Dosen pengampu :
Dr.GRACE.K.L.LANGI,S.Pd,SST,MPHM
Disusun oleh
NIM: 711331123035
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunianyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bantuannya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari dosen pembimbing dan semua pihak yang sifatnya membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan demi perbaikan makalah penulis di
masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka............................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin A adalah vitamin larut lemak pertama di ditemukan. Penemuan ini menyatakan
semua retinoid dan prekursor/ provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik
sebagai retinol. Vitamin A berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kekurangan vitamin A (KVA) meningkatkan resiko terserang penyakit infeksi seperti diare,
radang paru-paru, pneumonia dan bahkan kematian. Akibat lain yang paling serius dari
kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun senja yaitu bentuk lain dari xeropthalmia seperti
kerusakan kornea mata dan kebutaan (Almatsier, 2009). Vitamin A dapat meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare dan ISPA serta memiliki
peranan yang sangat penting bagi kesehatan mata (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Vitamin A termasuk zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, zat gizi ini tidak dapat
dibuat oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Makanan sumber vitamin A ada yang
berasal dari produk hewani seperti daging, telur, susu dan hati juga ada dari produk nabati
yang mengandung beta-karoten (pro-vitamin A) yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran
berwarnawarni seperti wortel, bayam, kol, brokoli, semangka, melon, pepaya, mangga,
tomat dan kacang polong. Disamping dari produk alami, vitamin A juga dapat berasal dari
produk hasil rekayasa yang diperkaya (fortifikasi) seperti dalam minyak goreng, margarin,
susu dan beberapa jenis mie instan. Selain yang disebutkan di atas ada sumber vitamin A
yang sangat potensial dan dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi dan balita yaitu
suplementasi vitamin A melalui pemberian kapsul vitamin A (Depkes Aceh, 2019).
Kekurangan vitamin A atau KVA merupakan salah satu masalah gizi yang ada di negara
berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA balita tertinggi dibandingkan dengan
wilayah lain seperti Afrika, Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Pasifik Barat. Di Indonesia
masalah kekurangan vitamin A pada tahun 2011 sudah dapat dikendalikan, namun secara
subklinis prevalensi kekurangan vitamin A terutama pada kadar serum retinol dalam darah
kurang dari 20µg/dl masih mencapai 0,8% (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012).
Kekurangan vitamin A disebabkan karena kurangnya intake vitamin A dalam tubuh. Intake
vitamin A didapatkan dari asupan makanan yang mengandung vitamin A dari sumber
hewani atau pro-vitamin A dari sumber nabati. Makanan yang mengandung vitamin A
tergolong mahal dipasaran, sehingga sebagian besar masyarakat miskin sangat sulit untuk
mendapatkan makanan sumber vitamin A untuk mencukupi kebutuhan akan vitamin A
sehari-hari (Nadimin, 2011).
Makanan yang hanya dibuat dari satu bahan makanan saja tidak bisa memenuhi semua zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh karena tidak ada satupun bahan makanan yang memiliki
kandungan gizi lengkap. Salah satu cara untuk mencukupi semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh adalah dengan melakukan penganekaragaman pangan. Usaha penganekaragaman
pangan dapat dilakukan dengan mencari bahan baru atau bahan makanan yang sudah ada
yang selanjutnya dikembangkan menjadi produk pangan yang beraneka ragam sehingga
dapat meningkatkan mutu gizi dari makanan tersebut (Badan Ketahanan Pangan, 2010).
Bahan makanan sayuran sumber vitamin A salah satunya adalah daun kelor. Pemanfaatan
daun kelor sebagai bahan makanan belum maksimal karena aromanya yang langu dan
rasanya pahit sehingga kurang disukai masyarakat. Daun kelor merupakan sayuran daun
yang mengandung tinggi protein dan vitamin A (Putri, 2011). Hasil penelitian Nadimin (2011)
di kelurahan Togo-Togo Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto Makassar bahwa
konsumsi sumber vitamin A dari sayuran yang paling banyak adalah daun kelor. Peranan
vitamin A bagi tubuh sangat penting karena dapat bermanfaat untuk mencegah dan
menanggulangi masalah gizi yaitu Kekurangan Vitamin A yang biasa disebut Xerophtalmia
(Supariasa, 2001).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditaruik beberapa rumusan masalah yang
dikaji dalam makalah ini :
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Sejarah Vitamin
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakanadanya
zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada
tahun1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak ayam
yang serupadengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah
binatang diberi makananyang terdiri atas`beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat
disembuhkan denganmemberikan makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil
penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting selain
kabohidrat, lemak dan proteinsebagai energy, mendorong para ahli untuk meneliti lebih
lanjut tentang vitamin, sehinggadiperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang.
Pada saat ini terdapat lebih dari 20macam vitamin. Polish kemudian member nama faktor
diet esensial ini dengan vitamin.Selanjutnya hasil pekerjaan Warburg tentang koenzim
(1932-1935) dan kemudian penyelidikanR Kuhn dan P Kerrer menunjukkan adanya
hubungan antara struktur kimia viatamin dengankoenzim.
Vitmain A ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc. Collum dan Davis. Vitamin A adalah
vitamin antioksidan yang larut dalam lemak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhantulang. Secara luas vitamin A merupakan nama generic yang menyatakan
semua retinoid dan precursor/ provitamin A/ karotenid yang mempunyai aktivitas biologic
sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk prekursor.
B. Definisi Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu
tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.
Istilah “vitamin” sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai dalam
pengertian biokimia karena tidak memiliki kesamaan struktur tetapi akhirnya dipertahankan
dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa
Latin vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik
yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak
diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N (Sommer, A.1987).
Vitamin A (retinol)
Vitamin A (Retinol) Fungsi dan Manfaat Vitamin A (Retinol) Bagi Tubuh. Makanan
sumber vitamin A terbaik, serta akibat dari kekurangan vitamin A (Defisiensi).
Vitamin A atau dikenal juga dengan nama Retinol merupakan vitamin yang sangat
diperlukan tubuh. Selama ini, kebanyakan dari kita hanya mengenal vitamin A sebagai
vitamin yang berfungsi menjaga kesehatan mata. Namun sebenarnya, fungsi dari vitamin ini
sangatlah banyak.
Retinol adalah bentuk hewan vitamin A yang disimpan dalam hati setelah
penyerapan dan digunakan oleh tubuh ketika dibutuhkan. Dengan menelan tertentu buah-
buahan, sayuran, biji-bijian dan suplemen, Anda dapat memastikan asupan vitamin A Anda
terpenuhi. Rata-rata orang harus mengkonsumsi setidaknya 900 mikrogram vitamin A per
hari, dan tidak lebih dari 3.000 mikrogram.
Defisiensi vitamin A dapat didefinisikan secara klinis atau subklinis. Xerophthalmia adalah
spektrum klinis manifestasi mata akibat defisiensi vitamin A; mulai dari rabun senja tahap
ringan dan bintik Bitot hingga tahap xerosis, ulserasi, dan nekrosis kornea yang berpotensi
membutakan. Berbagai tahapan xerophthalmia dianggap sebagai kelainan dan indikator
klinis kekurangan vitamin A. Rabun senja (di mana sulit atau tidak mungkin melihat dalam
cahaya yang relatif redup) adalah salah satu tanda klinis kekurangan vitamin A, dan umum
terjadi selama kehamilan di negara-negara berkembang (Almatsier, Sunita. 2004.)
Retinol adalah bentuk utama vitamin A yang beredar dalam darah dan plasma. Kadar
retinol serum mencerminkan simpanan vitamin A di hati ketika sangat terkuras atau sangat
tinggi; Namun, di antara kondisi ekstrem ini, retinol plasma atau serum dikontrol secara
homeostatis sehingga mungkin tidak berkurang dengan baik dengan asupan vitamin A. Oleh
karena itu, serum retinol paling baik digunakan untuk penilaian defisiensi vitamin A subklinis
pada suatu populasi (bukan pada individu). Konsentrasi retinol darah dalam plasma atau
serum digunakan untuk menilai defisiensi vitamin A subklinis. Konsentrasi retinol plasma
atau serum <0,70 mol/L menunjukkan defisiensi vitamin A subklinis pada anak-anak dan
orang dewasa, dan konsentrasi <0,35 mol/L menunjukkan defisiensi vitamin A parah.
Rabun senja adalah salah satu tanda pertama kekurangan vitamin A. Dalam bentuk yang
lebih parah, kekurangan vitamin A berkontribusi terhadap kebutaan dengan membuat
kornea menjadi sangat kering, sehingga merusak retina dan kornea. Diperkirakan 250.000–
500.000 anak yang kekurangan vitamin A menjadi buta setiap tahunnya, dan setengah dari
mereka meninggal dalam waktu 12 bulan setelah kehilangan penglihatannya.
Defisiensi vitamin A dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan akibat
infeksi umum pada masa kanak-kanak, dan merupakan penyebab kebutaan utama pada
masa kanak-kanak yang dapat dicegah di dunia. Kekurangan vitamin A juga berkontribusi
terhadap kematian ibu dan dampak buruk lainnya pada kehamilan dan menyusui. Ini juga
mengurangi kemampuan melawan infeksi. Defisiensi subklinis yang ringan sekalipun dapat
menjadi masalah, karena dapat meningkatkan risiko anak-anak terkena infeksi pernapasan
dan diare, menurunkan laju pertumbuhan, memperlambat perkembangan tulang, dan
menurunkan kemungkinan bertahan hidup dari penyakit serius.Masalah gizi yang satu ini
dapat menimpa semua orang dari tiap kelompok usia.(who 2009)
Namun, yang paling berisiko yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan gizi mereka lebih besar dibandingkan kelompok lainnya.
Sayangnya, defisiensi vitamin sering kali baru terdiagnosis atau bahkan terdeteksi saat
kondisinya sudah cukup parah. Padahal, avitaminosis tingkat ringan saja sudah dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan yang nyata.
Penyebab kekurangan vitamin meliputi pola makan yang tidak seimbang, konsumsi obat
yang mengganggu penyerapan zat gizi, atau keduanya.
Selain itu, ada beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan defisiensi vitamin, seperti:
penyakit Crohn,
ketidakseimbangan bakteri usus,
penyakit celiac,
gangguan autoimun,
kanker usus besar, serta
penipisan dinding lambung akibat gastritis.
Pernah dengar berat bayi lahir rendah? Pasti pernah kan. Nah, berat bayi
lahir rendah yang terjadi dapat memunculkan adanya kekurangan vitamin A. Karena
bayi dengan berat rendah, dimana berat badan bayi kurang dari 2,5 Kg lebih mudah
terancam kekurangan vitamin A. Pada perkembangan umurnya jika sang bayi tidak
segera ditangani mendapatkan asupan vitamin A, penyakit seperti rabun senja,
xerosis kornea akan dideritanya.
Penyakit lain seperti penyakit paru-paru autoimun dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut). Penyakit paru ini akibat kurangnya berbagai vitamin termasuk
vitamin A. Biasanya penyakit autonium pada paru-paru ini menyerang orang dewasa
yang punya kebiasaan merokok. Namun dapat juga menyerang bayi jika kekurangan
asupan vitamin A. Karena menurut tabel defisiensi vitamin, bahwa vitamin A yang
memberi pengaruh lebih besar terhadap sel T pada tubuh. Sel T inilah yang
berpengaruh pada imunitas tubuh.
a. Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin A Bukan Hanya Pada Mata dan Paru-paru
Apa benar kekurangan vitamin A ini dapat berdampak pada selain organ mata
dan paru-paru yang telah dibahas diatas? Anda bisa membacanya di artikel ini
sebagai tambahan wawasan Anda. Memang benar kekurangan vitamin A bisa
berdampak pada berbagai macam penyakit. Seperti usus dan saluran kemih dan otak
dan sumsum tulang belakang. Selain itu penyakit yang menyerang kulit seperti
kanker kulit, kulit kasar, kulit pecah-pecah dan juga campak juga akibat dari
kekurangan vitamin A.
Pada penyakit yang menyerang usus dan saluran kemih, dimana vitamin A
sangat berpengaruh dalam menjaga dinding-dinding usus agar tetap dapat bekerja
optimal sebagaimana fungsinya. Anda juga tahu bahwa usus menyerap berbagai
macam nutrisi pada makanan dan juga air. Jika dinding usus saja terganggu akibatnya
asupan vitamin A ini akan berkurang dan mempengaruhi penyerapan air dan nutrisi
pun terganggu. Akibatnya terjadi infeksi saluran kemih karena kurangnya
penyerapan air yang optimal setiap harinya. Sehingga penyakit pada usus harus
segera diobati agar asupan vitamin A dapat terjaga serta tidak mengundang penyakit
lainnya yang berkaitan dengan kekurangan vitamin A.
3.Infeksi pernapasan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vitamin A lebih banyak bersumber dari sayur – sayuran dan buah – buahan,
mentega, minyak ikan dan minyak kelapa sawit, susu, telur, dll. Vitamin A
berfungsi untuk prosespertumbuhan, pembentukan indra penglihatan, untuk memelihara
kulit, untuk kesehatan gigi, melindungi dari infeksi, menangkal radikal bebas, dll. Dan yang di
butuhkan tubuh perharinya adalah Pria 900 mcg dan Wanita 700 mcg. Apabila kekurangan
vitamin A akan mengalami buta senja, mata kering, kulit kasar, pertumbuhan menjadi
lamban, menurunnya daya tahantubuh,dll. Namun jika kelebihan akan mengalami cepat
lelah, rambut rontok, mual dan muntah dan pusing.
3.2 saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami
manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing yang telah memberi kami tugas
kelompok demi kebaikan diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://healthmatter.wordpress.com/2009/10/11/vitamins/
Aryulina, Diah dkk. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Esis
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama .
Semba, R. D. (1994). The role of vitamin A and related retinoids in immune function.
Nutrition Reviews, 52(7), 207-214.
West, K. P., & Sommer, A. (1987). Vitamin A deficiency and its consequences: A field guide
to detection and control. World Health Organization.
Bloem, M. W., Wedel, M., Egger, R. J., Speek, A. J., Schrijver, J., & Saowakontha, S.
(1989). Iron metabolism and vitamin A deficiency in children in northeast Thailand. The
American Journal of Clinical Nutrition, 50(2), 332-338.