Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

LAPORAN TUTORIAL 2A KASUS NIFAS


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tema 12 “Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas”

Dosen Pengampu :
Fitri Nurhayati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :
Nadya Citra Pratiwi (314120031)

Program Studi Sarjana Kebidanan


Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kesehatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah, serta kenikmatan iman dan islam sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ‘Laporan Tutorial Kasus Nifas’ dengan kemampuan
terbaik saya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Fitri Nurhayati, S.ST.,
M.Keb., selaku dosen pengampu mata kuliah tema 12 asuhan kebidanan pada masa
nifas yang telah membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas pada program
studi Sarjana Kebidanan, FITKES Universitas Jenderal Acmad Yani Cimahi. Saya
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Harapan saya semoga makalah laporan ini bermanfaat bagi pembaca sehingga
pembaca dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi
pengalaman bagi saya untuk menambah pengalaman dan wawasan sehingga
kedepannya saya dapat menyusun makalah dengan jauh lebih baik dari pada bentuk
dan isinya.
Saya akui, isi dari materi yang ada di makalah laporan ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki masih
sangat kurang. Oleh karena itu, saya berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun demi terciptanya kesempurnaan dalam makalah
laporan ini.

Wassalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatu

Sabtu, 28 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................3
BAB II........................................................................................................4
PEMBAHASAN KASUS..........................................................................4
2.1 Sinopsis Kasus :..............................................................................4
2.2 Instruksi:.........................................................................................4
1. Identifikasi istilah asing yang tidak dipahami............................4
2. Tentukan identifikasi data dasar/ case finding berdasarkan
kasus tersebut!................................................................................6
3. Identifikasi masalah berdasarkan kasus tersebut!.......................6
4. Berikan asuhan kebidanan yang tepat pada kasus tersebut!.......7
5. Diagnosis apakah yang bisa ditegakkan berdasarkan data-data
pada kasus tersebut!........................................................................7
6. Bagaimana penjelasan secara ilmiah terkait dengan identifikasi
masalah yang ditemukan berdasarkan keseluruhan rangkaian
scenario kasus tersebut?..................................................................7
BAB III.....................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................10
(Learning Objective)...........................................................................10
3.1 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas.............................................10
A. Perubahan Sistem Reproduksi.................................................10
B. Lokia (Lochea).........................................................................13
C. Perubahan Sistem Pencernaan.................................................14
D. Perubahan Sistem Perkemihan................................................14
E. Perubahan Sistem Muskuloskeletal.........................................14
F. Perubahan Sistem Endokrin.....................................................15
G. Perubahan Sistem Kardivaskuler.............................................16
H. Perubahan Hematologi.............................................................16
3.2 Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas...........................................16
3.3 Penyebab Ibu Nifas Demam.........................................................17
3.4 Peran Keluarga Dalam Memberi Dukungan Pada Ibu Nifas........18
3.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas..........................................................19
a. Nutrisi dan Cairan.....................................................................19
b. Ambulasi...................................................................................20
c. Eliminasi...................................................................................21
d. Kebersihan diri.........................................................................21
e. Istirahat.....................................................................................22
3.6 Ketidaknyamanan Ibu Nifas.........................................................22
1. . Nyeri setelah melahirkan........................................................22
2. Keringat berlebih......................................................................23
3. Pembesaran payudara...............................................................24
4. Nyeri perineum.........................................................................25
5. Konstipasi.................................................................................26
6. Hemoroid..................................................................................26
3.7 Tanda Bahaya Masa Nifas............................................................26
3.8 Cara Mengatasi Puting Tenggelam dan Cara Merangsang
Produksi ASI......................................................................................29
3.9 Asuhan Kebidanan Yang Tepat Berdasarkan Kasus Tersebut.....31
MIND MAPPING....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................33

BAB I

PENDAHULUAN

1 1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan kelanjutan dari asuhan kebidanan
pada ibu hamil dan bersalin. Asuhan ini juga berkaitan erat dengan asuhan pada bayi
baru lahir, sehingga pada saat memberikan asuhan, hendaknya seorang bidan mampu
melihat kondisi yang dialami ibu sekaligus bayi yang dimilikinya. Asuhan kebidanan
pada masa nifas sebaiknya tidak saja difokuskan pada pemerik saan fisik untuk
mendeteksi kelainan fisik pada ibu, akan tetapi seyogyanya juga ber fokus pada
psikologis yang ibu rasakan. Diharapkan asu han yang diberikan dapat menjangkau
dari segala aspek bio-psiko-sosio dan kultural ibu.
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini
disebut involusi. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena
sekitar 60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini. Perdarahan merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas, dimana 50%60% karena
kegagalan uterus berkontraksi secara sempurna.
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian ibu sangat tinggi.
Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh
dunia setiap hari. Diperkirakan pada tahun 2015 , sekitar 303.000 wanita meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu di Negara
berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 KH.Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu atau 42
hari. Namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan
Masa nifas, ibu membutuhkan latihan latihan tertentu yang dapat mempercepat
proses involusi. Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/

1
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan
penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang ditandai dengan warna
dan jumlah lokia. Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Penyebab sub involusi
uteri yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta, infeksi, dan perdarahan
lanjut (late postpartum haemorrhage). Untuk mempercepat proses involusi uteri, salah
satu latihan yang dianjurkan adalah senam nifas.Setelah bayi dilahirkan, uterus yang
selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Secara berangsurangsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya mobilisasi dini.Cakupan tujuan dari SDGs yang
terdiri dari 17 global goals, 169 target dan 252 indikator dimana salah satu tujuannya
dibidang kesehatan adalah menurunkan angka kematian ibu sampai dengan angka
70/100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2030..
Dalam memberikan pelayanan persalinan, bidan memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang cukup. Untuk itu disusunlah laporan makalah ini sesuai dengan
kasus yang sering ditemukan pada saat dilapangan.

2 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan fisiologis pada ibu nifas?


2. Bagaimana perubahan psikologis pada ibu nifas?
3. Bagaimana adaptasi peran pada keluarga baru?
4. Apa saja masalah yang terjadi pada ibu nifas ?
5. Apa saja kebutuhan dasar ibu nifas?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya anemia pada ibu nifas?
7. Bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar?
8. Bagaimana asuhan kebidanan berdasarkan kasus tersebut?

3 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menganalisis perubahan fisiologis pada ibu nifas.


2. Untuk menganalisis perubahan psikologis pada ibu nifas.
3. Untuk menganalisis adaptasi peran pada keluarga baru.

2
4. Untuk memahami masalah yang terjadi pada ibu nifas .
5. Untuk memahami kebutuhan dasar ibu nifas.
6. Untuk menganalisis mekanisme terjadinya anemia pada ibu nifas.
7. Untuk menganalisis teknik menyusui yang baik dan benar.
8. Untuk menganalisis asuhan kebidanan berdasarkan kasus tersebut.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan


menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

2.1 Sinopsis Kasus :

Seorang perempuan usia 35 tahun, datang ke Praktik Mandiri Bidan telah


melahirkan 1 minggu yang lalu. Ibu mengatakan ini melahirkan yang ketiga pernah
keguguran satu kali. Ibu mengeluh khawatir, pusing, mengalami sakit pada payudara,
dan merasa tidak percaya diri akibat garis2 diperutnya dan bayi sering rewel karena
seperti tidak kenyang dengan ASI. Suami mengatakan ibu terkadang murung bahkan
menangis tiba-tiba karena kewalahan menghadapi anak terakhirnya merasa cemburu
akan kehadiran adik bayinya.
Hasil anamesis lanjutan: Riwayat persalinan terakhir : persalinan spontan,
normal. Ibu hanya tidur 3-4 jam, makanan pantangan : menghindari telur dan ikan
karena akan membuat ASI berbau amis. BAB belum setiap hari karena kadang masih
takut luka jahitan. Aktivitas ibu terbatas hanya tiduran, karena bayi dirawat oleh
ibunya.
Hasil pemeriksaan fisik: KU baik, ibu terlihat kesakitan ketika menyusui,
terlihat bayi hanya menghisap putting ibu saja. TTV: TD: 90/ 70 mm Hg, S: 38,5 C,
R: 24 x/m, N: 90 x/m. IMT : normal. Muka tidak edema, mata : konjungtiva pucat,
sklera putih, dada batas normal. Payudara : kedua payudara terlihat bengkak, putting
susu kedua payudara lecet, kedua payudara teraba keras dan sakit saat palpasi,
pengeluaran ASI ada dan tidak ada massa. Abdomen: Tidak ada Luka bekas operasi,
TFU: 2 jari diatas symphisis, kontraksi (+), Diastasis rescti 2/2, Genital: inspeksi:
terlihat warna kuning kecoklatan, ada darah dan lender sedikit, tidak bau, terdapat
jahitan laserasi derajat 2 yang sudah mulai mengering, tidak ada tanda2 infeksi, nyeri
tekan (-). Ekstremitas: Normal tidak ada tanda homman. Pemeriksaan lab HB: 9.3
mg/dl..

4
2.2 Instruksi:

1. Identifikasi istilah asing yang tidak dipahami

 Garis-garis perut (Striae Gravidarum/Strechmark)

Kehamilan mempengaruhi tubuh ibu secara keseluruhan dengan menimbulkan


perubahan fisiologis. Sebagian besar perubahan pada tubuh disebabkan oleh kerja
hormonal. Salah satunya pada kulit. Adanya perubahan pada kulit, yaitu nampak
permukaan kulit yang sangat teregang serta peningkatan sekresi hormon pada korteks
adrenal akibat kehamilan mengakibatkan serabut kolagen mengalami ruptur, ruptur
inilah yang kemudian disebut Striae Gravidarum (SG). Striae gravidarum adalah
bentuk parut dari kulit karena terjadinya peregangan pada saat hamil dan kenaikan
berat badan selama kehamilan. (Miharti SI, 2020)

2. Tentukan identifikasi data dasar/ case finding berdasarkan kasus tersebut!

 Data Subjektif
− Seorang Perempuan usia 35 tahun telah melahirkan 1 minggu yang lalu
− Melahirkan yang ke-3 dan pernah keguguran 1 kali
− Ibu mengeluh khawatir,pusing,mengalami sakit pada payudara,dan merasa tidak p
ercaya diri akibat garis garis diperutnya
− Bayi sering rewel karena seperti tidak kenyang dengan ASI
− Ibu terkadang murung bahkan menangis tiba-tiba karena kewalahan menghadapi
anak terakhirnya merasa cemburu akan kehadiran adik bayinya
− Riwayat persalinan terakhir : Persalinan spontan,normal
− Ibu hanya tidur 3-4 jam
− Makanan Pantangan : Menghindari telur dan ikan karena akan membuat ASI berb
au amis

5
− BAB belum setiap hari karena kadang masih takut luka jahitan
− Aktivitas ibu terbatas hanya tidur, karena bayi dirawat oleh ibunya
 Data Objektif
− Ku baik,telihat kesakitan ketika menyusui, bayi hanya menghisap putting ibu saja
− TD : 90/70mmhg,S : 38,5 C, R : 24x/mnt, N : 90x/mnt
− Dalam batas normal : IMT,Muka,Sklera,Dada,ekstremitas
− Mata : konjungtiva pucat
− Payudara : kedua payudara terlihat bengkak,putting susu kedua payudara lecet,ke
dua payudara teraba keras dan sakit saat palpasi,pengeluaran ASI ada dan tidak a
da massa
− Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU 2 jari diatas sympisis, Kontraksi
(+), Diastasi recti 2/2
− Genital : inspeksi terlihat warna kuning kecoklatan, ada darah dan lender sedikit,
tidak bau, terdapat jahitan laserasi derajat 2 yang sudah mulai mongering, tidak a
da tanda tanda infeksi, nyeri tekan tidak ada (-)
− HB : 9,3 mg/dl

3. Identifikasi masalah berdasarkan kasus tersebut!

 Ibu mengeluh khawatir,pusing,mengalami sakit pada payudara,dan merasa tidak p


ercaya diri akibat garis garis diperutnya
 Bayi sering rewel karena seperti tidak kenyang dengan ASI
 Ibu terkadang murung bahkan menangis tiba-tiba karena kewalahan menghadapi
anak terakhirnya merasa cemburu akan kehadiran adik bayinya
 Ibu hanya tidur 3-4 jam
 Makanan Pantangan : Menghindari telur dan ikan karena akan membuat ASI berb
au amis
 BAB belum setiap hari karena kadang masih takut luka jahitan
 Aktivitas ibu terbatas hanya tidur, karena bayi dirawat oleh ibunya
 Terlihat kesakitan ketika menyusui, bayi hanya menghisap putting ibu saja
 TD : 90/70mmhg,S : 38,50 C
 Mata : konjungtiva pucat
 Payudara : kedua payudara terlihat bengkak,putting susu kedua payudara lecet,ke
dua payudara teraba keras dan sakit saat palpasi

6
 HB : 9,3 mg/dl

4. Berikan asuhan kebidanan yang tepat pada kasus tersebut!

 Beritahu ibu hasil pemeriksaan


 Beri dukungan pada ibu
 Konseling kepada keluarga pentingnya dukungan psikologi pada ibu
 Beritahu penyebab dan cara penanganan permasalahan ibu
 Beritahu pentingnya asupan protein
 Beritahu teknik memyusui yang baik dan benar

5. Diagnosis apakah yang bisa ditegakkan berdasarkan data-data pada kasus


tersebut!

 P3A1 Nifas 1 Minggu dengan Anemia Sedang dan Mastitis Insfeksious


 P3A1 didapatkan dari data ibu baru saja melahirkan putra ke 3 dan pernah kegug
uran 1x
 1 Minggu didapatkan dari data melahirkan 1 minggu yang lalu
 Anemia Sedang
Ibu mengeluh pusing, konjungtiva pucat, TD : 90/70mmhg, HB 9,3mg/dl
 Mastitis
S: 38,50C, Payudara : kedua payudara terlihat bengkak,putting susu kedua pay
udara lecet,kedua payudara teraba keras dan sakit saat palpasi

6. Bagaimana penjelasan secara ilmiah terkait dengan identifikasi masalah


yang ditemukan berdasarkan keseluruhan rangkaian scenario kasus
tersebut?

 Ibu mengeluh khawatir merasa tidak percaya diri akibat garis garis diperutnya
merupakan perubahan psikologis dimana ibu masih beradaptasi dengan
perunahan-perubahan yang ia hadapi
 Pusing disebabkan kadar hemoglobin ibu rendah yang mana hemoglobin
berfungsi untuk mengikat oksigen dan sebagai pemberi warna merah pada
jaringan. Ketika otak kekurangan oksigen maka terjadilah pusing.
 Bayi sering rewel karena seperti tidak kenyang dengan ASI disebabkan kurang
tidur. Ketika ibu kurang tidur akan menyebabkan ibu setress dan mengeluarkan

7
hormon kortisol yang dapat menghambat produksi hormon oksitosin
 Ibu terkadang murung bahkan menangis tiba-tiba
Gejala yang ibu alami menunjukan ibu mengalami postpartum blues,
kurangnya dukungan dari keluarga membuat ibu merasa tidak berdaya.
 kewalahan menghadapi anak terakhirnya merasa cemburu akan kehadiran adik ba
yinya merupakan gejala sibling rivalry dimana kompetisi antara saudara kandung
untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang
tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih. Sehingga
orang tua peru mengedukasi dan memvalidasi anak untuk membuat ikatan kasih
sayang antara adik dan kaka
 Makanan Pantangan : Menghindari telur dan ikan karena akan membuat ASI berb
au amis
Pada ibu nifas, justru pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat untuk
membantu penyembuhan luka baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir
yang mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun yang
membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka. Tanpa
protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami
keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh kurang
akibat pantang makanan bergizi. Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI
 BAB belum setiap hari karena kadang masih takut luka jahitan
Kebiasaan menahan BAB bisa membuat otot-otot di rektum meregang,
sehingga Anda berisiko untuk mengalami inkontinensia tinja. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi pada laserasi.
 Aktivitas ibu terbatas hanya tidur, karena bayi dirawat oleh ibunya
Kurang mobilisasi dapat menyebabkan sirkulasi darah tidak lancar dan
mengakibatkan tromfobis yang dapat memperlambat proses penyembuhan
 Payudara : kedua payudara terlihat bengkak,putting susu kedua payudara lecet,ke
dua payudara teraba keras dan sakit saat palpasi
Patofisiologis

a. Stasis ASI peningkatan tekanan duktus jika ASI tidak segera dikeluarkan
b. Peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan.
c. Sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan
d. Permeabilitas jaringan ikat meningkat

8
e. Beberapa komponen (terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari
plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respons imun

Kerusakan jaringan mempermudah terjadinya infeksi (Staphylococcus aureus dan


Sterptococcus) dari port d' entry yaitu: duktus laktiferus ke lobus sekresi dan puting
yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/periduktal dan secara hematogen.

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

(Learning Objective)

3.1 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas

A. Involusi Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua/ endometrium dan pengelupasan
lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat
serta perubahan tempat uterus, warna, dan jumlah lochia. Proses involusi uterus ini
diantaranya: (Sutanto, 2021)

1) Iskemia Miometrium.

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat oto atrofi.

2) Atrofi Jaringan.

Terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis.

Proses penghancura diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan Yang disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan progesteron.

4) Efek Oksitosin.

10
Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan kurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdara. Segera setelah kelahiran, uterus harus berkontraksi secara baik
dengan fundus sekitar 4 cm dibawah umbilikus atau 12 cm diatas simfisis pubis.
Dalam 2 minggu, uterus tidak lagi dapat dipalpasi diatas simfisis.(E. S. Walyani &
Purwoastuti, 2021)

Perubahan Waktu Tinggi Berat Diameter Palpasi Serviks


Uterus Involusi Fundus Uteri Uterus Uterus
Masa Nifas
No
1 Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 12,5 cm Lunak
gram
2 Plasenta 2 jari bawah 750 gram 12,5 cm Lunak
lahir pusat
3 1 minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat sampai
simfisis
4 2 Minggu Tidak teraba 300 gram 5 cm 1 cm
diatas simfisis
5 6 Minggu Bertambah 60 gram 2,5 cm Menyempit
kecil

11
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya
sisa plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). Selain itu, beberapa
faktor lain yang menyebabkan kelambatan uetrus berinvolusi diantaranya:

1) Kandung kemih penuh,


2) Rektum berisi,
3) Infeksi uterus,
4) Retensi hasil konsepsi,
5) Fibroid,
6) Hematoma ligamentum latum uteri

B. Lokia (Lochea)

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia

Menurut (Simanullang, 2017), definisi lochea adalah ekskresi cairan rahim selama
masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau kerana lochea
memiliki ciri khas berbau amis atau khas darah dan adanya bau busuk menandakan
adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata 240 – 270
ml. Lochea dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:

LOCHEA WAKTU WARNA CIRI-CIRI


Rubra 1-3 Hari Merah Terdiri dari darah segar,
kehitaman jaringan sisa-sisa plasenta,
diniding rahum, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan ssa
mekonium.
Sanguilenta 3-7 Hari Merah Sisa darah bercampur lendir
kecoklatan dan
berlendir
Serosa 7-14 Hari Kuning Lebih sedikit darah dan lebih

12
kecoklatan banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan
atau laserasi plasenta
Alba >14 Hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati
(Sutanto, 2021)

Setelah persalinan, mengalami pengenduran karena teregang oleh tekanan kepala


bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi sekitar 5-6 mingu
postpartum. Latihan senam nifas baik untuk mempertahankan elastisitas otot
perineum dan organ-organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh dalam 7
hari postpartum. Bila teraji infeksi, luka episiotomi akan terasa nyeri, panas, merah
dan bengkak .

C. Perubahan Sistem Pencernaan

Pasca melahirkan, kadar progesteron menurun, namun faal usus memerlukan


waktu 3-4 hari untuk kembali normal, sehingga hal ini akan mempengaruhi pola nafsu
makan ibu. Biasanya ibu akan mengalami obstipasi (konstipasi) pasca persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan pada waktu persalinan
(dehidrasi), hemoroid, dan laserasi jalan lahir. (Azizah & Rosyidah, 2019)

D. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Suhu

Dalam 24 jam postpartum suhu akan naik sekitar 37,5 9C-38 °C yang merupakan
pengaruh dari proses persalinan dimana ibu kehilangan banyak cairan dan kelelahan.
Hari ke-3 suhu akan naik lagi karena proses pembentukan ASI, payudara menjadi
bengkak, berwarna merah. Peningkatan suhu bisa juga disebabkan karena infeksi pada
endometrium, mastitis, infeksi tractus urogenitalis. Kita harus mewaspadai bila suhu
lebih dari 38 ºC dalam 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama post partum dan
suhu harus terus diobservasi minimal 4 kali sehari.

13
2) Nadi.

nadi normal pada orang dewasa berkisar 60 80 kali permenit. Setelah persalinan
denyut nadi menjadi lebih cepat. Denyut nadi yang cepat (>100x/menit) biasa
disebabkan karena infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.

3) Pernafasan

Pernapasan selalu terkait dengan kondisi suhu dan denyut nadi. Apabila nadi dan
suhu tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali pada kondisi
gangguan saluran pernapasan. Umumnya, respirasi cenderung lambat atau normal
karena ibu dalam kondisi pemulihan. Bila respirasi cepat >30 per menit mungkin
diikuti oleh tanda tanda shock.

4) Tekanan Darah

Tekanan darah relatif rendah karena ada proses kehilangan darah karena
persalinan. Tekanan darah yang tinggi mengindikasikan adanya pre eklamsi post
partum. Biasanya, tekanan darah normal yaitu <140/90 mmHg. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.
Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan postpartum. Sebaliknya, bila tekanan darah
tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada
masa nifas, tetapi hal seperti itu jarang terjadi.

Masa nifas setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya


makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah. Terjadi
penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena. Akibatnya, terjadi
peningkatan suhu badan sekitar 0,5°C yang bukan merupakan keadaan patologis atau
menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
(Sutanto, 2021)

14
E. Perubahan Hematologi

Pada awal postpartum, junlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit bervariasi, hal
ini dikarenakan tingkat volume darah dan volume darah yang berubah-ubah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemaglobin pada hari ke-3 hingga ke-7
postpartum dan normal kembali pada minggu ke-4 hingga ke-5 postpartum. Jumlah
kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama
postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.(Sutanto,
2021)

3.2 Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas

Periode Taking Hold (hari ke 3-10hari setelah melahirkan)

a. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul


perasaan sedih (baby blues).
b. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggung jawab akan bayinya.
c. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan
daya tahan tubuh.
d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
e. Ibu cenderung terbuka menerima nase hat bidan dan kritikan pribadi.
f. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
g. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai
teguran. Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita
ini dan perlu memberi support. (Sutanto, 2021)
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu
nifas. Tugas petugas kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui
yang benar, cara merawt luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan

15
yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, dan kebersihan diri.(Walyani &
Purwoastuti, 2021)

3.3 Adaptasi Peran Pada Keluarga Baru

Reaksi orang tua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir (BBL), berbeda-
beda. Respons yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada
juga yang negatif. Respons dari setiap ibu dan ayah kepada bayi mereka dan
pengalaman mereka dalam melahirkan berbeda yang meliputi seluruh spectrum reaksi
dan emosi, seperti perasaan sukacita tak terbatas, kedalaman keputusasaan dan
kesedihan
1. Respons Positif
Respons positif dapat ditunjukkan dengan:
a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
b. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
c. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2. Respons Negatif
Respons negatif dapat ditunjukkan dengan:
a. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak
sesuai keinginan
b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa
kurang mendapat perhatian.
d. Faktor ekonomi memengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran
dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
f. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga
menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
Faktor-faktor yang memengaruhi respons orang tua terhadap BBL, antara lain:
a. Usia maternal lebih dari 35 tahun
Beberapa ibu yang telah berusia merasa bahwa merawat bayi baru lahir
melelahkan secara fisik. Tindakan yang bertujuan membantu ibu memperoleh kembali
kekuatan dan tonus otot seperti latihan senam prenatal dan pascapartum sangat

16
dianjurkan.
b. Jaringan sosial
Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multi para dapat
lebih mudah beradaptasi terhadap peran, sedangkan primipara memerlukan dukungan
yang lebih besar. Jaringan sosial dapat memberikan dukungan, diamana orang tua
dapat meminta bantuan. Orang tua, keluarga mertua, yang membantu urusan rumah
tangga dapat memberikan kritikan dan dihargai.
c. Budaya
Budaya mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi, demikian juga dengan
orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi. Contohnya: wanita Vietnam hampir
tidak mau merawat bayinya, menolak untuk menggendong bayinya. Penampakan luar
yang sepertinya tidak ada perhatian terhadap bayi baru lahir dalam kelompok budaya
mereka ialah upaya untuk menjauhkan roh-roh jahat. Dalam kepercayaan wanita ini
justru sangat mengasihi dan khawatir terhadap keselamatan bayinya.
d. Kondisi sosio-ekonomi
Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya
bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan. Keluarga yang
menemukan kelahiran seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami
peningkatan stres. Stress ini mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat masa
transisi menjadi orang tua lebih sulit.
e. Aspirasi Personal

Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi atau
kemajuan karir mereka. Kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan
jabatan, misalnya akan berdampak pada cara merawat dan mengasuh bayinya dan
bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya. Atau sebaliknya, hal tersebut membuat
mereka menunjukkan rasa khawatir yang berlebihan atau menetapkan standar yang
tinggi terhadap diri mereka dalam memberi perawatan. (E. S. Walyani &
Purwoastuti, 2021)

17
3.4 Masalah Pada Ibu Nifas

A. Infeksi Payudara (Masitis)

Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan


pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran
darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu,
tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa
menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan
nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. (Walyani &
Purwoastuti, 2021)

Patofisiologi :

a. Stasis ASI peningkatan tekanan duktus jika ASI tidak segera dikeluarkan
b. Peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan.
c. Sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan
d. Permeabilitas jaringan ikat meningkat
e. Beberapa komponen (terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari
plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respons imun
f. Kerusakan jaringan mempermudah terjadinya infeksi (Staphylococcus aureus dan
Sterptococcus) dari port d' entry yaitu: duktus laktiferus ke lobus sekresi dan
puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/periduktal dan secara
hematogen. (Tristanti et al., 2019)

Gejala mastitis infeksiosa :

1) Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai
takikardia
2) Demam suhu > 38,5°C
3) Ada luka pada puting payudara
4) Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
5) Terasa keras dan tegang
6) Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas

18
7) Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang
terasa asin

Gejala mastitis non infeksiosa :

1) Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut


2) Bercak kecil keras yang nyeri tekan
3) Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja

B. Subinvolusi

Subinvolusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan bentuk


seperti sebelum hamil yang tidak sempurna. Subinvolusi adalah kegagalan uterus
untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari
penyebab umum perdarahan pascapartum.
Faktor-faktor risiko subinvolusi
Faktor-faktor risiko subinvolusi antara lain :
a. Multiparitas
Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering teregang
memerlukan waktu yang lama,. Paritas yang akan menghambat involusi uterus adalah
persalinan lebih dari tiga kali.
b. Uterus meregang berlebihan (kehamilan kembar)
c. Mioma uteri
d. Operasi sesar
e. Uterus prolaps
f. Sisa plasenta
Patofisiologi
Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena
kontraksi dan retraksi yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran
darah yang pergi keuterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah
banyak dialirkan keuterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi
dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti
biasa. Demikian dengan adanya hal-hal tersebut uterus akan mengalami kekurangan
darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula.

19
Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah
yang lebar tidak menutup sempurna sehingga pendarahan terjadi terus menerus.
(Hikhmat et al., 2021)

C. Produksi ASI

Produksi dan sekresi ASI merupakan proses fisiologis kompleks yang


melibatkan kelenjar susu dan hubungan yang erat antara sistem hormonal dan faktor
maternal. Seluruh aspek tersebut berkontribusi dalam fungsi sekretori yang
terkoordinasi oleh sel epitel payudara yang kemudian akan menghasilkan ASI dengan
jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.
Protein dalam ASI dibentuk mulai dari ibu mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein. Protein dicerna melalui mulut, kerongkongan, dan selanjutnya
dicerna oleh lambung. Pada lambung, makanan tersebut dicerna oleh enzim pepsin
dan HCL. Dalam duodenum, makanan tersebut dicerna oleh enzim yang berasal dari
pankreas dan usus halus.
Protein yang terkandung dalam makanan tersebut diabsorpsi dan dicerna
menjadi asam amino, kemudian diserap oleh dinding usus melalui sel-sel epitelium.
Asam amino dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan dalam proses
anabolik dan katabolik. Proses tersebut salah satunya digunakan untuk pembentukan
hormon yang dapat mempengaruhi produksi ASI. (Hapsari et al., 2021)

D. Postpartum Blues (Baby B;ues)

Postpartum blues dikenal juga dengan kemurungan masa nifas. Keadaan ini
umumnya sering menggelayuti pada ibu baru yang pertama kali melahirkan. Biasanya
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi dengan sifat yang berbeda secara
drastis antara perubahan satu dengan perubahan yang lain. Baik perubahan yang
terjadi ketika masa kehamilan, melahirkan sampai pada cara hidupnya sesudah
bayinya lahir. Postpartum blues adalah bentuk depresi yang paling ringan, biasanya
timbul antara hari ke-2 sampai ke-14.
Faktor-faktor penyebab postpartum blues:
1) Faktor hormonal
Yaitu perubahan hormonal pada pertengahan masa postpartum. Perubahannya
terjadi pada kadar estrogen, progesteron, prolaktin, serta estriol yang terlalu rendah.

20
Kadar estrogen turun secara tajam setelah melahirkan dan estrogen memiliki efek
supresi aktivitas enzim non-adrenalin nmaupun serotin yang berperan dalam suasana
hati dan kejadian depresi.
2) Faktor demografik,
Yaitu faktor penyebab yang ber hubungan dengan umur dan paritas. Biasanya
umur ibu yang terlalu muda saat melahirkan cenderung memiliki kemungkinan lebih
besar terkena kondisi ini karena mereka memikirkan tentang tanggung jawab sebagai
ibu untuk mengurus anak. Tindakan itu merupakan sebuah bentuk ketidaksiapan
terhadap perubahan peran yang terjadi pada mereka
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
Biasanya, kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilan, dan
persalinan akan memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan.
4) Latar belakang pikologis ibu yang bersangkutan.
Tingkat pendidikan, status perkawinan, kondisi ekonomi, status sosial serta
kedekatan dengan keluarga suami dapat menjadi salah satu pemicu gangguan
psikologis ini. Dukungan yang diberikan dari lingkungan. Misalnya, suami, orang tua,
dan keluarga akan menjadi obat yang ampuh bagi ibu.
5) Aktivitas fisik berhubungan dengan aktivitas mengasuh bayi, menyusui ataupun
menggantikan popok yang biasanya terjadi di malam hari dimana hal tersebut menjadi
hal yang baru bagi ibu bersalin. Ditambah lagi dengan ketidaknyamanan fisik, seperti
rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara yang dialami sehingga
menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan. Fisik yang sudah lelah
dan kondisi psikis yang kaget dengan perubahan-perubahan tersebut dapat menjadi
salah satu pemicu gangguan psikologis ini.
6) Faktor umur dan jumlah anak.
Pada sebagian ibu yang memiliki anak dengan jarak usia yang terlalu dekat
dapat memicu terjadinya gangguan psikologis ini. Hal tersebut berkaitan dengan
kebutuhan dasar anak sebelumnya yang masih memerlukan perhatian dari orangtua
ditambah dengan kelahiran anak berikutnya yang akan menyita perhatian lebih besar
lagi dari orangtua.
7) Stress yang dialami oleh wanita itu sendiri.
Misalnya, belum bisa menyusui bayinya atau rasa bosan terhadap rutinitas
barunya.
8) Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut yang berlebihan akan

21
kehilangan bayinya.
9) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan perubahan yang terjadi
Gejala-gejala terjadinya postpartum blues:
1) Reaksi: depresi/sedih/disforia.
2) Sering menangis.
3) Mudah tersinggung dan pelupa.
4) Cemas.
5) Labilitas perasaan.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
8) Kelelahan.
9) Mudah sedih.
10) Cepat marah.
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi gembira.
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta bayinya.
13) Perasaan bersalah.
Langkah mengatasi postpartum blues:
1) Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi masa nifas.
2) Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan.
3) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami.
4) Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang di alami dan berusaha melakukan
peran barunya sebagai seorang ibu dengan baik.
5) Cukup istirahat.
6) Menghindari perubahan hidup yang drastis.
7) Berolahraga ringan.
8) Berikan dukungan dari semua keluarga, suami atau saudara.
9) Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang professional agar dapat
memfasilitasi faktor resiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam
melakukan upaya pengawasan.(Sutanto, 2021)

E. Sibling Rivalry

Sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang
sama, seorang saudara laki-laki atau perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan

22
kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung
untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya,
atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara
saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang
mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada
anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun.
Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah
ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan
love hate relationship.
Perubahan sikap dan perilaku dengan kehadiran sibling rivalry yang
dapat ditunjukkan oleh anak, antara lain:
a. Memukul bayi
b. Mendorong bayi dari pangkuan ibu
c. Menjauhkan puting susu dari mulut bayi
d. Secara verbal menginginkan bayi kembali ke perut ibu
e. Ngompol lagi b
f. Kembali tergantung pada susu botol
g. Bertingkah agresif
Antisipasi terhadap perubahan sikap dan perilaku dengan peti
menyiapkan secara dini untuk kelahiran bayi beberapa hal, di dan antaranya:
a. Mulai kenalkan dengan organ reproduksi dan seksual.
b. Beri penjelasan yang konkret tentang pertumbuhan bayi dalam rahim dengan
menunjukkan gambar sederhana tentang uterus dan perkembangan fetus
c. Beri kesempatan anak untuk ikut gerakan janin
d. Libatkan anak dalam perawatan bayi
e. Beri pengertian mendasar tentang perubahan suasana rumah seperti alasan pindah
kamar.
f. Lakukan aktivitas yang biasa dan lakukan dengan anak seperti mendongeng
sebelum tidur atau piknik bersama.

Penyebab Rivalitas Saudara


Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin

23
menunjukkan pada saudara mereka
b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari
orang tua mereka. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka
c. terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat memengaruhi
proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.
g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.
i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka
Adaptasi Kakak sesuai Tahapan Perkembangan
Respons kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan
bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang
sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan
perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul
dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini
Tingkah laku ini antara lain berupa:
a. Masalah tidur
b. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain
c. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti ngompol dan menghisap
jempoli
Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini
adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
a. Mengubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum
kelahiran.
b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan

24
perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang itunjukkan oleh
anaknya.
d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.
Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-
12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan perubahan tubuh
ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan
perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang
mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.
Remaja
Respons para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka.
Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga
yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para
remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
a. Berkurangnya ikatan terhadap orang tua.
b. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri
c. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan
mereka sendiri.
d. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.
Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
a. Bidan mengarahkan ibu untuk menyiapkan secara dini kelahiran bayinya
b. Bidan menyarankan pada ibu untuk memberi penjelasan yang kongkrit tentang
pertumbuhan bayi dalam rahim dengan menunjukan gambar sederhana tentang uterus
dan perkembangan fetus pada anak pertama atau tertuanya
c. Bidan memberi informasi pada ibu bahwa memberi kesempatan anak untuk ikut
gerakan janin/adiknya dapat menjalin kasih sayang antara keduanya, dan anak akan
mengerti akan pengalaman adiknya
d. Bidan menyarankan ibu untuk melibatkan anak dalam perawatan bayi
e. Bidan mengingatkan ibu untuk selalu memberi pengertian mendasar tentang
perubahan suasana rumah seperti alasan pindah kamar pada anak tertuanya
f. Bidan menyarankan kepada ibu untuk tetap melakukan aktivitas yang biasa
dilakukan bersama anak seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik bersama

25
(Walyani & Purwoastuti, 2021)

3.5 Anemia Postpartum

Anemia postpartum diartikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl


dan anemia akut jika kadar hemoglobin kurang dari 8g/dl. Anemia postpartum
didefinisikan dengan kadar hemoglobin <11 gr/dl saat 1 minggu postpartum dan <12
gr/dl saat 8 minggu postpartum.
Pada saat proses persalinan akan terjadi peningkatan tekanan oksidatif, dimana
hormon dan proses hemodinamik postpartum mengalami perubahan diiringi
penurunan vasodilatasi periperal, volume ekstraseluler, angka filtrasi globuler, dan
cardiac output yang menurun seperti masa kehamilan dalam waktu 5-6
minggupostpartum. oleh karena itu, dalam menegakkan taksiran kadar hemoglobin
atau anemia postpartum, penting untuk membedakan antara:
1) Masa awal postpartum dimana hemostatis tubuh berubah bentuk dan dapat
mengganggu proses penilaian kadar zat besi.
2) Masa akhir postpartum dimana sirkulasi menjadi lebih stabildan tekanan oksidatif s
erta penurunan proses peradangan.
Setelah proses persalinan normal, keseimbangan volume ekstraseluler dan
intraseluler ibu akan kembali stabil setelah hari ke 5-7 postpartum. Serum feritin
menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah persalinan pada minggu pertama
postpartum. Akan tetapi, kadar feritin pada minggu pertama postpartum tidak
menunjukkan perubahan signifikan pada minggu kedelapan postopartum atau setelah
masa menyusui.
Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya kadar feritin pada minggu pertama
postpartum tidak berhubungan dengan respon inflamasi selama atau setelah
persalinan, tetapi berhubungan dengan penurunan proses hemodilusi. Untuk itu, kadar
feritin pada minggu pertama postpartum merefleksikan status besi dalam tubuh.
Pada minggu pertama postapartum, terjadi penurunan nyata pada serum besi
dan sedikit penurunan pada serum transferin dikarenakan penurunan saturasi serum
transferin. Dari minggu pertama ke minggu kedelapan postpartum, akan terjadi
peningkatan serum besi dan penurunan serum transferin sehingga menyebabkan
peningkatan saturasi serum transferin. Pernyataan ini menjelaskan bahwa perunuran
serum besi selama masa postpartum sebagai akibat dari respon inflamasi saat proses

26
persalinan. Akan tetapi, penilaian saturasi transferin tidak tepat jika dilakukan untuk
mengetahui status zat besi pada minggu pertama postpartum
Setelah persalinan normal dengan jumlah perdarahan sedikit atau sedang,
kadar serum eritropoitin ibu menurun, yang mana mengurangi perangsangan
eritropoisis. Alhasil, massa eritrosit menurun seperti saat kehamilan, dan kadar
hemoglobin besi yang berasal dari eritrosit yang rusak dibuang untuk digantikan oleh
zat besi baru. Dalam praktik, pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar serum feritin
sebaiknya dilakukan pada minggu pertama postpartum.
Jika kadar hemoglobin ibu kurang dari 11 g/dl saat 1 minggu postpartum,
tenaga kesehatan harus mulai menegakkan antisipasi medis terhadap anemia
postpartum dan merekomendasikan perawatan spesifik serta follow-up. Sedangkan
pada minggu kedelapan postpartum dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang
dari 12 g/dl
Akibat anemia postpartum
Viskositas darah terutama bergantung pada konsentrasi sel darah merah. Pada
anemia berat, viskositas darah dapat turun hingga 1,5 kali viskositas air, dengan angka
normal kira-kira 3 kali viskositas air. Keadaan ini akan mengurangi tahanan terhadap
aliran darah dalam pembuluh darah perifer, sehingga jumlah darah yang mengalir
melalui jaringan dan kemudian kembali ke jantung jauh melebihi normal. Hal tersebut
akan sangat meningkatkan curah.
Anemia postpartum menyebabkan menurunnya kemampuan fisik dan berperan
meningkatkan prevalensi dari kelelahan, kesulitan bernapas, infeksi masa postpartum.
Kondisi ini juga menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita dari segi psikologi;
meliputi ketidakstabilan emosi, menurunkan kemampuan kognitif dan meningkatkan
kejadian depresi postpartum.(Estiani & Aisyah, 2018)

3.6 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Selama masa nifas, diet sehat sangat dianjurkan pada ibu setelah melahirkan untuk
mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan kualitas produksi ASI. Diet yang
dilakukan tentunya harus bermutu dengan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat serta banyak mengandung cairan dan serat untk
mencegah konstipasi. (Sutanto, 2021)

27
Beberapa asupan yang dibutuhkan ibu pada masa nifas diantaranya:

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (3-4 porsi setiap hari)
2) Ibu dianjurkan minum sedikitnya 3 liter per hari, untuk mencukupi kebutuhan
cairan supaya tidak cepat dehidrasi.
3) Rutin mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
4) Serta tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein/
nikotin.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali yaitu satu kali setelah
melahirkan dan yang kedua diberikan setelah 24 jam selang pemberian kapsul
vitamin A pertama. Pemberian kapsul vitamin A 2 kali dapat menambah
kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan, dibandingkan
pemberian 1 kapsul hanya cukup meningkatkan kandungan sampai 60 hari.

28
29
30
(Walyani & Purwoastuti, 2021)

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk
berjalan. Early ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam, dan sebagainya.

Pada ibu dengan postpartum normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12
jam postpartum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio caesarea ambulasi dini

31
dilakukan paling tidak setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya beristirahat/
tidur.

Tahapan ambulasi ini dimulai dengan miring kiri/kanan terlebih dahulu,


kemudian duduk. Lalu apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan
untuk berjalan). (Sutanto, 2021)

Beberapa manfaat ambulasi dini diantaranya:

a. Membuat ibu merasa lebih baik, sehat dan lebih kuat,


b. Mempercepat proses pemulihan fungsi usus, sirkulasi, jaringan otot, pembuluh
vena, paru-paru dan sistem perkemihan.
c. Mempermudah dalam mengajarkan ibu cara melakukan perawatan pada bayinya,
d. Mencegah terjadinya trombosis akibat pembekuan darah,

c. Istirahat

Selama proses pemulihan kondisi fisik dan psikologis ibu pada masa nifas
kebutuhan istirahat ibu harus tercukupi. Ibu dapat beristirahat dengan tidur siang
selagi bayi tidur, atau melakukan kegiatan kecil dirumah seperti menyapu dengan
perlahan-lahan. Jika ibu kurang istirahat maka dampak yang terjadi seperti jumlah
produksi ASI berkurang, memperlambat proses involusi uteri, serta meyebabkan
depresi dan ketidakmampuan ibu dalam merawat bayinya. (Sutanto, 2021)

3.7 Teknik Menyusui

Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang
ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang
tepat bagi ibu untuk menyusui.
Posisi Menyusui

32
Cara Memasukkan Puting Susu Ibu ke Mulut Bayi
Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepaada bayi pada siku bagian
dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu. Lengan kiri bayi
diletakakan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat/paha kanan
bayi, sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari diatasnya
tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna hitam (arcola mamae), sentuhlah mulut
bayi dengan puting payudara ibu Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar.
Masukkan puting payudara secepatnya ke dalam mulut bayi sampai bagian yang
berwarna hitam.
Teknik Melepaskan Hisapan Bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan hisapan bayi
dengan cara :
a. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi
b. Menekan dagu bayi ke bawah
c. Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka
d. Jangan menarik putting susu untuk melepaskan.
Cara Menyendawakan Bayi Setelah Minum ASI

33
Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawanya bayi sebelum menyusukan
dengan payudara yang lainnya dengan cara:
a. Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan sebuah. pelan sampai
bayi bersendawa
b. Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya.
Tanda-tanda Teknik Menyusui Sudah Baik dan Benar
a. Bayi dalam keadaan tenang
b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Bayi menempel betul pada ibu
d. Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara
e. Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi
f. Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
g. Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis (Walyani & Purwoastuti, 2021).

3.8 Asuhan Kebidanan Yang Tepat Berdasarkan Kasus Tersebut

A. Konseling Kunjungan Ke-II

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di


bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup ma kanan, minuman, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda-tanda penyakit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.(Sutanto, 2021)

B. Payudara Lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet.
Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting
susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula
disebabkan oleh trush (candidates) atau dermatitis.
Cara menangani:
a. Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu sakit
b. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan

34
obat lain, sperti krim, salep, dan lain-lain
c. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam
d. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
e. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan
sabun saya. Bila sangat sakit, berhenti menyusui pada payudara yang untuk sementara
untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh
f. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan hoogn menggunakan dot
g. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang
lebih singkat m. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas

C. Infeksi Payudara (Masitis)

Penyebab bengkak:
a. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salahtan
b. Produksi ASI berlebihan
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas
Merangsang refleks oksitosin
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
Stimulasi payudara dan putting
e. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
f. Memakai BH yang sesuai
g. Pemberian antibiotik: flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari

D. Anemia

a. Terapi farmakologi yang dapat diterapkan sesuai dengan keputusan dan peraturan
menteri kesehatan bahwa remaja dan WUS perlu mengkonsumsi tablet tambah darah

35
berupa yaitu 60 mg FeSO4 dan asam folat (0,400mg) yang dikonsumsi setiap minggu
sekali dan setiap hari ketika sedang mestruasi (Permenkes, 2014).
b. Terapi non farmakologi (Resmi & Fibrinika Tuta Setiani, 2020)
1) Pemberian Jus Buah Naga
Buah naga merupakan buah yang kaya akan kandungan zat gizi, masing-
masing kandungan dari buah naga mempunyai manfaat bagi tubuh. Buah naga sebagai
bahan makanan yang mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh,
dimana kandungan protein, zat besi, vitamin A, vitamin B2, dan vitamin C yang
terdapat dalam buah naga berperan dalam metabolisme tubuh sehingga dapat
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
2) Pemberian Jus Kurlapa (Kurma dan Air Kelapa)
Kurma mengandung zat besi. Kandungan zat besi yang tinggi dapat digunakan
untuk pengobatan anemia. Air kelapa muda (Cocos Nucifera L) juga mengandung
beberapa kandungan bahan yang dapat membantu pembentukan darah yaitu asam
folat sebagai bahan pokok pembentuk inti sel darah merah. Pemberian Jus Kurlapa
sebanyak 300 ml selama 7 hari berturut-turut menunjukkan ada pengaruh terhadap
peningkatan Hemoglobin.
3) Pemberian Ekstrak Daun Kelor
Daun kelor dalam bentuk tepung maupun ekstrak mampu meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah. Hal ini disebabkan daun kelor merupakan tanaman yang
kaya zat besi, protein, dan vitamin C. Tingginya kandungan besi dilaporkan sebagai
nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam proses hematopoeisis pada spinal cord, protein
dan asam aminonya merupakan hematopoietic growth factor, dan kandungan vitamin
C dalam daun kelor membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

36
MIND MAPPING

37
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., & Rosyidah, R. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui. In Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. UMSIDA Press. https://doi.org/10.21070/2019/978-602-5914-78-2

Estiani, M., & Aisyah. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diastasis Rekti Abdominis Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Uptd
Puskesmas Sukaraya Baturaja. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 5(2), 24–31.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/download/7295/3698

Hapsari, Q. C., Rahfiludin, M. Z., & Pangestuti, D. R. (2021). Hubungan Asupan


Protein, Status Gizi Ibu Menyusui, dan Kandungan Protein pada Air Susu Ibu
(ASI). Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 20(5), 372–378.

Hikhmat, R., Lestari, S., & Dewi, N. P. (2021). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Proses Involusi Uteri. In Jurnal Kesehatan (Vol. 12, Issue 2).
https://doi.org/10.38165/jk.v12i2.245

Miharti SI, F. A. (2020). Efektifitas pemberian minyak zaitun dan ekstrak kentang
terhadap pemudaran stretch mark pada ibu nifas. Maternal Child Health Care
Journal, 2(1), 2–3.

Resmi, D. C., & Fibrinika Tuta Setiani. (2020). Literatur Review : Penerapan Terapi
Non Farmakologis Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri
Dengan Anemia. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 44–52.

Sutanto, A. V. (2021). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka Baru Press.

Tristanti, I., Kebidanan, P., Muhammadiyah, U., Latar, A., & Kunci, K. (2019).
Mastitis ( Literature Review ). 10(2), 330–337.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2021). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Pustaka Baru Press.

38
39

Anda mungkin juga menyukai