Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

LAPORAN TUTORIAL 1A KASUS NEONATUS


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tema 13 “Asuhan Kebidanan Pada
Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah”

Dosen Pengampu :
Nanik Cahyati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :
Nadya Citra Pratiwi (314120031)

Program Studi Sarjana Kebidanan


Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kesehatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah, serta kenikmatan iman dan islam sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ‘Laporan Tutorial Kasus Neonatus’ dengan
kemampuan terbaik saya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Nanik
Cahyati, S.ST., M.Keb., selaku dosen pengampu mata kuliah tema 13 asuhan
kebidanan pada bayi, balita, dan anak prasekolah yang telah membimbing saya dalam
pengerjaan tugas makalah ini.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas pada program
studi Sarjana Kebidanan, FITKES Universitas Jenderal Acmad Yani Cimahi. Saya
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Harapan saya semoga makalah laporan ini bermanfaat bagi pembaca sehingga
pembaca dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi
pengalaman bagi saya untuk menambah pengalaman dan wawasan sehingga
kedepannya saya dapat menyusun makalah dengan jauh lebih baik dari pada bentuk
dan isinya.
Saya akui, isi dari materi yang ada di makalah laporan ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki masih
sangat kurang. Oleh karena itu, saya berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun demi terciptanya kesempurnaan dalam makalah
laporan ini.

Wassalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatu

Selasa, 27 September 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
1.4 Metode Penulisan.....................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
PEMBAHASAN KASUS.............................................................................................4
2.1 Sinopsis Kasus :.......................................................................................................4
2.2 Instruksi:...................................................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................7
(Learning Objective)......................................................................................................7
3.1 Perubahan Adaptasi Fisiologi Pada Neonatus..........................................................7
3.2 Perubahan Fisik Pada Neonatus.............................................................................12
3.3 Menangis Normal Pada Neonatus..........................................................................12
3.4 Faktor-Faktor Keberhasilan Menyusui...................................................................13
3.5 Tanda-Tanda Neonatus Cukup ASI.......................................................................18
3.6 Perubahan Psikologis Ibu dan Neonatus Minggu Pertama....................................19
3.7 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perawatan Tali Pusat........................19
3.8 Masalah-Masalah Pada Neonatus...........................................................................20
3.9 Asuhan Kebidanan Yang Tepat Berdasarkan Kasus Tersebut...............................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27

2
BAB I

PENDAHULUAN

1 1.1 Latar Belakang

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan
terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu
bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling
tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa asuhan yang tepat,
bisa berakibat fatal.
Pada tahun 2019 menurut Fakultas Kesehatan Masyarakat UI sebanyak 7000
bayi baru lahir di dunia meninggal setiap harinya di Indonesia : 185/hari dengan AKB
24/1000 kelahiran hidup. Tiga-perempat diantaranya meningal pada minggu pertama.
Pada 2030 mendatang diharapkan SDGs (Sustainable Development Goals)
AKB yaitu 12 per 1000 kelahiran hidup. Target tersebut bisa tercapai apabila
dilakukan upaya-upaya kesehatan yang terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Salah satu yang berperan penting dalam penurunan AKB adalah bidan.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, bidan memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang cukup. Untuk itu disusunlah laporan makalah ini sesuai dengan
kasus yang sering ditemukan pada saat dilapangan.

2 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan adaptasi fisiologis pada neonatus?


2. Bagaimana perubahan fisik pada neonatus?
3. Apa saja ketidaknyamanan yang sering terjadi pada neonatus?
4. Apa saja faktor-faktor keberhasilan menyusui?
5. Apa saja tanda-tanda neonatus cukup asi?
6. Apa saja masalah-masalah pada neonatus?
7. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perawatan tali pusat?
8. Bagaimana perubahan psikologis ibu dan neonatus pada minggu pertama?
9. Bagaimana asuhan kebidanan berdasarkan kasus tersebut?

3
3 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menganalisis perubahan adaptasi fisiologis pada neonatus.


2. Untuk menganalisis perubahan fisik pada neonatus.
3. Untuk menganalisis ketidaknyamanan yang sering terjadi pada neonatus.
4. Untuk menganalisis faktor-faktor keberhasilan menyusui.
5. Untuk menganalisis tanda-tanda neonatus cukup asi.
6. Untuk menganalisis masalah-masalah pada neonatus.
7. Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perawatan tali
pusat.
8. Untuk menganalisis perubahan psikologis ibu dan neonatus pada minggu
pertama.
9. Untuk menganalisis asuhan kebidanan berdasarkan kasus tersebut.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan


menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

2.1 Sinopsis Kasus :

Seorang bayi berumur 3 hari datang bersama ibunya ke Praktik Mandiri Bidan.
Ibu mengatakan bayi berwarna kuning diarea wajah dan sering rewel pada malam
hari.
Riwayat Persalinan : Gestasi aterm, bayi lahir spontan, dan langsung menangis. Ibu
melahirkan di PONED.JK : laki-laki, BB bayi saat lahir 2800gr dan PB Bayi 49cm.
Anamnesis Lanjutan : Bayi baru terlihat kuning hari ini, bayi hanya diberi
ASI. Ibu cemas dan khawatir bayinya tidak cukup ASI. Bayi tersebut merupakan anak
pertama, usia ibu 20 tahun, ibu tinggal bersama suami dan orangtuangya. Bayi sudah
mendapatkan Vit K, salep mata, dan Imunisasi hepatitis pada saat lahir. Bayi
disusukan tiap 2 jam sekali. Namun ibu tidak tega membangunkan bayinya jika
sedang tidur. Bayi BAK 5x/hari dan BAB 3x/hari.
Hasil pemeriksaan fisik: KU baik, komposmentis, TTV normal, BB 2800gr.
kuning pada dahi dan hidung, mata normal, kulit kemerahan. Tali pusat belum puput,
tidak ada perdarahan, tali pusat tampak lembab, tertutup oleh kassa dan dikompres
betadine karena menurut ibu akan cepat kering.ekstermitas normal.

2.2 Instruksi:

1. Tentukan identifikasi data dasar/ case finding berdasarkan kasus tersebut!

 Data Subjektif
- Bayi laki-laki 3 Hari
- Kuning diarea wajah (dahi dan hidung)
- Sering rewel dimalam hari
- Gestasi Aterm, lahir spontan, langsung menangis. BB 2800 PB 49cm
- Bayi hanya diberi ASI setiao 2 jam sekali (kecuali saat tidur)
- Ibu cemas dan khawatir akan kondisi bayinya
- BAK 5x sehari, BAB 3x sehari
 Data Objektif

5
- KU baik
- Kesadaran komposmentis
- TTV Normal
- Mata Normal
- Kulit kemerahan
- BB 2800gr
- Tali pusat belum puput, tidak ada perdarahan, dan tampak lembab
- Tali pusat tertutup oleh kasa dan diberi betadine
- Ekstremitas normal

2. Identifikasi masalah berdasarkan kasus tersebut!

 Bayi berwarna kuning diarea wajah (dahi dan hidung)


 Sering rewel dimalam hari
 Ibu cemas dan khawatir akan kondisi bayinya
 Bayi disusukan 2 jam sekali (kecuali saat tidur)
 BAK 5x/hari BAB 3x/hari
 Tali pusat lembab dan dikompres betadine
 BB 2800gr

3. Berikan asuhan kebidanan yang tepat pada kasus tersebut!

 NCB SMK umur 3 hari

4. Diagnosis apakah yang bisa ditegakkan berdasarkan data-data pada kasus


tersebut!

 NCB SMK Umur 3 hari


 NCB didapatkan dari data gestasi aterm
 SMK didapatkan dari data BB lahir 2800gr
 3 hari didapatkan dari data bayi baru lahir 3 hari yang lalu

6
5. Bagaimana penjelasan secara ilmiah terkait dengan identifikasi masalah
yang ditemukan berdasarkan keseluruhan rangkaian scenario kasus
tersebut?

 Kuning pada area wajah : Breastfeeding jaundice Adalah ikterus yang disebabkan
oleh kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada
waktu produksi ASI belum banyak. Keadaan ini dapat memicu terjadinya
hiperbilirubinemia, yang disebabkan peningkatan sirkulasi enterohepatik akibat
kurangnya asupan ASI.

 Sering rewel dimalam hari : Rewel dimalam hari menandakan nayi ingin
berkomunikasi, namun apabila bayi menangis selama 3 hari menandakan ke
abnormalan.
 Ibu khawatir akan kondisi bayinya : Kondisi Psikologis ibu dimana ibu mulai
merasakan tanggung jawab terhadap bayinya dan mulai ingin melakukan
keterampilan merawat bayinya.

 Bayi disusukan 2 jam sekali : Frekuensi bayi menyusui sebaiknya 12x/hari jika
bayi tidur tetap disusukan.
 BAK 5x/hari BAB 3x/hari : Sebagai akibat kekurangan ASI dapat mempengaruhi
Frekuensi buang air kecil.

 Tali pusat lembab : Ibu menggunakan metode perawatan tali pusat dengan
betadine, selain itu normalnya tali pusat kering dan puput setelah 5-7 hari
 BB 2800gr

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

(Learning Objective)

3.1 Perubahan Adaptasi Fisiologi Pada Neonatus

1. Perubahan Pernafasan

Perubahan Pernafasan Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan


mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang
dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada
di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian
diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi
memulai aktivasi nafas untuk pertama kali, Tekanan intratoraks yang negatif discrtai
dengan aktivasi napas yang pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam
paru-paru. Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan
napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi
udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan
yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus
tidak kolaps saat akhir napas.

2. Perubahan Kardiovaskuler

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem. Tindakan ini
menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan
serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkualsi
bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka
paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang
teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri
yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian secara
istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang berada pada unit
janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi tertutup, bertekanan

8
tiniggi, dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi setelah tali pusat di klem adalah
peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal yang paling penting adalah
peningkatan tahanan pembuluh darah dan tarikan nafas pertaria terjadi secara
bersamaan. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem permbuluh
darah paru berelaksasi dan terbuka sehingzga paru- paru menjadi sietem bertekanan
rendah
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sinemik dan menurun
dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekana aliran darah dalam jantung,
Tekana akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan foramen oale
menutup, dukrus arterionus yang mengalirkan darah teroksigenasi ke otak janin kiri
tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil dan secara fungsional
menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E, yang sebelumnya disuplai oleh
plasenta. Darah teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus
serta foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi
jantung, Darah yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi menjadi
teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru, kemudian dipompakan ke seluruh bagian
tubuh.
Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa terjadi di dalam
jantung dan sirkulasi bayi baru lahir. Sangat penting bagi bidan untuk memahamni
perubahan sirkulasi janin ke sirkulasi bayi yang ucara keseluruhan saling
berhubungan dengan fungsi pernapasan dan oksigenasi yang adekuat.
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan.Untuk menyelenggarakan sirkulasi terbaik mendukung kehidupan luar rahim,
harus terjadi :
a. Penutupan foramen ovale jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
1. Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun.
2. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan yang mengurangi volume dan tekanannya.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru utk menjalani proses oksigenasi ulang. Pernapasan pertama

9
menurunkan resistensi pembuluh paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan.
Oksigen pada pernapasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh paru (menurunkan resistensi pembuluh paru), ini akan meningkatkan
sirkulasi ke paru sehingga terjadi peningkatan volume darah pada atrium kanan.
Dengan peningkatan tekanan pada atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada
atrium kiri, foramen ovale secara fungsi akan menutup. Dengan pernapasan kadar
oksigen darah akan meningkat, sehingga mengakibatkan duktus arteriosus
mengalami konstriksi dan menutup. Vena umbilikus, duktus arteriosus dan arteri
hipogastrika tali pusat menutup secara fungsi dalam beberapa menit setelah lahir
dan tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3
bulan.

3. Perubahan Termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, schingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahanperubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi akan masuk ke dalam
lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Sesaat sesudah bayi lahir ia akan
berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan
basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaporasi, konduksi,konversi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit.
Berikut adalah penjelasan mengenai konveksi, konduksi, radiasi, dan
evaporasi:
1) Konveksi Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di sekeliling
bayi, misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
2) Konduksi Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak
dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya popok atau celana basah tidak
langsung diganti.
3) Radiasi Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin, misal BBL diletakkan di dingin. tempat
4) Evaporasi Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan menguap,
misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
Lingkungan yang dingin membentuk suhu tanpa mekanisme menggigil. Hal
itu merupakan usaha utama scorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan

10
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh, dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%,
Membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggu- nakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan,
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Seorang bayi yang mengalami
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipok- sia, dan asidosis. Oleh
karena itu, bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru
lahir. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa perawatan yang dilakukan terhadap bayi
terkait adanya perubahan suhu.

4. Perubahan Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan, Refleks
muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi
baru lahir cukup bulan, dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan pertumbuhannya. Dengan adanya kapasitas lambung yang masih
terbatas ini akan sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada
bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering, contohnya memberi ASI sesuai keinginan
bayi. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya
sendiri dari zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam saluran pencernaannya. Di
samping itu bayi baru lahir juga belum dapat mempertahankan air secara efisien
dibanding dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan diare yang
lebih serius pada neonatus.
5. Perubahan Immunoglobin
Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum matang sehingga rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang menyebabkan kekebalan
alami dan buatan. Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yg mencegah dan

11
meminimalkan infeksi.
Beberapa contoh kekebalan alami :
- perlindungan oleh kulit membran mukosa
- fungsi saringan saluran napas
- pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
- perlindungan kimia oleh asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel darah yang membantu bayi
baru lahir membunuh mikroorganisme asing.Tetapi sel darah masih belum matang
sehingga bayi belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan akan muncul kemudian. Reaksi bayi terhadap antigen asing masih belum
bisa dilakukan sampai awal kehidupan.

6. Perubahan Urinaria

BBL cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan fungsional pada
sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tersebut akan membaik pada bulan
pertamakehidupan dan merupakan satu- satunya masalah untuk bayi baru lahir yang
sakit atau mengalami stres. Keterbatasan fungsi ginjal menjadi konsekuensi khusus
jika bayi baru lahir memerlukan cairan intravena atau obat-obatan yang meningkatkan
kemungkinan kelebihan cairan.
Ginjal bayi baru lahir menunjukan penururnan aliran darahn ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini mudah menyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur schingga dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi
baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan baik, tercermin dari berat jenis
urine (1,004) dan osmaliltas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih
buruk pada bayi kurang bulan.
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir,
tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12 jam sampai 24 jam.
Bayi berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukan cairan yang
cukup.
BBL mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, yaitu
hanya 30-60 ml. Normalnya dalam urine tidak terdapat protein atau darah, debris sel
yang banyak dapat mengindikasikan adanya cedera atau iritasi dalam sistem ginjal.

12
Bidan harus ingat bahwa adanya massa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan
fisik seringkali adalah ginjal dan dapat mencerminkan adanya tumor, pembesaran atau
penyimpangan didalam ginjal.

3.2 Perubahan Fisik Pada Neonatus

Ciri-ciri fisik Bayi Baru Lahir Normal :


Menurut Wagiyo (2016) dalam bukunya yang berjudul Asuhan Keperawatan
Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir. Bayi baru lahir normal dan sehat memiliki
ciri-ciri diantaranya sebagai berikut :
a. Berat badan normal anatara 2500 gram sampai 4000 gram.
b. Panjang badan antar 48 cm sampai dengan 52 cm.
c. Lingkar kepala 33-35 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Detak jantung 120-140x/menit
f. Frekuensi pernafasan 30-60x/menit 6
g. Rambut lanugo sudah tidak terlihat
h. Rambut kepala sudah muncul
i. Warna kulit badan merahmuda dan licin.
j. Memiliki kuku yang panjang dan lemas.
k. Reflek menghisap, menelan dan mengenggam sudah baik
l. Mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir sebagai

3.3 Menangis Normal Pada Neonatus

Bayi berkomunikasi dan mengekspresikan ketidaknyamanan dengan cara


menangis. Menangis merupakan perilaku fisiologis normal pada bayi, dengan
beragam penyebab dan alasan, mulai dari lapar, nyeri, tidak nyaman, mencari
perhatian, hingga penyakit serius yang mengancam kehidupan.
Menangis adalah salah satu bagian dari neurodevelopment fisiologis bayi,
demi memastikan keberlangsungan hidup (survival) dan interaksi sosial. Menangis
merupakan respons fisiologis normal terhadap berbagai stimuli nonverbal pada bayi.
Setiap fase perkembangan memerlukan kapasitas baru bayi untuk mengatur,
yang tergantung pada kematangan struktural dan fungsional otak dan akumulasi

13
pengalaman terintegrasi
Kriteria untuk membedakan menangis normal dan berlebihan di usia 6 minggu
pertama berdasarkan “aturan tiga”, yakni: menangis dan rewel selama lebih dari 3 jam
sehari, selama lebih dari 3 hari seminggu, dalam lebih dari 3 minggu, pada bayi yang
kenyang (cukup disusui ASI) dan sehat.

Secara sederhana, tangisan berlebih (excessive crying) dapat didefinisikan


sebagai menangis lebih dari 3 jam per hari selama lebih dari 3 hari per minggu.
Kondisi ini dalam dunia kedokteran disebut sebagai “kolik”. Bayi kolik sebenarnya
baik dan dapat berkembang; biasanya tidak ada masalah medis.14-15 Meskipun
demikian, orangtua sering tertekan, lelah, dan bingung.17-19 Kolik bayi didefinisikan
sebagai tangisan berlebihan pada bayi sehat. Dalam terminologi medis, menangis
akibat kolik pada bayi sering disebut sebagai colic crying, cry-fuss behavior,
excessive crying, unsettled infant behavior. Tangisan khas kolik umumnya dimulai di
beberapa minggu pertama kehidupan dan berakhir di usia 4 hingga 5 bulan.

3.4 Faktor-Faktor Keberhasilan Menyusui

1. Faktor Ibu

a. Psikologis ibu

Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang


tidak mempunyai keyakinan atau percaya diri untuk mampu memproduksi ASI
umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir,
ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan
pemberian ASI eksklusif.

Padahal percaya diri adalah satu-satunya kiat yang paling jitu untuk dapat
menyusui dengan sukses. Berikut ini beberapa pikiran ataupun perasaan negatif yang
dapat menggoyahkan rasa percaya diri ibu, yaitu :

- ASI-ku belum keluar atau ASI-ku hanya keluar sedikit sekali...

Selama masa kehamilan, kedua payudara ibu mulai memproduksi ASI pertama
yang disebut dengan kolostrum. Produksi kolostrum ini akan terus berlangsung
hingga kira-kira seminggu setelah melahirkan. Kolostrum ini memang diproduksi
dalam jumlah yang sedikit, hanya beberapa sendok teh dalam sehari. Meski sedikit

14
dari segi kuantitas (volume), tetapi kolostrum memiliki konsentrasi nutrisi yang
sangat tinggi dan mudah sekali dicerna oleh pencernaan bayi, yang memang belum
sempurna. Kandungan lain yang membuat kolostrum amat sangat berharga adalah
antibodi (immunoglobulin). Kolostrum mengandung IgA (immunoglobulin A) dalam
jumlah besar.

Zat ini akan membentuk ’benteng pertahanan’ pertama yang akan melindungi
bayi dari serangan berbagai kuman. Menurut la leche league, produksi kolostrum
hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36, 23 ml per hari. Selain jumlah yang sedikit,
karakteristik kolostrum juga belum seperti ASI matur. Warnanya bening kekuning-
kuningan dan agak kental. Karenanya, tak jarang ibu yang tidak melihat keluarnya
kolostrum mengira ASI- nya belum keluar. Ada pula ibu yang melihat kolostrumnya
keluar, tetapi karena jumlahnya yang sedikit itu, si ibu jadi mengira ASI-nya hanya
keluar sedikit. Hingga akhirnya ibu menunda untuk menyusui atau bahkan, tragisnya,
memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Sebenarnya, produksi
kolostrum (yang hanya sedikit) disesuaikan dengan kapasitas perut bayi. Kapasitas
maksimal perut bayi usia 1-2 hari hanya sebesar kelereng (5-7 ml). Lebih dari itu akan
segera dimuntahkan karena perut bayi belum dapat meregang. Menurut la leche
league lagi, sekali menyusui, rata-rata produksi kolostrum ’hanya’ 1,4 sendok teh
(6,86 ml). Dengan demikian, sekali menyusui, bayi akan mencerna habis semua
kolostrum yang ia konsumsi. Tidak ada yang terbuang.

b. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar

Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya
pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana
posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara
efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu
harus berpisah dari bayinya.

c. Ibu bekerja

Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif.
Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk
menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila
ibu ingin kembali bekerja :

15
1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.

2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat
dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat
disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es
dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.

3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.

4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung

puting”.

5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu

pulang, dan diteruskan pada malam hari.

6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label

tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat
bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu
tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.

7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi
dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh
dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis

diminum bayi satu kali.

8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu

kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya.
ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya
mencair dan harus digunakan dalam 24 jam 

2. Faktor Bayi

Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan. Bayi yang menderita sakit atau dengan
kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu

16
ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam
proses menyusui.

3. Peranan Petugas Kesehatan

Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah
sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter.
Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan
dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang
baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang
positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati
dan mau melaksanakannya.

Betapapun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut,


diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu
habis bersalin untuk penyusuan dini.

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian


ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara


ibunya.
2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

1) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
2) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
3) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6) Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7) Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

17
5. Faktor Keluarga

Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau penyuluhan tentang ASI
dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui
sendiri bayinya. Hubungan yang harmonis akan mempengaruhi lancarnya proses
laktasi. Timbulnya stres pada saat yang kritis dapat menghentikan produksi ASI.

Di luar faktor masih banyaknya tenaga kesehatan, rumah sakit/rumah bersalin,


maupun tempat kerja yang belum ramah ASI eksklusif, ternyata dukungan keluarga
merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI
ekslusif. Mengapa demikian? Karena dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya
terhadap rasa percaya diri ibu.

Hormon oksitosin, hormon yang membantu pengeluaran ASI, itu sangat


sensitif terhadap perasaan ibu. Sedikit saja ibu merasa ragu atau kurang pede, dapat
menyebabkan kerja hormon oksitosin melambat. Akibatnya, ASI yang keluar menjadi
lebih sedikit. Efek dari berkurangnya ASI ini, ibu jadi bertambah stress. Padahal
semakin tinggi tingkat stress ibu, semakin berkurang pula produksi ASI-nya. Begitu
seterusnya, dan kalau kondisi seperti ini dibiarkan, sangat mungkin produksi ASI
akan terhenti sama sekali.

Memang akan sangat ideal bila lingkungan terdekat ibu suportif dengan ASI
eksklusif. Tapi bila kondisi ideal ini sulit atau tidak tercapai, satu-satunya benteng
pertahanan ibu adalah membekali diri dan suami dengan ilmu dan pengetahuan yang
benar tentang seluk beluk ASI. Dengan bekal pengetahuan yang benar, ibu berpeluang
lebih besar untuk dapat menjaga motivasi dan percaya diri memberikan ASI eksklusif.
Terus ingatkan diri sendiri akan hal-hal yang menyebabkan ibu ingin
memberikan ASI eksklusif kepada si kecil.

Untuk ’meluluhkan’ hati ibu dan atau ibu mertua, ibu bisa lebih melibatkannya dalam
kegiatan menyusui. Tanyakan bagaimana pengalaman menyusui beliau. Mintalah
kiat-kiat menyusui berdasarkan pengalaman beliau. Tak perlu defensif dalam
menyikapi ’ketidaksetujuan’ keluarga. Karena sikap defensif biasanya justru membuat
mereka semakin agresif menunjukkan ketidaksetujuannya. Ini justru akan membuat
ibu semakin sulit menyampaikan informasi yang benar. Yang terpenting, ibu dan
suami satu kata untuk urusan ASI eksklusif ini.

6. Faktor Masyarakat

18
Di beberapa daerah tertentu di Indonesia masih ada kebiasaan-kebiasaan
memberikan makanan tambahan (pisang atau nasi) terlalu dini yaitu pada hari-hari
pertama kelahiran; hal ini berbahaya karena usus bayi belum dapat mencerna serta
pertumbuhan fungsi ginjal baru dapat beradaptasi untuk menerima makanan dengan
kadar garam dan protein yang tinggi pada usia 4 bulan. Ada pandangan sebagian
masyarakat bahwa menyusui dapat merusak payudara sehingga mengganggu
kecantikan ibu tersebut dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui rnerupakan
perilaku yang kuno. Bila ingin disebut modern ibu menggunakan susu formula.
Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penyusuan bayi dapat dilakukan
pada kelompok ibu di pedesaan serta kelompok ibu di perkotaan. Pada kelompok ibu
di pedesaan dapat disarankan bagaimana cara meningkatkan mutu ASI, serta kapan
dimulai diberi makanan tambahan 

3.5 Tanda-Tanda Neonatus Cukup ASI

1. Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB bayi sebelum


mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama, dan
selisih berat penimbangan dapat diketahui banyaknya ASI yang masuk dengan
konvera kasar 1 ASI. gr BB-1 ml
2. Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan yaitu bayi merasa
puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada perubahan
tegangan pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu merasa ASI mengalir
deras.
3. Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang (disentuh
pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan).
4. Bayi tumbuh dengan baik:
5. Pada bayi minggu I: karena ASI banyak mengandung air, maka salah satu tanda
adalah bayi tidak dehidrasi, antara lain:

a. kulit lembab kenyal


b. turgor kulit negatif
c. jumlah urin sesuai jumlah ASI/PASI yang diberikan/24 jam. (kebutuhan ASI bayi
mulai 60 ml/kg BB/hari, setiap hari bertambah mencapai 200 1/kg BB/hari, pada
hari ke 14).
d. Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu lahir tercapai lagi

19
6. Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali.
7. Warna BAK tidak kuning pucat.
8. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.
9. Bayi terlihat puas sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup.
10. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam

3.6 Perubahan Psikologis Ibu dan Neonatus Minggu Pertama

1. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul


perasaan sedih (baby blues).
2. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan teng
gung jawab akan bayinya.
3. Ibu fokus perhatian pada pe ngontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya
tahan tubuh.
4. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen
dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
6. Pada masa ini ibu sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung,
dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur kan untuk
berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.

3.7 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif
yaitu tali pusat akan puput pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi.
Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk
mencegah sipsis oleh karena itu ada beberapa cara mengenai perawatan tali pusat
yaitu: 
a. Membiarkan tali pusat kering sendiri Membiarkan tali pusat mengering dengan
sendirinya dan hanya membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang
penting adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena
dapat mengakibatkan infeksi .
b. Metode kasa kering, salah satu yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali
pusat adalah dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti .

20
c. Metode kasa alkohol 70%, tali pusat dirawat dan dijaga kebersihanya dengan
menggenakan alkohol 70% , paling sedikit dua kali sehari setiap empat jam dan lebih
sering lagi jika tampak basah atau lengket
d. Metode antiseptic dan kasa kering, luka tali pusat 81 dibersihkan dan dirawat
dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril,pembalut
tersebut diganti setiap hari dan setiap tali basah atau kotor 

 Prinsip Perawatan Tali Pusat


a. Jangan membungkus atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali
pusat. 
b. Mengusapkan alkohol ataupun betadin masih diperkenankan sepanjang tidak
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

3.8 Masalah-Masalah Pada Neonatus

Menurut (Lyndon,2014) masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir
terdapat 2 masalah yaitu masalah fisiologis dan masalah bayi baru lahir dengan risiko
tinggi. 
1. Masalah fisiologis
a. Bercak Mongol 
Adalah bercak yang berwarna biru keunguhan, biru kehijauan atau biru
kehitaman seperti memar yang tampak pada saat lahir, bercak ini sering dijumpai
pada bagian punggung dan bokong. Bercak mongol ini timbul karena adanya
melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses
migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Bercak mongol akan hilang dengan
sendirinya pada usia 1-2 tahun.
b. Gumoh 
Adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan oleh bayi dari mulut
beberapa saat setelah munyusu dengan jumlah sedikit tanpa disertai kontraksi pada
lambung. Gumoh biasanya terjadi pada bayi usia 0-6 bulan. Gumoh terjadi karena
katup antara lambung dan rongga belom sempurna sehingga susu yang diminum
mudah untuk keluar lagi, posisi saat menyusui yang tidak tepat, terlalu banyak

21
memberikan susu dan bayi menangis atau menggeliat pada saat disusui sehingga susu
keluar kembali.
c. Muntah 
Adalah keluarnya kembali sebagian besar isi lambung setelah agak lama
makanan masuk kelambung hal ini menyebabkan kontraksi pada lambung sehingga
keluar dengan kekuatan seperti menyemprot pada mulut. Muntah disebabkan karena
beberapa hal yaitu: kelianan pada kongental pada saluran pencernaan misalnya atresia
esofagus dan penyakit hirshprung, iritasi pada lambung, tekanan intrakranial yang
tinggi, infeksi pemberian makan yang salah dan akibat keracunan.
d. Orak Thrush 
Adalah bercak putih pada lidah, langit-langit, dan pipi bagian dalam sulit
untuk dihilangkan dan apabila dipaksa untuk dihilangkan maka akan menyebabkan
perdarahan. Oral Thrush disebabkan karena infeksi jamur candida albicans, candida
albicans merupakan mikroorganisme yang umumnya terdapat pada kulit, mukosa
mulut, vagina dan saluran cerna. Mikroorganisme ini sebenarny tidak terlalu bahaya
namun jika terlalu banyak maka akan menyebabkan Oral Thrush.
e. Ruam pokok (Diaper rash) 
Adalah kemerahan atau radang pada kulit bayi didaerah yang tertutup popok
karena lembab desebabkan oleh urine atau feses sehingga menimbulkan kelembaban
selain itu juga disebabkan karena luka gesekan, iritasi, infeksi candida albicans, reaksi
alergi dan konsumsi antibiotic.
f. Seborrhea (penyakit kulit seboroik) 
Adalah gangguan kelenjar palit/lemak yang ditandai dengan pengeluaran
lemak secara berlebihan yang membentuk sisik putih kekuningan yang terdapat pada
kepala dan lipatan kulit. Soberrhea ini disebabkan karena faktor herediter, asupan
makanan yang tinggi lemak dan kalori dan gangguan emosi yang dapat hilng pada
saat anak usia 6 bulan.
g. Miliaria (Biang keringat) 
Adalah dermatosis yang desebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya
pori kelenjar keringat, miliaria ini umumnya timbul pada udara yang panas dan
lembab serta adanya infeksi bakteri. Miliaria terjadi diawali dengan penyumbatan
pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan, penyumbatan ini
desebabkan karena bakteri yang tertimbun yang menyebabkan radang dan oedema
akibat perspirasi yang tidak dapat keluar.

22
h. Obstipasi 
Adalah konstipasi berat yang disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran
cerna. Konstipasi ini dicirikan dengan tidak BAB nya selama 3 hari dan feses
teksturnya keras. Konstipasi disebabkan karena tidak cukup material didalam usus
karena kurang serat dan kurang asupan cairan, dan kurangya aktifitas sehingga
menyebabkan usus kurang aktif. Mencari penyebab dari obstipasi dan memperhatikan
kembali gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis jika tidak terdapat salah satu
penyebab tersebut kosongkan rektum dan kolaborasi untuk bedah kemungkinan
terjadi hirschprung.
i. Diare 
Adalah terjadinya perubahan bentuk pada konsistensi feses yaitu lembek, cair
dan frekuensi buang air besar. Neonatus dikatakan diare jika frekuensinya lebih dari 4
kali/hari. Diare desebabkan karena infeksi, keracunan pada makanan dan karena
psikologis rasa takut atau cemas.
2. Masalah resiko tinggi pada bayi baru lahir
a. Asfiksia Neonatorium 
Adalah kegagalan napas secara spontan beberapa saat setelah lahir, neonatus
dikatakan asfiksia jika nilai APGAR 0-3 pada menit kelima , ditemukan asidosis pada
pemeriksaan darah tali pusat ( PH>7), ganguan neurologis seperti ( kejang, hipotonia
atau koma) dan adanya ganguan pada sistem multiorgan yaitu (ganguan
kardiovaskuler, gastrointestinal, hematologi, pulmoner atau sistem renal).
Berdasarkan nilai APGAR asfiksia dapat dibagai menjadi tiga jenis, yaitu: Asfikia
ringan nilai APGAR (7-9), Asfiksia ringan-sedang nilai APGAR 4-6 dan Asfiksia
berat nilai APGAR 0-3.
Penatalaksanaan 
• Memberikan penjelasan pada pada ibu atau keluarga bahwa kemungkinan akan
dilakukan tindakan resusitasi untuk membantu memulai pernafasan pada bayi. 
• Melakukan resusitasi menurut algoritme.
b. Bayi berat lahir rendah (BBLR) 
Adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
tanpa memeperhtikan usia gestasi. Faktor BBLR dari ibu disebabkan karena penyakit
(malaria, anemia, sifilis dan infeksi TORCH), Komplikasi pada kehamilan misalnya
(perdarahan antepartum, pre-eklamsi berat, eklamsi dan kelahiran pretrm), usia ibu
yang kurang dari 20 tahun dan faktor kebiasaan ibu misalnya (sering merokok,

23
meminum alkohol dan menggunakan narkoba. Faktor dari janin desebabkan karena
prematur, hidroamnion,gemeli dan kelainan kromosom sedangan faktor lingkungan
adalah berpengaruh pada tempat tinggal yang dataran tinggi, sosioekonomi rendah
dan paparan zat racun.
Penatalaksanaan 
• Stabilisasi suhu, jaga tetap hangat
• Jaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka
• Nilai segera kondisi bayi terutama TTV: frekuensi pernafasan,frekuensi denyut
jantung, warna kulit dan aktivitas.
• Lakukan tindakan sesuai dengan kondisi dan komplikasinya
c. Ikterus 
Adalah kondisi dimana terdapat kadar bilirubin yang terlalu banyak di dalam
darah sehingga menyebabkan warna kuning pada kulit, membran mukosa dan sklera.
Ikterus disebabkan karena beberapa faktor yaitu produksi bilirubin yang meningkat
pada proses hemolisis sel darah merah, obstruski pada saluran empedu yang
menyebabkan peningkatan bilirubin konjugasi yang larut dalam aliran darah,
kerusakan pada sel hati. Untuk memperhatikan kadar bilirubin dapat digunakan rumus
Kraemer. Jenis-jenis ikterus:
• Ikterus fisiologis
Merupakan ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir, tidak memiliki
dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus. Tanda tanda ikterus
fisiologis adalah kadar bilirubin mencapai 12 mg/dL (nilai normal 1,8 mg/dL) dan
timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi lahir dan mencapai puncaknya pada
hari ke-5 atau ke-6. Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi ikterus fisiologis
adalah mengajarkan ibu dan keluarga cara menyinari bayi dengan cahaya matahari
pada pukul 07.00-08.00 WIB selama 30 menit, yaitu 15 menit dalam posisi terlentang
dan 15 menit dalam posisi tengkurap dengan mengatur posisi kepala bayi agar wajah
tidak langsung menghadap ke cahaya matahari, biarkan bayi dalam keadaan
terlanjang hanya memakai popok serta dapat memberikan minum (ASI) sedini
mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang cukup.
• Ikterus patologis
adalah ikterus yang memiliki dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai
suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan
gejala yaitu timbul pada 24 jam pertama, kadar bilirubin mencapai 15 mg/100Ml,

24
ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. Tindakan dan penanganan ikterus
patologis adalah dengan dilakukanya terapi sinar (fototerapi) dan tranfusi tukar yang
hanya dapat dilakukan dirumah sakit.
d. Hipotermia 
Adalah turunya suhu bayi secara terus menerus hingga mencapai dibawah
35,5oC. Gejala awal hipotermi adalah suhu tubuh dibawah 36,5cC atau kedua kaki
dan tangan teraba dingin, kemampuan untuk menghisap lemah, bibir dan kuku
kebiruan.
Penatalasanaan 
• Mengembalikan suhu tubuh bayi menjad di atas 36,5 oC
• Memberikan ASI untuk persediaan kalori dan cairan, ASI dapat diberikan dengan
sendok atau cangkir.
• Berikan infus glukosa 60-80 Ml/kg BB/Hari
• Jika penanganan dilakukan dirumah maka dapat menggunakan Perawatan Metode
Kangguru (PMK)
• Jika penanganan dilakukan dirumah sakit maka dapat menggunakan inkubator
dengan suhu 35-36 0C

e. Hipetermia 
Adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh bayi mencapai 37,80C per oral atau
38,80C per rektal terdapat tanda dehidrasi seperti BB turun, turgir kulit kurang serta
pengeluran urine sedikit.. Hipetermia disebabkan karena sudu lingkungan yang
berlebih, dehidrasi atau perubahan mekanisme pengaturan sentral yang berhubungan
dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan
Penatalaksanaan 
• Memindahkan bayi pada lingkungan atau ruangan yang suhunya
• 26-28 0C, mengganti baju bayi yang tipis dan berikan kipas angin atau menaruh di
sebelah jendela.
• Menyeka bayi dengan air hangat jangan menggunakan alkohol atau air dingin
karena menyebabkan bayi menggigil
• Memberikan antipiretik berupa asetaminofen.
• Membrikan cairan untuk mencegah dehidrasi.

f. Tetanus Neonatorium 

25
Adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh
clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan racun dan menyerang sistem saraf
pusat. Spora tersebut masuk kedalam tubuh bayi melalui tali pusat yang dapat terjadi
ketika saat pemotongan tali pusat atau pada saat perawatan tali pusat ketika belom
lepas. Tetanus Neonatorium ditanda dengan demam/panas, tidak mau menyusu, mulut
mencucu,dinding perut kaku dan mudah sekali mengalami kejang.
Penatalaksanaan 
• Memberikan antikonvulsen misalnya diapezam dengan dosisi 2-10 mg IV tau IM. 
• Jika bayi sudah kejang pasang pipa nasogastrik dan beri cairan intravena Dekstrosa-
NaCl. 
• Tempatkan Bayi dalam inkubator untuk menghindari rangsangan dari luar. 
• Lakukan obseravsi denyut jantung, pola pernafasan, suhu tubuh dan suhu inkubator
serta frekuensi dan beratnya kekejangan otot. 
• Cari tempat masuknya spora tertanus terutama pada tali pusat. 
• Berikan injeksi ATS dan antibiotik
g. Hipoglikemia 
Adalah konsentrasi kadar glukosa darah bayi rendah mencapai 1,7 mmol/L (30
mg/dL). Hipoglikemia ditandai dengan bayi gelisah, iritabilitas, latergi, kejang, apneu
dan berkeringat banyak
Penatalaksanaan 
• Memberikan air gula 30 cc pada bayi
• Memberikan ASI setiap 2-4 jam.
h. Perdarahan tali pusat 
Adalah perdarahan yang keluar di sekitar tali pusat bayi. Perdarahan
disebabkan karena pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan trombus normal. Gejala perdarahan tali pusat yaitu kulit disekitar tali
pusat memerah atau lecet, terdapat cairan yang keluar berwarna kuning, hijau atau
berupa darah dan timbul sisik disekitar tali pusat
Penatalaksanaan 
• Melakukan pencegahan infeksi seperti menjaga tali pusat agar tetap kering dan
membersihkan dengan kassa dan alkohol 70%.
• Melakukan penanganan penyebab perdarahan dari tali pusat.

26
3.9 Asuhan Kebidanan Yang Tepat Berdasarkan Kasus Tersebut

Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari, dilakukan paling
sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi:

1) 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam

2) 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari

3) 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari. (10)

Dengan yang diberikan:

a) Menjaga bayi tetap hangat;

b) Perawatan tali pusat;

c) Pemeriksaan bayi baru lahir;

d) Perawatan dengan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah;

e) Pemeriksaan status vitamin Kl profilaksis dan imunisasi;

f) Penanganan bayi baru lahir sakit dan kelainan bawaan; dan

g) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat

waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sutanto, A. V. (2021). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka Baru Press.

Setiyani, S. E., (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak
Prasekolah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2021). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Pustaka Baru Press.

Maryanti, Dwi., Sujianti., Tri, B. 2011. Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: TIM

Muslihatun, W.N., 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya

Pediatri, S. 2000. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI, 2

Yuni Fitriana, S.ST, MH.Kes dan Widy Nurwiandani, S.ST., M.Kes. (2021). Asuhan
Persalinan. Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS.

Anurogo, D. (2019). Manajemen Menangis pada Bayi. Manajemen Menangis pada


Bayi, CDK Edisi Suplemen-1/ Vol. 46 th. 2019.

Handayani, T.E., Setyani, A., & Saadah, N. (2018).  MODUL AJAR ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA.  Dalam MODUL AJAR
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA (hlm. 79-80). 
SURABAYA: Untuk Kalangan Sendiri Prodi Kebidanan Magetan, Poltekkes
Kemenkes Surabaya.

28

Anda mungkin juga menyukai