Anda di halaman 1dari 36

Biodata

Nama : Ir. Barwik Sirait, M.Si., MPH


NIP : 19630910 198502 1002
Tempat Lahir : P. Siantar
Tanggal Lahir : 10 September 1963
Jabatan : Kabid. Bina Upaya Kesehatan dan Kefarmasian. Plt. Kabid. Bina
Struktural Sumberdaya Kesehatan dan Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan
Prov. Sultra
Jabatan Profesi : Ketua Dewan Pembina DPD Persagi Prov. Sultra
Riwayat : Sarjana Muda (B.Sc.) - Akademi Gizi, Depkes, Jakarta, 1984
Pendidikan Sarjana (Ir) Gizi Masyarakat, IPB, Bogor, 1992
S2- Administrasi Pembangunan, Pasca Sarjana Unhas, Makassar,
2002
S2 Community Health Development, Mahidol University,
Bangkok, Thailand, 2004
Status : Menikah
Isteri Deviajana Delly, SP,MARS
Anak 2 Orang
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI
ARAH KEBIJAKAN 2015 - 2019

6 Penguatan peran Linsek


dalam rangka intervensi
Peningkatan
1 sensitif dan spesifik
surveilans gizi
termasuk pemantauan
pertumbuhan
Penguatan
PERBAIKAN pelaksanaan 5
dan pengawasan
GIZI
Peningkatan promosi regulasi dan
perilaku masyarakat standar gizi
tentang kesehatan, 2
gizi, dll 4
Peningkatan peran
serta masyarakat
Peningkatan akses dalam perbaikan gizi
dan mutu paket
3
yankes dan gizi
GIZI DAN PELAYANAN
KESEHATAN BENCANA
Latar Belakang
Dampak bencana mengakibatkan terjadinya
kedaruratan di segala bidang termasuk
kedaruratan situasi masalah kesehatan dan gizi.
Dampak secara fisik : Rusaknya berbagai sarana
dan prasarana fisik seperti permukiman,
bangunan fasilitas pelayanan umum dan sarana
transportasi serta fasilitas umum lainnya
Dampak bencana terhadap kesehatan: Timbulnya
permasalahan kesehatan dan gizi.
Masalah Gizi Yang Timbul
Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada
bayi dan balita, bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu
(ASI) karena terpisah dari ibunya dan semakin
memburuknya status gizi kelompok masyarakat.
Bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta)
merupakan kelompok yang paling rentan dan
memerlukan penanganan gizi khusus
Risiko kematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang
menderita kekurangan gizi terutama apabila bayi dan
anak juga menderita kekurangan gizi mikro.
Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian
anak balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian
pada semua kelompok umur. Kematian terbesar terjadi
pada kelompok umur 0-6 bulan (WHOUNICEF, 2001)
Pelayanan Gizi di Lokasi dengan
Situasi Darurat
Pelayanan Gizi di Lokasi dengan Situasi Darurat diarahkan
untuk mempertahankan dan memulihkan serta meningkatkan
status gizi masyarakat di daerah bencana.
Pemenuhan gizi dalam situasi darurat dilakukan untuk
mencegah dan mengatasi terjadinya penurunan status gizi
secara cepat dan tepat.
Upaya penanganan gizi dalam situasi darurat dilakukan
terhadap masyarakat akibat korban bencana, masyarakat di
pengungsian, dan masyarakat di penampungan.
Upaya penanganan gizi dalam situasi darurat dilakukan
sampai dengan dikeluarkannya pernyataan selesainya situasi
darurat oleh kepala daerah.
Upaya penanganan gizi dalam situasi
bencana
Rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum
terjadinya bencana (pra bencana), pada situasi
bencana yang meliputi tahap tanggap darurat awal,
tahap tanggap darurat lanjut dan pasca bencana.
Kegiatan penanganan gizi pada tahap tanggap darurat
awal: Kegiatan pemberian makanan agar pengungsi
tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya.
Penanganan kegiatan gizi pada tahap tanggap darurat
lanjut: Untuk menanggulangi masalah gizi melalui
intervensi sesuai masalah gizi yang ada.
TUJUAN
UMUM KHUSUS

Penanggulangan bencana a. Terlaksananya kegiatan


mulai dari pra bencana, tanggap penanganan gizi pada pra
darurat dan pasca bencana secara bencana
cepat dan tepat untuk mencegah b. b. Terlaksananya pengelolaan
terjadinya penurunan status gizi penyelenggaraan makanan
korban bencana. pada situasi bencana
c. Menganalisis data hasil Rapid
Health Assessment (RHA)
kejadian bencana
d. Menganalisis data status gizi
balita dan ibu hamil korban
bencana.
e. Melaksanakan pemantauan dan
evaluasi pasca bencana
RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA

Penanganan gizi pada pra bencana:


Kegiatan antisipasi terjadinya bencana dan
mengurangi risiko dampak bencana, seperti
manajemen gizi bencana, penyusunan rencana
kontinjensi kegiatan gizi, konseling menyusui,
konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI), pengumpulan data awal daerah rentan bencana,
penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis
dan pendampingan kepada petugas terkait dengan
manajemen gizi bencana dan berbagai kegiatan
terkait lainnya.
Penanganan Gizi Pada Darurat
Bencana
A. Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
B. Kegiatan penanganan gizi pada Tanggap Darurat Awal
adalah:
Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi
tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya
Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
Penanganan gizi pada fase II tanggap darurat :
Menghitung kebutuhan gizi:
Dihitung ransum pengungsi dengan memperhitungkan setiap
orang pengungsi membutuhkan 2.100 kkal, 50 g protein dan
40 g lemak, serta menyusun menu yang didasarkan pada
jenis bahan makanan yang tersedia.
Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum:
Tempat pengolahan, Sumber bahan makanan, Petugas
pelaksana, Penyimpanan bahan makanan basah,
Penyimpanan bahan makanan kering, Cara mengolah, Cara
distribusi, Peralatan makan dan pengolahan, Tempat
pembuangan sampah sementara, Pengawasan
penyelenggaraan makanan dan Mendistribusikan makanan
siap saji
Pengawasan bantuan bahan makanan
Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara
bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk bayi dan
anak
Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan
dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen
Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti
nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan
cara penyiapan dan target konsumen
Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti
nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara
penyiapan dan target konsumen

Jika terdapat bantuan makanan yang tidak memenuhi syarat-


syarat tersebut di atas, petugas harus segera melaporkan kepada
Koordinator Pelaksana
Penanganan Gizi Pada Tanggap Darurat Lanjut

a. A n a l i s i s f a k t o r penyulit berdasarkan hasil Rapid


Health Assessment (RHA).
b. Pengumpulan data antropometri balita (berat badan,
panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu
menyusui (Lingkar Lengan Atas).
c. Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-
2SD) dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK
(LILA<23,5 cm).
d. Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian
diare, campak, demam berdarah dan lain-lain.
e. Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan
suplemen gizi.
Kegiatan Penanganan Gizi Transisi darurat
Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat
disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada,
dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap
darurat

Kegiatan penanganan gizi pasca bencana


Melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans,
untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment) dan
melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon
dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan
pelayanan kesehatan masyarakat (public health response) untuk
meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan korban
bencana.
PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI
AKIBAT BENCANA
1.Penanganan gizi pada situasi bencana melibatkan lintas program dan lintas
sektor termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) nasional maupun
internasional.

2. Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu dikoordinasikan agar


efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut:
a. Penghitungan kebutuhan ransum;
b. Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak;
c. Penyusunan menu untuk kelompok rentan;
d. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai
pendistribusian;
e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu
formula bayi;
f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi
khususnya balita dan ibu hamil;
g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi;
h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan konseling MP-
ASI;
i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi
untuk ibu hamil);
Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi

Pra Bencana
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan penanganan
gizi dalam situasi bencana
b. Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana
(rencana kontinjensi)
c. Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugas
d. Terlaksananya pembinaan antisipasi bencana
e. Tersedianya data awal daerah bencana
Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi

Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut


a. Tersedianya data sasaran hasil RHA
b. Tersedianya standar ransum di daerah bencana
c. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
d. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U,
BB/TB dan TB/U)
e. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan
ibu menyusui (LiLA)
f. Terlaksananya konseling menyusui
g. Terlaksananya konseling MP-ASI
h. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di daerah
bencana
i. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana
j. Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu formula
Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi

Pasca Bencana
a. Terlaksananya pembinaan teknis pasca bencana
b. Terlaksananya pengumpulan data perkembangan
status gizi korban bencana.
c. Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment)
kegiatan gizi pasca bencana
Surveilans Gizi
Surveilans Gizi
Kegiatan pengamatan terhadap status gizi
agar pengambilan keputusan dan
penentuan kebijakan dan program dapat
terarah, terarah pada perbaikan gizi bagi
keluarga miskin

Pengumpulan informasi secara periodik


Analisis untuk digunakan sebagai bahan
pengambilan keputuan dalam pengelolaan
program gizi
Ruang lingkup surveilans gizi
Komponen informasi Komponen tindakan
informasi digunakan tindakan harus selalu
sebagai bahan berdasarkan informasi
pertimbangan/ yang ada
tindakan harus tepat waktu
berdasarkan
kebutuhan para
pengambil keputusan
Tujuan Surveilans Gizi
Menentukan status gizi penduduk dan pend yang
mempunyai resiko tanda,luas dan pasang
surutnya kejadian
Menyediakan informasi yang dpt digunakan untuk
analisa sebab dan faktor terkait
Menyediakan informasi bagi pemerintah untuk
menentukan prioritas.
Memberikan peramalan tentang perkembangan
masalah gizi y.a.d berdasarkan trend yang ada
Melakukan pemantauan program pangan dan gizi
serta menilai efektifitasnya
Kegiatan Surveilens
1. Penilaian Pendahuluan
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Dan Analisa Data
4. Penyajian Data
5. Penyebaran Luasan Hasil
PENILAIAN PENDAHULUAN
1. Tentukan jenis,tingkat luas/besar maslah dan waktu
terjadinya masalah pangan:
cadangan/ketersediaan makanan,makanan pokok
penduduk,pola konsumsi
2. Pengenalan & penggambaran kelompok khusus
yang mempunyai resiko biologis(kelompok
umur,jenis kelamin,status faal), situasi fisik (
pedesaan,perkotaan,daerah ekologi gurun,hutan
hujan,sumber pangan pertanian)
3. Sebab-sebab terjadinya masalah status gizi dan
faktor penyebabnya
PENGUMPULAN DATA
1.Sifat indikator yang digunakan :
sensitif,sederhana,fleksibel,cukup
mewakili,kecepatan,frekuensi tersedianya data, biaya
peristiwa,pengukuran,indikator,parameter

2.Sumber data/indikator
data yang dicatat rutin,yang selalu tersedia
data yang insedental yaitu yang dikumpulkan sewaktu
waktu
data tambahan yang diperoleh dari instansi terkait
sumber data,variabel
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Memahami kualitas data yang


dikumpulkan
Menarik kesimpulan
Melihat
kecenderungan,perbandingan,perban
dingan suatu kecenderungan
PENYAJIAN DATA
Teks gambaran variabel yang diuraikan
dalam bentuk tulisan
Tabel bila terdiri 2 variabel bisa tab.silang
Grafik membantu membaca mengerti
dengan cepat situasi masalah
Poligon menggambarkan proporsi maslah
yang ada
Spot Map membantu melihat distribusi
penyebaran masalah
PENYEBARAN LUASAN HASIL

Bermanfaat bila diinformasikan pada pihak-


pihak yang berkepentingan, spt kepala
Daerah, pengambil keputusan, pembuat
perencanaan
Sajikan dalam bahasa sederhana dan mudah
dipahami
Dapat dibuat dalam bentuk laporan tertulis,
presentasikan hasil pada pertemuan yang
ilmiah/rapat koordinasi, membuat tulisan
pada media massa
Langkah-langkah surveilans gizi
1. Tentukan besarnya masalah
penanggulangan besarnya angka
kejadian, besarnya angka kematian,apakah
bisa ditanggulangi/dicegah

2. Diskripsikan sistem surveilans yang akan


dikembangkan tujuan, masalah gizi yang
mana yang diamati, bagan alur dari sistem,
uraikan komponen operasional
Komponen Operasional
Siapa yang diamati
Dimana lokasi pengamatan
Bahan dan data apa yang akan dikumpulkan
Siapa yang memberi bahan/data tersebut
Bagaimana data tersebut akan diolah dan cara
pengolahannya
Siapa yang akan melakukan analisis data
Bagaimana cara menganalisis dan seberapa sering
dilakukan analisa
Informasi untuk siapa,bagaimana cara
menyampaikan hasil
3.Buat perencanan sumber
daya(tenaga,dana,sarana) yang
berperan mendukung sistem
surveilans keberlangsungan
sistem surveilans tsb.

4. Buat perencanaan untuk


tindakan monitoring dan
evaluasi dari sistem surveilans
serta kemungkinan untuk
memodifikasi sistem surveilans
untuk perkembangan lebih
lanjut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai