Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN TUTORIAL

Laporan Tutorial ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Asuhan Kebidanan Remaja

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
 Hj Henny Rochaemi 314221143
 Estynar R.S 314221054
 Waryati 314221096
 Riyan Desy Setiani 314221114
 Eet Eryanti 314221112
 Eka Noviyanti Hadi A 3142214032
 Sulika 3142214031
 Entin Supartini 314221097
 Susi Hermawati 314221067
 Ade Solihah 314221154
 Hj. Yayat 314221037
 Yosephin Taty Wahyudari 314221060
 Wiwin Sunaryati 314221076
 Dewi Widaningsih 314221089
 Pebriliana 314221120
 Sri Sutari 314221102
 Yeti Heryani 314221133
DOSEN TUTOR:
Tri Setiowati., SST., M.Kes

PRODI KEBIDANAN (S-1)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB 1............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
Sinposis Kasus..........................................................................................................................4
Resume Hasil Brainstorming....................................................................................................4
LO (Learning Objective)............................................................................................................7
BAB II............................................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................8
2.1 HUBUNGAN ANEMIA DENGAN INFERTELITAS....................................................................8
2.2 ASUHAN PRA KONSEPSI....................................................................................................13
2.3 ASUHAN PRA KONSEPSI....................................................................................................31
2.4 Siklus Menstruasi..............................................................................................................48
2.5 DISMENOREA.......................................................................................................................53
2.6 Pelayanan Kesehatan Pranikah............................................................................................57
2.7 Infertilitasi Pada Wanita.......................................................................................................66
CONCEPT MAP...........................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................69
BAB 1
PENDAHULUAN

Sinposis Kasus

Skenario 1
Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke poliklinik kandungan bermaksud
melaksanakan imunisasi TT catin, keluhan yang dirasakan pusing. Anamnesa awal
ini merupakan pernikahan kedua, belum pernah hamil dan melahirkan. Pernah
imunisasi TT sekali pada tahun 2017. Rencana menikah tanggal 11 januari 2022.
Hasil anamnesa lanjutan riwayat menstruasi siklus 40 hari, hari ke 1 dan 2
mengalami dysmenorhoe, haid tidak teratur, memiliki riwyat alergi debu dan udara
dingin, pernah didiagnosa infertilitas primer, riwayat penyakit keluarga memilki
Diabetes mellitus.
Skenario 2
Hasil pemeriksaan fisik TD : 130\90 mmHg, Nadi: 20x\menit, R:14x\mnt,
S:37,4C IMT tergolong obesitas. Mata : conjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
menggunakan kacamta, fungsi penciuman normal, bibir tidak terdapat sianosis, gigi
terdapat caries tidak ada pembesaran kelejar tiroid dan limfe, pemeriksaan dada
normal, pemeriksaan abdomen nyeri tekan (-), px genital normal, pemeriksaan
Bidan memberikan konseling dan mempersiapkan pemeriksaan penunjang terkait
dengan masalah pada perempuan tersebut.

Resume Hasil Brainstorming

1. Tidak ada istilah yang tidak diketahui


2. Identifikasi Data Dasar
3. Data Subjektif dasar yang sudah ada
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 25 Tahun
 Keluhan sekarang : pusing
 Riwayat Imunisasi : TT 1 Catin tahun 2017
 Riwayat pernikahan : Pernikahan yang kedua
 Riwayat Menstruasi : siklus 40 hari tidak teratur,
 Keluhan pada saat haid ada dismenorhe
 Riwayat obstetric : belum pernah hamil dan melahirkan, pernah
didiagnosa infertilitas primer
 Riwayat Penyakit : alergi debu dan udara dingin
 Riwayat penyakit keluarga : Ibu memiliki DM
Ayah memiliki penyakit jantung

Masalah berdasarkan kasus di atas adalah ketidaknyamanan karena pusing,


dismenorhe, infertilitas

4. Hipotesis
 Apakah ada hubungan antara riwayat menstruasi (siklus haid, keluhan haid
dismenorhe) dengan kejadian infertilitas primer?
 Apakah ada hubungan antara keluhan pusing dengan kejadian penyakit?
 Apakah ada hubungan alergi dengan kejadian infertilitas primer?
 Apakah ada hubungan riawayat penyakit keluarga dengan kondisi pra nikah?
 Apakah ada hubungan antara psikologis ibu dengan rencana pernikahan?
 Bagaimana persiapan ibu dalam proses pra nikah?
 Bagaimana proses imunisasi TT dalam proses persiapan pra nikah?
5. Informasi tambahan yang harus diketahui
Anamnesis Lanjutan
Data Subjektif
 Nama : Ny. P
 Alamat : Parongpong RT 01 RW 05
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : IRT
 Riwayat Menstruasi : Umur pertama menstruasi 13 Tahun, siklus 40
hari tidak teratur, Lama haid 5-6 hari, ada dismenorhe
 Riwayat Penyakit : Alergi debu dan udara dingin
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : IRT
 Riwayat KB : Tidak pernah ber KB
Data Objektif
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium

Lanjutan Kasus

1. Tidak ada istilah yang tidak dipahami


2. Data objektif yang ditemukan
 TD : 130/90 mm/Hg
 Nadi : 20 x/m
 Respirasi : 14x/m
 Suhu : 37,4°C
 IMT : Obesitas
 Kepala : Conjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik, menggunakan
kacamata, fungsi penciuman normal, bibir tidak terdapat sianosis, gigi terdapat
caries, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, pemeriksaan dada normal
 Abdomen : nyeri tekan (+)
 Genital : normal
 Kulit & Kuku : pucat
 Anus : tidak haemoroid
 Hb : 9 g%
Masalah yang ditemukan berdasarkan kasus adalah anemia ringan, caries, nyeri
tekan pada abdomen

3. Hipotesis dari kasus di atas adalah :


 Apakah ada hubungan antara anemia dengan infertilitas?
 Apakah ada hubungan nyeri tekan pada abdomen dengan dismenorhe?
 Apakah ada hubungan dismenorhe dengan penyakit obstetric yang lain?
 Apakah ada hubungan obesitas dengan infertilitasi

Literatur

 Anemia
 Obesitas
 Dismenorhe
 Infertilitas
 Asuhan prakonsepsi
 Jurnal2 yang berhubungan dengan infertilitas
4. Asuhan kebidanan yang diberikan :
 Asuhan kebidanan pra nikah
 Asuhan kebidanan pra konsepsi
 Asuhan kebidanan pada ibu anemia
 Asuhan kebidanan pada ibu dengan obesitas
 Asuhan kebidanan pada ibu dengan nyeri tekan pada abdomen
 Kolaborasi dengan SPOG

LO (Learning Objective).

a. Anemia
b. Dismenorhea
c. Asuhan pra konsepsi
d. Nyeri tekan
e. Infertilitas
f. Siklus Menstruasi

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 HUBUNGAN ANEMIA DENGAN INFERTELITAS

Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria


dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri
(pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia
reproduksinya dan diperkirakan tiap tahun akan bertambah dua juta
pasangan infertil (Yurnadi, 2001). Pasangan suami istri (pasutri) disebut
infertil apabila belum berhasil mendapatkan keturunan setelah menikah
selama satu tahun dan melakukan hubungan suami istri secara teratur
(minimal tiga kali seminggu), serta tidak menggunakan alat atau metode
kontrasepsi. Dalam keadaan normal dan tanpa menggunakan
kontrasespsi, kehamilan terjadi pada 60% pasangan suami istri dalam
waktu 6 bulan, pada 80% pasangan suami istri dalam waktu 9 bulan dan
pada sekitar 90% pasangan suami istri dalam waktu 1 tahun (Sumapraja,
2002).
Anemia merupakan kondisi di mana seseorang tidak memiliki sel
darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke
berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh. Mengalami anemia
dapat membuat seseorang merasa lelah dan lemas. Penanganan dari
anemia dapat bervariasi, mulai dari konsumsi suplemen hingga menjalani
prosedur medis tertentu. Sebagian jenis anemia dapat dicegah dengan
mengonsumsi diet sehat yang bervariasi dan bernutrisi.
Zat besi adalah asupan nutrisi yang wajib dikonsumsi oleh setiap
orang. Siapa pun yang kekurangan zat besi berisiko mengalami anemia,
yaitu kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.Riset
membuktikan: anemia bikin susah hamil. Ini terjadi karena perempuan
yang kekurangan zat besi berisiko mengalami anovulasi atau tubuhnya
tidak berovulasi (tidak melepaskan sel telur). Padahal, syarat utama
perempuan dapat hamil adalah tubuhnya harus berovulasi.Bila ovulasi
tidak terjadi secara teratur, maka peluang untuk dapat hamil pun makin
kecil dan susah diprediksi,selain itu, susah hamil karena anemia juga bisa
terjadi karena jumlah zat besi yang rendah memengaruhi kualitas sel
telur. Bila sel telur yang dilepaskan tidak sehat atau kualitasnya kurang
bagus, maka proses pembuahan pun dapat terganggu. Kemungkinan
lainnya, pembuahan berhasil, tetapi kehamilan tidak dapat bertahan lama.
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat
menyatakan, anemia prakehamilan merupakan faktor penentu pada kasus
keguguran maupun janin meninggal dalam kandungan (stillbirth).Dikutip
dari situs web Ovulation Guide, kadar zat besi yang rendah dapat
memengaruhi peluang untuk hamil hingga 60 persen.Tak bisa dipungkiri
jika mencukupi asupan zat besi penting dilakukan sejak sebelum
kehamilan. Oleh karena itu, agar tidak susah hamil karena anemia,
pastikan untuk terpenuhi zat besi dalam tubuh.
Perempuan dewasa berusia 19−50 tahun yang tidak hamil
membutuhkan zat besi sebanyak 18 miligram per hari. Jumlah ini akan
jauh meningkat saat hamil, yaitu menjadi minimal 27 miligram per
hari.Karena anemia bikin susah hamil, yang sedang menjalani program
hamil dianjurkan untuk mencukupi asupan zat gizi harian. The American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan
Moms yang sedang menjalani program hamil untuk juga mengonsumsi
suplemen zat besi.
Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Folat dengan Infertilitas
Vitamin B12 berperan penting dalam pembangkitan dan pematangan sperma.
pria yang mengalami masalah infertilitas harus mempertimbangkan untuk
mengonsumsi makanan yang kaya vitamin B12, termasuk folat, untuk
mencukupi kebutuhan tubuh. Kekurangan zat ini berdampak negatif pada
jumlah sperma atau menyebabkan masalah berikut:
• Jumlah sperma rendah;
• Kerusakan DNA pada sel sperma;
• Motilitas sperma rendah;
• Kehilangan libido;
• Ejakulasi dini.
Sementara itu, wanita yang kekurangan vitamin B12 dan folat, kemungkinan
akan kesulitan untuk hamil. Bahkan seorang wanita dengan kekurangan
vitamin B12 hamil, kemungkinan kehilangan janin lebih tinggi. Kurangnya
vitamin B12 mungkin dapat mengganggu reproduksi dan berkontribusi pada
masalah:
• Ovulasi abnormal.
• Gangguan pada pembelahan sel normal.
• Kesulitan menanamkan sel telur yang telah dibuahi di lapisan luar.
Perlu kamu waspadai gejala anemia defisiensi vitamin B12 dan folat
berkembang secara perlahan dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Awalnya, gejala jenis anemia ini mungkin tidak terlalu terasa, namun lama-
kelamaan gejala akan terasa semakin parah.

JURNAL DISMENOREA ASUHAN REMAJA PRA NIKAH DAN PRA


KONSEPSI ESTYNAR,SULIKA,SUSI HERMAWATI

a. Pengertian Dismenore
Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan
kram yang menyakitkan dan umumnya muncul saat sedang haid atau
menstruasi. Dismenore merupakan salah satu masalah terkait haid yang
paling umum dikeluhkan.
b. Gejala Dismenore
Sebenarnya, gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun
secara umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:
• Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke
punggung bawah, dan paha bagian dalam
• Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal
menstruasi
• Rasa sakit terasa intens atau konstan
Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami beberapa gejala lain yang
muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut
gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika menstruasi:
• Perut kembung
• Diare
• Mual dan muntah
• Sakit kepala
• Pusing
• Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
c. Penyebab Dismenore
Terdapat dua jenis dismenore, meliputi :
• Dismenore primer tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi.
Keadaan ini umumnya disebabkan peningkatan dari prostaglandin, yang
diproduksi pada lapisan dari rahim. Peningkatan prostaglandin memicu
kontraksi dari uterus atau rahim. Secara alami, rahim cenderung memiliki
kontraksi lebih kuat semasa haid. Kontraksi rahim ini dapat menimbulkan
keluhan nyeri.
Selain itu, kontraksi rahim yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah
sekitar dan menyebabkan kurangnya aliran darah ke jaringan otot dari rahim.
Jika jaringan otot ini mengalami kekurangan oksigen akibat kekurangan
suplai darah, keluhan nyeri dapat timbul.
• Jenis yang kedua, yaitu dismenore sekunder, disebabkan pada patologi
pada organ reproduksi. Berbagai keadaan yang dapat menimbulkan keluhan
dismenore sekunder, yaitu:
• Endometriosis
• Pelvic Inflammatory Disease (PID)/ penyakit radang panggul
• Kista atau tumor pada ovarium
• Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
• Transverse vaginal septum
• Pelvic congestion syndrome
• Allen-Masters syndrome
• Stenosis atau sumbatan pada serviks
• Adenomiosis
• Fibroid
• Polip rahim
• Perlengketan pada bagian dalam rahim
• Malformasi kongenital (bicornuate uterus, subseptate uterus, dan
sebagainya
d. Faktor Risiko Dismenore
Ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko mengalami nyeri haid. Antara
lain:
• Berusia di bawah 30 tahun
• Belum pernah melahirkan
• Memiliki riwayat nyeri haid dalam keluarga
• Seorang perokok
• Masa puber Anda mulai sejak usia 11 atau ke bawah (pubertas dini)
• Mengalami perdarahan berat atau yang tidak normal selama menstruasi
• Mengalami perdarahan menstruasi yang tidak teratur
e. Diagnosis Dismenore
Untuk menentukan diagnosis dismenore, diperlukan wawancara medis
mendetail. Umumnya, dokter akan menanyakan pertanyaan yang berkaitan
dengan usia haid pertama kali, riwayat haid, keluhan lainnya, riwayat nyeri
haid, faktor pemicu nyeri haid, progresi dari keluhan nyeri haid, riwayat
seksual dan persalinan, efek dari keluhan nyeri haid terhadap kehidupan
sehari-hari, dan lain-lain.
Selain itu, biasanya juga akan dilakukan pemeriksaan fisik terutama
pemeriksaan pelvik. Dapat pula dipertimbangkan pemeriksaan penunjang,
misalnya pemeriksaan USG, laparoskopi, dan sebagainya.
f. Pencegahan Dismenore
Wanita juga perlu berolahraga teratur untuk mengurangi nyeri menstruasi.
Untuk membantu mencegah keram, lakukan dengan rutin setiap minggu. Jika
langkah-langkah di atas tidak meredakan nyeri.
g. Pengobatan Dismenore
Pada dismenore primer, seringkali keluhan nyeri membaik dengan
pemberian obat anti-nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi non-
steroid). Contohnya, diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat,
dan lain-lain. Selain itu, dapat pula diberikan terapi hormonal, misalnya
dengan kontrasepsi hormonal (contoh, pil KB).
Untuk meredakan keram menstruasi, seseorang juga perlu:
• Beristirahat secukupnya
• Menghindari makanan yang mengandung kafein dan garam
• Menghindari merokok dan minum alkohol
• Pijat punggung bawah dan perut
Penanganan dismenore sekunder disesuaikan dengan penyakit yang
menyebabkan keluhan ini. Karena itu, penting agar penyebab dismenore
sekunder dievaluasi.

2.2 ASUHAN PRA KONSEPSI

A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi

B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan
pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan
serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi
beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari
asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan
yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi
yang dapat membahayakan kehamilan.
C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara
fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui
asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya
proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang
maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra
konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi
1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga
kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi
faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya
bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara
lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella,
hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan
penyebab banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan,
persalinan, nifas maupun kecacatan )
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya
konsepsi ( olah raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan
obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa )
7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan
penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah
matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan
toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.
The American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians
dan Gynecologists mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi
menjadi empat kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan
konseling. Sebagian komponen asuhan prakonsepsi (Tabel 1)
Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidupMinta pasien jika ia berencana untuk memiliki
anak (atau anak-anak tambahan
jika dia sudah menjadi ibu) dan berapa lama
ia berencana untuk menunggu sampai ia menjadi hamil membantunya
mengembangkan rencana, berdasarkannilai-nilai dan sumber daya, untuk
mencapai tujuan tersebutRiwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil
kehamilan yang merugikan (misalnya, kematian bayi, kematian janin, cacat
lahir, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur) dan menilai risiko
biobehavioral berkelanjutan yang dapat menyebabkan kekambuhan pada
kehamilan berikutnya

Riwayat kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat kondisi


yang dapat mempengaruhi kehamilan berikutnya (misalnya, penyakit jantung
rematik, tromboemboli, penyakit autoimun); layar untuk kondisi kronis
yangsedang berlangsung seperti hipertensi dan diabetes Obat digunakan
Meninjau penggunaan saat pasien obat; menghindari FDA kehamilan
kategori X obat dan sebagian obat kategori D kecuali potensi manfaat lebih
besar daripada risiko janin ibu; meninjau penggunaan obat tanpa resep, jamu,
dan suplemen Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan
infeksi menular seksual seperti yang ditunjukkan; memperbarui imunisasi
hepatitis B, rubella, varicella, Tdap, human papillomavirus, dan vaksin influenza
yang diperlukan; nasihat pasien tentang mencegah infeksi TORCH

Skrining genetik dan riwayat keluarga Menilai risiko pasien dari


kelainan kromosom atau genetik berdasarkan riwayat keluarga, etnis latar
belakang, dan usia; menawarkan cystic fibrosis dan skrining operator lain seperti
yang ditunjukkan; mendiskusikan pengelolaan kelainan genetik yang dikenal
(misalnya, fenilketonuria, trombofilia) sebelum dan selama kehamilan. Penilaian
gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri (misalnya, BMI), faktor
biokimia (misalnya,anemia), faktor klinis, dan risiko dietPenyalahgunaan zat.
Tanyakan pada pasien tentang tembakau, alkohol, dan penggunaan narkoba;
menggunakan CAGE atau T-ACE kuesioneruntuk layar untuk alkohol dan
penyalahgunaan zat

Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan


racun dan paparan agen teratogenik di rumah, di lingkungan, dan di tempat
kerja (misalnya, logam berat, pelarut, pestisida, endokrin, alergen); meninjau
Material Safety Data Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis informasi
teratologi lokal yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depress kecemasan,
kekerasan dalam rumah tangga, dan stressor psikososial utama Pemeriksaan
fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung,payudara, dan pemeriksaan
panggul Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah
lengkap; urinalisis; skrining golongan darah; dan, jika diperlukan, skrining
untuk rubella, sifilis, hepatitis B, virus human immunodeficiency, gonore,
klamidia, dan diabetes dan sitologi serviks; mempertimbangkan pengukuran
tiroid merangsang kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana berdasarkan
rencana hidup reproduksi pasien; bagi wanita yang tidak berencana untuk
hamil, mempromosikan penggunaan kontrasepsi yang efektif dan
mendiskusikan
kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan gizi Mempromosikan berat badan
sebelum hamil yang sehat (ideal BMI adalah 19,8-26,0 kg per m2)
melalui latihan dan mendiskusikan nutrisi; makro dan mikro, termasuk
mendapatkan "lima sehari" (yaitu, dua porsi buah dan tiga porsi sayuran)
danmengonsumsi multivitamin harian yang mengandung asam folat
Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti nutrisi,
olahraga, seks yang aman, penggunaan kontrasepsi yang efektif, flossing
gigi, dan penggunaan pelayanan kesehatan preventif; mencegah perilaku
berisiko seperti douching, merokok (misalnya, menggunakan lima A
[Ask, Advise, Assess, Assist, Arrange] untuk berhenti merokok), dan
alkohol dan penyalahgunaan zat
Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang cukup, dan
teknik relaksasi; mengatasi stress yang sedang berlangsung (misalnya,
kekerasan dalam rumah tangga); mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan pemecahan masalah dan resolusi konflik
keterampilan, kesehatan mental yang positif, dan hubungan yang kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan
paparan pekerjaan untuk logam berat, pelarut organik, pestisida, endokrin,
dan
alergen; memberikan tips praktis seperti bagaimana untuk menghindari
paparan Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan
bayi di punggung mereka untuk tidur untuk mengurangi risiko sindrom
kematian bayi mendadak, perilaku pengasuhan yang positif, dan
pengurangan risiko biobehavioral berkelanjutan Identifikasi risiko, Intervensi
medis dan psikososial Intervensi harus mengatasi risiko medis dan
psikososial diidentifikasi; contoh termasuk suplemen asam folat, pengujian
untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika diindikasikan, kontrol ketat
diabetes pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme, dan
menghindari agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin
[Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling
prakonsepsi menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH
dalam Recommendations for Preconception Counseling and Care yaitu
:Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling
prakonsepsi menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH
dalam Recommendations for Preconception Counseling and Care yaitu:

Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi

PEDOMAN KLINIS PERINGKAT BUKTI


Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil. Memberikan
konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.

 Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk


mengurangi risiko cacat tabung saraf.
 Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan berat
badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat badan yang
sehat sebelum hamil.
 Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya
kontrol glikemik sebelum konsepsi.
 Membantu pasien dalam mencapai tingkat A1C sedekat normal
mungkin untuk mengurangi risiko kelainan kongenital.Periksa
penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan prakonsepsi,
dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika memungkinkan.
Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah yang diperlukan
untuk mengendalikan penyakit.
 Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular seksual dan
penyakit menular lainnya seperti yang ditunjukkan. C
 Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok, rubella; Tdap;
dan imunisasi varicella yang diperlukan pada pasien yang ingin
hamil.
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.
A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten
atau terbatas berkualitas
bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi,
praktek yang biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.
Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan
imunisasi sesuai juga penting pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).
Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi
SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI
Penyakit Menular
Chlamydia Menyaring semua wanita yang lebih muda dari 25 tahun dan
wanita yang berada pada risiko infeksMengobati pasien yang terinfeksi
Gonorrhea Skrining wanita berisiko tinggi.Mengobati pasien yang terinfeksi
Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan vertikal
Infeksi virus human immunodeficiency Screening universal.
Konseling tentang risiko penularan vertikal (Pengobatan mengurangi risiko
ini)Syphilis Skrining wanita berisiko tinggi. Mengobati pasien yang
terinfeksi
Tuberkulosis Skrining wanita berisiko tinggi. Memperlakukan wanita
dengan penyakit aktif dan laten sebelum kehamilan
Imunisasi Hepatitis B Memvaksinasi semua wanita berisiko tinggi
sebelum kehamilan
 . Pencegahan penularan vertikal
Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil selama musim flu
dan wanita yang berisiko komplikasi terkait influenza Campak, gondok,
rubella Skrining untuk kekebalan. Memvaksinasi semua wanita untuk
kekebalan tubuh wanita yang tidak hamilMenasihati pasien untuk
menghindari kehamilan selama tiga bulan setelah vaksinasiTetanus, difteri,
pertusis Vaksinasi tetanus dapat melindungi terhadap tetanus
neonatalVaksinasi dengan Tdap selama kehamilan (waktu optimal adalah
usia kehamilan 27-36 minggu) untuk mengurangi risiko
pertusis neonatal
 Varicella Skrining untuk kekebalan
. Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan tubuh wanita yang tidak
hamil
Menasihati pasien untuk menghindari kehamilan selama satu bulan setelah
vaksinasi
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

Pesan kunci yang di tujukan kepada pasangan usia subur yaitu :


1. Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi
dan mengurangi faktor risiko yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH
sebelum kehamilan. Meskipun sebagian besar wanita memiliki setidaknya
salah satu faktor risiko, dan banyak memiliki beberapa risiko, konseling
prakonsepsi tidak menyebabkan kecemasan.
2. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin
untuk mengubah perilaku berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima
konseling prakonsepsi memiliki hasil MNCH yang lebih baik
3. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali
konseling dapat dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana:
"Apakah Anda berencana untuk hamil?" Dan "Apakah Anda saat ini
menggunakan metode KB?"

Tabel 6. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan


Hasil Kehamilan
Intervensi Terbukti Efek Kesehatan
Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube
defect (NTD)
Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap
sindrom rubella bawaan.
Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3 kali
lipat dalam cacat lahir pada bayi dari wanita diabetes.
Manajemen Hypothyroidism Menyesuaikan dosis levothyroxine awal
kehamilan melindungi pengembangan neurologis yang tepat.
Vaksinasi hepatitis B selama perempuan berisiko Mencegah penularan
infeksi pada bayi dan menghilangkan risiko untuk wanita dari gagal hati,
kanker hati, sirosis, dan kematian akibat infeksi HBV.
Screening HIV / AIDS dan pengobatan Memungkinkan
untuk pengobatan tepat waktu dan memberikan wanita (atau pasangan)
dengan informasi tambahan yang
dapat memengaruhi waktu kehamilan dan pengobatan.
Screening dan pengobatan Sexually Transmitted Diseases (STD)
Mengurangi risiko kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul
kronis yang berhubungan dengan Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhea dan mengurangi
kemungkinan risiko pada janin kematian janin dan cacat fisik dan
perkembangan, termasuk keterbelakangan mental dan kebutaan.
Manajemen ibu PKU (Phenylketonuria) Mencegah bayi
dari lahir dengan keterbelakangan mental-PKU terkait. Manajemen
penggunaan antikoagulan oral Menghindari penggunaan antikoagulan
teratogenik (yaitu, warfarin) sebelum hamil untuk menghindari paparan
berbahaya. Wanita yang memerlukan antikoagulan harus mengganti terapi
antikoagulannya dengan heparin sebelum konsepsi. Manajemen Antiepileps
Mengganti obat ke regimen yang paling tidak teratogenik / jika mungkin
hentikan obat sebelum kehamilan Manajemen penggunaan Accutane
Mencegah kehamilan bagi wanita yang menggunakan isotretinoin
(Accutane) atau berhenti menggunakan isotretinoin sebelum konsepsi,
menghilangkan paparan berbahaya. Konseling berhenti merokok
Melengkapi berhenti merokok sebelum asuhan kehamilan dapat
mencegah terkait kelahiran prematur merokok-, berat badan lahir rendah,
atau hasil perinatal yang
merugikan lainnya.
Menghilangkan penggunaan alkohol Mengontrol alkohol pesta minuman
keras dan / atau sering minum sebelum kehamilan mencegah sindrom
alkohol janin dan cacat lahir yang berhubungan dengan alkohol lainnya.
Kontrol Obesitas Mencapai berat badan yang sehat sebelum kehamilan
mengurangi risiko cacat tabung saraf, kelahiran prematur, diabetes, operasi
caesar, dan hipertensi dan penyakit tromboemboli yang berhubungan dengan
obesitas.

JURNAL PRAKONSEPSI
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 8 No 1 – April 2021 ISSN 2302-
836X (print), ISSN 2621-461X (online) Pelaksanaan Skrining
Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan Eka Vicky Yulivantina1 ,
Mufdlilah2 , Herlin Fitriana Kurniawati3 1 Program Studi Kebidanan,
Program Sarjana Stikes Guna Bangsa, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari
kesehatan secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama
masa reproduksinya. Skrining prakonsepsi berguna untuk mengurangi
resiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan
kehamilan sehat. Tujuan: Untuk mengeksplorasi pelaksanaan skrining
prakonsepsi pada calon pengantin perempuan. Metode: Penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil dan Pembahasan:
Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan
terdiri dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium wajib dan rekomendasi, pemberian imunisasi
Tetanus Toxoid, suplementasi gizi, konsultasi kesehatan dan pelayanan
psikologi. Kesimpulan: Pelaksanaan skrining prakonsepsi sudah
mengacu pada standar minimal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan
di Puskesmas Tegalrejo dilaksanakan secara terpadu. Adapun poli yang
terlibat dalam pelaksanaan skrining prakonsepsi adalah poli Kesehatan
Ibu dan Anak, laboratorium, poli gizi, poli umum dan poli psikolog. Hal
ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut: “Jadi kalau caten
itu kan daftarnya nanti ke KIA, nah ini kan terpadu melibatkan beberapa
poli mbak. Setelah dari KIA kan dirujuk ke lab. Nah dari hasil lab
tersebutlah nanti terus ke gizi. Karena kalau hasil lab yang Hb dan PP
test belum keluar, maka kami belum bisa memberikan konseling. Begitu
juga poli psikolog. Karena kan percuma, ya nanti kalau hasilnya baik,
kalau hasilnya jelek ? nah nanti bahan yang diberikan untuk konsultasi
kan kurang tepat kalau hasil lab belum keluar” (UG 1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin perempuan di Puskesmas
Tegalrejo terdiri dari penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan
darah dan pemeriksaan lingkar lengan atas. Hal ini diperjelas dengan
bukti wawancara sebagai berikut : “Yang pertama daftar, terus dapat
status, dibawa ke KIA, di KIA di ukur fisiknya seperti timbang berat
badan dan ukur lila, vital sign, kemudian dapat surat pengantar ke
laboratorium...” (UB1) Berdasarkan hasil wawancara di atas,
pemeriksaan fisik dilaksanakan di poli Kesehatan Ibu dan Anak, petugas
pelaksana di poli Kesehatan Ibu dan Anak adalah bidan. Calon pengantin
setelah mendaftar akan diarahkan ke poli Kesehatan Ibu dan Anak, di
poli Kesehatan Ibu dan Anak calon pengantin perempuan akan di
anamnesa untuk di gali informasi mengenai hari pertama haid terakhir,
rencana menikah dan keluhan yang dirasakan. Pada pemeriksaan fisik di
lakukan pengukuran berat badan, pengukuran tekanan darah dan
pengukuran lingkar lengan atas.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada calon
pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan di unit
laboratorium. Adapun pemeriksaan yang wajib dilaksanakan dalam paket
layanan terpadu adalah pemeriksaan kehamilan (urine) dan pemeriksaan
kadar hemoglobin dan pemeriksaan penunjang yang bersifat
rekomendasi. Hal ini diperjelas dengan bukti wawancara sebagai
berikut : “...Sama lab, labnya ada Hb, ada test urine untuk test kehamilan,
itu yang wajib. Kalau untuk yang penunjangnya bisa kita tawarkan untuk
gula darah sama kolesterol, nanti untuk persiapan kehamilannya juga.
Catinnya boleh memilih untuk yang penunjang, misalnya ada riwayat
gula darah dalam keluarga maka dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan. Tujuannya seperti itu”(UB2) “Iya ada pemeriksaan yang
bersifat rekomendasi, sebenarnya kan kita skrining penyakit tidak
menular itu kan sejak usia ya 20 ya, sehingga ditawarkan ke caten jadi
untuk skrining kayak kolesterol, gula, terus emm kalau yang untuk
penyakit menularnya terutama untuk yang status HIV nya kayak gitu
cuman itu belum wajib.Hepatitis B ada cuman bagi yang mau sih, belum
jadi program wajib”(UD 1) Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi
merupakan bagian terpenting dalam layanan skrining prakonsepsi pada
calon pengantin perempuan. Imunisasi yang diberikan kepada calon
pengantin perempuan adalah imunisasi Tetanus Toxoid. Bukti imunisasi
Tetanus Toxoid harus diserahkan ke Kantor Urusan Agama sebagai salah
satu syarat administrasi mendaftar pernikahan. Hal ini didukung dengan
hasil wawancara sebagai berikut : “...Yang mendukung ini dari KUA.
Karena ada syarat TT untuk menikah...”
Suplementasi Gizi Suplementasi gizi pada calon pengantin di
puskesmas Tegalrejo diberikan berdasarkan keadaan calon pengantin
perempuan itu sendiri. Bila calon pengantin perempuan memenuhi syarat
untuk hamil dan tidak menunda kehamilan maka akan diberikan
suplementasi asam folat. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
sebagai berikut : “Oh ya mbak catinnya juga dapat asam folat mbak,
untuk persiapan kehamilannya. Setiap catin yang memang memenuhi
syarat untuk hamil dikasih asam folat. Kalau yang menunda atau misal
belum cukup umur emm ga dikasih ya...” (UB 1) Hal serupa juga
disampaikan oleh calon pengantin yang tidak menunda kehamilan
berikut ini : “...Terus juga yang dikasih obat asam folat itu untuk
persiapan kehamilan....” (UC 8) Konsultasi Kesehatan Konsultasi
kesehatan pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas
Tegalrejo dilakukan hampir di setiap poli. Poli Kesehatan Ibu dan Anak,
poli gizi, poli umum dan poli psikologi memberikan konseling
berdasarkan hasil laboratorium dan keluhan dari calon pengantin. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut : “kemudian konseling
juga kalau memang butuh konseling. Menyesuaikan hasil labnya..” (UD
1) Pelayanan Psikologi Pelayanan psikologi pada calon pengantin
merupakan bagian dari layanan terpadu pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo. Hal ini tercantum dalam standar operasional
prosedur pelayanan calon pengantin No SOP/TR/KIA/04/2016 pada
prosedur ke 8 bahwa petugas memberikan rujukan internal kepada pasien
untuk mendapatkan konsultasi ke ruang konsultasi gizi dan konsultasi
psikologi. Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara sebagai berikut
: “...Untuk dikota kan layanan psikolog itu adalah layanan tambahan
yang wajib ya mbak...”(IP 2)
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa
sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta
pelayanan kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan
dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat.2 Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan
Permenkes No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan
pasangan usia subur. Berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas
Tegalrejo, pelayanan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo
terutama di tekankan kepada calon pengantin untuk mempersiapkan
kesehatan calon pengantin secara fisik dan mental dalam menghadapi
kehamilan sebagai upaya menyiapkan ibu hamil sehat, menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Dean, et al (2014) bahwa fungsi dari skrining prakonsepsi adalah untuk
mengetahui status kesehatan fisik dan emosional ibu dan pasangan
sehingga dapat menjadi dasar dalam pemberian intervensi untuk
menyiapkan kehamilan yang optimal. Mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat merasakan manfaat skrining prakonsepsi,
baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi
bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat
membahayakan kehamilan. Pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di
Puskesmas Tegalrejo, kegiatan pemeriksaan fisik pada calon pengantin
sudah sesuai dengan Permenkes No.97 Tahun 2014 bahwa pemeriksaan
fisik yang dimaksudkan dalam pelayanan masa sebelum hamil paling
sedikit meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi.
Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi
masalah kurang energi kronis dan pemeriksaan status anemia.
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo meliputi
pemeriksaan tandatanda vital, penimbangan berat badan dan pengukuran
lingkar lengan atas untuk mengetahui status gizi calon pegantin.
Pemeriksaan berat badan dan pengukuran
status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan status gizi
mempengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa prakonsepi. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa berat
badan ibu hamil sebelum hamil adalah faktor signifikan yang
berkontribusi terhadap komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.
Perempuan yang underweight pada periode prakonsepsi berkontribusi
32% lebih tinggi terhadap risiko kelahiran prematur 32%, perempuan
dengan obesitas beresiko dua kali lipat mengalami preeklampsia dan
diabetes gestasional. Perempuan dengan obesitas dan obesitas lebih dari
dua kali lipat risiko preeklamsia. Status gizi pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo diperiksa agar dapat dilakukan rencana tindak
lanjut asuhan pada calon pengantin yang memiliki masalah gizi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Prendergast dan Humphrey (2014)
bahwa status gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah
kehamilan mempengaruhi pertumbuhan awal anak dan
perkembangannya sejak dalam kandungan. Kehamilan dengan
kekurangan energi kronis menyebabkan kejadian stunting pada anakanak
sebesar 20%. Penyebab lain dari sisi ibu antara lain ibu yang memiliki
perawakan pendek, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan kehamilan
remaja. Pemeriksaan penunjang wajib yang dilaksanakan di Puskesmas
Tegalrejo adalah pemeriksaan urine dan pemeriksaan kadar hemoglobin.
Pemeriksaan lain yang direkomendasikan oleh puskesmas Tegalrejo
adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam
urat serta pemeriksaan penyakit menular seperti hepatitis B dan infeksi
menular seksual. Pengukuran kadar hemoglobin sebagai pemeriksaan
penunjang wajib di Puskesmas Tegalrejo sangat penting untuk dilakukan
karena kebanyakan perempuan tidak merencanakan kehamilan dengan
baik sehingga bila dari masa prakonsepsi ibu sudah mengalami sub
optimal nutrisi maka mereka risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia
defisiensi besi pada kehamilan. Hal ini sejalan dngan penelitian dari
Dainty, et al (2014) bahwa pentingnya skrining status anemia pada masa
prakonsepsi adalah agar dapat diketahui kadar hemoglobin pada calon
pengantin sehingga bila terjadi anemia defisiensi besi dapat dilakukan
upaya pengobatan sebelum terjadi kehamilan.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan di puskesmas Tegalrejo
diantaranya adalah pemeriksaan kadar gula darah. Hal yang mendasari
dianjurkannya pemeriksaan kadar gula darah pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo adalah banyak ditemukannya pasangan usia subur
terutama perempuan yang menderita diabetes mellitus. Pemeriksaan ini
penting dilakukan bagi calon pengantin perempuan beresiko untuk
mengetahui kadar gula darah pada calon pengantin sehingga bisa
meminimalisir resiko komplikasi pada kehamilan. hal ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Wahabi, et al (2010) bahwa skrining diabetes
mellitus pada masa prakonsepsi bermanfaat terhadap pengelolaan gula
darah yang lebih baik sebelum terjadi kehamilan, pemberian
suplementasi asam folat tiga bulan sebelum konsepsi, kondisi metabolik
yang lebih baik selama kehamilan, menurunnya risiko aborsi dan
menurunnya angka kematian bayi sehingga secara tidak langsung
mengurangi komplikasi pada kehamilan.6 Selain pemeriksaan kadar gula
darah, pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan kepada calon
pengantin di Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan HIV/AIDS.
Pemeriksaan status HIV pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo
bertujuan untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS kepada
pasangan maupun kepada janin yang dikandung oleh ibunya kelak. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Manakan dan Sutan (2017) bahwa
skrining HIV pada pasangan sebelum menikah terbukti mengurangi
penularan HIV/AIDS.7 Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada calon
pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk mencapai status imunisasi
tetanus toxoid ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status
imunisasi tetanus toxoid ke 5 (lengkap) ditujukan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh terhadap infeksi tetanus toxoid. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa imunisasi selama
periode prakonsepsi dapat mencegah banyak penyakit yang mungkin
memiliki konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal bagi ibu atau bayi
yang baru lahir.
Standar nasional pelayanan skrining prakonsepsi lainnya adalah
suplementasi gizi pada calon pengantin. Pemberian suplementasi gizi di
Puskesmas Tegalrejo berupa asam folat bagi calon pengantin yang tidak
menunda kehamilan dan calon pengantin yang mengalami anemia. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu
hamil biasanya tidak menyadari bahwa dirinya hamil pada awal
kehamilan. sehingga suplementasi asam folat lebih baik diberikan dari
sebelum hamil. Suplai asam folat yang tepat dari masa prakonsepsi,
kehamilan dan laktasi sangat menentukan perkembangan dan
pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang paling penting
dalam unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran penting
dalam sintesis deoxyribonucleic acid (DNA). Pada awal kehamilan,
permintaan asam folat yang tidak disintesis dalam tubuh manusia
meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi melalu pasokan makanan
yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg.9 Hal ini sejalan pula
dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa kekurangan asam folat
meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung (neuro tube
defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme folat
dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih
sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan
janin terhambat dan pre eklampsia.10 Pemeriksaan lain yang wajib
diakses oleh calon pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo adalah
pemeriksaan psikologi. Pemeriksaan psikologi memiliki peran penting
dalam mempersiapkan mental calon pengantin menghadapi pernikahan,
kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa masalah kesehatan
mental ibu sering tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan perawatan
kesehatan. hasil penelitian menunjukkan keterkaitan antara kesehatan
mental remaja yang buruk dan kehamilan yang buruk terhadap kesehatan
janin. Perawatan prakonsepsi untuk kondisi kejiwaan seharusnya selalu
dilakukan pada wanita usia subur. Untuk mengidentifikasi adanya
gangguan jiwa. Sehingga dapat diberikan penanganan lebih lanjut
sebelum terjadi kehamilan. misalnya konseling pada perempuan dengan
gangguan depresi dan kecemasan dan pendampingan agar depresi dan
kecemasan tidak berlanjut hingga pada kehamilan dan berdampak pada
ibu dan janin seperti ingin mengakhiri kehamilan, bunuh diri dan lain-
lain (Lassi, et al 2014).

2.3 ASUHAN PRA KONSEPSI

A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi

B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan
pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan
serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi
beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari
asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan
yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi
yang dapat membahayakan kehamilan.

C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara
fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui
asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya
proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang
maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra
konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.

D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi


1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga
kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi
faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya
bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara
lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella,
hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan
penyebab banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan,
persalinan, nifas maupun kecacatan )
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya
konsepsi ( olah raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan
obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa )
7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan
penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah
matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan
toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.

The American Academy of Pediatrics dan American College of


Obstetricians dan Gynecologists mengklasifikasikan komponen utama
asuhan prakonsepsi menjadi empat kategori: penilaian fisik, skrining
risiko, vaksinasi, dan konseling. Sebagian komponen asuhan prakonsepsi
(Tabel 1)

Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi


Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidupMinta pasien jika ia berencana untuk memiliki
anak (atau anak-anak tambahanjika dia sudah menjadi ibu) dan berapa
lamaia berencana untuk menunggu sampai ia menjadi hamil;
membantunya mengembangkan rencana, berdasarkan nilai-nilai dan
sumber daya, untuk mencapai tujuan tersebut Riwayat reproduksi
Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang merugikan (misalnya, kematian
bayi, kematian janin, cacat lahir, berat badan lahir rendah, kelahiran
prematur) dan menilai risiko biobehavioral berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada
kehamilan berikutnya. Riwayat kesehatan

Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat kondisi yang dapat


mempengaruhi kehamilan berikutnya (misalnya, penyakit jantung rematik,
tromboemboli, penyakit autoimun); layar untuk kondisi kronis yang sedang
berlangsung seperti hipertensi dan diabetes

Obat digunakan Meninjau penggunaan saat pasien obat;


menghindari FDA kehamilan kategori X obat dan sebagian obat kategori D
kecuali potensi manfaat lebih besar daripada risiko

janin ibu; meninjau penggunaan obat tanpa resep, jamu, dan suplemen

Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan infeksi


menular seksual seperti yang ditunjukkan; memperbarui imunisasi hepatitis
B, rubella, varicella, Tdap, human papillomavirus, dan vaksin influenza yang
diperlukan; nasihat pasien tentang mencegah infeksi TORCH Skrining
genetik dan riwayat keluarga Menilai risiko pasien dari kelainan
kromosom atau genetik berdasarkan riwayat keluarga, etnis latar belakang,
dan usia; menawarkan cystic fibrosis dan skrining operator lain seperti yang
ditunjukkan; mendiskusikan pengelolaan kelainan genetik yang dikenal
(misalnya, fenilketonuria, trombofilia) sebelum dan selama kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri (misalnya,
BMI), faktor biokimia (misalnya,anemia), faktor klinis, dan risiko diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau, alkohol,
dan penggunaan narkoba; menggunakan CAGE atau T-ACE kuesioner
untuk layar untuk alkohol dan penyalahgunaan zat Racun dan agen
teratogenikMenasihati pasien tentang kemungkinan racun dan paparan agen
teratogenik di rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja (misalnya, logam
berat, pelarut, pestisida, endokrin, alergen); meninjau Material Safety Data
Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis informasi teratologi lokal yang
diperlukan Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi,
kecemasan, kekerasan dalam rumah tangga, dan stressor psikososial
utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung, payudara, dan
pemeriksaan panggul Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup
jumlah darah lengkap; urinalisis; skrining golongan darah; dan, jika
diperlukan, skrining untuk rubella, sifilis, hepatitis B, virus human
immunodeficiency, gonore, klamidia, dan diabetes dan sitologi serviks;
mempertimbangkan pengukuran tiroid merangsang kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana berdasarkan
rencana hidup reproduksi pasien; bagi wanita yang tidak berencana untuk
hamil, mempromosikan penggunaan kontrasepsi yang efektif dan
mendiskusikan kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan gizi Mempromosikan berat badan
sebelum hamil yang sehat (ideal BMI adalah 19,8-26,0 kg per m2) melalui
latihan dan mendiskusikan nutrisi; makro dan mikro, termasuk mendapatkan
"lima sehari" (yaitu, dua porsi buah dan tiga porsi sayuran) dan
mengonsumsi multivitamin harian yang mengandung asam folat Perilaku
sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti nutrisi, olahraga, seks
yang aman, penggunaan kontrasepsi yang efektif, flossing gigi, dan
penggunaan pelayanan kesehatan preventif; mencegah perilaku berisiko
seperti douching, merokok (misalnya, menggunakan lima A [Ask, Advise,
Assess, Assist, Arrange] untuk berhenti merokok), dan alkohol dan
penyalahgunaan zat
Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang cukup, dan
teknik relaksasi; mengatasi stress yang sedang berlangsung (misalnya,
kekerasan dalam rumah tangga); mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan pemecahan masalah dan resolusi konflik
keterampilan, kesehatan mental yang positif, dan hubungan yang kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan
paparan pekerjaan untuk logam berat, pelarut organik, pestisida, endokrin,
dan
alergen; memberikan tips praktis seperti bagaimana untuk menghindari
paparan Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan
bayi di punggung mereka untuk tidur untuk mengurangi risiko sindrom
kematian bayi mendadak, perilaku pengasuhan yang positif, dan
pengurangan risiko biobehavioral berkelanjutan Identifikasi risiko, Intervensi
medis dan psikososial Intervensi harus mengatasi risiko medis dan
psikososial diidentifikasi; contoh termasuk suplemen asam folat, pengujian
untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika diindikasikan, kontrol ketat
diabetes pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme, dan
menghindari agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin
[Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling
prakonsepsi menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH
dalam Recommendations for Preconception Counseling and Care yaitu :
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling
prakonsepsi menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH
dalam Recommendations for Preconception Counseling and Care yaitu:
Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi
PEDOMAN KLINIS PERINGKAT BUKTI
 Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil.
Memberikan konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.
 Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk
mengurangi risiko cacat tabung saraf.
 Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan berat
badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat badan yang
sehat sebelum hamil.
 Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya
kontrol glikemik sebelum konsepsi. Membantu pasien dalam
mencapai tingkat A1C sedekat normal mungkin untuk mengurangi
risiko kelainan kongenital.
 Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan
prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika
memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah
yang diperlukan untuk mengendalikan penyakit.
 Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular seksual dan
penyakit menular lainnya seperti yang ditunjukkan.
 Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok, rubella; Tdap;
dan imunisasi varicella yang diperlukan pada pasien yangingin hamil.
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.
A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten
atau terbatas berkualitas
bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi,
praktek yang biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.
Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan
imunisasi sesuai juga penting pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).
Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi
SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI
Penyakit Menular Chlamydia Menyaring semua wanita yang lebih muda
dari 25 tahun dan wanita yang berada pada risiko infeksi Mengobati pasien
yang terinfeksi GonorrheaSkrining wanita berisiko tinggi
Mengobati pasien yang terinfeksi Infeksi virus herpes simpleks Konseling
tentang risiko penularan vertikal
Infeksi virus human immunodeficiency Screening universal
. Konseling tentang risiko penularan vertikal (Pengobatan mengurangi risiko
ini Syphilis Skrining wanita berisiko tinggi
Mengobati pasien yang terinfeksi Tuberkulosis Skrining wanita berisiko
tinggi . Memperlakukan wanita dengan penyakit aktif dan laten sebelum
kehamilan Imunisasi Hepatitis B Memvaksinasi semua wanita berisiko
tinggi sebelum kehamilan
. Pencegahan penularan vertikal
Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil selama musim flu
dan wanita yang berisiko komplikasi terkait influenza Campak, gondok,
rubella Skrining untuk kekebalan. Memvaksinasi semua wanita untuk
kekebalan tubuh wanita yang tidak hamil Menasihati pasien untuk
menghindari kehamilan selama tiga bulan setelah vaksinasi Tetanus, difteri,
pertusis Vaksinasi tetanus dapat melindungi terhadap tetanus
neonatal
Vaksinasi dengan Tdap selama kehamilan (waktu optimal adalah usia
kehamilan 27- 36 minggu) untuk mengurangi risik pertusis
neonatal Varicella Skrining untuk kekebalan . Memvaksinasi semua
wanita untuk kekebalan tubuh wanita yang tidak hamil
Menasihati pasien untuk menghindari kehamilan selama satu bulan setelah
vaksinasi
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

Pesan kunci yang di tujukan kepada pasangan usia subur yaitu :


1. Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi
dan mengurangi faktor risiko yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH
sebelum kehamilan. Meskipun sebagian besar wanita memiliki setidaknya
salah satu faktor risiko, dan banyak memiliki beberapa risiko, konseling
prakonsepsi tidak menyebabkan kecemasan.
2. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin
untuk mengubah perilaku berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima
konseling prakonsepsi memiliki hasil MNCH yang lebih baik
3. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali
konseling dapat dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana:
"Apakah Anda berencana untuk hamil?" Dan "Apakah Anda saat ini
menggunakan metode KB?"
Tabel 6. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan
Hasil Kehamilan
Intervensi Terbukti Efek Kesehatan
Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube
defect (NTD)
Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap
sindrom rubella bawaan.
Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3 kali
lipat dalam cacat lahir pada bayi dari wanita diabetes.
Manajemen Hypothyroidism Menyesuaikan dosis levothyroxine awal
kehamilan melindungi pengembangan neurologis yang tepat.
Vaksinasi hepatitis B selama perempuan berisiko Mencegah
penularan infeksi pada bayi dan menghilangkan risiko untuk wanita dari
gagal hati, kanker hati, sirosis, dan kematian
akibat infeksi HBV.
Screening HIV / AIDS dan pengobatan Memungkinkan
untuk pengobatan tepat waktu dan memberikan wanita (atau pasangan)
dengan informasi tambahan yang
dapat memengaruhi waktu kehamilan dan pengobatan.
Screening dan pengobatan Sexually Transmitted Diseases (STD)
Mengurangi risiko kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul
kronis yang berhubungan dengan Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhea dan
mengurangi
kemungkinan risiko pada janin kematian janin dan cacat fisik dan
perkembangan,
termasuk keterbelakangan mental dan kebutaan.
Manajemen ibu PKU
(Phenylketonuria) Mencegah bayi dari lahir dengan
keterbelakangan mental-PKU terkait.
Manajemen penggunaan antikoagulan oral Menghindari
penggunaan antikoagulan teratogenik (yaitu, warfarin) sebelum hamil untuk
menghindari paparan berbahaya. Wanita yang memerlukan antikoagulan
harus mengganti terapi antikoagulannya
dengan heparin sebelum konsepsi.
Manajemen Antiepilepsi Mengganti obat ke regimen yang paling
tidak teratogenik / jika mungkin hentikan obat sebelum kehamilan
Manajemen penggunaan Accutane Mencegah kehamilan bagi wanita
yang menggunakan isotretinoin (Accutane) atau berhenti menggunakan
isotretinoin sebelum konsepsi, menghilangkan paparan
berbahaya.
Konseling berhenti merokok Melengkapi berhenti merokok sebelum
asuhan kehamilan dapat mencegah terkait kelahiran prematur merokok-,
berat badan lahir rendah, atau hasil perinatal yang
merugikan lainnya.

Menghilangkan penggunaan alkohol Mengontrol alkohol pesta minuman


keras dan / atau sering minum sebelum kehamilan mencegah sindrom
alkohol janin dan cacat
lahir yang berhubungan dengan alkohol lainnya.
Kontrol Obesitas Mencapai berat badan yang sehat sebelum kehamilan
mengurangi risiko cacat tabung saraf, kelahiran prematur, diabetes, operasi
caesar, dan hipertensi dan penyakit tromboemboli yang berhubungan dengan
obesitas.

JURNAL PRAKONSEPSI
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 8 No 1 – April 2021 ISSN 2302-836X
(print), ISSN 2621-461X (online)
Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan
Eka Vicky Yulivantina1 , Mufdlilah2 , Herlin Fitriana Kurniawati3 1
Program Studi Kebidanan, Program Sarjana Stikes Guna Bangsa,
Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan
secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama masa
reproduksinya. Skrining prakonsepsi berguna untuk mengurangi resiko dan
mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat.
Tujuan: Untuk mengeksplorasi pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon
pengantin perempuan. Metode: Penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Hasil dan Pembahasan: Pelaksanaan skrining prakonsepsi
pada calon pengantin perempuan terdiri dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium wajib dan rekomendasi,
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, suplementasi gizi, konsultasi
kesehatan dan pelayanan psikologi. Kesimpulan: Pelaksanaan skrining
prakonsepsi sudah mengacu pada standar minimal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan di
Puskesmas Tegalrejo dilaksanakan secara terpadu. Adapun poli yang terlibat
dalam pelaksanaan skrining prakonsepsi adalah poli Kesehatan Ibu dan
Anak, laboratorium, poli gizi, poli umum dan poli psikolog. Hal ini didukung
dengan hasil wawancara sebagai berikut: “Jadi kalau caten itu kan daftarnya
nanti ke KIA, nah ini kan terpadu melibatkan beberapa poli mbak. Setelah
dari KIA kan dirujuk ke lab. Nah dari hasil lab tersebutlah nanti terus ke gizi.
Karena kalau hasil lab yang Hb dan PP test belum keluar, maka kami belum
bisa memberikan konseling. Begitu juga poli psikolog. Karena kan percuma,
ya nanti kalau hasilnya baik, kalau hasilnya jelek ? nah nanti bahan yang
diberikan untuk konsultasi kan kurang tepat kalau hasil lab belum keluar”
(UG 1) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada calon pengantin
perempuan di Puskesmas Tegalrejo terdiri dari penimbangan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan lingkar lengan atas. Hal ini
diperjelas dengan bukti wawancara sebagai berikut : “Yang pertama daftar,
terus dapat status, dibawa ke KIA, di KIA di ukur fisiknya seperti timbang
berat badan dan ukur lila, vital sign, kemudian dapat surat pengantar ke
laboratorium...” (UB1) Berdasarkan hasil wawancara di atas, pemeriksaan
fisik dilaksanakan di poli Kesehatan Ibu dan Anak, petugas pelaksana di poli
Kesehatan Ibu dan Anak adalah bidan. Calon pengantin setelah mendaftar
akan diarahkan ke poli Kesehatan Ibu dan Anak, di poli Kesehatan Ibu dan
Anak calon pengantin perempuan akan di anamnesa untuk di gali informasi
mengenai hari pertama haid terakhir, rencana menikah dan keluhan yang
dirasakan. Pada pemeriksaan fisik di lakukan pengukuran berat badan,
pengukuran tekanan darah dan pengukuran lingkar lengan atas.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada calon pengantin
perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan di unit laboratorium. Adapun
pemeriksaan yang wajib dilaksanakan dalam paket layanan terpadu adalah
pemeriksaan kehamilan (urine) dan pemeriksaan kadar hemoglobin dan
pemeriksaan penunjang yang bersifat rekomendasi. Hal ini diperjelas dengan
bukti wawancara sebagai berikut : “...Sama lab, labnya ada Hb, ada test urine
untuk test kehamilan, itu yang wajib. Kalau untuk yang penunjangnya bisa
kita tawarkan untuk gula darah sama kolesterol, nanti untuk persiapan
kehamilannya juga. Catinnya boleh memilih untuk yang penunjang,
misalnya ada riwayat gula darah dalam keluarga maka dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan. Tujuannya seperti itu”(UB2) “Iya ada pemeriksaan
yang bersifat rekomendasi, sebenarnya kan kita skrining penyakit tidak
menular itu kan sejak usia ya 20 ya, sehingga ditawarkan ke caten jadi untuk
skrining kayak kolesterol, gula, terus emm kalau yang untuk penyakit
menularnya terutama untuk yang status HIV nya kayak gitu cuman itu belum
wajib.Hepatitis B ada cuman bagi yang mau sih, belum jadi program
wajib”(UD 1) Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi merupakan bagian
terpenting dalam layanan skrining prakonsepsi pada calon pengantin
perempuan. Imunisasi yang diberikan kepada calon pengantin perempuan
adalah imunisasi Tetanus Toxoid. Bukti imunisasi Tetanus Toxoid harus
diserahkan ke Kantor Urusan Agama sebagai salah satu syarat administrasi
mendaftar pernikahan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara sebagai
berikut : “...Yang mendukung ini dari KUA. Karena ada syarat TT untuk
menikah...”
Suplementasi Gizi Suplementasi gizi pada calon pengantin di puskesmas
Tegalrejo diberikan berdasarkan keadaan calon pengantin perempuan itu
sendiri. Bila calon pengantin perempuan memenuhi syarat untuk hamil dan
tidak menunda kehamilan maka akan diberikan suplementasi asam folat. Hal
ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut : “Oh ya mbak
catinnya juga dapat asam folat mbak, untuk persiapan kehamilannya. Setiap
catin yang memang memenuhi syarat untuk hamil dikasih asam folat. Kalau
yang menunda atau misal belum cukup umur emm ga dikasih ya...” (UB 1)
Hal serupa juga disampaikan oleh calon pengantin yang tidak menunda
kehamilan berikut ini : “...Terus juga yang dikasih obat asam folat itu untuk
persiapan kehamilan....” (UC 8) Konsultasi Kesehatan Konsultasi kesehatan
pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo dilakukan
hampir di setiap poli. Poli Kesehatan Ibu dan Anak, poli gizi, poli umum dan
poli psikologi memberikan konseling berdasarkan hasil laboratorium dan
keluhan dari calon pengantin. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
sebagai berikut : “kemudian konseling juga kalau memang butuh konseling.
Menyesuaikan hasil labnya..” (UD 1) Pelayanan Psikologi Pelayanan
psikologi pada calon pengantin merupakan bagian dari layanan terpadu pada
calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo. Hal ini tercantum dalam standar
operasional prosedur pelayanan calon pengantin No SOP/TR/KIA/04/2016
pada prosedur ke 8 bahwa petugas memberikan rujukan internal kepada
pasien untuk mendapatkan konsultasi ke ruang konsultasi gizi dan konsultasi
psikologi. Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara sebagai berikut :
“...Untuk dikota kan layanan psikolog itu adalah layanan tambahan yang
wajib ya mbak...”(IP 2)
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat.2 Sasaran pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes No.97 Tahun 2014 adalah
remaja, calon pengantin dan pasangan usia subur. Berdasarkan hasil
pengkajian di Puskesmas Tegalrejo, pelayanan skrining prakonsepsi di
Puskesmas Tegalrejo terutama di tekankan kepada calon pengantin untuk
mempersiapkan kesehatan calon pengantin secara fisik dan mental dalam
menghadapi kehamilan sebagai upaya menyiapkan ibu hamil sehat,
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa fungsi dari skrining prakonsepsi
adalah untuk mengetahui status kesehatan fisik dan emosional ibu dan
pasangan sehingga dapat menjadi dasar dalam pemberian intervensi untuk
menyiapkan kehamilan yang optimal. Mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat merasakan manfaat skrining prakonsepsi,
baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya
maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan
kehamilan. Pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo,
kegiatan pemeriksaan fisik pada calon pengantin sudah sesuai dengan
Permenkes No.97 Tahun 2014 bahwa pemeriksaan fisik yang dimaksudkan
dalam pelayanan masa sebelum hamil paling sedikit meliputi pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan status gizi harus
dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah kurang energi kronis dan
pemeriksaan status anemia. Pemeriksaan fisik pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo meliputi pemeriksaan tandatanda vital, penimbangan
berat badan dan pengukuran lingkar lengan atas untuk mengetahui status gizi
calon pegantin. Pemeriksaan berat badan dan pengukuran
status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan status gizi
mempengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa prakonsepi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa berat badan ibu
hamil sebelum hamil adalah faktor signifikan yang berkontribusi terhadap
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Perempuan yang underweight
pada periode prakonsepsi berkontribusi 32% lebih tinggi terhadap risiko
kelahiran prematur 32%, perempuan dengan obesitas beresiko dua kali lipat
mengalami preeklampsia dan diabetes gestasional. Perempuan dengan
obesitas dan obesitas lebih dari dua kali lipat risiko preeklamsia. Status gizi
pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo diperiksa agar dapat dilakukan
rencana tindak lanjut asuhan pada calon pengantin yang memiliki masalah
gizi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Prendergast dan Humphrey
(2014) bahwa status gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah
kehamilan mempengaruhi pertumbuhan awal anak dan perkembangannya
sejak dalam kandungan. Kehamilan dengan kekurangan energi kronis
menyebabkan kejadian stunting pada anakanak sebesar 20%. Penyebab lain
dari sisi ibu antara lain ibu yang memiliki perawakan pendek, jarak kelahiran
yang terlalu dekat dan kehamilan remaja. Pemeriksaan penunjang wajib yang
dilaksanakan di Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan urine dan
pemeriksaan kadar hemoglobin. Pemeriksaan lain yang direkomendasikan
oleh puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan kadar gula
darah, kolesterol, asam urat serta pemeriksaan penyakit menular seperti
hepatitis B dan infeksi menular seksual. Pengukuran kadar hemoglobin
sebagai pemeriksaan penunjang wajib di Puskesmas Tegalrejo sangat
penting untuk dilakukan karena kebanyakan perempuan tidak merencanakan
kehamilan dengan baik sehingga bila dari masa prakonsepsi ibu sudah
mengalami sub optimal nutrisi maka mereka risiko lebih tinggi untuk
mengalami anemia defisiensi besi pada kehamilan. Hal ini sejalan dngan
penelitian dari Dainty, et al (2014) bahwa pentingnya skrining status anemia
pada masa prakonsepsi adalah agar dapat diketahui kadar hemoglobin pada
calon pengantin sehingga bila terjadi anemia defisiensi besi dapat dilakukan
upaya pengobatan sebelum terjadi kehamilan.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan di puskesmas Tegalrejo diantaranya
adalah pemeriksaan kadar gula darah. Hal yang mendasari dianjurkannya
pemeriksaan kadar gula darah pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo
adalah banyak ditemukannya pasangan usia subur terutama perempuan yang
menderita diabetes mellitus. Pemeriksaan ini penting dilakukan bagi calon
pengantin perempuan beresiko untuk mengetahui kadar gula darah pada
calon pengantin sehingga bisa meminimalisir resiko komplikasi pada
kehamilan. hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wahabi, et al (2010)
bahwa skrining diabetes mellitus pada masa prakonsepsi bermanfaat
terhadap pengelolaan gula darah yang lebih baik sebelum terjadi kehamilan,
pemberian suplementasi asam folat tiga bulan sebelum konsepsi, kondisi
metabolik yang lebih baik selama kehamilan, menurunnya risiko aborsi dan
menurunnya angka kematian bayi sehingga secara tidak langsung
mengurangi komplikasi pada kehamilan.6 Selain pemeriksaan kadar gula
darah, pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan kepada calon
pengantin di Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan HIV/AIDS.
Pemeriksaan status HIV pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo
bertujuan untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS kepada pasangan
maupun kepada janin yang dikandung oleh ibunya kelak. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Manakan dan Sutan (2017) bahwa skrining HIV
pada pasangan sebelum menikah terbukti mengurangi penularan
HIV/AIDS.7 Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada calon pengantin
perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid
dilakukan untuk mencapai status imunisasi tetanus toxoid ke 5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status imunisasi tetanus toxoid ke 5
(lengkap) ditujukan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh
terhadap infeksi tetanus toxoid. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Lassi, et al (2014) bahwa imunisasi selama periode prakonsepsi dapat
mencegah banyak penyakit yang mungkin memiliki konsekuensi serius atau
bahkan terbukti fatal bagi ibu atau bayi yang baru lahir.
Standar nasional pelayanan skrining prakonsepsi lainnya adalah
suplementasi gizi pada calon pengantin. Pemberian suplementasi gizi di
Puskesmas Tegalrejo berupa asam folat bagi calon pengantin yang tidak
menunda kehamilan dan calon pengantin yang mengalami anemia. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu hamil
biasanya tidak menyadari bahwa dirinya hamil pada awal kehamilan.
sehingga suplementasi asam folat lebih baik diberikan dari sebelum hamil.
Suplai asam folat yang tepat dari masa prakonsepsi, kehamilan dan laktasi
sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan janin yang tepat. Asam
folat adalah zat yang paling penting dalam unsur-unsur sel-sel pembagi
karena memainkan peran penting dalam sintesis deoxyribonucleic acid
(DNA). Pada awal kehamilan, permintaan asam folat yang tidak disintesis
dalam tubuh manusia meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi melalu
pasokan makanan yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg.9 Hal ini
sejalan pula dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa kekurangan
asam folat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung (neuro
tube defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme
folat dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih
sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan
janin terhambat dan pre eklampsia.10 Pemeriksaan lain yang wajib diakses
oleh calon pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan
psikologi. Pemeriksaan psikologi memiliki peran penting dalam
mempersiapkan mental calon pengantin menghadapi pernikahan, kehamilan,
persalinan, nifas dan keluarga berencana. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa masalah kesehatan mental ibu
sering tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan perawatan kesehatan. hasil
penelitian menunjukkan keterkaitan antara kesehatan mental remaja yang
buruk dan kehamilan yang buruk terhadap kesehatan janin. Perawatan
prakonsepsi untuk kondisi kejiwaan seharusnya selalu dilakukan pada wanita
usia subur. Untuk mengidentifikasi adanya gangguan jiwa. Sehingga dapat
diberikan penanganan lebih lanjut sebelum terjadi kehamilan. misalnya
konseling pada perempuan dengan gangguan depresi dan kecemasan dan
pendampingan agar depresi dan kecemasan tidak berlanjut hingga pada
kehamilan dan berdampak pada ibu dan janin seperti ingin mengakhiri
kehamilan, bunuh diri dan lain-lain (Lassi, et al 2014).

2.4 Siklus Menstruasi

1. Pengertian
Siklus menstrusasi adalah proses perubahan hormone yang terus menerus
dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi srta peluruhan
dinding jika kehamilan tidak terjadi. Pendarahan menstruasi dimulai
menjelang akhir pubertas, saat masa itu anak gadis mulai melepaskan sel
telur sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan sklus
reproduksi wanita atau siklus menstruasi. (Verawaty dan Rahayu,2011.
2. Proses Menstruasi
Siklus menstruasi diregulasi oleh hormone luteinizing hormone (LH) dan
follicle stimulating hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelemjar hipofisis
mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi
esterogen dan progesterone. Esterogen dan progesterone akan menstimulus
uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan
terjadianya pembuahan. (Sinaga, 2017).

3. Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur
dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur
dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka siklus
menstruasi akan
teratur.

• Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:


a. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi.
Berikut ini hal-hal yang terjadi selama fase folikuler:
1) Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan
luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju
ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di
dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing
yang disebut folikel.
2) Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
3) Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan
hormon ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.
4) Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah
satu ovarim menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini
menekan seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti
tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen.
b. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler.
Fase ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode
menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian.
Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi:
1) Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah
LH yang
diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan
melepaskan sel telur dari dalam ovarium.
2) Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan
ditangkap oleh ujung-ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria).
Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan
melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.
3) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir
serviks. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini,
lendir yang kental akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan
membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.
c. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-
proses di bawah ini:
1) Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi
struktur
baru yang disebut dengan corpus luteum.
2) Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang
mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
3) Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang
telah dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke
uterus untuk melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah
dianggap hamil. Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati
uterus, mengering, dan meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian
melalui vagina. Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan untuk
menopang kehamilan, maka lapisannya rusak dan luruh. Darah dan
jaringan dari dinding uterus pun (endometrium) bergabung untuk
memebentuk aliran menstruasi yang umumnya berlangsung selama 4-7
hari (Sinaga et al., 2017).
Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan
kapilernya melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak,
melepaskan lapisan-lapisan dinding uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak
semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir endometrium dan darah
turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al., 2017).
4. Hormon-hormon yang memengaruhi siklus menstruasi Ada empat
hormon yang menegendalikan siklus menstruasi yakni estrogen,
progesteron, FSH, dan SH. Berikut adalah penjelasan masing-masing
hormon tersebut:
a. Estrogen adalah hormon yang secara terus menerus meningkat
sepanjang dua
minggu pertama siklus menstruasi. Estrogen mendorong penebalan
dinding
rahim atau endometrium. Estrogen juga menyebabkan perubahan sifat
dan jumlah lendir serviks.
b. Progensteron adalah hormon yang diproduksi selama pertengahan
akhir siklus menstruasi. Progesteron menyiapkan uterus sehingga
memungkinkan telur yang telah dibuahi untuk melekat dan berkembang.
Jika kehamilan tidak terjadi, level progesteron akan turun dan uterus
akan meluruhkan dindingnya, menyebabkan terjadinya pendarahan
menstruasi. Follicle stimulating hormone (FSH) terutama berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan folikel ovarium, sebuah kista kecil di dalam
ovarium yang mencengkram sel telur.
d. Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dilepaskan oleh otak
dan bertanggung jawab atas pelepasan sel telur dari ovarium, atau ovulasi.
Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah peningkatan LH. Alat
prediksi-ovulasi mengetes peningkatan level LH (Sinaga et al., 2017).
5. Faktor-faktor penyebab gangguan siklus menstruasi Adapun beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan siklus menstruasi yakni :
a. Status gizi
b. Aktivitas fisik
c. Tingkat konsumsi
d. Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik di dalam tubuh, khususnya
sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin yang dapat
memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan luteinizing
hormone (LH) yang menyebabkan amenorrhea.
e. Konsumsi obat hormonal
Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang
dapat meningkatkan hormon prolaktin sehingga menyebabkan perubahan
siklus menstruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus menstruasi
karena hormon-hormon yang dioroduksi memaksa tubuh untuk membentuk
siklus buatan.
f. Gangguan endokrin
Penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta hipertiroid
yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi amenorrhea dan
oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Hipertiroid berhubungan
dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid
berhubungan dengan polymenorrhea (Kusmira & Eny, 2011).
6. Cara menghitung siklus menstruasi
Menstruasi yang normal berlangsung kurang lebih 4-7 hari. Jumlah
darah yang dikeluarkan sekitar 2-8 sendok makan. Sementara satu
siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari, tetapi panjang siklus 24-35
hari masih dikategorikan normal. Sistem kerja tubuh wanita berubah-
ubah dari bulan ke bulan tapi ada beberapa wanita yang memiliki jumlah
hari yang sama persis setiap siklus menstruasinya (Verawaty & Rahayu,
2011). Cara menghitung siklus menstruasi yaitu dengan menandai hari
pertama keluarnya darah menstruasi sebagai “siklus hari ke-1”. Panjang
siklus rata-rata wanita adalah 28 hari. Namun rata-rata panjang siklus
menstruasi berubah sepanjang hidup dan jumlahnya mendekati 30 hari saat
seorang wanita mencapai usia 20 tahun, dan rata-rata 26 hari saat seorang
wanita mendekati masa menopause, yaitu di sekitar usia 50 tahun.
Hanya sejumlah kecil wanita yang benar-benar mengalami siklus 28 hari
(Verawaty & Rahayu, 2011).
7. Siklus menstruasi
a. Eumenorrhea (Normal)
Eumenorrhea yaitu siklus menstruasi yang teratur dengan interval
perdarahan yang terjadi antara 21-35 hari.
b. Polimenorrhea
Polimenorrhea merupakan siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya
(<21 hari) dan perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari
normal.
c. Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah menstruasi jarang (atau sangat sedikit), atau
lebih
tepatnya, periode menstruasi terjadi dengan interval yang lebih lama
dari 35 hari dengan jumlah menstruasi 4-9 kali saja dalam setahun.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, seperti perubahan hormon di masa
perimenopause, Prader- Will Syndrome, PCOS, gangguan makan seperti
anorexia nervosa dan bulimia nervosa, dan lain-lain.
d. Amenorrhea
Amenorrhea adalah absenya periode menstruasi selama 3 bulan di usia
reproduksi, yaitu absenya menstruasi selama 3 bulan pada wanita yang
memiliki siklus menstruasi normal sebelumnya (Yani, 2016).

2.5 DISMENOREA
Pengertian
Dismenorea adalah nyeri panggul kronik yang terjadi sebelum dan
sesudah menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus. Pada saat
menstruasi terjadi pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah ke uterus.
Produksi prostaglandin yang berlebihan mengakibatkan kontraksi uterus
yang terlalu kuat sehingga menimbulkan rasa sakit atau dismenorea.
Dismenorea merupakan suatu permasalahan yang biasa dialami oleh wanita
muda.
Dismenorea memiliki dampak negatif pada kualitas hidup, status mental dan
peran sosial. Seseorang yang sedang mengalami dismenorea menjadi tertekan dan
murung sehingga dapat mengganggu interaksi sosial. Beberapa remaja dan wanita
dengan dismenorea mengalami kehilangan nafsu makan dan meliburkan diri dari
sekolah atau pekerjaan.
Faktor Risiko
a. Usia kurang dari 30 tahun.
b. Indeks massa tubuh (IMT) yang berlebih akan menyebabkan peningkatan biosintesis
prostaglandin dan IMT yang rendah berhubugan dengan asupan nutrisi yang
berspekulasi mengganggu sekresi gonadotropin hipofisis sehingga menyebabkan
peningkatan dismenorea.
c. Menarche sebelum usia 12 tahun akan mengalami paparan prostaglandin uterus lebih
lama.
d. Aliran menstruasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan konsentrasi
prostaglandin yang beredar dalam darah menstruasi.
e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan luteinizing
hormone sehingga menganggu sekresi hormon progesteron yang menyebabkan
peningkatan prostaglandin.
f. Sindrom pramenstruasi (PMS).
g. Riwayat penyakit radang panggul.
Faktor Penyebab
Dismenorea primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin
dalam jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat,
mencapai tingkat maksimum pada awal menstruasi di bawah pengaruh progresteron
selama fase luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium
yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia,
disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri mungkin mendahului sampai 24
jam sebelum pengeluaran darah menstruasi, tetapi biasanya muncul bersamaan dengan
pengeluaran darah menstruasi.
Dismenorea sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang
menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenorea adalah
endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis, stenosis
serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar serviks, penyakit
radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk kontrasepsi yang tertinggal
setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau melahirkan, kanker ovarium atau uterus.
Patofisiologi
Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai tingkat
maksimum pada awitan menstruasi di bawah pengaruh progresteron selama fase luteal
siklus menstruasi.Pada saat menstruasi terjadi pembebasan prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium sehingga menghambat
aliran darah ke endometrium. Penurunan penyaluran oksigen (O2) yang terjadi
kemudian menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya.
Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan pembuluh darah ini membilas jaringan
endometrium yang mati ke dalam lumen uterus. Prostaglandin uterus juga merangsang
kontraksi ritmik ringan miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan
darah dan sisa endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah
haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat menyebabkan kram haid atau dismenorea.
Dismenorea dapat terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu
yaitu prostaglandin F2α (PGF2α) dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin F2α
adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan menyebabkan
konstriksi pembuluh darah uterus.Pasien dengan dismenorea berat tampaknya
mengalami pembentukan berlebihan PGF2α yang menyebabkan kontraksi miometrium
yang berlebihan. Kontraksi berlebihan miometrium menyebabkan iskemia otot uterus,
merangsang serabut-serabut nyeri sistem saraf otonom uterus. Ketika terjadi rangsangan
yang mengganggu nosiseptor, sebagian jalur nyeri aferen mengeluarkan substansi P,
kemudian disalurkan ke medula spinalis. Maka terjadi transmisi impuls nyeri ke otak
melalui jalur nyeri asendens sehingga terjadilah persepsi nyeri.Rasa cemas, ketakutan
dan stres mungkin menurunkan ambang nyeri sehingga memperberat gejala-gejala dan
menyebabkan perbedaan gejala dari satu pasien ke pasien lain.
Klasifikasi
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat
menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain.Nyeri tersebut
terjadi akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah
menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus.
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat adanya gangguan
fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di kalangan wanita
berusia 40 tahun sampai 50 tahun.Gangguan fisik yang terjadi seperti
endometriosis, polip uteri, mioma, stenosis serviks, atau penyakit radang
panggul. Dismenorea dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia
yang meningkat.
Manifestasi Klinis
Gejala utama:
1.Nyeri atau kram diperut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung
bawah dan paha bagian dalam.
2.Nyeri haid muncul 1-2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi.
Dismenorea mungkin disertai oleh berbagai gejala sistemik berupa mual, muntah,
diare, kelelahan, perubahan emosional, nyeri punggung, sakit kepala, bahkan
pingsan.
Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi juga dapat dilakukan yaitu salah satunya dengan
cara melakukan olahraga. Olahraga dapat menyebabkan pelepasan hormon
endorfin yang berfungsi sebagai sistem analgesik inheren atau penghilang rasa
sakit alami di dalam tubuh. Olahraga dapat membantu mengurangi dismenorea.
Terjadinya peningkatan dismenorea sejalan dengan penurunan kebiasaan
olahraga. Banyak wanita yang tidak aktif dalam bergerak atau berolahraga
mengalami dismenorea yang semakin meningkat. Hal tersebut terbukti dari
penelitian yang dilakukan oleh Sara Azima dkk pada tahun 2013 menyatakan
terjadi penurunan nilai rata-rata intensitas dismenorea setelah melakukan latihan
fisik seperti:
1. Latihan
Latihan seperti berjalan, latihan menggoyangkan panggul, latihan dengan
memposisikan lutut ditekukkan ke dada kemudian berbaring telentang atau
miring.
2. Panas
Buli-buli panas atau botol berisi air panas, letakkan pada punggung atau
abdomen bawah, mandi air hangat atau sauna.
3. Orgasme
Orgasme dapat meredakan kongesti panggul. Hubungan seksual tanpa
osgasme dapat meningkatkan kongesti panggul.
4. Hindari kafein
Hindari kafein karena dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin.
5. Istirahat.

b. Terapi Farmakologi
Sebagian besar perempuan yang menderita nyeri menstruasi fisiologik
dapat diobati dengan terapi farmakologi yang dapat digunakan dengan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) dan analgesik yang dapat mengurangi nyeri haid
dengan mempengaruhi tingkat prostaglandin, seperti aspirin, ibuprofen,
indometasin, atau naproksen untuk meredakan kram dan gejala lain yang
disebabkan oleh dismenorea primer atau akibat pemasangan alat intrauterus.
Obat-obatan nonsteroid anti inflamasi ini menghambat sintesis prostaglandin
pada awal reaksi keradangan, sehingga akan menghambat kerja prostaglandin
pada siklus reseptor.

Pengaruh Kebiasaan Olahraga terhadap Dismenorea

Ketika menstruasi terjadi pembebasan prostaglandin uterus yang


menyebabkan vasokonstriksi pembuluh endometrium sehingga menghambat
aliran darah dan O2 ke endometrium.Penurunan dismenorea terjadi pada wanita
yang terbiasa olahraga. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan olahraga
menyebabkan peningkatan ambilan O2 ke seluruh tubuh, vasodilatasi pembuluh
darah dan pengeluaran hormon endorfin.
Latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan memperkuat fungsi-
fungsi sistem organ diantaranya sistem jantung sebagai pusat pompa darah,
sistem pernafasan agar tercapai fungsi pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang optimal, sistem kerja tulang dan otot, sistem saraf yang berperan selain
mengatur kerja semua sistem organ juga membantu memobilisasi stres dengan
diaturnya pengeluaran hormon- hormon seperti endorfin, adrenalin dan
serotonin.Endorfin penting dalam sistem analgesik alami tubuh, ini berfungsi
sebagai neurotransmiter analgesik. Endorfin dibebaskan dan berikatan dengan
reseptor opiat di ujung serat nyeri aferen. Pengikatan ini menekan pelepasan
substansi P sehingga transmisi nyeri dihambat. Para peneliti percaya bahwa
endorfin dibebaskan selama olahraga berkepanjangan.
Dilatasi pembuluh darah akan membantu mengurangi terjadinya
vasokonstriksi pembuluh darah pada saat menstruasi sehingga suplai O2 ke
endometrium tidak terhambat dan terjadi pengeluaran hormon endorfin. Hal
tersebut akan membantu mengurangi rasa nyeri yang terjadi pada saat
menstruasi.
Suatu penelitian menyatakan latihan aerobik delapan minggu dapat
meningkatkan aliran darah ke rahim dan meningkatkan sekresi endorfin
sehingga mengurangi gejala dismenorea primer.Beberapa penelitian menyatakan
terdapat hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenorea. Prevalensi
dismenorea lebih tinggi pada wanita yang tidak terbiasa berolahraga dibanding
wanita yang terbiasa berolahraga.
Jenis-Jenis Olahraga
a. Olahraga Aerobik
Olahraga aerobik adalah suatu aktivitas fisik yang dirancang untuk
meningkatkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan meningkatkan
fungsi sistem respirasi.

b. Olahraga Anaerobik
Olahraga anaerobik adalah suatu aktivitas fisik yang tidak
memerlukan oksigen dalam pelaksanaannya.

2.6 Pelayanan Kesehatan Pranikah


Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes
RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan
sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur
(PMK No. 97 tahun 2014).

Menurut Kemkes (2015) dan PMK No. 96 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi :

a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks
Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang, sebagai berikut:
BB (kg )
IMT =
[TB (m )]2

Keterangan : BB = Berat Badan (kg)


TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai


berikut:

Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.

Jika seseorang termasuk kategori :


1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan hasil


bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang menyebabkan
terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan status gizi. Hal
ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok subjek yang tidak
puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek
yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki
status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata
asupan makannya malah cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra
tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu
dalam 1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan
makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan
pentingnya status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang akan
datang.

b. Pemeriksaan Penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan
sebagai berikut (Kemenkes, 2015) :
1. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO
yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian,
2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu
masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Fatimah, 2011).

2. Pemeriksaan darah yang dianjurkan


Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
a. Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes
tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian
syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine,
neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang
berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit
terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan
dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan
komplikasi selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan
seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal
(makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum)
(Kurniawan, 2016).
b. Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh
virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau
menahin yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis
(pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah
terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan
demam. Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya abortus, premature, dan IUFD. Dapat dicegah dengan
melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan
hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B melalui
darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan
penderita hepatitis B, penggunaan jarum suntik bersama, dan
proses penularan yang dapat ditularkan dari ibu hamil penderita
hepatitis B ke janinnya.
c. Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma
gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus
II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
1. Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan
tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
2. Penularan dari ibu ke janin
3. Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan
sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran,
kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak,
paru, telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
d. Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,
gonorea, klamidia, kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV,
dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum infeksi menular
seksual (IMS) pada perempuan:
1. Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna,
dan gatal.
2. Gatal disekitar vagina dan anus
3. Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat disekitar vagina
atau anus.
4. Nyeri dibagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
5. Keluar darah setelah berhubungan seksual
6. Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki :
1. Kencing bernanah, sakit, perih atau panas pada saat
kencing
2. Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis
dan selangkangan paha
3. Pembengkakan dan sakit di buah zakar
4. Gatal di sekitar alat kelamin
5. Demam
e. Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit.
AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak
langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun.
Penularan HIV di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh
lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara
penularan HIV melalui:
1. Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV
2. Penggunaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yan
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato)
3. Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungannya.
Penularan dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan,
dan saat menyusui.
4. Transfusi darah atau produk darah lainnya yang
terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa beresiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi
terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual
(sesame jenis kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara
pencegahan penularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan
ABCDE yaitu:
1. Abstinence (tidak berhubungan seksual)
2. Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
3. Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)
4. No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik,
tato) dengan siapapun.
5. Education (membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)
f. Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui
fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau
saluran kemih.

3. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 1.2 Perlindungan Status Imunisasi TT

Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan


TT I Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun
(apabila telah mendapatkan imunisasi
TT lengkap dari TT I-V)
Sumber : Kemenkes, 2017

4. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi,
serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi
gizi seimbang dan tablet tambah darah.

5. Konseling/konsultasi kesehatan pranikah


Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan
menerima agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan
untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010). Konseling
pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya
membantu pasangan calon pengantin. Konseling pernikahan ini dilakukan
oleh konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang
dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara saling
menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarganya (Willis, 2009).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang
akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan agar
saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat,
saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang
baik (Kertamuda, 2009).Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek
yaitu calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri.
Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan
yang dalam perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah
siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-individu
yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun
istri (Zulaekha, 2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan
sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Catin perlu mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan
aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus
mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat
dan berkualitas. Catin laki- laki akan menjadi calon ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan
keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan
mempunyai masalah reproduksi terhadap penularan peyakit.
Perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang
terjadi pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat
reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap
penularan infeksi menular seksual. Laki-laki dan perempuan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan
reproduksi.
b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii
menjamin setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara
bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu
memiliki anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan
reproduksi. Informasi yang perlu diketahui natra lain:
1. Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
2. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan
infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahamicara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
4. Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihimdari dalam aktivitas seksual antara lain :
1. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2. Melakukan hubungan seksual melalui dubur dn mulut karena
beresiko dalam penularan penyakit dan kmerusak organ
reproduksi
c. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara
laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan
sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat
istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender
adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan bebas mengembangkan kemampuan personil mereka dan
membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender
yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
1. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-
laki dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain,
misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
a. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan
rumah tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak.
b. Kehamilan merupakan tanggung jawab
bersama laki-laki dan perempuan.
c. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
2. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
a. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak
rambut, menyundut dengan rokok, melukai, dl)
b. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan
lain-lain)
c. Kekerasan seksual
d. Penelantaran rumah tangga.
3. Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu
dilakukan perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara
lain:
a. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan
cairan.
c. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
d. Menggunakan celana yang tidak ketat
e. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
a. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan.
b. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena
dapat membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu
tumbuhnya jamur.
c. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai
daya serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu
lama. Saat menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin.
d. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal,
serta keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan
diri ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
a. Menjaga kebersihan organ kelamin
b. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar
yang menutup penis.
c. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar
kelamin segela memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

2.7 Infertilitasi Pada Wanita


1. Pengertian
Infertilitas (ketidaksuburan) merupakan suatu kondisi dimana pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu satu tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun. Atau infertilitas merupakan
ketidakmampuan untuk menghasilkan keturunan.
2. Jenis-jenis infertilitas
Munurut Djuwantono (2008) Secara medis infertil terbagi menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Infertil Primer Yaitu pasangan suami istri yang belum mampu dan belum
pernah memliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3
kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertil sekunder Yaitu pasangan suami istri yang telah memiliki anak
sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi. Sebanyak 60% - 70% pasangan yang telah
menikah akan memiliki anak pada satu tahun usia pernikahan mereka.
Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 pernikahan mereka.
Sebanyak 10% - 20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih
atau tidak akan memiliki anak, Djuwantono (2008).
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita
Faktor yang menyebabkan infertilitas pada wanita adalah karena terjadinya
beberapa gangguan, yaitu :
a. Gangguan Organ Reproduksi
a) Terjadinya infeksi pada vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina
yang akan membunuh sperma, serta pengkerutan vagina yang akan
menyebabkan terhambatnya transportasi sperma ke vagina.
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mucus yang berada di
serviks sedikit, maka perjalanan sperma ke dalam rahim akan terganggu.
Selain itu bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut
juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak bias masuk ke dalam
rahim.
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat
infeksi yang menyebabkan adhesi tuba falopii dan terjadi abstruksi
sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b. Gangguan Ovulasi Gangguan ovulasi dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi
hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi.Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan
pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus
dan hipofise.Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folikel
mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan Implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak berkembang dengan baik dan
terjadilah abortus.
4. Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.Reaksi
ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
5. Faktor lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anastesi,
zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
CONCEPT MAP

Siklus menstrusasi adalah proses


perubahan hormone yang terus
menerus dan mengarah pada
pembentukan endometrium, ovulasi
srta peluruhan dinding jika kehamilan

Proses Menstruasi

Siklus menstruasi diregulasi oleh hormone


luteinizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH), yang diproduksi
oleh kelemjar hipofisis mencetuskan ovulasi
dan menstimulasi ovarium untuk
memproduksi esterogen dan progesterone
Siklus Menstruas

- Eumenorhea (Normal)
- Polimenorhea
- Oligomenorhea
- Amenorhea
Siklus Menstruasi

Fase- Fase siklus Menstruasi

- Fase Folikuler
- Fase Ovulasi
- Fase Luteal
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier suneta (2011) prinsip dasar ilmu gizi, gramedia pustaka utama,jakarta
Soekanto, dr soerjono (2011) sosiologi suatu pengantar, rajawali pers, jakarta
Ani, dr luh seri (2016) anemia defisiensi besi, EGC, jakarta
Prawirohardjo, sarwono (2018) ilmu kebidanan, bina pustaka, jakarta
Arisman, (2014) gizi dalam daur kehidupan,EGC, jakarta
Nurhayati yati, dartiwen (2013) asuhan kebidanan dalam kehamilan, Andi
offset,yogyakarta
Fatkhiyah, natiqotul (2018) ilmu kebidanan dasar, deepublish, jakarta
Proverawati, Atikah (2011) anemia dan anemia kehamilan, nuha medika, yogyakarta
Merryana, bambang (2013) peranan gizi dalam siklus kehidupan, pranemedia
group,jakarta Depkes RI,2009
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat).Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian
Agama.

Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia. Jakarta:


Salemba Humanika.

https://pdfcoffee.com/lk-pranikah-amp-prakonsepsi-gustidocx-pdf-free.html

dr. sony seputra M.ked,Klin, SPB, Finacs (dr.spesialis bedah) tanggala 29.01.2020

Notoatmojo, S (2012), Metodologi penelitian kesehatan, rineka Jakarta.

Guyton A.C and J.E Hail., buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 9, Jakarta EGC,2007.

Prrawihardjo S. Kehamilan ektopik dalam ilmu kebidanan Jakarta : yayasan bina pustaka,
2011

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1840/5/128600215_file5.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/181811-ID-faktor-faktor-yang-memengaruhi-
infertili.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1388/3/BAB%20II.pdf

https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/2722

http://digilib.yarsi.ac.id/8939/4/4.%20BAB%20II.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/235324-analysis-of-factors-influencing-female-i-
5b07ddfd.pdf

Verawaty, S.N & Rahayu. 2011. Merawat dan menjaga kesehatan seksual wanita,
Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.

Sinaga, E 2017, Manajemen Kesehatan Menstruasi, Iwwash, Jakarta.

Ambarwati,F.R.(2012).Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakaeta:Cakrawala

Hidayah,Nurul.2007.identifikasi dan pengelolaan infertelitas. Jurnal psikologi


indonesia humanitis vol. 1no. 1

Susilawati dan Kuspriyanto, (2016). Gizi dalam Daur kehidupan. Bandung PT


Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai