b. Cara pembuatan
Serum Plasma
Lakukan pengambilan darah vena Lakukan pengambilan darah vena
sebanyak 3x volume serum yang sebanyak 3x volume plasma yang
dibutuhkan dibutuhkan
2. Ikterik
Definisi: serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya
hiperbilirubinemia ( peningkatan kadar bilirubin dalam darah )
Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang
400 – 500 nm akibat warna kuning coklat dari spesimen, sehingga tidak
mampu dibaca oleh fotometer
3. Lipemik
Definisi: serum yang keruh, putih/ seperti susu karena hiperlipidemia
( peningkatan kadar lemak dalam darah ) atau adanya kontaminasi bakteri
PENGUKURAN FOTOMETER
ADA 2 MACAM:
1. End Point: pengukuran yang dilakukan saat reaksi sudah berhenti
Contoh pemeriksaan: Glukosa, Cholesterol, asam urat, total protein , dll
2. Kinetik: pengukuran yang dilakukan saat reaki sedang berlangsung ( kecepatan reaksi
enzym dalam merubah substar per satuan waktu )
Contoh pemeriksaan: pemeriksaan enzimatik ( SGOT, SGPT, ALP, LDH )
Pada kedua jenis pengukuran tersebut digunakan BLANKO, yang berfungsi untuk
nengenolkan alat
Selain menggunakan blanko, juga digunakan larutan Standart ( biasanya berfungsi untuk
mengurangi kesalahan dalam pemeriksaan )
Contoh pemeriksaan yang menggunakan Program C/F : Cholesterol dan Total Protein
Contoh pemeriksaan yang menggunakan program C/St: Glukosa, Asam Urat, Albumin
SPESIMEN
A. Persiapan
1. Secara Umum
Persiapan pasien dalam keadaan basal
a. Sebaiknya pagi antara jam 07.00 – 09.00
b. Untuk pemeriksaan tertentu, pasien harus puasa selama 8 – 12 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan ( lihat Tabel 1 )
Tabel 1
Pemeriksaan yang memerlukan puasa
Tabel 2
Daftar obat dan pemeriksaan yang dipengaruhi
c. Merokok
Merokok memyebabkan terjadinya perubahan cepat atau lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1 – 5 batang dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak,
epinefrin, gliserol bebas, dan kortisol
d. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa kadar
analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan
terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar Glukosa, laktat, asam urat, dan
terjadinya asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas r-
glutamil transferase, AST, ALT, trigliserid, kortisol, dan MCV (Mean
Corpuscular Volume) sel darah merah
e. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan terjadinya shift volume antara kompartemen di
dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat dan
perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar antara
kadar gula dalam darah arteri dan vena serta terjadi perubahan konsentrasi gas
darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK, AST, LDH, LED, Hb, Hitung sel
darah, dan produksi urine.
f. Ketinggian/ altitude
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai
dengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter tersebut
adalahCRP, β2-globulin, hematokrit, hemoglobin, dan asam urat.
Adaptasi terhadap perubahan ketinggian daratan memerlukan wahtu harian hingga
berminggu-minggu
g. Demam
Saat demam akan terjadi:
1) Peningkatan gula darah pada tahap permulaan dengan akbat terjadi peningkatan
kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah
lebih lanjut
2) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam karena
terjadi peningkatan metabolisme lemak dan terjadi peningkatan asam lemak
bebas dan benda=benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada
demam yang sudah lama
h. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun kadar enzim yang akan diukur, termasuk kadar
Hb, hematokrit, dan produksi urin. Hal ini disebabkan terjadinya pemindahan
cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum,
kreatinin, serta enzim – enzim yang berasal dari otot
i. Variasi Circadian Rythme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rythme. Perubahan kadar zat
yang dipengaruhi waktu dapat bersifat linier ( garis lurus ) seperti umur, dan dapat
bersifat siklus seperti siklus harian ( variasi diurnal ), siklus bulanan ( menstruasi ),
dan musiman.
Variasi diurnal yang terjadi antara lain:
1) Besi serum. Kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi
daripada pagi hari
2) Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga
bila test toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih
tinggi daripada yang dilakukan pada pagi hari
j. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah. Contohnya: ALP,
kolesterol total dan kolesterol LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai
dengan pertambahan umur
k. Ras
Contoh: jumlah leukosit dan aktivitas CK pada orang kulit hitan Amerika lebih
rendah daripada orang kulit putihnya.
l. Jenis Kelamin / Gender
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin
m. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, saat menginterpretasikan hasil
pemeriksaan perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada
kehamilan akan terjadi hemodilusi ( pengenceran darah ) yang dimulai pada
minggu ke 10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan
B. Pengambilan
1. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Bersih
b. Kering
c. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen
e. Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
f. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan
peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus
menggunakan peralatan yang steril dan sekali pakai buang.
2. Wadah
Wadah spesimen harus memebuhi syarat:
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kimia klinik dilakukan
pada pagi hari, karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal
5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan dulu lokasi pengambilan yang
tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta; misalnya:
a. Spesimen untuk darah vena, umumnya diambil dari v.cubiti di daerah siku.
Spesimen darah arteri umumnya diambil dari A radialis di pergelangan tangan
atau A. femoralis di daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari
ujung jari tengah tangan atau jari jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah
tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang
dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis
atau pucat
Sampel untuk pemeriksaan Gas Darah berupa darah heparin yang diambil dari
pembuluh arteri dan kapiler
b. Spesimen untuk pemeriksaan biakan harus diambil di tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak
6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan lab yang
diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
Tabel.3
Spesimen dengan jenis antikoagulan/ pengawet dan wadah yang dipakai untuk
beberapa spesimen laboratorium dengan stabilitasnya
20 - 25°C ( 3 hari )
NaF-Oksalat 4°C ( 7 hari )
Darah 2 ml G/P
4,5mg/ml darah -20°C ( 30 hari )
Gula Darah
20 - 25°C ( 6 hari )
Kolesterol Serum 1 ml - G/P 4°C ( 6 hari )
-20°C ( 6 bulan )
Bilirubin Serum 1 ml - G/P Segera mungkin
20 - 25°C ( 5 hari )
Amilase Serum 1 ml - G/P 4°C ( 5 hari )
-20°C ( 7 hari )
20 - 25°C ( 5 hari )
Asam Urat Serum 1 ml - G/P 4°C ( 5 hari )
-20°C (6 bulan)
20 - 25°C ( 24 jam )
Lipase Serum 1 ml - G/P 4°C ( 5 hari )
-20°C ( 3 tahun)
20 - 25°C ( 6 hari )
Protein Total Serum 1 ml - G/P 4°C ( 6 hari )
-20°C ( 10 hari )
20 - 25°C ( 10 hari )
Kalsium Serum 1 ml - G/P
4°C ( 10 hari )
4°C ( 24 jam )
Kreatinin Serum 1 ml - G/P
-20°C ( 8 bulan )
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar agar spesimen
tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya
a. Darah Vena
1) Posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan
yang banyak melakukan aktivitas
2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3) Pasang torniquet ±10 cm di atas siku
4) Pilih vena bagian median cubital atau chepalic
5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol
70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa
terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi
6) Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15° ( bila menggunakan tabung
vakum, tekan tabung vakum sehingga vakumnya bekerja dan darah terisap
ke dalam tabung ) Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk
ke dalam semprit. Bila darah tidak keluar, ganti posisi penusukan ( bila
terlalu dalam, tarik sedikit dan sebaliknya), usahakan darah dapat keluar
dengan satu kali tusuk.
7) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet dan pasien diminta
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil ±3 kali jumlah
serum / plasma yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
8) Lepaskan/ tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70% di atas bekas
tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ±2 menit. Setelah darah
berhenti, plester bagian ini selama ±15 menit. Jangan menarik jarum
sebelum torniquet dibuka.
b. Darah Kapiler
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai kering lagi
2) Pegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang
3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari, tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis – garis sidik kulit, jangan sejajar. Pada daun
telinga, tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam
supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk
mendapar cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah
bercampur dengan cairan jaringansehingga menjadi encer dan menyebabkan
kesalahan dalam pemeriksaan
4) Buangklah tetesan darah yanbg pertama keluar dengan menggunakan
segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk
pemeriksaan
C. Pemberian Identitas
Pemnerian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada saat
pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label
wadah spesimen
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/ keterangan klinik
7. Obat – obatan yang sudah duberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Lokasi pengambilan spesimen
11. Volume spesimen
12. Transpor media/ pengawet yang diberikan
13. Nama pengambil spesimen
Label wadah spesimen yang akan diambil/ dikirim ke laboratorium harus memuat:
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan Nomor pasien
3. Jenis Spesimen
Bagi pasien yang datang sendiri ke laboratorium, berlaku persyaratan surat pengantar
butir 1, 3, 4, 6, 7, 8, 11
D. Pengolahan
1. Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dulu pada suhukamar selama 20 – 30 menit,
kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5 – 15 menit
b. Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh ( lipemik )
- Tutuplah botol/ tabung dan dengan segera homogenkan selama 60 detik atau
lebih
Ambil darah untuk pemeriksaan langsung dari botol/ tabung tersebut, tutuplah
botol segera. Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera, simpanlah botol/
tabung itu dalam almari es, biarkan suhu kamar terlebih dahulu sebelum darah
tersebut diperiksa
2. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
( lipemik)
2. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam bentuk
yang relatif stabil
Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen, antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan sampai melampaui masa stabilitas spesimen
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratoriium, termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau “ Bahan
Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi
1. Hemolisis
Cara pencegahan:
c. Saat memasukkan darah ke dalam tabung/ vial, alirkan perlahan – lahan melalui
dinding tabung/ vial dan tidak boleh disemprotkan
2. Ikterik
Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran pada panjang gelombang 400
– 500 nm akibat warna kuning coklat dari spesimen, sehingga tidakmampu dibaca
oleh fotometer
3. Lipemik
1. Puasa 10 – 12 jam
meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & bilirubin direk, serumglutamic
oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT),gamma
glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE)
Pemeriksaan yang terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir
dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada
gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan
meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari
tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis
kelamin dan fungsi ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance
test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT.
Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul
rendah, dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang
atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin
dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.
meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan
tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien
dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan
diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan
kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila
pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar
trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan
yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa.
Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan ini dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah
serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar
gula darah biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar
gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam
pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa,
kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide.
Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan.
Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum
pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial.
Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah
puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar
gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan
obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jampost-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien
terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah
sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain
itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi,
11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet
dan obat yang dipakai.
Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO).
Pemeriksaan ini harus memenuhi persyaratan,yaitu :
Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel beta pulau Langerhans.
Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas
insulin bila diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan
hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin eksogen. Insulin berasal
dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui
sekresi insulin basal.
Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan normal,
kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan
meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan kadar gula darah yang normal bukan merupakan
petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih
rendah dari sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu,
penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui kelainan
tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c . Saat ini uji HbA1c selain untuk monitoring
pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.
Anemia:
Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi
merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum
iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui
banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi
ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang
dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur
rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan
besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi
perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi,
kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi
tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab
anemia.
Elektrolit:
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di dalam tubuh.
Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama
dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan
puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan
ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan
ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
dan mengatur keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam bentuk ion kalsium
(Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di
dalam serum yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh
karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total, protein total, albumin
dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam serum dalam bentuk
fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan terikat dengan
Ca yang terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan
metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal, sedangkan kadar P yang
rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum
alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.
$ e m & a h a s a n 5 Dari %rakti kum !ang dilakukan di da%at hasil !aitu ',/ <FL
dari %asien "ohana Hurint >,;tahun? . Dari hasil !ang dida%at da%at disim%ulkan kadar SGOT
%asien Sangat rendah karena &erada di&a#ah nilai normal >P /0 <FL untuk %erem%uan?.Be&era%a
hal !ang mem%engaruhi hasil %emeriksaan diantaran!a 5, . a r a % e m i % e t a n - 3 . S u h u
r u a n g a n - / . a k t u i n k u & a s i - 6.ondisi sam%el >li%emik- ikterik-
h e m o l i s i s ? - :.*njeksi %re intra'musular >*M? da%at meningkatkan kadar
SGOTFAST4.$engam&ilan darah %ada area !ang ter%asang jalur intra'vena da%at
menurunkan kadar SGOTFAST9 . O & a t ' o & a t a n d a % a t m e n i n g k a t k a n k a d a r
5 a n ti & i o ti k > a m % i s i l i n - k a r & e n i s i l i n - k l i n d a m i s i n - k l o k s a s i l i n -
e r i t r o m i s i n - g e n t a m i s i n - l i n k o m i s i n - n a 1 s i l i n - o k s a s i l i n - %olisilin- tetrasiklin?-
vitamin >asam 1olat- %iridoksin- vitamin A?- narkotika >kodein-m o r 1 i n - m e % e r i d i n ? - a n ti h i