahan energi 500 kkal dan 17 g protein. Pembagian porsi
menu makanan sehari dan contoh menu makanan untuk ibu hamil
dan ibu menyusui dapat dilihatpada tabel berikut:

Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Hamil dan Ibu
Menyusui (2200 kkal)
Bahan Makanan

Jumlah

Pagi

Selingan

Siang Selingan

Malam

Nasi atau bahan

Porsi (p)
6 p + 1p

1 p + 1/2

Pagi
1p

2p

Sore
p

1,5p + p

makanan penukar
Lauk Hewani atau

3p

p
1p

1p

1p

3p

1p

1p

1p

Penukar
Sayur atau bahan

3p

1p

1p

1p

makanan Penukar
Buah atau bahan

4p

1p

1p

1p

1p

makanan Penukar
Gula
Minyak
Susu

2p
5p
1p

1p
1,5 p
-

1p
-

1p
-

1p
-

1,5 p
1p

bahan makanan
Penukar
Lauk Nabati atau
bahan makanan

Keterangan: 1 porsi (p) nasi/penukar ditambahkan pada makanan ibu menyusui


dengan rincian tambahan .p pada makan pagi dan . p pada makan malam

18

Contoh Menu Hari I Hari V Untuk Ibu Hamil dan Ibu


Menyusui(2200 kkal)

Catatan:

Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan


makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh

Tablet Fe (folat) terus diberikan dan dikonsumsi

Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar

Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa


buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran
segar

Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada

Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan
kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar
ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan, sayuran dapatdipilih dari sayuran
yang tersedia, apapun jenis sayurannyaSelain itu ibu hamil dan ibu
menyusui perlu diberikan nasehat atauanjuran gizi dan kesehatan melalui
kegiatan konseling menyusui dankonseling MP-ASI serta pendistribusian
Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil.
e. Penanganan Gizi Lanjut Usia
Usia lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan
mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut
19

harusmemperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan


yangdisajikan dapat dihabiskan. Dalam kondisi tertentu, kelompok
usia lanjut dapat diberikan bubur atau biskuit.
5. Kebijakan Tentang Pemberian Makanan Bayi dalam Situasi
Darurat
a. Menyusui menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana
untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih bahan bakar dan
kesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yang
memadai.
b. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare,
kekurangan gizi dan kematian bayi.
c. Sumbangan susu formula dari donor, maka distribusi maupun
penggunaannya harus dimonitor oleh tenaga yang terlatih, sesuai
dengan beberapa prinsip di bawah ini:
d. Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas,
yaitu:
1) Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu,
dan relaktasi tidak memungkinkan. Diberikan hanya kepada
anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu, dll.
2) Bagi bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi bisa menyusui,
persediaan

susu

formula

harus

dijamin

selama

bayi

membutuhkannya.
3) Diusahakan agar pemberian susu formula dibawah supervisi
dan monitoring yang ketat oleh tenaga kesehatan terlatih.
4) Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi yang memadai
dan konseling tentang cara penyajian susu formula yang aman
dan praktek pemberian makan bayi yang tepat.
5) Hanya susu formula yang memenuhi standar

Codex

Alimentarius yang bisa diterima.


6) Sedapat mungkin susu formula yang diproduksi oleh pabrik
yang melanggar Kode Internasional Pemasaran Susu Formula
jangan/tidak diterima.
7) Jika ada pengecualian untuk butir di atas, pabrik tersebut sama
sekali tidak diperbolehkan mempromosikan susu formulanya.
20

8) Susu Kental Manis dan Susu cair tidak boleh diberikan kepada
bayi berumur kurang dari 12 bulan.
9) Susu formula diberi label dengan petunjuk yang jelas tentang
cara penyajian, masa kadaluwarsa minimal 1 tahun, dalam
bahasa yang dimengerti oleh ibu, pengasuh atau keluarga.
10) Botol dan dot tidak boleh di distribusikan dan tidak dianjurkan
untuk

digunakan.

Pemberian

susu

formula

hendaknya

menggunakan cangkir atau gelas.


11) Susu bubuk skim tidak boleh diberikan sebagai komoditas
tunggal atau sebagai bagian dari distribusi makanan secara
umum,

karena

dikhawatirkan

akan

digunakan

sebagai

pengganti ASI.
12) Untuk mengurangi bahaya pemberian susu formula, beberapa
hal di bawah ini sebisa mungkin dipenuhi:
a. Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan,
diberikan sabun untuk mencuci.
b. Alat yang bersih untuk membuat susu dan menyimpannya.
c. Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan
gunakan botol susu).
d. Bahan bakar dan

air

bersih

yang

cukup

(bila

memungkinkan gunakan air dalam kemasan).


e. Kunjungan ulang untuk perawatan tambahan dan konseling.
f. Lanjutkan promosi menyusui untuk menghindari
penggunaan susu formula bagi bayi yang ibunya masih bisa
menyusui.

BAB IV
PENUTUP
21

A. Kesimpulan
Bencana

adalah

peristiwa

atau

rangkaian

peristiwa

yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat


yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Dalam suatu pengungsian, harus dilaukan perlakuan yang berbeda
terhadap kelompok rentan, yaitu bayi/balita, ibu hamil, dan lansia.
Intervensi gizi yang dilakukan dalam bencana alam adalah dalam keadaan
pasca bencana. Kegiatan penanganan gizi yang dilakukan adalah
melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans,
untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment) dan
melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon
dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan
pelayanan

kesehatan

masyarakat

(public

health

response)untuk

meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan korban


bencana. Setiap kelompok umur, akan berbeda intervensi gizinya, terutama
kelompok rentan.

DAFTAR PUSTAKA

22

Longsor Dahsyat Jemblung dan Takdir Kebumian Banjarnegara. Kompasiana.


2014.

http://regional.kompasiana.com/2014/12/16/longsor-dahsyat-

jemblung-dantakdir-kebumian-banjarnegara-710641.html.Diakses
tanggal 6 januari 2015.
Longsor dibanjarnegara, belasan orang tewas.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/12/141213_indones
ia_longsor_banjarnegara. Diakses tanggal 6 januari 2015.
Karina charitas Indonesia.Respon jaringan charitas keuskupan.
http://www.karina.or.id/index.php/9-uncategorised/231-respon-longsorbanjarnegara. diakses tanggal 6 januari 2015.
http://www.academia.edu/4688215/DEFINISI_DAN_JENIS_BENCANA
diakses tanggal 7 januari 2015
Kemenkes RI. 2007. Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

23

Anda mungkin juga menyukai