Anda di halaman 1dari 49

PROTEIN PLASMA

PENGANTAR PROTEIN
Protein : molekul besar dan komplek, ditemukan diseluruh
sel tubuh
Merupakan polimer dari asam amino
Sumber nitrogen (N) utama dalam tubuh, dan tidak
terdapat pada karbohidrat dan lemak
2 asam amino bergabung akan membentuk ikatan
peptida
FUNGSI PROTEIN
FUNGSI JENIS CONTOH
Katalitik Enzim Lipase, Amilase, protease, dll
Struktural Protein struktural Kolagen (pengikat jaringan dan tulang);
a-Keratin (rambut, kulit);
Penyimpanan Protein Feritin (penyimpan besi)
(zat makanan) penyimpan
Pengangkutan Protein transport Albumin di Serum (asam lemak),
(zat makanan) Hemoglobin (oksigen), Lipoprotein (lipid)
Motil (mekanik) Protein Kontraktil Aktin dan Miosin (otot)
Pengatur/ Protein Hormon Insulin; Hormon tumbuh; Represor
regulator (mengatur biosintesis enzim); Hormon
(metabolisme) Paratiroid ( mengatur keseimbangan Ca2+)
Perlindungan Antibodi Imunoglobulin, vaksin
(kekebalan, Protein Fibrinogen, Trombin
darah) Penggumpal
PROTEIN PLASMA
PROTEIN PLASMA
 Definisi : Merupakan protein yang ada dalam
plasma darah (atau serum)

 Ada 2 jenis protein plasma yang utama :


1. Albumin (60%)
2. Globulin (40%)
• α1-globulin (4%)
• α2-globulin (8%)
• β-globulin (9%)
• γ-globulin (19%)
PREALBUMIN
• Prealbumin (Transthyretin) dinamakan demikian
karena bermigrasi mendahului albumin dalam
elektroforesis
• Protein transport, untuk mengangkut tiroksin,
hormon tiroid dan retinol (vitamin A).
• Disintesis terutama di hati
• Indikator yang sensitif bagi
pasien Malnutrisi/gizi buruk
PREALBUMIN

PENURUNAN PENINGKATAN
• Kerusakan Hati • Terapi steroid
• Respon Inflamasi Fase • Konsumsi Alkohol
Akut • Gagal ginjal kronis
• Nekrosis jaringan
• Gizi Buruk
ALBUMIN

 Disintesis terutama di hati


 Jenis protein plasma terbanyak
 Fungsi :
• Mengatur tekanan osmotik koloid cairan
intravaskular (keseimbangan cairan di jaringan)
• Buffer pH
• Pengikat zat/molekul dalam darah (bilirubin,
asam lemak, besi, hormon, dll)
• Protein reaktan fase akut negatif
ALBUMIN
PENURUNAN PENINGKATAN
• Penyakit hati → gangguan • Dehidrasi
sintesis oleh hepatosit
• Infus albumin yang
• Gangguan pada berlebihan
gastrointestinal → contoh:
penyakit pd sal.usus (Diare)
• Penyakit ginjal → proteinuria
/ sindrome nefrotik
• Malnutrisi/malabsorbsi
• Hipotiroidisme
• Kondisi penyakit akut
• Polidipsi; cairan intravena
berlebih
GLOBULIN
 Fraksi globulin mencakup ratusan protein serum
termasuk protein carrier, enzim, komplemen, dan
imunoglobulin
 Jenis globulin : α1; α2; β; dan γ
 Sebagian besar α dan β globulin disintesis di hati
 γ-globulin dihasilkan oleh sel plasma
 Malnutrisi dan defisiensi imun bawaan dapat
menyebabkan penurunan total globulin akibat
menurunnya sintesis dan Sindrom nefrotik dapat
menyebabkan penurunan karena kehilangan protein
melalui ginjal.
α1-GLOBULIN
α2-GLOBULIN
β-GLOBULIN
γ-GLOBULIN
Pengukuran Protein di Laboratorium :

• Protein Total
• Albumin
• Globulin
• Rasio Albumin/globulin (rasio A/G)
PROTEIN TOTAL
PROTEIN TOTAL
 Protein total adalah konsentrasi semua jenis protein yang
terdapat dalam plasma darah (Albumin dan Globulin).
 Pengukuran protein total menggunakan Sampel serum,
(karena tidak termasuk faktor pembekuan/fibrinogen).
 Pengukuran protein total dapat mencerminkan:
• Status gizi
• Penyakit Hati
• Penyakit Ginjal, dan banyak kondisi lainnya.
 Jika protein total abnormal, tes lebih lanjut harus
dilakukan untuk mengidentifikasi fraksi protein mana
yang abnormal, sehingga dapat dibuat diagnosis khusus.
Nilai Rujukan Total Protein
Total Protein Nilai Normal (g/dL)
Tali Pusar 4.8 – 8.0
Prematur 3.6 – 6.0
Bayi baru lahir 4.6 – 7.0
1 minggu 4.4 – 7.6
7 hari – 1 tahun 5.1 – 7.3
1 tahun – 2 tahun 5.6 – 7.5
≥ 3 tahun 6.0 – 8.0
Dewasa, rawat jalan 6.4 – 8.3
Dewasa, terlentang 6.0 – 7.8
≥ 60 tahun Lebih rendah 0.2
Protein Total Abnormal
Hipoproteinimia Hiperproteinemia
Total Protein < 6,4 g/dL Total Protein > 8,3 g/dL
Penyebab : Penyebab :
• Kehilangan yang berlebih : • Dehidrasi :
• Peny. Ginjal (proteinuria), • Akibat kehilangan air yang
perdarahan berlebih, menyebabkan
• Asupan kurang: konsentrasi protein di
• Malnutrisi, malabsorbsi di
plasma meningkat
usus, diet rendah protein • Misal: diare, muntah,

• Sintesis kurang: asidosis diabetik,


hipoaldosteronisme
• Peny. Hati, imunodefisiensi
bawaan • Produksi berlebih dari Gamma
Globulin
• Percepatan katabolisme
• Multiple myeloma,
protein:
Waldenstrom’s
• Luka bakar, trauma macroglobulinemia
Persyaratan Sampel

• Serum; (plasma → terdapat fibrinogen meskipun


jumlahnya kecil)
• Tidak puasa (kecuali u menghindar lipemik)
• Tidak hemolisis → Protein total ↑, karena pelepasan
protein yg ada di eritrosit
• Stabil 7 hari di suhu ruangan, 6 bulan di -20°C, tanpa
batas waktu di -70°C
• Posisi telentang, konsentrasi total protein serum lebih
rendah akibat pergeseran distribusi air di
kompartemen ekstraseluler.
• Nilai rendah : kondisi hamil
Metode Analisis Protein Total
1. Metode Kjedahl
 Kuantitatif
 Prinsip :
Nitrogen dari protein diubah menjadi ion amonium dengan
panasan menggunakan asam sulfat dan katalis. Ion amonium
di ukur memalui proses alkalisasi, distilasi dan titrasi asam,
atau menggunakan reagen Nessler.
 Kelemahan :
• Asumsi sebanyak 16% nitrogen, yang terkandung dalam
protein, sedangkan protein dalam plasma memiliki jumlah
nitrogen yang tidak semua sama.
• Jarang digunakan dalam lab klinik, karena prosedur
memakan waktu yang lama.
2. Metode Refraktometri
 Kuantitatif, cepat, mudah dan sampel sedikit
 Prinsip :
Kecepatan cahaya diubah ketika melewati batas antara dua medium
(udara dan larutan), menyebabkan cahaya dibiaskan (ditekuk). Ketika
zat terlarut ditambahkan ke dalam air, indeks bias pada 20 °C dari
1,330 untuk air murni, meningkat sebanding dengan konsentrasi zat
terlarut dalam larutan. Karena mayoritas padatan terlarut dalam
serum adalah protein, indeks bias mencerminkan konsentrasi protein.
 Kelemahan :
• Kalibrasi menggunakan serum yang sudah diketahui kadar
proteinnya. Karena dalam serum terkandung zat terlarut selain
protein seperti elektrolit, gula, urea, yang berkontribusi pada
indeks bias serum.
• Sampel ikterik, lipemik, hemolisis → Protein ↑
2. Metode Refraktometri
Metode Biuret u Penentuan Protein
• Reagen Biuret adalah larutan
biru muda yang mengandung
ion Cu2+ dalam larutan alkali.
Biuret menjadi berwarna ungu
bila dicampur dengan larutan
yang mengandung protein .
• Warna ungu terbentuk ketika
ion tembaga dalam reagen
biuret bereaksi dengan ikatan
peptida rantai polipeptida
untuk membentuk kompleks.
3. Metode Biuret

 Kuantitatif, metode yang direkomendasikan oleh pakar


federasi kimia klinik internasional

 Prinsip

Ikatan peptida dari protein, berikatan dengan Cu2+ dalam


larutan basa, membentuk senyawa kompleks yang berwarna
purple. Diukur pada panjang gelombang 540 nm.

• Natrium kalium tartrat ditambahkan untuk mencegah


pengendapan ion tembaga kompleks dalam suasana basa.

• Kalium iodida digunakan sebagai antioksidan.


ALBUMIN
ALBUMIN

 Jenis protein terbanyak (60% dari total protein).


 Berperan dalam pengaturan tekanan osmotik
darah (antara cairan vaskular dan ekstravaskular)
 Sintesis di tingkatkan pada kondisi penurunan
tekanan osmotik plasma
 Disintesis oleh hati, sehingga albumin serum
digunakan sebagai salahsatu tes fungsi hati
Nilai Rujukan Albumin
Total Protein Nilai Normal (g/dL)

0 – 4 hari 2.8 – 4.4

4 hari – 14 tahun 3.8 – 5.4

14 – 18 tahun 3.2 – 4.5

18 – 60 tahun 3.4 – 4.8

60 – 90 tahun 3.2 – 4.6

≥ 90 tahun 2.9 – 4.5


Albumin Abnormal
Hipoalbuminemia Hiperalbuminemia
Albumin < 3,4 g/dL Albumin > 4,8 g/dL
Penyebab : Penyebab :
• Peny. Hati • Dehidrasi :
• Malnutrisi, malabsorbsi, • Akibat kehilangan air yang
peny. Sal. pencernaan berlebih, menyebabkan
• Peny. Ginjal konsentrasi protein di
• Luka bakar yang parah plasma meningkat
• Misal: diare, muntah,
• Pre-eklampsia
asidosis diabetik,
hipoaldosteronisme
Metode Analisis Albumin
1. Metode Salt Precipitation
 Kuantitatif
 Prinsip :
• Globulin dipisahkan dari albumin dengan cara
pengendapan menggunakan garam natrium
(globulin mengendap).
• Albumin tetap dalam supernatan kemudian
diukur dengan metode protein total (biuret).
2. Metode Dye Binding dengan BCG

 Kuantitatif, metode rekomendasi


 Prinsip :
• Bromcresol Green (BCG) mengikat albumin pada
kondisi pH 4.2, membentuk senyawa berwarna
yang diukur pada panjang gelombang 630 nm .

Albumin + BCG Albumin-BCG (biru hijau)


Persyaratan Sampel

• Serum; plasma EDTA/heparin


• Tidak puasa (kecuali u menghindar lipemik)
• Tidah hemolisis → albumin ↑, karena Hb berikatan dg
BCG
• Stabil 72 jam di 2 – 8°C, 6 bulan di -20°C
• Posisi telentang, konsentrasi albumin serum lebih
rendah akibat pergeseran distribusi air di
kompartemen ekstraseluler.
• Plasma heparin, memberikan hasil lebih tinggi dari
serum
GLOBULIN

 Protein heterogen
 Kurang larut dalam air, dibandingkan albumin
 Ada 4 jenis:
• α1-globulin (4%)
• α2-globulin (8%)
• β-globulin (9%)
• γ-globulin (19%)
 Nilai normal : 2 – 3.5 g/dL
GLOBULIN
 Globulin = Protein total - Albumin
 Metode Kolorimetri Menggunakan asam glikosilat.
• Asam glikosilat, dengan adanya Cu2+ dan dalam
suasana asam (asam asetat dan H2SO4),
mengembun bersama triptofan yang ditemukan di
globulin, menghasilkan warna ungu.
• Globulin (2% -3%) mengandung lebih banyak asam
amino triptofan dibandingkan albumin (sekitar
0,2%).
• Pengukuran globulin berdasarkan kandungan
triptofan, masih jarang digunakan.
RASIO
ALBUMIN/GLOBULIN
RASIO Albumin/Globulin (A/G)

• Dalam uji total protein serum, informasi


diagnostik yang berguna dapat diperoleh dengan
menentukan fraksi albumin (A) dan globulin (G).

• Nilai normal Rasio A/G = 1.5 – 2.5


Kesimpulan Kadar Protein
Penggunaan
1. Total protein diukur dalam serum untuk memberikan indikasi
konsentrasi imunoglobulin total karena ([total protein] - [albumin]) =
[globulin] yang komponen utamanya adalah imunoglobulin.
2. Total protein kadang-kadang dimasukkan dalam 'tes fungsi hati';
beberapa penyakit hati kronis menyebabkan peningkatan
[imunoglobulin], yang meningkatkan protein total (meskipun ini dapat
diimbangi dengan penurunan [albumin]).
3. Total protein harus diukur dari dugaan defisiensi imun humoral, yang
diagnosis definitifnya adalah dengan pengukuran masing-masing
imunoglobulin.
4. Total protein dapat diukur ketika seorang pasien diduga memiliki
paraprotein tetapi tidak selalu tinggi; investigasi definitif untuk
paraproteinaemia adalah elektroforesis protein serum. Perhatikan
bahwa elektroforesis protein urin juga harus dilakukan pada dugaan
myeloma.
Penggunaan dan interpretasi
1. Meskipun sering dimasukkan dalam panel standar 'tes fungsi hati', [total protein]
tidak mencerminkan fungsi hati, tetapi mungkin, ketika digunakan untuk memperoleh
[total globulin] menunjukkan adanya komponen autoimun untuk penyakit hati kronis.
Dengan demikian IgM cenderung meningkat pada sirosis bilier primer, IgG pada
hepatitis kronis autoimun dan IgA pada penyakit hati alkoholik. Serologi autoimun
dan penyelidikan lainnya diperlukan untuk diagnosis.
2. Serum [total globulin] mungkin rendah pada pasien dengan defisiensi imun humoral
(primer atau sekunder) tetapi karena IgG adalah komponen utama, defisiensi IgA atau
IgM mungkin tidak secara signifikan mempengaruhi [globulin total]. Jika diduga
imunodefisiensi, kelas imunoglobulin individu harus diukur.
3. Serum [globulin total] biasanya, meskipun tidak terus-menerus, meningkat pada
pasien dengan penyakit autoimun, peradangan kronis dan paraproteinemia.
Investigasi yang lebih spesifik diperlukan untuk diagnosis.
4. Protein total serum sering diukur 'rutin', yaitu tanpa indikasi spesifik .
5. Faktor perancu: Serum [total protein] dipengaruhi oleh keadaan hidrasi pasien;
interpretasi hasil yang bermakna mensyaratkan bahwa keadaan hidrasi pasien
normal.
FUNGSI PROTEIN
• Sebagai Enzim
• Sebagai Hormon
• Pengangkut → biomolekul
• Imunoglobulin/antibodi → bagian dari sistem kekebalan tubuh
• Protein struktural
• Penyimpanan → Feritin (cadangan besi)
• Sumber energi → Glukoneogenesis
• Hemostasis → berpartisipasi dalam proses pembekuan darah
• Pengaturan osmotik sel
• Keseimbangan asam basa → sebagai buffer untuk menjaga pH
Fungsi Protein
• Sebagai Enzim : Enzim biasanya ditemukan di dalam sel, dan
dilepaskan ke darah jika ada kerusakan sel/jaringan
• Sebagai Hormon : protein yang membawa pesan kimia u
mengontrol kerja sel atau organ tertentu.
• Pengangkut : protein yang mengangkut ion, molekul kecil, atau
makromolekul, seperti hormon, vitamin, mineral, dan lipid,
melintasi membran biologis
• Imunoglobulin/antibodi: Protein yang diproduksi oleh sel-B
(limfosit) dalam sumsum tulang yang memediasi respons imun
humoral untuk mengidentifikasi dan menetralkan benda asing.
Contoh-contoh imunoglobulin adalah IgG, IgM, dan IgA.
• Protein struktural — protein berserat adalah struktur sel dan
jaringan seperti otot, tendon, dan matriks tulang. Kolagen,
elastin, dan keratin adalah contoh protein struktural.
• Penyimpanan — protein yang berfungsi sebagai cadangan ion
logam dan asam amino yang dapat dilepaskan dan
• Penyimpanan protein — protein yang berfungsi sebagai
cadangan ion logam dan asam amino yang dapat dilepaskan dan
digunakan kemudian tanpa membahayakan sel selama
penyimpanan. Protein penyimpanan yang paling banyak
dipelajari dan diuji adalah ferritin, yang menyimpan zat besi
untuk kemudian digunakan dalam pembuatan hemoglobin.
• Sumber energi — protein plasma berfungsi sebagai sumber
cadangan energi untuk jaringan dan otot.
• Kekuatan osmotik — protein plasma berfungsi dalam distribusi
air ke seluruh kompartemen tubuh. Gaya osmotik koloid
mereka, karena ukurannya, tidak memungkinkan protein
melintasi membran kapiler. Akibatnya, air diserap dari jaringan
ke bagian vena kapiler. Ketika konsentrasi protein plasma
menurun secara signifikan, penurunan bersamaan tekanan
osmotik koloid plasma (onkotik) menghasilkan peningkatan
kadar cairan interstitial dan edema. Ini sering terlihat pada
penyakit ginjal ketika proteinuria menyebabkan penurunan
protein plasma
Penyebab hasil abnormal
Nilai tinggi
7.1.1 Penyebab:
• dehidrasi ([albumin] kemungkinan akan meningkat juga)
• infeksi / peradangan kronis, mis. osteomielitis, endokarditis.
• gangguan autoimun misalnya penyakit rheumatoid, systemic lupus erythematosus (tetapi bukan
penyakit autimun 'khusus organ', kecuali autoimun hepatitis)
• • paraproteinemia (mieloma dan penyebab lainnya).
• 7.1.2 Investigasi
• [Total protein] yang tinggi pada pasien yang biasanya terhidrasi menunjukkan tingginya
[imunoglobulin]. Kecuali jika ada penyebab yang jelas (mis. Infeksi kronis, penyakit hati kronis)
diperlukan elektroforesis protein serum (lihat 10.2).
• Pola khas yang diamati meliputi:
• • peningkatan poliklonal (tidak ada pita diskrit, karakteristik peradangan kronis dan gangguan
autoimun)
• • satu atau lebih pita (oligoklonal) dengan latar belakang peningkatan poliklonal (temuan
sesekali pada penyakit atau infeksi autoimun)
• • pita monoklonal atau paraprotein (karakteristik keganasan hematologis, terutama mieloma
tetapi kadang-kadang karena gamopati monoklonal dengan signifikansi tidak menentu
(MGUS). Dengan paraprotein ganas, konsentrasi imunoglobulin normal dapat menurun (latar
belakang pewarnaan pucat); ini disebut paresis imun .
• Nilai rendah
• 7.2.1 Penyebab
• Rendah [total protein] hanya terjadi sebagai akibat dari kondisi
yang menyebabkan nilai komponen utama yang rendah, yaitu
albumin dan imunoglobulin (khususnya IgG). [Total protein]
yang rendah tetapi [albumin] yang normal mungkin merupakan
indikasi pertama bahwa seorang pasien memiliki defisiensi imun
humoral.
• 7.2.2 Investigasi
• [Albumin] rendah akan terlihat dari pengukuran spesifiknya.
Defisiensi imunoglobulin yang dicurigai didiagnosis dari
pengukuran masing-masing kelas imunoglobulin (IgG, IgA, IgM).
• 7.3 Catatan
• Pengukuran protein total memiliki nilai kecil sendiri tetapi dapat
menyarankan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk sampai
pada diagnosis spesifik.
Tes spesifik tersedia untuk banyak protein plasma individu.
Contoh, dengan kondisi di mana pengukurannya mungkin
berguna termasuk
• α1‐antitrypsin (α1‐antitrypsin deficiency)
• α‐fetoprotein (tumour marker, see 10.2.3)
• apolipoproteins (dyslipidaemias, cardiovascular risk
assessment)
• • caeruloplasmin (Wilson’s disease)
• • C‐reactive protein (inflammatory disorders)
• • ferritin, transferrin (iron deficiency and storage
disorders)
• • haptoglobin (haemolytic disorders)
• • prealbumin/transthyretin (nutritional status)
• immunoglobulins (humoral immunodeficiency).

Anda mungkin juga menyukai