Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEBIDANAN PADA By Ny.

“P” DENGAN MASA


TRANSISI DI KLINIK SADINA MEDIKA TARIK
SIDOARJO

OLEH
ARDINIWATI
NIM : 2082B0213

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (F2K)
IIK STRADA INDONESIA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik dengan judul Asuhan kebidanan pada By Ny. “D” dengan
Masa Transisi Hari Pertama di Klinik Sadina Medika Tarik Sidoarjo

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Kediri, Maret 2021


Mahasiswa

ARDINIWATI
NIM : 2082B0213

Mengetahui
Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Retno Palupi Yonni Siwi, SST, M.Kes Vidia Atika M, SST, S.Psi, M.Kes
LEMBAR KONSUL

Judul : Asuhan kebidanan pada By Ny. “D” dengan


Masa Transisi Hari Pertama di Klinik Sadina
Medika Tarik Sidoarjo
Pembimbing Institusi : Retno Palupi Yonni Siwi, SST, M.Kes

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1

6
LEMBAR KONSUL

Judul : Asuhan kebidanan pada By Ny. “D” dengan Masa


Transisi Hari Pertama di Klinik Sadina Medika
Tarik Sidoarjo
Pembimbing Lahan : Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1

6
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................. 1
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................. 2

BAB 2 LANDASAN TEORI ..................................................................... 3


2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir................................................ 3
2.1.1 Pengertian........................................................................ 3
2.1.2 Ciri-ciri umum bayi baru lahir normal............................ 3
2.1.3 Tahapan bayi baru lahir................................................... 4
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi..... 5
2.1.5 Perubahan Fisiologis bayi baru lahir............................... 5
2.1.6 Perubahan Psikologis BBL.............................................. 20
2.1.7 Pencegahan Infeksi.......................................................... 23
2.2 Konsep Dasar Perawatan Bayi Baru Lahir .............................. 24
2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada BBL ...... 32
2.3.1 Langkah-langkah manajemen menurut Varney.............. 33

BAB 3 TINJAUAN KASUS ....................................................................... 19


3.1 Pengkajian .................................................................................. 19
3.1 Identifikasi Masalah / Diagnosa .............................................. 22
3.2 Antisipasi Masalah Potensial.................................................... 23

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................. 27

BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 28


5.1 Simpulan ..................................................................................... 28
5.2 Saran ........................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil atau berbagai bentuk upaya
pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah
kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan seperti gizi yang rendah atau terjadinya
anemia sewaktu kehamilan dan buruknya hygiene.

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru
lahir dapat terjadi stress yang seharusnya dan dapat menyebabkan hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak dan kematian (Prawirohardjo Sarwono, Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009).

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal


merupakan periode yang paling kritis. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat
dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Manajemen yang baik
pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan dan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang
sehat.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis membuat Asuhan Kebidanan


dengan judul Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”P” dengan bayi baru baru lahir.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Akademi Kebidanan mampu mengidentifikasi dan memahami
masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir, sebagai peserta didik yang
sudah tingkat akademi diharapkan untuk mencari tahu pemecahan masalah dan
jalan keluarnya. Dengan demikian dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan
semua masalah dan penyebabnya dapat ditemukan dan diatasi bersama-sama
dengan menggunakan panduan yang ada yaitu pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.

1.2.2 Tujuan Khusus


Diharapkan mahasiswa mampu :

1. Melaksanakan pengkajian pada bayi baru lahir.


2. Menentukan identifikasi masalah pada bayi baru lahir.
3. Melakukan dan menentukan antisipasi masalah potensial pada bayi baru
lahir.
4. Menentukan identifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir.
5. Melaksanakan implementasi yang telah ditentukan sesuai dengan
kebutuhan pada bayi baru lahir.
6. Menentukan rencana Asuhan Kebidanan disertai intervensi dan
rasionalisasi pada bayi baru lahir.
7. Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan pada bayi
baru lahir.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin. Masa neonatal merupakan masa yang masih sangat
rentan, maka dari itu sebagai tenaga kesehatan harus benar-benar
melakukan pengawasan terhadap bayi baru lahir.
(sulistawati, 2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan 2000-4000 gram, nilai APGAR ≥7
dan tanpa cacat bawaan.
(Depkes RI, 2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat badan lahir antara 2000-
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat.
(Saputra Lyndon, 2014)
Bayi baru lahir adalah bagian dari neonatus yaitu individu yang sedang
bertumbuh yang baru mengalami trauma kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
(Setyowati, 2011)
2.1.2 Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Panjang badan : 48 - 52 cm
2. Berat badan : 2500 - 4000 gram
3. Lingkar kepala : Circumferential suboccipito bregmatica : 32 cm
Circumferential fronto occipitalis : 34 cm
Circumferentia mento occipitalis : 35 cm
4. Lingkar dada : 30 - 38 cm
5. Masa kehamilan : 37 - 42 cm
6. Denyut jantung
Pada menit-menit pertama 180 x/menit, kemudian turun menjadi
120x/menitpada saat bayi berumur 30 menit
7. Respirasi
Pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 x/menit kemudian turun
menjadi 40 x/menit
8. Kulit
Berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa
9. Kuku : agak panjang dan lemas
10. Eliminasi
Eliminasi baik urin dan meconium keluar dalam 24 jam pertama
11. Suhu : 36,5 - 370C
12. Refleks
Reflex menghisap dan menelan, reflex moro, reflex menggenggam
sudah baik. Jika dikagetkan bayi akan memerlihatkan gerakan seperti
memeluk (reflex morro), jika diletakkan suatu benda di telapak tangan
bayi akan menggenggam (grasping reflex)
13. Genetalia
Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki-laki : testis sudah turun dalam skrotum
(Saputra Lyndon, 2014)
2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir
Pengkajian setelah kelahiran, terjadi dalam 3 tahap:
Tahap I : segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan
sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk
interaksi bayi dan ibu
Tahap II : disebut juga tahap transisional reaktivitas, mengkaji selama
24 jam pertama perubahan perilaku
Tahap III : tahap periodic, pengkajian setelah 24 jam pertama masing-
masing tubuh diperiksa.
(Sulistyowati, 2011)
2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Fungsi Kehidupan Intrauterin
ke Kehidupan Ekstrauterin
1. Faktor maturasi
Masa gestasi dari bayi baru lahir berhubungan erat dengan persiapan
fetus dari intrauterine ke ekstrauterin
2. Faktor adaptasi
Kemampuan janin dalam menyesuaikan diri dari intrauterine ke
ekstrauterin
3. Faktor toleransi
Kemampuan bayi mentolerir, menghadapi hal-hal yang sebetulnya
berbahaya
(Sulistyawati, 2011)
2.1.5 Perubahan-perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan adalah selama dalam
kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat kelahiran,
adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan
hidup.
(Saputra Lyndon, 2014)
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan
yang tinggi pada toraksnya dan tekanan ini hilang tiba-tiba setelah bayi
lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-
paru hilang karena terdorong ke bagian porifer paru untuk kemudian di
absorbs. Karena testimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis
akhirnya bayi memulai aktivitas nafas untuk pertama kali.
Tekanan intratoraks yang negative disertai dengan aktivitas nafas
yang pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru.
Setelah beberapa kali nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi
jalan nafas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus
mengembang karena terisi udara.
(Walyani, dkk 2016)
Upaya bernafas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan
cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar
alveolus dapat berfungsi, karena terdapat cukup surfaktan dan aliran
darah ke paru. Produksi surfaktan dimulai pada usia 20 minggu
kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru matang sekitar
30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
(Desidel dkk, 2011)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik
pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi
karena beberapa faktor yaitu:
1) Stimulasi mekanik
Karena tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati jalan lahir.
Tekanan ini menyebabkan cairan di dalam paru-paru (pada bayi
normal jumlahnya 80-100 ml) berkurang sebanyak ½ nya sehingga
cairan tersebut diganti udara
2) Stimulasi kimiawi
Penurunan PaO2 (dari 80 ke 15 mmHg). Kenaikan PaCO 2 (dari 40
ke 70 mmHg) dan penurunan Ph merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus
3) Stimulasi sensorik
Adanya rangsangan suhu dingin mendadak pada bayi saat
meninggalkan suasana hangat pada uterus dan memasuki udara luar
yang relative lebih dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini akan
merangsang impuls sensoris di kulit yang kemudian disalurkan ke
pusat respirasi.
4) Reflex deflasi hearing breur
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali.
(Saputra Lyndon, 2014)
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah
1) Sistem perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada
tangan, kaki dan sekitar mulut)
2) Denyut nadi berkisar 120-160 x/menit saat bangun dan 100 x/menit
saat bayi sedang tidur
3) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa
perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring
dengan waktu. Perubahan sirkulasi janin ketika lahir:
Tabel 2.1 Perubahan sirukulasi janin ketika lahir
Struktur Sebelum lahir Setelah lahir

Vena umbilikalis Membawa darah Menutup, menjadi


arteri ke hati dan ligamentum teres
jantung hepatis

Arteri umbilikalis Membawa darah Menutup menjadi


arteri avenosa ke ligamentum venosum
plasenta

Duktus venosus Pirau darah arteri ke Menutup, menjadi


dalam vena cava ligamentum
inferior arteriosum

Foramen ovale Menghubungkan Biasanya menutup,


arteri kanan dan kiri kadang-kadang
terbuka

Paru-paru Tidak mengandung Berisi udara dan


udara dan sangat disuplai darah dengan
sedikit mengandung baik
darah berisi cairan

Arteri pulmonalis Membawa sedikit Membawa banyak


darah ke paru darah ke paru

Aorta Menerima darah dari Menerima darah


dua ventrikel hanya dari ventrikel
kiri

Vena cafa inferior Membawa darah vena Membawa darah


dari tubuh dan darah hanya dari atrium
arteri dari plasenta kanan

4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai


dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbondioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistensi pembuluh darah dan arteri pulmonalis
mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali
pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen
ovale tertutup.
(Sondakh, 2013)
5) Nilai hematologi normal pada bayi
Tabel 2.2 Nilai Hematologi
Parameter Kisaran normal

Hemoglobin 15-20 g/Dl

Sel darah merah (eritrosit) 5,0-7,5 juta/mm3

Hematokrit 43% - 61%

Sel darah putih (leukosit) 10.000-30.000/mm3

Neutrophil 40% - 80%

Eosinophil 2% - 3%

Limfosit 2% - 10%

Menosit 6% - 10%

Sel darah putih yang matur 3% - 10%


Trombosit 100.000-280.000/mm3

Retikulosit 3% - 6%

Volume darah Pengleman tali pusat dini : 78 ml/kg


Pengleman tali pusat lambat: 98,6
ml/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali
pusat dini : 82,3 ml/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali
pusat lambat : 92,6 ml/kg

3. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh


Ketika bayi baru lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih
rendah daripada suhu di dalam kandungan ibu. Agar tetap hangat, bayi
baru lahir dapat menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan
dengan stimulasi lemak coklat. Namun, jika lingkungannya terlalu
dingin bayi rentan mengalami kehilangan panas karena mekanisme
pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu,
jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh, bayi
baru lahir dapat mengalami hipotermia
(Saputra Lyndon, 2014)
Simpanan lemak coklat sudah tersedia pada bayi saat dilahirkan,
tetapi suhu tubuh bayi menurun lebih banyak energy yang digunakan
untuk memproduksi panas ketika diperlukan saja. Lemak coklat
diproduksi dibawah bahu, dibelakang sternum di leher sekitar ginjal
dan kelenjar supra renal.
(Sulistyowati, 2011)
Hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya dapat
terjadi dalam beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut:
1) Konduksi
Konduksi adalah pemindahan panas dari suatu objek ke objek lain
melalui kontak langsung. Melalui proses ini, panas dari tubuh bayi
berpindah ke objek lain yang lebih dingin yang bersentuhan
langsung dengan kulit bayi. Contohnya : meja, tempat tidur,
timbangan, tangan penolong yang dingin
2) Konveksi
Hilangnya panas melalui konveksi terjadi ketika panas dari tubuh
bayi berpindah ke udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang
dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Contohnya: kipas angina,
pendingin ruangan (AC)
3) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua objek dengan suhu
berbeda tanpa saling bersentuhan. Kehilangan panas melalui radiasi
terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendh dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung).
Contoh: bayi dibiarkan dalam ruangan dingin tanpa diberi pemanas,
bayi dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi ditidurkan
berdekatan dengan bagian ruangan yang dingin
4) Evaporasi
Evaporasi adalah proses perpindahan panas dengan cara mengubah
cairan menjadi uap. Evaporasi merupakan jalan utama bayi
kehilangan panas, kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri, karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
(Saputra Lyndon, 2014)
Tiga faktor utama yang paling berperan dalam kehilangan panas
tubuh bayi:
(1) Luas permukaan tubuh bayi
(2) Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum berfungsi secara
sempurna
(3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas.
(Walyani dkk, 2016)
Kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir dapat dicegah dengan
cara antara lain:
(1) Mengeringkan bayi dengan seksama, kecuali bagian tangan,
verniks kaseosa tidak perlu dibersihkan
(2) Menyelimuti bayi dengan selimutatau kain bersih dan hangat
(3) Menutupi bagian kepala bayi
(4) Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya,
kontak kulit dengan kulit akan membantu perpindahan panas
tubuh ibu ke bayi
(5) Menunda menimbang atau memandikan bayi baru lahir, bayi
baru lahir sebaliknya memandikan (sedikitnya) enam jam
setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah bayi lahir dapat menyebbakan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir
(6) Menempatkan bayi di lingkungan yang hangat
(7) Menjauhkan tempat tidur bayi dan meja pemeriksaan dari
jendela atau pintu
(Saputra Lyndon, 2014)
Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara:
(1) Menggigil
Cara menggigil tidak efisien dan pada neonatus, terlihat hanya
pada kondisi stress dingin yang paling berat
(2) Aktifitas otot volunteer
Aktifitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya
terbatas bahkan pada bayi cukup bulan yang memiliki kekuatan
otot yang cukup untuk menangis dan tetap dalam posisi fleksi
(3) Termoregulasi (produksi panas tubuh) tanpa menggigil
- Peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak
coklat (brown fat) untuk memproduksi panas. Neonatus
dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan
meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi
ini, norepinefin mencetuskan pemecahan asam lemak, yang
dioksidasi dan dilepas ke dalam sirkulasi. Ini menyebabkan
peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat dengan jelas
dan bahkan dapat membuat neonatus cukup bulan yang
sehat menjadi lelah.
- Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk
menghasilkan panas. Lapisan lemak coklat berada pada dan
disekitar tulang belakang bagian atas, klavikula dan
sternum, dan ginjal serta pembuluh darah besar. banyaknya
lemak coklat bergantung pada usia gestasi dan berkurang
pada bayi baru lahir yang mengalami retardasi
pertumbuhan. Lemak coklat adalah sumber yang tidak dapat
diperbaharui pada bayi baru lahir. Penghasilan panas
melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada
saat bayi lahir akibat lonjakan katekolamin dan penghentian
supresor prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan
plasenta.
(Varney, 2008)
4. Metabolisme Karbohidrat
Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa
dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lair
menyebabkan seorang bayi harus mulai memertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun
dalam waktu yang cepat (1 sampai 2 jam). Untuk memerbaiki
penurunan kadar gula darah tersebit dapat dilakukan tiga cara, yaitu
1) Melalui penggunaan ASI.
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen.
3) Melalui pengunaan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
Bayi baru lahir yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal
ini hanya terjadi jika bayi baru lahir tersebut memunyai persediaan
glikogen yang cukup. Bayi yang sehat menyimpang glukosa dalam
bentuk glikogen (terutama di hati), selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim.
5. Sistim Pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,
memetabolisme, dan mengabsopsi protein dan karbohidrat sederhana
serta mengonsumsi lemak. Kemampuan bayi lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas
lambung masih terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi tergantung pada ukuran,
tingkat lapar, dan kesadaran bayi.
Pada bayi baru lahir, saluran pencernaan mengandung zat berwarna
hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida, zat ini yang
disebut dengan meconium. Meconium biasanya dikeluarkan dalam 12-
24 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan
berwarna kekuning-kuningan. Enzim dalam saluran pencernaan
biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali amilase dan lipase.
Amilase baru dihasilkan oleh kelenjar saliva setelah usia 3 bulan dan
oleh pankreas setelah usai 6 bulan, sedangkan lipase baru dihasilkan
oleh pankreas setelah 6 bulan.
Bayi yang diberi ASI dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih dalam
sehari, ASI sudah mulai banyak diproduksi pada hari ke 4 atau ke 5
persalinan. Walaupun demikian setelah 3-4 minggu, bayi hanya BAB
1x setiap 2 hari. Sedangkan bayi yang diberi susu formula lebih sering
BAB tetapi lebih cenderung mengalami konstipasi.
(Sulistyowati, 2011)
Tabel 2.3 Pola Perubahan Feses
Pola Deskripsi

Mekonium Tinja pertama bayi, yang tersusn atas cairan amniotic


dan penyusunannya, sekresi usus, sel mukosa yang
lepas, dan kemungkinan darah (darah ibu yang tertelan
atau perdarahan darah minor pembuluh saluran
pencernaan). Pengeluaran meconium akan sudah terjadi
dalam 24 jam samapi 48 jam pertama, meskipun bisa
juga terlambat sampai 7 hari pada bayi dengan berat
badan lahir sangat rendah.

Tinja transisi Biasanya keluara pada hari ketiga setelah menyusui,


berwarna cokelat kehijauan sampai cokelat kekuningan,
dan kurang lengket dibandingkan dengan meconium,
bisa mengandung gumpalan susu.

Tinja susu Bisanya keluar pada hari keempat. Tinja bayi yang
disusui ASI berwarna kuning keemasan, kenyal dan
berbau seperti susu. Tinja bayi yang disusui susu
formula berwarna kuning pucat sampai cokelat muda,
lebih padat, dan berbau lebih buruk.

Sumber : Saputra Lyndon (2014).


6. Sistim Perkemihan
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air, kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium karena ruangan ekstraseluler yang
luas. Ginjal telah berfungsi tetapi belum sempurna karena jumlah
nefron masih belum sebanyak orang dewasa. Laju filtrasi glomerulus
pada bayi baru lahir hanyalah 30-50 dari laju filtrasi glomerulus pada
orang dewasa. Akibatnya kemampuan mengeluarkan produk limbah
dalam darah masih kurang.
Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Jumlah urine sekitar 20-30 ml/jam dan meningkat menjadi
100-200ml/jam pada akhir minggu pertama. Frekuensi buang air kecil
pada bayi berbeda-beda tergantung pada asupan cairan. Umumnya bayi
baru lahir akan buang air kecil sekali dalam 24 jam perta,a, dua kali
pada 24 jam kedua, dan tiga kali pada 24 jam ketiga. Bayi yang diberi
susu formula mungkin buang air kecil lebih sering, tetapi jumlah urine
pada bayi yang diberi ASI meningkat.setelah 3-4 hari ketika ASI ibu
telah muncul menggantikan jumlah kolostrum. Setelah hari keempat,
bayi baru lahir seharusnya sudah buang air kecil sebanyak 6-8 kali
dalam setiap 24 jam.
(Saputra Lyndon, 2014)
7. Sistim Hepatitis
Hati harus membantuk pembentukan darah selama kehidupan janin
hingga tingkat tertentu setelah lahir. Selama periode neonatal, hati
menghasilkan zat yang essensial untuk pembentukan darah. Hati juga
mengendalikan jumlah bilirubin tak berkonjungasi yang bersikulasi
pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan
pemecahan sel-sel darah merah.
Segera setelah lahir, pada hati terjadi perubahan kimia dan
morfologis yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak
dan glikogen. Enzim hati belum aktif benar pada bayi baru lahir dan
umumnya baru benar-benar aktif sekitar 3 bulan setelah kelahiran.
Cadangan zat besi yang disimpan selama dalam kandungan cukup
memadai bagi bayi premature 4-6 bulan pertama kehidupan
ekstrauterine. Bayi premature dan berat badan lahir rendah memiliki
cadangan zat besi yang lebih sedikit yang hanya memadai untuk 2-3
bulan pertama. Pada saat itu bayi baru lahir menjadi rentan terhadap
defisiensi zat besi.
(Saputra Lyndon, 2014)
8. Sistim Imum (Kekebalan Tubuh)
Sebelum plasenta lahir, plasenta merupkana sawar yang menjaga janin
bebas dari antigen dan stress imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi akrena sistim kekebalan
tubuhnya belum matang. Dalam perkembangannya, sistim kekebalan
tubuh akan memberikan kekebalan alami dan kekebalan yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur perthanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi (Saputra Lyndon, 2014).
Beberapa contoh imunitas alami, meliputi
1. Perlindungan barrier yang diberikan oleh kulit dan membrane
mukosa.
2. Fungsi saringan alat saluran nafas.
3. Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung.
4. Perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada
lambung.
Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-sel darah yang
tersedia pada saat lahir untuk membantu bayi baru lahir membunuh
mikroorganisme asing.
(Varney, 2008)
Namun pada bayi baru lahir sel darah masih belum matang, artinya bayi
baru lahir tesebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien. Belum matangnya kekebalan alami pada bayi
menyebabkan bayi sangat rentan mengalami infeksi. Oleh sebab itu,
pencegahan terhadap infeksi (seperti pada praktik persalinan yang aman
dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dalam infeksi menjadi sangat penting.
(Saputra Lyndon, 2014)
Bayi memunyai beberapa imunglobin seperti IgE, IgA, dan IgM.
Selama trimester terakhir kehamikan terjadi transfer transparental
imunoglobin IgG dari ibu ke janin. Hal ini memberikan perlindungan
pada janin untuk memberikan pertahanan terhadap infeksi yang
didapatkan dari antibodi ini. Antibodi yang terbentuk memberikan
kekebalan pasif pada bayi sekitar 6 bulan, sedangkan IgM dan IgA
tidak mampu untuk melewati barrier plasenta tetapi dapat dihasilkan
oleh janin beberapa hari setelah lahir.
Tingkat IgG bayi sama atau kadang lebih tinggi dari ibunyam hal ini
disebabkan karena adanya kekebalan pasif selama bulan pertama
kehidupan, sedangkan IgM dan IgA rata-rata 20% dari orang dewasa
yang dibutuhkan selama 2 tahun untuk sama dengan orang dewasa.
Tingka IgM dan IgA yang relatif rendah dapat memudahkan masuknya
infeksi IgA dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi pada
saluran pernafasan, gastrointestinal, dan mata. ASI terutama kolostrum
dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi sebagai perlindungan
terhadap infeksi dalam bentuk lacrobacillua bifidusm lactoferin,
lysozyme, dan pengeluaran IgA akan mengakibatkan suasana asam dan
dapat menghambat pertumbuhan bakteru pathogen. Oleh karena itu,
setiap tindakan pada bayi ahrus berprinsip untuk mencegah terjadinya
infeksi.
(Setyowati, 2011)

9. Sistim Reproduksi
Spermatogenesis pada bayi laki-laki, belum terhadi sampai mencapai
pubertasm tetapi pada bayi perempuan suah terbentuk folikel
promodial yang mengandung ovum pada saat lahir. Pada kedua jenis
kelamin ini pengambikan esterogen dari ibu untuk pertumbuhan
payudara yang kadang-kadang disertai 22ecret pada hari keempat atau
kelima. Hal ini tidak membutuhkan perawatan karena akan hilang
dengan sendirinya. Pada bayi perempuan kadang terjadi
pseudomenstruasi dan labia mayora sudah terbentuk menutupi labia
minora. Pada laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum pada akhir
36 minggu kehamilan.
(Setyowatim 2011)
10. Sistim Rangka Tubuh
Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi
dibandingkan hyperplasia, pemanjangan dan pengerasan tulang yang
belum sempurna dapat menfasilitasi pertumbuhan episis. Tulang yang
berada dibawah tengkorak tidak mengalami pengerasan. Hal ini penting
untuk pertjnbuhan otak dan memudahkan proses maulase pada waktu
persalinan. Maulase dapat hilang beberapa hari setelah kelahiran.
Fontanela posterior menutup setelah 6-8 minggu sedangkan fontanela
anterior membuka sampai 18 minggu. Pengkajian terhadapa hidrasi dan
tekanan intracranial dapat dilakukan dengan palpasi fontanel.
(Setyowati, 2011)
11. Sistim Saraf
Jika dibandingkan dengan sistim lainnya, sistim saraf belum matang
secara anatomi dan fisiologu. Hal ini mengakibatkan kontrol yang
minim oleh kortex serebri terhadap sebagian besar batang otak dan
aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan
walaupun sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas
refleks yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya
kerjasama antara sistim saraf dan sistim muskoloskeletal.
(Setyowati, 2011)
Macam-macam refleks pada bayi baru lahir, antara lain
Tabel 2.4 Refleks Bayi Baru Lahir
No Reflex Respon Normal Respon Abnormal

1 Reflex rooting Pada bayi baru lahir Respon yang lemah atau
(Mencari) menolehkan kepala tidak ada respon terjadi
kearah stimulus, pada premature,
membuka mulut, dan penurunan atau cedera
mulai menghisap bisa neurologis, atau depresi
pipi, bibir, atau sudut sistim syaraf pusat
mulut bayi disentuh (STP).
dengan jari atau puting.

2 Refleks sucking Refleks ini timbul Muntah, batuk, atau


(Menelan) bersamaan dengan refleks regurgitasi cairan dapat
rooting untuk menghisap terjadi, kemungkinan
puting susu dan menelan berhubungan dengan
ASI sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera,
terutama terlohat setelah
laringoskopi.

3 Reflex grasping Refleks yang timbul bila Tidak ada respon yang
(Menggenggam ibu jari diletakkan pada terjadi.
) telapak tangan bayi maka
bayi akan menutup
telapak tangannya.
Respon yang sama dapat
diperoleh ketika telapak
kaki digores dengan ujug
jari kaki, menyebabkan
jari kaki menekuk.
Genggaman telapak
tangan bayi biasanya
berlangsung usia 3-4
bulan.

4 Reflex moro Refleks dimana bayi akan Refleks asimatis terlihat


(Terkejut) mengembangkan pada cedera saraf perifer
tangannya lebar-lebar dan (pelksus barkialis) atau
melebarkan jari-jari lalu fraktur clavikula atau
mengembalikan dengan fraktur tulang panjang
tarikan yang cepat seakan lengan atau kaki.
akan-akan memeluk
seseorang. Jari-jari akan
meregang dengam ibu jari
dan telujuk membentuk
huruf “C”. dapat
diperoleh dengan
memukulkan permukaan
yang rata didekat bayi
terlentang.

5 Reflex stapping Bayi akan berusahan Respon asismetris


(Merangkak) untuk merangkak ke terlihat pada cedera saraf
depan dengan kedua dan gangguan
tangan dan kaki bila neurologis.
diletakkan telungkup
pada permukaan yang
datar.

6 Reflex tonic Refleks jika bayi Respon persisten setelah


neck (Leher) mengangkat leher dan bulan keempat dapat
menoleh ke kanan atau ke menandakan cedera
kiri jika diposisikan neurologis.
tengkurap. Refleks ini
tidak dapat dilihat pada
bayi usia 1 hari, refleks
ini dapat diamati sampai
bayi usia 3-4 bulan.

7 Reflex Refleks bila ada Tidak ada respon yang


Babinsky ransangan pada telapak terjadi.
kaki akan bergerak ke
atas dan jari-jari lain
membuka. Refleks ini
biasanya hilang setelah
berusia 1 tahun.

Sumber : Sondakh (2013).


Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah berkembang dan memiliki dampak
signifikan, pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk proses
pertahanan (attachment):
1) Pendengaran
Berkembang sangat baik pada saat lahir. Begitu cairan amnion
dibersihkan dari telinga, bayi mungkin telah memiliki tajam
pendengaran yang sama dengan orang dewasa. Bayi bereaksi terhadap
suara dengan dengan berpaling kearah sumber suara. Bayi baru lahir
memberikan respon terhadap suara berfrekuensi rendah seperti suara
denyut jantung atau lagu nina bpbo dengan menurunkan aktivitas
motoric dan berhenti menangis. Suara berfrekuensi tinggi memicu
reaksi waspada.
2) Pengecap
Mampu membedakan rasa manis dan asam ada usia 72 jam.
3) Penciuman
Mampu membedakan antara bau ASI ibunya dengan ASI yang lain.
4) Peraba
Sensitive terhadap nyeri, bereakasi terhadap stimulasi taktil.
5) Penglihatan
Mampu memfokuskan penglihatan sementara pada objek yang kurang
atau bergerak yang berjarak 20 cm dan pada garis tengah yang lapang
penglihatan. Pupil berekasi terhadap cahaya dan refleks berkedip
mudah dirangsang. Bayi sangat sensitif terhadap cahaya. Jika ruangan
digelapkan, ia akan membuka matad engan lebar dan melihat ke
sekelilingnya.
(Saputra Lyndon, 2014)
2.1.6 Adaptasi Psikologis Bayi Baru Lahir Terhadapi Kehidupan di Luar
Kandungan
Selain beradaptasi secara fisiologis, bayi abru lahir juga melakukan
adaptasi psikologis. Semua bayi baru lahir mengalami pola kejadian
spesifik yang sama setelah lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan tipe
persalinan yang mereka alami. Bayi baru lahir umumnya menunjukkan
pola perilaku yang dapat ditebak pada beberapa jam awal setelah kelahiran,
ditandai dengan dua periode reaktivitas yang diselingi dengan fase tidur.
Adaptasi psikologis ini dipicu oleh ransangan dari lingkungan ekstauterine
setelah lahir dan mememliharakan kemajuan bayi baru lahir kearah
mandiri.
(Saputra Lyndon, 2014)
1. Periode transisi
Karakteristik setiap perilaku yang muncul selama jam-jam trasisi
segerea setelah kelahiran bayi. Bidan yang memahami perilaku ini akan
memiliki pemahaman yang benar terhadap variasi yang terjadi selama
jam-jam tersebut. Periode transisi merupakan waktu ketika bayi
menajdi stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian
ekstrauterine. Perilaku bayi baru lahir selama periode transisi dapat
berubah jika bayi secara signifikan mengalami distress atau sangat
dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan selama persalinan.
Tabel 2.5 Tanda-tanda Transisi Normal
No Pengkajian Nilai Normal

1 Tonus Sebagian besar fleksi


2 Refleks Menghisap Utuh

3 Perilaku Terjaga dan tidur bergantian

4 Bising Usus Ada setelah 30 menit

5 Nadi 120-160 denyut per menit, bervariasi ketika


tidur atau menangis dari 100-180 per menit.

6 Pernafasan 30-60x/menit, pernafasan diafragma disertai


dengan dinding abdomen.

7 Suhu Aksila: 365-375°C

Kulit: 36-365°C

8 Dextrostix Lebih dari 45 mg%

9 Hematokrit Kurang dari 65-70%

Sumber : Varney (2008).


Periode transisi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
1) Tahap Reaktivitas I
Periode pertama reaktivitas dimulai sejak bayi lahir dan
berlangsung selama 30 menit. Karakteristik pada periode ini, yakni
(Varney, 2008)
Karakteristik pada periode ini antara lain:
(1) Respirasi dan pernafasan berlangsung cepat (frekuensi
pernafasan mencapai 80 kali per menit) dengan irama yang
tidak teratur.
(2) Ekspirasi mendungkur.
(3) Terdapat retraksi.
(4) Memilika sejumlah mukus.
(5) Bayi menangis kuat.
Periode ini memungkinkan orang tua berinteraksi dengan bayi
mereka dan nikmati kontak dengan bayi baru mereka. Refleksi
menghisap yang kuat pada periode ini menyediakan kesempatan
yang baik untuk insiasi menyusui dini. Banyak bayi baru lahir
sudah dapat mengunci puting susu ibu dan menghisap dengan baik
pada pengalaman pertama. Selain itu pada periode ini, maka bayi
terbuka lebih lama dari hari-hari berikutnya sehingga merupakan
waktu yang tepat untuk memulai proses pendekatan (kulit denga
kulit) karena bayi dapat memertahankan kontak mata dalam waktu
lama.
(Saputra Lyndon, 2014)
2) Tahap Interval (Tidur)
Tahap interval berlangsung dari 30 menit setelah kelahiran sampai
2 jam setelah kelahiran, selama bayi baru lahir tidur.
(Varney, 2008)
Pada fase ini bayi baru lahir atau aktivitasnya berkurang. Fase
tidur ini mengacu pada periode berkurangnya responsitivitas.
Gerakan lebih tidak menghentak dan frekuensi gerakan periode
frekuensi pernafasan dan denyut jantung menurun kembali ke nilai
dasar seiring dengan masuknya bayi dalam fase tidur, warna kulit
cenderung stabil, dan bisa terdengar bising usus. Otot-otot menjadi
relaks dan responsitivitas terhadap ransangan dan luar bekurang.
Selama fase ini sasngat sulit untuk berinteraksi dengan bayi dan bayi
terlihat tidak tertarik untuk menyusu. Waktu yang tenang ini dapat
digunakan oleh ibu dan bayi untuk tetap dekat dan beristirahat
bersama setelah persalinan.
(Saputra Lyndon, 2014)
3) Tahap Reaktivitas II
Periode reaktif yang berlanjut dan 3 jam setelah kelahiran sampai
bayi berusia sekitar 6 jam.
(Varney, 2008)
Denyut jantung dan laju pernafasan meningkat. Frekuensi nadi apikal
berkisar 120-160 x/menit, sedangkan frekuensi pernadfasan berkisar
30-60x/menit. Peristaltik juga meningkat sehingga bukanlah hal yang
jarang bagi baru lahir untuk mengeluarkan meconium. Selain itu,
aktivitas motorik dan tonus otot meningkat sehubungan dengan
peningkatan koordinasi otot.
Interaksi antara ibu dan bayi selama periode kedua reaktivitas di
dorong jika ibu telah beristirahat dan menginginkannya. Periode ini
juga menyedikan kesempatan yang bagus bagi orang tua untuk
memeriksa bayinya dan mengajukan pertanyaan. Pada periode ini
perlu dilakukan pemantauan ketat atas kemungkinan bayi terdesak
saat mengeluarkan mukus yang berlebihan, pemantauan setiap
kejadian apnea, dan mulai melakukan metode stimulasi keinginan
atau rasnangan taktil segera, misalnya mengusap punggung,
memiringkan bayi, serta mengkaji keinginan dan kemauman untuk
menghisap.
(Saputra Lyndon, 2014)

2.1.7 Pencegahan Infeksi


Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Sekitar 42 % nenonatal disebabkan oleh infeksi seperti
tetanus neonaturum, sepsis, meningitis, pneumonia dan diare. Tindakan
pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilakukan secara rutin
pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan
dasar selama kunjungan neonatal atau pasca persalinan, asuhan dasar bayi
baru lahir dan pada saat melakukan penatalaksanaan penyulit. Tindakan ini
merupakan upaya menurunkan risiko terjangkit infeksi mikroorganisme
yang menimbulkan penyakit berbahaya.
(Saputra Lyndon, 2014)
1. Ada 3 faktor yang diperhatikan dalam pencegahan infeksi yaitu:
1) Jaga kebersihan kulit bayi agar tetap dalam keadaan sehat sehingga
jika bakteri akan masuk ke dalam tubuh bayi, bakteri tersebut tidak
memiliki jalan untuk memasuki jaringan tubuhnya
2) Jaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar bayi
3) Gunakan pengaman dan teknik perawatan yang baik untuk
menghindari infeksi silang
2. sebab-sebab infeksi
1) Petugas kesehatan
Penyebaran infeksi dapat melalui hidung, tangan, kulit maupun
pakaian petugas kesehatan. Bisa juga disebabkan oleh
mikroorganisme dari orang tua bayi
2) Udara dan debu
Udara dan debu dalam ruangan perawatan banyak mengandung
bakteri, salah satunya adalah stapilococcus yang paling banyak
menimbulkan infeksi
3) Peralatan
Infeksi juga disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak steril
4) Infeksi silang
Dalam suatu ruangan jika ada salah satu bayi yang terinfeksi maka
bayi yang lain juga akan terkena
(Setyowati, 2011)
5) Untuk mencegah infeksi pada saat menangani bayi baru lahir,
penolong harus melakukan tindakan pencegahan infeksi yaitu:
(1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan bayi
(2) Gunakan satung tanagn bersih saat menangani bayi yang
belum dimandikan
(3) Pastikan semua peralatan (termasuk klem, gunting dan benang
tali pusat) telah diberi DTT atau dalam keadaan steril
(4) Jika menggunakan bola karet pengisap, gunakan bola karet
yang bersih dan baru
(5) Pastikan semua perlengkapan bayi dalam keadaan bersih,
misalnya pakaian, handuk, selimut dank ain
(6) Pastikan semua peralatan yang bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih, misalnya timbangan, pita pengukur,
thermometer dan stetoskop
(7) Anjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
(putting susu jangan dibersihkan dengan sabun)
(8) Bersihkan muka, bokong dan tali pusat dengan air hangat
(9) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita peyakit dan
infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci
tangan sebelumnya
(Saputra Lyndon, 2014)

2.2 Konsep Dasar Perawatan Bayi Baru Lahir


2.2.1 Pengkajian Pada Saat Kelahiran
Pengkajian bayi baru lahir dimulai ketika kepala janin mulai muncul
(crowning). Bidan dapat mengobservasi warna kulit kepala dan
mengecek kembali pengisian kapiler dengan secara lembut menekan
jaringan kulit kepala. Warna yang bagus dan pengisian ulang yang cepat
setelah menekan kulit kepala (blanching) adalah dua tanda pasti bahwa
bayi memiliki perfusi yang baik
Pada saat kelahiran, tangan dan mata bidan mengkaji tonus dan warna
kulit neonatal. Bidan mengamati tubuh bayi untuk mencari tanda setiap
deformitas fisik yang jelas terlihat. Menyentuh tali pusat yang berada
dekat dengan abdomen memungkinkan bidan mengkaji frekuensi jantung
bayi baru lahir. Dengan lahirnya neonates, bidan harus secara seksama
mengobservasi adanya tanda bahwa bayi mampu mengambil nafas
pertama. Semua pengkajian ini dapat terjadi beberapa detik setelah
persalinan.
(Varney, 2008)
2.2.2 Mengeringkan Tubuh Bayi
Tubuh bayi dikeringkan dari cairan ketuban dengan menggunakan
kain atau handuk yang kering, bersih dan halus. Mengeringkan tubuh
bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk nayi yang sehat, hal ini
biasanya cukup merangsang terjadinya pernafasan spontan. Tubuh bayi
dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu
menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti
bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di
klem. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion
pada tangan bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang bau sama.
(Saputra Lyndon, 2014)
2.2.3 Mempertahankan Suhu Hangat untuk Bayi
Suhu yang hangat akan sangat membantu menstabilkan bayi dalam
bernafas. Letakkan bayi diatas tubuh ibu yang ditutupi kain kemudian
tutupi keduanya dengan selimut jika ruangan ber AC, sorotkan lampu
penghangat kepada pasien dan bayinya.
(Walyani dkk, 2016)
Lalu tunda memandikan bayi selama setidaknya 6 jam atau sampai
stabil untuk mencegah hipotermi.
(Saputra Lyndon, 2014)
2.2.4 Membersihkan Saluran Nafas
Saluran nafas dibersihkan dengan cara mengisap lendir yang ada di
mulutnya dan hidung. Namun hal ini hanya dilakukan jika diperlukan.
Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian skor APGAR
menit pertama. Bayi normal menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila bayi tidak segera menangis, jalan nafas segera dibersihkan
dengan cara sebagai berikut :
1. Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
2. Bayi diletakkan pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat. Badan bayi dalam keadaan terbungkus
3. Posisi kepala bayi diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
4. Pangkal pengisap lendir dibungkus dengan kain kasa steril kemudian
dimasukkan ke dalam mulut bayi
5. Tangan kanan penolong membuka mulut bayi, kemudian jari telunjuk
tangan kiri dimasukkan ke dalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk
menahan lidah bayi). Setelah itu, jari tangan kanan memasukkan pipa
6. Dengan posisi sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, lendir diisap
sebanyak-banyaknya dengan arah memutar
7. Selang dimasukkan berulang-ulang ke hidung dan mulut untuk dapat
menghisap lendir sebanyak-banyaknya
8. Lendir ditampung diatas bengkok dan ujung pipa dibersihkan dengan
kain kassa
9. Pengisapan dilakukan sampai bayi menangis dan lendirnya bersih.
Setelah itu, daerah telinga dan sekitarnya juga dibersihkan
2.2.5 Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Ketika memotong dan mengikat tali pusat, teknik aseptic dan
antiseptic harus diperhatikan. Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk
menilai skor APGAR menit kelima. Cara pemotongan dan pengikatan
tali pusat adalah sebagai berikut :
1. Klem, potong, dan ikat tali pusat dua menit pasca lahir
2. Lakukan penjepitan ke 1 tali pusat dengan klem logam DTT/klem tali
pusat 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan
tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kea rah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke dua dengan logam DTT lainnya atau
klem tali pusat lainnya dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke satu
arah ibu.
3. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting tali pusat DTT/ steril
4. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi,
kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
5. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%
6. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi menyusui
dini (IMD)
(Saputra Lyndon, 2014)
2.2.6 Penilaian APGAR Score Pada Bayi Baru Lahir
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan
menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada menit
kelima dan kesepuluh. Penilain ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak
Penilaian keadaan umu bayi berdasarkan nilai APGAR :

Aspek pengamatan SKOR

bayi baru lahir 0 1 2

Appearance (warna Pucat Tubuh merah muda, Seluruh tubuh


kulit) ekstremitas biru kemerah-
merahan

Pulse rate (frekuensi Tidak ada Lambat, kurang dari Lebih dari 100
nadi) 100

Grimmace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis kuat


rangsang) berupa mimik

Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan aktif


fleksi

Respiration Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis


(pernafasan) dengan baik

Sumber : Varney (2008).


Nilai APGAR :
1. 0-3 adalah asfiksia berat
2. 4-6 adalah asfiksia sedang
3. 7-10 adalah asfiksia ringan (normal)
(Vivian, 2010)
Penilaian APGAR 5 menit pertama dilakukan saat kala III persalinan
dengan menempatkan bayi baru lahir diatas perut pasien dan ditutupi
dengan selimut atau handuk kering yang hangat.
(Walyani, dkk 2016)
Prosedur penilaian APGAR :
1. Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga ventilasi warna dapat
dilakukan dengan baik, dan pastikan adanya akases yang baik ke bayi
2. Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit kemudian lakukan pengkajian
pertama. Kaji kelima variabel dengan cepat dan simultan, kemudian
jumlahkan hasilnya
3. Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya,
misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan tindakan resusitasi
segera
4. Ulangi pada menit kelima. Skor harus naik bila nilai sebelumnya 8
atau kurang
5. Ulangi lagi pada menit ke sepuluh
6. Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai
(Sondakh, 2013)
2.2.7 Melakukan Inisiasi Menyusui Dini
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif
selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping
ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan
setelah tali pusat bayi dipotong dan diikat.
(Saputra Lyndon. 2014)
Inisiasi menyusui dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Seperti halnya bayi
mamalia lainnya, bayi manusia mempunyai kemampuan untuk menyusu
sendiri. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan
setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan
mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari
payudara.
(Sondakh, 2013)
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi :
1. Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila
bayi diletakkan di dada ibu segera setelah melahirkan dapat
menurunkan kematian akibat kedinginan
2. Getaran, cinta saat ibu dipeluk oleh suaminya maka akan merasakan
kehangatan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Begitu juga
dengan bayi, saat bayi diletakkan di dada ibu, bayi akan tenang dan
mengurangi stress, sehingga pernafasan dan detak jantungnya pun
lebih stabil
3. Bayi terlebih dahulu tercemar oleh bakteri ibu yang tidak berbahaya
atau dapat antinya di ASI ibu, sehingga bakteri baik membuat koloni
di usus dan kulit ibu, serta dapat menyaingi bakteri yang lebih ganas
di lingkungan luar
4. Tidak ada yang meragukan kolostrum, cairan yang kaya akan
antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan
terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan
hidupnya
5. Pemberian makanan awal selain ASI (susu hewan) mengandung
bukan protein susu manusia dapat sangat mengganggu pertumbuhan
fungsi usus
6. Bagi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai
kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif dan mempertahankan
menyusu daripada yang menunda menyusu dini.
(Sondakh, 2013)
2.2.8 Memberikan Identitas Diri
Segera setelah IMD bayi baru lahir di fasilitas kesehatan segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi
dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi. Gelang pengenal
tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah tanggal, jam lahir, dan jenis
kelamin
Undang-undang nomir 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak
menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Oleh sebab itu,
tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan perlu menuliskan
keterangan lahir untuk digunakan orang tua dalam memperoleh akte
kelahiran

2.2.9 Memberikan Suntik Vitamin K


Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
semua bayi akan beresiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan, pada semua bayi baru lahir diberikan suntikan
vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal secara IM
pada anterolateral paha kiri. Suntikan vitamin K dilakukan setelah IMD
dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Jika sediaan vitamin K1
yaitu ampul sudah dibuka, sediaan tersebut tidak boleh disimpan untuk
dipergunakan kembali (Saputra Lyndon, 2014).
2.2.10 Memberi Salep Mata Antibiotik Pada Kedua Mata
Salep mata antibiotic diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada mata. Salep mata ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.
Salep ata antibiotic yang biasa digunakan adalah tetrasiklin 1%
Cara pemberian salep mata antibiotic adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian
keringkan dengan handuk
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga apa yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian obat
3. Tarik kelopak mata bagian bawah kea rah bawah
4. Berikan sale mata satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
aling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau
tetes mata
5. Ujung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi
6. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga
untuk tidak menghapus obat tersebut.
(Saputra Lyndon, 2014)
2.2.11 Memberikan Informasi
Imunisasi hepatitis B pertama (Hb-0) diberikan 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B (Hb-0) harus diberikan
pada bayi usia 0-7 hari karena :
1. Sebagian ibu hamil merupakan carier hepatitis B
2. Hamper separuh bayi dapat tertular hepatitis B pada saat lahir dari
ibu pembawa virus
3. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi
hepatitis menurun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis
hati dan kanker hati primer
4. Imunisasi hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%
bayi dari penularan hepatitis B.
(Saputra Lyndon, 2014)
2.2.12 Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan kelahiran
Prosedur pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orang tua
(informed consent)
2. Mencuci tangan dan mengeringkannya, jika perlu gunakan sarung
tangan
3. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi
4. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari
kaki)
5. Mengidentifikasikan warna kulit dan aktivitas bayi
6. Mencatat miksi dan meconium bayi
7. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut
(LP), lingkar lengan atas (LILA), dan panjang badan (PB), serta
menimbang berat badan (BB) bayi

2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran serta tindakan berdasarkan
teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian
tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan pada
bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir pada jam
pertama setelah kelahiran dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran.

2. Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan standart pada bayi baru lahir dengan
memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan dalam persalinan dan
keadaan bayi segera setelah lahir.
3. Hasil yang Diharapkan
Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian,
membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera
merencanakan asuhan.
2.3.1 Langkah-langkah Manajemen Asuhan Menurut Varney
1. Pengumpulan Data
Untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
1) Anamnesa
Biodata
Terdiri dari :
Nama :Nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak
keliru bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain.
Umur : Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang diperlukan.
Alamat : Dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan
mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan
lingkungan tempat tinggal pasien.
Agama : Perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh di
dalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah
dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
Pekerjaan : Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan
ekonomis keluarga juga dapat mempengaruhi
kesehatan.
Pendidikan : Tingkat pendidikan sangat besar pengaruh di dalam
tindakan Asuhan Kebidanan selain itu anak akan lebih
terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat
pendidikannya tinggi.
2) Keluhan utama
Riwayat kehamilan dan kelahiran.
3) Perinatal
Jika selama hamil ibu rajin memeriksakan kandungannya maka
kondisi janin atau bayi selama masih dalam kandungan akan
terkontrol dengan baik. Ibu yang selama hamil sudah
mendapatkan imunisasi TT, maka anaknya bisa terhindar dari
penyakit tetanus neonatorum.
4) Natal
Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat
bawaan pada bayi, berat badan lebih dari batas normal dan umur
kehamilan ibu yang cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi
dapat maksimal.

Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Normal
Kesadaran : Normal
Tanda-tanda vital
Suhu :Normal 36,50C-37,50C. Apabila suhu < 36,50C
merupakan gejala awal hipotermi.
Nadi : Normal (120x/menit-140x/menit)
Pernafasan : Normal 40x/menit. Apabila (30x/menit > 60x/menit,
bayi sukar bernafas.
Berat badan : Normalnya 2500-4000 gram akan terjadi penurunan
berat badan secara fisiologis antara 5%-10% karena
bayi mengalami empat penyesuaian utama yang
dilakukan sebelum dapat memperoleh kemajuan
dalam perkembangan.
Panjang badan : Normal panjang badan waktu lahir sekitar 48-50 cm.
Lingkar kepala : Circum ferentia sub occipito bregmatika : 32 cm
Circum ferentia fronto occipitalis : 34 cm
Circum ferentia mento occipitalis : 35 cm
Lingkar dada : Normalnya 32 cm
2) Pemeriksaan Fisik
(1) Inspeksi
Kepala dan rambut : Bersih, pertumbuhan rambut halus dan merata,
fontanel minor menutup pada minggu ke 6-8. Fontanel
mayor menutup pada bulan ke 16-18.
Mata : Simetris, sejajar dengan mata, tidak adanya
starbismus, pupil bereaksi dengan cahaya iris mata,
adanya bintik bitot, adakah tanda-tanda infeksi, yakni
pus.
Telinga : Kedua telinga simetris, helix dengan sudut mata,
tidak adanya serumen, tidaknya ada sekret, refleks
cahaya politzer.
Hidung : Tidak ada sadelnose, tidak ada mukosa hidung, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : Tidak ada labiopalatoschizis atau labioschizis, bibir
tidak pucat, tidak ada rhagaden, tidak kering, tidak
ada stomatits
Leher : Apakah ada pembengkakan kelenjar thyroid dan
benjolan.
Dada : Simetris atau tidak, adanya kelaiann bentuk dada
(barelces, funecel, atau pigeonces), adanya kelainan
pada puting susu atau tidak (ginecomasti dan
galaktonue).
Tangan : Gerakan bahu, simetris atai tidak, adaya syndactil atau
polydactil, kuku tidak pucat, kuku lebih panjang dari
jari tangan.
Perut : Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
pada tali pusat (pada saat tidak menangis), apakah ada
benjolan.
Genetalia :
Laki-laki : Testis apakah berada dalam scrotum, penis berlubang
dan lubang ini terletak di ujung penis.
Perempuan : Apakah vagina berlubang, uretra berlubang, labia
mayora menutupi labia minora dan clitoris.
Kaki : Gerakan normal, bentuk, jumlah jari normal.
Punggung: Pembengkakan atau ada cekungan spina bifida.
Anus : Tidak atresia ani dan atresia recti.
Kulit :Vernik caseosa, warna, pembengkakan atau bercak
bercak hitam, tanda lahir.
(2) Palpasi
Kepala : Adakah benjolan pada kepala.
Leher : Adakah pembesaran kelenjar limfe, dan vena
jugularis.
Dada : Diraba apakah ada massa pada dada.
Perut : Adakah pembesaran hepar, pembesaran lien.
Pelipatan paha: Apakah ada pembesaran limfe, hernia inguinalis.
Tangan : Diraba tanda oedema.
Kaki : Diraba tanda oedema.
(3) Auskultasi
Dada : Apakah terdengar wheezing, tidak ada ronchi.
Perut : Adakah bising usus atau tidak.
(4) Perkusi
Perut : Perut kembung atau tidak.
3) Perkembangan
(1) Rooting refleks (mencari): Muncul pada saat lahir berdurasi sampai
usia 6 bulan.
(2) Grasping refleks (menggenggam): Muncul pada saat lahir berdurasi
sampai usia 2 bulan.
(3) Morro refleks (terkejut): Muncul pada saat lahir, hilang sekitar usia 2
bulan.
(4) Tonick neck refleks (tonus leher): Muncul pada saat lahir, hilang
sekitar usia 2-3 bulan.
(5) Sucking refleks (menghisap): Muncul pada saat lahir, hilang sekitar
usia 6-8 bulan.
(6) Babinsky refleks (jari-jari kaki refleksi): Muncul pada saat lahir,
hilang sekitar 2-3 bulan.
(7) Stapping refleks (menapak): Muncul pada saat lahir, hilang saat usia 2
bulan.
2. Interpretasi Data
1) Dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
2) Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standart
nomenklatur diagnosa kebidanan.
3) Standart nomenklatur diagnosa kebidanan :
(1) Diakui dan telah disyahkan praktis kebidanan.
(2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan.
(3) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Langkah ini Bidan mengidentifikasi masalah, diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi. Masalah yang
sering timbul pada bayi baru lahir :
1) Asfiksia ini karena tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan
mempertahankan pernafasan.
2) Hipotermi ini karena penyempitan pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya metabolik, meningkatkan kebutuhan O2.
Masalah :Terjadinya hipotermi
Diagnosa :Bayi baru lahir usia...... dengan hipotermi.
3) Hipoglikemia adalah kenaikan kadar bilirubin.
4) Infeksi ini seperti tetanus neonatorum yang disebabkan oleh bakteri
clostridium tetani.
5) Kejang ini ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir.
4. Menetapkan Kebutuhan Segera atau Masalah Potensial
Langkah ini sebagai cerminan keseimbangan dari proses management
kebidanan. Kebutuhan segera diberikan :
1) Menghisap lendir setelah bayi lahir.
2) Memotong tali pusat dan merawat tali pusat.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
4) Identifikasi masalah.
5) Nutrisi.
5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Langkah ini ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika
bisa mencerminkan rasional yang benar.
Intervensi
1) Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat
Rasional: Mencegah terjadinya kehilangan panas akibat evaporasi dan
konduksi melindungi kelembaban bayi dan lairan udara atau pendingin
udara dan membatasi stress akibat perpindahan lingkungan di uterus
yang hangat ke lingkungan yang lebih dingin (kemungkinan 9°C lebih
rendah daripada suhu intrauterus) karena besar area permukaan relatif
dari kepala bayi baru lahir dalam hubungan dengan tubuh bayi dapat
mengalami kehilangan panas dramatik dan kelembaban apabila
kepala tidak tertutup.
2) Lakukan perawatan tali pusat
Rasional: meningkatkan pengeringan dan pemulihan, meningkatkan
nekrosis dan pengeluapasan normal serta menghilangkan media
lembab untuk pertumbuhan bakteri.

3) Berikan obat tetes mata kira-kira 1 jam setelah kelahiran


Rasional: membantu mencegah oftalmin neonatorum yang disebabkan
neiseria gonorrhea yang mungkin ada pada jalan lahir ibu. Eritromisin
secara efektif menghilangkan baik organisme gonorrhea dan klamidia
prolaksis mata menyentuhkan pandangan bayi, menurunkan
kemampuan bayi untuk berinteraksi dengan orang tua.
4) Tunda mandi pertama sampai suhu bahan stabil dan mencapai 365°C
Rasional: membantu mencegah kehilangan panas lanjut akrena
evaporasi. Bayi besar sesuai dengan usia gestasi cenderung lebih
mudah memertahankan suhu tubuh bayi daripada bayi kecil untuk usia
gestasi.
5) Letakkan bayi dalam dekapan ibu
Rasional: jam pertama dari kehidupan bayi adalah amsa yang paling
khusus bermakna untuk interaksi keluarga dimana ini dapat
meningkatkan awal kedekatan antara orang tua dan bayi serta
penerimaan bayi dalam BBL sebagai anggota baru keluarga.
6) Anjurkan untuk menyusui sejak dini
Rasional: kolostrum dan ASI mengandung sekretosis IgA dalam
jumlah tinggi yang memberikan imunitas bentuk pasif serta makrofag
dan limfosit yang membantu mengembangkan respon inflamasi lokal.
7) Observasi tanda-tanda vital secara kontinu
Rasional: dengan observasi deteksi dini adanya perubahan pada tubuh
bayi dapat segera diketahui. Karena hipotermi dan hipertermi
meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi O2 menyebabkan
kemungkinan asidosis metabolik dan hipoksia memerbarui sirkulasi
janin, mengurangi distress pernafasan, suhu tubuh kulit sampai 359°C.

Diagnosa :Bayi baru lahir masa transisi hari I


Tujuan
Jangka pendek :Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan ± 1 jam
diharapkan tidak terjadi hipotermi. Jangka panjang :
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan setelah lahir,
organ tubuh bayi dapat menyesuaikan dengan
lingkungan dalam waktu 24 jam.
Kriteria :
(1) . Keadaan umum baik
(2) Bayi bernafas secara teratur.
(3) Suhu kembali normal.
(4) Akral menjadi hangat.
(5) Bayi tidak kedinginan.
(6) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
(7) Bayi tenang.
6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisiensi dan Aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
seluruhnya oleh Bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
7. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi: pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap
efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Tanggal :…………. Jam:………… WIB
S (Subjektif) : Pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh
melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
O (Objektif) : Pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau diagnostic lain. Catatan medic dan informasi darikeluarga
atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
A (Assesment) : Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian
manajemen kebidanan karena keadan pasien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis.
P (Planning) : Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana
asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam
batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu
pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga
kesehatan lain antara lain dokter.
(Muslihatun, 2011).

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal : 10 Pebruari 2021 Jam : 04.34 WIB
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama bayi : By. Ny. “P”
Tanggal lahir : 10 Februari 2021
Jam lahir : 04.34 WIB
Jenis kelamin : perempuan
Anak ke : Pertama

Biodata orang tua


Nama ibu : Ny. “P”
Umur : 23 tahun
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Klantingsari RT 8 RW 2 tarik Sidoarjo

Nama ayah : Tn. “M”


Umur : 30 tahun
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Klantingsari RT 8 RW 2 tarik Sidoarjo
2. Riwayat Kehamilan dan Melahirkan
Riwayat antenatal
1) Keluhan-keluhan saat hamil :
(1) Pada trimester I : 1x di Kiinik
Ibu mengatakan mudah lelah, pusing, mual muntah, dan tidak nafsu
makan
Terapi : Tablet Fe 1x1, vitamin B6 2 x sehari sebelum
makan, Trimakal 1 x 1 sehari, Vitamin C 1 x1 sehari.
(2) Pada trimester II : 1x di Klinik
Ibu mengatakan mual dan muntah sudah berkurang
Terapi : Tablet Fe dan Vitamin C, Kalk
(3) Pada trimester III : 2x di Klinik
Ibu mengatakan tidak mual, dan muntah, sering buang air kecil, pada
pinggang terasa nyeri
Terapi : Tablet Fe dan vitamin C, Kalk
2) Selama kehamilan tidak pernah minum jamu dan tidak pernah dirawat di
rumah sakit
3) Imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT 2 kali pada waktu akan
menikah dan usia kehamilan 1 bulan
3. Riwayat post natal
1) Ibu mengatakan lega dan senang setelah anaknya lahir dengan selamat.
2) Ibu mengatakan ASI sudah keluar dan segera dilakukan IMD
3) Ibu dalam masa perawatan.
4. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit ibu
Ibu mengatakan bahwa dari ibu tidak pernah menderita penyakit menular
seperti (TBC, hepatitis) dan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
(jantung, kencing manis, asthma) dan tidak ada keturunan kembar.

2) Riwayat penyskit keluarga


Ibu mengatakan bahwa dari ibu tidak pernah menderita penyakit menular
seperti (TBC, hepatitis) dan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
(jantung, kencing manis, asthma) dan tidak ada keturunan kembar.

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Suhu : 36,80 C
Nadi : 136 x/menit
RR : 50 x/menit
Pemeriksaan Anthropometri
BB : 3.300 gram
PB : 52 cm
LIDA : 33 cm
LIKA :
Circum ferentia sub occipito bregmatika : 33 cm
Circum ferentia fronto occipitalis : 34 cm
Circum ferentia mento occipitalis : 35 cm
2. Riwayat Natal
Umur Kehamilan : 39 minggu
Jenis Persalinan : Persalinan spontan, belakang kepala
Penolong : Bidan
Lama persalinan
(1) Kala I : 5 Jam – 10 menit
(2) Kala II : - Jam 30 menit
(3) Kala III : - Jam 5 menit
(4) Kala IV: 2 Jam - menit
Total : 7 Jam 45 menit
Ketuban : Jernih
Jumlah darah : ± 200 cc
Terapi pada saat persalinan
Kala I : Tidak dilakukan
Kala II : Tidak dilakukan
Kala III : Oksitosin 10 unit secara IM
Kala IV : Tidak dilakukan
Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak ada
Bayi : Tidak ada
Keadaan bayi baru lahir
Nilai APGAR : 8-9
Tindakan :Penilaian sepintas, dikeringkan, dihangatkan, dibungkus
dengan kain bersih, diberi topi, dilakukan pemeriksaan
antropometri, dan IMD selama 1 jam
Penghisapan lendir : Tidak dilakukan
Massase jantung : Tidak dilakukan
Oksigen : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Kepala : Rambut tumbuh merata, tidak ada caput
succedaneum, tidak ada cephal haematoma

Mata : Simetris, tidak ada sekret.

Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan


cuping hidung, tidak ada sadle nose.

Telinga : Simetris, tidak mengeluarkan cairan.

Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada palatoschizis dan


labopalatoschizis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada


pembendungan vena jugularis.

Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, kuku melebihi ujung jari,


atas tidak ada syndactyl dan polydactyl

Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk dada seperti


pigeon chest, barrel chest, dan funel chest, tidak ada
wheezing dan ronchi

Abdomen : Perut tidak buncit, keadaan tali pusat masih basah,


tidak ada perdarahan tali pusat,tidak ada omfalitis

Pelipatan : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada


paha hernia inguinalis.

Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada syndactyl dan


bawah polidactyl, tidak ada talipesequinofarus dan
talipesequinovagus

Genetalia : Testis sudah masuk ke dalam skrotum, tidak ada


hipospadia, tidak ada fimosis

Punggung : Simetris, tidak ada spinabifida

Anus : Tidak ada atresia ani dan atresia recti


2) Palpasi
Tidak ada pembesaran hepar dan lien
3) Perkusi
Tidak ada meteorisme
4) Auskultasi
5) Bising usus 10 x/menit
6) Reflek-reflek bayi baru lahir
Rooting reflek : (+).
Sucking reflek : (+).
Swallowing reflex : (+)
Grasping reflek : (+).
Babynsky reflek : (+).
4. Pemeriksaan GDA : 53 dl/ml
Kesimpulan : Bayi baru lahir cukup bulan, tidak ada kelainan

3.2 Assesment
Bayi baru lahir dalam masa Transisi
3.3 Penatalaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi;
1) TTV :
Bayi menangis spontan setelah lahir
RR : 50 x/menit
Nadi : 145 x/ menit
Suhu : 36,8ºC
2) Mengukur Berat antropometri
BB : 3300 gr
PB : 52 cm

LIDA : 33 cm

LIKA : Circum ferentia sub occipito bregmatika : 33 cm

Circum ferentia fronto occipitalis : 34 cm

Circum ferentia mento occipitalis : 35 cm

3) Melakukan pemeriksaan GDA stik : 53 dl/ml


4) Melakukan pemeriksaan keadaan fisik bayi baru lahir dan reflek bayi dimulai
dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki untuk menilai adanya kelainan
bawaan bayi.
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayi baru lahir sampai dengan 1 bulan
merupakan masa observasi oleh tenaga kesehatan/ bidan, sehingga jika bayi dan ibu
diperbolehkan pulang masih dalam pengawasan bidan. Jika terjadi keluhan dan
kelaianan segera menghubungi bidan dan membawanya ke klinik. Tanda – tanda
bahaya bayi baru lahir:
1) Bayi tidak menyusu
2) Kejang
3) Lemah / tidak sadar
4) Frekuensi napas ,30 – 60 x/menit atau apnoe (napas terhenti selama >15 detik)
5) Merintih
6) Pusar kemerahan atau keluar nanah
7) Demam atau tubuh merasa dingin (suhu 36,5ºC - 37,5ºC)
8) Mata bernanah
9) Kulit terlihat kuning
3. Melakukan IMD skine to skine dengan ibu minimal 2 jam pertama
4. Memberikan injeksi vit K dengan dosis 0,5ml secara IM di sepertiga paha bagian
atas.
5. Memberikan injeksi vaksin HBO dengan dosis 0,5 ml secara IM pada derah
sepertiga bagian atas paha anterolateral.
6. Memberikan salep mata pada bayi baru lahir
7. Melakukan perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat dengan kassa steril
tanpa membubuhi apapun
8. Menganjurkan ibu untuk menyusuai bayinya setiap 1-2 jam sekali pada payudara
kiri dan kanan secara bergantian dan di sendawakan setiap setelah menyusui selesai
9. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada By Ny “P” pada tanggal 5- 9 -2020
pukul 04.34 WIB di klinik sadina medika Tarik sidoarjo dan mengacu pada
tujuan khusus didapatkan simpulan bahwa:
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 September 2020 jam 04.34 WIB
diperoleh data subyektif : ibu mengatakan baru melahirkan bayi perempuan
secara normal dan bayi segera menangis setelah lahir, data obyektif :
pemeriksaan umum S : 36,80C, N : 145 x/menit, RR : 50 x/menit, berat badan
: 3300 gram, panjang badan : 52 cm, lingkar dada 33 cm, pemeriksaan fisik
normal, reflek pada bayi baru lahir positif.
2. Di dapatkan diagnose bayi baru lahir pada By Ny “P” dalam masa transisi
3. Tidak di dapatkan masalah potensial
4. Tidak didapatkan kebutuhan segera atau darurat pada bayi karena penapisan
pada masa kehamilan dan penanganan pada persalinan yang tepat
mempengaruhi keadaan bayi baru lahir
5. Intervensi
Sudah diberikan asuhan sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun
6. Evaluasi
Pada kasus diatas tidak ditemukan atau didapatkan komplikasi atau penyulit
saat kelahiran bayi dan setalah kelahiran, tapi bayi tetap di observasi terus
kesehatannya.

4.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan
1) Diharapkan selalu melakukan komunikasi yang baik dengan orang tua
bayi dan melakukan inform consent sebelum melaksanakan seluruh
tindakan asuhan kebidanan dan mencatat semua tindakan sebagai
dokumentasi.
2) Diharapkan mampu dan terus meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan yang diterapkan dalam asuhan yang diberikan
3) Diharapkan petugas kesehatan atau bidan dapat memberikan pelayanan
yang terbaik dan berkualitas
2. Bagi ibu dan keluarga
1) Diharapkan klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan
2) Diharapkan klien dapat memanfaatkan sarana dan prasarana petugas
kesehatan yang ada dengan seoptimal mungkin
3) Diharapkan klien memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada petugas
kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Lampiran : Format SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Identitas kegiatan
1. Tema /JuduL penyuluhan : BBL
2. Sasaran Kegiatan : Ibu bayi
3. Tempat kegiatan : Klinik Sadina Medika
B. Proses Kegiatan
1. Tujuan penyuluhan
a. Memberikan informasi dan edukasi yang benar tentang masa transisi
BBL
b. Mengurangi kecemasan ibu terhadap bayinya
2. Pokok-pokok materi
a. Konsep masa transisi BBL
b. Hal-hal yang bisa terjadi pada saat masa transisi pada BBL dan tanda
bahaya BBL
3. Metode Penyuluhan
a. Metode seminar
b. Metode Tanya jawab
4. Media penyuluhan
a. Leafleat
5. Tahap kegiatan
Tahapan Estimasi waktu
No

1 Pembukaan : 15menit
Salam sapa dan memperkenalkan diri
2 Inti : 30 menit
menyampaikan materi edukasi
a. Konsep masa transisi BBL
b. Hal-hal yang bisa terjadi pada saat masa transisi pada
BBL dan tanda bahaya BBL

3 Penutup : 15 menit
a. Tanya jawab seputar materi terkait
b. Menutup acara
c. salam
6. Evaluasi :
1. Semua peserta hadir dalam acara penyuluhan
2. Semua peserta memahami apa yang disampaikan tenakes
3. Semua peserta bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
tenakes

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Deslidel, dkk. 2015. Buka Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.
Muslihatun, W.N. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Rutgers, WPF Indonesia. 2016. Kertas Kajian SRHR dan AGENDA 2030
Memposisikan SRHR di seluruh bidang pembangunan berkelanjutan dalam
www.rutgerswpfinfo.org. Diakses 2 Januari 2018 pukul 16.18 WIB.

Saifuddin, AB. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bida Pustaka Sarwono
Prawihardjo.

Saputra, Lyndon. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.

Setyowati, Endang Buda. 2011. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan
Balita dalam www.griyahusada.ac.id. Diakses pada 16 Januari 2018 pukul
12.18 WIB.

Sondakh, Jenny J. 2013. Asuhan Kebidanna Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga.

Varney. 2008. Buka Ajar Asuhan Kebidanan dalam Edisi 4 Volume 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai