Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA “BY. NY. I.” UMUR 1 JAM BAYI


BARU LAHIR DENGAN LILITAN TALI PUSAT DI PMB LEJAR
KOTA MALANG

Oleh :

SRILEJARING TIYAS

NIM : 202108112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada “By Ny I” Umur 1 Jam Bayi Baru Lahir Dengan Lilitan
Tali Pusat Di di PMB Lejar disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada:
Hari/tanggal: Mei 2022

Malang, Mei 2022

Mahasiswa

Srilejaring Tiyas

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Dwi Ertiana, SST, S.Keb. Bd, MPH Kalprina Todingan,S.Tr.Keb

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan berkat

dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada

“By. Ny. I.” Umur 1 Jam Bayi Baru Lahir dengan Lilitan Tali Pusat Di PMB

Lejar Kota Malang. Dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas

bantuan semua pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan

terima kasih tak lupa saya sampaikan dengan hormat kepada :

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga

asuhan kebidanan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi

Mahasiswa STIKES Karya Husada pada khususnya.

Malang, 01 Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................1
1.3. Manfaat......................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
2.1. Bayi Baru Lahir.........................................................................................4
2.2. Lilitan Tali Pusat.......................................................................................7
2.3. Analisa Jurnal..........................................................................................16
2.4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir...............................................22
BAB 3....................................................................................................................32
TINJAUAN KASUS..............................................................................................32
3.1 Pengkajian...............................................................................................32
3.2. Analisis/Intrepertasi Data........................................................................39
3.3 Penatalaksanaan.......................................................................................39
PEMBAHASAN....................................................................................................41
BAB 5....................................................................................................................43
PENUTUP..............................................................................................................43
5.1 Kesimpulan...................................................................................................43
5.2 Saran.............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
LAMPIRAN...........................................................................................................46

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Kegiatan ................................................................................45

Lampiran 2 Leaflet ..........................................................................................49

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh

wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada

ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherneyet al,

2007)

Tali pusat bermuara di plasenta dan berujung pada pusat janin.

Manfaat paling penting dari tali pusat adalah sebagai jembatan penghubung

antara ibu dan janin. Karena dari plasenta dirahim ibu, tersedia semua nutrisi,

darah dan oksigen yang siap disalurkan lewat tali pusat kejanin. Termasuk

faktor kekebalan atau imunologi dari ibu. Infeksi bakteri tertentu, juga parasit

dan virus dapat pula ikut masuk ke janin melalui tali pusat. Karena fungsinya

sebagai selang penghantar makanan dan oksigen ke janin sehingga tali pusat

menjadi vital bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Kelainan tali pusat

misalnya terjadi hambatan, dapat mengganggu aliran makanan dan oksigen

kejanin bisa mengakibatkan janin gagal berkembang bahkan berakhir dengan

kematian.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa Akademi Keperawatan diharapkan mampu

melakukan asuhan keperawatan pada ibu inpartu fisiologis dengan

pendekatan manajemen keperawatan.

1
2

1.2.2. Tujuan Khusus

Mahasiswa Akademi Keperawatan diharapkan dapat

menerapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengkajian dan

analisis data.

2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data.

3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah potensial.

4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan tidakan segera.

5. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan sesuai dengan

rencana dan masalah.

6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien.

7. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Penulis

Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang didapat dalam

perkuliahan dengan kasus nyata dalam pelaksanaan praktek klinik.

1.3.2. Bagi Klien

Agar mengetahui masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan dengan

Asuhan Kebidanan pada “By Ny I” dengan 1 Jam Bayi Baru Lahir

dengan lilitan tali pusat.

1.3.3. Bagi Institusi


3

Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan

dan perbandingan pada “By Ny I” penanganan kasus bayi baru lahir

dengan lilitan tali pusat.

1.3.4. Bagi PMB

Sebagai bahan kepustakaan dalam memberikan Asuhan Kebidanan

pada dengan 1 Jam Bayi Baru Lahir dengan lilitan tali pusat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Bayi Baru Lahir

2.1.1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayiyang baru lahir

mengalami proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan

penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri

dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi

bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia

kehamilan genap 37-41minggu, dengan presentasi belakang kepala atau

letak sungsang yang melewati vagina tanpanmemakai alat. (Tando,

Naomy Marie, 2016).

Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan

sekitar 2500-3000gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b.Panjang badan 48-52.

c. Lingkar dada 30-38.

4
5

d.Lingkar kepala 33-35.

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

g.Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.

h.Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, dan pada lakilaki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

k.Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik.

m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan(Tando,2016).

2.1.2 Perubahan Fisiologi (Sondakh,2017)

2.1.2.1. Perubahan pada sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30

detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat

aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu

oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi

baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.


6

2.1.2.2. Perubahan sistem Kardiovaskuler

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan

terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan

karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh

darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus

arteriosus tertutup.

2.1.2.3. Perubahan termoregulasi dan metabolik

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu

ruangan 25 ºC, maka bayi akan kehilangan panas melalui

evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan

yang tidak baik akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi

dan trauma dingin (cold injury).

2.1.2.4. Perubahan Sistem Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis

belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan

gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang

labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada

ekstremitas.

2.1.2.5. Perubahan Gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan

menurun menjadi 50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah


7

lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam

pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam

lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.

2.1.2.6. Perubahan Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama

setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah

itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

2.1.2.7. Perubahan Hati

Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat

yang essensial untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol

jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen

berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan

pemecahan sel-sel darah merah.

2.1.2.8. Perubahan Imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme

penyerang dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung

secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode

bayi baru lahir.

2.2. Lilitan Tali Pusat


Anatomi fisiologi lilitan tali pusat
8

Dalam tali pusat yang berasal dari body stalk, terdapat pembuluh pembuluh

darah sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan

ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari bagian

amnion. Di dalamnya terdapat jaringan lembek, selei Wharton, yang

berfungsi melindungi 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada

di dalam tali pusat. Kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu

sitem kardiovaskular janin dan plasenta. Sistem kardiovaskuler janin dibentuk

kira-kira pada minggu ke-10. (Sarwono, 2008).

Tali pusat tumbuh dari ukuran 0,5 cm pada awal terbentuknya sirkulasi

sampai 50-52 cm pada kehamilan aterm. Lebar tali pusat rata-rata 1-2 cm.

Pergerakan janin menyebabkan terjadinya lilitan pembuluh darah tali pusat,

dan lebih dari 300 spiral berbentuk sepanjang kehamilan. Ikatan yang sangat

jelas ditemukan pada 1%-1,5% dari tali pusat. Jelly warthon merupakan suatu

zat yag terdiri atas kolagen, otot, dan mukopolisakarida melindungi pembuluh

darah dari kompresi tersebut. (Walsh, 2008).

2.2.1 Faktor – faktor lilitan tali pusat

2.2.1.1 Tali Pusar Terlalu Panjang

Ketika tali pusar yang dimiliki bayi terlalu panjang, maka

beberapa gerakan bayi dalam kandungan bisa menyebabkan

masalah ini. Gerakan bayi yang kuat dalam kandungan bisa

meningkatkan ketegangan tali pusar. Akibatnya tali pusar yang

meregang bisa membuat bayi terlilit. Umumnya hal ini bisa

menyebabkan lilitan pada bagian leher bayi. Namun tali pusar

yang panjang juga bisa menguntungkan karena bisa


9

melindungi aliran darah dari ibu ke bayi. Tapi jika berlebihan

juga bisa menyebabkan resiko kelahiran prematur.

2.2.1.2 Gerakan Bayi yang Kuat

Umumnya setiap bayi memiliki ukuran tali pusat yang

berbeda-beda. Tali pusar bekerja untuk melindungi janin agar

selalu mendapatkan nutrisi dari ibu. Tali pusat berisi sebuah

zat gelatin atau jeli yang berfungsi untuk melindungi pembuluh

darah dalam tali pusar. Gelatin juga berfungsi untuk

melindungi pembuluh darah tali pusar agar tidak terkena

tekanan yang berlebihan. Ketika gerakan bayi normal maka tali

pusar akan normal namun jika gerakan berlebihan maka tali

pusar juga bisa menjadi panjang. Jadi dorongan gerakan bayi

yang kuat dalam kandungan akan mendorong bayi terkena

lilitan tali pusar. Ibu hamil harus mengikuti semua

perkembangan janin dari tahap awal sampai akhir kehamilan.

(baca juga: ciri ciri kontraksi akan melahirkan dalam waktu

dekat)

2.2.1.3 Bayi Turun ke Ruang Panggul

Pada akhir kehamilan maka biasanya bayi sudah mulai turun

ke ruang panggul. Ketika masih dalam puncak rahim maka

bayi memiliki tali pusar yang mengikuti gerakan bayi. Jika

bayi masuk ruang panggul maka semua paket plasenta

termasuk tali pusar juga akan dibawa turun oleh bayi. Posisi

saat itu biasanya air ketuban masih penuh sehingga mendorong


10

tali pusar melilit bayi, terutama pada bagian leher. Jika hal ini

terjadi maka biasanya tali pusar akan terbawa bayi sesuai

dengan gerakan putaran dari ujung fundus hingga ke ruang

panggul. Umumnya kondisi ini memang menjadi tanda-tanda

akan melahirkan dalam waktu dekat. (baca juga: proses

pembukaan saat melahirkan 1 sampai 10)

2.2.1.4 Kehamilan Kembar

Kehamilan kembar juga bisa menyebabkan resiko bayi terlilit

tali pusar. Lilitan tali pusar bisa terjadi pada bayi itu sendiri

atau acak dengan kembarannya. Kondisi ini biasanya sudah

terdeteksi pada pertengahan kehamilan. Biasanya kehamilan

kembar juga akan lahir pada waktu yang lebih awal sehingga

posisi bayi turun ke ruang panggul juga lebih cepat. Kehamilan

kembar dengan kantung ketuban satu memiliki resiko bayi

terkena lilitan tali pusar yang lebih besar.

2.2.1.5 Ukuran Bayi Terlalu Besar

Ukuran bayi yang terlalu besar seperti pada ibu hamil yang

menderita diabetes gestasional juga memiliki resiko tinggi bayi

terlilit tali pusar.Bayi dengan ukuran yang besar sebenarnya

dipengaruhi dari kadar gula yang tinggi semasa ibu sedang

hamil. Kadar gula dalam ibu juga bisa melewati plasenta dan

kemudian diolah oleh pankreas janin untuk menghasilkan

insulin. Hal inilah yang menyebabkan bayi berukuran besar.

Akibatnya gerakan dan berbagai dorongan posisi bayi inilah


11

yang membuat bayi terlilit tali pusar. Jadi semua ibu hamil

harus waspada dengan bahaya diabetes saat hamil yang bisa

menjadi penyebab bayi lahir prematur. (baca juga: bayi besar

dalam kandungan – bahaya, penyebab, resiko dan pencegahan)

2.2.1.6 Ibu Hamil Kurang Nutrisi

Ibu hamil yang mengalami kekurangan nutrisi juga bisa

menyebabkan bayi terlilit tali pusat. Kekurangan nutrisi

menyebabkan tali pusar kekurangan zat gelatin (jelly

Wharton). Akibatnya perlindungan terhadap pembuluh darah

dalam tali pusar juga akan menurun. Gelatin ini berfungsi

untuk membuat tali pusar menjadi lentur dan bisa bergerak

bebas dalam genangan air ketuban. Jika kekurangan nutrisi

maka ketika bayi bergerak, kemungkinan lilitan tidak bisa

kembali seperti semula. Jadi usahakan semua ibu hamil

mengikuti pedoman gizi ibu hamil berdasarkan trimester

kehamilan.

2.2.1.7 Kondisi Kehamilan Polihidramnion

Ibu hamil yang mengalami kondisi polihidramnion juga bisa

menjadi penyebab bayi terlilit tali pusar. Hidramnion adalah

kondisi kehamilan ketika cairan ketuban yang dihasilkan

selama kehamilan sangat besar. Ini membuat bayi bisa

bergerak kemana saja. Gerakan yang terlalu lincah akan

meningkatkan bayi terlilit tali pusar. Resiko kehamilan dengan

masalah air ketubah berlebihan juga bisa menyebabkan


12

masalah lain seperti kelahiran prematur, pecah air ketuban

sebelum kelahiran, dan plasenta yang terpisah dari rahim.

Memang ada berbagai akibat kelebihan air ketuban yang

sangat berbahaya untuk ibu hamil. Diantaranya adalah

penyebab pecah ketuban dini. (baca juga: ciri ciri air ketuban

pecah / merembes).

2.2.1.8 Komplikasi Selama Persalinan Normal

Komplikasi selama persalinan normal juga bisa menyebabkan

bayi terlilit tali pusar. Kelahiran sungsang bisa membuat bayi

menerima resiko terlilit tali pusat yang lebih besar. Karena itu

kelahiran sungsang biasanya akan membutuhkan bidan atau

dokter yang sudah ahli. Jika bayi terlilit tali pusar maka bisa

menyebabkan resiko kematian bayi saat persalinan juga

semakin tinggi. Ibu hamil harus bersiap menghadapi bahaya

melahirkan bayi sungsang. Komplikasi masalah tali pusar

memang menjadi penyebab bayi sungsang dalam kandungan.

2.2.2 Tanda tanda lilitan tali pusat

2.2.2.1. Setelah bayi masuk ke usia 37 minggu maka aktifitas janin

terlihat sangat menurun. Untuk mengetahui hal ini biasanya

dokter akan melakukan deteksi dengan USG. Pemeriksaan

rutin sangat diperlukan untuk mengetahui resiko bayi apakah

dalam kondisi berbahaya atau tidak.

2.2.2.2. Setelah janin masuk ke usia 35 minggu, maka janin tidak bisa

masuk ke rongga panggul. Biasanya pada usia ini maka bayi


13

sudah bersiap untuk mencari jalan lahir sehingga kepala masuk

ke ronggal panggul.

2.2.2.3. Posisi bayi pada usia lebih dari 34 minggu akan menjadi

sungsang. Seharusnya posisi bayi sudah mulai turun ke rongga

panggul, namun karena terlilit tali pusar maka tidak bisa

memutar. Usaha untuk memutar bayi juga tidak bisa banyak

membantu.

2.2.2.4. Aktifitas bayi menjadi sangat rendah dan hal ini bisa dideteksi

dengan detak jantung bayi yang semakin menurun. Aktifitas

ini akan akan menurun terus selama ibu hamil akan melahirkan

dan sudah mulai kontraksi. (baca juga: cara mendengarkan

denyut jantung bayi dalam kandungan ibu)

2.2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya prolapse korda umbilical pada janin atau yang

sering disebut dengan lilitan tali pusat pada janin :

2.2.3.1 Usia kehamilan Kematian bayi pada trimester pertama atau

kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara

berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari

ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam

usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan

bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga

janin mengalami kekurangan oksigen.

2.2.3.2 Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin

meningkat.
14

2.2.3.3 Panjangnya tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit.

Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap

bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang

pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan

bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat

tidak terhambat.

2.2.4 Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat:

Menurut Dr. Nining Haniyanti, SpOG, ada beberapa hal yang menandai

bayi terlilit tali pusat, yaitu:

2.2.4.1 Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun

bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki

pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.

2.2.4.2 Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun

telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee

chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.

2.2.4.3 Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color

doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali

pusat.

2.2.4.4 Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat

yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan

detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat

kontraksi rahim.Dengan bantuan alat CTG (kardiotokografi)

yang sering digunakan untuk memonitoring janin dalam

persalinan, menunjukkan gambaran penurunan detak jantung


15

janin yang terjadi bersamaan dengan timbulnya kontraksi

rahim.

2.2.5 Komplikasi

2.2.5.1 Hipoksia janin

Lilitan tali pusat dapat menyebabkan penekanan atau kompresi

pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai

darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi

akan berkurang, mengakibatkan bayi menjadi sesak atau

hipoksia.

2.2.5.2 Distres janin sehingga bisa mengakibatkan bayi mati

Lilitan tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Biasanya

terjadi pada trimester pertama atau kedua. Ini mengakibatkan

arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total.

Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih

bergerak dengan bebas.

2.2.5.3 Infeksi intra partum

Infeksi bakteri tertentu, juga parasit dan virus dapat pula ikut

masuk ke janin melalui tali pusat. Karena fungsinya sebagai

selang penghantar makanan dan oksigen ke janin sehingga tali

pusat menjadi vital bagi pertumbuhan dan perkembangan

janin.

2.2.6 Cara mengatasi lilitan tali pusar

Selama persalinan, lilitan tali pusar bisa ditandai dengan terekamnya

denyut jantung abnormal pada bayi. Jika sudah begitu, dokter mungkin
16

akan menambahkan oksigen untuk Ibu untuk mengurangi kompresi dan

tekanan. Jika tali pusar terlilit terlalu erat di leher bayi, maka dokter

mungkin akan menjepit dan memotong tali pusar sebelum bayi benar-

benar dilahirkan. Namun, jika denyut jantung bayi benar-benar turun,

maka operasi caesar darurat dapat dilakukan. Dokter akan

menyuntikkan cairan ke dalam rahim (amnioinfusion) yang dapat

membantu meringankan beberapa tekan

Untuk semua calon Ibu, tidak perlu panik jika tali pusar melilit pada

leher si Kecil. Namun, ada baiknya jika Ibu dapat mencegahnya dengan

melakukan kontrol secara rutin ke dokter kandungan.

2.3. Analisa Jurnal


2.3.1 Mustar, tahun 2019,Gambaran Kejadian Asfiksia Dengan Lilitan Tali

Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Uptd Puskesmas Lamurukung

Pembahasan

Dari 26 responden yang diteliti, kejadian asfiksia terbanyak yaitu

karena penyebab lain sebanyak 14 bayi (53,8%) dibandingkan

dengan asfiksia karena lilitan tali pusat sebanyak 12 bayi

(46,2%). Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk

lilitan sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi.

Keadaan ini dijumpai pada ait ketuban yang berlebihan, tali pusat

yang panjang, dan bayinya yang kecil Lilitan tali pusat bisa terjadi

dimana saja dari tubuh janin. Tetapi yang sering terjadi adalah

bagian leher (nuchal cord). Hal ini dapat menyebabkan suplai


17

oksigen ke janin berkurang sehingga dapat terjadi asfiksia.

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran

darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat

pertukaran gas antara ibu & janin(Prawirohardjo, 2005).1.Kejadian

asfiksia karena lilitan tali pusat berdasarkan variabel umur

ibuBerdasarkan penelitian di atas kejadian asfiksia karena

lilitan tali pusat berdasarkan umur ibu, terjadi paling banyak

pada umur di bawah 20 tahun dan umur 20 sampai 35 tahun

yaitu masing-masing sebanyak 5 responden (41,7%) sedangkan

untuk umur diatas 35 tahun sebanyak 2 responden (16,6%).

Data tersebut dapat disimpulkan bahwa gambaran umur ibu

memberikan pengaruh terhadap kejadian asfiksia karena lilitan tali

pusat.Adapun klasifikasi usia ibu melahirkan menurut Coirul (2011)

yaitu usia reproduktif (20 tahun –35 tahun). Usia tersebut cukup aman

untuk melahirkan. Di usia inilah calon bayi terbilang dalam masa

aman dalam proses pembentukannya. Usia resiko tinggi (<20 tahun

dan >35 tahun), pada usia <20 tahun beresiko karena ibu belum

siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental.Menurut

Teori dari segi kesehatan ibu yang berumur <20 Tahun rahim dan

panggul belum berkembang dengan baik, begitu sebaliknya yang

berumur >35 Tahun kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik seperti

saat ibu berusia 20–35 tahun. Umur Ibu <20 Tahun dan >35 Tahun

merupakan umur yang tidak reproduktif atau umur tersebut

termasuk dalam resiko tinggi kehamilan.Pada primigravidausia


18

yang kurang dari 20 tahun memiliki resiko mengalami komplikasi

persalinan dan komplikasi perinatal yang lebih tinggi yaitu

peningkatan kejadian BBLR, asfiksia, persalinan preterm, lahir

mati, persalinan pervaginam dengan bantuan instrument

(Widiprianita, 2010 dalam Wulandari Priharyanti, 2015.

Faktor –faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia

neonatorum di ruang melati RSUD Dr. H. Soewondo Kendal).Umur

ibu adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian

asfiksia neonatorum yang erat kaitannya dengan kejadian lilitan tali

pusat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Katriningsih (2009), bahwa umur ibu mempengaruhi terjadinya

asfiksia neonatorum. Demikian juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Novisye Katiandagho (2015) bahwa umur ibu

mempengaruhi terjadinya lilitan tali pusat yang dapat menyebabkan

asfiksia sedang pada bayi baru lahir. Hasil yang berbeda

dikemukanan oleh hasil penelitian yang dilakukan Seri (2017)

bahwa umur ibu tidak berpengaruh terhadap kejadian asfiksia

karena lilitan tali pusat, hal inidikarenakan faktor ibu bukan

merupakan penyebab langsung terjadinya asfiksia.2.Kejadian asfiksia

karena lilitan tali pusat berdasarkan variabel paritas

Berdasarkanpenelitian di atas kejadian asfiksia karena lilitan tali

pusat berdasarkan paritas, kejadian asfiksia karena lilitan tali

pusat terbanyak pada kelompok primipara yaitu sebanyak 6

responden (50%) kemudian multipara sebanyak 4 responden


19

(33,3%), sedangkan untuk kelompok grandemultipara sebanyak 2

responden (16,7%). Data tersebut dapat disimpulkan gambaran

paritas memberikan pengaruh terhadap kejadian asfiksia

neonatorum dengan lilitan tali pusat.Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junita (2014) dan

Novisye (2015) bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan

kejadian asfiksia karena lilitan tali pusat. Hasil yang berbeda

dikemukakan oleh hasil penelitian yang dilakukan Gilang et al

(2015) yang menyatakan bahwa jumlah paritas tidak berhubungan

dengan kejadian asfiksia neonatorum dan lilitan tali pusat.Paritas

adalah jumlah bayi yang dilahirkan ibu hamil, paritas yang

aman sampai dengan tiga kelahiran. Jumlah anak lebih dari tiga dapat

meningkatkan resiko komplikasi persalinan (Purwanto, A, 2005

dalam Wulandari Priharyanti, 2015. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian asfiksia neonatorum di ruang melati RSUD Dr. H.

Soewondo Kendal) .Paritas yang rendah (paritas satu) menunjukkan

ketidaksiapan ibu dalam menanganikomplikasi yang terjadi dalam

kehamilan, persalinan dan nifas. Paritas I beresiko karena ibu

belum siap secara medis dan mental. Paritas yang tinggi

memungkinkan teradinya penyulit kehamilan dan persalinan yang

dapat menyebabkan terganggunya transport oksigen dari ibu ke

janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari

APGAR scoremenit pertama setelah lahir (Manuaba, 2010).3.Kejadian

asfiksia karena lilitan tali pusat berdasarkan variabel umur


20

kehamilanBerdasarkan penelitian di atas kejadian asfiksia

dengan lilitan tali pusat berdasarkan umur kehamilan terbanyak

pada kehamilan prematur sebanyak 8 responden (66,7%)

dan ,matur sebanyak 4 responden (33,3%). Dari data tersebut dapat

diasumsikan bahwa gambaran variabel umur kehamilan

memberikan pengaruh terhadap kejadian asfiksia dengan lilitan

tali pusat.Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan (prematur)

umumnya kepala janin belum memasuki bagian atas panggul.

Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan jumlah air ketuban

berlebihan, kemungkinan bayi terlilit talipusat (Gilang, 2010.

Kesimpulan

1.Kejadian asfiksia dengan lilitan tali pusat berdasarkan umur

ibu, terjadi paling banyak pada umur di bawah 20 tahun dan

umur antara 20 sampai 35 tahun yaitu masing-masing

sebanyak 5 responden (41,7%).

2.Kejadian asfiksia dengan lilitan tali pusat berdasarkan paritas,

kejadian asfiksia karena lilitan tali pusat terbanyak pada

kelompok primipara yaitu sebanyak 6 responden (50%)

3.Kejadian asfiksia dengan lilitan tali pusat berdasarkan umur

kehamilan terbanyak pada kehamilan prematur sebanyak 8

responden (66,7%).

2.3.2 Iis Arischa Pitaloka Br Ginting tahun 2019 Asuhan Kebidanan ibu

bersalin kala II dengan lilitan tali pusat di Pustu/BKIA Lau.

Peranggunen kecamatan Lau. Baleng Kabupaten Karo


21

Kesimpulan

Setelah penulisan melakukan asuhan kebidananan dengan

manajemen menurut varney paada ibu bersalin Ny. K kala II dengan

lilitan tali pusat di Pustu/ BKIA Lau.peranggunen Kecamatan Lau.

Baleng Kabupaten Karo, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengkajian (data dasar)

Pengkajian pada kasus berrsalin Kala II dengan lilitan tali pusat

didapatkan data subjektif Ny. K G2 P1 A0 umur 29 tahun hamil 38

minggu 5 hari dengan keluhan utama yaitu sudah keluar lendir

bercampur darah, sakit perut menjalar ke pinggang dan ibucemas untuk

menghadapi persalinannya. Sedangkan data objektif didapatkan

keadaan umum baik, kesadaran composmentis TTV TD : 110/80

mmHg, HR : 78 x/i, RR : 18 x/i, Temp : 36,5 C, BB sebelum Hamil

52 kg, BB sesudah hamil 62 kg, lila 26,3 cm, palpasi : Leopold 1 :

TFU : 2 jari di bawah Px, Fundus : bokong, leopold II : sisi kanan

abdomen ibu terdapat punggung , sisi kiri abdomen ibu terdapat

ekstermitas , leopold III : teraba bagian terbawah kepala, leopold IV :

bagian terbah janin sudah masuk PAP , auskultasi DJJ : 144 x/i , Vagina

touch 10 cm, posio teraba antepleksi, ketuban sudah pecah berwarna

jernih, persentase kepla terdapat UUK Penurunan Hodge IV.

2. Interpretsi Data
22

Interpretasi data didapatkan diagnosis kebidanan Ny. K umur 29

tahun,G2 P1 A0, usia kehamilan 38 minggu 5 hari, janin tunggal, intra

uterin, puka, preskep dengan lilitan tali pusat.

3. Antisipasi Diagnosa Masalah Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah asfeksia

neonatus yang ditandai bayi tidak menagis kuat, kulit kebiruan tonus

otot lemah.

4. Tindakan Segera

Melakukan resusitasi bayi baru lahir jika bayi mengalami

asfeksia neonatus yang berat.

5. Intervensi ( Perencanan)

Rencana tindakan dibuat pada kasus ini, tali pusat melilit di

leher tetapi tidak erat maka di buat perencanan dengan melonggarkan

dan melepaskan lilitan tali pusat dari leher dan dilepaskan dari leher,

kemudian melahirkan bayi dengan segera.

6. Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala II dengan

lilitan tali pusat melakukan tindakan sesuai perencanan .

7. Evaluasi

Pada kasus ibu bersalin dengan kala II lilitan tali pusat di

dapatkan keadaan umum baik , kesadaran composmentis, TTV, TD :

110/70 mmHg, temp : 36,5C, HR : 78x/i, RR : 18 x/i, bayi lahir tidak

mengalami asfeksia jenis kelamin perempuan, BBL : 2600 gram,

panjang badan 48 cm, Apgar skor 9/10, plasenta lahir dengan lengkap
23

dengan berat 500 gram, panjang ± 60 cm, jumlah kotiledon amnion dan

korion lengkap, insersi tali pusat senteralis, pereneum ibu ruptur derajat

1 dilakukan heacting, ibu merasa bahagia atas kelahiran anaknya dan

keadaan ibu baik.

8. Hasil asuhan kebidanan ibu bersalin dengan kala II lilitan tali pusat

tidak ada didapatkan kesenjangan.

2.4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


2.4.1 Pengajian Data Subjektif

Data subyektif adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa kepada

ibu klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain. Data ini mencakup

semua keluhan dari keluarga klien terhadap masalah kesehatan yang

dialaminya. Adapun anamnesa ini meliputi :

2.4.1.1 Biodata

Nama bayi : By. “ …” untuk membedakan dengan klien

lain.

Jenis kelamin : Laki-laki atau perempuan.

Umur : Beberapa hari, bulan untuk mengantisipasi

diagnosa masalah kesehatan dan jenis

terapi yang diberikan.

Alamat : Untuk mengetahui atau mempermudah

hubungan bila keadaan mendesak dan

memberi petunjuk keadaan lingkungan

bayi.
24

Nama kedua ortu : Untuk mengetahui identitas orang tua

klien.

Umur : Mengetahui orang tua sudah matang apa

belum dalam riwayat bayi.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektualitas

orang tua yang dapat mempengaruhi sikap

dan perilaku kesehatan seseorang.

Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

pekerjaan orang tua bayi terhadap masalah

kesehatan dan mengetahui tingkat ekonomi

keluarga.

Agama : Untuk mempermudah petugas dalam

melakukan pendekatan.

Alamat : Mempermudah hubungan bila keadaan

mendesak dan memberi petunjuk keadaan

lingkungan bayi.

2.4.1.2 Keluhan utama

Hal mendasari klien dirawat dalam hal ini pasien tampak lemah,

malas minum dan kulit nampak kuning pada muka, dada.

2.4.1.3 Riwayat penyakit sekarang

Bagaimana riwayat kesehatan bayi saat datang ke RS. Apakah

dalam keadaan sehat atau tidak.

Bagaimana riwayat kesehatan bayi dari lahir sampai sekarang,

apakah menderita sakit atau tidak, pernah MRS atau tidak.


25

2.4.1.4 Riwayat penyakit keluarga

Adakah riwayat kesehatan yang dapat mempengaruhi keadaan

bayinya saat ini atau tidak. Apakah keluarga ada yang

mempunyai kelainan pada golongan darah.

2.4.1.5 Riwayat neonatal

1) Prenatal

Berapa umur kehamilan.

Bagaimana keadaan ibu saat hamil, keluhan yang pernah

dialami ibu memeriksakan kehamilannya dimana, obat yang

pernah didapat, imunisasi TT atau belum, beberapa kali.

2) Natal

Umur kehamilan berapa saat lahir, bagaimana proses

kelahirannya apakah ada kulit, dimana, ditolong siapa,

bagaimana keadaan bayi saat lahir, berapa beratnya dan

panjangnya.

3) Post natal

Apakah ada kelainan.

Apakah bayi langsung minum ASI atau tidak.

4) Riwayat imunisasi

Mengetahui bayi sudah diberi imunisasi atau belum,

imunisasi yang seharusnya diberikan pada bayi adalah

hepatitis B.

2.4.1.6 Kebutuhan dasar bayi

1) Pola nutrisi
26

Untuk mengetahui jenis pola nutrisi bayi yang sudah didapat,

ASI/ PASI kapan mulai diberikan. Pada bayi kebutuhan

nutrisi ASI/ PASI adalah 8x60 cc/ hari. Pada bayi ikterus

fisiologis masalah minum.

2) Pola istirahat

Data yang ditanyakan yaitu berapa lama tidurnya (sekitar 14

– 16 jam/ hari) rewel atau tidak. Pada bayi dan ikterus

fisiologis lebih banyak tidur.

3) Pola aktivitas

Untuk mengetahui bayi bergerak aktif atau tidak, pada bayi

dan ikterus biasanya bayi nampak lemah atau retargi pada

bayi ikterus reflek lemah.

4) Pola eliminasi

Data yang ditanyakan frekuensi, warna dan konsistensi BAB

dan BAK dalam sehari, pada bayi dengan ikterus BAB bayi

seperti dempul, BAK berwarna kuning kecoklatan.

5) Pola personal hygiene

Untuk mengetahui tingkat kebersihan bayi, beberapa kali

mandi ganti baju dan popok dalam sehari.

2.4.2 Data Obyektif

Data obyekti adalah data yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik

secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

Data obyektif meliputi :


27

2.4.2.1 Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik atau tidak.

TTV Nadi : 110 – 120x/ menit.

Suhu : 36,5 – 37,5 oC.

RR : 40 – 60x/ menit.

Antropometri :

BBL : 2500 – 4000 gram.

PBL : 49 – 53 cm.

MO : 36 cm.

FO : 34 cm.

SOB : 32 cm.

LD : 33 cm

2.4.2.2 Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Kepala : Apakah terdapat benjolan atau tidak,

bagaimana kulit kepala dan rambut,

apakah kepala bayi terdapat caput atau

cepal hematom, apakah UUB bayi sudah

menutup atau belum.

Muka : Apakah kulit muka bayi tampak kuning

atau tidak.

Mata : Mata simetris apakah tidak, sklera nampak

kuning, konjungtiva nampak anemis atau

tidak, simetris atau tidak.


28

Hidung : Apakah ada kelainan bentuk hidung atau

tidak, terdapat polip atau tidak, apakah

terdapat pernafasan cuping hidung atau

tidak.

Mulut dan gigi : Simetris atau tidak, terdapat

kelainan bentuk bibir atau tidak, mukosa

bibir lembab atau tidak, apakah gigi sudah

tumbuh atau belum.

Telinga : Apakah telinga simetris atau tidak, adakah

serumen atau tidak.

Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid

atau tidak, apakah terdapat pembendungan

vena jugularis atau tidak, kulit leher

kuning.

Dada : Apakah terdapat tarikan intercosta, apakah

terdapat vena jugularis, kulit dada tampak

ikterus.

Abdomen : Apakah terdapat lesi, perut membuncit

atau tidak, kulit perut ikterus atau tidak,

tali pusat kering atau basah, bau atau

tidak.

Genetalia : Jenis kelamin laki-laki atau perempuan,

terdapat lesi atau tidak, apakah skrotum

sudah turun.
29

Anus : Apakah terdapat atresia ani atau tidak.

Ekstremitas : Apakah simetris atau tidak, oedem

atau tidak, apakah terdapat gangguan

pergerakan atau tidak.

2) Palpasi

Leher : Apakah terdapat pembesaran kelenjar

tyroid atau tidak, terdapat pembendungan

vena jugularis atau tidak.

Ketiak : Apakah terdapat pembesaran kelenjar

limfe atau tidak.

Perut : Apakah terdapat nyeri tekan atau tidak,

apakah ada pembesaran hepar atau tidak.

Ekstremitas: Simetris atau tidak, oedem atau

tidak, jumlah jari lengkap atau tidak, ada

gangguan pergerakan atau tidak.

3) Auskultasi

Dada : Adakah bunyi ronchi dan wheezing atau

tidak.

Abdomen : Ada bising usus atau tidak.

4) Perkusi

Perut : Terdapat bunyi timfani atau tidak.

2.4.2.3 Pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan
30

Kenaikan berat badan bayi baru lahir rata-rata 20 –

30 gram/ hari, menjelang 1 bulan berat badan kira-

kira 4 kg.

Panjang badan bertambah 2,5 – 4 cm selama bulan

pertama.

Ukuran keliling kepala bayi baru lahir rata-rata 35

cm kenaikan 1,5 cm/ bulan.

2) Perkembangan

(1) Reflek pelindung

a) Moro reflek kuat atau lemah.

b) Tonick neck reflek kuat atau lemah.

(2) Reflek makan

a) Suckling reflek kuat atau lemah.

b) Rooting reflek kuat atau lemah.

c) Swallowing reflek kuat atau lemah.

(3) Indra penglihatan

a) Saat ada rangsangan cahaya mata bayi dapat

menangkap rangsangan cahaya.

b) Indra pendengar.

c) Saat ada suara alat pendengaran terangsang.

(4) Indra pencium

a) Saat hidung bayi ditempelkan pada puting

susu bayi mencari puting dan menempelkan

ke mulutnya.
31

2.4.3 Assesment

Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosisi, serta perlu

tidaknya dilakukan tindakan segera.

2.4.4 Penatalaksanaan

Langkah pelaksanaan harus disesuaikan dengan rencana yang

ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan

bidan bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis

lain. Selama kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta

diupayakan dalam waktu yang singkat dan efektif hemat dan

berkualitas.
32
BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA “By Ny I” 1 JAM


BAYI BARU LAHIR DENGAN LILITAN TALI PUSAT

3.1 Pengkajian

Tanggal : 26 Maret 2022 Jam : 05.23 WIB


Nama Bayi : “By. Ny.I. ”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 26-03-2022
Anak Ke :3
Usia : 1 jam
3.1.1 Biodata Orang Tua
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn ” P”
Umur : 33 tahun. Umur : 33 th.
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Suku / Bangsa : Jawa
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan : ± 3.500.000
Status : Menikah Status : Menikah
Kawin ke : 1 (Satu) Kawin Ke :1
Lama Menikah : 8 Tahun Lama Menikah : 8 tahun
Golongan Darah :O Golongan Darah : -
Alamat : Jl.Sidodadi RT 16/11 Kebonagung Pakisaji
3.1.2 Data Subyektif

3.1.2.1 Keluhan Utama

Tidak ada keluhan

3.1.2.2 Riwayat Perkawinan orang tua

Lama Menikah : 8 tahun

32
33

Usia Pertama Menikah : 25 tahun

Perkawinan ke :1

Jumlah Anggota Keluarga : 5

Yang Mengasuh Anak : sendiri

3.1.2.3 Riwayat Kesehatan yang lalu

3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan baru melahirkan anak Perempuan Tanggal

26 Maret 2022 jam 04.23 WIB secara normal di PMB Lejar

Kota Malang dengan jenis kelamin Perempuan, hidup,

menangis spontan, BB = 3000 gram, PB = 50 cm, LK = 33

cm, LD = 34 cm Apgar Score : 8/9 , tidak ada kelainan

3.1.2.5 Riwatat Penyakit Keluarga.

Menurut dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit

menular (HIV, Hepatitis, TBC) penyakit menurun (DM,

Asma) Penyakit kronis (Jantung) dan tidak memiliki

keturunan kembar.

3.1.2.6 Riwayat Kehamilan/Persalinan :

1) Riwayat Prenatal : ibu hamil kedua dengan UK 38-39

minggu. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya

di Poli bersalin Rs Panti Waluya Malang.

Trimester I : 1 x dengan Keluhan Mual Muntah

Trimester II : 1 x keluhan nyeri pinggang


34

Trimester III : 2 x tidak ada keluhan

Obat-obatan yang didapat selama hamil

TM I : asfolat, fe, Ondancentron

TM 2 : Fe, kalk. Vitamin Ibu Hamil

TM 3 : Fe, kalk, Vitamin Ibu Hamil

2) Riwayat Intranatal : bayi lahir Normal pervaginam,

menangis kuat, ditolong oleh bidan tanggal 26 Maret

2022 jam 04.23 Jenin kelamin perempuan, hidup,

menangis spontan, BB = 3000 gram, PB = 50 cm, LK =

33 cm, LD = 34 cm APGAR SCORE : 8/9 , ada lilitan

tali pusat 1x longgar dileher, tidak ada kelainan, tidak

ada asfiksia pada bayi.

3) Riwayat Post natal

(1) Ibu lega dan senang setelah anaknya lahir dengan

selamat.

(2) ASI keluar banyak dan segera dilakukan IMD

3.1.2.7 Pola Kehidupan Sehari-Hari Masa Nifas

1) Pola Nutrisi

Dalam 1 jam bayi baru lahir bayi masih belum

mendapatkan asupan apapun hanya dilakukan IMD

2)Pola Eliminasi

Dalam 1 jam bayi sudah mekonium dan buang air kecil

3)Pola Istirahat

Bayi hanya dilakukan IMD


35

4)Personal Hygiene

Dalam 1 jam bayi masih belum di mandikan

3.1.2.8 Data Imunisasi

Hb0

3.1.2.9 Genogram Keluarga

3.1.3 Data Obyektif

3.1.3.1 Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

N : 130x/menit

S : 36.8ºC

RR : 30x/menit

PB : 50cm

BB : 3000 g

Lingkar Kepala : 33cm

Lingkar Dada : 34cm

2) Pemeriksaan Fisik

(1) Inspeksi

Kepala : Rambut keriting, warna hitam, tidak ada


36

molase, kulit kepala bersih, tidak

oedem, besranya seperempat panjang

tubuh, fontanel anterior bentuk laying-

layang, fontanel posterior bentuk

segitiga.

Kulit : Warna kulit merah muda, terdapat

verniks caseosa,tidak ada

pembengkakan.

Muka : Tidak pucat, tidak oedem, muka

berwarna merah muda dan muka bulat.

Mata : Simetris, conjungtiva merah muda,

sclera putih, tidak ada strabismus, tidak

oedem palpebra, tidak ikterus, tidak ada

tanda-tanda infeksi.

Hidung : Bersih, tidak ada cairan ketuban, tidak

ada pernafasan cuping hidung, tidak ada

polip, tidak ada lendir yang keluar.

Mulut : Lidah bersih, bibir lembab, tidak ada

labioschisis, tidak ada palatoschisis, gigi

belum tumbuh, reflek hisap kuat.

Telinga : Simetris, daun telinga sejajar dengan

bola mata, bersih, tidak ada serumen.

Leher : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada


37

pembesaran kelenjar tyroid.

Dada : Kedua putingsusu simetris, tidak ada

penarikan intercosta.

Abdomen : Tali pusat belum lepas, terbungkus kasa

steril pada tali pusat, tidak ada tanda-

tanda perdarahan.

Punggung : Tidak ada kelainan punggung, bersih.

Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, terdapat

orifisium urethra dan testis sudah turun,

tidak fimosis.

Anus : Anus berlubang

Ekstremitas : Simetris,tidak ada kelainan jumlah jari,

atas tidak ada fraktur, pergerakan bebas, tiak

ada lesi dan gerak reflek aktif.

Ekstremitas : Simetris, tidak ada kelainan jumlah jari,

bawah tidak ada fraktur, pergerakan bebas,

tidak ada lesi dan babynski reflek aktif.

(2) Palpasi

Kepala : Teraba UUB belum menutup, UUK

sudah menutup, kondisi datar, tidak ada


38

molase, tidak teraba benjolan dan tidak

ada oedema.

Leher : Tidak teraba pembesaran pembendungan

vena jugularis.

Axilla : Tidak teraba benjolan, tidak teraba

pembesaran kelenjar limfe.

Abdomen : Tidak teraba pembesaran hepar.

Punggung : Tidak teraba kelainan congenital seperti

spina bifida.

Ekstremitas : Akral hangat.

atas

Ekstremitas : Akral hangat.

bawah

(3) Auskultasi

Dada : Tidak ada suara ronchi dan wheezing.

Abdome : Terdengar bising usus 20 x/menit.

(4) Perkusi

Abdome : Tidak meteorismus.

3) Tumbuh Kembang

Reflek Glabellar : ada

Reflek hisap : ada


39

Reflek genggam : ada

Rooting Reflek : ada

Reflek Babinsky : ada

Reflek moro : ada

4) Antropometri

Berat Badan : 3000 gram

Tinggi Badan : 50 cm

Sub Occipito Bregmatica : 32 cm

Fronto Occipitalis : 33 cm

Mento Occipitalis : 35 cm

Lingkar kepala : 33 cm

Lingkar Dada : 34 cm

5) Eliminasi

Miksi : + Warna : jernih tanggal/jam : 26-03-2022/06.23 WIB

Mekoneum: + Warna: hitam tanggal/jam : 26-03-2022/05.30 WIB

3.2. Analisis/Intrepertasi Data

“By. Ny. I” 1 jam baru lahir cukup bulan dengan lilitan tali pusat.

3.3 Penatalaksanaan

Tanggal : 26-03-2022 jam : 04.23

1. Melakukan pencegahan infeksi dengan mencuci tangan, memakai sarung

tangan, memastikan alat dan bahan dalam keadaan bersih


40

2. Melakukan penilaian pada bayi baru lahir, tangisan kuat, gerak aktif,

warna kulit kemerahan

3. Mengukur antropometri bayi yaitu PB : 50, BB 3000 gram, LK : 33 cm,

LD : 34 cm

4. Memberikan injek vik K 1 jam setelah bayi lahir melalui intramuskuler

5. Menjaga tubuh bayi agar tetap hangat dengan memberi pakaian yang

hangat dan bersih serta untuk tidak lupa menutup kepala bayi dengan

topi.

6. Memberikan salep mata gentamisin kepada bayi 1 jam setelah bayi lahir

7. Bonding attachment dengan memberikan bayi kepada ibu dan

memberitahu untuk segera memberikan ASI sehingga bayi mau

menghisap

8. Merencanakn bayi dimandikan 6 jam setelah bayi lahir


BAB 4
PEMBAHASAN

Pada hasil studi kasus ini penulis menyajikan pembahasan dengan

membandingakan antara teori dengan asuhan yang diterapkan pada “By. Ny. I”

dengan 1 jam neonatus lilitan tali pusat.

Bayi baru lahir normal adalah bayi berat badan 2500 gram sampai dengan

masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu. Bayi baru lahir dengan 0-7

hari disebut dengan neonatal sedangkan 0-28 hari disebut dengan neonatal lanjut.

Menurut Sari (2014), Pemantauan bayi pada jam pertama setelah lahir yang

dinilai meliputi kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau

lunglai, bayi kemerahan atau biru, yang menjadi penilaian terhadap ada tidaknya

masalah kesehatan yang memerlukan tindakan lanjut, diantaranya adalah

Pemantauan 2 jam pertama meliputi, kemampuan menghisap, bayi tampak

aktif/lunglai, bayi kemerahan/biru. Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus

melakukan pemeriksaan dan penilaian ada tidaknya masalah kesehatan meliputi,

bayi kecil masa kehamilan/ kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia,

infeksi, cacat bawaan/trauma lahir. KIE pada orang tua.

Dalam peningkatan hubungan antara ibu dan bayi dilakukan Bounding

Attachment yaitu peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin

antara orang tua dan bayi melakukan bounding adalah inisiani dini, pemberian

ASI Eklusif, Rawat gabung, Kontak mata, Suara, Aroma, Entrainment. Bioritme

(Rukiyah, 2012).

41
42

“ By. Ny. I.” lahir pada tanggal 26 Maret 2022 pukul 04.23 WIB dengan

lilitan tali pusat, segera setelah lahir bayi menangis kuat, gerakan aktif, warna

kulit kemerahan, jenis kelamin bayi perempuan, berat badan 3000gram, PB : 50

cm, LK: 33 cm, LD: 34 cm APGAR SCORE : 8/9 Segera setelah bayi lahir,

melakukan penilaian dengan hasil menangis kuat, gerak aktif, warna kulit

kemerahan, kemudian meletakkan di perut ibu untuk dikeringkan, memotong tali

pusat setelah itu menyelimuti bayi untuk dilakukan inisiasi Menyusui Dini (IMD)

untuk mempererat hubungan ibu dan bayi. Setelah 1 jam dilakukan pemeriksaan

fisik bayi dengan hasil ttv dalam batas normal dan pemeriksaan fisiknya dalam

keadaan baik, serta memberikan vitamin K 1 mg IM, salep mata sebagai

profilaksis dan bayi diberikan kepada ibu untuk di IMD. Setelah 6 jam baru bayi

boleh dimandikan

Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya asfiksia dengan hasil

pemeriksaan pernafasan 30x/menit, suhu 36,80 C, nadi 130x/menit. Asuhan yang

diberikan yaitu merawat tali pusat dengan kassa steril, membersihkan tubuh bayi

dan menyelimuti dengan kain hangat. Hal ini sesuai dengan teori tujuan

kunjungan neonatus I yaitu menjaga kehangatan bayi dan melakukan perawatan

tali pusat sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

Setelah memberikan asuhan kebidan pada “ By. Ny. I.” secara komprehensif,

asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan teori. Sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bayi baru lahir disebut juga neonatal yang merupakan periode

paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi terutama

pada bayi baru lahir dengan lilitan tali pusat.

Pada pengkajian pada ibu bayi baru lahir di dapatkan kondisi bayi

dalam batas normal bayi lahir tidak mengalami asfeksia jenis kelamin

perempuan, BB : 3000 gram, PB : 50 cm, LK: 33 cm, LD: 34 cm APGAR

SCORE : 8/9 Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek

Setelah bayi baru lahir dilakukan IMD, pemberian vit k secara

intramuskuler dan diberikan salep mata dan pemberian imunisasi Hb0 setelah

1 jam.

5.2 Saran

5.2.1. Bagi Institusi

Lebih banyak menyediakan literature yang berkaitan degan kasus

sehingga lebih memudahkan dalam penyusunan Asuhan Kebidanan.

5.2.2. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan para petugas bisa cepat dan tepat dalam memberikan

Asuhan Kebidanan sesuai Standart Pelayanan.

5.2.3. Bagi Penulis

43
44

Dengan penyusunan Asuhan Kebidanan semoga dapat dijadikan

sebagai pengalaman dan perbandingan antara teori yang didapat dengan

kasus nyata yang ada di lapangan.

5.2.4. Bagi Ibu

Diharapkan ibu lebih kooperatif, sehingga dalam pengobatan dapat

dilakukan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Bapennas.2015.RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan gizi


masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sum
atera Utara.Medan: Dinkes Prov. SU.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: DepkesRI
Jannah, 2017. ASKEB II Persalianan Berbasis Kompetensi.Jakarta:EGC.
Johariyah.2016. AsuhanKebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM
Kemenkes :
(a). 2015.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI 2015.
(b). 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI 2015.
(c). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusdiklatnakes
Kemenkes RI.
Mangkuji , B., dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC
Marmi,dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka belajar.
Muslihatun, Wafinur. (2010). Pendokumentasian Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016.Buku Acuan Midwifery Update.
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Sondakh, J. J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Penerbit Erlangga.
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC

45
LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Dokumentasi

46
47
48
49

Lampiran 2 Leaflet

Anda mungkin juga menyukai