Anda di halaman 1dari 15

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA

BIOKIMIA

Oleh
Hindriyani T.
NIM. 072110101058
• Pemeriksaan biokimia memberikan hasil
yang lebih tepat & objektif.

• Pemeriksaan biokimia yang sering


digunakan adalah teknik pengukuran
kandungan berbagai zat gizi dan substansi
kimia lain dalam darah dan urine.

• Pemeriksaan biokimia hanya dapat


diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan.
PEMERIKSAAN BIOKIMIA ZAT GIZI
• Penilaian Status Zat Besi
Ada beberapa indikator untuk menentukan status besi yaitu
– Hemoglobin (Hb)
• Nilai normal Hb  pria : 14 – 18 gr/100ml
wanita : 12 – 16 gr/100ml
• Metode yang digunakan adalah metode sahli dan metode
cyanmethemoglobin.
– Hematokrit
• Nilai normal  pria : 40 – 45%
wanita : 37 – 47 %
• Penentuan hematokrit dilakukan secara duplikat dengan
menggunakan darah kapiler atau darah vena yang
diantikoagulasikan dengan EDTA.
– Serum besi
– Transferrin Saturation (TS)
• TS = kadar besi dalam serum x100%
TIBC
• Apabila TS > 16%  pembentukan sel-sel darah merah dalam
sumsum tulang berkurang dan keadaan ini disebut defisiensi
besi untuk eritropoiesis
– Free Erythrocyte Protophorphyrin (FEP)
– Serum Ferritin (SF)
Metode yang digunakan antara lain:
• Immunoradiometric assay (IRMA)
• Immuno assay (RIA)
• Enzyme-linked immuno assays (ELISA) yang tidak menggunakan
isotop, tetapi enzim
Keadaan normal rata-rata SF  laki-laki dewasa : 90µg/l
wanita dewasa : 30µg/l
– Serum Unsaturated Iron Binding Capacity (UIBC)
• Penilaian Status Protein
– Pemeriksaan biokimia terhadap status protein dibagi
dalam 2 bagian pokok yaitu penilaian somatic
protein dan visceral protein.
– Perbandingan somatic dan visceral dalam tubuh
antara 75% dan 25%.
– Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk
mengukur status protein.
– Penentuan serum ptotein dalam tubuh meliputi:
• Albumin
• Transferin
• Prealbumin
• Retinol binding protein (RBP)
• Insulin-like growth factor-1
• fibronectin
• Penilaian Status Vitamin
– Vitamin A
• Metode penentuan serum retinol
– Cara HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
– Penentuan kadar vitamin A cara kalorimetri dengan
pereaksi trifluoroasetat/ TFA
– Vitamin D
Pada pemeriksaaan biokimia penderita rakhitis ditemukan hasil
• Kadar kalsium serum normal atau lebih
• Kadar fosfor rendah
• Kadar fosfatase meninggi
• Kadar 25 (OH) vitamin D di bawah 4 mg/ml
– Vitamin E
Pada pemeriksaan biokimia seorang anak dikatakan memiliki
nilai normal vitamin E bila di dalam serum ≥ 0,7 mg.
– Vitamin C
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat
kolagen oleh fibroblast hingga merupakan
bagian dalam pembentukan zat intersel.
– Tiamin (B1)
– Riboflavin (B2)
urine 24 jam yang mengandung riboflavin
kurang dari 50 mg merupakan indikasi
adanya kekurangan vitamin B2 dan biasanya
sudah disertai gejala klinisnya.
– Niasin
– Vitamin B6
– Vitamin B12
• Penilaian Status Mineral
– Iodine
• Kebutuhan rata-rata per orang dewasa per hari sangat
sedkit yaitu 6,15 µg atau 160 µg.
• Selain palpasi, untuk mengetahui total goitre rate dapat
dilakukan pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan kadar
thyroid stimulating hormone dalam darah.
• Metode penentuan kadar yodium dalam urine dengan
menggunakan metode cerium.
– Zink
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar zink dalam plasma
adalah 12 – 17 mmol/liter  normal
– Kalsium
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar kalsium dalam
darah adalah 2,1 – 2,6 mmol/liter  normal
– Fosfor
Kebutuhan normal dalam darah adalah 2,5 – 4,5 µg/100 µl.
– Magnesium
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar magnesium dalam
darah adalah 1,8 – 2,4 µg/100 ml  normal
– Krom (Chromium)
Kadar krom dalam darah normal berkisar 0,14 – 0,25
µg/ml untuk serum atau 0,26 – 0,28 µg/ml untuk
plasma.
– Tembaga
batasan dan klasifikasi pemeriksaan tembaga dalam
darah dalam keadaan normal = 80 150 µg/100 ml .
– Selenium
selenium dapat melindungi sel tubuh dari
kehancuran hingga memperlambat proses menua.
PEMERIKSAAN ZAT GIZI SPESIFIK
• KEP
Dalam kaitannya dengan KEP, maka analisis biokimia yang
banyak diperhatikan adalah menyangkut nilai protein
tertentu dalam darah atau hasil metabolit protein yang
beredar dalam darah dan dikeluarkan bersama-sama
urin.
• KVA
Penentuan masalah KVA
Indikator yang digunakan Batas Prevalensi
Plasma vitamin A > = 10 µg/dl >= 5%
Liver vitamin A > = 5 µg/dl >= 5%
• Anemia Gizi Besi (AGB)
Batasan anemia (menurut Depkes)
Kelompok Batas Normal
Anak balita 11 gram %
Anak usia sekolah 12 gram %
Wanita dewasa 12 gram %
Laki-laki dewasa 13 gram %
Ibu hamil 11 gram %
Ibu menyusui > 3 bulan 12 gram %
• GAKY
– Pemeriksaan kadar TSH dalam darah dan mengukur
ekskresi yodium dalam urine.
– Tingkat keparahan gondok endemik berdasarkan
klasifikasi menurut ekskresi yodium dalam urine
(µg/gr kreatinin) yaitu
Tahap 1 : gondok endemik dengan rata-rata > 50
µg/gr kreatinin di dalam urine.
Tahap 2 : gondok endemik dengan ekskresi yodium
dalam urine rata-rata 25 – 50 µg/gr
kreatinin pada kondisi ini sekresi hormon
tiroid boleh jadi tidak cukup  resiko
hipotiroidisme tetapi tidak sampai ke
kreatinin.
Tahap 3 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi
yodium dalam urine < 25 mg/gr kreatinin.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
PEMERIKSAAN BIOKIMIA
• Keunggulan
– Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih
dini.
– Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih
obyektif.
– Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode
lain dalam penilaian status gizi.
• Kelemahan
– Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan setelah
gangguan metabolisme.
– Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
– Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga
ahli.
– Kurang praktis dilakukan di lapangan.
– Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk
diperoleh.
– Membutuhkan perlatan dan bahan yang lebih banyak
dibandingkan pemeriksaan lain.
– Belum ada keseragaman dalam emmilih reference
(nilai normal).
– Dalam beberapa penentuan pemeriksaan
laboratorium memerlukan laboratorium yang hanya
terdapat di laboratorium pusat.

Anda mungkin juga menyukai