Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

LAPORAN TUTORIAL 1A KASUS NIFAS


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tema 12 “Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas”

Dosen Pengampu :
Fitri Nurhayati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :
Nadya Citra Pratiwi (314120031)

Program Studi Sarjana Kebidanan


Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kesehatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah, serta kenikmatan iman dan islam sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ‘Laporan Tutorial Kasus Nifas’ dengan kemampuan
terbaik saya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Fitri Nurhayati, S.ST.,
M.Keb., selaku dosen pengampu mata kuliah tema 12 asuhan kebidanan pada masa
nifas yang telah membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas pada program
studi Sarjana Kebidanan, FITKES Universitas Jenderal Acmad Yani Cimahi. Saya
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Harapan saya semoga makalah laporan ini bermanfaat bagi pembaca sehingga
pembaca dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi
pengalaman bagi saya untuk menambah pengalaman dan wawasan sehingga
kedepannya saya dapat menyusun makalah dengan jauh lebih baik dari pada bentuk
dan isinya.
Saya akui, isi dari materi yang ada di makalah laporan ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki masih
sangat kurang. Oleh karena itu, saya berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun demi terciptanya kesempurnaan dalam makalah
laporan ini.

Wassalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatu

Jum’at, 20 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................3
BAB II........................................................................................................4
PEMBAHASAN KASUS..........................................................................4
2.1 Sinopsis Kasus :..............................................................................4
2.2 Instruksi:.........................................................................................4
1. Identifikasi istilah asing yang tidak dipahami............................4
2. Tentukan identifikasi data dasar/ case finding berdasarkan
kasus tersebut!................................................................................6
3. Identifikasi masalah berdasarkan kasus tersebut!.......................6
4. Berikan asuhan kebidanan yang tepat pada kasus tersebut!.......7
5. Diagnosis apakah yang bisa ditegakkan berdasarkan data-data
pada kasus tersebut!........................................................................7
6. Bagaimana penjelasan secara ilmiah terkait dengan identifikasi
masalah yang ditemukan berdasarkan keseluruhan rangkaian
scenario kasus tersebut?..................................................................7
BAB III.....................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................10
(Learning Objective)...........................................................................10
3.1 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas.............................................10
A. Perubahan Sistem Reproduksi.................................................10
B. Lokia (Lochea).........................................................................13
C. Perubahan Sistem Pencernaan.................................................14
D. Perubahan Sistem Perkemihan................................................14
E. Perubahan Sistem Muskuloskeletal.........................................14
F. Perubahan Sistem Endokrin.....................................................15
G. Perubahan Sistem Kardivaskuler.............................................16
H. Perubahan Hematologi.............................................................16
3.2 Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas...........................................16
3.3 Penyebab Ibu Nifas Demam.........................................................17
3.4 Peran Keluarga Dalam Memberi Dukungan Pada Ibu Nifas........18
3.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas..........................................................19
a. Nutrisi dan Cairan.....................................................................19
b. Ambulasi...................................................................................20
c. Eliminasi...................................................................................21
d. Kebersihan diri.........................................................................21
e. Istirahat.....................................................................................22
3.6 Ketidaknyamanan Ibu Nifas.........................................................22
1. . Nyeri setelah melahirkan........................................................22
2. Keringat berlebih......................................................................23
3. Pembesaran payudara...............................................................24
4. Nyeri perineum.........................................................................25
5. Konstipasi.................................................................................26
6. Hemoroid..................................................................................26
3.7 Tanda Bahaya Masa Nifas............................................................26
3.8 Cara Mengatasi Puting Tenggelam dan Cara Merangsang
Produksi ASI......................................................................................29
3.9 Asuhan Kebidanan Yang Tepat Berdasarkan Kasus Tersebut.....31
MIND MAPPING....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................33

BAB I

PENDAHULUAN

1 1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan kelanjutan dari asuhan kebidanan
pada ibu hamil dan bersalin. Asuhan ini juga berkaitan erat dengan asuhan pada bayi
baru lahir, sehingga pada saat memberikan asuhan, hendaknya seorang bidan mampu
melihat kondisi yang dialami ibu sekaligus bayi yang dimilikinya. Asuhan kebidanan
pada masa nifas sebaiknya tidak saja difokuskan pada pemerik saan fisik untuk
mendeteksi kelainan fisik pada ibu, akan tetapi seyogyanya juga ber fokus pada
psikologis yang ibu rasakan. Diharapkan asu han yang diberikan dapat menjangkau
dari segala aspek bio-psiko-sosio dan kultural ibu.
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini
disebut involusi. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena
sekitar 60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini. Perdarahan merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas, dimana 50%60% karena
kegagalan uterus berkontraksi secara sempurna.
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian ibu sangat tinggi.
Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh
dunia setiap hari. Diperkirakan pada tahun 2015 , sekitar 303.000 wanita meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu di Negara
berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 KH.Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu atau 42
hari. Namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan
Masa nifas, ibu membutuhkan latihan latihan tertentu yang dapat mempercepat
proses involusi. Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/

1
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan
penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang ditandai dengan warna
dan jumlah lokia. Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Penyebab sub involusi
uteri yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta, infeksi, dan perdarahan
lanjut (late postpartum haemorrhage). Untuk mempercepat proses involusi uteri, salah
satu latihan yang dianjurkan adalah senam nifas.Setelah bayi dilahirkan, uterus yang
selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Secara berangsurangsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya mobilisasi dini.Cakupan tujuan dari SDGs yang
terdiri dari 17 global goals, 169 target dan 252 indikator dimana salah satu tujuannya
dibidang kesehatan adalah menurunkan angka kematian ibu sampai dengan angka
70/100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2030..
Dalam memberikan pelayanan persalinan, bidan memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang cukup. Untuk itu disusunlah laporan makalah ini sesuai dengan
kasus yang sering ditemukan pada saat dilapangan.

2 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan fisiologis pada ibu nifas?


2. Bagaimana perubahan psikologis pada ibu nifas?
3. Apa saja penyebab ibu nifas demam?
4. Peran keluarga dalam memberi dukungan pada ibu nifas ?
5. Apa saja kebutuhan dasar ibu nifas?
6. Apa saja ketidaknyaman ibu nifas?
7. Bagaimana cara mengatasi putting tenggelam dan cara merangsang ASI agar
keluar?
8. Apa saja tanda bahaya pada masa nifas?
9. Bagaimana asuhan kebidanan berdasarkan kasus tersebut?

3 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menganalisis perubahan fisiologis pada ibu nifas.

2
2. Untuk menganalisis perubahan psikologis pada ibu nifas.
3. Untuk memahami penyebab ibu nifas demam.
4. Peran keluarga dalam memberi dukungan pada ibu nifas .
5. Untuk memahami kebutuhan dasar ibu nifas.
6. Untuk memahami ketidaknyaman ibu nifas.
7. Untuk menganalasis cara mengatasi putting tenggelam dan cara merangsang ASI
agar keluar.
8. Untuk memahami tanda bahaya pada masa nifas.
9. Untuk menganalisis asuhan kebidanan berdasarkan kasus tersebut.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan


menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

2.1 Sinopsis Kasus :

Seorang perempuan berumur 32 tahun berada di Praktik Mandiri Bidan telah


melahirkan 7 jam yang lalu. Ibu mengatakan ini melahirkan yang pertama belum
pernah keguguran. Ibu mengeluh lemas, mengalami mules, ASI belum keluar. Ibu
khawatir akan kondisinya, ia merasa bahwa semua anggota keluarga hanya
memperhatikan bayinya. Ia mulai menarik diri, merasa suami telah mengabaikannya
apalagi dengan kondisi luka perineum yang ada ia merasa tidak sempurna nantinya
dalam pandangan suaminya.
Hasil anamnesis: Riwayat persalinan normal, dan perineum ibu dijahit. Ibu
merasakan berkeringat dan rambut rontok. Ibu mengatakan belum nafsu makan.
Hasil pemeriksaan fisik: KU baik, ibu terlihat meringis ketika kontraksi
muncul dan merasa nyeri luka jahitan. TD:110/80 mmHg, S: 38,4oC, R: 24x/m, N:
90x/m. IMT: normal. Muka tidak oedema, mata: konjungtiva merah muda, skelera
putih, dada batas normal. Payudara: putting tenggelam, belum ada pengeluaran.
Abdomen: Tidak ada bekas luka operasi. TFU sepusat, kontraksi (+), Diastasis recti
1/1, Genital: Inspeksi: Lochea rubra, terdapat jahitan laserasi derajat 2, tidak ada
tanda-tanda insfeksi, nyeri tekan (+). Ekstremitas: Normal, tidak ada tanda homman.

2.2 Instruksi:

1. Identifikasi istilah asing yang tidak dipahami

 Diastasis Recti

4
Diastasis Rekti Abdominis adalah pemisahan otot rectus abdominis lebih dari
2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea
alba serta akibat peregangan mekanis dinding abdomen.

Faktor penyebab :
1) Peregangan otot-otot rektus abdominus (perut) yang berlebihan dan terlalu kuat.
2) Koordinasi otot perut bagian dalam, depan, dan samping yang buruk atau kurang
berjalan dengan baik sehingga saling tarik-menarik.
3) Peningkatan berat badan yang terlalu berlebihan saat hamil.
4) Mekanisme tubuh kurang optimal dalam mengembalikan perut ke ukuran semula
setelah melahirkan karena penambahan berat badan saat hamil.
5) Proses pengencangan otot-otot perut sulit kembali normal.

 Lochea Rubra

Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea rubra/merah (cruenta), cairan yang keluar
berwarna merah karena berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, set-set
desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca
persalinan.

 Tanda Homman
Tanda homan
sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda
homan adalah memposisikan ibu terlentang
dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu
mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus
dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.

2. Tentukan identifikasi data dasar/ case finding berdasarkan kasus tersebut!

 Data Subjektif

5
- Perempuan 32 tahun
- Melahirkan 7 jam yang lalu
- Melahirkan anak pertama, dan belum pernah keguguran (P1A0)
- Mengeluh lemas dan mulas
- Mengeluh ASI belum keluar
- Ibu khawatir akan kondisinya, ia merasa bahwa semua anggota keluarga hanya
memperhatikan bayinya. ibu mulai menarik dirinya dari lingkungan
- Ia mulai menarik diri, merasa suami telah mengabaikannya apalagi dengan
kondisi luka perineum yang ada ia merasa tidak sempurna nantinya dalam
pandangan suaminya
- Persalinan normal dan perineum ibu di jahit
- Ibu merasakan berkeringat dan rambut rontok
- Ibu mengatakan belum nafsu makan
 Data Objektif
- KU baik
- Ibu meringis ketika kontraksi muncul, merasa nyeri luka jahitan
- TD: 110/80 mmhg , S: 38,40C , R: 24x/menit, N : 90x/menit
- Imt normal, muka dan mata normal , dada normal
- Payudara : putting tenggelam, belum ada pengeluaran
- Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tfu sepusat , kontraksi (+),diastasis
recti 1/1
- Genital inspeksi lochea rubra, jahitan laserasi derajat 2, tidak ada tanda infeksi
, nyeri tekan (+)
- Ekstremitas normal tidak ada tanda homman

3. Identifikasi masalah berdasarkan kasus tersebut!

 Lemas dan mulas


 ASI belum keluar
 Ibu khawatir akan kondisinya Karena keluarganya hanya memerhatikan bayinya
saja
 Ibu mulai menarik dirinya dari lingkungan , karena merasa Suami telah
mengabaikannya, apa lagi dengan adanya luka perinieum

6
 Ibu merasakan berkeringat dan rambut rontok
 Ibu mengatakan belum nafsu makan
 ibu meringis ketika kontraksi muncul, merasa nyeri luka jahitan
 S : 38,40C
 Payudara : putting tenggelam, belum ada pengeluaran
 Tfu sepusat

4. Berikan asuhan kebidanan yang tepat pada kasus tersebut!

5. Diagnosis apakah yang bisa ditegakkan berdasarkan data-data pada kasus


tersebut!

 P1A0 Nifas 7 jam


 P1A0 didapatkan dari data ibu baru saja melahirkan putra ke 1 dan belum pernah
keguguran
 7 jam didapatkan dari data melahirkan 7 jam yang lalu

6. Bagaimana penjelasan secara ilmiah terkait dengan identifikasi masalah


yang ditemukan berdasarkan keseluruhan rangkaian scenario kasus
tersebut?

 Mulas dan Lemas

a. Karena Adanya Perubahan Ukuran Rahim

Setelah persalinan terjadi otot rahim berusaha menyusut kembali ke ukurannya


semula, sama seperti kondisi rahim sebelum hamil. Perubahan ini menyebabkan
munculnya his.

b. Rahim berusaha untuk menghentikan pendarahan

Kontraksi rahim setelah bersalin juga bertujuan untuk menghentikan pendarahan


yang terjadi.

 ASI belum keluar

7
Jika ibu kurang istirahat maka dampak yang terjadi seperti jumlah produksi ASI
berkurang, memperlambat proses involusi uteri, serta meyebabkan depresi dan
ketidakmampuan ibu dalam merawat bayinya. (Sutanto, 2021)

Saat ibu menyusui merasa stres, kadar hormon oksitosin akan terganggu
jumlahnya dalam tubuh. Akibatnya, produksi ASI pun akan berkurang dan membuat
bayi tidak mendapat cukup ASI.

 Ibu khawatir akan kondisinya dan Ibu mulai menarik dirinya dari lingkungan.

Saat ini ibu sedang berada di fase taking in dimana

- Perasaan ibu berfokus pada dirinya.


- Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
- Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
- Ibu akan berulang berulang kali pengalaman melahirkan.
- Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke
kondisi normal.
Sehingga perlunya dukungan dari keluarga dan bidan untuk sekedar
mendengarkan dan memvalidasi keberadaan dirinya
 Ibu merasakan berkeringat dan rambut rontok
- Kadar estrogen dan progesteron melonjak tajam. Estrogen merupakan hormon
yang punya peran banyak, termasuk kulit dan kelenjar minyak, dan juga pola
pertumbuhan rambut. Kenaikan hormon estrogen merangsang rambut untuk
masuk ke dalam fase pertumbuhan, sehingga rambut terasa lebih tebal dan
jarang rontok. Setelah persalinan, kadar hormon dalam tubuh akan kembali
normal ke level sebelum kehamilan. Namun, ada beberapa hormon yang tetap
tinggi, sehingga menyebabkan transisi dari fase pertumbuhan rambut ke fase
istirahat. Dikombinasikan dengan kurang tidur, stres mengurus bayi,
perubahan hormonal itu menyebabkan rambut rontok cukup banyak.
- Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh
menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan
interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan intraselular
selama kehamilan. Diuresis pasca partum yang disebabkan oleh penurunan

8
kadar estrogen, hilangnya penekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan., merupakan mekanisme tubuh
untuk mengurangi kelebihan cairan.
 Ibu mengatakan belum nafsu makan

Kadar progesteron menurun, namun faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal, sehingga hal ini akan mempengaruhi pola nafsu makan ibu.

 S : 38,40C

Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami peningkatan suhu badan dan
nyeri saat berkemih. Nyeri ini disebabkan oleh luka bekas episiotomi, atau laserasi
periuretra yang menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu. Demam dengan suhu
>38°C mengindikasikan adanya infeksi, serta terjadinya diuresis dan overdistensi
dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.

 Tfu sepusat

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya
sisa plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). Selain itu, beberapa
faktor lain yang menyebabkan kelambatan uetrus berinvolusi diantaranya:

1) Kandung kemih penuh,


2) Rektum berisi,
3) Infeksi uterus,
4) Retensi hasil konsepsi,
5) Fibroid,
6) Hematoma ligamentum latum uteri

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

(Learning Objective)

3.1 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas

A. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Involusi uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua/ endometrium dan pengelupasan
lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat
serta perubahan tempat uterus, warna, dan jumlah lochia. Proses involusi uterus ini
diantaranya: (Sutanto, 2021)

1) Iskemia Miometrium.

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat oto atrofi.

2) Atrofi Jaringan.

Terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis.

Proses penghancura diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan Yang disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan progesteron.

10
4) Efek Oksitosin.

Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan


menekan pembuluh darah yang mengakibatkan kurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdara. Segera setelah kelahiran, uterus harus berkontraksi secara baik
dengan fundus sekitar 4 cm dibawah umbilikus atau 12 cm diatas simfisis pubis.
Dalam 2 minggu, uterus tidak lagi dapat dipalpasi diatas simfisis.(E. S. Walyani &
Purwoastuti, 2021)

Perubahan Waktu Tinggi Berat Diameter Palpasi Serviks


Uterus Involusi Fundus Uteri Uterus Uterus
Masa Nifas
No
1 Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 12,5 cm Lunak
gram
2 Plasenta 2 jari bawah 750 gram 12,5 cm Lunak
lahir pusat
3 1 minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat sampai
simfisis
4 2 Minggu Tidak teraba 300 gram 5 cm 1 cm
diatas simfisis
5 6 Minggu Bertambah 60 gram 2,5 cm Menyempit
kecil

11
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya
sisa plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). Selain itu, beberapa
faktor lain yang menyebabkan kelambatan uetrus berinvolusi diantaranya:

1) Kandung kemih penuh,


2) Rektum berisi,
3) Infeksi uterus,
4) Retensi hasil konsepsi,
5) Fibroid,
6) Hematoma ligamentum latum uteri

2. Perubahan Serviks

Segera setellah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan


berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk
seperti cincin

Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.


Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/ perlukaan kecil. Oleh karena
robekan kecil yang terjadi di daerah ostium eksternum selama dilatasi, serviks serviks
tidak dapat kembali seperti sebelum hamil.

12
3. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu


kehamilan dan partus, serta jalan lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan diantaranya:
Ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi sehingga ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak
kendor

B. Lokia (Lochea)

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia

Menurut (Simanullang, 2017), definisi lochea adalah ekskresi cairan rahim selama
masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau kerana lochea
memiliki ciri khas berbau amis atau khas darah dan adanya bau busuk menandakan
adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata 240 – 270
ml. Lochea dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:

LOCHEA WAKTU WARNA CIRI-CIRI


Rubra 1-3 Hari Merah Terdiri dari sel desidua,
kehitaman verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, dan
sisa darah
Sanguilenta 3-7 Hari Putih Sisa darah bercampur lendir
bercampur
merah
Serosa 7-14 Hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta
Alba >14 Hari Putih Mengandung leukosit,

13
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati

Setelah persalinan, mengalami pengenduran karena teregang oleh tekanan kepala


bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi sekitar 5-6 mingu
postpartum. Latihan senam nifas baik untuk mempertahankan elastisitas otot
perineum dan organ-organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh dalam 7
hari postpartum. Bila teraji infeksi, luka episiotomi akan terasa nyeri, panas, merah
dan bengkak .

C. Perubahan Sistem Pencernaan

Pasca melahirkan, kadar progesteron menurun, namun faal usus memerlukan


waktu 3-4 hari untuk kembali normal, sehingga hal ini akan mempengaruhi pola nafsu
makan ibu. Biasanya ibu akan mengalami obstipasi (konstipasi) pasca persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan pada waktu persalinan
(dehidrasi), hemoroid, dan laserasi jalan lahir. (Azizah & Rosyidah, 2019)

D. Perubahan Sistem Perkemihan

Terkadang ibu mengalami sulit buang air kecil karena tertekannya spingter uretra
oleh kepala janin dan spasme (kejang otot) oleh iritasi muskulus spingter ani selama
proses persalinan, atau karena edema kandung kemih selama persalinan. Saat hamil,
perubahan sistem hormonal yaitu kadar steroid mengalami peningkatan. Namun
setelah melahirkan kadarnya menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi
ginjal. Umumnya urin banyak dikeluarkan dalam waktu 12-36 jam pascapersalinan.
Fungsi ginjal ini akan kembali normal selang waktu satu bulan pascapersalinan. (E. S.
Walyani & Purwoastuti, 2021)

E. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan ini terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi
muskuloskeletal mencakup peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat

14
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun, pada saat postpartum sistem
muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih dan normal kembali. Ambulasi dini
dilakukan segera pascapersalinan, untuk membantu mencegah komplikasi dan
mempercepat involusi uteri.(Simanullang, 2017)

F. Perubahan Sistem Endokrin

(Sutanto, 2021) menjelaskan Hormon-hormon yang berperan terkait perubahan sistem


endokrin diantaranya:

1) Hormon Plasenta

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) mengalami penurunan sejak plasenta


lepas dari dinding uterus dan lahir, dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke-7 postpartum. Hormon ini akan kembali normal setelah hari ke7.

2) Hormon Pituitary.

Hormon pituitary diantaranya: Prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin


berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita
yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi. FSH dan LH meningkat pada
minggu ke-3 (fase konsentrasi folikuler) dan LH akan turun dan tetap rendah hingga
menjelang ovulasi.

3) Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar otak belakang (Glandula Pituitary


Posterior ) yang bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Hormon ini
berperan dalam pelepasan plasenta, dan mempertahankan kontraksi untuk mencegah
perdarahan saat persalinan berlangsung. Selain itu, isapan bayi saat menyusu pada
ibunya juga dapat merangsang produksi ASI lebih banyak dan sekresi oksitosin yang
tinggi, sehingga mempercepat proses involusi uteri.

4) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Hormon ini mempengaruhi proses menstruasi pada wanita yang menyusui ataupun
tidak menyusui. Wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu

15
pascamelahirkan kisaran 16% dan 45% setelah 12 minggu pascamelahirkan.
Sedangkan wanita yang tidak menyusui, mendapatkan menstruasi kisaran 40% setelah
6 minggu pascamelahirkan dan 90% setelah 24 minggu

5) Hormon Estrogen dan Progesteron

Estrogen yang tinggi akan memperbesar hormon anti diuretik yang dapat
meningkatkan volume darah. Sedangkan progesteron akan mempengaruhi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, vulva dan vagina

G. Perubahan Sistem Kardivaskuler

Cardiac Output meningkat selama persalinan dan berlanjut setelah kala III saat
besar volume darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi. Namun mengalami
penurunan setelah hari pertama masa nifas dan normal kembali diakhir minggu ke-3.
Penurunan ini terjadi karena darah lebih banyak mengalir ke payudara untuk
persiapan laktasi. Hal ini membuat darah lebih mampu melakukan koagulasi dengan
peningkatan viskositas yang dapat meningkatkan risiko trombosis (E. S. Walyani &
Purwoastuti, 2021)

H. Perubahan Hematologi

Pada awal postpartum, junlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit bervariasi, hal
ini dikarenakan tingkat volume darah dan volume darah yang berubah-ubah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemaglobin pada hari ke-3 hingga ke-7
postpartum dan normal kembali pada minggu ke-4 hingga ke-5 postpartum. Jumlah
kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama
postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.(E. S. dan
Walyani & Rimandini, 20 C.E.)

3.2 Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas

Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

16
1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4. Ibu akan berulang berulang kali pengalaman melahirkan.
5. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke
kondisi normal.
6. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi.
7. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh
tidak berlangsung normal.
8. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah seba
gai berikut.
a. Kekecewaan karena tidak menda patkan apa yang diinginkan tentang bayinya.
Misalnya, jenis kelamin ter tentu, warna kulit, dan sebagainya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu.
Misalnya, rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat
luka jahitan, dan sebagainya.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan
cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman
karena sebenarnya hal yang disebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja,
tetapi tanggung jawab bersama.
(Sutanto, 2021)

3.3 Penyebab Ibu Nifas Demam

Subinvolusi adalah keggalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi


salah satunya adalah kegagalan subinvolusi uterus.

Tanda gejala :

1) Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/pelvis dari yang


seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat
2) Konsistensi uterus lembek
3) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah

17
4) Lochea berbau menyengat
5) Uterus tidak berkontraksi

Jika ibu mengalami pucat, pusing tekanan darah rendah atau suhu tubuh tinggi
dapat disebabkan oleh:

1) Terhadinya infeksi pada miomentrium


2) Terdapat sisa plasenta dan selaput ketuban didalam uterus
3) Lochea rubra lebih dari 2 minggu post partum dan pengeluarannya lebih
banyak dari yang diperkirakan (E. S. Walyani & Purwoastuti, 2021)

3.4 Peran Keluarga Dalam Memberi Dukungan Pada Ibu Nifas

Masa Postpartum merupakan fase transisi yang dapat menyebabkan krisis


kehidupan pada ibu dan keluarga. Pada masa ini ibu akan mengalami perubahan fisik
dan psikologis. Kemampuan ibu dalam beradaptasi sangat dipengaruhi oleh usia,
sosial, suku, budaya, dan faktor demografi. Upaya perawat dibutuhkan untuk
meningkatkan kemampuan ibu dan seluruh anggota keluarga untuk beradaptasi

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yaitu basis
kekuatan keluarga. Hal itu dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah:

a) Saling mengasuh.
b) Saling menghargai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,


yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

18
Keluarga adalah tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang- orang yang disekitarnya.

3) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya


manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan


seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan
tempat tinggal. Banyak pasangan saat ini kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan


kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberi asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.(Sulistyaningsih & Wijayanti, 2020)

3.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Selama masa nifas, diet sehat sangat dianjurkan pada ibu setelah melahirkan untuk
mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan kualitas produksi ASI. Diet yang
dilakukan tentunya harus bermutu dengan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat serta banyak mengandung cairan dan serat untk
mencegah konstipasi. (Sutanto, 2021)

Beberapa asupan yang dibutuhkan ibu pada masa nifas diantaranya:

19
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (3-4 porsi setiap hari)
2) Ibu dianjurkan minum sedikitnya 3 liter per hari, untuk mencukupi kebutuhan
cairan supaya tidak cepat dehidrasi.
3) Rutin mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
4) Serta tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein/
nikotin.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali yaitu satu kali setelah
melahirkan dan yang kedua diberikan setelah 24 jam selang pemberian kapsul
vitamin A pertama. Pemberian kapsul vitamin A 2 kali dapat menambah
kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan, dibandingkan
pemberian 1 kapsul hanya cukup meningkatkan kandungan sampai 60 hari.

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk
berjalan. Early ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam, dan sebagainya.

Pada ibu dengan postpartum normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12
jam postpartum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio caesarea ambulasi dini
dilakukan paling tidak setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya beristirahat/
tidur.

Tahapan ambulasi ini dimulai dengan miring kiri/kanan terlebih dahulu, kemudian
duduk. Lalu apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk
berjalan). (Sutanto, 2021)

Beberapa manfaat ambulasi dini diantaranya:

a. Membuat ibu merasa lebih baik, sehat dan lebih kuat,


b. Mempercepat proses pemulihan fungsi usus, sirkulasi, jaringan otot, pembuluh
vena, paru-paru dan sistem perkemihan.
c. Mempermudah dalam mengajarkan ibu cara melakukan perawatan pada bayinya,
d. Mencegah terjadinya trombosis akibat pembekuan darah,

20
c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil (BAK)

Biasanya dalam waktu 6 jam postpartum ibu sudah dapat melakukan BAK secara
spontan. Miksi normal terjadi setiap 3-4 jam postpartum. Namun apabila dalam waktu
8 jam ibu belum dapat berkemih sama sekali, maka katerisasi dapat dilakukan apabila
kandung kemih penuh dan ibu sulit berkemih. Kesulitan BAK antara lain disebabkan
spingter uretrs yang tertekan oleh kepala janin dan kejang otot (spasmus) oleh iritasi
muskulo spingter ani selama persalinan, atau adanya edema kandung kemih selama
persalinan. (Sutanto, 2021)

2) Buang Air Besar (BAB)

Ibu postpartum diharapkan sudah dapat buang air besar setelah hari ke-2
postpartum. Jika pada hari ke-3 ibu belum bisa BAB, maka penggunaan obat pencahar
berbentuk supositoria sebagai pelunak tinja dapat diaplikasikan melalui per oral atau
per rektal. Kesulitan BAB (konstipasi) pada ibu antara lain disebabkan selain
perineum yang sakit juga takut luka jahitan perineum terbuka, adanya hemoroid atau
obat-obatan analgesik selama proses persalinan. Kesulitan BAB ini dapat diatasi
dengan melakukan mobilisasi dini, konsumsi makanan tinggi serat, mencukupi
kebutuhan asupan cairan dapat membantu memperlancar BAB ibu dengan baik.
(Sutanto, 2021)

d. Kebersihan diri

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan


perasaan nyaman ibu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam
menjaga kebersihan dirinya antara lain:

1) Pastikan kebersihan tubuh ibu tetap terjaga dengan cara mandi lebih sering (2
kali/ hari) dan menjaga kulit tetap kering untuk mencegah infeksi dan alergi
dan penyebarannya ke kulit bayi,
2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari arah depan ke
belakang, setelah itu anus. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
Menganjurkan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air setiap sebelum dan

21
selesai membersihkan daerah kemaluan. Jika ibu mempunyai luka episiotomy,
ibu dianjurkan untuk tidak menyentuh daerah luka agar terhindar dari infeksi
sekunder.
3) Melakukan perawatan payudara secara teratur, yaitu dimulai 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan rutin membersihkanya setiap 2 kali sehari.
4) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur. Ibu dianjurkan memakai pakaian
yang longgar dan mudah menyerap keringat, sehingga daerah seperti payudara
tidak terasa tertekan dan yang longgar tidak menyebabkan iritasi kulit disekitar
selangkangan akibat lokea.
5) Jika ibu mengalami kerontokan rambut akibat adanya perubahan hormon, ibu
dianjurkan menggunakan pembersih rambut/ kondisioner secukupnya, dan
menyisir rambut dengan sisir yang lembut kering. Serta pada daerah lipatan
paha, dengan penggunaan pakaian dalam (Sutanto, 2021)

e. Istirahat

Selama proses pemulihan kondisi fisik dan psikologis ibu pada masa nifas
kebutuhan istirahat ibu harus tercukupi. Ibu dapat beristirahat dengan tidur siang
selagi bayi tidur, atau melakukan kegiatan kecil dirumah seperti menyapu dengan
perlahan-lahan. Jika ibu kurang istirahat maka dampak yang terjadi seperti jumlah
produksi ASI berkurang, memperlambat proses involusi uteri, serta meyebabkan
depresi dan ketidakmampuan ibu dalam merawat bayinya. (Sutanto, 2021)

3.6 Ketidaknyamanan Ibu Nifas

1. . Nyeri setelah melahirkan

Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus yang
berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas
tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat pada wanita dengan
paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan, menyebabkan
relaksasi intermiten. Berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat
dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Pada wanita menyusui,
isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior. Pelepasan
oksitosin tidak hanya memicu refleks let down (pengeluaran ASI) pada payudara,

22
tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika
uterus tetap berkontraksi dengan baik saat kandung kemih kosong. Kandung kemih
yang penuh mengubah posisi uterus ke atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi
uterus lebih nyeri. (Wahyuni, 2018)

Cara Penanganan :

Beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan mengubah posisi


tubuhnya menjadi telungkup dengan meletakkan bantal atau gulungan selimut di
bawah abdomen. Kompresi uterus yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi
kram secara signifikan. Analgesia efektif bagi sebagian besar wanita yang
kontraksinya sangat nyeri, seperti Tylenol dan ibuprofen.

2. Keringat berlebih

Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh menggunakan


rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan interstisial yang disebabkan
oleh peningkatan normal cairan intraselular selama kehamilan.

Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama hamil yang disebut diusesis post partum. Salah satu
mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah
diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama
setelah melahirkan. Diuresis pasca partum yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya penekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah akibat kehamilan., merupakan mekanisme tubuh untuk mengurangi
kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningjatan jumlah urine
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum.
Pengeluaran cairan yang tertimbun selama masa hamil kadang-kadang disebut
kebalikan metabolisme air pada pada masa hamil (reversal of the water metabolisme
of pregnancy).

Berkeringat setelah melahirkan merupakan hal normal terjadi pada setiap wanita.
Biasanya kondisi keringat tersebut lebih lama terjadi pada ibu menyusui. Namun
secara perlahan akan kembali normal setelah melewati 6 minggu setelah melahirkan.

23
Penting untuk diperhatikan jika berkeringat disertai demam maka bisa menjadi
indikasi adanya gangguan kesehatan.

Cara menguranginya sangat sederhana yaitu dengan membuat kulit tetap bersih
dan kering.

Cara penanganan ;

Keringat berlebihan selama masa nifas dapat dikurangi dengan cara menjaga kulit
tetap bersih, kering dan menjaga hidrasi yaitu minum segelas air setiap satu jam pada
kondisi tidak tidur dan sering ganti pakaian bila merasa lembap. (Wahyuni, 2018)

3. Pembesaran payudara

Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi akumulasi


dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini
mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi
saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga postpartum baik pada ibu
menyusui, maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. (Wahyuni,
2018)

Cara Penanganan ;

Tindakan untuk mengatasi nyeri bergantung pada apakah ibu menyusui atau tidak.
Bagi ibu yang tidak menyusui, tindakan ini ditujukan untuk pemulihan
ketidaknyamanan dan penghentian laktasi. Bagi ibu tidak menyusui :

a) Menggunakan BH yang menyangga payudara.


b) Kompres es yang ditujukan untuk membatasi aliran darah dan menghambat
produksi air susu
c) Penggunaan analgesic
d) Memberikan dukungan pada ibu bahwa ini adalah masalah sementara.

24
4. Nyeri perineum

Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri akibat laserasi


atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi tersebut.

Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu sebagai berikut :

1) Derajat I

Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa


mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka
baik.

2) Derajat II

Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan
laserasi perineum.

3) Derajat III

Robekan yang terjadi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
perineum hingga otot sfingter ani.

4) Derajat IV

Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum hingga otot sfingter ani sampai ke dinding
depan rektum.Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan untuk
reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa perineum untuk


menyingkirkan komplikasi seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan
tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif.(Simanullang, 2017)

Cara Penanganan ;

25
Bagi ibu yang menyusui:

1. Kompres hangat

2. Menyusui secara sering

3. Penggunaan analgesik ringan

Teknik pengurangan nyeri perineum dan perawatannya pada nifas yaitu:

a. Selesai buang air besar , bersihkan bagian vagina, sering ganti pembalut, dan
luka harus selalu kering dan bersih. Selesai buang air besar, bersihkan dengan
tissue dari bagian depan ke belakang supaya tidak terjadi infeksi pada luka.
b. Kompres kantong es bermanfaat untuk menguarngi pembengkakan dan
membuat perineum nyaman pada periode segera setelah melahirkan.

5. Konstipasi

Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut bahwa hal tersebut
dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang disebabkan oleh ingatannya tentang
tekanan bowel pada saat persalinan. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat
dengan longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum
derajat tiga atau empat. (Simanullang, 2017)

6. Hemoroid

Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat merasakan nyeri


selama beberapa hari. Hemoroid yang terjadi selama masa kehamilan dapat
menimbulkan traumatis dan menjadi lebih edema selama kala dua persalinan.
(Simanullang, 2017)

3.7 Tanda Bahaya Masa Nifas

Setelah ibu melahirkan, selanjutnya ibu memasuki tahap masa nifas atau lazim
disebut puerperium. Masa nifas dimulai 1 jam setelah plasenta lahir hingga 6 minggu

26
(42 hari) setelahnya. Menurut Saifuddin, asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
masa nifas merupakan masa kritis yang memungkinkan untuk terjadinya masalah-
masalah yang berakibat fatal karena dapat menyebabkan kematian ibu. oleh karena itu
perhatian penuh dari bidan sangat diperlukan salah satunya dengan memberikan
asuhan kebidanan berkesinambungan yang berkualitas secara optimal. Dampak yang
terjadi jika cakupan pelayanan yang diberikan rendah, dapat menyebabkan
permasalahan pada ibu nifas seperti perdarahan post partum, infeksi saat masa nifas,
dan masalah obstetri lainya pada masa nifas (Azizah & Rosyidah, 2019)

Tanda bahaya masa nifas yang perlu diwaspadai oleh ibu diantaranya.:

1) Perdarahan Pascasalin

Perdarahan paska persalinan yaitu perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml


setelah bayi lahir. Perdarahan pascasalin menurut (Azizah & Rosyidah, 2019)dibagi
menjadi 2, yaitu:

a) Perdarahan pascasalin primer (Early Postpartum Haemorrhage), yaitu


perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama paska persalinan segera.
Penyebab perdarahan ini diantaranya atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta yang tertinggal, dan robekan jalan lahir.
b) Perdarahan pascasalin sekunder (Late Postpartum Haemorrhage),
yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama paska persalinan.
Penyebab utama perdarahan ini diantaranya robekan jalan lahir, sisa
plasenta yeng tertinggal atau membran. Sakit kepala yang hebat.
Pembengkakan di wajah, tangan dan kaki. payudara yang berubah
merah, panas dan terasa sakit. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat
dan anemia mudah mengalami infeksi.
2) Infeksi Masa Nifas

Bakteri dapat menjadi salah satu penyebab infeksi setelah persalinan. Selain
kurang menjaga kebersihan dan perawatan masa nifas yang kurang tepat, faktor lain
yang memicu seperti adanya luka bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran
genetalia termasuk episiotomi pada perineum ataupun dinding vagina dan serviks.
Gejala umum yang dapat terjadi:

27
1) Temperatur suhu meningkat >38°C,
2) Ibu mengalami peningkatan pernapasan (takikardi) dan penurunan
pernapasan (bradikardi) secara drastis, serta tekanan darah yang tidak
teratur,
3) Ibu terlihat lemah, gelisah, sakit kepala dan kondisi terburuknya ibu
tidak sadar/ koma,
4) Proses involusi uteri terganggu,
5) Lokea yang keluar berbau dan bernanah.
3) Demam, Muntah dan Nyeri Saat Berkemih

Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami peningkatan suhu badan dan nyeri
saat berkemih. Nyeri ini disebabkan oleh luka bekas episiotomi, atau laserasi
periuretra yang menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu. Demam dengan suhu
>38°C mengindikasikan adanya infeksi, serta terjadinya diuresis dan overdistensi
dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.

4) Kehilangan Nafsu Makan Dalam waktu Yang Lama.

Selepas persalinan ibu akan mengalami kelelahan yang amat berat, karena tenaga
ibu bayak terkuras saat menjalani proses persalinannya. Karena kelahan ini akhirnya
berdampak pada nafsu makan ibu yang menurun. Pada masa ini dukungan keluarga
sangat diperlukan dalam membantu ibu untuk tetap makan dan mencukupi kebutuhan
nutrisinya dengan baik.

5) Payudara Berubah Kemerahan, Panas, dan Terasa Sakit.

Jika ASI ibu tidak disusukan pada bayinya maka dapat menyebabkan terjadi
bendungan ASI, payudara memerah, panas, dan terasa sakit yang berlanjut pada
mastitis, atau terjadi radang (peradangan pada payudara).

6) Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas.

Waspadai preeklamsi yang timbul dengan tanda-tanda:

28
1) Tekanan darah ibu tinggi,

2) Terdapat oedem/ pembengkkan di wajah dan ekstremitas.

3) Pada pemeriksaan urine ditemukan protein urine.

3.8 Cara Mengatasi Puting Tenggelam dan Cara Merangsang Produksi ASI

a. Adanya kemauan ibu untuk menyusui.


b. Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.
c. Tarik puting susu dengan 4 jari dibawah payudara dan ibu jari diatas ketika
akan menyusui.
d. Gunakan bantuan dengan memakai pompa payudara untuk menarik payudara
yang tenggalam.

Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu


menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan
upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah. Misalnya, dengan
memanipulasi hofman, menarik-narik puting, ataupun penggunaan brestshield,
dan breast shell. Hal penting dan efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah
hisapan langsung bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa,
tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan:

a. Skin to skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin.


b. Biarkan bayi "mencari" putting. Kemudian mengisapnya dan bila perlu coba
berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang
putting biar dapat keluar sebelum bayi mengambilnya.
c. Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat ditarik dengan pompa
puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit
yang dipakai terbalik.
d. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari, sehingga terbentuk dot ketika
memasukkan. puting susu kedalam mulut bayi.

29
e. Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir. Bisa juga teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini
hingga 1-2 minggu..

Cara yang dapat digunakan untuk merangsang puting susu keluar yaitu sebagai
berikut :

1) Nipple Pam

Nipple Pam perlu diletakkan diatas bagian puting susu dan tarik pam perlahan-
lahan diikuti urutan untuk melembutkan puting. Keadaan ini perlu dilakukan setiap
pagi sebelum menyusukan bayi.

2) Urutan

Mereka boleh merangsang kepada puting dengan memijit bagian areola setiap
kali ketika mandi. Buat selama satu sampai dua menit. Keadaan ini boleh mengatasi
masalah putting tenggelam secara perlahan-lahan dan wanita tidak perlu lagi
bergantung pada nipplet.

2) Tehnik Hoffman

Letakan jempol dan telunjuk tangan diantara puting (saling berhadapan).


Tekan kedua jari tersebut sambil menarik puting keluar. Putarkan searah jam,
lakukan sebanyak lima kali sehari.

Upaya untuk memperbanyak ASI antara lain:

1. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk merangsang


produksinya
2. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk merangsang
produksinya
3. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak dihisap makin
banyak rangsangannya
4. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai tambahan. Perlahan-
lahan ASI akan cukup.diproduksi

30
5. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu maupun air
putih, karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung banyak air
6. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk mendukung
pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang sedang menyusui harus
dapat tambahan energi, protein, maupun vitamin dan mineral. Pada 6 bulan
pertama masa menyusui saat bayi hanya mendapat ASI saja, ibu perlu tambahan
nutrisi 700 kalori/hari. Bulan berikutnya 500 kalori/hari dan tahun kedua 400
kalori/hari.
7. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang kurang tidur dapat
menurunkan produksi ASI dan
8. Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba dengan
mempersembahkan obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk menambah
produksi ASInya.

3.9 Asuhan Kebidanan Yang Tepat Berdasarkan Kasus Tersebut

6-8 jam setelah persalinan

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.(Sutanto, 2021)

31
MIND MAPPING

32
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., & Rosyidah, R. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui. In Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. UMSIDA Press. https://doi.org/10.21070/2019/978-602-5914-78-2

Estiani, M., & Aisyah. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diastasis Rekti Abdominis Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Uptd
Puskesmas Sukaraya Baturaja. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 5(2), 24–31.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/download/7295/3698

Nur Azizah, L. (2018). Laporan Tugas Akhir. Universitas Muhamhmadiyah Gersik,


01(25), 1–7.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1704/1/
P07324216032 Novia Sahnauli BR Marmata.pdf

Simanullang, E. (2017). Modul Askeb Nifas dan Menyusui. Akademi Kebidanan


Mitra Husada Medan, 2(January), 6.
http://mitrahusada.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/MODUL-ASKEB-NIFAS-
MENYUSUI.pdf

Sulistyaningsih, D., & Wijayanti, T. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Tingkat Depresi Postpartum Di Rsud I.A Moeis Samarinda. Borneo Student
Research, 1(3), 1641–1653.

Sutanto, A. V. (2021). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka Baru Press.

Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf

Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2021). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Pustaka Baru Press.

33
34

Anda mungkin juga menyukai