Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BY. D UMUR 11 HARI


DALAM KEADAAN NORMALDALAM KEADAAN NORMAL
DI PUSKESMAS CEPOGO

Disusun Guna Memenuhi Syarat Mengikuti Praktek Klinik Periode I Stase


Praktek Kebidanan Fisiologis Holistik

Disusun Oleh :
MIFTAHUL JANNAH
NIM. 62021137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANESTU UTOMO
BOYOLALI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus asuhan kebidanan pada pasien ini telah dikonsultasikan


pada pembimbing akademik dan disetujui pada:
Tanggal :
Waktu :

Selanjutnya, setelah laporan ini direvisi direvisi sessuai hasil masukan,


saran dan pembimbing dari Pembimbing Lahan dan Pembimbing
Akademik serta disahkan pada:
Tanggal :
Waktu :

Demikian laporan ini disusun.

Mengetahui, Boyolali, 2022

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN/CI

Sri Handayani SSiT., M.Kes Riyanti AMd., Keb.


NIP.197405062005012.001 NIP.196601111989032.007

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
kasus ini. Penulisan Laporan kasus ini dalam rangka memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan praktik Stase 1 Fisiologi Holistik Program Pendidikan
Profesi Bidan STIKes Estu Utomo. Dan pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Sarwoko, S.Ag., S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Ketua STIKes Estu


Utomo
2. Ibu Ardiani, SST.,M.Kes Sebagai Ka. Prodi Sarjana Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan STIKes Estu Utomo
3. Ibu Raudhatul Munawarah, SST., M.Keb Sebagai Penanggung jawab
praktik Stase 1 Fisiologi Holistik Program Pendidikan Profesi Bidan
STIKes Estu Utomo
4. Ibu Sri Hanadayani SSit.M.Kes selaku pembimbing akademik
5. Drg. Heri sebagai Kepala Puskesmas Cepogo
6. Ibu Riyanti, A.Md.Keb sebagai bidan Koordinator KIA di Puskesmas
Cepogo
6. Seluruh bidan dan pegawai di Puskesmas Cepogo
7. Orang tua serta teman-teman yang memberikan dukungan baik berupa
material dan moril kepada penulis
8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu
Akhir kata, saya berharap Allah, Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
Laporan Kasus ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Boyolali, September 2022

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................
D. Manfaat...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
A. BAYI BARU LAHIR/ NEONATUS..............................................................
B. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir............................................................
BAB III ASUHAN KEBIDANAN........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA JURNAL.........................................
A. PEMBAHASAN...........................................................................................
B. ANALISA JURNAL.....................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................
A. KESIMPULAN.............................................................................................
B. SARAN.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih
dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram
(Armini.dkk, 2017). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi
dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya
Angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan
neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka
kematian bayi tersebut.
Pada tahun 2020, dari 28.158 kematian balita, 72,0% (20.266 kematian)
diantaranya terjadi pada masa neonatus). Dari seluruh kematian neonatus yang
dilaporkan, 72,0% (20.266 kematian) terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara,
19,1% (5.386 kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 9,9% (2.506
kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan. Penyebab kematian neonatal terbanyak
adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR). Mayoritas kematian bayi terjadi
pada neonatus dengan penyebab terbanyak adalah asfiksia 27%, prematuritas dan
BBLR 29%, masalah nutrisi 10%, tetanus 10%, kelainan hematologi 6%, infeksi
5%, dan lainnya 13%. Pada masa neonatal (0-28 hari) terjadi perubahan yang
sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir
pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan
umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai
masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal (Kemenkes, 2020).
Sedangkan kematian Bayi di Kabupaten Boyolali tahun 2020 sejumlah
109 Kelahiran Hidup (Angka Kematian Bayi 7.9 per 1000 Kelahiran Hidup) dari
target 8,4 per 1000 Kelahiran Hidup. Penyumbang terbesarnya yaitu dari
Kematian Neonatal sejumlah 77 Kelahiran Hidup (Angka Kematian Neonatal 5,6
per 1.000 Kelahiran Hidup). Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali
tahun 2020 diantaranya adalah BBLR 18,2 %, asfiksia 32,5 %, sepsis 1,3 % dan
lain – lain 31,2 % (Dinkes, 2020).
Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam
bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi barulahir akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup,
bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat
terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan hipoglikemia
dan menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok,
beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh kembang
(Prawirojardjo, 2010).
Salah satu tujuan upaya kesehatan anak adalah menjamin kelangsungan hidup
anak melalui upaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita.
Tren angka kematian anak dari tahun ke tahun sudah menunjukkan penurunan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sehingga
perlu dilakukan upaya kesehatan anak secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan anak dilakukan sejak janin dalam kandungan
hingga anak berusia 18 (delapan belas) tahun. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kognitif, serta menderita penyakit kronik pada saat dewasa.
Beberapa upaya lain yang dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok
ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Kunjungan neonatal idealnya
dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari.
Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi
risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir adalah cakupan
Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1. Pelayanan dalam kunjungan ini (Manajemen
Terpadu Balita Muda) antara lain meliputi termasuk konseling perawatan bayi baru
lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi (bila
belum diberikan) (Kemenkes, 2020).
Salah satu indikator lainnya yang dapat digunakan sebagai tolok ukur kesehatan
bayi adalah dengan mengetahui berat bayi yang baru lahir. Berat badan bayi
dikatakan normal bila berada di kisaran 2.500-4.000 gram pada bayi yang lahir
cukup umur (usia kehamilan 37-40 minggu). Pada umumnya, bayi yang dilahirkan
prematur atau kurang dari 37 minggu usia kandungan memiliki berat lahir yang
lebih rendah dari bayi normal (BBLR). Bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2,5
kg memiliki risiko kematian 20 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi
normal (Kemenkes, 2020). Selain itu, pemeriksaan fisik juga sangat penting
dilakukan guna menilai keadaan bayi. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah
pemeriksaan awal yang dilakukan pada bayi setelah berada di dunia luar dengan
tujuan untuk mengetahui apakah bayi dalam keadaan normal dan adanya
penyimpangan/kelainan pada fisik, serta ada atau tidaknya refleks primitif.
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi stabil, biasanya 6 jam setelah lahir.
Berdasarkan dengan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
secara spesifik mengenai masalah ini, dengan menggunakan metode pendekatan
manajemen asuhan kebidanan “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi D
umur 11 Hari dalam keadaan normal di Puskesmas Cepogo”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dapat penulis rumuskan yaitu :
”Bagaimanakah Penerapan Menejemen Kebidanan dan Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir/ Neonatus By. D Umur 11 Hari Dalam Keadaan Normal Di Puskesmas
Cepogo?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir/ Neonatus By. D Umur
11 Hari Dalam Keadaan Normal Di Puskesmas Cepogo.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir / neonatus
b. Menganalisa kesesuaian teori dengan praktik yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir / neonates

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir / neonatus by. D
umur 11 hari dalam keadaan normal di Puskesmas Cepogo dengan tepat.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi penulis
Meningkatkan pemahaman, wawasan, pengetahuan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir / neonatus serta mampu
menganalisa kesesuaian antara teori dengan praktik yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir / neonates.
b. Bagi Institusi STIKes Estu Utomo Boyolali
Dijadikan sebagai acuan dan evaluasi tingkat pengetahuan, wawasan dan
pemahaman mahasiswi dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir / neonatus serta kemamampuan mahasiswa dalam menganalisa
kesesuaian antara teori dengan praktik yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir / neonatus
c. Bagi Lahan Praktik
Dijadikan sebagai bahan tambahan informasi serta pengetahuan apabila
ada pembaruan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
/ neonatus
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi Baru Lahir/ Neonatus


1. Pengertian
Neonatus atau bayi baru lahir adalah masa kehidupan neonatus pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat
besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir di semua sistem (Cunningham, 2012). Masa neonatal
dini, yaitu usia 0 – 7 hari dan masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari
(Notoatmojo, 2012). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000
gram (Armini.dkk, 2017). Bayi “cukup bulan” adalah bayi yang dilahirkan setelah
usia kehamilan genap mencapai 37 minggu dan sebelum usia kehamilan genap
mencapai 41 minggu (Williamson, 2014).
Pada masa neonatus terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Pada sepuluh
hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat
badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa neonatal
ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranya
refleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang pada usia 3--5 bulan;
refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks); refleks
mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks); refleks memegang
(palmar graps refleks) yang akan menghilang pada usia 6--8 tahun. Refleks-refleks
tersebut terjadi secara simetris, dan seiring bertambahnya usia, refleks-refleks itu
akan menghilang. Pada masa neonatal ini, fungsi pendengaran dan penglihatan
juga sudah mulai berkembang (Setyani, 2016).
Saat pertama kehidupan ekstrauteri adalah waktu yang paling dinamis
dalam seluruh siklus kehidupan. Ketika lahir, bayi baru lahir mengalami perubahan
dari ketergantungan penuh menjadi mandiri secara fisiologis sepanjang masa
transisi masa yang dimulai ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan pertama
kehidupan (Trirestuti, 2018).
2. Ciri-Ciri Bayi Normal
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm .
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit, kemudian
menurun sampai 120-140×/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40×menit.
g. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa,Kuku panjang .
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan),
Testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas telapak
tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi
dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
n. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012)
3. Perubahan pada bayi baru lahir
a. Perubahan pernapasan.
Frekuensi rata-rata : 40 kali/menit, rentang 30-60 kali/menit.
b. Termoregulasi.
Faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu daerah
permukaan tubuh bayi yang luas, tingkat insulasi lemak subkutan
7

berbeda-beda, derajat fleksi otot. BBL Kehilangan panas melalui empat


mekanisme:
1) Konveksi, yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi, yaitu kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin
3) Radiasi, yaitu kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.
4) Evaporasi, yaitu kehilangan panas karena penguapan cairan tubuh pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir bayi
tidak segera dikeringkan (Trirestuti, 2018).
c. Peredaran darah.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah
tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi (Hidayat, 2008).
d. Metabolism glukosa.
Kadar glukosa akan dipertahankan bayi setelah tali pusat diikat atau di klem
dan mengalami penurunan yang cepat 1-2 jam, sehingga untuk memperbaiki
konisi tersebut dilakukan pemberian ASI (Hidayat, 2008).
e. Sistem gastrointestinal.
Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih terbatas karena
hubungan esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga
dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih
30 cc (Hidayat, 2008)
f. Sistem kekebalan tubuh.
Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat
terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun
akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia (Hidayat, 2008).

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


a. Bayi tidak mau menyusu
8

b. Kejang
c. Lemah
d. Sesak Nafas
e. Merintih
f. Pusar Kemerahan
g. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
h. Mata Bernanah Banyak
i. Kulit Terlihat Kuning
5. Asuhan pada Bayi Baru Lahir
Trirestuti (2018) menyatakan bahwa bayi baru lahir perlu dilakuan
evaluasi nilai APGAR. APGAR dihitung pada 1 menit pertama dan 5 menit
kemudian setelah bayi lahir.
Tabel 2.1 Penilaian APGAR Score
Angka penilaian
Tanda
0 1 2
Warna Tubuh merah muda, Seluruhnya merah
Biru pucat
(Appearance) ekstremitas biru muda
Denyut
jantung Tidak ada Lambat <100 >100
(Pulse)
Reflek
menangis Tidak ada Merintih Menangis kuat
(Grimace)
Tonus otot Fleksi pada
Lemah Gerakan aktif
(Activity) ekstremitas
Usaha nafas Menangis dengan
Tidak ada Lambat, tidak teratur
(Respiration) keras
Sumber : Triresturi (2018)
Klasifikasi klinik nilai APGAR yaitu :
a. Asfiksia ringan: 7-10
b. Asfiksia sedang: 4-6
c. Asfiksia berat: 0-3 (perlu resusitasi)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial pasal 4 ayat 2 tentang pelayanan
neonatal esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi:
9

a. Menjaga bayi tetap hangat


b. Inisiasi menyusu dini
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Pemberian suntikan vitamin k1
e. Pemberian salep mata antibiotik
f. Pemberian imunisasi hepatitis B0
g. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
h. Pemantauan tanda bahaya
i. Penanganan asfiksia bayi baru lahir
j. Pemberian tanda identitas diri
k. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu (Karimah & Wicaksono,
2018)
Trirestuti (2018) mengatakan bahwwa ada beberapa aspek yang perlu
dikaji pada bayi baru lahir, diantaranya : a. Menilai keadaan umum bayi
b. Pengukuran antropometri (lingkar kepala : 33-36 cm, lingkar dada 32-34 cm,
panjang badan 49-52 cm)
c. Pengukuran tanda-tanda vital (pernafasan : 40-0 kali per menit, denyut jantung
: 120-160 kali per menit, suhu : 36,5-37,2oC)
Tabel 2.2 Pemeriksaan fisik pada BBL
Pemeriksaan Fisik yang Keadaan Normal
Dilakukan
Lihat postur, tonus Bayi sehat akan bergerak aktif Posisi
dan aktivitas tungkai dan lengan fleksi
Lihat kulit Wajah, bibir, dan selaput lendir berwarna
merah muda, tanpa adanya kemerahan atau
bisul
Hitung pernapasan dan lihat Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit.
tarikan dinding Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang
dada bawah ketika bayi dalam.
sedanga tidak menangis
Hitung denyut jantung Frekuensi denyut jantung normal 120-160
dengan meletakkan menit.
stetoskop di dada kiri
setinggi apeks kordis
10

Lakukan pengukuran suhu Suhu normal 36,5°C - 37,5°C.


ketiak dengan Termometer
Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun
besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis
Lihat mata Tidak ada kotoran, sekret atau pus
Lihat bagian dalam mulut, Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
masukkan satu jari yang bagian yang terbelah. Nilai kekuatan isap
menggunakan sarung tangan bayi, bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa
ke dalam mulut, raba
langitlangit
Lihat dan raba perut Lihat Perut bayi datar, teraba lemas. Tidak ada
tali pusat perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat, atau kemerahan
sekitar tali pusat.
Lihat punggung dan raba Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
tulang belakang benjolan pada tulang belakang.
Lihat ekstremitas Hitung jumlah jari tangan dan kaki, lihat
apakah kaki posisinya baik atau bengkok ke
dalam atau keluar. Lihat gerakan ekstremitas
Lihat lubang anus Terlihat
lubang anus dan periksa
apakah Hindari memasukkan
alat mekoneum sudah keluar.
Biasanya mekoneum atau jari
dalam memeriksa keluar dalam
24 jam setelah lahir.

Lihat dan raba alat kelamin Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
luar berwarna putih atau kemerahan. Bayi laki-laki
Tanyakan pada ibu apakah terdapat lubang uretra pada ujung penis.
bayi sudah buang air Kecil Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24
jam setelah lahir.
Timbang bayi Berat lahir normal pada kisaran 2,5 – 4 kg.
Timbang bayi dengan Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
11

menggunakan selimut, hasil turun dahulu baru kemudian naik kembali.


dikurangi selimut Penurunan berat maksimal 10%.
Mengukur panjang dan Panjang lahir normal 48 – 52 cm. Lingkar
lingkar kepala bayi kepala normal 33 – 37 cm.
Menilai cara menyusui, Kepala dan badan dalam garis lurus, wajah
minta ibu untuk menyusui bayi menghadap payudara ibu, mendekatkan
bayinya bayi ke tubuhnya. Bibir bawah melengkung keluar, sebagian
besar areola berada di dalam mulut bayi. Menghisap dalam dan pelan
kadang disertai berhenti sesaat.

Sumber : Kemenkes RI (2013)

6. Kunjungan Neonatus
Tabel 2.3 Kunjungan Neonatus
Kunjungan Waktu Asuhan
I. 6-48 jam PP 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
2. Pemeriksaan fisik bayi
3. Memberikan imunisasi HB-0
4. Pemberian ASI awal
5. Perawatan tali pusat
6. Pencegahan Infeksi
II. 3-7 hari 1. Perawatan tali pusat
2. Menjaga kebersihan bayi
3. Deteksi dini tanda bahaya
4. Pencegahan hipotermi
5. Pemberian ASI
6. Perawatan BBL di rumah
III. 8-28 hari 1. Menjaga kebersihan bayi
2. Pemberian ASI
3. Konseling imunisasi BCG
Sumber : Kemenkes RI (2015)

B. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir


Manajemen asuhan bayi baru lahir menurut Legawati (2018) diantaranya :
1. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangan rentan terhadap mikroorganisme yang terkontaminasi
selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Oleh
12

karena itu dalam asuhan bayi baru lahir semua peralatan dan pakaian dalam
keadaan bersih.
2. Penilaian segera setelah lahir
Penilaian meliputi apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban jernih dan tidak
bercampur meconium, apakah bayi menangis atau bernafas. Apakah tonus otot
baik.
3. Pencegahan kehilangan panas
Segera setelah bayi lahir upayakan untuk mencegah hilangnya panas dari tubuh
bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengeringkan tubuh bayi, selimuti bayi
terutama pada bagian kelapa dengan yang kering, menunda memandikan bayi
sebelum suhu tubuh stabil yaitu 6 jam setelah bayi lahir, dan menjaga lingkungan
agar tetap hangat.

4. Asuhan pada tali pusat


Setelah tali pusat dipotong dan diikat, biarkan tali pusat tetap dalam keadaan
terbuka tanpa mengoleskan cairan atau bahan apapun ke punting tali pusat.
Apabila tali pusat berdarah, bernanah, kemerahan yang meluas dan berbau maka
segera ke pelayanan kesehatan untuk segera ditangani
5. Inisiasi menyusui dini
Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama
kurang lebih 1 jam (IMD).
6. Manajemen laktasi
Memberikan ASI sedini mungkin akan membina ikatan emosional dan
kehangatan ibu dan bayi. Manajemen laktasi meliputi masa antenatal, segera
setelah bayi lahir, masa neonatal dan masa menyusui selanjutnya,

7. Pencegahan infeksi mata


Penggunaan antibiotic profilaksis seperti gentamicin 0.3% dianjurkan untuk
mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
8. Pemberian vitamin K1
13

Vitamin K1 diberikan secara IM setelah kontak kulit dan selesai menyusu untuk
mencegah perdarahan pada bagian otak akibat defisiensi vitamin K yang dialami
sebagian bayi baru lahir
9. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi penyakit hepatitis
terhadap bayi, terurama jalur penularan melalui ibu kepada bayi. Imunisasi ini
diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K, pada saat bayi berumur 2 jam
10. Pemeriksaan bayi baru lahir
Pemeriksaan bayi baru lahir dapat dilakukan 1 jam setelah kontak ke kulit.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan antopometri, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan reflek, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium) apabila ada
indikasi penyakit tertentu. Penambahan BB pada bayi normalnya meningkat 150-
200 gram/ minggu, TB 2,5 cm/bulan dan lingkar kepala 1,5 cm/ bulan sampai usia
6 bulan (Maryunani, 2016).
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BY. D
UMUR 11 HARI DALAM KEADAAN NORMAL
DI PUSKESMAS CEPOGO

Tanggal/waktu: 20 Agustus 2022/ Pukul : 10.55 WIB


Pengkajian Tempat : Puskesmas
Identitas
Nama bayi : By. D
Tanggal lahir : 09 Agustus 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke :2
Identitas Orangtua :
Nama ibu : Ny. S Nama suami : Tn. D
Umur : 31 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat Pulerejo 06/02 Jombong
Data Subjektif (S) :
1. Keluhan utama : ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun pada bayi,

2. Riwayat Kelahiran

Lahir UK Jenis Penolong Tempat L/P BB Kompl


Persalinan Lahir ikasi
2021 Aterm Spontan Bidan Puskes P 3.400 -
gr
15

13

3. Pola Kebutuhan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Nutrisi Makan Minum
Frekuensi - Sering, ±2 jam sekali
Macam - ASI
Keluhan - -

b. Pola eliminasi
Pola eliminasi BAB BAK
Warna Kuning kecoklatan Kuning jernih
Bau Khas BAB Khas BAK
Konsistensi Lembek Cair
Jumlah 3-4 kali 9-10 kali
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
4. Riwayat Imunisasi
Umur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 18 2+
(Bulan)
Vaksin
HB 0 (0- 09/
12 jam) 08/
202
2
BCG
Polio
DPT-HB-
Hib 1
Polio 2
DPT-HB-
Hib 2
Polio 3
DPT-HB-
Hib 3
Polio 4
IPV
Campak
DPT-HB-
Hib
16

Lanjutan
Campak-
Rubela

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan keluarganya tidak tidak pernah/sedang menderita penyakit
menurun seperti hipertensi, DM, menular seperti HIV, TBC, menahun seperti DM
dan HIV
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan dalam keluarga (merokok, minum
minuman beralkohol, makanan pantang) : tidak ada.

Data Objektif (O) :


1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital Sign
Suhu : 36,6oC
Nadi : 126 x/menit
Respirasi : 53 x/menit
d. Antopometri
BB saat ini : 3.000 gram
TB : 48 cm,
LK : 34 cm
LD : 32 cm
e. Lila : 11,5 cm,
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : simetris tidak ada cepal, tidak ada caput, tidak ada molase
b. Wajah : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma
c. Mata :simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
d. Telinga : simertis, normal
e. Hidung : normal
f. Mulut : bibir lembab, normal
g. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe maupun tyroid
17

h. Payudara : simetris, putting menonjol, tidak ada pengeluaran cairan


i. Abdomen : simetris, normal, tali pusat sudah puput, tidak berbau, tidak
kemerahan, tidak ada pengeluaran cairan

j. Genetalia : testis terdapat didalam skrotom , tidak ada kelainan


k. Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak oedema, tidak ada ftaktur clavicula, normal
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada fraktur, normal
l. Reflek : rooting (+), sucking (+), tonicneck (+), morro (+), grasping
(+), babynski (+)

Analisa (A) :
By. D umur 11 Hari dalam keadaan normal.

Penatalaksanaan (P) :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan normal, Suhu
36,6oC, Nadi 126 x/menit, Respirasi 53 x/menit, BB 3,000 gram TB 47 cm,
Lila 11,5 cm, LK 34 cm, LD 32 cm
Evaluasi : Ibu mengerti dan tampak senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Menganjur ibu untuk menjaga kehangatan bayi agar tidak hipotermi
Evaluasi : Ibu mengerti dan berusaha agar bayi tetap hangat
3. Menganjurkan ibu menyusui anaknya sesering mungkin minimal satu kali dalam
2 jam dan menyendawakannya setelah diberi ASI
Evaluasi : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan akan
menyendawakan bayinya setelah diberi ASI
4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dipagi hari sekitar pukul 08.00-
10.00 selama ±15 menit, dengan membuka seluruh pakaian bayi, mata di tutup
agar tidak terkena sinar matahari langsung
Evaluasi : Ibu bersedia menjemur bayinya di pagi hari
5. Menganjurkan kunjungan ke puskesmas saat bayi berusia 1 bulan untuk
imunisasi BCG, jadwal imunisasi di Puskesmas setiap hari Rabu pada tanggan
06 September 2022.
Evaluasi : ibu mengerti tentang KIE yang disampaikan
18

BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA JURNAL

A. PEMBAHASAN
By. D lahir dalam keadaan normal, jenis kelamin laki-laki, dengan berat badan
lahir 3000 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm,
serta lila 11,5 cm. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pada masa
neonatus terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah
serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal dari ibu yang
sehat berkisar 2500 gr - 4000 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350
gram (Setyani, 2016). Manajemen asuhan bayi baru lahir menurut Legawati (2018)
diantaranya adalah pemberian vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
perdarahan pada bagian otak akibat defisiensi vitamin K yang dialami sebagian bayi
baru lahir, serta pemberian imunisasi hepatitis B yang bermanfaat untuk mencegah
infeksi penyakit hepatitis terhadap bayi, terurama jalur penularan melalui ibu kepada
bayi. Imunisasi ini diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K, pada saat bayi
berumur 2 jam. Pada bayi D sudah dilakukan penyuntikan vitamin K dan Hepatitis B..
Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial pasal 4 ayat 2
tentang pelayanan neonatal esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi menjaga
bayi tetap hangat, inisiasi menyusu dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan vitamin k1, pemberian salep mata antibiotic, pemberian imunisasi
hepatitis B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
penanganan asfiksia bayi baru lahir, pemberian tanda identitas diri, merujuk kasus
yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (Karimah & Wicaksono, 2018).
Telah dilakukan kunjungan neonatus pada By. D sebanyak 3 kali, hal ini
sesuai dengan teori bahwa kunjungan neonatus dilakukan 3 kali yaitu kunjungan
neonatus I 6-48 jam PP bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi,
pemeriksaan fisik bayi, memberikan imunisasi HB-0, pemberian ASI awal, perawatan
tali pusat, pencegahan Infeksi. Kunjungan neonatus II 3-7 hari

19
19

bertujuan untuk perawatan tali pusat, menjaga kebersihan bayi, deteksi dini tanda
bahaya, pencegahan hipotermi, pemberian ASI, perawatan BBL di rumah. Kunjungan
neonatus III 8-28 hari bertujuan untuk menjaga kebersihan bayi, pemberian ASI,
konseling imunisasi BCG (Kemenkes RI, 2015).
Tali pusat bayi puput pada hari keempat setelah bayi lahir, tidak ada
kemerahan, tidak mengelurakan cairan baik darah maupun nanah serta tidak berbau,
pelepasan tali pusat pada By. D lebih cepat, karena berdasarkan teori mengatakan
bahwa lamanya pelepasan sisa tali pusat bervariasi yaitu 5 hari, 7 hari sampai 2
minggu. Tali pusat yang semakin cepat lepas akan mengurangi risiko terjadinya
infeksi (Riza, dkk.2012).
Penambahan BB pada bayi normalnya meningkat 150-200 gram/ minggu, TB
2,5 cm/bulan dan lingkar kepala 1,5 cm/ bulan sampai usia 6 bulan (Maryunani,
2016). Pada bayi D dengan BB lahir 3400 gram dan saat ini usia 11 hari BB 3800
gram dapat disimpulkan bahwa bayi D mengalami peningkatan BB sebanyak 400
gram dalam waktu 11 hari. Peningkatan BB ini termasuk dalam peningkatan yang
signifikan.
Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir diantaranya bayi tidak mau menyusu, kejang,
lemah, sesak nafas, merintih. pusar kemerahan, demam atau tubuh Merasa dingin,
mata bernanah banyak, kulit terlihat kuning. Pada bayi D tidak terdapat tanda bahaya
apapun.

B. ANALISA JURNAL
Judul Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Ny“S” Di
Klinik Utama Nilam Sari Tembilahan

Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Husada Gemilang


Volume & Halaman Vol : 4, No 2,
Tahun Agustus 2021
Penulis Dia Utari, Yoneta Oktaviani
Riviewer Miftahul Jannah
Tanggal September 2022
Tujuan penelitian Tujuan asuhan kebidanan ini untuk
memberikan asuhan kebidanan pada neonatus
pada neonatus Ny ‘S’’ Klinik Utama Nilam
Sari Tembilahan
20

Tembilahan Tahun 2019 dengan menggunakan


alur pikir Varney dan di dokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
Kerangka pemikiran :
- Teori yang mendukung Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4
penelitian yang minggu (0-28 hari), periode neonatal adalah
bersangkutan periode yang paling rentan terhadap infeksi
karena imunisasi bayi yang masi imatur dan
bayi sedang menyempurnakan penyesuaian
fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan
Ekstrauterin (Harahap, 2019), Pelayanan
asuhan kebidanan pada neonatus dalam
kunjungan neonatal lengkap sudah ditetapkan
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 tahun 2019 di jelaskan
kunjungan minimal 3 kali selama periode
neonatal, dengan ketentuan: a)Kunjungan
Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam, b)Kunjungan
Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari, c) Kunjungan
Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari, baik di fasilitas
kesehatan maupun kunjungan rumah
(Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan


Problem/Populasi (Latar Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
Belakang Masalah) AKN sebanyak 15 kasus (Profil kesehatan
Indonesia, 2018). ¾ kematian neonatal terjadi
pada minggu pertama, dan 40% meninggal
dalam 24 jam pertama. Kematian neonatal
berkaitan erat dengan kualitas pelayanan
persalinan, dan penanganan BBL yg kurang
optimal segera setelah lahir dan beberapa hari
pertama setelah lahir (Endang, 2019). Capaian
KN 1 Indonesia pada tahun 2018 sebesar 97,36
%. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra
tahun 2018 yaitu sebesar 85%. Sedangkan
cakupan kunjungan neonatal lengkap yaitu
cakupan pelayanan kunjungan neonatal
minimal tiga kali sesuai standar, pada tahun
2018 sebesar 91,39%. Untuk capaian KN1di
Provinsi Riau pada tahun 2018 sebesar85,9 %
yang artinya memenuhi target renstra tahun
2018 yaitu sebesar 85%. Sedangkan untuk
capaian KNlengkapcakupannya mencapai
21

83,6%) (KemenkesRI, 2018).

Metode penelitian Metode pengumpulan data dalam asuhan kebidanan


- Intervensi ini dikumpulkan menggunakan format pengkajian
bayi baru lahir dari Akademi Kebidanan Husada
Gemilang
Tembilahan dengan wawancara dan observasi.

Dalam asuhan kebidanan ini dokumentasi


- Komparasi/perbandingan dilakukan dengan mengumpulkan data yang sudah
dengan metode standar ada dari pasien komprehensif pada bulan Juli 2019

Outcome:
- Hasil penelitian dan temuan Mengimplementasikan asuhan sesuai dengan
penelitian perencanaan, Pelaksanaan asuhan dari KN1 -KN3
sudah dilakukan dan asuhan yang diberikan tidak
terdapat kesenjangan dalam pemberian Hepatits B
dan terdapat kesenjangan tidak dilakukan
pemeriksaan SHK padaKN2. Dari penatalaksanaan
dilakukan evaluasi pada KN1-KN3 asuhan sudah
sesuai dengan pelaksanaan. Serta terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik pada evaluasi
yaitu tidak dilakukan pemeriksaan SHK.

Dalam jurnal dengan praktik di lahan tidak terdapat


kesenjangan, terutama pada asuhan yang diberikan
pada saat kunjungan neonates ke 3 yaitu melakukan
pemeriksaan TTV dan fisik bayi, pemeriksaan telah
dilakukan dan ibu merasa senang dengan keadaan
bayinya, mengingatkan kembali kepada ibu untuk
Analisis kasus dengan tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayi
jurnal yang dipilih sampai usia 6 bulan, Ibu telah memberikan asi
tanpa tambahan makanana apapun. Mengingatkan
kembali kepada ibu untuk tetap menjaga
kehangatan dan kebersihan bayinya, ibu telah
menjaga kehangatan dan kebersihan bayinya.
Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan
22

imunisasi BCG dan polio pada umur 1 bulan dan


menjelaskan pentingnya imunisasi pada bayi, ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
akan membicarkannya terlebih dahulu dengan
suami. Memberitahu ibu untuk membawa bayinya
ke tenaga kesehatan/ posyandu untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan bayinya tiap bulan,
ibu mengerti dengan penjelasan yangdiberikan.
Menjelaskan kepada ibupentingnya membaca buku
KIAsebagai sumber informasi kesehatan
untukibudan keluarga dalam merawat dan memantau
pertumbuhan danperkembangan bayi hingga usia
6tahun, ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada bayi D usia 11 hari
didapatkan hasil bahwa bayi dalam keadaan normal, didasari dengan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital bayi, dan peningkatan berat badan bayi yang sesuai.
Selain itu juga tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dalam
pelaksanaan pemberian asuhan pada kunjungan neonates ke 3.

B. SARAN
1. Bagi penulis
Diharapkan mampu meningkatkan pemahaman, wawasan, pengetahuan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir/ neonates serta meningkatkan
kemampuan dalam menganalisa kesesuaian antara teori dengan praktik yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir/ neonates
2. Bagi Institusi STIKes Estu Utomo Boyolali
Diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan
pemahaman mahasiswi dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir/ neonates serta kemamampuan mahasiswa dalam menganalisa kesesuaian
antara teori dengan praktik yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir/ neonates
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat dijadikan bahan tambahan informasi serta pengetahuan apabila
ada pembaruan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir/
neonatus.

24
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Ni Wayan dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Penerbit ANDI OFFSET

Cunningham FG, Gant NF, dkk. 2013. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23.
Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan DIY. (2020). Profil Kesehatan Provinsi DIY. Yogyakarta

Hidayat.Aziz alimul. (2008).Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Kemenkes RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
www.depkes.go.id

. 2020. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI
Legawati. 2018. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka Media

Maryunani, Anik. (2016). Manajemen Keidanan Terlengkap. Jakarta : CV Trans


Info Media

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan.Edisi 4. Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Trirestuti, C., Dewi, P. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 2. Jakarta : CV


Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai