Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Disusun Oleh :

Riska Putrina (14.01.0064)

AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA JEMBER

TAHUN AJARAN 2014/2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan
bedah, misalnya padaperforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi
dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi. Peradangan peritoneum
merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari
organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus
gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi,
ataudari luka tembus abdomen. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap
infeksi bakteri (secara inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus
menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda asing
atau enzim pencerna aktif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi nifas ?
2. Apa definisi peritonitis ?
3. Apa patofisiologi dari peritonitis ?
4. Apa saja klasifikasi peritonitis ?
5. Apa saja tanda gejala peritonitis ?
6. Apa komplikasi peritonitis?
7 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dengan Peritonitis?

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah mahasiswa dapat memahami penyakit yang
terjadi pada organ abdomen terutama pada peritoneum, dan penulis berharap
mahasiswa tidak hanya memahami penyakit tersebut tapi mahasiswa juga dapat
mengetahui penyebab gejala pengobatan dan pencegahan dari penyakit yang di
alami khususnya penyakit peritonitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Medis

2
2.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa
Latin,yaitu dari kata pueryang artinya bayi dan parious
yang berakti melahirkan . Masa nifas (puerperium) adalah
masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali sebelum hamil.lama nifas yaitu 6-8
minggu. Periode masa nifas (puerperium) adalah perode
waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.proses ini di
mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak
hamil sebagai akibat dari adannya perubahan fisiologis dan
fsikologi karna proses persalinan. Nifas adalah masa dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung
kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 8
minggu (Mochtar, 2010). Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan
segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (Abdul Bari,2011).

2.1.2 Klasifikasi Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia
yang lamanya 6 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu
minggu, berbulan bulan atau tahunan.

3
2.1.3 PerubahanPerubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :
a. Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering
disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting
lain,yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik
hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
b. Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai
1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1 minggu, TFU pstsymphisis,
beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm.Setelah 14 hari TFU tidak teraba,
beratnya 350 gr, 5 cm6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya
60 gr, diameter 2,5 cm.
c. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk semacam cincin.
d. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala.

2.2 Peritonitis

Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang


melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya. Peritonitis
adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan
meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri
lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Peritonitis
adalah peradangan pada peritonitis yang merupakan pembungkus visera dalam

4
rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari
peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri. Peritoneum
adalah mesoderm lamina lateralis yang bersifat epitelial. Pada permulaan,
mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelm. Diantara kedua
rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron di daerah
abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal, dan ventral usus saling
mendekat, sehingga mesoderm tersebut menjadi peritonium. Lapisan peritoneum
dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika


serosa)
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, para
metritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau
langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis adalah infeksi nifas yang
dapat menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di dalam uterus langsung
mencapai peritoneum. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang
melapisi dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Kasus peritonitis akut
yang tidak tertangani dapat berakibat fatal. Pada saat ini penanganan peritonitis dan
abses peritoneal melingkupi pendekatan multimodal yang berhubungan juga dengan
perbaikan pada faktor penyebab, administrasi antibiotik, dan terapi suportif untuk
mencegah komplikasi sekunder dikarenakan kegagalan sistem organ. Infeksi
peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. bentuk primer (i.e. spontan),


b. sekunder (i.e. terkait proses patologi pada organ visceral),
c. tertier (i.e. infeksi persisten atau recurrent setelah terapi inisial).
d. Sedangkan infeksi intraabdomen biasanya dibagi menjadi :
e. generalized (peritonitis),
f. localized (abses intra abdomen).
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.

5
2.2.1 Etiologi
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab
primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis
pada organviseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten
sesudah terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen
dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen
(lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous
bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi
bukan karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien
dengan asites akibat penyakit hati kronik. Kira - kira 10-30% pasien dengan
sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis
bakterial.
Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan
kelenjar getah bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1%
dari semua kasus peritonitis primer.
Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis sekunder,
disebabkan infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau
saluran bilier. Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam
kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon
(paling sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta
strangulasi kolon asenden (usus halus).
Penyebab iatrogenik umumnya bersal dari trauma saluran cerna bagian
atas termasuk pankreas, saluran empedu dan kolon juga dapat terjadi dari
trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan
penyebab tersering terjadinya peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif
untuk etiologi non infeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya
jahitan operasi seharunsnya kurang dari 2 %. Operasi untuk penyakit

6
inflamasi (misalnya apendisitis, diventikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi
beresiko kurang dari 10% terjadi peritonitis sekunder dan abses peritoneal.
Resiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya
terlibatan duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok
perioperatif, dan transfusi yang pasif.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang
mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.

2.2.2 Patofisiologis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limpe di dalam uterus
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui
jaringan diantara kedua ligamentum latum dan menyebabkan parametritis
(Sellulisis Pelvika). Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja
(pelvio peritonilis). Peritonilis umum merupakan komplikasi yang berbahaya
dan mrupakan sepertiga dari sebab kematian infeksi.
Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan, yakni :
1. Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang terinfeksi atau
endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum latum/menyebar ekstraperitoneal ke
semua jurusan.

2.2.3 Tanda Dan Gejala


1. Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi
2. Demam menggigil
3. Perut gembung tapi kadang-kadang ada diarrhoea
4. Muntah
5. Pasien gelisah, mata cekung
6. Pembengkakan dan nyeri di perut
7. Demam dan menggigil
8. Kehilangan nafsu makan
9. Haus Mual dan muntah

7
10. Urin terbatas
11. Bisa terdapat pembentukan abses
12. Sebelum mati ada delirium dan coma
Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah
pelvis tanda dan gejalanya ; demam, Perut bawah nyeri, keadaan umum tetap
baik, pada pelvioperonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang
biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan, ibu dengan
peronitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau
penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Pada pelvioperitonitis bisa
terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum
douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah
keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Diagnosis peritonitis ditegakan secara klinis dengan adanya nyeri
abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas
lokasinya (peritoneun visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya
(peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi
berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia,
takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi, nyeri abdomen yang hebat
biasanya memiliki punctum maksimum ditempat tertentu sebagai sumber
infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekainsme antisipasi
penderita secara tidak sadar utnuk menghindari palpasinya yang
meyakinakan/tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan
nyeri akibat pelvic inflammatory disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini
bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya
diabetes berat, penggunaan steroid, pascatranspalntasi, atau hiv), penderita
dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, enselofati toksik, syok
sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia dan
penderita geriatric.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka

8
dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi.

2.2.4 Prognosis
Yang paling dapat dipercayai untuk membuat prognosa ialah nadi ; jika
nadi tetap di bawah 100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi di atas
130, apalagi kalau tidak ikut turun dengan turunnya suhu prognosanya kurang
baik. Demam yang continou adalah lebih buruk prognosanya dari demam
yang remittens. Demam menggigil berulang-ulang, insomnia dan icterus,
merupakan tanda-tanda yang kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah
leucocyt yang rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa. Juga kuman
penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosa. Menurut
derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas
tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis
dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang
sesuai.

2.2.5 Komplikasi
Dampak yang dapat terjadi pada ibu yang mengalami peritonitis, diantaranya ;
1. Adanya penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena
sentral yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok
dan gagal ginjal.
2. Abses peritoneal
3. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan
bernafas.
4. Sepsis

2.2.6 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan. Coitus
pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

9
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas
dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker,
alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
c. Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan
lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda
infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas
sehat.
2. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Adanya antibiotika sangat merubah prognosa
infeksi puerperalis dan pengobatan dengan obat-obat lain merupakan usaha
yang terpenting. Dalam memilih satu antibiotik untuk mengobati infeksi,
terutama infeksi yang berat harus menyandarkan diri atas hasil test
sensitivitas dari kuman penyebab. Tapi sambil menunggu hasil test
tersebut sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik supaya tidak
membuang waktu dalam keadaan yang begitu gawat.
Pada saat yang sekarang peniciline G atau peniciline setengah syntesis
(ampisilin) merupakan pilihan yang paling tepat karena peniciline bersifat
baktericide (bukan bakteriostatis) dan bersifat atoxis. Sebaiknya diberikan
peniciline G sebanyak 5 juta S tiap 4 jam jadi 20 juta S setiap hari. Dapat
diberikan sebagai iv atau infus pendek selama 5-10 menit.
Dapat juga diberikan ampiciilin 3-4 gr mula-mula iv atau im.
Staphylococ yang peniciline resisten, tahan terhadap penicilin karena

10
mengeluarkan penicilinase ialah oxacilin, dicloxacilin dan melbiciline. Di
samping pemberian antibiotic dalam pengobatannya masih diperlukan
tindakan khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.
Karena peritonitis berpotensi mengancam kehidupan. Penderita disarankan
mendapat perawatan di rumah sakit. Secara jelas, penatalaksanaan pada
peritonitis yaitu ;
a. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena
syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan
cairan vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk
mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Lakukan nasogastric
suction melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan
dalam usus.
b. Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5
mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV
setiap 8 jam.Antibiotik harus diberikan dalam dosis yang tinggi untuk
menghilangkan gembung perut di beri Abot Miller tube.
c. Pasien biasanya diberi sedative untuk menghilangkan rasa nyeri.
Minuman dan makanan per os baru di berikan setelah ada platus.
d. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah
dan perbaikan dapat diupayakan.
e. Pembedahan atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah
peritonitis. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor
adalah insisi dan drainase terhadap abses.
Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan
pembedahan (laparotomi eksplorasi). Pertimbangan dilakukan
pembedahan : Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang
meluas, nyeri tekan terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri,
tanda perdarahan (syok, anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi,
leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi, memburuknya pasien saat
ditangani). Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum,
distensi usus, extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri
mesenterika. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna
dan perdarahan saluran cerna yang tidak teratasi. Pemeriksaan

11
laboratorium. Pembedahan dilakukan bertujuan untuk : Mengeliminasi
sumber infeksi, Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal,
Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.
Therapi (Instruksi Dokter) dan asuhan(dikerjakan bidan) yang
diberikan antara lain: Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah
fokus utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat
diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan
kanula nasal atau masker akan meningkatkan okesigenasi secara adekuat,
tetapi kadang- kadang inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi
diperlukan.Tetapi medikamentosa non- operatif dengan terapi antibiotik,
terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan
terapi modulasi respon peradangan. Jika pasien harus dilakukan operasi
maka, asuhan keperawatan/kebidanan selama masa pra, intra, post operatif
maka tindakan bidan atau perawat harus memahami tahapan- tahapan yang
dilakukan pada seorang pasien, tahapan tersebut, mencakup tiga fase
yaitu :
a. Fase pra-operatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien
digiring ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian data dasar pasien yang
datang di klinik, rumah sakit atau di rumah, menjalani wawancara pra-
operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan
pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi
hingga melakukan pengkajian pasien pra-operatif ditempat ruang
operasi
b. Fase intra-operatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien
masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini
lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV),
memberikan medikasi melalui intervena sesuai Instruksi Dokter,
melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahandan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh,
aktivitas keperawatan terbatas hanya pada menggemban tangan
pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam peranannya

12
sebagai perawat scub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien
diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip- prinsip dasar
kesejajaran tubuh
c. Fase pasca-operatif dimulai dengan masuknya pasien keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas
yang luas selama periode ini . Pada fase pasca-operatif langsung,
fokus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan memantau
fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan
pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini.
Kapan berkaitan dan memungkinkan proses keperawatan pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.

2.2.7 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dengan Peritonitis


Sebagai seorang bidan harus dapat mendeteksi dini komplikasi yang di
alami oleh pasien dengan cara mengetahui tanda dan gejala pada peritonitis,
sehingga seorang bidan dapat menentukan tindakan yang akan dilakukannya
secara tepat. Adapun asuhan yang diberikan oleh bidan, diantaranya ;
a. Komunikasi kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan ibu
b. Merencanakan upaya rujukan ke RS dengan alasan: Ibu memerlukan
penanganan & pemantauan khusus dari tim ahli
c. Memberikan dukungan psikologis
d. Sebelum melakukan rujukan, berikan antibiotika sehingga bebas panas
selama 24 jam: Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah
gantamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol
500 mg IV setiap 8 jam dan antibiotik harus diberikan dalam dosis yang
tinggi untuk menghilangkan gembung perut di beri Abot Miller tube.
e. Bila peritonitis meluas maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan
vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti
elektrolit dan kehilangan protein (selama dilakukan rujukan)
Selain itu, bidan melakukan pendidikan kesehatan mengenai hal yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY J 24 TAHUN P10001 DENGAN


PERITONITIS DI RSUD BINA HUSADA JEMBER

I. PENGKAJIAN
Tanggal / jam MRS :18 OKTOBER 2016 / 10.10 WIB
Tempat Praktek : PKM BINA HUSADA JEMBER
No RM :271003

A. Data Subyektif

I.1 Identitas
Nama pasien : Ny J
Nama Suami :Tn A
Umur : 24 tahun
Bangsa / suku : Umur :25 Tahun
indonesia/jawa Bangsa / suku
Agama : Islam
:Indonesia/jawa
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :IRT Agama :Islam
Alamat :Ds.
Pendidikan :SMA
Sugihwaras
Pekerjaan :Petani
Alamat : Ds. Sugihwaras

14
I.2 keluhan utama
Ibu telah melahirkan bayinya pada tanggal 11 Oktober
2016 jam 07.00 wib secara secaara SC dan mearsakan
letih, kurang tidur, nyeri perut jika beraktivitas,
kehilangan nafsu makan.
I.3 Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita
Ibu tuidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
PMS) menurun (DM, Jantung) dan kronik
2. Riwayat penyakit yang sedang di derita
Ibu tidak sedang menderita penyakit apapun
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular (TBC, PMS) menurun (DM, Jantung)
dan kronik
I.4 Riwayat perkawinan
Status perkawinan : menikah sah
Kawin ke :1
Lamanya : 1 tahun
Umur kawin : 23 tahun
I.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

N Kehamil Persalinan Anak Nifas K


o an e
t
U Pen Je Pen Peno u j Bb K pen men
k yulit ni yulit long m k l e yulit etek
s ur t i
1 3 Tida SC Tida 1 P 34 N fas ini -
9 k k m r 00 i
m ada ada gg gr
g
g

15
I.6 Riwayat kehamilan sekarang
Umur kehamilan : 39 minggu
HPHT : 12- september
2015
Mulai merasakan gerakan janin : 20 minggu
ANC : 11 kali
Imunisasi TT : TT 3
Pemberian terapi : Fe, Vit A
Rencana KB yang akan datang : suntik kb 3
bulan
I.7 Riwayat persalinan
Pasien datang rujukan dari bidan titin dengan keluhan
ketupan pecah dini jam 23.00 WIB, dirujuk ke RS pada
jam 10.00 WIB dengan diagnosa G1P0000 39 minggu
Hasil pemeriksaan : TD : 100/90 mmHg, N : 84 x/menit,
S : 36,4C, RR : 20x/ menit, pukul 10.15 WIB dilakukan
pemeriksaan dalam, , ketuban positif, kemudian
dilakukan pemeriksaan DJJ : 138x/ menit, ibu ingin
mengejan jam 11.40 WIB partus spontan.
Tanggal persalinan : 11 Oktober 2016 jam
07.00 wib
Jenis perssalinan : SC
Lama persalinan
Kala I : Tidak dikaji
Kala II : Tidak dikaji
Kala III : Tidak dikaji
Keadaan ketuban
Pecah jam : 23.00 tanggal 19 Oktober 2016
Warna : jernih
Jumlah : 150 cc
Bau : khas
Keadaan plasenta
Lahir jam :07.30 WIB tanggal 11
oktber 2016
Berat : 500 gr
Lahir spontan / tidak : spontan
Lebar : 30 cm
Tebal : 2 cm
Insersi : centralis

16
Tali pusat
Panjang : 30 cm
Kelainan : tidak ada
Keadaan perineum : baik
Heacting : tidak ada
Jumlah heacting:tidak ada
Kontraksi uterus : baik, keras
Tfu : setinggi puisat
Keadaan bayi
Keadaan umum : baik
Berat badan : 3400 gr
Panjang badan :52 cm
Jenis kelamin : perempuan
Kelainan : tidak ada cacat, anus
berlubang
I.8 Riwayat KB
Ibu belum pernah memakai KB apapun
I.9 Riwayat psikososial spiritual
Ibu sangat senang dengan kehamilan ini dan
mengharapkan kelahiran bayinya, hubungan dengan
keluarga dan suami harmonis
I.10 Pola kegiatan sehari-hari

Kegiatan Selama hamil Setelah melahirkan


a. Nutrisi
Makan 3x sehari 11.00 WIB (11juni
Jenis Nasi, sayur, lauk
2016)
Sedang
porsi Nasi, sayur, lauk
Baik
Porsi Sedang
Air putih 8 gelas
Nafsu Baik
sehari Air putih 1 gelas
makan
Minum 7x sehari, kuning Jam13.00 , kuning
b. Eliminasi
BAK jernih jernih
BAB 2x sehari, kuning -
c. Istirahat lembek
Siang -
Ibu dapat
Malam 1-2 jam
d. Aktifitas 6-8 jam beristirahat
e. Personal Sedang -
hygine
2x sehari -
Mandi
2x sehari -

17
Gosok 3x seminggu -
2x sehari -
gigi -
Keramas Wc
Ganti -
celana
dalam
Tempat
BAB

B. Data obyektif
2.1 pemeriksaan fisik
keadaan umum : cukup
tanda-tanda vital
tekanan darah : 110/80 mmHg
nadi : x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5C
Tiinggi badan : 142 cnm
Berat badan : 57 kg

2.2 pemeriksaan fisik

Kepala
Inspeksi :rambut hitam, bersih, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Muka
Inspeksi : tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Mata
Inspeksi : simetris, sklera putih, konjungtiva
pucat,
Palpasi : tidak ada oedema pada palebra
Hidung
Inspeksi : tidak ada pernafasan cuping, tidak ada
sekret
Palpasi : tidak ada polip
Mulut

18
Inspeksi : kering, tidak ada caries, tidak ada
stomatitis
Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada serumen
Palpasi : tiudak ada benjolan abnormal
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
vena jugularis maupun kelenjar limfe
Palpasi : tidak ada pembessaran kelenjar tyroid,
vena jugularis maupun kelenjar limfe
Dada
Inspeksi : simetris, dan tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
Perkusi : tidak di kaji
Auskyultasi : tidak ada wheziing dan ronchi
Payudara
Inspeksi : simetris, puting susu menonjol, areola
hiperpigmentasi
Palpasi : asi sudah bkeluar dan tidak ada
benjolan
Abdomen
Inspeksi : terdapat strie lividae dan tidak ada
bekas operasi, Perut terlihat lebih besar
dari normal
Adanya bekas jahitan yang tidak
jadi/mengalami kebocoran,
Palapasi :Nyeri tekan lepas, Dinding perut
tegang dan kaku seperti papan.
TFU : pertengahan simfisis
Kontraksi uterus :baik (keras)
Distorsia recti :tidak ada
Auskultasi :Bising usus tidak terdengar.
Perkusi : timpani positif
Vulva vagina
Inspeksi :Tidak ada varises, tidak ada oedema,
tidak ada kondiloma, lochea purulenta:
10 cc,

19
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan
kelenjar bartolini Teraba tahanan yang
kenyal yang berfluktuasi dalam kavum
douglasi dan nyeri tekan, tidak ada
ruptur perineum, tidak nyeri, lochea
purulenta.
Anus
Inspeksi : tidak ada hemoroid
Ekstermitas atas
Inspeksi : simetris, tidak ada oedema,polidaktil
dan sindaktil
Palpasi : tidak ada nyeri tekan danm turgor
normal
Ekstermitas bawah
Inspeksi : simetris, tidak ada oedema, lesi,
polidaktil dan sindaktil
Palpasi : tidak ada nyeri tekan danm turgor
normal
Perkusi : reflek patela +/+

2.3 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : HB : 8 gr%

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH


Ds : Ibu telah melahirkan bayinya pada tanggal 11 Oktober
2016 jam 07.00 wib secara secaara SC dan mearsakan
letih, kurang tidur, nyeri perut jika beraktivitas,
kehilangan nafsu makan.
Do : Keadaan umum: cukup
Kesadaran : Composmentis

TTV TD : 90/60 mmHg


N : 105x/menit
RR : 23x/menit
Suhu : 38C

20
Payudara :simetris, putiong susu menonjol, tidak
ada nyeri tekan, colostrum sudah
keluar
Abdomen : terdapat strie lividae dan tidak ada
bekas operasi, Perut terlihat lebih besar
dari normal
Adanya bekas jahitan yang tidak
jadi/mengalami kebocoran, Nyeri tekan
lepas, Dinding perut tegang dan kaku
seperti papan, Bising usus tidak
terdengar.

Genetalia :Tidak ada varises, tidak ada oedema,


tidak ada kondiloma, lochea purulenta:
10 cc, Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan
kelenjar bartolini vagina toucher: Teraba
tahanan yang kenyal yang berfluktuasi
dalam kavum douglasi dan nyeri tekan,
tidak ada ruptur perineum, tidak nyeri,
lochea purulenta.

Dx : Ny. J P10001 7 hari post SC dengan peritonitis


III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Syok (hipovolemik, septic, neuroghenik)
Abses
Obstruksi intestinal rekuren
Mati
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Infus NaCl atau Ringer Laktat 20 tpm
Antibiotik (Ampisilin 1g IV)
Kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG
Rujukan pasien ke RS dengan menggunakan BAKSOKUDA
V. INTERVENSI

21
Tanggal : 18 Oktober 2016
Jam : 12.30 WIB
Diagnosa : Ny. J P10001 7 hari post SC dengan Peritonitis
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan dengan baik dan benar
diharapkan masa nifas berjalan normal.

Kriteria Hasil:
Keadaan umum : Baik
TD : 110/70 mmHg 130/0 mmHg
N : 80- 100x/menit
S :36,5 37,5 C
Nyeri perut berkurang, nafsu makan baik, bekas jahitan yang
tidak mengalami kebocoran, Bising usus normal.
1. Membina hubungan baik dengan pasien.
R/ pasien lebih kooperatif terhadap tindakannya.
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.
R/ Persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan
memudahkan tindakan yang akan dilakukan sehingga ibu
tenang.
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan
tindakan pemasangan infus.
R/ Pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan ibu.
4. Berikan suppot mental pada ibu dengan cara memotivasi
ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa cemas.
R/ Memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5. Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk agar
dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
R/ Ibu mendapat penanganan & pemantauan khusus dari
tim ahli.
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG
untuk dilakukan Pembuangan focus septic/penyebab
peradangan lain
R/ Pemberian terapi antibiotic untuk ibu.
7. Lakukan rujukan dengan BAKSOKUDA

22
R/ Agar pasien mendapatkan pertolongan secara tepat pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga
jiwanya dapat terselamatkan.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Oktober 2016
Jam : 13.00 WIB
Diagnosa : Ny. J P10001 7 hari post SC dengan Peritonitis
1. Membina hubungan baik dengan pasien.
2. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan
dilakukan tindakan pemasangan infus sebagai pertolongan
pertama untuk menstabilkan keadaan ibu.
3. Memberikan suppot mental pada ibu dengan cara
memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa
cemas sebagai bentuk dukungan psikologis pada ibu.
4. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk
agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga ibu
mendapat penanganan & pemantauan khusus dari tim ahli.
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG
dalam pemberian terapi antibiotic untuk ibu.
6. Melakukan rujukan dengan BAKSOKUDA agar pasien
mendapatkan pertolongan secara tepat pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga jiwanya
dapat terselamatkan.
VII EVALUASI
Tanggal : 18 Oktober 2016
Waktu : 13.30 WIB
S : Ibu mengerti dan paham penjelasan yang telah
disampaikan
bidan dan mau dilakukan rujukan.
O : Ibu dan keluarga menyetujui untuk dilakukan
rujukan.
A : Ny. J P10001 2 minggu post SC dengan suspect
peritonitis
P : - Berikan motivasi pada ibu.
- Berikan infom consent kepada ibu tentang
persetujuan rujukan.
- Lakukan persiapan rujukan dan mengantar ibu ke
tempat

23
rujukan.
- Kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG.
- Laksanaan rujukan dengan menggunakan
BAKSOKUDA.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus Ny j diperoleh data-data sebagai berikut yakni,


data subyektif yang langfsung dikatakan oleh ibu bahwa Ibu telah
melahirkan bayinya pada tanggal 11 Oktober 2016 jam 07.00 wib
secara secaara SC dan mearsakan letih, kurang tidur, nyeri perut jika
beraktivitas, kehilangan nafsu makan. Keadaan umum Cukup,
Kesadaran Composmentis, TD 90/60 mmHg, N 105x/menit, RR 23x/menit,
Suhu 38C. Pada Abdomen Perut terlihat lebih besar dari normal,
adanya bekas jahitan yang tidak jadi/mengalami kebocoran, Nyeri
tekan lepas, Dinding perut tegang dan kaku seperti papan, Bising
usus tidak terdengar. Pada Genetalia lochea purulenta: 10 cc
vagina toucher: Teraba tahanan yang kenyal yang berfluktuasi dalam
kavum douglasi dan nyeri tekan, tidak ada ruptur perineum, tidak
nyeri, lochea purulenta.
Diagnosa Ny D P10001 Ny. J P10001 7 hari post SC dengan Peritonitis
dibeikan intervensi yaitu: Membina hubungan baik dengan pasien,
Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan
tindakan pemasangan infus, Berikan suppot mental pada ibu dengan
cara memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa
cemas.Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk agar dapat
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Lakukan kolaborasi dengan tim
medis dan dokter Sp.OG untuk dilakukan Pembuangan focus
septic/penyebab peradangan lain. Lakukan rujukan dengan BAKSOKUDA
yang tujuannya adalah Setelah dilakukan asuhan dengan baik dan
benar diharapkan masa nifas berjalan normal. Kriteria Hasil yaitu

24
Keadaan umum Baik, Nyeri perut berkurang, nafsu makan baik, bekas
jahitan yang tidak mengalami kebocoran, Bising usus normal.
Pada pengidentifikasian diagnosa dan identifikasi masalah
tidak terjadi kesenjangan pula, karena diagnosa di ambil darti
[prosedur dari anamnesa pada kasus ini tidak ada masalah yang
muncul. Pada langkah antisipasin masalah potensial tidak muncul
masalah potensial pada pada pengembangan rencana, implementasi
dan evaluasi tida ada kesenjangan antara teori dan praktek, langkah-
langkah asuhan tyersebuit disesuaikan dengsan keadaan pasiern,
sehingga asuhan kebidanan pada Ny J 24 tahun P10001 dapat
bejalan normal tanpa komplikasi yang lebih parah.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa transisi untuk memulihkan alat-
alat kandungan seperti sebelum hamil. Dimana pada masa nifas
ini banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi baik daeri
segi fisik maupun psikologis. Oleh karena itu diperlukan
penghawasan secara intensif terhadap ibu post partum agar pada
masa nifas ini berjalan dengan njormal tanpa adanya ko9mplikasi
atau penyakit.
Dalam asuhan kebidanan pada Ny J usia 24 tahun P10001
dengan post SC dengan Peritonitis mulai dari langkah I sampai langkah
ke VII sesuai dengan prinsip menejemen kebidanan varney.

5.2 Saran
Selalu memberikan KIE tentang kebutuhan ibu terutama
personal hygine karena hal ini bila tidak di jaga dengan baik akan
memperburuk keadaan ibu yang belum pulih secara sempurna.

25

Anda mungkin juga menyukai