DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
Hj Henny Rochaemi 314221143
Estynar R.S 314221054
Waryati 314221096
Riyan Desy Setiani 314221114
Eet Eryanti 314221112
Eka Noviyanti Hadi A 3142214032
Sulika 3142214031
Entin Supartini 314221097
Susi Hermawati 314221067
Ade Solihah 314221154
Hj. Yayat 314221037
Yosephin Taty Wahyudari 314221060
Wiwin Sunaryati 314221076
Dewi Widaningsih 314221089
Pebriliana 314221120
Sri Sutari 314221102
Yeti Heryani 314221133
DOSEN TUTOR:
Tri Setiowati., SST., M.Kes
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB 1............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
Sinposis Kasus..........................................................................................................................4
Resume Hasil Brainstorming....................................................................................................4
LO (Learning Objective)............................................................................................................7
BAB II............................................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................8
2.1 HUBUNGAN ANEMIA DENGAN INFERTELITAS....................................................................8
2.2 ASUHAN PRA KONSEPSI....................................................................................................13
2.3 ASUHAN PRA KONSEPSI....................................................................................................31
2.4 Siklus Menstruasi..............................................................................................................48
2.5 DISMENOREA.......................................................................................................................53
2.6 Pelayanan Kesehatan Pranikah............................................................................................57
2.7 Infertilitasi Pada Wanita.......................................................................................................66
CONCEPT MAP...........................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................69
BAB 1
PENDAHULUAN
Sinposis Kasus
Skenario 1
Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke poliklinik kandungan bermaksud
melaksanakan imunisasi TT catin, keluhan yang dirasakan pusing. Anamnesa awal
ini merupakan pernikahan kedua, belum pernah hamil dan melahirkan. Pernah
imunisasi TT sekali pada tahun 2017. Rencana menikah tanggal 11 januari 2022.
Hasil anamnesa lanjutan riwayat menstruasi siklus 40 hari, hari ke 1 dan 2
mengalami dysmenorhoe, haid tidak teratur, memiliki riwyat alergi debu dan udara
dingin, pernah didiagnosa infertilitas primer, riwayat penyakit keluarga memilki
Diabetes mellitus.
Skenario 2
Hasil pemeriksaan fisik TD : 130\90 mmHg, Nadi: 20x\menit, R:14x\mnt,
S:37,4C IMT tergolong obesitas. Mata : conjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
menggunakan kacamta, fungsi penciuman normal, bibir tidak terdapat sianosis, gigi
terdapat caries tidak ada pembesaran kelejar tiroid dan limfe, pemeriksaan dada
normal, pemeriksaan abdomen nyeri tekan (-), px genital normal, pemeriksaan
Bidan memberikan konseling dan mempersiapkan pemeriksaan penunjang terkait
dengan masalah pada perempuan tersebut.
4. Hipotesis
Apakah ada hubungan antara riwayat menstruasi (siklus haid, keluhan haid
dismenorhe) dengan kejadian infertilitas primer?
Apakah ada hubungan antara keluhan pusing dengan kejadian penyakit?
Apakah ada hubungan alergi dengan kejadian infertilitas primer?
Apakah ada hubungan riawayat penyakit keluarga dengan kondisi pra nikah?
Apakah ada hubungan antara psikologis ibu dengan rencana pernikahan?
Bagaimana persiapan ibu dalam proses pra nikah?
Bagaimana proses imunisasi TT dalam proses persiapan pra nikah?
5. Informasi tambahan yang harus diketahui
Anamnesis Lanjutan
Data Subjektif
Nama : Ny. P
Alamat : Parongpong RT 01 RW 05
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Riwayat Menstruasi : Umur pertama menstruasi 13 Tahun, siklus 40
hari tidak teratur, Lama haid 5-6 hari, ada dismenorhe
Riwayat Penyakit : Alergi debu dan udara dingin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Riwayat KB : Tidak pernah ber KB
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Lanjutan Kasus
Literatur
Anemia
Obesitas
Dismenorhe
Infertilitas
Asuhan prakonsepsi
Jurnal2 yang berhubungan dengan infertilitas
4. Asuhan kebidanan yang diberikan :
Asuhan kebidanan pra nikah
Asuhan kebidanan pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada ibu anemia
Asuhan kebidanan pada ibu dengan obesitas
Asuhan kebidanan pada ibu dengan nyeri tekan pada abdomen
Kolaborasi dengan SPOG
LO (Learning Objective).
a. Anemia
b. Dismenorhea
c. Asuhan pra konsepsi
d. Nyeri tekan
e. Infertilitas
f. Siklus Menstruasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Pengertian Dismenore
Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan
kram yang menyakitkan dan umumnya muncul saat sedang haid atau
menstruasi. Dismenore merupakan salah satu masalah terkait haid yang
paling umum dikeluhkan.
b. Gejala Dismenore
Sebenarnya, gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun
secara umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:
• Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke
punggung bawah, dan paha bagian dalam
• Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal
menstruasi
• Rasa sakit terasa intens atau konstan
Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami beberapa gejala lain yang
muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut
gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika menstruasi:
• Perut kembung
• Diare
• Mual dan muntah
• Sakit kepala
• Pusing
• Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
c. Penyebab Dismenore
Terdapat dua jenis dismenore, meliputi :
• Dismenore primer tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi.
Keadaan ini umumnya disebabkan peningkatan dari prostaglandin, yang
diproduksi pada lapisan dari rahim. Peningkatan prostaglandin memicu
kontraksi dari uterus atau rahim. Secara alami, rahim cenderung memiliki
kontraksi lebih kuat semasa haid. Kontraksi rahim ini dapat menimbulkan
keluhan nyeri.
Selain itu, kontraksi rahim yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah
sekitar dan menyebabkan kurangnya aliran darah ke jaringan otot dari rahim.
Jika jaringan otot ini mengalami kekurangan oksigen akibat kekurangan
suplai darah, keluhan nyeri dapat timbul.
• Jenis yang kedua, yaitu dismenore sekunder, disebabkan pada patologi
pada organ reproduksi. Berbagai keadaan yang dapat menimbulkan keluhan
dismenore sekunder, yaitu:
• Endometriosis
• Pelvic Inflammatory Disease (PID)/ penyakit radang panggul
• Kista atau tumor pada ovarium
• Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
• Transverse vaginal septum
• Pelvic congestion syndrome
• Allen-Masters syndrome
• Stenosis atau sumbatan pada serviks
• Adenomiosis
• Fibroid
• Polip rahim
• Perlengketan pada bagian dalam rahim
• Malformasi kongenital (bicornuate uterus, subseptate uterus, dan
sebagainya
d. Faktor Risiko Dismenore
Ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko mengalami nyeri haid. Antara
lain:
• Berusia di bawah 30 tahun
• Belum pernah melahirkan
• Memiliki riwayat nyeri haid dalam keluarga
• Seorang perokok
• Masa puber Anda mulai sejak usia 11 atau ke bawah (pubertas dini)
• Mengalami perdarahan berat atau yang tidak normal selama menstruasi
• Mengalami perdarahan menstruasi yang tidak teratur
e. Diagnosis Dismenore
Untuk menentukan diagnosis dismenore, diperlukan wawancara medis
mendetail. Umumnya, dokter akan menanyakan pertanyaan yang berkaitan
dengan usia haid pertama kali, riwayat haid, keluhan lainnya, riwayat nyeri
haid, faktor pemicu nyeri haid, progresi dari keluhan nyeri haid, riwayat
seksual dan persalinan, efek dari keluhan nyeri haid terhadap kehidupan
sehari-hari, dan lain-lain.
Selain itu, biasanya juga akan dilakukan pemeriksaan fisik terutama
pemeriksaan pelvik. Dapat pula dipertimbangkan pemeriksaan penunjang,
misalnya pemeriksaan USG, laparoskopi, dan sebagainya.
f. Pencegahan Dismenore
Wanita juga perlu berolahraga teratur untuk mengurangi nyeri menstruasi.
Untuk membantu mencegah keram, lakukan dengan rutin setiap minggu. Jika
langkah-langkah di atas tidak meredakan nyeri.
g. Pengobatan Dismenore
Pada dismenore primer, seringkali keluhan nyeri membaik dengan
pemberian obat anti-nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi non-
steroid). Contohnya, diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat,
dan lain-lain. Selain itu, dapat pula diberikan terapi hormonal, misalnya
dengan kontrasepsi hormonal (contoh, pil KB).
Untuk meredakan keram menstruasi, seseorang juga perlu:
• Beristirahat secukupnya
• Menghindari makanan yang mengandung kafein dan garam
• Menghindari merokok dan minum alkohol
• Pijat punggung bawah dan perut
Penanganan dismenore sekunder disesuaikan dengan penyakit yang
menyebabkan keluhan ini. Karena itu, penting agar penyebab dismenore
sekunder dievaluasi.
A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi
B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan
pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan
serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi
beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari
asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan
yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi
yang dapat membahayakan kehamilan.
C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara
fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui
asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya
proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang
maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra
konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi
1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga
kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi
faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya
bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara
lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella,
hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan
penyebab banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan,
persalinan, nifas maupun kecacatan )
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya
konsepsi ( olah raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan
obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa )
7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan
penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah
matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan
toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.
The American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians
dan Gynecologists mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi
menjadi empat kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan
konseling. Sebagian komponen asuhan prakonsepsi (Tabel 1)
Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidupMinta pasien jika ia berencana untuk memiliki
anak (atau anak-anak tambahan
jika dia sudah menjadi ibu) dan berapa lama
ia berencana untuk menunggu sampai ia menjadi hamil membantunya
mengembangkan rencana, berdasarkannilai-nilai dan sumber daya, untuk
mencapai tujuan tersebutRiwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil
kehamilan yang merugikan (misalnya, kematian bayi, kematian janin, cacat
lahir, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur) dan menilai risiko
biobehavioral berkelanjutan yang dapat menyebabkan kekambuhan pada
kehamilan berikutnya
JURNAL PRAKONSEPSI
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 8 No 1 – April 2021 ISSN 2302-
836X (print), ISSN 2621-461X (online) Pelaksanaan Skrining
Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan Eka Vicky Yulivantina1 ,
Mufdlilah2 , Herlin Fitriana Kurniawati3 1 Program Studi Kebidanan,
Program Sarjana Stikes Guna Bangsa, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari
kesehatan secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama
masa reproduksinya. Skrining prakonsepsi berguna untuk mengurangi
resiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan
kehamilan sehat. Tujuan: Untuk mengeksplorasi pelaksanaan skrining
prakonsepsi pada calon pengantin perempuan. Metode: Penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil dan Pembahasan:
Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan
terdiri dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium wajib dan rekomendasi, pemberian imunisasi
Tetanus Toxoid, suplementasi gizi, konsultasi kesehatan dan pelayanan
psikologi. Kesimpulan: Pelaksanaan skrining prakonsepsi sudah
mengacu pada standar minimal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan
di Puskesmas Tegalrejo dilaksanakan secara terpadu. Adapun poli yang
terlibat dalam pelaksanaan skrining prakonsepsi adalah poli Kesehatan
Ibu dan Anak, laboratorium, poli gizi, poli umum dan poli psikolog. Hal
ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut: “Jadi kalau caten
itu kan daftarnya nanti ke KIA, nah ini kan terpadu melibatkan beberapa
poli mbak. Setelah dari KIA kan dirujuk ke lab. Nah dari hasil lab
tersebutlah nanti terus ke gizi. Karena kalau hasil lab yang Hb dan PP
test belum keluar, maka kami belum bisa memberikan konseling. Begitu
juga poli psikolog. Karena kan percuma, ya nanti kalau hasilnya baik,
kalau hasilnya jelek ? nah nanti bahan yang diberikan untuk konsultasi
kan kurang tepat kalau hasil lab belum keluar” (UG 1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin perempuan di Puskesmas
Tegalrejo terdiri dari penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan
darah dan pemeriksaan lingkar lengan atas. Hal ini diperjelas dengan
bukti wawancara sebagai berikut : “Yang pertama daftar, terus dapat
status, dibawa ke KIA, di KIA di ukur fisiknya seperti timbang berat
badan dan ukur lila, vital sign, kemudian dapat surat pengantar ke
laboratorium...” (UB1) Berdasarkan hasil wawancara di atas,
pemeriksaan fisik dilaksanakan di poli Kesehatan Ibu dan Anak, petugas
pelaksana di poli Kesehatan Ibu dan Anak adalah bidan. Calon pengantin
setelah mendaftar akan diarahkan ke poli Kesehatan Ibu dan Anak, di
poli Kesehatan Ibu dan Anak calon pengantin perempuan akan di
anamnesa untuk di gali informasi mengenai hari pertama haid terakhir,
rencana menikah dan keluhan yang dirasakan. Pada pemeriksaan fisik di
lakukan pengukuran berat badan, pengukuran tekanan darah dan
pengukuran lingkar lengan atas.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada calon
pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan di unit
laboratorium. Adapun pemeriksaan yang wajib dilaksanakan dalam paket
layanan terpadu adalah pemeriksaan kehamilan (urine) dan pemeriksaan
kadar hemoglobin dan pemeriksaan penunjang yang bersifat
rekomendasi. Hal ini diperjelas dengan bukti wawancara sebagai
berikut : “...Sama lab, labnya ada Hb, ada test urine untuk test kehamilan,
itu yang wajib. Kalau untuk yang penunjangnya bisa kita tawarkan untuk
gula darah sama kolesterol, nanti untuk persiapan kehamilannya juga.
Catinnya boleh memilih untuk yang penunjang, misalnya ada riwayat
gula darah dalam keluarga maka dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan. Tujuannya seperti itu”(UB2) “Iya ada pemeriksaan yang
bersifat rekomendasi, sebenarnya kan kita skrining penyakit tidak
menular itu kan sejak usia ya 20 ya, sehingga ditawarkan ke caten jadi
untuk skrining kayak kolesterol, gula, terus emm kalau yang untuk
penyakit menularnya terutama untuk yang status HIV nya kayak gitu
cuman itu belum wajib.Hepatitis B ada cuman bagi yang mau sih, belum
jadi program wajib”(UD 1) Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi
merupakan bagian terpenting dalam layanan skrining prakonsepsi pada
calon pengantin perempuan. Imunisasi yang diberikan kepada calon
pengantin perempuan adalah imunisasi Tetanus Toxoid. Bukti imunisasi
Tetanus Toxoid harus diserahkan ke Kantor Urusan Agama sebagai salah
satu syarat administrasi mendaftar pernikahan. Hal ini didukung dengan
hasil wawancara sebagai berikut : “...Yang mendukung ini dari KUA.
Karena ada syarat TT untuk menikah...”
Suplementasi Gizi Suplementasi gizi pada calon pengantin di
puskesmas Tegalrejo diberikan berdasarkan keadaan calon pengantin
perempuan itu sendiri. Bila calon pengantin perempuan memenuhi syarat
untuk hamil dan tidak menunda kehamilan maka akan diberikan
suplementasi asam folat. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
sebagai berikut : “Oh ya mbak catinnya juga dapat asam folat mbak,
untuk persiapan kehamilannya. Setiap catin yang memang memenuhi
syarat untuk hamil dikasih asam folat. Kalau yang menunda atau misal
belum cukup umur emm ga dikasih ya...” (UB 1) Hal serupa juga
disampaikan oleh calon pengantin yang tidak menunda kehamilan
berikut ini : “...Terus juga yang dikasih obat asam folat itu untuk
persiapan kehamilan....” (UC 8) Konsultasi Kesehatan Konsultasi
kesehatan pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas
Tegalrejo dilakukan hampir di setiap poli. Poli Kesehatan Ibu dan Anak,
poli gizi, poli umum dan poli psikologi memberikan konseling
berdasarkan hasil laboratorium dan keluhan dari calon pengantin. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut : “kemudian konseling
juga kalau memang butuh konseling. Menyesuaikan hasil labnya..” (UD
1) Pelayanan Psikologi Pelayanan psikologi pada calon pengantin
merupakan bagian dari layanan terpadu pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo. Hal ini tercantum dalam standar operasional
prosedur pelayanan calon pengantin No SOP/TR/KIA/04/2016 pada
prosedur ke 8 bahwa petugas memberikan rujukan internal kepada pasien
untuk mendapatkan konsultasi ke ruang konsultasi gizi dan konsultasi
psikologi. Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara sebagai berikut
: “...Untuk dikota kan layanan psikolog itu adalah layanan tambahan
yang wajib ya mbak...”(IP 2)
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa
sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta
pelayanan kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan
dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat.2 Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan
Permenkes No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan
pasangan usia subur. Berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas
Tegalrejo, pelayanan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo
terutama di tekankan kepada calon pengantin untuk mempersiapkan
kesehatan calon pengantin secara fisik dan mental dalam menghadapi
kehamilan sebagai upaya menyiapkan ibu hamil sehat, menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Dean, et al (2014) bahwa fungsi dari skrining prakonsepsi adalah untuk
mengetahui status kesehatan fisik dan emosional ibu dan pasangan
sehingga dapat menjadi dasar dalam pemberian intervensi untuk
menyiapkan kehamilan yang optimal. Mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat merasakan manfaat skrining prakonsepsi,
baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi
bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat
membahayakan kehamilan. Pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di
Puskesmas Tegalrejo, kegiatan pemeriksaan fisik pada calon pengantin
sudah sesuai dengan Permenkes No.97 Tahun 2014 bahwa pemeriksaan
fisik yang dimaksudkan dalam pelayanan masa sebelum hamil paling
sedikit meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi.
Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi
masalah kurang energi kronis dan pemeriksaan status anemia.
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo meliputi
pemeriksaan tandatanda vital, penimbangan berat badan dan pengukuran
lingkar lengan atas untuk mengetahui status gizi calon pegantin.
Pemeriksaan berat badan dan pengukuran
status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan status gizi
mempengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa prakonsepi. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa berat
badan ibu hamil sebelum hamil adalah faktor signifikan yang
berkontribusi terhadap komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.
Perempuan yang underweight pada periode prakonsepsi berkontribusi
32% lebih tinggi terhadap risiko kelahiran prematur 32%, perempuan
dengan obesitas beresiko dua kali lipat mengalami preeklampsia dan
diabetes gestasional. Perempuan dengan obesitas dan obesitas lebih dari
dua kali lipat risiko preeklamsia. Status gizi pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo diperiksa agar dapat dilakukan rencana tindak
lanjut asuhan pada calon pengantin yang memiliki masalah gizi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Prendergast dan Humphrey (2014)
bahwa status gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah
kehamilan mempengaruhi pertumbuhan awal anak dan
perkembangannya sejak dalam kandungan. Kehamilan dengan
kekurangan energi kronis menyebabkan kejadian stunting pada anakanak
sebesar 20%. Penyebab lain dari sisi ibu antara lain ibu yang memiliki
perawakan pendek, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan kehamilan
remaja. Pemeriksaan penunjang wajib yang dilaksanakan di Puskesmas
Tegalrejo adalah pemeriksaan urine dan pemeriksaan kadar hemoglobin.
Pemeriksaan lain yang direkomendasikan oleh puskesmas Tegalrejo
adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam
urat serta pemeriksaan penyakit menular seperti hepatitis B dan infeksi
menular seksual. Pengukuran kadar hemoglobin sebagai pemeriksaan
penunjang wajib di Puskesmas Tegalrejo sangat penting untuk dilakukan
karena kebanyakan perempuan tidak merencanakan kehamilan dengan
baik sehingga bila dari masa prakonsepsi ibu sudah mengalami sub
optimal nutrisi maka mereka risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia
defisiensi besi pada kehamilan. Hal ini sejalan dngan penelitian dari
Dainty, et al (2014) bahwa pentingnya skrining status anemia pada masa
prakonsepsi adalah agar dapat diketahui kadar hemoglobin pada calon
pengantin sehingga bila terjadi anemia defisiensi besi dapat dilakukan
upaya pengobatan sebelum terjadi kehamilan.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan di puskesmas Tegalrejo
diantaranya adalah pemeriksaan kadar gula darah. Hal yang mendasari
dianjurkannya pemeriksaan kadar gula darah pada calon pengantin di
Puskesmas Tegalrejo adalah banyak ditemukannya pasangan usia subur
terutama perempuan yang menderita diabetes mellitus. Pemeriksaan ini
penting dilakukan bagi calon pengantin perempuan beresiko untuk
mengetahui kadar gula darah pada calon pengantin sehingga bisa
meminimalisir resiko komplikasi pada kehamilan. hal ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Wahabi, et al (2010) bahwa skrining diabetes
mellitus pada masa prakonsepsi bermanfaat terhadap pengelolaan gula
darah yang lebih baik sebelum terjadi kehamilan, pemberian
suplementasi asam folat tiga bulan sebelum konsepsi, kondisi metabolik
yang lebih baik selama kehamilan, menurunnya risiko aborsi dan
menurunnya angka kematian bayi sehingga secara tidak langsung
mengurangi komplikasi pada kehamilan.6 Selain pemeriksaan kadar gula
darah, pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan kepada calon
pengantin di Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan HIV/AIDS.
Pemeriksaan status HIV pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo
bertujuan untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS kepada
pasangan maupun kepada janin yang dikandung oleh ibunya kelak. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Manakan dan Sutan (2017) bahwa
skrining HIV pada pasangan sebelum menikah terbukti mengurangi
penularan HIV/AIDS.7 Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada calon
pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk mencapai status imunisasi
tetanus toxoid ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status
imunisasi tetanus toxoid ke 5 (lengkap) ditujukan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh terhadap infeksi tetanus toxoid. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa imunisasi selama
periode prakonsepsi dapat mencegah banyak penyakit yang mungkin
memiliki konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal bagi ibu atau bayi
yang baru lahir.
Standar nasional pelayanan skrining prakonsepsi lainnya adalah
suplementasi gizi pada calon pengantin. Pemberian suplementasi gizi di
Puskesmas Tegalrejo berupa asam folat bagi calon pengantin yang tidak
menunda kehamilan dan calon pengantin yang mengalami anemia. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu
hamil biasanya tidak menyadari bahwa dirinya hamil pada awal
kehamilan. sehingga suplementasi asam folat lebih baik diberikan dari
sebelum hamil. Suplai asam folat yang tepat dari masa prakonsepsi,
kehamilan dan laktasi sangat menentukan perkembangan dan
pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang paling penting
dalam unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran penting
dalam sintesis deoxyribonucleic acid (DNA). Pada awal kehamilan,
permintaan asam folat yang tidak disintesis dalam tubuh manusia
meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi melalu pasokan makanan
yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg.9 Hal ini sejalan pula
dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa kekurangan asam folat
meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung (neuro tube
defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme folat
dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih
sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan
janin terhambat dan pre eklampsia.10 Pemeriksaan lain yang wajib
diakses oleh calon pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo adalah
pemeriksaan psikologi. Pemeriksaan psikologi memiliki peran penting
dalam mempersiapkan mental calon pengantin menghadapi pernikahan,
kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa masalah kesehatan
mental ibu sering tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan perawatan
kesehatan. hasil penelitian menunjukkan keterkaitan antara kesehatan
mental remaja yang buruk dan kehamilan yang buruk terhadap kesehatan
janin. Perawatan prakonsepsi untuk kondisi kejiwaan seharusnya selalu
dilakukan pada wanita usia subur. Untuk mengidentifikasi adanya
gangguan jiwa. Sehingga dapat diberikan penanganan lebih lanjut
sebelum terjadi kehamilan. misalnya konseling pada perempuan dengan
gangguan depresi dan kecemasan dan pendampingan agar depresi dan
kecemasan tidak berlanjut hingga pada kehamilan dan berdampak pada
ibu dan janin seperti ingin mengakhiri kehamilan, bunuh diri dan lain-
lain (Lassi, et al 2014).
A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi
B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan
pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan
serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi
beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari
asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan
yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi
yang dapat membahayakan kehamilan.
C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara
fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui
asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya
proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang
maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra
konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
janin ibu; meninjau penggunaan obat tanpa resep, jamu, dan suplemen
JURNAL PRAKONSEPSI
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 8 No 1 – April 2021 ISSN 2302-836X
(print), ISSN 2621-461X (online)
Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan
Eka Vicky Yulivantina1 , Mufdlilah2 , Herlin Fitriana Kurniawati3 1
Program Studi Kebidanan, Program Sarjana Stikes Guna Bangsa,
Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan
secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama masa
reproduksinya. Skrining prakonsepsi berguna untuk mengurangi resiko dan
mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat.
Tujuan: Untuk mengeksplorasi pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon
pengantin perempuan. Metode: Penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Hasil dan Pembahasan: Pelaksanaan skrining prakonsepsi
pada calon pengantin perempuan terdiri dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium wajib dan rekomendasi,
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, suplementasi gizi, konsultasi
kesehatan dan pelayanan psikologi. Kesimpulan: Pelaksanaan skrining
prakonsepsi sudah mengacu pada standar minimal.
1. Pengertian
Siklus menstrusasi adalah proses perubahan hormone yang terus menerus
dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi srta peluruhan
dinding jika kehamilan tidak terjadi. Pendarahan menstruasi dimulai
menjelang akhir pubertas, saat masa itu anak gadis mulai melepaskan sel
telur sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan sklus
reproduksi wanita atau siklus menstruasi. (Verawaty dan Rahayu,2011.
2. Proses Menstruasi
Siklus menstruasi diregulasi oleh hormone luteinizing hormone (LH) dan
follicle stimulating hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelemjar hipofisis
mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi
esterogen dan progesterone. Esterogen dan progesterone akan menstimulus
uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan
terjadianya pembuahan. (Sinaga, 2017).
3. Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur
dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur
dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka siklus
menstruasi akan
teratur.
2.5 DISMENOREA
Pengertian
Dismenorea adalah nyeri panggul kronik yang terjadi sebelum dan
sesudah menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus. Pada saat
menstruasi terjadi pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah ke uterus.
Produksi prostaglandin yang berlebihan mengakibatkan kontraksi uterus
yang terlalu kuat sehingga menimbulkan rasa sakit atau dismenorea.
Dismenorea merupakan suatu permasalahan yang biasa dialami oleh wanita
muda.
Dismenorea memiliki dampak negatif pada kualitas hidup, status mental dan
peran sosial. Seseorang yang sedang mengalami dismenorea menjadi tertekan dan
murung sehingga dapat mengganggu interaksi sosial. Beberapa remaja dan wanita
dengan dismenorea mengalami kehilangan nafsu makan dan meliburkan diri dari
sekolah atau pekerjaan.
Faktor Risiko
a. Usia kurang dari 30 tahun.
b. Indeks massa tubuh (IMT) yang berlebih akan menyebabkan peningkatan biosintesis
prostaglandin dan IMT yang rendah berhubugan dengan asupan nutrisi yang
berspekulasi mengganggu sekresi gonadotropin hipofisis sehingga menyebabkan
peningkatan dismenorea.
c. Menarche sebelum usia 12 tahun akan mengalami paparan prostaglandin uterus lebih
lama.
d. Aliran menstruasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan konsentrasi
prostaglandin yang beredar dalam darah menstruasi.
e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan luteinizing
hormone sehingga menganggu sekresi hormon progesteron yang menyebabkan
peningkatan prostaglandin.
f. Sindrom pramenstruasi (PMS).
g. Riwayat penyakit radang panggul.
Faktor Penyebab
Dismenorea primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin
dalam jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat,
mencapai tingkat maksimum pada awal menstruasi di bawah pengaruh progresteron
selama fase luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium
yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia,
disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri mungkin mendahului sampai 24
jam sebelum pengeluaran darah menstruasi, tetapi biasanya muncul bersamaan dengan
pengeluaran darah menstruasi.
Dismenorea sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang
menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenorea adalah
endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis, stenosis
serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar serviks, penyakit
radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk kontrasepsi yang tertinggal
setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau melahirkan, kanker ovarium atau uterus.
Patofisiologi
Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai tingkat
maksimum pada awitan menstruasi di bawah pengaruh progresteron selama fase luteal
siklus menstruasi.Pada saat menstruasi terjadi pembebasan prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium sehingga menghambat
aliran darah ke endometrium. Penurunan penyaluran oksigen (O2) yang terjadi
kemudian menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya.
Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan pembuluh darah ini membilas jaringan
endometrium yang mati ke dalam lumen uterus. Prostaglandin uterus juga merangsang
kontraksi ritmik ringan miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan
darah dan sisa endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah
haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat menyebabkan kram haid atau dismenorea.
Dismenorea dapat terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu
yaitu prostaglandin F2α (PGF2α) dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin F2α
adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan menyebabkan
konstriksi pembuluh darah uterus.Pasien dengan dismenorea berat tampaknya
mengalami pembentukan berlebihan PGF2α yang menyebabkan kontraksi miometrium
yang berlebihan. Kontraksi berlebihan miometrium menyebabkan iskemia otot uterus,
merangsang serabut-serabut nyeri sistem saraf otonom uterus. Ketika terjadi rangsangan
yang mengganggu nosiseptor, sebagian jalur nyeri aferen mengeluarkan substansi P,
kemudian disalurkan ke medula spinalis. Maka terjadi transmisi impuls nyeri ke otak
melalui jalur nyeri asendens sehingga terjadilah persepsi nyeri.Rasa cemas, ketakutan
dan stres mungkin menurunkan ambang nyeri sehingga memperberat gejala-gejala dan
menyebabkan perbedaan gejala dari satu pasien ke pasien lain.
Klasifikasi
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat
menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain.Nyeri tersebut
terjadi akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah
menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus.
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat adanya gangguan
fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di kalangan wanita
berusia 40 tahun sampai 50 tahun.Gangguan fisik yang terjadi seperti
endometriosis, polip uteri, mioma, stenosis serviks, atau penyakit radang
panggul. Dismenorea dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia
yang meningkat.
Manifestasi Klinis
Gejala utama:
1.Nyeri atau kram diperut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung
bawah dan paha bagian dalam.
2.Nyeri haid muncul 1-2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi.
Dismenorea mungkin disertai oleh berbagai gejala sistemik berupa mual, muntah,
diare, kelelahan, perubahan emosional, nyeri punggung, sakit kepala, bahkan
pingsan.
Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi juga dapat dilakukan yaitu salah satunya dengan
cara melakukan olahraga. Olahraga dapat menyebabkan pelepasan hormon
endorfin yang berfungsi sebagai sistem analgesik inheren atau penghilang rasa
sakit alami di dalam tubuh. Olahraga dapat membantu mengurangi dismenorea.
Terjadinya peningkatan dismenorea sejalan dengan penurunan kebiasaan
olahraga. Banyak wanita yang tidak aktif dalam bergerak atau berolahraga
mengalami dismenorea yang semakin meningkat. Hal tersebut terbukti dari
penelitian yang dilakukan oleh Sara Azima dkk pada tahun 2013 menyatakan
terjadi penurunan nilai rata-rata intensitas dismenorea setelah melakukan latihan
fisik seperti:
1. Latihan
Latihan seperti berjalan, latihan menggoyangkan panggul, latihan dengan
memposisikan lutut ditekukkan ke dada kemudian berbaring telentang atau
miring.
2. Panas
Buli-buli panas atau botol berisi air panas, letakkan pada punggung atau
abdomen bawah, mandi air hangat atau sauna.
3. Orgasme
Orgasme dapat meredakan kongesti panggul. Hubungan seksual tanpa
osgasme dapat meningkatkan kongesti panggul.
4. Hindari kafein
Hindari kafein karena dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin.
5. Istirahat.
b. Terapi Farmakologi
Sebagian besar perempuan yang menderita nyeri menstruasi fisiologik
dapat diobati dengan terapi farmakologi yang dapat digunakan dengan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) dan analgesik yang dapat mengurangi nyeri haid
dengan mempengaruhi tingkat prostaglandin, seperti aspirin, ibuprofen,
indometasin, atau naproksen untuk meredakan kram dan gejala lain yang
disebabkan oleh dismenorea primer atau akibat pemasangan alat intrauterus.
Obat-obatan nonsteroid anti inflamasi ini menghambat sintesis prostaglandin
pada awal reaksi keradangan, sehingga akan menghambat kerja prostaglandin
pada siklus reseptor.
b. Olahraga Anaerobik
Olahraga anaerobik adalah suatu aktivitas fisik yang tidak
memerlukan oksigen dalam pelaksanaannya.
Menurut Kemkes (2015) dan PMK No. 96 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks
Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang, sebagai berikut:
BB (kg )
IMT =
[TB (m )]2
b. Pemeriksaan Penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan
sebagai berikut (Kemenkes, 2015) :
1. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO
yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian,
2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu
masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Fatimah, 2011).
3. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 1.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
4. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi,
serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi
gizi seimbang dan tablet tambah darah.
Proses Menstruasi
- Eumenorhea (Normal)
- Polimenorhea
- Oligomenorhea
- Amenorhea
Siklus Menstruasi
- Fase Folikuler
- Fase Ovulasi
- Fase Luteal
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier suneta (2011) prinsip dasar ilmu gizi, gramedia pustaka utama,jakarta
Soekanto, dr soerjono (2011) sosiologi suatu pengantar, rajawali pers, jakarta
Ani, dr luh seri (2016) anemia defisiensi besi, EGC, jakarta
Prawirohardjo, sarwono (2018) ilmu kebidanan, bina pustaka, jakarta
Arisman, (2014) gizi dalam daur kehidupan,EGC, jakarta
Nurhayati yati, dartiwen (2013) asuhan kebidanan dalam kehamilan, Andi
offset,yogyakarta
Fatkhiyah, natiqotul (2018) ilmu kebidanan dasar, deepublish, jakarta
Proverawati, Atikah (2011) anemia dan anemia kehamilan, nuha medika, yogyakarta
Merryana, bambang (2013) peranan gizi dalam siklus kehidupan, pranemedia
group,jakarta Depkes RI,2009
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian
Agama.
https://pdfcoffee.com/lk-pranikah-amp-prakonsepsi-gustidocx-pdf-free.html
dr. sony seputra M.ked,Klin, SPB, Finacs (dr.spesialis bedah) tanggala 29.01.2020
Guyton A.C and J.E Hail., buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 9, Jakarta EGC,2007.
Prrawihardjo S. Kehamilan ektopik dalam ilmu kebidanan Jakarta : yayasan bina pustaka,
2011
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1840/5/128600215_file5.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/181811-ID-faktor-faktor-yang-memengaruhi-
infertili.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1388/3/BAB%20II.pdf
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/2722
http://digilib.yarsi.ac.id/8939/4/4.%20BAB%20II.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/235324-analysis-of-factors-influencing-female-i-
5b07ddfd.pdf
Verawaty, S.N & Rahayu. 2011. Merawat dan menjaga kesehatan seksual wanita,
Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.