Anda di halaman 1dari 50

VISI STIKES WN PALU

Menjadikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu


Menghasilkan Lulusan yang Profesional Sesuai dengan Kompetensi
dan Bersaing secara International di Tahun 2026

Visi Program Studi Gizi: Menjadikan Prodi Gizi yang Kompetitif dan Terkemuka dalam Menyiapkan Lulusan yang Unggul dan
Profesional dalam Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal di Tingkat Nasional tahun 2022
PENILAIAN STATUS GIZI
SECARA BIOKIMIA DAN
BIOFISIK
Lilik Sofiatus Solikhah, S.K.M., M.Gz.
BIOKIMIA
PENILAIAN STATUS ZAT BESI
Ada beberapa indikator laboratorium untuk menentukan status
besi, yaitu:
Hemoglobin (Hb)

Hematokrit

Besi serum

Ferritin serum (Sf)

Transferin saturation (TS)

Free erytrocytes protophophyrin (FEP)

Unsaturated iron-binding capacity serum


HEMOGLOBIN (Hb)

 Hemoglobin parameter yg scr luas digunakan untuk menentukan


prevalensi anemia.
 Hb pembawa O2 pd sel darah merah
 Hb dpt diukur scr kimia. Hb/100 ml dpt digunakan sbgai indeks kapasitas
pembawa O2 pd darah.

 Kadar Hb normal
 Pria= 14-18 gr/100 ml
 Wanita= 12-16 gr/ 100 ml (gr/100 ml gm atau g/dl)
 Anemia
 Pria <13 g/dl
 Wanita <11 g/dl
HEMOGLOBIN (Hb)

Nilai Ambang Batas Hemoglobin untuk Anemia (Kemenkes RI, 2014), Barometer Gizi Indonesia

Kelompok Umur Hemoglobin (g/L) Ambang Batas Masalah Kesmas

Balita 6-59 bln 11,0 >20%

Anak 5-11 thn 12,0 >20%

Anak 12-14 thn 12,0 >20%

WUS tdk hamil 15-49 thn 12,0 >20%

Ibu hamil 11,0 >20%

Laki-laki >15 thn 13,0 >20%


HEMOGLOBIN (Hb)
Metode sederhana metode Sahli
Metode canggih  cyanmethemoglobin
HEMOGLOBIN (Hb)
Metode sederhana metode Sahli
Metode canggih  cyanmethemoglobin
HEMOGLOBIN (Hb)
Metode sederhana metode Sahli
Metode canggih  cyanmethemoglobin
HEMOGLOBIN (Hb)
Metode sederhana metode Sahli
Metode canggih  cyanmethemoglobin
HEMATOKRIT (Ht)
Ht vol. eritrosit yg dipisahkan dr
plasma dgn cr memutarnya di dlm
tabung khusus yg nilainya dinyatakan
dlm %
Nilai Normal
Wells Laki-laki 40 – 50%
Wanita 40 – 48%
Helper Laki-laki 40 – 54%
Wanita 37 – 47%
Hamil tua 23 – 34%
Nilai abnormal
 <nilai normal pd anemia
 >nilai normal pd polisithademia
HEMATOKRIT (Ht)
HEMATOKRIT (Ht)
HEMATOKRIT (Ht)
SERUM BESI

Serum iron test — mengukur kadar zat besi dalam cairan darah.

Rentang referensi normal serum besi adalah:


 Pria: 65 hingga 176 μg / dL
 Wanita: 50 hingga 170 μg / dL
 Bayi baru lahir: 100 hingga 250 μg / dL
 Anak-anak: 50 hingga 120 μg / dL
Serum Ferritin (SF)

 Mengetahui status besi dalam hati mengukur kadar ferritin.


 Menurut Cook, banyaknya ferritin yg dikeluarkan ke dalam darah secara
proporsional menggambarkan banyaknya simpanan zat besi di dlm hati.
 Bila didptkan SF 30 mg/dl RBC, berarti di dlm hati 30x10 mg=300 mg ferritin.
 Beberapa merode untuk menentukan SF:

Immunoradiometric assay (IRMA)

Radio Immuno Assay (RIA)

Enzime-Linked Immuno Assay (ELISA)


Serum Ferritin (SF)
 Dlm keadaan normal rata-rata SF dewasa laki-laki 90 𝜇g & wanita
30 𝜇g.
 Perbedaan kadar SF menggambarkan perbedaan banyaknya zat
besi pd tubuh laki-laki & wanita. Zat bezi pd laki-laki 3x lebih
banyak dr wanita.
 Bila kadar SF<12  dinyatakan kurang besi.
 Bnyak org yg sbnarnya menderita kurang besi tetapi tdk dpt
terdeteksi dgn cara ferritin karena kadar ferritin yg dikeluarkan dr
hati meningkat dlm darah apabila org tersbut menderita penyakit
kronis, infeksi & penyakit hati.
 Namun, bila penyakit infeksi tdk umum terjadi di masy., maka
penentuan ferritin merupakan pilihan yg tepat.
Transferin Saturation (TS)
Penentuan kadar zat besi dalam serum merupakan satu cara menentukan
status besi. Salah satu indikator lainnya adalah Total Iron Binding Capacity
(TIBC) dalam serum. Kadar TIBC meningkat pd penderita anemia karena kadar
besi di dalam serum menurun dan TIBC meningkat pada keadaan defisiensi
besi, maka rasio keduanya (transferrin saturation) lebih sensitif. Rumus tersebut
adalah sbb:

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚


TS = 𝑥 100%
𝑇𝐼𝐵𝐶

Apabila TS >16%, pembentukan sel-sel darah merah dalam sum-sum tulang


berkurang dan keadaan ini disebut defisiensi besi untuk eritropoesis.
Free Erythrocyte Protophorphyrin (FEP)

 Apabila penyediaan zat besi tdk cukup banyak untuk pembentukan sel-sel
darah merah di sumsum tulang, sirkulasi FEP di darah meningkat walaupun
belum nampak anemia.

 Dengan menggunakan fluorometric assay, penentuan FEP lebih cepat


digunakan.

 Satuan untuk FEP dinyatakan dalam 𝜇g/dl darah atau 𝜇g/dl darah merah.

 Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35 ± 50 𝜇g/dl sel darah merah
(SDM), tetapi apabila kadar FEP dalam darah >100 𝜇g/dl SDM menunjukkan
individu ini menderita kekurangan besi.
Serum Unsaturated Iron Binding Capacity (UIBC)

 Pengukuran kapasitas pengikatan besi atau UIBC digunakan dalam diagnosis


dan pengobatan anemia. Zat besi serum dibawa dengan mengikat protein
transport, Transferrin. Pengukuran konsentrasi maksimum besi yang dapat
ditransfer oleh Transferrin disebut Total Iron Binding Capacity (TIBC).

 Total Kapasitas Pengikat Besi (TIBC) (μg/dl)= UIBC (μg/dl) + Serum Iron (μg/dl)

 Faktor konversi pd satuan SI (μmol/L) = x 0,179


PENILAIAN STATUS PROTEIN

Protein dlm darah mempunyai peranan fisiologis yg penting bg tubuh. Diantaranya:


 Mengatur tekanan air, adanya tekanan osmosis dr plasma protein;
 Sbgai cadangan protein tubuh;
 Mengontrol pendarahan (terutama dr fibrinogen);
 Sbgai transpor yg penting utk zat2 gizi tertentu;
 Sbgai antibodi dr berbagai penyakit terutama dr gamma globulin;
 Mengatur aliran darah dlm mmbantu kinerja jantung;

3 fraksi protein dlm darah, normalnya:


 Albumin 3,5 – 5 g/100 ml
 Globulin 1,5 – 3 g/100 ml
 Fibrinogen 0,2 – 0,6 g/100 ml
PENILAIAN STATUS PROTEIN

Protein Somatik
Pd otot rangka
(dlm tubuh 75%)

Pemeriksaan biokimia
status protein
Pd organ/viseral tubuh
Protein Viseral (hati, ginjal, pankreas,
(dlm tubuh 25%) jantung, eritrosit,
granulosit, limfosit)

Status protein dapt diukur menggunkan konsentrasi serum protein, di dasarkan pd


asumsi serum protein disebabkan oleh  produksi protein dlm hati.

Penentuan serum protein dlm tubuh meliputi: albumin, transferin, prealbumin,


retinol binding protein, insulin-like growth factor-I dan fibronektin.
PENILAIAN STATUS PROTEIN
Serum Albumin
 Albumin merupakan kompenen utama untk protein serum total dalam
individu yg sehat.
 Diuji melalui metode penguat warna (dye-binding method) menggunakan
bromocesol green
 Serum albumin berikatan scr spesifik dgn brocresol green utk mmbentuk
senyawa BCG albumin biru yg menyerap scr maksimal pd 600 nm.
PENILAIAN STATUS PROTEIN

Status Gizi Berdasarkan Nilai Pre-Albumin


Status Gizi Nilai prealbumin μg/dl
Baik* 23,8+/-0,9
Gizi sedang* 16,5+/-0,8
Gizi kurang* Marasmus** 12,4+/-1,0
Gizi buruk* Marasmus-Kwashiorkor* 7,6+/-0,6
** 3,3+/-0,2
Kwashiorkor 3,2+/-0,4
*menurut klasifikasi Waterlow
** menurut klasifikasi Welcome
PENILAIAN STATUS PROTEIN

Klasifikasi Kadar Serum Protein dan Serum Albumin


Kriteria
Senyawa & Satuan Umur (tahun
Kurang Margin Cukup
Serum Albumin (g/100 ml) <1 - <2,8 2,5+
5-Jan - <3,0 3,0+
16-Jun - <3,5 3,5+
16+ <2,8 2,8-3,4 3,5+
Wanita hamil <3,0 3,0-3,4 3,5+
Serum Protein (g/100 ml) <1 - <5,0 5,0+
5-Jan - <5,5 5,5+
16-Jun - <6,0 6,0+
16+ 6,0 6,0-6,4 6,6+
Wanita hamil 5,5 5,5-5,9 6,0+
PENILAIAN STATUS VITAMIN
Vitamin A
 Konsentrasi vit. A dlm hati merupakan indikator paling baik utk menentukan
status vit.A. Akan ttapi, biopsi hati merupakan tindakan yg mengandung risiko
bahaya. Disamping itu, penentuan kadar vit. A jaringan tdk mudah dilakukan.
 Penilaian status vit. A dapt menggunakan bbrp cara, yaitu:
1. Penentuan serum retinol dgn cara HPLC (high performance liquid
chromatography)
2. Penentuan kadar vit. A cara kolorimetri dgn pereaksi trifluo-roasetat (TFA)
PENILAIAN STATUS VITAMIN
Vitamin A
 Umumnya konsentrasi vit. A penderita KEP rendah  <15 μg/g jaringan hati
(Solihin Pudjiadji, 1989).
 Batasan & interpretasi pemeriksaan kadar vit. A dlm darah (Supariasa, 2016)
Umur (thn) Kurang Margin Cukup
Plasma vit. A (mg) semua umur <10 10-19 >20

 Indikator penilaian kekurangan vit.A (KVA) (Kemenkes RI, 2014)


Indikator Ambang batas Masalah Kesmas
Xeroptalmia (%) 0,5
Retinorl <0,7 μmol/L (%) 15
PENILAIAN STATUS VITAMIN
Vitamin D
 Kekurangan vit. Ini dpt mengakibatkan penyakit rakitis & terkadang tetanus,
pd masa pertumbuhan akan timbul osteomalasia.
 Kekurangan vit. D menimbulkan klasifikasi tulang yg tdk normal akibat
rendahnya saturasi kalsium & fosfor dlm cairan tubuh.
 Pada pemeriksaan biokimia penderita rakitis ditemukan hasil:
1. Kadar kalsium normal atau lebih
2. Kadar fosfor rendah
3. Kadar fosfatase meninggi
4. Kadar 25 (OH) vit. D <4 mg/ml
PENILAIAN STATUS VITAMIN
Vitamin E
 Gangguan yg dpt dilihat krn kekurangan vit. E adlh hemolisis & berkurangnya
umur hidup eritrosit. Penelitian percobaan pd binatang dpt menimbulkan
kemandulan baik pd betina maupun jantan.
 Pada pemeriksaan biokimia, seorang anak memiliki vit. E normal bila di dlm
serum ≥0,7 mg.

Vitamin B12
 Kadar vit. B12 dikatakan rendah jika <150 pg/ml, menurut George Christakis
(1973) batasan kadar vit. B12:
Kriteria
Senyawa & satuan Umur (thn)
Kurang Margin Cukup
Serum Vit. B12 (pg/ml) atau (ng/L) Semua umur <100 - 100+
PENILAIAN STATUS VITAMIN
Vitamin D
 Kekurangan vit. Ini dpt mengakibatkan penyakit rakitis & terkadang tetanus,
pd masa pertumbuhan akan timbul osteomalasia.
 Kekurangan vit. D menimbulkan klasifikasi tulang yg tdk normal akibat
rendahnya saturasi kalsium & fosfor dlm cairan tubuh.
 Pada pemeriksaan biokimia penderita rakitis ditemukan hasil:
1. Kadar kalsium normal atau lebih
2. Kadar fosfor rendah
3. Kadar fosfatase meninggi
4. Kadar 25 (OH) vit. D <4 mg/ml
PENILAIAN STATUS MINERAL
Iodium
 Adalah salah satu mineral penting bgi kehidupan manusia karena sangat
diperlukan untuk pertumbubuhan, perkembangan dan fungsi otak.
 Kebutuhan rata2 org dewasa/hari 0,15 mg atau 150 μg (1 μg= 1/106 g).
 Tubuh mmerlukan Iodium scr teratur setiapharinya.
 Kekurangan dpt menyebabkan gangguan fisik maupun mental dari ringan
hingga berat.
 Gangguan pertumbuhan fisik diantaranya, gondok, badan kerdil, bisu, tuli,
mata juling, dll.
 Gangguan mental misalnya berkurangnya kecerdasan.
 Utk mngetahui total goitre rate (pembesaran kelenjar gondok) di masy. Dpt
dilakukn dgn palpasi atau dgn melakukan pemeriksaan kadr iodium dalm urin
dan kadar Thyroid Stimulating Hormon (TSH) dlm darah.
PENILAIAN STATUS MINERAL
Iodium
 Metode Ceriummetode penentuan kadar iodium dlm urine.
 Kadar iodium dlm urine dinyatakan dlm mg 1 per g kreatinin
 Perhitungan kadar iodium per g kreatinin: jika diketahui konsentrasi iodium a μg/l urine
dan adar kreatinin b g/l, kadar iodium adalah a/b μg/g kreatinin,

GAKI
Salah satu cara utk mengetahui besarnya masalah GAKI pd masy dpt dilakukan melalui
survei pd anak usia sekolaj 6-12 thn. Selain itu dpt melalui pemeriksaan kadar TSH dalam
darah dan mengukur ekskresi iodium dalm urin.

Tingkat keparahan gondok endemik yg disebabkan defisiensi iodium dpt diklasifikasikan


mnurut ekskresi iodium dlm urin (μg/g kreatinin).
PENILAIAN STATUS MINERAL
Adapun tahapan keparahan gondok endemik tsb adalah:
Tahap 1 Gndok endemik dgn rata2 >50 μg/g kreatinin dlm urine.
Pd keadaan ini suplai hormon tiroid cukup utk
perkembangan fisik & mental yg normal
Tahap 2 Gndok endemik dgn ekskresi iodium dlm urine rata2 25-50
μg/g kreatinin. Pd kondisi ini sekresi hormon tiroid boleh jadi
tdk cukup sehingga menanggung risiko hipotiroidisme, tetapi
tdk sampai kreatinisme.
Tahap 3 Gondok endemik dgn rata2 ekskresi iodium dlm urine <25
mg/g kreatinin. Pd kondisi ini popuasi memiliki risiko
menderita kreatinisme.
Gula Darah (GD)

 HbA1c of 6.5% is recommended as the cut point for diagnosing diabetes

Diagnosis Prediabetes dan Diabetes (ADA, 2017; Craig et al., 2014)

Jenis Tes Normal Prediabetes Diabetes

Gula Darah Puasa (GDP)/IFG 88-99 100-125 ≥126 mg/dL

Gula Darah Acak 80-139 140-199 ≥200 mg/dL

2-Jam tes gula darah (TTGO)/IGT 80-139 140-199 ≥200 mg/dL

A1c <5,7% 5,7-6,4% ≥6,5%


NILAI NORMAL PEMERIKSAAN BIOKIMIA DARAH
DARAH
FUNGSI HATI PROFIL LIPID
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Ukuran Satuan Nilai Rujukan Nilai
Eritrosit (sel darah merah) juta/ul 4,0 - 5,0 (P)
ALT (SGPT) U/L <23 (P) Ukuran Satuan
4,5 - 5,5 (L) Rujukan
<30 (L)
Hemoglobin (Hb) g/dl 12,0 - 14,0 (P) Kolesterol total mg/dL 150 - 200
ALT (SGOT) U/L <21 (P)
13,0 - 16,0 (L) HDL mg/dL 45 - 65 (P)
40 - 50 (P) <25 (L)
Hematokrit %
45 - 55 (L) Alkalin fosfatase U/L 15 - 69 35 - 55 (L)
Hitung jenis GGT (Gamma GT) U/L 5 - 38 Trigliserid mg/dL 120 - 190
Basofil % 0,0 - 1,0 Bilirubin total mg/dL 0,25 - 1,0
Eosinofil % 1,0 - 3,0 Bilirubin langsung mg/dL 0,0 - 0,25
LAIN-LAIN
Butang % 2,0 - 6,0 Protein total g/L 61 - 82
Nilai
Segmen % 50,0 - 70,0 Albumin g/L 37 - 52 Ukuran Satuan
20,0 - 40,0
Rujukan
Limfosit %
Monosit % 2,0 - 8,0 FUNGSI GINJAL Glukosa darah
mg/dL 70 - 100
Laju Endap Darah (LED) mm/jam <15 (P) Ukuran Satuan Nilai Rujukan (puasa)
<10 (L) Kreatinin U/L 60-150 (P) Amilase 30 - 130
Leukosit (sel darah putih) 5,0 - 10,0 70-160 (L) Asam urat 2,4 - 5,7 (P)
MCH/HER pg 27 - 31 Urea mg/dl 8 - 25 3,4 - 7,0 (W)
MCHC/KHER g/dl 32-36 Natrium mmol/L 135 - 145
MCV/VER fl 80-96 Klorid mmol/L 94 - 111
Trombosit 150-400
Kalium mmol/L 3,5 - 5,0

Sumber:
NILAI BATAS NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
NILAI BATAS NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
NILAI BATAS NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
NILAI BATAS NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PSG BIOKIMIA
Keunggulan

Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini

Hasil pemeriksaan biokimia lebih objektif krn menggunakan


peralatan yg selalu ditera & dilakukan oleh tenaga ahli

Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode


lain dlm PSG
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PSG BIOKIMIA
Kelemahan
 Pemeriksaan hanya dpt dilakukan setelah gangguan metabolisme terjadi
 Butuh biaya yg cukup mahal
 Diperlukan tenaga ahli
 Kurang praktis dilakukan di lapangan krn umumnya pemeriksaan laboratorium
mmerlukan peralatan yg tdk mudah dibwa ke mana-mana
 Pd pemeriksaan tertentu spesimen sulit utk diperoleh, misl penderita tidak
bersedia diambil darahnya
 Butuh bahan dan alat yg lebih banyak dibandingkan dgn pemeriksaan lain
 Belum ad keseragaman dlm memilih rujukan (nilai normal). Pd bbrp rujukan nilai
normal tdk selalu diklmpokkan menurut umur yg lebih terperinci.
 Bbrp penentuan pemeriksaan laboratorium mmerlukan peralatan lab yg hanya
terdpt pd lab pusat shingg pemeriksaan di daerah tdk dpt dilakukan.
BIOFISIK
BIOFISIK
 Penilaian status gizi biofisikmelihat kemampuan fungsi jaringan dan
perubahan struktur.
 Uji kemampuan fungsi jaringan meliputi: kemampuan kerja dan
pengeluaran energi serta adaptasi sikap.
 Uji perubahan struktur dpt dilihat scr klinis dan tdk dpt diliht scr klinis
 Perubahan yg dpt dilihat scr klinis sperti pengerasan kuku,
pertumbuhan rambut tdk normal, dan menurunnya elastisitas kartilago
dan tdk dpt diliht scr klinis.
 Pemeriksaan yg tdk dpt dilihat scr klinispemeriksaan Radiologi
 Pemeriksaan scr biofisik sangat mahal, memerlukan tenaga
profesional, dan hanya dpt diterapkan pd keadaan tertentu.
Cara PSG Biofisik

Uji Uji fungsi Uji


radiologi fisik Sitologi
Pemeriksaan Radiologi
 Umumnya jarang dilakukan di lapangan
 Dilakukan dgn melihat tanda-tanda fisik dan keadaan2 tertentu seperti
risketsia, osteomalasia, fluorosis, dan beri-beri.
 Metode ini biasanya digunakan pada survei yg sifatnya retrospektif dr
pengukuran kurang gizi sperti risketsia dan KEP dini.
Pemeriksaan Radiologi
Tanda-tanda Khas Berbagai Jenis Penyakit
Jenis Penyakit Tanda-Tanda Khas
Risketsia Pelebaran tulang lengan dan tulang pinggul
Osteomalasia Kelainan bentuk dan merapuhnya tulang, khususnya tulang
pinggul
Sariawan (Bayi) Menurunnya keadaan tulang, proses pengapuran
(Calcification) terutama pd lutut.
Beri-beri Pembesaran jantung
Fluorosis Peningkatan pengerasan tulang, pengapuran, dan
perubahan bentu tulang belakang.
Uji Fungsi Fisik

Tujuan utama uji biofisik untuk mengukur perubahan


fungsiyg dihubungkan dgn ketidkcukupan gizi.

Beberapa uji yg digunakan ketajaman penglihatan,


adaptasi mata pd suasana gelap, penampilan fisik,
koordinasi otot, dll.

Tidak praktis digunakan di lapangan


Uji Fungsi Fisik
 Adaptasi mata pd suasana gelap paling sering digunakan utk
mengukur kelainan rabun senja yg diakibatkan oleh kekurangan vit. A
 Kelemahan metode ini:
1. Tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vit. A karena ad
faktor lain yg ikut mempengaruhi
2. Sulit dilakukan
3. tidak objektif

 Metode ini lebih berguna bila dilakukan di daerah endemik


kekurangan vit. A (rabun senja)
Uji Sitologi
 Digunakan untuk menilai keadaan KEP berat Pemeriksaan
dilakukan dgn melihat noda pd epitel (stained ephitelial smears) dr
mukosa oral.

Anda mungkin juga menyukai