Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. “A” P1A0H1


DENGAN CALON AKSEPTOR IUD DI PUSKESMAS WAWO
KABUPATEN BIMA

Oleh :
KHAERUNNISA

NIM 2182B1102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (F2K)
IIK STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Praktik Klinik Profesi


Program Studi Pendidikan Bidan IIK STRADA INDONESIA
Judul
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. “A” P1A0H1
DENGAN CALON AKSEPTOR IUD DI PUSKESMAS WAWO
KABUPATEN BIMA
Tanggal : 21 Agustus 2022

Bima,Agustus 2022

Mahasisiwa

Khaerunnisa

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd.Shanty Natalia ,SST,,M.Kes


.. Rodhiyatul Tazqiyah,SST.Bd
NIP.19821118 201001 2 017

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga dapat tersusun Laporan asuhan kebidanan Holistik Pada Asuhan

Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. “A” P1A0H1 Dengan Calon Akseptor Iud Di

Puskesmas Wawo Kabupaten Bima.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas stase Menejemen ini kami

selaku mahasiswa Program Studi Profesi Kebidanan mohon motivasi dan bimbingan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung di Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto, MM Selaku Rektor IIK STRADA INDONESIA.

2. Dr.Byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADAIndonesia

3. Bd. Miftakhur Rohmah, SST, M.Keb, Selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan.

4. Bd. Shanty Natalia., SST, M.Kes Selaku dosen pembimbing akademik yang telah

meluangkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan pada kami.

5. Ibu Rodhiyatul Tazqiyah, SST.Bd Selaku dosen pembimbing lahan yang telah

meluangkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan pada kami.

6. Bapak Masturudin,SKM, Selaku Kepala Puskesmas Wawo Kecamatan Wawo

Kabupaten Bima.

7. Semua teman-teman angkatan tahun 2021 dan semua pihak yang telah membantu dan

memberi dukungan dalam penulisan tugas Penulis menyadari penyusunan “Laporan


3
asuhan kebidanan Holistik Pada Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.

“A” P1A0H1 Dengan Calon Akseptor Iud Di Puskesmas Wawo Kabupaten Bima”.

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pembaca sangat penulis harapkan dalam rangka perbaikan.

Bima , Agustus 2022

Khaerunnisa

4
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ 1

Lembar Persetujan.......................................................................................................... i

Kata Pengantar................................................................................................................ ii

Daftar Isi......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan…….…………………………………............. 10

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Menurut Varney ..... 28

BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................... 37

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 45

4.2 Saran........................................................................................................ 49

Daftar Pustaka………...................................... 50

Dokumentasi……………………………………………………………………

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami

istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Setiap orang bebas memutuskan hak reproduksinya, pilihannya akan

kontrasepsi benar-benar dihargai. Namun demikian, kontrasepsi yang sangat

ideal belum tersedia. Pilihan kontrasepsi dipengaruhi beberapa faktor, karena

setiap pasangan suami istri memiliki kebutuhan yang berbeda tergantung

tujuan kontrasepsi dan kondisi kesehatan calon peserta KB. Pertimbangan

lainnya adalah efek samping, baik secara fisik maupun psikis untuk jangka

pendek ataupun panjang, serta masalah pembiayaan.

Berdasarkan berbagai penelitian efisiensi biaya penggunaan kontrasepsi

hormonal jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrasepsi non

hormonal. Didalam situasi keterbatasan sumber pendanaan, maka pelu

dilakukan upaya untuk lebih mempopulerkan kembali kontrasepsi yang “cost

effective” salah satu jenis kontrasepsi tersebut adalah AKDR.

6
Pada makalah ini penulis menguraikan hal – hal yang berkaitan dengan

metode AKDR sehingga petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan

kontrasepsi khususnya AKDR secara benar dan aman.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar kontrasepsi khususnya

metode AKDR serta mampu memberikan asuhan kebidanan pada

akseptor AKDR.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengertian AKDR

2. Menyebutkan jenis AKDR

3. Menjelaskan mekanisme kerja AKDR

4. Menyebutkan persyaratan pemakaian AKDR

5. Menyebutkan keuntungan dan kerugian penggunaan AKDR

6. Menjelaskan efek samping dan komplikasi penggunaan AKDR serta

cara penanganannya

7. Mempraktekkan cara penggunaan AKDR

8. Memberikan asuhan kebidanan pada akseptor AKDR.

7
1.2.3 Manfaat

Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber kepustakan di

bidang kesehatan pada Pemasangan IUD dan sebagai wacana

perpustakaan.

2. Bagi Peneliti

Wahana belajar dalam menerapkan ilmu dan teori yang didapatkan

selama perkuliahan kedalam praktek di lingkungan masyarakat,

peningkatan daya fikir dan mengamati suatu permasalahan sehingga

dapat memberi pengalaman yang nyata.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan Pemasangan IUD .

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Petugas

Sebagai masukan yang dapat digunakan untuk me-ningkatkan

keterampilan dan kemampuan dalam Pemasangan IUD.

2. Bagi Klien

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang IUD.

8
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar AKDR

2.1.1 Pengertian

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) sering juga disebut

sebagai IUD (Intra Uterine Device) atau lebih dikenal oleh masyarakat

dengan istilah spiral. Suratun, dkk (2008) mendefinisikan AKDR sebagai

alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya

bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline). Definisi ini

dipertegas oleh BKKBN (2003) yang menyatakan bahwa AKDR atau

IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang

lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan

dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang.

Sebagai kontrasepsi, AKDR memiliki efektivitas yang tinggi, yaitu

0,6 - 0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan

dalam 125 – 170 kehamilan). Kembalinya kesuburan pada akseptor

AKDR relatif cepat, kebanyakan wanita yang menghentikan pemakaian

AKDR akan hamil sama cepatnya seperti wanita yang tidak

menggunakan AKDR.

2.1.2 Jenis

Hartanto (2003) membedakan AKDR atau IUD ke dalam 2

golongan besar, yaitu:

9
1. Un-Medicated Devices (Inert Devices atau First Generation Devices)

Yang termasuk dalam golongan ini antara lain:

a. Grafenberg ring

b. Ota ring

c. Margulies coil

d. Saf-T-Coil

e. Lippes Loop (dianggap sebagai IUD standart)

IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral

atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang

benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang

berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya:

1) Tipe A panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu

titik pada pangkal IUD dekat benang ekor

2) Tipe B panjang 25,2 mm dan lebar 27,4 mm, memiliki 2

benang hitam, dan bertitik 4

3) Tipe C panjang 27,5 mm dan lebar 30 mm, memiliki 2 benang

kuning, dan bertitik 3

4) Tipe D panjang 27,5 mm dan lebar 30 mm, tebal, memiliki 2

benang putih, dan bertitik 2.

Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi

perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab

terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam

program KB nasional adalah IUD jenis ini. Lippes loop dapat

10
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause,

sepanjang tidak ada keluhan bagi akseptor.

f. Delta Loop: Modified Lippes Loop D dengan penambahan

benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi

post partum

Gambar 2.1 Beberapa jenis AKDR, Keterangan gambar


(berurutan dari kiri) Atas: Lippes Loop, Saf-T-Coil, dana
device, Bawah: Cu-T, Cu-7, MLCu, Progestasert

2. Medicated Devices (Bio-Active Devices atau Second Generation

Devices)

a. Mengandung logam

1) AKDR-Cu generasi pertama (First Generation Copper

Devices), yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a) CuT-200 : Tatum-T

Memiliki panjang 36 mm dan lebar 32 mm, dengan luas


2
permukaan Cu 200 mm dan daya kerja selama 3 tahun.

b) Cu-7 : Gravigard

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran

panjang 36 mm, lebar 26 mm dan ditambahkan gulungan

11
kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan
2
200 mm dengan daya kerja selama 3 tahun. Jenis IUD ini

memiliki tabung inserter dengan diameter paling kecil

dibandingkan lainnya, sehingga dapat dianjurkan untuk

nulligravida.

c) MLCu-250 (Multiload Cu 250)

IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua

tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.

Batangnya diberi gulungan tembaga dengan luas

2
permukaan 250 mm dan memiliki daya kerja 3 tahun.

Ada 3 ukuran, yaitu standar, short, dan mini.

2) AKDR-Cu generasi kedua (Second Generation Copper

Devices), yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a) CuT-380 A :

Paragard panjang 36 mm dan lebar 32 mm dengan 314


2
mm lilitan tembaga mengelilingi batang vertikal dan 2
2
selubung Cu seluas 33 mm pada masing-masing lengan

horizontal. Daya kerjanya 8 tahun, tetapi rekomendasi

FDA adalah 10 tahun.

b) CuT-380Ag

Seperti CuT-380A, hanya saja dengan tambahan inti Ag di

dalam kawat Cu-nya dan memiliki daya kerja selama 5

tahun.

c) Nova T :

12
Novagard (mengandung Ag) panjang 32 mm dan lebar 32

2
mm, 200 mm luas permukaan Cu dengan inti Ag di

dalam kawat Cu-nya dan memiliki daya kerja selama 5

tahun.

d) CuT-220C
2
panjang 36 mm dan lebar 32 mm, dengan 220 mm Cu di

dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang

vertikalnya. Jenis ini memiliki daya kerja selama 3 tahun.

e) Delta T :

Modified CuT-220C dengan penambahan benang chromic

catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post

partum.

f) MLCu-375 (Multiload Cu 375)

IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua

tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.

Batangnya diberi gulungan tembaga dengan luas

2
permukaan 375 mm dan memiliki daya kerja 5 tahun.

Ada 3 ukuran, yaitu standar, short, dan SL.

b. Mengandung hormone

Disebut juga IUS (Intra Uterine System) yaitu Bingkai berbentuk

T yang terbuat dari plastik dan memiliki sebuah reservoir steroid

yang mengelilingi batang tegak lurus yang berisi hormon

progesteron atau levonorgestrel. Beberapa jenis IUS:

13
1) Progestasert : Alza-T. alat ini memiliki panjang 36 mm dan

lebar 32 mm dengan 2 benang ekor berwarna hitam.

Mengandung 38µ g progesteron dan barium sulfat dalam dasar

silicon. Alat ini melepaskan 65 mcg progesteron per hari

dengan daya kerja 18 bulan.

2) LNG-20 : alat ini serupa progestasert, tetapi mengandung

levonorgestrel. Alat ini melepaskan levonorgestrel ke dalam

uterus dengan kecepatan relatif konstan 20 µ g levonorgestrel

selama 24 jam.

3) Mirena® mempunyai panjang 32 mm dan diameter 4,8 mm.

Mirena® diperkaya dengan barium sulfat yang mengeluarkan

radio-opaqnya sendiri. Mirena® memiliki masa hidup 3

tahun, tetapi durasi pemakaian yang dianjurkan selama 5

tahun.

Jenis AKDR yang banyak digunakan saat ini khususnya di

Indonesia adalah jenis CuT 380A, Nova T 380, dan beberapa

akseptor mulai berminat pada jenis AKDR yang mengandung

hormon steroid (Mirena ®). Selanjutnya yang lebih banyak

dibahas pada laporan ini adalah CuT 380A.

14
2.1.3 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja pasti dari IUD masih banyak diperdebatkan,

beberapa mekanisme yang diduga sebagai mekanisme kerja IUD,

diantaranya:

1. AKDR merupakan benda asing dalam rahim, sehingga menimbulkan

reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri dengan

timbunan leuosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel

mononuclear dan sel plasma. Keadaan ini dapat mengakibatkan lysis

dari spermatozoa, ovum, dan blastocyst atau mungkin mengganggu

implantasi sel telur yang telah dibuahi.

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan

terhambatnya implantasi.

3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam

endometrium.

4. Dari penelitian-penelitian terakhir, dapat dibuktikan bahwa mekanisme

kerja utama AKDR bukanlah sebagai abortifasien (menyebabkan

abortus) melainkan kontrasepsi. Disangka bahwa AKDR mencegah

spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi). Hal ini terbukti

dari penelitian di Chili: diambil ova dari 14 wanita pemakai IUD dan

20 wanita tanpa menggunakan kontrasepsi. Semua wanita telah

melakukan senggama sekitar waktu ovulasi. Ternyata ova dari wanita

akseptor IUD tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilisasi

maupun perkembangan embrionik normal; sedangkan setengah dari

15
jumlah ova wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi menunjukkan

tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik yang normal.

5. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

6. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

7. Untuk IUD yang mengandung Cu:

a. Antagonis kationik yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam

enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus

genatalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic

anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi;

dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phosphatase.

b. Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa

uterus

c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium

d. Mengganggu metabolise glikogen

e. Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempunyai

maksud untuk mengurangi fragmentasi dari Cu sehingga Cu lebih

lama habisnya.

8. Untuk IUD yang mengandung hormon progesteron:

a. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul

penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses

implantasi (endometrium tetap berada dalam fase

desidual/progestasional).

b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh

progestin.

16
2.1.4 Persyaratan Pemakaian

Sebelum penggunaan AKDR perlu dilakukan prosedur penapisan

yang benar termasuk pemeriksaan fisik dan panggul untuk

menyingkirkan beberapa kondisi yang menjadi kontra indikasi

pemasangan AKDR. Berikut ini adalah beberapa kondisi calon akseptor

yang perlu diperhatikan dalam pemasangan AKDR.

1. Yang dapat menggunakan AKDR

a. Usia reproduktif

b. Keadaan nulipara

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi

e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

g. Risiko rendah dari IMS

h. Tidak menghendaki metode hormonal

i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

2. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan,

misalnya:

a. Perokok

b. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat

adanya infeksi

c. Sedang memakai antibiotika atau antikejang

d. Gemuk ataupun yang kurus

17
e. Sedang menyusui

3. Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat

menggunakan AKDR:

a. Penderita tumor jinak payudara

b. Penderita kanker payudara

c. Pusing-pusing, sakit kepala

d. Tekanan darah tinggi

e. Varises di tungkai atau di vulva

f. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat

diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR)

g. Pernah menderita stroke

h. Penderita diabetes

i. Penderita penyakit hati atau empedu

j. Malaria

k. Skistosomiasis (tanpa anemia)

l. Penyakit tiroid

m. Epilepsi

n. Non pelvik TBC

o. Setelah kehamilan ektopik

p. Setelah pembedahan pelvik

4. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR

a. Kehamilan (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab

didiagnosis dan diobati, AKDR dapat dipasang

18
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP

(Penyakit Radang Panggul) atau abortus septik

e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri

f. Penyakit trofoblas yang ganas

g. Diketahui menderita TBC pelvik

h. Kanker alat genital

i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

5. Everett (2007) juga menyebutkan beberapa kondisi yang menjadi

kontraindikasi relatif pada pemasangan AKDR, yaitu diantaranya:

a. Riwayat infeksi panggul

b. Dismenorrhea dan atau menorargi

c. Fibroid atau endometriosis

d. Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga

2.1.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan AKDR

Tabel 2.1 Keuntungan dan kerugian penggunaan AKDR

KEUNTUNGAN AKDR KERUGIAN AKDR

19
Cocok untuk mencegah kehamilan atau Terjadi perubahan pola haid
menjarangkan kehamilan dalam jangka biasanya pada tiga bulan
panjang pertama pemakaian: Haid
menjadi lebih lama dan lebih
Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari
banyak; Perdarahan bercak
pemakai (misalnya PIL)
(spotting) diantara siklus haid;

Tidak mengganggu hubungan suami istri Siklus menjadi lebih pendek;


Kadang-kadang nyeri haid
Tidak ada efek samping hormonal lebih dari biasanya

Tidak mengganggu laktasi (menyusui)


Perlu tenaga terlatih untuk

Tidak berinteraksi dengan obat-obatan memasang dan membukanya

Meningkatkan kenyamanan hubungan Perlu follow up

suami-istri karena rasa aman terhadap risiko (kontrol/kunjungan berkala)

kehamilan untuk evaluasi

Dapat dipasang segera setelah melahirkan Tidak mencegah IMS termasuk


HIV/AIDS
atau keguguran

Tidak baik digunakan pada


Kesuburan cepat kembali setelah IUD
perempuan dengan IMS atau
dicabut / dibuka
perempuan yang sering
berganti pasangan

PRP (Penyakit Radang


Panggul) terjadi sesudah
perempuan dengan IMS
memakai AKDR. PRP dapat
memicu infertilitas.

20
2.1.6 Efek samping dan komplikasi IUD

1. Efek samping saat insersi

a. Rasa sakit atau nyeri

Rasa sakit dan nyeri biasa terjadi pada saat pemasangan IUD dan

dapat diatasi dengan pemberian analgetika atau prostaglandin

inhibitor.

b. Muntah, keringat dingin dan sinkop

Walaupun jarang terjdi, muntah, keringat dingin dan sinkop dapat

terjadi selama atau sesaat setelah pemasangan IUD. Diduga

penyebabnya adalah nyeri berlebihan, terutama pada wanita yang

sering gugup, penuh ketakutan, atau emosional pada saat IUD

dipasang. Manipulasi instrument dan penanganan uterus yang

dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan IUD secara

perlahan dapat mencegah terjadinya hal-hal tersebut.

c. Perforasi uterus

Perforasi uterus jarang dijumpai dan hampir selalu terjadi

sewaktu pemasangan. Penanganannya diantaranya :

1) Apabila perforasi diketahui sebelum pemasangan biasanya

tidak diperlukan terapi karena perforasi fundus cepat sembuh

tanpa komplikasi lebih lanjut.

2) Apabila perforasi diketahui saat atau tepat setelah

pemasangan IUD, maka prosedur harus dihentikan dan IUD

segera dikeluarkan.

21
3) Apabila perforasi diketahui dalam beberapa hari atau minggu

setelah pemasangan, maka IUD yang mengandung tembaga

dan yang melepaskan hormon harus dikeluarkan dengan

laparoskopi atau laporatomi di RS.

4) Apabila perforasi tidak diketahui saat pemasangan dan baru

terdiagnosis setelah wanita datang beberapa lama setelah

pemasangan karena benang hilang, maka keputusan untuk

mengeluarkan alat tersebut secara bedah akan bergantung

pada beberapa faktor, termasuk tipe alat gejala apabila ada

resiko eksplorasi bedah dan pandangan pribadi wanita

tersebut.

5) Apabila dicuriga atau dipastikan adanya perforasi total atau

parsial maka wanita harus dirujuk ke ahli ginekologi untuk

evaluasi dan penatalaksanaan selanjutnya.

2. Efek samping dikemudian hari

a. Rasa sakit

Dismenorea adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh

kejang otot uterus. Penyebabnya adalah adanya jumlah

prostaglandin F2 alpha yang berlebihan pada darah menstruasi,

yang merangsang hiperaktifitas uterus.

Hal ini terjadi terutama terjadi pada penggunaan IUD dengan

tembaga. Tembaga mempunyai kerja spesifik termasuk

peningkatan produksi prostaglandin di endometrium.

22
Prostaglandin merangsang terjadinya kontraksi uterus yang

selanjutnya menimbulkan kram, nyeri punggung bawah, dan

peningkatan nyeri haid (Speroff,2003).

1) Diagnosa dan penanganan :

Terapi menggunakan Nonsteroidal anti-inflammatory agents

(NSAIDs) sebagai inhibitor sintesis prostaglandin pada

beberapa periode haid dapat mengurangi nyeri dan kram.

Obat-obat berikut ini efektivitasnya tinggi terhadap

dismenorea, terutama jika dimulai sebelum terjadi (onset)

haid dan dilanjutkan pada hari ke-2. Sediaan obat NSAID

mudah ditemukan, relatif tidak mahal, dan memiliki efek

samping yang sedikit jika digunakan secara berhati-hati

(sesuai dosis dan aturan) dan tidak ada kontraindikasi.

a) Ibuprofen

Dosis : 400 mg PO q4-6h; tidak melebihi 3,2 g/hari.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, ulkus peptik (tukak lambung),

perdarahan atau perforasi gastrointestinal, insufisiensi

ginjal, risiko tinggi perdarahan.

b) Naproxen

Dosis : 500 mg PO diikuti oleh 250 mg q6-8h; tidak

melebihi 1,25 g/hari.

Kontraindikasi

23
Hipersensitivitas, ulkus peptik, perdarahan atau perforasi

gastrointestinal, dan insufisiensi ginjal.

c) Diclofenac

Dosis:

Ada dua cara pemberian:

 25 mg PO bid/tid (2x sehari atau 3x sehari)

Jika ditoleransi dengan baik, ditingkatkan 25 atau 50

mg setiap minggunya sampai diperoleh respon yang

memuaskan atau dosis total harian 150-200 mg PO

tercapai. Dosis yang lebih tinggi umumnya tidak

meningkatkan efektivitas.

 50 mg PO tid (3x sehari); tidak melebihi 150 mg/hari.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, ulkus peptik, perdarahan atau

perforasi gastrointestinal, insufisiensi ginjal, dan

mereka yang berisiko tinggi terjadi perdarahan.

d) Hydrocodone dan acetaminophen

Dosis : 1-2 tab atau cap PO q4-6h prn (jika perlu) nyeri.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, high altitude cerebral edema (HACE)

atau tekanan intrakranial yang tinggi/elevated intracranial

pressure (ICP).

e) Ketoprofen

Dosis : 25-50 mg PO q6-8h prn; tidak melebihi 300

24
mg/hari.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas.

f) Meclofenamate sodium

Dosis : 100 mg PO tid selama 6 hari; tidak melebihi 300

mg/hari.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal aktif, ulcer

disease.

g) Mefenamic acid (asam mefenamat)

Dosis : 500 mg PO pada awalnya, diikuti 250 mg q6h

untuk 2-3 hari; tidak melebihi 1 g/hari.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, ulkus peptik, perdarahan atau perforasi

gastrointestinal, insufisiensi ginjal, dan mereka yang

berisiko tinggi terjadi perdarahan.

b. Perubahan/gangguan menstruasi

1) Amenorea atau oligomenorea

Dapat terjadi pada penggunaan IUD yang mengandung

progestin. Progestin menyebabkan endometrium menjadi

terdesidualisasi dan menjadi atrofi sehingga perdarahan yang

terjadi menjadi lebih sedikit bahkan tidak ada.

a) Diagnosis dan penanganan :

25
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas

IUD, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea

apabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan

untuk melepas IUD bila talinya terlihat dan kehamilan

kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau

kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepas.

Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan

kehamilannya tanpa melepas IUD jelaskan ada risiko

kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi

serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan

diperhatikan.

2) Perdarahan haid yang banyak dan memanjang serta spotting

umumnya terjadi pada penggunaan IUD tanpa hormonal.

Penyebab timbulnya perdarahan haid yang banyak belum

diketahui secara pasti, tetapi ada dugaan bahwa IUD

menyebabkan meningkatnya konsentrasi plasminogen

aktivators dalam endometrium. Plasminogen aktivator

merupakan enzim yang memecah protein dan mengaktivasi

disolusi bekuan-bekuan darah. Enzim ini menyebabkan

bertambahnya aktivitas fibrinolitik serta menghalangi

pembekuan darah. Akibatnya terjadi perdarahan yang lebih

banyak. Perdarahan intermenstrual (spotting) berkaitan

dengan kerusakan kerusakan mekanis pada endometrium,

yang akan berkurang seiring dengan waktu(Hartanto,2004).

26
a) Diagnosis dan penanganan :

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan

kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan potologis,

perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan

konseling dan pemantauan. Beri ibu profen (800mg, 3x

sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan

dan berikan tablet besi(1 tablet setiap hari selama 1

sampai 3 bulan).

c. Infeksi

Penyakit Radang Pangul adalah istilah umum yang

digunakan untuk gangguan peradangan pada genetalia atas

perempuan. PRP mencakup semua kombinasi dari endometritis,

salpingitis, abses tuba ovarium, dan peritonitis panggul.

Infeksi merupakan komplikasi yang paling serius yang

berhubungan dengan pemakaian IUD. Akseptor IUD mempunyai

resiko 2X lebih besar terjadi PID dibandingkan non akseptor

IUD.

Diagnosis ditegakkan dengan melihat tanda-tanda dan

gejala infeksi traktus genitalia pada wanita, diantaranya :

1) Infeksi traktus genitalia bagian bawah

a) Pus dan mukus dari servik atau uretra

b) Nyeri saat buang air kecil (rasa panas atau terbakar)

2) Pelvic Inflammatory disease (PID)

a) Gejala

(1) Sakit perut bagian bawah atau daerah pelvis


27
(2) Dispareunia, kadang-kadang dengan perdarahan

(3) Haid yang sakit atau berlebihan

(4) Nyeri goyang uterus atau servik pada pemeriksaan

dalam bimanual.

(5) Nyeri tekan atau pembengkakan daerah tuba fallopii

atau ovarium

o
(6) Temperatur 38 C atau lebih

(7) Dari pemeriksaan penunjang didapatkan :


3
 Leukositosis (>10.000/mm )

 Kultur serviks positif untuk Gonnorhoe dan

clamidia.

 diplococci gram negative intraseluler dari preparat

endoserviks ditemukan positif.

 Massa adneksa inflammatoir pada pemeriksaan

USG

 Ditemukan bakteri dan sel darah putih dalam cairan

peritonial pada kuldosintesis.

b) Penanganan :

Pengobatan PID meliputi 5 tindakan :

c) Dianosa dini

Kebanyakan tanda dan gejala tidak spesifik untuk PID

karena dapat juga terjadi pada kehamilan ektopik

d) Pengangkatan daan pengeluaran IUD

28
WHO merekomendasikan IUD harus dikeluarkan dalam

waktu 24-48 jam setelah dimulai pemberian antibiotik.

Bila dalam waktu 48-72 jam setelah pemberian antibiotic

belum tanda-tanda perbaikan maka penderita harus

dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan

dan perawatan yang lebih intensif.

e) Terapi antibiotika
(1) Pasien rawat jalan

 Cefoxitin 2 gr IM

 Amoksisilin 3 gr p.o

 Metronidazol 13x500mg/hari p.o selama 14 hari

 Dosis tunggal ceftriaxon250mg IM

(2) Pasien rawat inap

 Doksisiklin 2x100 mg/hari IV dan cefoxitin

4x2gr/hari IV
.
 Diikuti doksisiklin 2x100mg/hari p.o untuk 10-14

hari

 Atau klindamicyn 3x900mg/hari IV dicampu

dengan gentamicyn 2.0mg/kgBB IV, kemudian 3x

1,5mg/kgBB IV. Keduanya untuk minimal 4 hari

dan paling sedikit 48 jam setelah penderita

menunjukkan perbaikan. Diikuti clyndamicin

4x450mg/hari p.o untuk 10-14 hari.

f) Follow-up yang teratur

29
Penderita harus difollow-up dengan cermat untuk

menyakinkan bahwa obat yang diberikan adekuat dan

efektif serta untuk menyingkirkan penyakit berat lainnya.

g) Pengobatan partner seksualnya

Meskipun partner seksual tidak menunjukkan symtoms

(asymtomatik) mereka wajib diperiksa untuk menemukan

gejala dan tanda IMS. Penderita PID dan partner

seksualnya harus diobati bersama-sama dengan antibiotika

yang efektif.

d. Kehamilan intra uterin

Sebagai kontrasepsi efektifitas IUD cukup tinggi, sagat

efektif dengan 0,6 – 0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1

tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

Kegagalan atau terjadinya kehamilan dengan IUD lebih banyak

disebabkan karena posisi IUD yang bergeser. Beberapa penelitian

mengemukakan bahwa alat IUD tersebut bergeser dan bukan

terletak di rahim namun berada di leher rahim (52%) sehingga

kehamilan di rahim dapat terjadi. Efektivitas IUD berkurang

dengan bertambahnya usia dan posisi IUD yang bergeser. IUD

30
dengan konsentrasi copper rendah lebih rentan untuk terjadinya

kehamilan dibandingkan IUD dengan kadar konsentrasi copper

tinggi.

Apabila benang IUD tidak terlihat atau teraba pada serviks

maka perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk memastikan

apakah IUD masih berada didalam uterus, diluar uterus atau

hilang seluruhnya. Apabila IUD hilang dari uterus, anda harus

berasumsi bahwa IUD telah lepas secara spontan atau anda dapat

memberkan perawatan prenatal atau merujuk untuk melakukan

aborsi mengacu pada keputusan klien untuk mempertahankan

kehamilannya.

Bila benang IUD terlihat maka IUD harus dilepas tanpa

mempertimbangkan apakah klien dan pasangannya bersedia

mengakhiri kehamilan. IUD tersebut harus dilepas karena angka

kejadian aborsi spontan lebih rendah (25%) dari pada IUD

terpasang selama kehamilan (50%).

e. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi

terjadi diluar rongga uterus. Penelitian multi center WHO,

menyimpulkan bahwa pengguna IUD memiliki kecendrungan

50% lebih kecil untuk mengalami kehamilan ektopik jika

dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan

kontrasepsi. Tetapi perlindungan tersebut tidak sebesar penggunaan

kontrasepsi oral yang melalui penghambatan ovulasi. Namun

31
apabila memang terjadi kehamilan pada akseptor IUD, lebih besar

kemungkinannya kehamilan ektopik.

a) Diagnosa dan penanganan :

1) Gejala dan tanda kehamilan ektopik

Gejala kehamilan awal (flek atau perdarahan yang irregular,

mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina

dan servik, perlunakan servik, pembesaran uterus,

frekuensi buang air kecil yang meningkat), nyeri pada

abdomen dan pelvis.

2) Penanganan

(1) Jika fasilitas memungkinkan segera lakukan uji silang

darah dan laparotomi. Jangan menunggu darah

sebelum melakukan pembedahan.

(2) Jika fasilitas tidak memungkinkan segera rujuk ke

fasilitas lebih lengkap.

f. Ekspulsi

IUD dapat berpindah atau keluar dari rongga rahim secara

spontan. Sebagian besar ekspulsi spontan terjadi pada tahun

pertama pemakaian terutama dalam 3 bulan pertama setelah

pemasangan dan sering saat menstruasi. Ekspulsi total IUD dapat

didiagnosis apabila benang tidak tampak. Pada pemeriksaan dan

apabila pemeriksaan USG atau sinar X abdomen tidak

memperlihatkan adanya IUD diuterus atau di rongga abdomen.

Apabilwanita menginginkannya dapat di pasang IUD lain.

32
Pemasanngan kedua, bahkan dengan tipe IUD yng sama memiliki

angka ekspulsi yang lebih rendah.

2.1.7 Cara Penggunaan AKDR

Karena AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke

dalam rahim, maka akseptor tidak dapat menggunakan kontrasepsi ini

secara mandiri. Pemasangan dan pelepasan AKDR memerlukan

bantuan petugas kesehatan yang terlatih. Setelah dilakukan penapisan

calon akseptor, yang juga perlu diperhatikan oleh petugas kesehatan

dalam pemasangan AKDR adalah waktu dan prosedur pemasangan.

1. Waktu pemasangan AKDR

a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan calon

akseptor tidak hamil

b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau 4

minngu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan

metode amenore laktasi (MAL). Namun angka kejadian ekspulsi

tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca

persalinan.

d. Setelah abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak

ada gejala infeksi.

e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

2 Persiapan
3.

Sebelum pemasangan AKDR, calon akseptor harus sudah

diberi informasi yang cukup mengenai AKDR yang meliputi

efektivitas relative, cara kerja, efek samping, manfaat dan kerugian

33
AKDR, gejala dan tanda yang perlu ditindaklanjuti di fasilitas

kesehatan, kembalinya kesuburan, serta perlindungan terhadap IMS.

Persiapan alat dan instrument sebaiknya dilakukan sebelum

melakukan tindakan, untuk menghemat waktu. Bila peralatan

berada dalam paket yang telah disterilisasi maupun diDTT, jangan

membuka paket sebelum pemeriksaan panggul selesai dan

keputusan akhir untuk pemasangan dilakukan.

Peralatan dan instrument yang dianjurkan untuk pemasangan

AKDR adalah:

a. Bivalve speculum (kecil, sedang, besar)

b. Tenakulum

c. Sonde uterus

d. Forsep/korentang

e. Gunting

f. Mangkuk untuk larutan antiseptik

g. Sarung tangan

h. Cairan antiseptik

i. Kasa atau kapas

j. Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks

k. AKDR (CuT-380A) yang belum rusak dan terbuka

4. Langkah-langkah pemasangan

Tabel 2.2 langkah-langkah pemasangan AKDR CuT-380A

Langkah Alasan Uraian


Langkah 1

34
Jelaskan kepada Hal ini membantu Hindari percakapan
calon akseptor apa klien tenang dan seperti “ini tidak
yang akan dilakukan memudahkan sakit” – pada saat
dan mempersilakan pemasangan serta melakukan langkah
klien mengajukan mengurangi rasa yang mungkin
pertanyaan. sakit. menimmbulkan rasa
sedikit sakit.

Sampaikan pada Hal ini untuk Ajaklah klien


calon akseptor menambah bercakap-cakap
kemungkinan akan kepercayaan dan sepanjang
merasa sedikit sakit percaya diri. pemasangan.
pada beberapa
langkah waktu
pemasangan dan
nanti akan diberitahu
bila sampai pada
langkah tersebut.
Pastikan klien telah Hal ini akan
mengosongkan membantu klien
kandung tenang dan
kencingnya. pemeriksaan panggul
menjadi lebih
mudah.
Langkah 2
Periksa genetalia Untuk memeriksa Pakai sarung tangan.

35
eksterna. adanya ulkus, Setelah digunakan,
pembengkakan lakukan
kelenjar getah dekontaminasi, cuci
bening. dan DTT atau
sterilisasi.
Lakukan Untuk memeriksa Spekulum setelah
pemeriksaan adanya digunakan harus
speculum pembengkakan didekontaminasi,
kelenjar bartolin dan cuci dan DTT atau
kelenjar scene. sterilisasi.

Lakukan Untuk memeriksa Jangan dilakukan


pemeriksaan adanya cairan pemasangan bila ada
panggul. vagina, servisitis dan infeksi atau hamil.
pemeriksaan
mikroskopis bila
diperlukan.
Langkah 3
Lakukan Untuk menentukan Bila ada vaginitis
pemeriksaan besar, posisi, harus diobati dulu
mikroskopik bila konsistensi, dan sebelum pasang
tersedia dan ada mobilitas uterus. AKDR.
indikasi Untuk memeriksa Bila dicurigai
adanya nyeri goyang gonorrhea atau
serviks dan tumor klamidia, beri
pada adneksa atau pengobatan dan
kavum Douglasi. AKDR jangan
Untuk memeriksa dipasang.
adanya jamur,
trikomonas, bacterial
vaginosis.

36
Untuk memeriksa
adanya gonorrhea
atau klamidia
Langkah 4
Masukkan lengan
AKDR CuT-380A di Sarung tangan DTT Jangan memasukkan
dalam kemasan atau ssteril tidak lengan AKDR lebih
sterilnya diperlukan bila dari 5 menit sebelum
memasukkan lengan pemasangan, karena
AKDR di dalam lengan AKDR dapat
kemasan sterilnya. tidak kembali seperti
bentuk semula
setelah dipasang.
Langkah 5
Masukkan spekulum
dan usap vagina dan Larutan antiseptic Usap seluruh vagina
serviks dengan mencegah infeksi. dan serviks dengan
larutan antseptik. larutan antiseptik (2
kali atau lebih).
Pemberian anestesi
Gunakan tenakulum lokal hanya bila
untuk menjepit Tenakulum untuk diperlukan.
serviks. menstabilkan uterus Pasang tenakulum
dan mengurangi secara hati-hati pada
risiko perforasi. posisi vertikal (jam
10 atau jam 2) jepit
dengan pelan hanya
pada satu tempat
untuk mengurangi
sakit.
Langkah 6
Masukkan sonde Masukkan sonde

37
uterus. Untuk menentukan perlahan-lahan dan
posisi uterus dan hati-hati.
kedalaman kavum Jangan menyentuh
uteri. dinding vagina/bibir
Memasukkan sonde spekulum, untuk
sekali masuk (teknik menghindari
sekali sentuh) kontaminasi.
dimaksudkan untuk
mengurangi risiko
infeksi.
Langkah 7
Pasang AKDR CuT-
380A. Atur letak leher biru Jangan memaksa
pada tabung inserter pemasangan bila
sesuai dengan terasa ada tahanan.
kedalaman kavum
uteri. Hati-hati
memasukkan tabung
inserter sampai leher
biru menyentuh
serviks atau sampai Pergunakan
ada tahanan. tenakulum untuk
menahan saat
Lepas lengan AKDR melepas lengan
dengan AKDR.
menggunakan teknik
withdrawl. Tarik Pastikan AKDR
keluar pendorong. telah terpasang
sampai di fundus.
Setelah lengan
AKDR lepas, dorong
perlahan-lahan

38
tabung inserter ke Pastikan sisa benang
dalam kavum uteri AKDR yang telah
sampai leher biru terpotong masih
menyentuh serviks. berada di dalam
tabung inserter,
Tarik keluar untuk memudahkan
sebagian tabung pembuangannya.
inserter, potong
benang AKDR 3-4 Mengurangi risiko
cm panjangnya. AKDR tercabut
keluar (kemungkinan
benang terjepit pada
gunting, bila gunting
Cara lain, tarik tumpul dan benang
seluruhtabung tidak terpotong
inserter, jepit benang dengan benar).
AKDR dengan
forsep kira-kira 3-4
cm dari serviks dan
potong benang
AKDR pada tempat
tersebut.
Langkah 8
Buang bahan-bahan
habis pakai yang Memperkecil risiko Taruh bahan-bahan
terkontaminasi penularan hepatitis B habis pakai yang
sebelum melepas dan HIV/AIDS pada terkontaminasi ke
sarung tangan. petugas. dalam kantung
Bersihkan plastik yang tidak
permukaan yang bocor kemudian
terkontaminasi. Memperkecil risiko dibakar.
penularan hepatitis B Jangan terlalu hemat

39
dan HIV/AIDS pada menggunakan
petugas. larutan klorin 0,5%.
Langkah 9

Lakukan Memperkecil risiko Rendam alat-alat


dekontaminasi alat- penularan hepatitis B dalam larutan klorin
alat dan sarung dan HIV/AIDS pada 0,5% selama 10
tangan dengan petugas. menit sebelum
segera setelah selesai dicuci dan
dipakai. didisinfeksi.
Celupkan kedua
tangan yang
memakai sarung
tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %
dan lepaskan
dengan cara
membalik.
Langkah 10
Ajarkan pada klien
bagaimana Untuk mengurangi Bila secara pribadi
memeriksa benang risiko kehamilan dan budaya tidak
AKDR. akibat AKDR yang menjadi masalah,
hilang. klien dapat
mempraktekkan cara
memeriksa benang
Minta klien tersebut, sebelum
menunggu di klinik meninggalkan klinik.
selama 15-30 menit Untuk mengamati
setelah pemasangan. bila terjadi rasa sakit
yang amat sangat
pada perut, mual

40
atau muntah
sehingga mungkin
AKDR perlu dicabut
bila dengan
analgesik ringan
(aspirin atau
ibuprofen) rasa sakit
tersebut tidak hilang.

5. Pasca pemasangan AKDR

Informasi umum yang perlu disampaikan kepada akseptor setelah

pemasangan AKDR diantaranya adalah:

a. Follow up post insersi AKDR sebaiknya dilakukan 2 minggu

setelah pemasangan, lalu 1 bulan berikutnya, lalu 3 bulan

berikutnya, kemudian 6 bulan – 1 tahun sekali

b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, anjurkan

akseptor memeriksa benang AKDR secara rutin terutama setelah

haid

c. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:

1) Kram/kejang di perut bagian bawah

2) Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama

3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami

tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual

41
d. Kembali ke klinik apabila:

1) Tidak dapat meraba benang AKDR

2) Merasakan bagian yang keras dari AKDR

3) AKDR terlepas

4) Siklus terganggu / meleset

5) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan

6) Adanya infeksi.

e. CuT-380A perlu dilepas setelah 8 atau 10 tahun pemasangan,

tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan atau ada

indikasi medis untuk mengeluarkan AKDR.

Indikasi medis untuk mengeluarkan AKDR:

1) Sakit atau kram daerah pelvis yang teus-menerus

2) Perdarahan per-vaginam yang abnormal atau berlebihan

3) PID akut; keganasan uterus/serviks

4) Perubahan letak AKDR di dalam uterus

5) Kehamilan (bila mudah mengerjakannya); menopause.

42
BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. “A” P1A0H1


DENGAN PRO PASANG IUD DI PUSKESMAS WAWO
KABUPATEN KEDIRI

3.1 PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian :15 Agustus 2022 jam: 09.00 WITA

Oleh: Khaerunnisa

3.1.1 Subyektif

1. Identitas

Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. Z

Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun

Suku / Bangsa : Bima/ Ina Suku / Bangsa : Bima/Ina

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat: Desa Maruta RT 09/3 Kec.Wawo Kabupaten kediri

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ingin KB IUD. Saat ini anaknya berusia 7 bulan,

dan sekarang ibu sedang menstruasi hari ke-7.

3. Riwayat Kesehatan Klien

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit apapun

dan tidak mengkonsumsi obat-obatan

4. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang

menderita tumor ataupun kanker.

5. Riwayat Menstruasi

Menstruasi Terakhir : 8 Agustus 2022

Lama : sampai dengan saat ini masih haid,

tetapi hanya sedikit. Ibu haid hari ke-7

Dismenorrhoe : tidak

Fluor albus : kadang-kadang, biasanya setelah haid,

tidak bau, tidak gatal, bening.

Siklus : teratur

6. Status Pernikahan

Usia pertama menikah :20 tahun Lama

menikah : 3 tahun Jumlah

pernikahan : 1 kali

7. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB Ket

Pe Pnl Pen BL/P Lak Pe


Ank UK Jenis Tmpt Sex H M
ny g y B tsi ny

1 7 bln - Spt Bida Rmh - L 3100 18 - Ya - -


n bidan gr/50 th
cm

3.1.2 Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik

BB : 55 kg

TB : 150 cm

Tekanan darah : 120/80 mmHg

44
Nadi : 80x/m

Suhu : 36,50c

Rr : 20x/m

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah : tidak pucat

Dada : tidak ada benjolan abnormal

Abdomen : tidak ada pembesaran uterus, tidak teraba massa

Genetalia : fluor/fluxus : -/+ darah haid sedikit

Pemeriksaan bimanual: tidak teraba massa, tidak ada nyeri goyang

porsio

Pemeriksaan inspekulo: portio warna merah muda

3.2. Analisa Data


Diagnosa/Masalah Data Dasar
Diagnosa: Data Subyektif
Ny”A” P1A0H1 dengan  Ibu mengatakan ingin KB IUD. Saat ini anaknya
calon Akseptor KB IUD berusia 7 bulan, dan sekarang ibu sedang
menstruasi hari ke-7.
 Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita
penyakit apapun dan tidak mengkonsumsi obat-
obatan
Data Obyektif
 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: baik
BB : 55 kg
TB : 150cm
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36,50c
RR : 20x/m
 Pemeriksaan Fisik
Wajah tidak pucat
Payudara tidak ada benjolan abnormal
Abdomen: tidak ada pembesaran uterus,
tidak ada massa
Genetalia: Fluor (-), fluxus (+) darah haid
sedikit
Pemeriksaan bimanual: tidak teraba massa,

45
tidak ada nyeri goyang porsio
Pemeriksaan inspekulum: porsio warna
merah muda

3.3. Intervensi/ Perencanaan

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

R/ pasien mengerti dengan keadaannya

2. Jelaskan pada ibu tentang efek samping KB IUD

R/. agar ibu mengerti tentang efek samping dari KB IUD

3. Jelaskan kepada ibu prosedur yang akan dilakukan

R/. agar ibu tidak kaget dengan tindakan yang akan dilakukan

4. Pastikan klien mengosongkan kandung kemih

R/. memudahkan pada saat proses pemasangan

5. Lakukan pemasangan IUD

R/. melakukan pemasangan sesuai dengan SOP

6. Evaluasi keadaan ibu pasca pemasangan

R/. agar ibu mengrti dengan keadaannya

7. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 22-082022

R/. untuk mengetahui keadaan ibu

3.4 IMPLEMENTASI/ PELAKSANAAN


46
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan umum ibu

baik, tanda tanda vital dalam batas normal serta pemeriksaan fisik

dalam keadaan baik.

2. Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping KB IUD antara lain:

perubahan siklus haid, haid lebih banyak, spooting, kram pada saat

haid, keputihan,

3. Menjelaskan kepada ibu prosedur yang akan dilakukan

4. Memastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya

5. Melakukan pemasangan IUD dengan teknik withdrawl dan

memperhatikan teknik aseptik. Terlihat benang IUD ± 3 cm dari OUE.

6. Mengevaluasi keadaan ibu pasca pemasangan IUD seperti perdarahan

(+) sedikit, keadaan ibu baik

7. Mengajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang IUD dengan

cara memasukan jari tengah ke dalam vagina hingga menyentuh ujung

serviks atau leher Rahim. Rasakan ujung benang yang nantinya akan

keluar dari serviks.

8. Memberikan KIE pasca pemasangan utamanya mengenai efek samping

yang mungkin terjadi dan tindakan yang harus dilakukan seperti kram

perut bagian bawah pada saat menstruasi, haid lebih banyak.

9. Meminta ibu untuk kembali kontrol 1 minggu lagi (22 Agustus 2022

) atau sebelumnya jika ada keluhan.

47
3.5 EVALUASI

Subyektif Obyektif Assestment Planning


Ibu mengerti  Ku ibu baik Ny”A”P1A0H1  Mengingatkan kembali
dan dapat  Kes: compos mentis dengan akseptor IUD pada ibu untuk cara
mengulangi  TD: 110/70 mmHg memeriksa benang IUD
penjelaskan  Nadi: 80x/m  Mengingatkan kembali
yang  Suhu: 36,5oc pada ibu menegenai
diberikan  Respirasi :20x/m efek samping pada
 Ibu akan pemasangan IUD.
melaksanakan  Mengingatkan kembali
anjuran yang jadwal kunjungan ulang
diberikan. pada ibu tanggal: 22
Agustus 2022.

48
BAB 4

PEMBAHASAN

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah suatu cara kontrasepsi yang

dimasukkan ke dalam rahim dengan tujuan untuk mencegah kehamilan.

Pada saat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.”A" P1A0H1 akseptor

baru KB IUD dan membandingkan dengan teori maka tidak didapatkan

kesenjangan antara teori dan praktek. Adapun identifikasi masalah disesuaikan

dengan masalah yang muncul, serta intervensi yang dicantumkan secara rasional,

serta implementasinya sesuai dengan masalah yang ada, sedangkan evaluasi

dilakukan berdasarkan tujuan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil.

Sedangkan dalam pelaksaan asuhan kebidanan pada Ny “A” secara

berurutan dapat dilihat adanya kesesuaian antara teori dengan prosedur tindakan

selama melaksanakan asuhan kebidanan,

Pada evaluasi tidak didapatkan adanya kesenjangan antara teori dengan

praktek, sehingga klien merasa lega telah dipasang KB IUD, dan mengerti

akan penjelasan petugas kesehatan.

Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada klien dengan KB IUD,

penulis berpegang teguh pada teori dan prosedur yang ada, sehingga

diharapkan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan dapat terlaksana dengan baik

dan dapat mewujudkan tujuan program KB Nasional yaitu mewujudkan keluarga

kecil bahagia dan sejahtera.

49
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Selama melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny.”A" P1A0H1

akseptor baru KB IUD, tidak mengalami suatu kesulitan yang berarti. Karena

selama diberikan penjelasan dan asuhan, klien tampak kooperatif dalam

semua tindakan sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik dan

akhirnya dapat membantu terselesainya proses Asuhan Kebidanan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan. Adapun tindakan yang dilakukan petugas

kesehatan kepada klien, yaitu : menganjurkan untuk menjaga kebersihan

tubuh terutama daerah kemaluan dan menganjurkan klien untuk kontrol

IUD 1 minggu lagi.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Petugas Kesehatan

1. Meningkatkan pengetahuan i l m u kebidanan, khususnya

AKDR/IUD tentang tindakan pra pemasangan, pemasangan dan

perawatan pemasangan IUD

2. Tetap menjaga kepercayan klien dan selalu memberikan dukungan

kepada klien.

5.2.2 Untuk Klien dan Keluarga

1. Hendaknya lebih kooperatif tentang masalah tentang dirinya

dan dapat mengambil keputusan untuk segera ke petugas

kesehatan.

2. Memberikan kepercayaan kepada petugas kesehatan dalam

memberikan Asuhan Kebidanan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Anna Glasier, Ailsa Gebbie. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta : EGC.

BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera.


Jakarta : BKKBN.

BKKBN. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional


Propinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN.

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta : EGC.

Glasier Ana, Alisa Baggle. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta : EGC

Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana (KB). http://www.klikdokter.com/


medisaz/read/2010/07/05/120/keluarga-berencana—kb

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD


Pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf

Iswarati. 2003. KB, KP, Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta :


BKKBN

JNPKKR, USAID. 2003. Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD (=Intrauterine divece).


http://www.drdidispog.com/2010/02/kb-iud-intrauterine-device.html.\

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan


Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur.
http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Muhammad. 2008. Alat Kontrasepsi untuk Wanita (Contraseptive for


Female).http:\IUD\IUD.mht.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)

Saifuddin Bari Abdul. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
52

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-iud.html
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/12/makalah-kontrasepsi-intra-
uterine.html
http://sichesse.blogspot.com/2012/04/konsep-dasar-asuhan-kebidanan-pada-
iud.html
53

LEMBAR KONSUL

Judul : Asuhan kebidanan pada Ny “A”P1A0H1 dengan


Akseptor KB IUD di Puskesmas Wawo
Kabupaten Bima
Pembimbing : Rodhiyatul Tazqiyah, SST, Bd
Lahan

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1 Tanggal 21 Untuk tanggal mohon di koreksi
Agustus 2022 lagi.
Pukul 17.05 Di samakan dengan tanggal
kunjungan

2 Tanggal 21
Agustus 2022 ACC
Pukul 21.15
3

5
54

LEMBAR KONSUL

Judul : Asuhan kebidanan pada Ny “A”P1A0H1 dengan


Akseptor KB IUD di Puskesmas Wawo
Kabupaten Bima
Pembimbing : Bd. Shanty Natalia, SST. M.Kes
Lahan

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1

Anda mungkin juga menyukai