Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Kekurangan Vitamin A (KVA)

Disusun Oleh

Rina Yohanes (P10120229) Novianti Mangkey (P10120049)

Wenifred T.P (P10120187) Risma (P10120211)

Andini (P10120139) Aditya Rinsa (P10120115)

Putri Ajeng A (P10120169) Geisya Arya S (P10120031)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat yang berjudul “Kekurangan Vitamin A (KVA)” dengan lancar dan baik.

Tugas makalah yang kami susun ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas makalah Dasar
Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang
terhormat Ibu Anitatia Ratna Megasari, S,KM.,M.PH selaku dosen pengampu. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat, tata bahasa, hingga kerapian penulisannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
meminta segala kritik serta saran bagi pembaca tugas paper ini. Terutama untuk dosen yang akan
menilai isi dari tugas makalah ini agar dapat mengevaluasi tugas paper ini, dengan itu semoga di
pembuatan tugas makalah berikutnya tidak terjadi kesalahan yang terulang.

Akhir kata kami ucapkan, berharap semoga tugas makalah yang berjudul “Kekurangan Vitamin
A” dapat diterima oleh para pembacanya. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan dan memberikan hal positif bagi para pembaca. Terimakasih atas kritik
serta saran yang akan dituangkan pada karya ilmiah ini, mohon maaf atas kesalahan yang
diperbuat oleh penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Tarakan, 05 Maret 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ II

DAFTAR ISI............................................................................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1-2

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3-7

A. pengertian KVA.............................................................................................................................. 3

B. Prevalensi dan Indikator Terjadinya ............................................................................................ 3

C. Estimologi atau Penyebab ............................................................................................................. 4

D. Penyakit Akibat KVA (Tanda & Gejala) .......................................................................................... 5

E. Pencegahandan Penanggulangan .................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 8

A. KESIMPULAN ................................................................................................................................ 8

B. SARAN ............................................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar


250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena kekurangan
vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Dengan tingginya
prevalensi kekurangan vitamin A, WHO telah menerapkan beberapa inisiatif untuk suplementasi
vitamin A di negara-negara berkembang. Beberapa strategi termasuk asupan vitamin A melalui
kombinasi pemberian ASI, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan suplemen. Melalui upaya
WHO dan mitra-mitranya, yang diperkirakan 1,25 juta kematian sejak 1998 di 40 negara karena
kekurangan vitamin A telah dihindari (Anonim, 2011). Meskipun sejak tahun 1992 Indonesia
dinyatakan bebas dari xeropthalmia, akan tetapi masih dijumpai 50% dari balita mempunyai
serum retinol.

Kekurangan vitamin A (KVA) dikenal sebagai buta senja atau xerophtalmia (mata
kering) yang dapat berlanjut pada kebutaan. Sejak tahun 1980-an, diketahui terjadi peningkatan
angka kematian balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum terlihat tanda-tanda
xerophtalmia. Kurang vitamin A dapat menyebabkan balita menjadi balita rentan terhadap
penyakit infeksi (Baliwati dkk, 2010). Selain itu, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
peradangan pada kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa
penderita mengalami anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah
menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100mL).
Masalah tersebut diatas disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai pokok masalah di masyarakat yang merupakan penyebab
terjadinya masalah adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan serta tingkat
pendapatan masyarakat (Azwar, 2004). Selain itu, konsumsi dan kebutuhan setiap orang akan
makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis
kelamin, pekerjaan dan faktor-faktor lain menentukan kebutuhan masing-masing orang akan zat
gizi. Terlebih lagi pada masa kanak-kanak, merupakan masa pertumbuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang makalah maka dapat dirumuskan rumusan makalah adalah
sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari Kekurangan Vitamin A (KVA)?
2. Bagaimana prevalensi dan indikator terjadinya KVA?
3. Apakah etiologi atau penyebab dari KVA?
4. Bagaimana tanda dan gejala serta penyakit yang ditimbulkan dari KVA?
5. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan KVA?

1
C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari kekurangan vitamin A.


2. Untuk mengetahui dan memahami prevalensi dan indikator KVA.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi atau penyebab dari KVA.
4. Untuk mengetahui dan memahami tanda, gejala serta penyakit dari KVA.
5. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan dan penanggulangan KVA

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekurangan Vitamin KVA

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A
merupakan nama generic yang menyatakan semua retinoid dan precursor/ provitamin A/
karetonoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol (Sunita Almatsier, 2004)
Merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi
epitelium, dan sekresi lendir/getah. Disamping itu kekurangan vitamin A meningkatkan
resiko anak terhadap penyakit infeksi saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka
kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Siti Maryam,
2003). Sumber utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya β-karetin) dan retinil
ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan diesterifikasi dengan asam lemak
rantai panjang. Hasil dari retinil ester diabsorpsi bersama lemak dan ditransportasikan ke hati
untuk disimpan (Gormall,1986).

KVA merupakan singkatan dari Kekurangan Vitamin A. Dimana Vitamin A bermanfaat


untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena itu vitamin A dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA.
Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain
dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan (Depkes RI, 2009). vitamin A
juga memilki peranan penting dalam fungsi normal sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu
pada saat terjadi defisiensi vitamin A fungsi normal system kekebalan tubuh (imunologis)
terganggu, akibatnya tingkat infeksi bibit penyakit ke dalam tubuh juga akan meningkat.

B. Prevalensi dan indikator terjadinya

Angka prevalensi kejadian kurang vitamin A di beberapa daerah di Indonesia menurut


beberapa survey adalah sebagai berikut :

1. Survei nasional pada xeroftalmia I tahun 1978 menunjukkan angkaangka xeroftalmia di


Indonesia sebesar 1,34% atau sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dari ambang batas yang
ditetapkan oleh WHO (X16 < 0,5%).

2. Pada tahun 1992 survei nasional pada xeroftalmia II dilaksanakan, prevalensi KVA
mampu diturunkan secara berarti dari 1,34% menjadi 0,33%. Namun secara subklinis,
prevalensi KVA terutama pada kadar serum retinol dalam darah (< 20 mcg/100 ml) pada
balita sebesar 50%, ini menyebabkan anak balita di Indonesia berisiko tinggi untuk terjadinya
xeropthalmia dan menurunnya tingkat kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit

3
infeksi (Azwar, 2004). Akibatnya menjadi sangat tergantung dengan kapsul vitamin A dosis
tinggi.

3. Menurut hasil survey pemantauan status gizi dan kesehatan tahun 1998-2002, yang
menunjukkan bahwa sampai tahun 2002, sekitar 10 juta (50%) anak Indonesia terancam
kekurangan vitamin A, karena tidak mengkonsumsi makanan mengandung vitamin A secara
cukup.

4. Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar


250.000- 500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena
kekurangan vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Dengan
tingginya prevalensi kekurangan vitamin A, WHO telah menerapkan beberapa inisiatif untuk
suplementasi vitamin A di negara-negara berkembang. Beberapa strategi termasuk asupan
vitamin A melalui kombinasi pemberian ASI, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan
suplemen. Melalui upaya WHO dan mitra-mitranya, yang diperkirakan 1,25 juta kematian
sejak 1998 di 40 negara karena kekurangan vitamin A telah dihindari (Anonim, 2011).

5. Sementara itu pada Mei 2003 berdasarkan data WHO ditemukan bahwa hingga kini masih
ditemukan 3 propinsi yang paling banyak kekurangan vitamin A yaitu : Propinsi Sulawesi
Selatan tingkat prevalensi hingga 2,9%, propinsi

C. Etiologi atau Penyebab

Penyebab terjadinya kekurangan vitamin A dibagi menjadi dua faktor, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung.

1. Penyebab langsung
Penyebab langsung adalah mengkonsumsi Vitamin A dalam makanan sehari-hari
tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu yang lama. Kurangnya
vitamin konsumsi Vitamin A dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk
mempertahankan keadaan gizinya yang normal. Kekurangan vitamin A ini umumnya
terjadi sejak balita karena kurang sumber vitamin A. kondisi ini sering sekali lebih
buruk bila disertai oleh kekurangan gizi dalam makanan misalnya tidak cukup
konsumsi lemak, dimana lemak berperan penting dalam efesiensi penyerapan zat gizi
mikro termasuk vitamin A

2. Penyebab tidak langsung.

- Penyakit infeksi dapat menyebabkan berkurang dalam percepatan dalam


peningkatan penggunaan vitamin A dalam tubuh dan konsekuensi persediaan zat

4
gizi tidak mencukupinya. Kondisi lain di hubungkan dengan kemiskinan, kondisi
social ekonomi yang belum berkembang, sanitasi serta pemeliharaan hygiene
perorangan di absorpsikan dengan malnutrisi termasuk vitamin A.
- Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu Karena infeksi cacing, diare
- Adanya penyakit ispa, campak dan diare

D. Tanda, Gejala serta Penyakit yang di timbulkan


Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau
fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari
kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti
pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan
organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa janin, bayi, anak-anak, dewasa
dan masa tua. Diduga vitamin A dalam bentuk asam retinoat memegang peranan penting
dalam kegiatan inti sel, dalam pengaturan faktor genetik mensintesis protein, yang
berpengaruh pada diferensiasi sel. Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi
adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis
dan mengeluarkan mucus atau lendir. Mukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan
mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan
mengeluarkan lebih banyak mucus yang akan mempercepat pengeluaran mikroorgnisme
tersebut. Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi kelenjar yang mengeluarkan mucus
dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi kering
dan kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan
mucus dengan mukosa dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri (infeksi).
Alur transport vitamin A di dalam tubuh . selain itu, Gejala-gejala defisiensi vitamin A
pada mata, diawali dengan berkurangnya daya adaptasi,yaitu kemampuan untuk
menyesuaikan mata dengan keadaan redup, yang lambat laun menjadi buta malam
(niktalopia). Pada stadium terakhir defisiensi vitamin A dapat timbul xeroftalmia, yaitu
mengering dan mengerasnya sel-sel kornea yang berakibat keratomalasia, yaitu
hancurnya kornea mata sehingga menjadi kebutaan.
Kekurangan vitamin A terutama terdapat pada anak-anak balita. Tanda-tanda
kekurangan vitamin A terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin
A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi atau kekurangan
sekunder karena gangguan penyerapan atau penggunaanya dalam tubuh, kebutuhan
meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan
vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita kurang energy protein, penyakit hati,
alfa, beta-lipoproteinemia atau gangguan absorbs karena gangguan asam empedu.
Menurut Sunita Almatsier (2003), kekurangan vitamin A meningkatkan resiko
anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,
meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan. Selain itu, penyakit yang di timbulkan dari kekurangan vitamin A adalah

5
Xerophthalmia yang di tandai dengan mata kering dan di bagi menjadi beberapa
klasifikasi yaitu rabun senja, Xerosis Konjungtiva, Bercak Bitot, Xerosis Kornea,
Ulserasi Kornea, jaringan parut kornea, dan Fundus Xerophthalmia.

E. Pencegahan dan Penanggulangan

Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan
vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula
memegang peranan. Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh,
ditempuh kebijaksanan sebagai berikut:

1. Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan

2. Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran
secara luas (fortifikasi)

3. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala Upaya meningkatkan konsumsi
bahan makanan sumber vitamin A melalui proses komunikasi-informasi-edukasi

(KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun disadari bahwa
penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi
dengan vitamin A masih bersifat rintisan . Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini
masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (Depkes RI, 2000).
Pemberian kapsul vitamin A terutama pada kasus gizi kurang pada balita yang juga disertai
gejala xerophtalmia. Xerophthalmia adalah kelainan mata akibat kekurangan vitamin A,
terutama pada balita dan sering ditemukan pada penderita gizi buruk dan gizi kurang.
Kelainan ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang telah dapat ditangani sejak
tahun 2006 (studi gizi mikro di 10 provinsi), namun KVA pada balita dapat berakibat
menurunnya daya tahan tubuh sehingga dapat meningkatkan kesakitan dan kematian. Untuk
itu suplementasi vitamin A tetap harus diberikan pada balita 6-59 bulan, setiap 6 bulan,
dianjurkan pada bulan kampanye kapsul vitamin A yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
Kapsul vitamin A juga harus didistribusikan pada balita di daerah endemik campak dan diare.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A secara
nasional pada anak balita sebesar 69,8 persen . Terjadi disparitas antar provinsi dengan jarak
49,3 persen sampai 91,1 persen. Cakupan nasional ini menurun dari 71,5 persen. Sementara,
pada tahun 2007 hanya 44,6 persen ibu nifas mendapat suplementasi vitamin A dan
meningkat menjadi 52,2 persen pada tahun 2010 (Kemenkes, 2010)

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

KVA atau biasa dikenal dengan kekurangan vitamin A merupakan suatu yang penyakit
dimana seseorang kekurangan vitamin. Kekurangan vitamin A ini merupakan salah satu
penyebab kebutaan di dunia. Kekurangan vitamin A ini disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor secara langsung dan tidak langsung. KVA ini Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau
fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari
kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh. Dampak dari
kekurangan vitamin A penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian
karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Dan penyakit yang terkenal
karena kekurangan Vitamin A adalah kebutaan atau Xerophthalmia. Dimana Xepohthamia
dibagi menjadi beberapa klasifikasi diantaranya rabun senja, Xerosis Konjungtiva, Bercak
Bitot, Xerosis Kornea, Ulserasi Kornea, jaringan parut kornea, dan Fundus Xerophthalmia.

B. Saran

Penulis berharap pembaca dapat memahami dan mengerti mengenai materi kekurangan
vitamin A dan penulis sadar makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang mengapresiasi dari permbaca agar dimakalah
berikutnya dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada di makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adriani Merryana & Wirjatmadi Bambang.2016.Pengantar Gizi Masyarakat.Jakarta:


PT.kencana

Fithiyana Rinda.2016. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Dengan Pemberian Vitamin
Pada Balita di Desa Kuanta Sako. Vol.2 No.1 ISSN 2580-3123

Satya Yunita.2013.Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Infeks. Vol. 3, No. 2

Anda mungkin juga menyukai