Anda di halaman 1dari 13

Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan

lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada

pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia. (Azwar,1995).

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran

manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia

sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak

diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan

manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini

menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam

limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan

lainnya (Wardhana, 2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990,

yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-

hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di

masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar

kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan
menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun

di perdesaan.

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya

yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat.

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa

tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan,

penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat

air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus,

pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung

(Slamet, 2002).

1.Manfaat Air

Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah (Usman D, 2000):

1. Untuk keperluan air minum.

2. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lain-

lain).

3. Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman)

4. Untuk konservasi sumber baku PAM.

5. Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).

6. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan

proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).


7. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses

membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti dan

lain-lain).

8. Pertanian/ irigasi

9. Perikanan.

2. Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu

kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).

a. Syarat Kuantitatif

Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung

kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka

kebutuhan air akan semakin besar.

Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5

liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter,

cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan

21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).

b. Syarat Kualitatif

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri


Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air (Slamet, 2007).

1. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa,

tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu

udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat

terlarut (TDS) yang rendah.

a) Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat.

Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.

b) Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat

menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

c) Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah

keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna

dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air

rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau

menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk

senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan

industri.
d) Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang

bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari

lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan

tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber

kekeruhan.

Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung

berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan

lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi

(Azwar,1995).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara

menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya.

Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan

mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi

media transmisi penyakit.

A. Sarana pembuangan limbah

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan

teknis sebagai berikut (DepKes RI, 1993) :

1. Tidak mencemari sumber air bersih

2. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk

3. Tidak menimbulkan bau

4. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak

menyenangkan
B. Dampak dari Pencemaran Limbah

Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap

lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu (Kusnoputranto,

2000) :

1. Akibat Terhadap Lingkungan

Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak

dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air

permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan

bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media

tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun

serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera,

thypus dan lainnya.

Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo,

2003).

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan

pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak

mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003).

a) Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah

tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnakan) dan

untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah

tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan

pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

i. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya

sampah

ii. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan,

sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa

mengotori tangan

iii. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh

satu orang.

b) Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah

tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah tangga

atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah,

kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus

diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat

Penampungan Akhir (TPA).

Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan

adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan

masyarakat produksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk

daerah perdesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing

keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampahnya umumnya dibakar atau

dijadikan pupuk.
c) Pemusnahan Sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai

cara, antara lain :

1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang

diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan

sampah.

2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tengku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan

pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan

dan

sampah lain yang dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative

terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara


lain

(Kusnoputranto, 2000) :

a. Terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi

vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari

makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit.

b. Terhadap Lingkungan

a) Dapat menggangu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat

akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah

oleh mikroorganisme.

b) Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.


c) Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat

menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena

ada asap di udara.

d) Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika

yang terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi

kemampuan daya aliran saluran.

e) Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya

serap alirannya sudah menurun.

f) Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan

terjadinya pengotoran badan air.

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu :

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :

1. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk,

misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain

bekas dan sebagainya.

2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas,

besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari
berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine)
karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber
penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman dan Suparmin,
2002).
Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat
penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan
mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
kotoran manusia (feces) dapat melalui berbagai macam cara.

Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan
kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut tidak menjadi
penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Depkes RI, 1995).
Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu :
1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan,
2. Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter,
3. Konstruksi kuat,
4. Pencahayaan minimal 100 lux (Kepmenkes No.519 tahun 2008),
5. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa),
6. Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan,
7. Ventilasi 20% dari luas lantai,
8. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang,
9. Murah
10. Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain tertutup juga
harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,
3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan
yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,
3. Tidak ada sampah berserakan,
4. Rumah jamban dalam keadaan baik,
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,
7. Tersedia alat pembersih,
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan:


1. Air selalu tersedia di dalam bak atau ember,
2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat,
3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai,
4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban,
5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.

Jenis-Jenis Jamban

Jamban dibedakan atas beberapa macam, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :


a. Jamban Cubluk
Jamban ini sering kita jumpai di daerah pedesaan, tetapi sering dijumpai jamban
cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Hal yang
perlu diperhatikan disini adalah bahwa jamban ini tidak boleh terlalu dalamsebab bila terlalu
dalam akan mengotori air tanah dibawahnya. Kedalamannya berkisar 1,5-3 meter dan jarak
dari sumber air minum sekurangkurangnya 1,5 meter (Notoatmodjo, 2003).
b. Jamban Empang
Jamban empang adalah suatu jamban yang dibuat di atas kolam/empang, sungai/rawa,
dimana kotoran langsung jatuh kedalam kolam atau sungai. Jamban ini dapat menguntungkan
karena kotoran akan langsung menjadi makanan ikan, namun menurut Depkes RI, 2004 buang
air besar ke sungai dapat menimbulkan wabah.
c. Jamban Cubluk dengan plengsengan
Jamban ini sama dengan jamban cubluk, hanya saja dibagian tempat jongkok dibuat
seng atau kaleng yang dibentuk seperti setengah pipa yang masuk ke dalam lubang, yang
panjangnya sekitar satu meter, tujuannya agar kotoran tidak langung terlihat.
d. Jamban Leher Angsa (angsa trine)
Jamban angsa trine ini bukanlah merupakan type jamban tersendiri, tetapi merupakan
modifikasi bentuk tempat duduk/jongkok (bowl) nya saja, yaitu dengan bentuk leher angsa
yang dapat menyimpan air sebagai penutup hubungan antara bagian luar dengan tempat
penampungan tinja, yang dilengkapi dengan alat penyekat air atau penahan bau dan mencegah
lalat kontak dengan kotoran. Untuk type angsa trine ini akan memerlukan persediaan air yang
cukup untuk keperluan membersihkan kotoran dan penggelontor tinja.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN. Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang


Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA. https://www.slideshare.net/infosanitasi/per-menkes-416-90-syaratsyarat-
dan-pengawasan-kualitas-air [diakses online tanggal 06 Desember 2017]
Azwar A. 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Mutiara Sumber
Widya Press.
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan Repuplik Indonesia, 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2004. Syarat-syarat Jamban Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Slamet, JS. 2007. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Soeparman dan Soeparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair: Suatu Pengantar.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Kusnoputranto, Haryoto, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara sumber Widya, Jakarta.
Depkes RI, 1993, Persyaratan Kesehatan Tempat-Tempat Umum, Direktorat Jendral PPM
&PLP, Jakarta.
Slamet, Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai