Anda di halaman 1dari 21

Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

PEMERIKSAAN KIMIA DARAH

 Guna Pemeriksaan: untuk mengetahui hasil pemeriksaan kimia darah secara


kuantitatif ( ketepatan nilai )

 Sampel yang digunakan: serum / plasma

 Perbedaan serum dan plasma:


Dilihat dari
a. Isinya
Serum Plasma
Tidak mengandung antikoagulan Mengandung antikoagulan
Tidak mengandung fibrinogen Mengandung fibrinogen
Saat pembuatan, perlu pendiaman pada Saat pembuatan tanpa pendiaman pada
suhu kamar suhu kamar
Kemungkinan hemolisa besar Kemungkinan terjadi hemolisa kecil
Serotinin tinggi Tidak mengandung serotinin

b. Cara pembuatan

Serum Plasma
Lakukan pengambilan darah vena Lakukan pengambilan darah vena
sebanyak 3x volume serum yang sebanyak 3x volume plasma yang
dibutuhkan dibutuhkan

Diamkan darah sampai membeku pada


Darah ditampung dalam wadah berisi
suhu kamar selama 30 menit
anti koagulan yang sesuai
Lakukan pemusingan selama 10- 15
menit pada kecepatan 3000 rpm

Pemisahan serum dilakukan dengan


mikropipet dan bebas dari eritrosit,
Campur darah dan antikoagulan
dengan catatan:
perlahan – lahan dan merata
- Tidak boleh dilakukan pemusingan
ulang terhadap sampel yang sama,
Segera lakukan pemusingan 10 – 15
karena per ubahan rasio cairan
menit dengan kecepatan 3000 rpm
plasma terhadap sel dapat
mempengaruhi konsentrasi analit,
Pisahkan plasma dari sel darah
sehingga menyebabkan kesalahan
pada analisis
- Serum yang tidak dapat dikerjakan
dalam 24 jam dapat disimpan
sesuai stabilitas pemeriksaan
 Sumber kesalahan pada persiapan sampel:
1. Hemolisis
Definisi: pecahnya eritrosit disertai keluarnya zat – zat yang tekandung di
dalamnya, sehingga serum/ plasma tampak kemerahan dan dapat
1 AAK Nasional Surakarta
Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

menyebabkan kesalahan dalam analisis


Cara pencegahan:
a. Alat yang digunakan dissposible
b. Punksi vena yang dilakukan harus benar dan segera berhasil
c. Saat memasukkan darah ke dalam tabung/ vial, alirkan perlahan – lahan melalui
dinding tabung/ vial dan tidak boleh disemprotkan
d. Segera dilakukan pemisahan

2. Ikterik
Definisi: serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya
hiperbilirubinemia ( peningkatan kadar bilirubin dalam darah )
Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang
400 – 500 nm akibat warna kuning coklat dari spesimen, sehingga tidak
mampu dibaca oleh fotometer

3. Lipemik
Definisi: serum yang keruh, putih/ seperti susu karena hiperlipidemia
( peningkatan kadar lemak dalam darah ) atau adanya kontaminasi bakteri

Makanan yang baru dikonsumsi, terutama yang mengandung lemak dapat


menyebabkan lipemia ( peningkatan kadar lemak darah untuk sementara )

 Persiapan pasien untuk pemeriksaan kimia darah:


1. Puasa 10 – 12 jam
2. Penganbilan sampel pagi hari ( jam 7.00 – 9.00 ), karena harga normal sesuai dengan
pemeriksaan
3. Pengambilan darah dilakukan dengan posisi pasien duduk
4. Pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dihentikan sebelum
pemeriksaan

2 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

PENGUKURAN FOTOMETER

 ADA 2 MACAM:
1. End Point: pengukuran yang dilakukan saat reaksi sudah berhenti
Contoh pemeriksaan: Glukosa, Cholesterol, asam urat, total protein , dll
2. Kinetik: pengukuran yang dilakukan saat reaki sedang berlangsung ( kecepatan reaksi
enzym dalam merubah substar per satuan waktu )
Contoh pemeriksaan: pemeriksaan enzimatik ( SGOT, SGPT, ALP, LDH )

 Pada kedua jenis pengukuran tersebut digunakan BLANKO, yang berfungsi untuk
nengenolkan alat

 Macam – macam blanko:


1. Blanko udara: mengenolkan alat saat kuvet dalam keadaan kosong
2. Blanko aquadest / air: mengenolkan alat dengan menggunakan Aquadest
3. Blanko reagen: ikstinsi sebenarnya dari larutan reagen yang mengandung
konstituen pemeriksaan tanpa penambahan sampel
4. Blanko sampel: ikstinsi sebenarnya dari larutan reagensia yang
mengandung sampel tanpa penambahan reagensia starter

 Reagensia starter: larutan pereaksi/ reagensia yang menjalankan reaksi yang


spesifik
Contoh: NaNO3 pada pemeriksaan Bilirubin

 Selain menggunakan blanko, juga digunakan larutan Standart ( biasanya berfungsi untuk
mengurangi kesalahan dalam pemeriksaan )

 Contoh pemeriksaan yang menggunakan Program C/F : Cholesterol dan Total Protein

 Contoh pemeriksaan yang menggunakan program C/St: Glukosa, Asam Urat, Albumin

3 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

SPESIMEN

A. Persiapan
1. Secara Umum
Persiapan pasien dalam keadaan basal
a. Sebaiknya pagi antara jam 07.00 – 09.00
b. Untuk pemeriksaan tertentu, pasien harus puasa selama 8 – 12 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan ( lihat Tabel 1 )

Tabel 1
Pemeriksaan yang memerlukan puasa

Glukosa Puasa 10 – 12 jam

TTG ( Test Toleransi Glukosa ) Puasa 10 – 12 jam

Glukosa Kurva Harian Puasa 10 – 12 jam

Trigliserida Puasa 12 jam

Asam Urat Puasa 10 – 12 jam

VMA Puasa 10 – 12 jam

Renin ( PRA ) Puasa 10 – 12 jam

Insulin Puasa 8 jam

C Peptide Puasa 8 jam

Gastrin Puasa 12 jam

Aldosteron Puasa 12 jam

Homocycteine Puasa 12 jam

Lp (a) Puasa 12 jam

PTH Intact Puasa 12 jam

Apo A1 Dianjurkan puasa 12 jam

Apo B Dianjurkan puasa 12 jam

c. Menghindari obat – obatan sebelum spesimen diambil

4 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

1) Spesimen darah: tidak minum obat 4 – 24 jam sebelumnya


2) Spesimen urine: tidak minum obat 48 – 72 jam sebelumnya
3) Apabila tidak memungkinkan penghentian pemberian obat, maka hal tersebut
harus diinformasikan pada petugas laboratorium
Contohnya: Pasien minum obat antidiabetes sebelum pemeriksaan 2 jam PP
d. Menghindari aktifitas fisik / olah raga sebelum spesimen diambil
e. Memperhatikan efek postur
Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari posisi berdiri ke posisi duduk,
dianjurkan pasien dududk tenang sekurangkurangnya 15 menit sebelum diambil
darahnya
f. Memperhatikan variasi diurna
Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurna, perlu diperhatikan waktu
pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, Renin, dan aldosteron

2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan


a. Diet
Makanan-minuman dapat mempengeruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya:
1) Gula darah dan Trigliserid
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman.
Karena pengaruhnya sangat besar, maka pada pemeriksaan gula darah puasa,
pasien perlu dipuasakan 10-12 jamsebelum diambil darahnya, dan pada
pemeriksaan Trigliserid pasien perlu dipuasakan sekurangkurangnya 12 jam
2) Pemeriksaan LED, aktivitas enzim, besi, dan trace element
Pemeriksaan ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh makan dan minuman
karena akan mempengaruhi reaksi dalam proses pemeriksaan sehingga hasilnya
menjadi tidak benar
b. Obat –obatan
Obat – obatan yang diberikan baik secara oral maupus secara lainnya akan
menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Pemberian obat secara intra
muskular akan menimbulkan jejas pada otot sehingga mengakibatkan enzim yang
terkandung dalam otot masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan

5 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

mempengaruhi hasil pemeriksaan, antara lain Creatin Kinase ( CK ) dan Lactic


Dehydrogenase ( LDH )
Obat – obatan yang sering digunakan dan dapat mempengaruhi pemeriksaan dapar
dilihat pada tabel 2

Tabel 2
Daftar obat dan pemeriksaan yang dipengaruhi

Jenis Obat Pemeriksaan yang dipengaruhi


- Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat dan
enzym dalam darah akan meningkat karena
Diuretik terjadi hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan
Hb, hitung sel darah, Hematokrit, dan Elektrolit
- Pada urin akan terjadi pengenceran
Caffein Sama dengan diuretik
- Glucosa darah
Thiazid - Test Toleransi Glucosa
- Ureum dahah
Pil Kb - LED
( hormon ) - Kadar Hormon
Morfin Enzim hati ( GOT, GPT )
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji Hemostasis
Vitamin C Reduksi Urin
Obat - Glucosa darag
Antidiabetika - Glucosa urin
Kortikosteroi - Hitung Eosinofil
d - Test Toleransi Glucosa

c. Merokok
Merokok memyebabkan terjadinya perubahan cepat atau lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1 – 5 batang dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak,
epinefrin, gliserol bebas, dan kortisol
d. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa kadar
analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan
terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar Glukosa, laktat, asam urat, dan
terjadinya asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas r-
glutamil transferase, AST, ALT, trigliserid, kortisol, dan MCV (Mean
Corpuscular Volume) sel darah merah

6 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

e. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan terjadinya shift volume antara kompartemen di
dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat dan
perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar antara
kadar gula dalam darah arteri dan vena serta terjadi perubahan konsentrasi gas
darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK, AST, LDH, LED, Hb, Hitung sel
darah, dan produksi urine.
f. Ketinggian/ altitude
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai
dengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter tersebut
adalahCRP, β2-globulin, hematokrit, hemoglobin, dan asam urat.
Adaptasi terhadap perubahan ketinggian daratan memerlukan wahtu harian hingga
berminggu-minggu
g. Demam
Saat demam akan terjadi:
1) Peningkatan gula darah pada tahap permulaan dengan akbat terjadi peningkatan
kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah
lebih lanjut
2) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam karena
terjadi peningkatan metabolisme lemak dan terjadi peningkatan asam lemak
bebas dan benda=benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada
demam yang sudah lama
h. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun kadar enzim yang akan diukur, termasuk kadar
Hb, hematokrit, dan produksi urin. Hal ini disebabkan terjadinya pemindahan
cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum,
kreatinin, serta enzim – enzim yang berasal dari otot
i. Variasi Circadian Rythme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rythme. Perubahan kadar zat

7 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

yang dipengaruhi waktu dapat bersifat linier ( garis lurus ) seperti umur, dan dapat
bersifat siklus seperti siklus harian ( variasi diurnal ), siklus bulanan ( menstruasi ),
dan musiman.
Variasi diurnal yang terjadi antara lain:
1) Besi serum. Kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi
daripada pagi hari
2) Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga
bila test toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih
tinggi daripada yang dilakukan pada pagi hari
j. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah. Contohnya: ALP,
kolesterol total dan kolesterol LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai
dengan pertambahan umur
k. Ras
Contoh: jumlah leukosit dan aktivitas CK pada orang kulit hitan Amerika lebih
rendah daripada orang kulit putihnya.
l. Jenis Kelamin / Gender
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin
m. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, saat menginterpretasikan hasil
pemeriksaan perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada
kehamilan akan terjadi hemodilusi ( pengenceran darah ) yang dimulai pada
minggu ke 10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan

B. Pengambilan
1. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Bersih
b. Kering
c. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen
e. Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
f. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan
peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus
menggunakan peralatan yang steril dan sekali pakai buang.
2. Wadah
Wadah spesimen harus memebuhi syarat:

8 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

a. Terbuat dari gelas atau plastik


Untuk spesimen darah harus terbuat dari gelas
b. Tidak bocor atau tidak merembes
c. Harus dapat ditutup dengan tutup berulir
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
e. Bersih
f. Kering
g. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen
h. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
i. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna
coklat ( inaktinis )
j. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
k. Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja, sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar
3. Pengawet
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang
akan diperiksa dapat bertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu
tertentu
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat mempengatuhi hasil
pemeriksaan
Bahan tanbahab yang dipakai harus memenuhi persyaratan, yaitu tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa

4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kimia klinik dilakukan
pada pagi hari, karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal

5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan dulu lokasi pengambilan yang
tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta; misalnya:
a. Spesimen untuk darah vena, umumnya diambil dari v.cubiti di daerah siku.
Spesimen darah arteri umumnya diambil dari A radialis di pergelangan tangan
atau A. femoralis di daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari
ujung jari tengah tangan atau jari jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah
tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang
dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis
atau pucat
Sampel untuk pemeriksaan Gas Darah berupa darah heparin yang diambil dari
pembuluh arteri dan kapiler
b. Spesimen untuk pemeriksaan biakan harus diambil di tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak

6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan lab yang
diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.

9 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

Tabel.3
Spesimen dengan jenis antikoagulan/ pengawet dan wadah yang dipakai untuk
beberapa spesimen laboratorium dengan stabilitasnya

Jenis Spesimen Antikoagulan/


Wadah Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Jumlah Pengawet

20 - 25°C ( 3 hari )
NaF-Oksalat 4°C ( 7 hari )
Darah 2 ml G/P
4,5mg/ml darah -20°C ( 30 hari )
Gula Darah

Serum 2 ml - G/P 2-8°C ( 7 hari )

20 - 25°C ( 6 hari )
Kolesterol Serum 1 ml - G/P 4°C ( 6 hari )
-20°C ( 6 bulan )
Bilirubin Serum 1 ml - G/P Segera mungkin

20 - 25°C ( 5 hari )
Amilase Serum 1 ml - G/P 4°C ( 5 hari )
-20°C ( 7 hari )

20 - 25°C ( 5 hari )
Asam Urat Serum 1 ml - G/P 4°C ( 5 hari )
-20°C (6 bulan)

20 - 25°C ( 24 jam )
Lipase Serum 1 ml - G/P 4°C ( 5 hari )
-20°C ( 3 tahun)

20 - 25°C ( 6 hari )
Protein Total Serum 1 ml - G/P 4°C ( 6 hari )
-20°C ( 10 hari )

Na, K, Cl Serum 1 ml - G/P 20 - 25°C ( 14 hari )


4°C ( 14 hari )

20 - 25°C ( > 7 hari


Fosfatase aktivitas turun 1% )
Serum 1 ml - G/P
Alkali 4°C ( 7 hari )
-20°C ( 7 hari )

20 - 25°C ( 10 hari )
Kalsium Serum 1 ml - G/P
4°C ( 10 hari )

10 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

4°C ( 24 jam )
Kreatinin Serum 1 ml - G/P
-20°C ( 8 bulan )

γ - Glutamil 20 - 25°C (7 hari )


Serum 1 ml - G/P 4°C ( 7 hari )
Transferase
-20°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( > 3 hari
aktivitas turun 10% )
GOT Serum 1 ml - G/P 4°C (> 3 hari aktivitas
turun 8%)
-20°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( > 3 hari
aktivitas turun 17%)
GPT Serum 1 ml - G/P 4°C (> 3 hari aktivitas
turun 10%)
-20°C ( 7 hari )

7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar agar spesimen
tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya
a. Darah Vena
1) Posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan
yang banyak melakukan aktivitas
2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3) Pasang torniquet ±10 cm di atas siku
4) Pilih vena bagian median cubital atau chepalic
5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol
70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa
terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi
6) Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15° ( bila menggunakan tabung
vakum, tekan tabung vakum sehingga vakumnya bekerja dan darah terisap
ke dalam tabung ) Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk
ke dalam semprit. Bila darah tidak keluar, ganti posisi penusukan ( bila
terlalu dalam, tarik sedikit dan sebaliknya), usahakan darah dapat keluar
dengan satu kali tusuk.
7) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet dan pasien diminta
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil ±3 kali jumlah
serum / plasma yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
8) Lepaskan/ tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70% di atas bekas
tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ±2 menit. Setelah darah
berhenti, plester bagian ini selama ±15 menit. Jangan menarik jarum
sebelum torniquet dibuka.

Kesalahan – kesalahan dalam pengambilan darah vena:


1) Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras, sehingga
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi
2) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol

11 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

3) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terpisah penuh, sehingga


mengakibatkan masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah
4) Pada saat memindahkan darah ke tabung lain ( atau dari spuit ke tabung ),
terlalu cepat atau spesimen dikocok ( busa atau gelembung darah )dapat
mengakibatkan hemolisis

b. Darah Kapiler
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai kering lagi
2) Pegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang
3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari, tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis – garis sidik kulit, jangan sejajar. Pada daun
telinga, tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam
supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk
mendapar cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah
bercampur dengan cairan jaringansehingga menjadi encer dan menyebabkan
kesalahan dalam pemeriksaan
4) Buangklah tetesan darah yanbg pertama keluar dengan menggunakan
segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk
pemeriksaan

Kesalahan – kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:


1) Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah, seperti: vasokonstriksi ( pucat ). Vasodilatasi ( oleh radang,
trauma, dsb ), kongesti, atau adanya cyanosis setempat
2) Tusukan yang kurang dalam, sehingga darah harus diperas keluar
3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
5) Tejadi bekuan pada tetesan darah karena terlalu lambat bekerja

C. Pemberian Identitas
Pemnerian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada saat
pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label
wadah spesimen

Pada surat pengantar formulir pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara


lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilanspesimen
3. Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang ) termasuk rekam medik
4. Identitas pengirim ( nama, alamat, nomor telepon )

12 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/ keterangan klinik
7. Obat – obatan yang sudah duberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Lokasi pengambilan spesimen
11. Volume spesimen
12. Transpor media/ pengawet yang diberikan
13. Nama pengambil spesimen

Label wadah spesimen yang akan diambil/ dikirim ke laboratorium harus memuat:
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan Nomor pasien
3. Jenis Spesimen

Bagi pasien yang datang sendiri ke laboratorium, berlaku persyaratan surat pengantar
butir 1, 3, 4, 6, 7, 8, 11

D. Pengolahan

1. Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dulu pada suhukamar selama 20 – 30 menit,
kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5 – 15 menit
b. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh ( lipemik )

Pembuatan darah EDTA


- Sediakan botol atau tabung berisi 2 mg EDTA
- Alirkan 2 ml darah vena ke dalam botol tersebut dari semprit tanpa jarum

13 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

- Tutuplah botol/ tabung dan dengan segera homogenkan selama 60 detik atau
lebih
Ambil darah untuk pemeriksaan langsung dari botol/ tabung tersebut, tutuplah
botol segera. Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera, simpanlah botol/
tabung itu dalam almari es, biarkan suhu kamar terlebih dahulu sebelum darah
tersebut diperiksa

2. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
( lipemik)

E. Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen


1. Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa
karena stabilitasnya dapat berubah
Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
b. Terjadi metabolisme oleh sel hidup pada spesimen
c. Terjadi penguapan
d. Pengaruh suhu
e. Terkena paparan sinar matahari

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan


memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Ppenyimpanan masing –
masing spesimen harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet,
wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
a. Disimpan pada suhu kamar
b. Disimpan pada almari es suhu 2 – 8 °C

c. Dibekukan pada suhu -20°C, -70°C atau -120°C

14 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

d. Dapat diberikan bahan pemgawet


e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat

2. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam bentuk
yang relatif stabil
Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen, antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan sampai melampaui masa stabilitas spesimen
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratoriium, termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau “ Bahan
Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi

Sumber kesalahan pada persiapan sampel:

1.      Hemolisis

Definisi: pecahnya eritrosit disertai keluarnya zat – zat yang tekandung di

               dalamnya, sehingga serum/ plasma tampak kemerahan dan dapat

               menyebabkan kesalahan dalam analisis

Cara pencegahan:

a.       Alat yang digunakan dissposible

b.      Punksi vena yang dilakukan harus benar dan segera berhasil

15 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

c.       Saat memasukkan darah ke dalam tabung/ vial, alirkan perlahan – lahan melalui
dinding tabung/ vial dan tidak boleh disemprotkan

d.       Segera dilakukan pemisahan serum/plasma

2.      Ikterik

Definisi: serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya hiperbilirubinemia


( peningkatan kadar bilirubin dalam darah )

            Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang   400
–   500 nm akibat warna kuning coklat dari spesimen, sehingga tidakmampu dibaca
oleh fotometer

3.      Lipemik

Definisi: serum yang keruh, putih/ seperti susu karena hiperlipidemia

 ( peningkatan kadar lemak dalam darah ) atau adanya kontaminasi bakteri

Makanan yang baru dikonsumsi, terutama yang mengandung lemak dapat


menyebabkan lipemia ( peningkatan kadar lemak darah untuk sementara )
Persiapan pasien untuk pemeriksaan kimia darah:

1.      Puasa 10 – 12 jam

16 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

2.      Penganbilan sampel pagi hari ( jam 7.00 – 9.00 )


3.      Pengambilan darah dilakukan dengan posisi pasien duduk
4.      Pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dihentikan sebelum
pemeriksaan
Pemeriksaan fungsi hati

meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & bilirubin direk, serumglutamic
oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase  (SGPT/ALT),gamma
glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE)

Pemeriksaan fungsi jantung

meliputi pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain


natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan
memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T  dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk
kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan
tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan
leukemia.

Pemeriksaan fungsi ginjal

Pemeriksaan yang terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir
dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada
gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan
meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari
tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis
kelamin dan fungsi ginjal.

Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance
test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT.
Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul
rendah, dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang
atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin
dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.

Pemeriksaan lemak darah

17 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan
tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien
dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan
diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan
kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila
pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar
trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan
yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa.
Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan kadar gula darah

Pemeriksaan ini dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah
serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar
gula darah biasanya disebabkan oleh  Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar
gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam
pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa,
kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide.

Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan.

Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum
pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial.

Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah
puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar
gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan
obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jampost-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien
terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah
sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM.  Selain
itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi,
11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet
dan obat yang dipakai.

Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO).
Pemeriksaan ini harus memenuhi persyaratan,yaitu :

18 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

 - Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat


yang cukup.
 - Tidak boleh minum alkohol.
 - Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan
olahraga sebelum pemeriksaan dilakukan.
 - Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam
1 gelas air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15
    menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk anak.
 - Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum
glukosa.

Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel beta pulau Langerhans.
Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas
insulin bila diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan
hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin eksogen. Insulin berasal
dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui
sekresi insulin basal.

Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c.

Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan normal,
kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan
meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan kadar gula darah yang normal bukan merupakan
petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih
rendah dari sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu,
penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui kelainan
tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c . Saat ini uji HbA1c selain untuk monitoring
pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.

Pemeriksaan fungsi pankreas:


Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase
di dalam serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase
meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan menjadi normal kembali setelah
2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut. Kadar amilase ini dapat pula meningkat
pada penderita batu empedu dan pasca bedah lambung.
Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna lemak. Lipase akan
meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan
amilase terjadi pada permulaan penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari,
sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.

19 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

Anemia:
Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi
merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum
iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui
banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi
ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang
dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur
rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan
besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi
perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi,
kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi
tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab
anemia.

Elektrolit:
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di dalam tubuh.
Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama
dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan
puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan
ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan
ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
dan mengatur keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam bentuk ion kalsium
(Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di
dalam serum yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh
karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total, protein total, albumin
dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam serum dalam bentuk
fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan terikat dengan
Ca yang terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan
metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal, sedangkan kadar P yang
rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum
alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.

 $ e m & a h a s a n 5 Dari %rakti kum !ang dilakukan di da%at hasil !aitu ',/ <FL
dari %asien "ohana Hurint >,;tahun? . Dari hasil !ang dida%at da%at disim%ulkan kadar SGOT
%asien Sangat rendah karena &erada di&a#ah nilai normal >P /0 <FL untuk %erem%uan?.Be&era%a
hal !ang mem%engaruhi hasil %emeriksaan diantaran!a 5, .  a r a % e m i % e t a n - 3 . S u h u
r u a n g a n - / .  a k t u i n k u & a s i - 6.ondisi sam%el >li%emik- ikterik-
h e m o l i s i s ? - :.*njeksi %re intra'musular >*M? da%at meningkatkan kadar
SGOTFAST4.$engam&ilan darah %ada area !ang ter%asang jalur intra'vena da%at
menurunkan kadar SGOTFAST9 . O & a t ' o & a t a n d a % a t m e n i n g k a t k a n k a d a r
5 a n ti & i o ti k > a m % i s i l i n - k a r & e n i s i l i n - k l i n d a m i s i n - k l o k s a s i l i n -
e r i t r o m i s i n - g e n t a m i s i n - l i n k o m i s i n - n a 1 s i l i n - o k s a s i l i n -  %olisilin- tetrasiklin?-
vitamin >asam 1olat- %iridoksin- vitamin A?- narkotika >kodein-m o r 1 i n - m e % e r i d i n ? - a n ti h i

20 AAK Nasional Surakarta


Modul Praktikum Kimia Klinik II & III

% e r t e n s i > m e ti l d o % a F a l d o m e t - g u a n e t i d i n ? - m e t r a m i s i n -  %re%arat digitalis-


kortison- 1lura@e%am >Dalmane?- indometasin >*ndosin?- isonia@id>*(H?- ri1am%in- kontrase
%si oral- teo1ilin. Salisilat da%at men!e&a&kan kadar serum %ositi1 atau negati1 !ang
keliru.ondisi !ang meningkatkan kadar SG$TFALT adalah 5, . $ e n i n g k a t a n S G O T F S G $ T Q
3 0 k a l i n o r m a l 5 h e % a ti ti s v i r a l a k u t - n e k r o s i s h a ti >toksisitas o&at atau
kimia?3.$eningkatan /',0 kali normal 5 in1eksi mononuklear- he%ati ti s kronis akti 1-
sum&atanem%edu ekstra he%atik- sindrom Re!e- dan in1ark miokard >SGOTQSG$T?

21 AAK Nasional Surakarta

Anda mungkin juga menyukai