Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Murtiningsih,S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3

Natsya Zhafira 2250307010


Nita Angraeni 2250307016
Resti Despita 2250307037
Syahril Safari 2250307032

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Keperawatan Maternitas tentang
“ Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Normal” ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Bayi Baru Lahir Normal” yang disusun berdasarkan berbagai sumber bacaan. Dalam menyelesaikan makalah
ini kami telah banyak memperoleh bantuan dan masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Murtiningsh,S.Kp.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah
memberikan tugas ini sehingga pengetahuan kami setelah penyusunan dapat bertambah.
2. Sumber-sumber yang telah turut ikut serta memudahkan dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan acuan pembelajaran.

Cimahi, 10 Oktober 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Konsep Bayi Baru Lahir Normal 3
1. Definisi 3
2. Karakteristik 3
3. Adaptasi Terhadap Lingkungan Luar Kandungan 3
4. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir Normal 12
B. Konsep Asuhan Keperawatan 13
1. Pengkajian 13
2. Diagnosa Keperawatan 17
3. Intervensi 18
4. Implementasi 20
5. Evaluasi 20
BAB III PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
Daftar Pustaka 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari dan
memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine
ke ektra uterine) dan toleransi bagi. Bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik. Bayi merupakan manusia
yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti, masa bayi adalah masa yang
sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan
seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor dan belajar sosial. Pada masa ini manusia sangat
lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi di bagi menjadi dua, kematian
neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup) dan post-neonatal (setelah 27 hari) (Marmi & Rahardjo, 2018).
Pada periode neonatal ini dapat terjadi trauma fisik meliputi berbagai perlukaan yang didapat oleh bayi baru
lahir selama persalinan dan kelahiran. Walaupun sebagian besar perlukaan bersifat minor dan membaik
selama periode neonatus tanpa pengobatan, beberapa jenis trauma membutuhkan intervensi dan diantaranya
dapat bersifat fatal. Trauma fisik yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti disfungsi uterus yang
mengakibatkan persalinan memanjang, persalinan postmatur dan prematur, disproporsi sefalopelvis,
persentasi abnormal, anomali kongenital, kelahiran dengan forceps, ekstraksi vakum dan kelahiran cesar.
Sedangkan masalah fisiologis meliputi konjugasi bilirubin, jaundis fisiologis, jaundis berhubungan dengan
menyusui, hipoglikemia dan hipokalsemia. (Lowdermilk, 2013).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018 mengatakan setiap tahun dari 120 juta
bayi lahir di dunia, secara global 4 juta (33/1.000) bayi lahir mati (Stillbirth) dan 4 juta (33/1.000) lainnya
meninggal dalam usia 30 hari (neonatal). Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami
Hipotermi, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98% dari kematian bayi terjadi di Negara-
negara yang sedang berkembang.
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukan AKN
sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup dan AKBA 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian balita telah mencapai target pembangunan berkelanjutan, (TPB/SDGs) 2030 yaitu
sebesar 25/1.000 KH dan di harapkan AKN juga mencapai target yaitu 12/1.000 KH.
Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Jawa Barat pada tahun 2020 angka ratio
kematian bayi tahun 2020 adalah 3,18/1000 KH menurun di bandingkan tahun 2019. Hal ini baik sekali
karena terdapat penurunan kematian bayi. Pencapaian penurunan dibandingkan tahun 2019 disebabkan
kematian neonatal pada tahun 2020 masih didominasi oleh 40,04% diakibatkan oleh BBLR, 29,16%
disebabkan Asifikasia, 14,91% penyebab lain-lain dan 11,98% lainnya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Penyebab kematian post Neonatal didominasi oleh 65,11% penyebab lain-lain, 18,91% disebabkan
pneumonia, dan 10,53% disebabkan oleh diare. Berdasarkan laporan kabupaten/kota tahun 2020 jumlah
kematian bayi pada tahun 2020 sebanyak 2766 bayi mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2019
sebanyak 2861 bayi (Dinkes Jawa Barat, 2021).
Menurut Lowdermilk (2013) masalah keperawatan yang dapat terjadi pada bayi baru lahir adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, resiko terjadinya ketidakseimbangan temperatur

1
tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, resiko menyusui tidak efektif, gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh dan lain-lain.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan pembelajaran,
khususnya pada mata kuliah Keperawatan Maternitas tentang Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir
Normal
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep Bayi Baru Lahir Normal
b. Mampu memahami pengkajian keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal
c. Mampu memahami diagnosis keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal
d. Mampu memahami intervensi keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal
e. Mampu memahami implementasi keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal
f. Mampu memahami evaluasi keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan juga pengalaman serta wawasan dalam melakukan Asuhan
Keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal.
2. Bagi instansi pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan bahan masukan dalam pengajaran kurikulum yang berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan pada Bayi Baru Lahir Normal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi Baru Lahir Normal


1. Definisi
Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai usianya 28 hari, merupakan
waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. Pada masa ini, organ bayi
mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya
(Maryunani & Nurhayati, 2008).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menagis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (M.Sholeh Kosim, 2007). Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500- 4000 gram, nilai
apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2012).

2. Karakteristik
Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal menurut Dwiendra (2014) adalah :
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 32-36,8 cm
e. Frekuensi jantung 120-160 x/menit
f. Pernapasan 40-60 x/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karna jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Genitalia ; Perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora dan laki-laki, testis
sudah turun, skrotum sudah ada
j. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
k. Refleks morrow atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik
l. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

3. Adaptasi Terhadap Lingkungan Luar Kandungan


Menurut Winkjosastro (2006), segera setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi
yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Perubahan yang dialami segera
setelah bayi lahir antara lain :
a. Perubahan metabolik

3
Kadar gula darah tali pusat yang semula 65 mg/100 ml akan mengalami penurunan menjadi 50
mg/100 ml. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil
dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. Dalam
mengfungsikan otaknya, bayi baru lahir memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat
pengekleman tali pusat setelah bayi lahir, bayi tersebut harus bisa mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri, dan glukosa darah bayi akan turun dalam waktu cepat dalam waktu 1-2 jam pertama
kelahiran. Cara yang bisa digunakan untuk mempertahankan penurunan glukosa adalah dengan
menggunakan ASI yaitu bayi sesegera mungkin mendapatkan ASI, menggunakan cadangan glikogen
(glikogenesis), dan yang terakhir melalui proses glukogenesis yaitu pemerolehan glukosa dari
pemecahan lemak. Bayi yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah tertentu akan melakukan
glikogensis, dalam hal ini bisa terjadi kalau bayi tersebut mempunyai persediaan glikogen yang cukup.
Glikogen tersimpan dalam hati pada bulan bulan terakhir kehidupan dalam kandungan. Bayi baru lahir
yang mengalami hipotermia bisa mengalami hipoksia, maka ia akan menggunakan persediaan
glikogen dalam jumlah besar padaa jam jam pertama kelahiran. Hal inilah yang menyebabkan kenapa
sangat penting menjaga kehangatan bayi baru lahir keseimbahan glukosa tidak sepenuhnya bisa
tercapai dalam 3-4 jam kelahiran pada bayi sehat yang cukup bulan. Seandainya semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama kelahiran, maka otak bayi bisa dalam keadaan
beresiko. Gejala hipoglikemi bisa tidak khas dan tidak jelas meliputi kejang-kejang halus, sianosis,
apneu, menangis lemah, letarghi, lunglaidan menolak makanan. Akibat jangka panjang yang bisa
ditimbulkan karena hipoglikemi adalah kerusakan yang luas

b. Perubahan Termoregulasi
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan
dan dalam keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar maka bayi akan kehilangan panas.
Kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui 4 cara yaitu :
1) Konveksi : Hilangnya panas tubuh bayi karena terpapar aliran udara dingin disekeliling bayi.
Contoh, menempatkan bayi baru lahir didekat jendela/pintu terbuka, bayi berada dalam ruangan
dengan kipas angin yang menyala.
2) Radiasi : Perpindahan suhu dari objek yang suhu lebih tinggi ke objek yang lebih rendah,yaitu bayi
di tempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu bayi walaupun
tidak bersentuhan langsung.
Contoh bayi dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi ditempatkan dalam ruangan dengan AC
tanpa diberian pemanas
3) Evaporasi : Kehilangan panas tubuh terjadi melalui proses pengupasan pada permukaan kulit bayi.
Contoh, air ketuban yang menempel pada bayi dan tidak segera dikeringkan, bayi segera
dimandikan akan tetapi tubuhnya tidak segera di keringkan.
4) Konduksi : Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua objek,
Dimana kehilangan panas terjadi akibat kontak langsung antara kulit bayi dan permukaan yang
lebih dingin sehingga menyebabkan suhu tubuh bayi menurun.

4
Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin yang memegang
bayi baru lahir, penggunaan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir, meja atau popok
celana basah yang tidak diganti.

Gambar mekanisme hilangnya panas pada bayi

Bayi baru lahir tidak mempunyai respon menggigil untuk memproduksi panas saat bayi kehilangan
panas. Sumber panas pada bayi dari hati, jantung, otak dan lemak coklat. Lemak coklat pada neonatus
digunakan untuk mendapatkan panas tanpa mekanisme menggigil. Proses pembakaran ini dibantu oleh
glukosa untuk mendapatkan panas tubuh. Neonatus akan memiliki banyak lemak coklat jika lama
berada dalam kandungan. Jumlah lemak coklat yang terus berkurang untuk mendapatkan panas saat
bayi kedinginan menyebabkan metabolisme menurun dan produksi panas akan berkurang sehingga,
menyebabkan bayi terus mengalami penurunan suhu tubuh atau yang disebut hipotermia. Penurunan
dan kenaikan suhu dari normal juga mengindikasikan terjadinya infeksi sehingga setiap tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir, tindakan yang bisa
digunakan adalah menghangatkan bayi di inkubator, melakukan inisiasi menyusui dini dan metode
kangguru.

Gambar posisi lemak coklat

c. Perubahan sistem pernapasan


Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini
timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotis yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen,
rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu di dalam uterus dan diluar uterus. Semua ini

5
menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut
untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernapasan lainnya.
Awal timbulnya pernapasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
2) merangsang pusat pernapasan di otak.
3) Tekanan dalam dada, yang terjadi melalui pengempisan paru selama persalinan,
4) merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanik.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem
harus berfungsi secara normal.

Upaya napas pertama bayi berfungsi untuk :


1) Mengeluarkan cairan dalam paru
2) Mengembangkan jaringan alveol paru untuk pertama kali.
Untuk mendapat fungsi alveol, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah melalui paru.
a) Produksi surfaktan mulai 20 minggu kehamilan dan jumlahnya meningkat sampai paru
matang sekitar 30-34 minggu.
b) Surfaktan mengurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding alveol
sehingga tidak kolaps pada akhir persalinan.
c) Tanpa surfaktan alveol akan kolaps setelah tiap kali pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernapas. Untuk itu diperlukan banyak energi pada kerja tambahan pernapasan. Peningkatan
energi memerlukan dan menggunakan lebih banyak oksigen dan glukosa.Peningkatan ini
menimbulkan stress bayi.
d) Pada waktu cukup bulan, terdapat cairan didalam paru bayi.
e) Pada waktu bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas
keluar dari paru.
f) Pada beberapa tarikan napas pertama, udara ruangan memenuhi trachea dan bronkus bayi
baru lahir. Sisa cairan di dalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe
dan darah. Semua alveoli akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
Fungsi pernapasan dalam kaitan dengan fungsi kardiovaskuler
g) Oksigenasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara.
h) Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami vasokonstriksi.
i) Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang berguna menerima
oksigen yang berada dalam alveol, sehingga terjadi penurunan oksigenasi ke jaringan,yang
memperburuk hipoksia
j) Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveoli dan
menyingkirkan cairan paru, dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar

6
rahim.

d. Perubahan sistem sirkulasi


Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam alveoli menigkat. Sebaliknya, tekanan
karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah
paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis
mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis
dan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan
foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru,
tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada tekanan di atrium kanan, ini menyebabkan
foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar
badan ibu.

e. Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar Natrium relatif lebih besar daripada
kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas. Bayi baru lahir cukup bulan
mempunyai beberapa defisit struktural dan fungsional pada sistem ginjal. Ginjal bayi baru lahir
menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, hal ini bisa
menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi dari tubulus belum matur sehingga
menyebabkan kehilangan natrium dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain. Bayi baru lahir juga
belum bisa mengkonsentrasikan urine dengan baik, hal ini terbukti dengan berat jenis urine dan
osmolalitas urine yang rendah.

f. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat. Glikogen
mulai disimpan di dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam
keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada
neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoride Transferase) dan enzim G6FD
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
Kadar bilirubin dalam serum tali pusat yang beraksi indirek adalah 1-3 mg/dl/24 jam. Dengan
demikian ikterus dapat dilihat pada hari ke 2 sampai hari 3, biasanya berpuncak antara hari ke 2 dan
ke 4 dengan kadar 5-6 mg/dl dan menurun sampai dibawah 2 mg/dl,antara umur ke 5 dan ke 7. Ikterus
yang disertai dengan perubahan-perubahan ini disebut fisilogis dan disebabkan karena kenaikan
produksi bilirubin pasca pemecahan sel darah merah janin dikombinasi dengan keterbatasan sementara
konjugasi bilirubin oleh hati. Untuk menentukan kadar bilirubin di dalam darah dan mengetahui
derajat ikterus pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan kramer. Cara

7
pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.

g. Imunologi
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin diantaranya IgG (Imunoglobulin Gamma
G) yang didapat dari ibunya melalui Plasenta. Selain itu ada IgG A (Imunoglobulin Gamma A)
terbentuk pada kehamilan dua bulan dan banyak ditemukan setelah bayi lahir pada traktus respiratory,
kelenjar liur, pankreas dan traktus urogenitalis. IgG M ( Imunoglobulin gamma M ) ditemukan pada
kehamilan lima bulan, meningkat setelah bayi lahir dan meningkat pada alat pencernaan. Sistem
imunitas bayi baru lahir belum matang, sehingga bayi rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan kurang memadai, oleh karena itu pencegahan
terhadap mikroba dengan cara aman saat praktek persalinan normal dan menyusul ASI dini terutama
kolostrum adalah hal yang sangat penting.

h. Integumen
Pada saaat lahir struktur kulit neonatus sudah terbentuk tetapi epidermis dan dermis tidak terikat
dengan erat dan sangat tipis dikarenakan masih belum matur. Kulit bersifat sensitif, tidak hanya
mudah bereaksi terhadap zat-zat tertentu, kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas
serta mudah rusak. Warna kulit bayi berwarna kemerahan hingga beberapa jam setelah lahir.
Kemerahan ini terjadi karena tingginya hemoglobin, Setelah berwarna kemerahan, kulit bayi perlahan
memucat. Warna kulit bayi aterm akan lebih pucat daripada bayi pretem karena lapisan dermis bayi
aterm lebih tebal. Kulit bayi seringkali mengalami sianotik ringan. Hal ini dapat terjadi karena
ketidakstabilan vasomotorik yang menyebabkan statisnya pembuluh darah kapiler. Selain itu kulit bayi
baru lahir terasa licin karena adanya vernik kaseosa yang bersatu dengan epidermis dan bertindak
sebagai tutup pelindung dan warna kulit merah muda. Kelainan pada kulit seperti milia, eritema
toksikum, serta pengelupasan kulit pada bayi baru lahir saat beradaptasi dengan lingkungan luar uterus
dianggap normal. Fungsi-fungsi struktur dalam kulit sudah ada pada bayi baru lahir namun belum
berkembang dengan matang

i. Neurologi
Sistem neurologis bayi secara anatomik dan fisiologis belum berkembang sempurna. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan gerakan-gerakan bayi yang tidak terkoordinasi, buruknya kontrol otot,
mudah terkejut, dan tremor pada ektremitas. Hal ini akan berubah sesuai dengan perkembangan bayi
dan merupakan indikator dari perkembangan yang normal.
Ketika neonatus terpapar dingin atau panas, suhu dirasakan melalui reseptor termal perifer yang
ditemukan di seluruh permukaan kulit. Reseptor ini kemudian mengirimkan sinyal ke pusat
pengaturan hipotalamus. Sinyal juga dikirim melalui talamus ke korteks serebral, menghasilkan
persepsi sadar tentang perubahan lingkungan. Nenoatus kemudian melakukan perubahan perilaku dan
peningkatan gerakan. Proses ini dapat meningkatkan produksi panas. Meskipun jalur hantaran impuls

8
untuk persepsi suhu neonatus sama dengan yang ditemukan pada orang dewasa, tetapi respons
fisiologis pada neonatus sangat berbeda.
Pusat pengaturan hipotalamus berada di inti preoptik dan anterior hipotalamus. Di sinilah
sinyal dari termoreseptor perifer dan sentral hipotalamus. Di sinilah sinyal dari termoreseptor perifer
dan sentral terintegrasi bersama, memicu mekanisme untuk menghemat dan menghasilkan panas.
Sinyal eferen dari nukleus hipotalamus menghasilkan peningkatan aktivitas simpatis. Pada orang
dewasa, hal ini menyebabkan produksi panas dan konservasi melalui menggigil, vasokonstriksi
perifer, dan berkurangnya keringat. Selain vasokonstriksi, faktor-faktor ini memainkan peran minimal
pada bayi baru lahir. Stimulasi simpatis pada otot rangka minimal, dan menggigil hanya berperan
kecil sebagai respons terhadap dingin, Sebaliknya, respons bayi baru lahir sangat bergantung pada
termogenesis nonshivering atau produksi panas langsung melalui metabolisme jaringan adiposa
coklat.
Kemampuan Sensorik Bayi Baru Lahir
1) Penglihatan.
Bayi neonatal tidak buta tetapi bidang penglihatannya hanya kira-kira setengah dari bidang
penglihatan orang dewasa, penglihatan bayi bisa focus hanya 10-12 inch dan objeknya hanya
lurus. Pada penglihatan warna sama sekali tidak ada atau sangat minimal karena sel keruvut mata
belum berkembang sehingga penglihatan terlihat kabur
2) Pendengaran.
Ada tanggapan bahwa pendengaran merupakan indera yang paling sedikit berkembang pada
waktu kelahiran. Pandangan secara normal berkembang dalam tiga atau empat hari pertama
dengan keluarnya cairan amniotik dari telinga tengah, sehingga bayi bisa membedakan dan
menentukan arah sumber arah.
3) Penciuman.
Sel-sel untuk penciuman yang terletak dibagian atas hidung telah bekembang pada waktu lahir.
4) Pengecapan.
Pengecapan sudah tajam karena dipengaruhi oleh penciuman yang terletak di permukaan lidah
dan daerah pipi.
5) Kepekaan Organik.
Kepekaan terhadap rasa lapar sudah sepenuhnya berkembang pada saat lahir dan kontraksi-
kontraksi lapar terjadi pada hari pertama.
6) Kepekaan Kulit.
Sudah berkembang pada saat lahir dan terletak dipermukaan kulit.

j. Reflek Pada Bayi Baru Lahir


1) Refleks Moro :
Dalam gerak refleks ini akan mengembangkan tangan kesamping lebar-lebar, melebarkan jari-jari
atau mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan ingin memeluk seseorang (dari itu

9
direfleks ini juga disebut refleks peluk). Refleks ini bisa ditimbulkan dengan memukul bantal
dikedua samping kepala anak atau dengan menepuknepuk tangan, artinya refleks ini timbul
karena anak terkejut. Biasanya akan mulai menghilang sekitar 4 bulan dan sesudah 6 bulan hanya
dapat ditimbulkan dengan susah payah.

2) Refleks Mencium-Cium Atau “Rooting-Refleks”:


Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada pipi atau daerah mulut. Anak mereaksi dengan
memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari putting susu. Refleks ini ada dalam hubungan
langsung dengan refleks selanjutnya.

3) Refleks Hisap :
Refleks mencium-cium dan refleks hisap biasanya timbul bersama-sama dengan merangsang pipi.
refleks-refleks ini mempunyai fungsi eksploratif yang menenangkan. Merupakan hal yang terkenal
bahwa bayi pada bulan-bulan pertama ingin menyelidiki keliling melalui daerah mulut.dari itu kedua
refleks ini disebut refleks oral. Kedua reflex ini akan menghilang sekitar 6 bulan

4) Refleks Genggam atau Refleks Darwin :

10
bila kita membuat rangsang dengan menggoreskan jari melalui bagian dalam lengan anak kearah
tangan, tangan akan membuka bila rangasang hamper sampai pada telapak tangan. Bila jari
diletakkan

pada telapak tangan anak akan menutup telapak tangannya tadi.


(Kathleen Salvador, 2022)
5) Refleks Babinski :
adalah semacam refleks genggam kaki. Bila ada rangsang pada telapak kaki, ibu jari kaki akan
bergerak ke atas dan jari jari lain membuka. Kedua refleks ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.

6) refleks yaitu Refleks leher (Tonic Neck Reflex/TNR) Yaitu:


Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi Anda
menoleh ke salah satu sisi.

k. Adaptasi kebiasaan pada bayi


1) Fase pertama reaktivitas
Fase reaktivitas terjadi saat bayi lahir 30 menit setelah lahir, saat fase ini denyut jantung bayi
meningkat dengan cepat 160-180 x/menit, kemudian menurun secara perlahan hingga mencapai

11
rata-rata 100-120 x/menit. Laju pernafasan masih irregular antara 60- 80 x/menit, ronchi halus
kadang terdengar seperti orang mengorok, retraksi dinding dada dan nafas cuping hidung.
Temperature menurun sehingga kemerahan pada bayi menurun. Periode ini bayi sadar, terbuka
matanya, menangis, kepala bergerak dari satu sisi ke sisi lain. Pada periode ini adalah waktu yang
tepat untuk memulai memberikan ASI (air susu ibu).
2) Fase tertidur
Setelah 30 menit – 2 jam mengalami fase tertidur terjadi setelah fase reaktivitas pertama selesai.
Pada periode ini bayi mengalami penurunan aktivitas motoriknya, respirasi rate menurun, heart
rate menurun, bayi sering tertidur.
3) Fase kedua reaktivitas
Fase kedua reaktivitas bayi terjadi setelah 2-8 jam setelah lahir. Fase ini hanya berlangsung dari 10
menit sampai beberapa jam. Periode singkat takikardia dan takipnea serta peningkatan peristalti
dapat terjadi, mekonium juga dikeluarkan saat periode ini. Pada bayi baru lahir yang sehat akan
mengalami fase seperti ini. Diperiode ini waktu yang tepat untuk dilakukan pengkajian secara
keseluruhan pada bayi.

l. Keadaan Tidur Dan Aktivitas


1) tidur nyenyak (tenang)
mata tertutup, pernapasan teratur, sesekali terdapat gerakan gerakan pada bayi seperti kedutan
tubuh tiba-tiba
2) tidur ringan (aktif)
mata tertutup, pernapasan tidak teratur, sedikit kedutan otot tubuh, masih terdapat REM,
terkadang terlihat bayi tersenyum
3) mengantuk
mata setengah terbuka (mata terbuka dan menutup), pernapasan tidak teratur, variabel gerakan
aktif, dengan kejutan ringan sesekali
4) Tenang
Mata terbuka lebar dan cerah, merespon lingkungan dengan gerakan tubuh aktif dan menatap
objek jarak dekat, aktivitas tubuh minimal, pernapasan teratur, memusatkan perhatian pada
rangsangan
5) Aktif
Mungkin mulai dengan rengekan dan sedikit gerakan tubuh, mata terbuka, pernapasan tidak
teratur
6) Menangis
Berkembang menjadi kuat, menangis marah dan meronta-ronta, ekstermitas tidak terkoordinasi,
mata terbuka atau tertutup rapat, meringis, pernapasan tidak teratur

4. Penatalaksaan pada Bayi Baru Lahir Normal


Menurut Kemenkes, 2010 :
a. Menjaga suhu tubuh bayi baru lahir

12
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu,
jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. BBL dapat kehilangan panas di tubuhnya melalui cara-cara berikut : Evaporasi, konduksi,
konveksi dan radiasi. Namun kehilangan panas dapat dicegah dengan cara:
1) Ruang bersalin yang hangat
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
4) Inisiasi menyusui dini
5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
6) Jangan segera memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir dan sebelum kondisi stabil
b. Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika diperlukan)
c. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun
Luka tali pusat dibalut kassa steril. Jangan mengeoleskan cairan apapun ke puntung tali pusat,
mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi
tidak di kompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
d. Inisiasi menyusui dini
Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera
setelah lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan
langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung selama 1 jam atau lebih, bahkan
sampai bayi dapat menyusu sendiri.
e. Pencegahan perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan
berisiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah kejadian tersebut, maka pada semua bayi baru
lahir diberikan suntikan vitamin K (Phytomenadione) sebanyak 1mg dosis tunggal, intramuskular pada
anterolateral paha kiri. Suntikan vitamin K dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi hepatitis B.
f. Pencegahan infeksi mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan
bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan
menggunakan salep mata antibiotik tertrasiklin 1%.
g. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B dengan dosis 0,5ml pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K
secara intramuskular. Imuniasasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
h. Pemberian identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang
yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi. Gelang pengenal berisi
identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan
juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.

13
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada bayi baru lahir normal menurut Hidayat, 2008 :
a. Pemeriksaan fisik
1) Penilaian skor Apgar
a) Kaji warna kulit
b) Hitung frekuensi jantung
c) Kaji kemampuan refleks
d) Kaji tonus otot
e) Kaji kemampuan bernafas
f) Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian
g) Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia, yaitu : Adaptasi baik skor 7-10,
asfiksia ringan-sedang skor 4-6, asfiksia berat skor 0-3. Penilaian dapat dilakukan pada menit
pertama dan menit ke lima setelah lahir.

Tabel penilaian Apgar Score


Komponen Skor
0 1 2
Warna Kulit Biru/ pucat Tubuh merah, Seluruh
ekstremitas tubuh merah
pucat
Frekuensi Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
Jantung
Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis
Tonus otot Lemah, Ekstremitas Gerakan
Lumpuh agak flexi aktif
Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis
kuat

2) Pemeriksaan cairan amnion


a) Kaji jumlah cairan amnion
b) Lakukan penilaian jumlah cairan tersebut dengan kategori : > 2000 ml, bayi mengalami
polihidramnion dan < 500 ml bayi mengalami oligohidramnion.
3) Pemeriksaan plasenta
a) Kaji keadaan plasenta seperti adanya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.
4) Pemeriksaan tali pusat
a) Kaji keadaan tali pusat, seperti adanya vena atau arteri, adanya tali simpul atau
kelainan lainnya
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.

14
5) Pengukuran berat badan
a) Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan bayi
b) Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori sebagai berikut :
Normal : 2500 - 4000 gram
Prematur : < 2500 gram
Makrosomia : > 4000 gram.
6) Pengukuran panjang badan
a) Ukur panjang badan dengan menggunakan meteran
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian, dengan kategori maksimal adalah 45-50 cm.
7) Pemeriksaan kepala
a) Ukur lingkar kepala
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter kepala
lebih besar 3cm dari lingkar dada, bayi mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepala
lebih kecil 3cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus
c) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan punggung
d) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah
asimetri atau tidak
e) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum, sefalhematoma
f) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang menghubungkan jaringan di
luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentul kepala nampak asimetris,
dengan palpasi teraba fluktuasi
g) Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, denyutannya
sama dengan denyut jantung, kemudian fontanel posterior akan dilihat proses penutupan
setelah usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.
8) Pemeriksaan mata
a) Kaji adanya strabismus dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga
mata bayi akan terbuka
b) Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c) Kaji adanya sindrom down jika ditemukan adanya epikantus yang melebar
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil berwarna putih
e) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya edema palpebra, perdarahan konjungtiva,
dll.
9) Pemeriksaan telinga
a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan membunyikan bel atau suara apakah terjadi
refleks terkejut atau tidak
b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.
10) Pemeriksaan hidung dan mulut
a) Kaji pola pernapasan dengan cara melihat pola napas, jika bayi bernapas melalui mulut,
kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau

15
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
b) Kaji napas cuping hidung yang menunjukkan gangguan pada paru
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut
d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks menghisap dengan mengamati saat bayi
menyusu
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah terjadi penumpukan pigmen
yang tidak sempurna.
11) Pemeriksaan leher
a) Kaji adanya pembengkakan dan benjolan
b) Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan pergerakan, kemungkinan terjadi kelainan di
tulang leher seperti kelainan tiroid, hemangioma, dll.
12) Pemeriksaan dada dan punggung
a) Kaji adanya kelainan bentuk (simteris atau tidak)
b) Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ikutus kordis dengan menentukan
posisi jantung
c) Kaji frekuensi, suara jantung dan bunyi napas dengan auskultasi stetoskop.
13) Pemeriksaan abdomen
a) Kaji bentuk abdomen, jika membuncit kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali
atau cairan dalam rongga perut
b) Kaji adanya kembung dengan perkusi
14) Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas
a) Kaji adanya kelainan tulang belakang seperti skoliosis, meningokel, spina bifida
dengan cara bayi diletakkan dalam posisi tengkurap, kemudian tangan pemeriksa
meraba sepanjang tulang belakang
b) Kaji adanya kelemahan tau kelumpuhan dengan cara melihat posisi kedua kaki,
adanya equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah
terdapat polidaktili.
15) Pemeriksaan genetalia
a) Kaji keadaan labia minora yang tertutup labia mayora, lubang uretra dan lubang
vagina terpisah atau tidak
b) Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung
penis atau defek sepanjang penis dan epispadia merupakan kelainan defek pada
dorsum penis.
16) Pemeriksaan anus dan rektum
a) Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya
b) Kaji adanya mekonium. Jika dalam waktu 48 jam belum keluar kemungkinan meconium plug
syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.
17) Pemeriksaan kulit
a) Kaji adanya verniks kaseosa yang, merupakan zat yang bersifat seperti lemak

16
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan
b) Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus dipunggung bayi, jumlahnya lebih banyak
pada bayi kurang bulan daripada cukup bulan.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Lowdermilk, 2013 :
Nilai laboraturium pada bayi baru lahir
1) Hematologi
a) Waktu pembekuan teraktivasi (ACT) : 2 menit
b) Waktu perdarahan (lvy) : 2 – 7 menit
c) Retraksi pembekuan darah : 1 – 4 jam
d) Fibrinogen : 125 – 300 mg/dl
e) Hemoglobin : 14 -24 g/dl
f) Hematokrit : 44 – 64 %
g) Sel darah merah : 4,8 x 106 – 7,1 x 106/mcl
h) Trombosit : 150.000 – 300.000
i) Sel darah putih : 9.000 – 30.000
j) Neutrofil : 54 -62 %
k) Eosinofil dan basofil : 1 – 3 %
l) Limfosit : 25 – 33 %
m) Monosit : 3 – 7 %
2) Biokimia
a) Bilirubin direk : 0 – 1 mg/dl
b) Bilirubin total : < 2 mg/dl
c) Gas darah :
Arteri : pH 7,31 – 7,49, pCO2 26 – 41 mmHg, pO2 60 –70 mmHg.
Vena : pH 7,31 – 7,41, pCO2 40 – 50 mmHg, pO2 40 –50 mmHg
d) Glukosa serum : 40 – 60 mg/dl
3) Urinalisis
a) Warna : bening, jernih
b) Berat jenis : 1,001 – 1,020
c) pH : 5 – 7
d) protein : negatif
e) Glukosa : negatif
f) Keton : negatif
g) SDM : 0 – 2
h) SDP : 0 – 4
i) Epitel : tidak ada

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Hipotermia

17
Risiko Hipotermia pada bayi baru lahir berhubungan dengan rasio luas permukaan terhadap volume
yang tinggi. Ini juga dapat disebabkan oleh transisi dari lingkungan yang hangat di dalam rahim ke
lingkungan yang jauh lebih dingin.
Penyebab:
1) Luas permukaan yang besar dibandingkan dengan massa
2) Lemak subkutan isolasi yang tidak memadai
3) Sedikit cadangan lemak putih
4) Epidermis tipis rentan terhadap peningkatan kehilangan panas
5) Proses infeksi
6) Termoregulasi terganggu
7) Keprihatinan lingkungan

Gejala dan kriteria


1) Mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif : Kulit teraba dingin, suhu tubuh dibawah nilai normal
2) Minor
a) Subjektif : -
b) Objektif : Akrosianosis, Bradikardi, dasar kuku sianotik, hipoglikemia ,hipoksia, pengisian
kapiler lebih 3 detik, konsumsi oksigen meningkat, ventilasi menurun, piloereksi, takikardia,
vasokonstriksi perifer, kutis memorata (pada neonates)

b. Risiko defisit nutrisi


Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Faktor Risiko
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Faktor ekonomi ( mis. Finansial tidak mencukupi )
5) Ketidaktahuan ibu terhadap respon bayi

c. Resiko infeksi
Risiko Infeksi berhubungan dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Sistem kekebalan
bayi yang baru lahir belum matang dan belum dapat melindungi dari patogen – setidaknya untuk
beberapa bulan pertama.
Penyebab:
1) Imunitas yang didapat tidak memadai
2) Defisiensi neutrofil dan imunoglobulin spesifik
3) Paparan lingkungan
4) Kulit rusak

18
5) Jaringan trauma
6) Penurunan aksi silia

3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko Hipotermia
Kriteria hasil :
 Pasien akan dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
 Orang tua/pengasuh akan mengungkapkan pengertian hipotermia dan pencegahannya
secara verbal.

Rencana tindakan :
1) Jaga bayi baru lahir tetap kering dan terbungkus rapat dengan selimut. Bayi yang baru lahir dapat
kehilangan panas dengan cepat akibat kulit yang basah. Bayi harus segera dikeringkan dan
dibedong.
2) Sediakan penghalang kehilangan panas. Bayi baru lahir, memerlukan penghalang untuk mencegah
kehilangan panas. Diperlukan penghangatan ulang yang kuat sambil memantau suhu secara
teratur. Selimut, isolettes, dan penghangat bercahaya dapat digunakan. Dorong kontak kulit-ke-
kulit bayi baru lahir dengan ibu. Penelitian telah menunjukkan bahwa ini membantu
meminimalkan risiko hipotermia.
3) Sediakan lingkungan yang hangat. Bayi baru lahir belum memperoleh jaringan adiposa ekstra
untuk bertindak sebagai insulasi dan tidak mampu menggigil untuk menghangatkan tubuh secara
alami. Oleh karena itu, bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya. Bayi baru lahir dapat
kehilangan panas hampir 4 kali lebih cepat daripada orang dewasa. Jika suhu ruangan terlalu
rendah, bahkan bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan mungkin kesulitan untuk tetap hangat.
4) Memberikan pendidikan kepada orang tua/pengasuh. Bayi baru lahir berjuang untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan suhu. Perawat dapat menginformasikan orang tua/pengasuh
tentang bahaya hipotermia dan hipertermia. Jelaskan pentingnya perlindungan termal bayi baru
lahir. Pastikan perawatan rutin bayi baru lahir termasuk pencegahan hipotermia. Peragakan dan
awasi aktivitas seperti mandi dan bedong.

b. Risiko defisit nutrisi


Kriteria hasil :
1) Pasien dapat mempertahankan berat badan normal sesuai standar deviasi BB/TB
2) Orang tua/pengasuh dapat mengetahui tanda tanda bayi lapar dan mengerti dalam memilih
makanan yang tepat sesuai dengan usia bayi
Rencana tindakan:
Edukasi Nutrisi Bayi
Definisi

19
Memberikan informasi dan memberikan dukungan tentang nutrisi dan praktik pemberian nutrisi pada
bayi.
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau pengasuh menerima informasi
- Identifikasi kemampuan ibu atau pengasuh menyediakan nutrisi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (mis. bayi gelisah, membuka mulut dan menggeleng
gelengkan kepala, menjulur-julurkan lidah, mengisap jari atau tangan)
- Anjurkan menghindari pemberian pemanis buatan
- Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (mis. cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
cuci tangan dengan sabun setelah ke toilet)
- Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia bayi
- Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usai bayi
- Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit

c. Risiko infeksi
Kriteria hasil:
 Orang tua/pengasuh akan mengungkapkan dua tindakan pencegahan infeksi atau pengurangan
risiko.
 Orang tua/pengasuh akan mendemonstrasikan lingkungan yang terlindungi untuk bayi baru lahir.
 Pasien akan tetap bebas dari infeksi.
Rencana tindakan
1) Pastikan kepatuhan yang ketat terhadap pengendalian infeksi dan kebersihan tangan. Mencuci
tangan adalah perlindungan utama terhadap penyakit terkait perawatan kesehatan. Saat
memberikan perawatan dan terutama dengan intervensi invasif, perawat harus mengikuti
pencegahan infeksi yang ketat untuk melindungi bayi baru lahir dari infeksi.
2) Dorong menyusui. Sementara pilihan pribadi, ibu yang ingin menyusui harus didorong dan
diinstruksikan untuk melakukannya. ASI mengandung imunoglobulin alami yang diperlukan
untuk melindungi bayi baru lahir dari infeksi yang dapat dicegah.
3) Pantau pengasuh dan pengunjung untuk setiap penyakit yang ada. Untuk mencegah paparan dan
risiko penularan, anjurkan tamu yang sakit untuk menghindari kontak dengan bayi baru lahir.
Pengasuh atau pengunjung dapat memakai masker untuk lebih mencegah penularan bakteri atau
virus.
4) Memberikan pengajaran kesehatan tentang tindakan pengendalian infeksi. Mendidik orang tua dan
pengasuh untuk secara konsisten mempraktikkan langkah-langkah pengendalian infeksi seperti
kebersihan tangan yang tepat. Batasi acara publik selama beberapa minggu pertama.

20
Rekomendasikan vaksinasi yang diperlukan. Menyediakan materi pendidikan dan demonstrasi
yang diperlukan.

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilaksanakan sesuai intervensi keperawatan yang
sudah dibuat, setiap implementasi, akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya. keperawatan ini
dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (Self care) dengan
penyakit yang ia alami sehingga pasien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah dilakukan sehingga
dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau belum.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000
gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. ( Rukiyah, 2012 )
2. Pengkajian yang dilakukan pada bayi baru lahir normal menurut Hidayat tahun 2008 adalah :
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
3. Diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir normal adalah : Bersihan jalan nafas, pola nafas tidak efektif,
hipotermia, risiko defisit nutrisi,
4. Intervensi keperawatan dapat diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui.
5. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah dibuat,
setiap implementasi akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya.
6. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan bayi baru lahir normal sehingga dapat
disimpulkan tujuan dari asuhan keperawatan tercapai atau belum.

B. Saran
1. Bagi institusi
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang asuhan keperawatan bayi baru lahir normal.
2. Bagi tenaga kesehatan

21
Diharapkan asuhan berkesinambungan ini dapat digunakan sebagai masukan dan saran untuk pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan dari hasil ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan dan peningkatkan proses
pembelajaran untuk asuhan keperawatan bayi baru lahir normal selanjutnya.
4. Bagi penulis
Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar serta dapat
mengaplikasikan dalam praktik

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyani, W. (2016). Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. A Di Bangsal Melati Bagian Kebidanan
Budi Rahayu RSUD Tidar Magelang. KTI, 5-14.
Dinkes Jawa Barat. 2021. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2020. Di akses pada tanggal 12
Oktober 2022. https://e-renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-020037-2tahunan-427.pdf
Fitriani. (2017). Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Bayi Ny.E Dengan Bayi Baru Lahir
Normal Di Paviliun Shafa An - Nissa RSIJ Cempaka Putih Tanggal 22 - 24 Mei 2017 . KTI, 34-39.

Apriliyani, W. (2016). Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. A Di Bangsal Melati Bagian Kebidanan
Budi Rahayu RSUD Tidar Magelang. KTI, 5-14.
Fitriani. (2017). Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Bayi Ny.E Dengan Bayi Baru Lahir
Normal Di Paviliun Shafa An - Nissa RSIJ Cempaka Putih Tanggal 22 - 24 Mei 2017 . KTI, 34-39.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
(1st ed) Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI
Kathleen Salvador, M. R. (2022, Agustus 19). Newborn Nursing Diagnosis & Care Plan. NurseTogether.
Rosita. (2018). PENGARUH REFLEKS BAYI SEBAGAI PERTAHANAN AWAL . http://e-journal.stit-
islamic-village.ac.id/index.php/istighna, 1979-2824.

22
23

Anda mungkin juga menyukai