Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan sejarah, perkembangan epidemiologi bermula dari penelusuran dan
penelitian tentang penyakit menular karena penyakit itu dapat mempengaruhi populasi
manusia dan binatang. Dengan demikian model penelitian epidemiologi didasarkan pada
terjadinya KLB ( kejadian luar biasa ) penyakit menular dan infeksius.peserta didik yang
mempelajari bidang ini harus mempunyai dasar pengetahuan yang kuat mengenai sumber,
penyebaran, perjalanan dan pengendalian penyakit menular. Akan tetapi, bidang
epidemiologi tidak hanya berkaitan dengan penyakit menular. Dewasa ini, bidang
epidemiologi juga telah digunakan untuk menentukan sumber, peenyebab, dan perjalanan
penyakit. Penyakit yang muncul akibat perilaku atau gaya hidup menjadi pusat perhatian
bidang ini dan dimasa mendatang tetap akan menjadi fokus utama bidang epidemiologi.

B. Maksud dan Tujuan


 Mengulas konsep-konsep esensial tentang penyakit menular
 Membahas berbagai klasifikasi penyakit menular serta kondisi dan sumber,
penularan, dan penyebabnya.
 Membahas masalah imunitas dan imunisasi terhadap penyakit menular
 Mengetahui tahap-tahap penyakit menular

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Penyakit
Sebelum kita mendeskripsikan suatu penyakit kita juga harus memahami konsep penyakit itu
sendiri, agar kita dapat mendeteksi penyakit tersebut dan melakukan tindakan kesehatan sesuai
prosedur pelayanan kesehatan. Perbedaan konsep penyakit antara tenaga kesehatan dan
masyarakat menyebabkan gagalnya peningkatan pelayanan kesehatan dalam masyarakat.
Berikut beberapa pendapat tentang definisi penyakit, antara lain :
1. Menurut Kathleen Meehan Arias
Penyakit adalah suatu kesakitan pada organ tubuh yang biasanya memiliki
sedikitnya 2 sifat dari kriteria ini : agen atiologik telah diketahui, kelompok tanda
serta gejala yang dapat di identifikasi, atau perubahan anatomi yang konsisten.
2. Menurut dr. Beate Jacob
Suatu penyimpangan dari keadaan tubuh yang normal atau ketidakharmonisan
jiwa.
3. Menurut Wahyudin Rajab, M.epid
Keadaan yang bersifak objektif dan rasa sakit yang bersifat subyektif.
4. Menurut dr. Eko Dudiarto
Kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat
terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau
struktur organ atau sistem tubuh.
5. Menurut Azizan Haji Baharuddin
Keadaan yang diakibatkan oleh kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian
badan.
Jadi dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan penyakit adalah suatu keadaan tidak
normal pada suatu organisme atau minda yang menyebabkan ketidakseimbangan,
ketidakselesaan, disfungsi, atau tekanan/stress kepada orang yang terkait atau berhubungan
dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum untuk menerangkan kecederaan,
kecacatan, sindrom, simptom, keserongan tingkah laku, dan variasi biasa sesuatu struktur atau
fungsi, sementara dalam konteks lain boleh dianggap sebagai kategori yang boleh dibedakan.

 Penyakit Menular

1) Pengertian penyakit menular

Penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang dapat ditularkan
(berpindah dari orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun perantara).
Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agent atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah serta menyerang host/ inang (penderita).

2) Karaktersitik Penyakit Menular


Karakteristik utama penyakit menular adalah sebagai berikut.
1.Penyakit-penyakit tersebut sangat umum terjadi di masyarakat
2.Beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian atau kecacatan
3.Beberapa penyakit dapat menyebabkan epidemik.
4.Penyakit-penyakit tersebut sebagian besar dapat dicegah dengan intervensi sederhan.
5.Penyakit-penyakit tersebut banyak menyerang bayi dan anak-anak
3) Jenis Penularan Penyakit Menular
Jadi Penyakit menular adalah penyakit yang menyerang manusia yang bisa
mengalami perpindahan penyakit ke manusia lain dengan cara tertentu. Secara garis besar
cara penularan penyakit menular dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
 Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Tiga Sifat Utama Aspek Penularan Penyakit Dari Orang Ke Orang
1. WaktuGenerasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa
kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini
sangat penting dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas
ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit
sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung,
sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya unsur penyebab penyakit
hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada
pejamu lain walautanpagejalaklinik / terselubung.
2. KekebalanKelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok
penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit
menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota
kelompok tersebut.
Herd immunity merupakan factor utamadalam poses kejadianwabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penyakit tertentu.
3. AngkaSerangan (Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan
waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta
memiliki resiko / kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Angka serangan ini bertunjuan untuk menganalisis tingkat penularan dan
tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga,
system hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam
kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit
Epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.

1. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air borne disease.
2. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak
langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water
borne disease atau water related disease.

4. Kelompok utama penyakit menular


1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian sangat tinggi

2. penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun
akibatnya lebih ringan dari yang pertama

3.Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapidapat mewabah
yang menimbulkan kerugian materi.

5. Komponen Proses PenyakitMenular


1. Faktor penyebabPenyakit Menular
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat sektor yang
memegang peranan pentingya adalah:
a. Faktor penyebab / agent yaitu organisme penyebab penyakit
menular
b. Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources
c. Cara penularan khusus melalui mode of transmission
factor penyebab dikelompokan dalam :
1. Kelompok arthropoda (serangga) seperti scabies, pediculosisdll
2. Kelompok cacing / helminthbaikcacing darah maupun cacing perut
3. Kelompok protozoa seperti plasmodium, amuba, dll
4. Fungus / jamur baik ini maupun multiseluler
5. Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia
6. Virus dengan kelompok penyebab yang paling sederhana

6. Sumber penularan:
1. Penderita, penderita dapat menularkan penyakit yang sedang dideritanya
kepada oranglain yang sehat, misalnya melaui udara ketika bersin,
pemakaian bersama jarum suntik, dll.
2. Binatang sakit, binatang yang sakit juga dapat menularkan penyakit kepada
manusia, melalui gigitan, air liur, maupun kotorannya.
3. Benda, seseorang dapat tertular suatu penyakit apabila seseorang
menggunakan benda secara bersama dengan orang yang terkena penyakit
tersebut. Contohnya pada pemakaian bersama jarum suntik olaeh seseorang
yang sehat dengan orang yang terinfeksi HIV, kemungkinan tertular
penyakit HIV bagi orang tersebut sangat besar.
7. Cara penularan:
1. Kontak langsung(Direct contact), yaitu cara penularan penyakit karena kontak antara
badan dengan badan, antara penderita dengan orang yang ditulari, misalnya :
penyakit kelamin dan lain-lain.
2. Kontak tidak langsung (indirect contact), yaitu cara penularan dengan perantara
benda-benda kontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita. misalnya :
pakaian dan lain-lain.
3. Melalui makanan / minuman(Food borne infection) yaitu cara penularan suatu
penyakit melalui perantara makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.
Penyakit yang menular dengan cara ini biasanya penyakit saluran pencernaan,
misalnya : cacingan, demam tifoid dan lain-lainnya. Cara penularan ini juga disebut
sebagai "water borne diseases" dimana kebanyakan masyarakat menggunakan air
yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk keperluan rumah tangga.
4. Melalui udara (air borne infections), yaitu cara penularan penyakit melalui udara
terutama pada penyakit saluran pernafasan. Seperti melalui debu diudara yang sangat
banyak mengandung bibit penyakit, seperti pada penularan penyakit Tuberculosa.
Dan melaui tetes ludah halus (Droplet infections), penularan penykit dengan percikan
ludah seperti pada pederita yang sakit batuk atau sedang berbicara misalnya pada
penyakit Diphtheri.
8. Contoh Penyakit Menular
Pada kesempatan ini kami akan mengangkat masalah penyakit Diare dan Typoid pada
makalah efidemiologi penyakit menular ini.

DIARE

1. Pengertian diare
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan rheein, yang
artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang menderita “pengeluaran
feses yang terlalu cepat atau terlalu encer”(Goodman dan Gilman, 2003).
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang air besar
(BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari
dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau
tiga kali dalam seminggu (Yulinah,2008).
2. Patofisiologi
Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya disebabkan oleh mikroorganisme
yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi
juga dapat ditularkan dari orang ke orang, yaitu bila seorang penderita diare tidak mencuci
tangannya dengan bersih, setelah buang air besar (Setiawan, 2005)
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor
psikis. Klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi pada usus atau
Enteric infection. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut
berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme
Inflammatory, Noninflammatory, dan Penetrating (Zeina, 2004).Inflamatory diarrhea akibat
proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang
disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai
adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, serta
gejala dan tanda dehidrasi (Zeina, 2004). Non Inflammatory diarrhea dengan kelainan yang
ditemukan di usus halus bagian proksimal. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yantidak segera
mendapat cairan pengganti.Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit
ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare.

Tabel 1 . Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut


Non inflamatory Inflamatory Penetrating
Gambaran tinja Air Air , Volume berlebih Blood Mukus, Mukus, Volume
Leukosit Volume sedang, sedikit, Leukosit MN
Leukosit PMN

Demam (-) (+) (+)


Nyeri Perut (-) (+) (+)/(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)/(-)
Komplikasi Hipovelemik Toksik Sepsis
(Zeina, 2004).

Keterangan : - : Tidak ditemukan


+ : Ditemukan

Diare akut mengakibatkan terjadinya:


a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemik.
b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau
prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa dehidrasi dengan muntah,perdarahan
otak dapat terjadi, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat
meninggal.
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan
karena diare dan muntah
3. Etiologi
Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
A. Infeksi
 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).Rotavirus serotype 1, 2,
8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6,
dan 7 didapati hanya padahewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat
fool borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
 Bakteri :
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensiyang penting yaitu faktor
kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan
enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan
elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush
border atau menginvasi mukosa.Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare
belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Shigella menginvasi dan multiplikasi sel epitel kolon,menyebabkan kematian sel mukosa dan
timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk ke dalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk:
smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta
membantu proses invasi dan toksin yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin
menimbulkan watery diarrhea (Zeinª, 2004).
 Protozoa
Entamoeba histolytica prevalensi. Disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya
di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur, dan terutama pada laki-laki
dewasa. Kira-kira 90% infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non
patogenik.Amobiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai
disentri yang fulminant (Zeinb, 2004).Cryptosporidium.
Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis 5–15% dari kasus diare pada anak. Infeksi
biasanya simtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala
klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya selflimited.Pada
penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS,
cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik (Zeinª, 2004).
 Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein
 Makanan basi, beracun, makanan pedas.
 Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000).
4. Jenis diare
1) Diare menurut sifatnya
a. Diare akut
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek dan
cair, bersifat mendadak datangnya dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
b. Diare kronis
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu ( Suharyono, 2008).
c. Diare menurut mekanismenya
d. Diare sekretori
Diare yang umumnya terjadi bila telah timbul cedara pada usus dan terjadi sekresi cairan dan
elektrolit ke dalam lumen usus.
e. Diare osmotik
Diare yang biasanya disebabkan oleh solut yang sulit diabsorbsi didalam usus. Penyebabnya
adalah intoleransi terhadap laktosa dan penelanan laksatif asmotik.
5. Gejala diare
Jenis dan beratnya gejala tergantung pada jenis dan banyaknya mikroorganisme atau
racun yang tertelan. Gejalanya juga bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh seseorang.
Gejala biasanya terjadi tiba-tiba yaitu mual, muntah, sakit kepala, demam, dingin, badan tak
enak, sering buang air besar, tanpa darah dan akhirnya terjadi dehidrasi.
6. Akibat diare
a. Dehidrasi
Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan karena
banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare.
Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat
kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi (Anonimª, 2008).
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolism tubuh. Gangguan ini dapat
mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini disebabkan kehabisan cairan tubuh, karena
asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak meskipun
berlangsung sedikit demi sedikit. Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi
ringan,dehidrasi sedang dan dehidrasi berat (Andrianto, 1995).
b. Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluaran zat besi
terus berjalan (Andrianto, 1995).

Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare


Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang
Keadaan umum Baik Gelisah,rewel Lesu tidak sada
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut,Lidah Basah Kering Sanag kering
Rasa Haus Minum Biasa Sangat haus Malas/tidak bisa
minum
Kekenyalan kulit Normal Kembali lambat Kembali sangat
lambat
(Anonima, 2008)

Tabel 3. Terapi Cairan Standar (Iso Hiponatremia) Untuk Segala Usia kecuali
neonatus
Plan Derajat Kebutihan cairan Jenis cairan Cara/lama
dehidrasi pemakaian
C BERAT +30 ml/kg/1 RL T.I.V/3 jam atau
jam=10 tts/kg/mnt lebih cepat
*) SEDANG +70 ml/kg/1 jam ½ Dektrosa T.I.V/3 jam
B 6-9 % =5tts/kg/mnt Oralit atau ½ Oral 3 jam atau
+50ml/kg/3 jam dektrosa T.I.V 3 jam
RINGAN =3-4 tts/kg/mnt T.I.G 3 jam

A TANPA -10-20 ml/kg Larutan RL Oral sampai diare


DEHIDRASI setiap kali diare atau oralit berhenti
(Zeinª, 2004)

Keterangan :
- T.I.V: tetes intra vena
- T.I.G: tetes intra gastrik

7. Diagnosis diare
Pada penyakit diare, untuk menegakkan diagnosis penyakit diare dengan cara:
a. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikrokopis, pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten)
b. Pemeriksaan darah:darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit(terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai dengan kejang)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Duodenol icubation, untuk mengetahui kuman penyebab penyakit diare.
8. Tatalaksana diare
Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang menyebabkan terjadinya diare
memungkinkan klinis untuk mengembangkan terapi obat yang paling efektif. Campuran yang
seimbang antara glukosa dan elektrolit dalam volume yang setara dengan cairan yang hilang
dapat mencegah terjadinya dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003).
Terapi diare didasarkan pada diagnosa yang tepat dan penggantian cairan dan elektrolit
yang hilang dan juga penggunaan obat-obat antidiare yang spesifik, dan juga menghindari
makanan dan obat-obat yang dapat menyebabkan timbulnya diare, seperti obat laksatif, antasida
dan obat-obat yang mempengaruhi motilitas usus (Watts, 1984).
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan
kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan.Tidak jarang penderita mencari
pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas.
Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam
belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah feses yang dikeluarkan.
Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan antimikroba yang
sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid replacement dengan intake cairan yang cukup
atau dengan Oral Rehidration Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula
diperlukan obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi frekwensi diare.
Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses
rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidakmenunjukkan adanya mikroorganisme, maka
diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme
yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin. Indikasi pemeriksaan kultur
feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,5º C, adanya darah dan/atau lendir pada
feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat
antibiotik (Zeinb, 2004).
9. Pengelompokan usia
Umur diketahui juga sebagai salah satu faktor penentuan terapi dengan menggunakan
obat. Diare akut dapat menyerang pria dan wanita pada berbagai kelompok umur dan kebiasaan
sehari-hari penderita. Pasien dengan penyakit diare akut dibagi dalam 3 kelompok umur, yaitu
kelompok pediatri (anak dan remaja), kelompok umur dewasa, serta kelompok umur geriatri
(usia lanjut). The British Paediatrics Association (BPA) membagi masa anak-anak dalam
beberapa kelompok, yaitu neonatus (awal kelahiran sampai usia sebulan), bayi (1 bulan sampai 2
tahun), anak (2 sampai 12 tahun), remaja (12 sampai 18 tahun). Oleh karena itu, kelompok
pediatri mencakup pasien yangberumur 0-2 tahun. Kelompok umur anak-anak yaitu pasien yang
berusia 2-18 tahun. Kelompok umur dewasa yaitu pasien yang berusia 18 sampai 64 tahun.
Pasien yang berumur 65 tahun ke atas termasuk dalam kelompok umur geriatri(usia lanjut)
(Shetty dan Woodhouse, 2003).

10. Rasionalitas pengobatan


Menurut definisi dari WHO, pengobatan obat yang rasional berarti mensyaratkan bahwa
pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai, dan
harga terendah untuk masyarakat (Siregar dan Endang, 2006). Terapi yang rasional diharapkan
akan memberikan hasil yang maksimal. Terapi rasional meliputi:.
a. Pemilihan obat yang benar
b. Tepat indikasi:alasan menulis resep yang didasarkan pada pertimbangan medis.
c. Tepat obat: mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien, dan harga
d. Tepat dosis, cara pemberian, dan durasi pemberian yang tepat.
e. Tepat pasien: tepat pada kondisi pasien masing-masing, dalam artian tidak ada
kontraindikasi dan kemungkinan terjadi reaksi yang merugikan adalah minimal.
f. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar dan Endang, 2006)

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat dijumpai dalam praktek sehari-hari di rumah
sakit maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya, hal ini mencakup penulisan obat yang tidak
perlu, obat yang salah, tidak efektif atau obat yang tidak aman, obat efektif yang tersedia kurang
digunakan, dan penggunaan obat yang tidak benar (Siregar dan Endang, 2006).

11. Pengobatan
a. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, dan diare pada pelancong. Pemberian antibiotik secara
empiris dapat dilakukan tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan
resistensi kuman (Zeinb, 2004).
Dalam menentukan antibiotik yang digunakan Jumono dan Prayitno (2003), berpendapat
bahwa pemilihan antibiotik harus berdasarkan pola kepekaan kuman, pengalaman klinis, tempat
infeksi, tiksisitas, dan harga.Pada terapi kombinasi harus diperhitungkan akibat yang merugikan,
seperti antagonisme, peningkatan efek samping, dan biaya yang meningkat.
Antibiotik baru boleh diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri
patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri kadang-kadang sulit atau hasil
pemeriksaan datang terlambat, antibiotik dapat diberikan dengan pemberhatikan antara lain: usia
penderita, dan perjalanan penyakit.
Tabel 4. Antibiotik untuk Diare infeksi Bakteri
Organisme Pilihan pertama Pilihan kedua
Campylobacter,Shigella Ciprofloksasin 500 mg Salmonella/Shigella:
atau oral Ceftriaxon 1gr IM/IV sehari
Salmonella spp 2x sehari, 3 – 5 hari TMP-SMX DS oral 2x
sehari,3 Hari
Campilobakter spp:
Azithromycin, 500 mg oral 2x
sehari.
Eritromisin 500 mg oral 2x
sehari, selama 5hr

Vibrio Cholera Tetrasiklin 500 mg oral 4x Resisten Tetrasiklin


sehari, 3 hari Ciprofloksacin 1gr oral 1x
Doksisiklin 300 mg oral, sehari
dosis Eritromisin 250 mg oral dosis
tunggal tunggal 4x sehari, 3 hari

Clostridium difficile Metronidazole 250-500 Vancomycin, 125 mg oral 4x


mg 4x sehari 7-14 hari,
sehari, 7-14 hari oral atau
IV

Enterotoxigenik E. Coli Norfloxacin 400 mg atau Trimethoprim-


ciprofloxacin 500 mg 2 sulfamethoxazole
kali DS tablet tiap 12 jam
sehari, 3 hari

(Zeinb ,2004)

b. Obat anti diare


Berbagai obat telah digunakan untuk mengobati serangan diare. Obatini dikelompokkan
menjadi beberapa kategori: antimotilitas, adsorben, senyawa antisekretori , antibiotik, enzim dan
mikroflora usus
c. Opiat dan turunannya
Opiat dan turunanya dapat meningkatkan kapasitas usus,memperpanjang kontak dan
penyerapan. Zat opioid endogen, mengatur gerakan fluida di mukosa dengan merangsang proses
menyerap.Keterbatasan penggunaan opiat dikarenakan potensi kecanduan (dengan penggunaan
jangka panjang) dan memburuknya diare.
d. Adsorben
Adsorben digunakan untuk mengurangi gejala-gejala. Produk produk ini, kebanyakan
tidak memerlukan resep, yaitu nontoxic, tetapi efektivitas obat ini tetap terbukti. Adsorben yang
spesifik dalam pengobatan yaitu obat menyerap nutrisi, racun, obat-obatan, di dalam saluran
pencernaan
e. Antisekretori
Bismut subsalisilat digunakan untuk antisekretori, antiinflamatori, dan efek antibakteri.
Maka dipasarkan untuk mengobati gangguan saluran pencernaan, mengurangi kram perut, dan
pengendalian diare (Spruill dan Wade, 2005).
Pada penyakit diare akut juga dibutuhkan terapi supportif untuk membantu pasien dalam
memulihkan kondisi pasien. Selama periode diare, dibutuhkan intake kalori yang cukup bagi
penderita yang berguna untuk energi dan membantu pemulihan enterosit yang rusak. Obat-
obatan yang bersifat antimotilitas tidak dianjurkan pada diare dengan sindroma disentri yang
disertai demam. Beberapa golongan obat yang bersifat simtomatik pada diare akut dapat
diberikan dengan pertimbangan klinis yang matang terhadap cost-effective.

TYPOID

A. DEFINI SI
Demam tyfoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Arief,M.2009).
Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaui kuman, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Azis H.A. 2006).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran. (Nursalam.2005)
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A 2009). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid
disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman,
2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI

Salmonella thypi dengan Salmonela yang


lain adalah bakteri Gram negative, mempunyai
flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora,
fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic
(O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri dari polosakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic. (Nanda Nic-Noc,2013)
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-NOC. 2013) :
1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan
shock, Stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual muntah
9. Diare
10. Konstipasi
11. Pusing
12. Nyeri otot
13. Batuk
14. Epistaksis
15. Bradikardi
16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
17. Hepatomegali
18. Splenomegali
19. Meteroismus
20. Gangguan mental berupa samnolen
21. Delirium atau psikosis
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.

D. PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam usus
halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama Plak Peyer) dan
jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman
lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-
organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati
dan limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi
sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan
endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini
berkembang.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya merangsang
sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini
akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam. (PPNI Klaten. 2009)
(Nanda Nic-Noc.2013)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut widodo 2007 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt


Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
5. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman
Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali
lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60
(dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan
diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur
negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu
pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan
kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis
klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:
1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan
hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya
dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam tifoid (titer widal
O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan).
3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan
ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4
kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640
(pada pemeriksaan sekali).

G. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi penatalaksanaan yang
meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun
suportif), serta pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi
demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal.
1. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring
dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan
BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik
serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
2. Diet dan Terapi Penunjang
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus,
dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita
juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses
penyembuhan.
b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
c. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan
dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah
tidak mengalami mual lagi.
3. Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid adalah:
Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol dengan dosis 4 x 500
mg per hari dapat diberikan secara oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas
panas. Chloramphenicol bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman salmonella,
menghambat pertumbuhannya dengan menghambat sintesis protein. Chloramphenicol memiliki
spectrum gram negative dan positif. Efek samping penggunaan klorampenikol adalah terjadi
agranulositosis. Sementara kerugian penggunaan klorampenikol adalah angka kekambuhan yang
tinggi (5-7%), penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali menyebabkan timbulnya
karier.
Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid sama dengan kloramfenikol
yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6. Komplikasi
hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol.
Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu.
Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMP-SMZ) dapat digunakan secara oral atau intravena
pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800 mg SMZ dua kali tiap hari pada dewasa.
Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu ceftriaxon dengan dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc
diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3-5 hari.
Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin, siprofloksasin). Secara relatif obat – obatan
golongan ini tidak mahal, dapat ditoleransi dengan baik, dan lebih efektif dibandingkan obat –
obatan lini pertama sebelumnya (klorampenicol, ampicilin, amoksisilin dan trimethoprim-
sulfamethoxazole). Fluroquinolon memiliki kemampuan untuk menembus jaringan yang baik,
sehingga mampu membunuh S. Thypi yang berada dalam stadium statis dalam
monosit/makrophag dan dapat mencapai level obat yang lebih tinggi dalam gallblader dibanding
dengan obat yang lain. Obat golongan ini mampu memberikan respon terapeutik yang cepat,
seperti menurunkan keluhan panas dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari. Penggunaan obat
golongan fluriquinolon juga dapat menurunkan kemungkinan kejadian karier pasca pengobatan.
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan tertentu seperti toksik
tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik. Pada wanita hamil, kloramfenikol tidak
dianjurkan pada trimester ke-3 karena menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin,
dan grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester pertama karena
memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon.
(Yudhistira.W.2009)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan epidemiologi


tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai pada upaya
pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya mudah, rantai
penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari penyebabnya
sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada rantai penularan,
diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal.
B. Kritik dan Saran
Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan pembuatan
makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko. 2003, PengantarEpidemiologi. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Bustan,Mn. 2002.Pengantarepidemiologi. Jakarta Rineka Cipta

Nasry, Nur. Dasar-DasarEpidemiologi

Arsip Mata Kuliah FKM Unhas 2006

http://www.anakciremai.com/2009/10/makalah-kesehatan-tentang-epidemiologi.html

Goodman dan gilman,2003

Anggeraini,2004

Noerasid dkk,1988

Zeinb,2004
Zeina,2004

Setiawan,2005

Simanjuntak,C.H,2006

Arief.M,2009

Nanda nic-noc,2013Yudist

Yudistira,W.2009

Anonym. Tanpa tahun. Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi). www.w3.org

Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar :
FKM Unhas.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Dedy. 2010. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sidenreng.com

Sitorus, Sampe. 2009. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Wordpress.com

Surya, Andari. Tanpa tahun. Makalah Hipertensi. www.scribd.com

Tohaga, Edwin. Tanpa tahun. Hipertensi, Gejala dan Komplikasi. Wordpress.com

http://id.wikipedia.org/

Anda mungkin juga menyukai