Anda di halaman 1dari 108

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY. R DENGAN BAYI


BARU LAHIR NORMAL DI PAVILIUN SHAFA AN-NISSA
RSIJ CEMPAKA PUTIH TANGGAL 07 – 09 MEI 2018

Disusun Oleh :
REDYNA YULISTIA
2015750036

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ―Asuhan
Keperawatan pada Bayi Ny.R dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Shafa
An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat Tanggal 07 – 09 Mei 2018.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih
memiliki banyak kekurangan dan menemukan banyak hambatan karena
terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun karena adanya
bimbingan, dukungan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan waktu yang telah di tentukan. Oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT karena atas izin-Nya saya bisa menyelesaikan tugas Karya
Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. Dr. Muhammad Hadi, SMK.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. selaku Ka. Prodi. D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ns. Idriani, M.Kep.,Sp.Mat. selaku pembimbing dan penguji pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Sri Mulati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing dan penguji dari lahan
praktik.
6. Ns. Nuraenah, M.kep selaku wali akademik angkatan XXXIII D III
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
7. Kepala ruangan dan staf perawat di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ
Cempaka Putih Jakarta Pusat yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan data-data dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada Ny. R dan bayinya selaku pasien serta anggota keluarga lainnya
yang telah bersedia menjadi pasien kelolaan untuk penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Seluruh dosen dan staf pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta khususnya Prodi D III Keperawatan.
10. Keluarga terutama kepada orang tua saya yang selalu membimbing,
membiayai, menasehati, memfasilitasi, mendoakan saya selama ini. Serta
kepada kedua adik yang saya sayangi.
11. Kepada akper angkatan XXXIII terimakasih atas kebersamaannya selama
3 tahun terakhir ini. Semoga kelak kita sama-sama menjadi orang yang
sukses . AAMIIN!!!
12. Untuk temen seperjuangan “Mater Squad” yang terdiri dari Banati,
Mirahmawati, Meirini, Fitri, Meli terimakasih atas kerjasama,
kebersamaan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 22 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................4
C. Ruang lingkup ..........................................................................................4
D. Metode Penulisan .....................................................................................5
E. Sistematika Penulisan ..............................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar ..........................................................................................7
1. Definisi ..............................................................................................7
2. Karakteristik Bayi Baru Lahir ...........................................................7
3. Klasifikasi Bayi Baru Lahir ...............................................................8
4. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir ..................................................9
5. Pemenuhan Kebutuhan Dasar.............................................................28
6. Penatalaksanaan ..................................................................................32
B. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................37
1. Pengkajian Keperawatan ....................................................................37
2. Diagnosis Keperawatan ......................................................................42
3. Perencanaan Keperawatan ..................................................................43
4. Pelaksanaan Keperawatan ..................................................................47
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................47

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan .........................................................................49
B. Diagnosis Keperawatan ...........................................................................57
C. Perencanaan Keperawataan .....................................................................58
D. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................................61
E. Evaluasi Keperawataan ...........................................................................70

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawataan .......................................................................77
B. Diagnosa Keperawataan ..........................................................................79
C. Perencanaan Keperawatan.......................................................................80
D. Pelaksanaan Keperawatan .......................................................................83
E. Evaluasi Keperawatan .............................................................................85

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................................89
B. SARAN ...................................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi,
2010). Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai
usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang
dramatis pada bayi baru lahir. Pada masa ini, organ bayi mengalami
penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk
kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008).

Penelitian menunjukkan bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode


neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan
akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik
yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus
sebagai organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode
neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan
dan perkembangan bayi (Indrayani, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira


3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta
bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi,
sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan)
penyebabnya ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 29%, asifiksia

1
2

27%, trauma lahir, tetanus neonatorum,infeksi lain dan kelainan


kongenital (JNPK-KR, 2008).

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan angka kematian bayi dan ibu


saat melahirkan mengalami penurunan sejak 2015 hingga semester
pertama 2017. Berdasarkan data yang dikutip dari laman resmi
Kementerian Kesehatan, jumlah kasus kematian bayi turun dari 33.278
kasus pada 2015 menjadi 32.007 kasus pada 2016.Sementara hingga
pertengahan tahun atau semester satu 2017 tercatat sebanyak 10.294
kasus kematian bayi (Kemenkes, 2017). Angka kematian Bayi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: asfiksia neonatarum, ikterus,
pendarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipertermi, dll. (Muslihatun, 2010).

Dari data yang diperoleh dari medical record RSIJ Cempaka Putih,
jumlah angka kelahiran bayi baru lahir pada tahun 2017 sebesar 822 jiwa
dengan Seksiocesaria sebanyak 75,7% (623 jiwa) dan kelahiran Spontan
sebanyak 23,7% (195 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada
tahun 2017 sebesar 0,6% (4 jiwa). Sedangkan tahun 2018 pada bulan
Januari – April jumlah angka kelahiran bayi baru lahir sebesar 238 jiwa
dengan Seksiocesaria sebanyak 81,5% (194 jiwa) dan kelahiran Spontan
sebanyak 17,6% (42 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada
tahun 2018 bulan januari-april yaitu 0,8% (2 jiwa).

Masalah – masalah umum yang dapat terjadi pada bayi baru lahir
menurut Lowdermilk (2013) adalah trauma fisik dan masalah fisiologis.
Trauma fisik meliputi berbagai perlukaan fisik yang didapat bayi baru
lahir selama persalinan dan kelahiran. Walaupun sebagian besar
perlukaan bersifat minor dan membaik selama periode neonatus tanpa
pengobatan, beberapa jenis trauma membutuhkan intervensi, dan di
antaranya dapat bersifat fatal. Faktor predisposisi bayi terhadap trauma
lahir meliputi factor ibu disfungsi uterus yang menimbulkan persalinan
3

memanjang, persalinan premature dan postmatur, dan disproporsi


sefalopelvis.

Beberapa masalah keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang


dapat terjadi pada Bayi Baru Lahir Normal adalah kebutuhan nutrisi,
kebutuhan cairan, kebutuhan personal hygine, kebutuhan sentuhan dan
kasih sayang. Untuk itu bayi baru lahir sangat penting untuk diberikan
pelayanan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar di
rumah sakit dan penatalaksanaan yang tepat (Wong, 2013).

Menurut Hutahaean (2009) masalah keperawatan yang muncul pada bayi


baru lahir yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko tinggi
perubahan temperature tubuh, resiko tinggi infeksi, resiko tinggi
inflamasi, resiko tinggi trauma, gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh dan lain-lain.

Berdasarkan data di atas penulis sebagai calon tenaga kesehatan turut


berperan serta dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mengatasi
masalah yang terjadi pada bayi baru lahir melalui upaya promotif yaitu
pelayanan kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif, cara menyusui
dengan baik dan benar dan menjelaskan pentingnya imunisasi pada bayi
serta perawatan pada bayi baru lahir. Upaya preventif seperti perawatan
tali pusat, memandikan bayi serta dan memberikan kehangatan pada bayi
agar terhindar dari hipotermia. Sedangkan upaya kuratif yang diberikan
adalah memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter. Lalu yang
terakhir ada upaya rehabilitatif yaitu menstimulus perkembangan bayi
sejak dini. Maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
Bayi Baru Lahir dengan judul Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada Bayi Ny. R dengan Bayi Baru Lahir Normal di
Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakata.
4

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata memberikan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan
dasar pada bayi baru lahir normal.
b. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah
kebutuhan dasar bayi baru lahir normal.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus yang ada pada bayi baru lahir normal.
g. Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung maupun
faktor - faktor penghambat serta dapat mencari solusi pada
kasus bayi baru lahir normal.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru
lahir normal dalam bentuk narasi.

C. Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ilmiah penulis membatasi ruang lingkup dalam
pemberian asuhan keperawatan pada bayi baru lahir normal karena
mengingat banyaknya kasus bayi baru lahir normal dengan berbagai
indikasi dan keterbatasan waktu yang diberikan, sehingga penulis hanya
melakukan asuhan keperawatan pada masalah yaitu, “Asuhan
5

Keperawatan Pada Bayi Ny. R Dengan Bayi Baru Lahir Normal” di


Paviliun Shafa An-nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 3
hari pada tanggal 07 – 09 Mei 2018.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan deskriptif
dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang di
gunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus
menggunakan proses keperawatan.
Penulis memperoleh data-data dengan cara :
1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari teori-teori, buku-buku
keperawatan, serta catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus.
2. Wawancara langsung dengan orang tua pasien, perawat serta
keluarga pasien untuk mendapatkan data-data yang akurat dan jelas
mengenai masalah pasien.
3. Observasi, dimana penulis terlibat langsung pada pasien yang
bersangkutan mengenai perkembangan, pengobatan, dan perawatan
serta hasil tindakan yang telah diberikan.

E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Meliputi pengertian, karakteristik bayi baru lahir normal,
adaptasi fisiologis, pemenuhan kebutuhan dasar,
penatalaksanaan, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
6

BAB III TINJAUAN KASUS


Merupakan laporan kasus dari hasil pengamatan dan observasi
langsung pada pasien dalam membuat asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal
Ny. R di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta
Pusat mulai dari pengkajian keperawatan sampai evaluasi
keperawatan.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas kesenjangan antara asuhan keperawatan menurut
teori dengan tinjauan kasus dari pengkajian keperawatan
sampai evaluasi keperawatan sesuai dengan kasus yang diambil.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
B. Saran, untuk meningkatkan kinerja perawat
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang definisi dari bayi
baru lahir normal, karakteristik pada bayi baru lahir normal,
klasifikasi bayi baru lahir, adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir
normal, pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal,
penatalakasanaan pada bayi baru lahir normal, pengkajian
keperawatan pada bayi baru lahir normal, diagnosa keperawatan
pada bayi baru lahir normal, perencanaan keperawatan pada bayi
baru lahir normal, pelaksanaan keperawatan pada bayi baru lahir
normal dan evaluasi keperawatan pada bayi baru lahir normal.
A. Konsep Dasar
1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28
hari (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir
adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000
gram (Dewi, 2010).
Menurut Rukiyah (2012) bayi baru lahir adalah bayi yang
lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000
gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Sedangkan
menurut Rahadjo (2014) bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat.

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal


Ditinjau dari beberapa aspek, kriteria neonatus dapat dilihat,
yaitu (Hutahaean, 2009):

7
8

a. Kriteria fisik neonatus normal


1) Cukup bulan: usia kehamilan 37-42 minggu
2) Berat badan lahir: 2500-4000 gram (sesuai masa
kehamilan)
3) Panjang badan: 44-53 cm
4) Lingkar kepala (melalui diameter biparietal): 31-36 cm
5) Skor apgar 7-10
6) Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan
b. Kriteria neurologik neonatus normal
1) Frog position (fleksi ekstermitas atas dan bawah)
2) Reflex moro/kejutaan(+), harus simetris
3) Reflex hidap (+) pada sentuhan palatum molle
4) Reflex menggenggam (+)
5) Reflex rooting (+)
c. Nilai laboraturium darah neonatus normal
1) Hb: 14-22 g/dL (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan
pertambahan usia)
2) Ht: 43-63%
3) Eritrosit: 4,2-6 juta/mm3
4) Retikulosit: 3-7%
5) Leukosit: 5000-30000/mm3 jika ada infeksi <5000mm3
6) Trombosit: 150000-350000/mm3
7) Volume darah: 85 cc/kg BB
d. Nilai laboraturium cairan otak neonatus normal
1) Warna: 90-94% xantochrome (kekuningkuningan jernih)
2) None/Pandy (+) pada usia diatas 3 bulan harus sudah
negative
3) Protein: 200-220 mg/dl
4) Glukosa: 70-80 mg/dl
5) Eritrosit 1000-2000/LPB
6) Leukosit: 10-20/LPB menunjukkan fungsi BBB
(blood-brain barrier) masih belum sempurna.
9

3. Klasifikasi bayi baru lahir


Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa
kasifikasi menurut Marmi (2015), yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant): < 259 hari (37
minggu)
2) Cukup bulan (term infant): 259-294 hari (37-42
minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant): > 294 hari (42
minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah: < 2500 gram
2) Berat lahir cukup: 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih: > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi
(masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk
masa kehamilan):
1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan
(NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan
(SMK/KMK/BMK)

4. Adaptasi fisiologi pada bayi baru lahir


a. Sistem pernafasan
Dengan pemotongan tali pusat, bayi mengalami
perubahan fisiologis yang kompleks dan cepat.
Penyesuaian yang paling penting dan segera yang
dilakukanoleh bayi baru lahir pada saat kelahiran adalah
membangun pernapasan. Dengan kelahiran melalui
vagina, beberapa cairan paru diperas keluar dari trakea
dan paru-paru bayi; pada bayi yang lahir dengan
10

kelahiran cesar, cairan paru dapat tertahan dalam


alveolus. Dengan menghirup napas pertama kali, bayi
baru lahir memulai serangkaian perubahan jantung paru.

Tabel karakteristik dari Sistem Pernapasan Neonatus


KARAKTERISTIK EFEK PADA FUNGSI
Penurunan jaringan elastis dan Penurunan komplians paru
rekoil paru membutuhkan tekanan yang
lebih tinggi dan usaha yang
lebih untuk mengembangkan
paru; peningkatan risiko
atelektasis
Berkurangnya pergerakan Pergerakan pernapasan yang
diafragma dan maximal force kurang efektif; kesulitan dalam
potential menciptakan tekanan negative
intratoraks; berisiko atelectasis
Kecenderungan untuk bernafas Peningkatan kemampuan
dengan hidung; perubahan posisi untuk menyelaraskan antara
laring dan epiglotis menelan dan bernapas; risiko
obstruksi jalan napas;lebih
sulit diintubasi
Komplians jalan napas kecil Risiko obstruksi jalan napas
dengan resistansi saluran napas dan apnea
yang tinggi; reflex imatur
Peningkatan resistensi vascular Risiko pirai duktus dan
paru dengan arteri pulmonal hipoksemia dengan keadaan-
yang sensitive keadaan seperti hipoksia,
asidosis, hipotermia
hipoglikemia, dan hiperkarbia
Peningkatan konsumsi oksigen Peningkatan laju pernapasan
dan usaha bernapas; risiko
hipoksia
Peningkatan pirai intrapulmonal Peningkatan risiko atelectasis
kanan kiri dengan ventilasi tidak efektif;
PCO2 rendah
Imaturitas sistem surfaktan paru Peningkatan risiko atelectasis
pada bayi imatur dan sindrom distress
pernapasan; peningkatan usaha
bernapas
kontrol pernapasan imatur Pernapasan tidak teratur
dengan bernapas periodic;
risiko apnea; ketidakmampuan
untuk mengubah kedalaman
pernapasan segera

Bernapas pertama kali kemungkinan sebagai akibat dari


reflex yang dipicu oleh perubahan tekanan, pajanan
11

terhadap temperature udara yang dingin, bising, cahaya,


dan sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses
kelahiran. Selain itu, kemoreseptor diaorta dan badan
karotis memulai reflex neurologis ketika tekanan oksigen
arteri (PO2) menurun, tekanan karbon dioksida arteri
meningkat, dan pH arteri menurun. Pada sebagian besar
kasus, reaksi pernapasan berat terjadi dalam 1 menit
setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama
dan menangis.
Setelah pernapasan sudah dimulai, napas menjadi
dangkal dan tidak teratur, berkisar 30 hingga 60
napas/menit, dengan periodic yang terdiri atas henti
napas sementara yang berlangsung kurang dari 20 detik.
Episode dari napas periodik ini terjadi paling sering
selama siklus tidur aktif (rapid eye movement [REM])
dan menurun frekuensi dan durasinya seiring dengan
usia. Periode henti napas lebih dari 20 detik merupakan
indikasi proses patologis dan harus dievaluasi secara
menyuluruh.
b. Sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular berubah bermakna setelah lahir.
Napas pertama bayi, di sertai dengan peningkatan
distensi kapiler alveolus, mengembangkan paru-paru dan
mengurangi resistansi pembuluh darah paru terhadap
aliran darah paru dari arteri pulmonaris. Tekanan arteri
pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium kanan
menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi
jantung kiri meningkatkan tekanan di atrium kiri, yang
menyebabkan penutupan fisiologis dari foramen ovale.

Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah

lahir kadar PO2 dalam darah arteri berukuran sekitar 50


12

mmHg, duktus arteriosus berkontriksi sebagai respon


terhadap peningkatan oksigenasi.

c. Denyut dan bunyi jantung


Denyut jantung rata-rata berkisar 120 hingga 140
denyut/menit, dengan variasi yang tampak jelas saat
tidur dan bangun. Sesaat setelah tangisan pertama,
denyut jantung bayi dapat mengalami percepatan 175
hingga 180 denyut/menit.kisaran denyut jantung pada
bayi matur berkisar 85 hingga 90 denyut per/menit
selama tidur dalam dan hingga 170 denyu/menit atau
lebih ketika bayi terbangun. Denyut jantung hingga
180 denyut/menit merupakan hal yang biasa ketika
bayi menangis. Denyut jantung yang secara konsisten
tinggi ( > 170 denyut/menit) atau rendah ( < 80
denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam keadaan
istirahat harus di evaluasi kembali dalam 1 jam atau
saat aktivitas bayi berubah.
Bunyi jantung selama periode neonatus bernada lebih
tinggi, durasinya lebih singkat, dan intensitasnya lebih
tinggi dibandingkan orang dewasa. Bunyi jantung

pertama ( S1) biasanya lebih keras dan lebih tumpul

dibandingkan bunyi jantung dua ( S2) yang bersifat

tajam. Bunyi jantung ketiga dan keempat tidak


terdengar pada bayi baru lahir. Sebagian besar bising
jantung yang terdengar selama beberapa hari pertama
kehidupan tidak memiliki makna patologis, dan lebih
dari setengah murmur hilang saat berusia 6 bulan.
Namun, terdapatnya murmur dan tanda-tanda yang
menyertai seperti asupan yang sulit, apnea, sianosis,
atau pucat merupakan hal yang tidak normal dan perlu
diperiksa lebih lanjut.
13

d. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik rata-rata pada bayi baru lahir
berkisar 60 hingga 80 mmHg, dan tekanan diastolik
rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah
meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit
variasi yang tampak pada bulan pertama kehidupan.
Turunnya tekanan darah sistolik sekitar 15 mmHg
pada satu jam kehidupan biasa terjadi. Menangis dan
bergerak biasanya menyebabkan peningkatan pada
tekanan sistolik. Peningkatan tekanan darah paling
baik di lakukan dengan alat oscillometric ketika bayi
sedang beristirahat. Ukuran manset yang tepat harus
digunakan untuk pengukuran tekanan darah bayi yang
akurat.
e. Volume darah
Volume darah pada bayi baru lahir berkisar sekitar 80
hingga 85 ml/kg berat badan. Segera setelah lahir,
volume darah total rata-rata sebesar 300 ml, namun
volume ini dapat meningkat hingga 100 ml,
bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat
diklem dan dipotong. Bayi prematur memiliki volume
darah yang relatif lebih besar dibandingkan bayi baru
lahir matur karena bayi prematur memiliki volume
plasma yang cara proporsional lebih besar, bukan
massa sel darah merah (Lowdermilk, 2013).
5. Sistem hematopoietik
a. Sel darah merah dan hemoglobin
Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan
hemoglobin (hemoglobin janin bersifat dominan) lebih
tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusar
pada bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi
14

hemoglobin 14 hingga 24 g/dl (rerata, 17 g/dl).


Hematokrit berkisar 44% hingga 64% (rerata, 55% ).
Hitung sel darah merah juga ikut meningkat berkisar 4,8
3 3
hingga 7,1 juta/mm (rerata, 5,14 juta/mm pada akhir

bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan


mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2
3
hingga 5,2 juta/mm , secara berurutan. Kadar darah ini

dapat di pengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda,


yang akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, sel
darah merah, hematokrit.
b. Leukosit
Leukositosis, dengan hitung sel darah putih sekitar
3
18.000 sel/mm (berkisar antara 9.000 hingga 30.000
3
sel/mm ) normal saat lahir. Jumlah sel darah putih
3
meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm selama

hari pertama setelah lahir. Hitung sel darah putih awal


yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun secara
3
cepat, dan kadar 11.500 sel/mm umumnya

dipertahankan selama periode neonatus. Infeksi berat


tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi baru lahir,
leukosit lambat untuk mengenali protein asing dan untuk
melokalisasi dan melawan infeksi pada awal kehidupan.
Sepsis dapat di sertai dengan peningkatan sel darah putih
(neutrofilia) namun, beberapa bayi dapat menunjukkan
tanda-tanda klinis sepsis tanpa peningkatan sel darah
putih yang bermakna

c. Trombosit
Hitung trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000
3
sel/mm dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan
15

orang dewasa. Kadar faktor II, VII, IX dan X yang di


temukan di hati, menurun selama beberapa hari pertama
kehidupan, karena bayi baru lahir tidak dapat
menyintesis vitamin K. Namun, kecenderungan
perdarahan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan
jika defisiensi vitamin K tidak hebat, pembentukan
bekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan.

d. Golongan darah
Golongan darah bayi ditentukan secara genetik dan
dibentuk pada awal kehidupan janin. Namun, selama
periode neonatus, kekuatan aglutinogen yang terdapat
pada membran sel darah merah meningkat perlahan.
Sampel darah tali pusat dapat di gunankan untuk
mengidentifikasi golongan darah bayi dan status
rhesusnya ( Lowdermilk, 2013 ).

6. Sistem termogenik
Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat,
regulasi panas merupakan hal yang terpenting untuk
kelangsungan hidup bayi baru lahir. Termoregulasi adalah
mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan
produksi panas.
a. Termogenesis
Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang
terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis tanpa
menggigil terjadi terutama oleh metabolisme, lemak,
cokelat yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh
peningkatan aktivitas metabolik di otak, jantung, dan
hati. Lemak cokelat terletak di cadangan lemak
superficial pada daerah interskapula dan aksila, juga
pada cadangan lemak dalam pada pintu masuk toraks,
16

sepanjang kolumna vertebra, dan disekitar ginjal. Lemak


cokelat memiliki suplai pembuluh darah dan saraf yang
lebih kaya dibandingkan lemak biasa. Panas yang di
produksi oleh aktivitas metabolik lemak dalam lemak
cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan
meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan
lemak cokelat, umumnya terdapat hingga beberapa
minggu setelah lahir, dan habis dengan cepat akibat
dingin. Jumlah dari cadangan lemak cokelat meningkat
seiring dengan usia kehamilan bayi baru lahir matur
memiliki cadangan lemak yang lebih banyak
dibandingkan bayi premature

b. Kehilangan panas
Kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi dengan 4
cara berikut
a) Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari
permukaan tubuh ke udara lingkungan yang lebih
dingin. Oleh karena dapat terjadi kehilangan
panas akibat konveksi, temperatur lingkungan
dalam kamar perawatan bayi dipertahankan pada
suhu sekitar 24°C, dan bayi baru lahir pada
tempat tidur bayi yang terbuka harus di selimuti
untuk melindungi mereka dari dingin.

b) Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan


tubuh menuju permukaan padat yang lebih dingin,
tidak dengan kontak langsung, namun pada jarak
yang relatif dekat. untuk mencegah kehilangan
panas ini, tempat tidur bayi dan meja periksa
ditempatkan jauh dari jendela luar.
17

c) Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi


ketika cairan di konversi menjadi uap. Pada bayi
baru lahir, kehilangan panas oleh evaporasi terjadi
sebagai akibat dari penguapan kelembapan pada
kulit. Kehilangan panas ini dapat diakibatkan
karena kesalahan terlalu cepat mengeringkan bayi
baru lahir atau melalui pengeringan bayi yang
terlalu lambat setelah mandi. Kehilangan panas
melalui evaporasi adalah kehilangan panas yang
tidak di sadari, merupakan penyebab kehilangan
panas yang paling penting pada beberapa hari
pertama kehidupan.

d) Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan


tubuh kepada permukaan yang lebih dingin
dengan kontak langsung. Ketika kedalam ruang
perawatan bayi, bayi baru lahir di tempatkan
dalam tempat tidur hangat untuk meminimalkan
kehilangan panas. Timbangan yang digunakan
untuk menimbang bayi baru lahir harus dilapisi
kain pelindung untuk meminimalkan kehilangan
panas secara konduksi.

e) Regulasi temperature
Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi
panas pada awalnya kurang dibandingkan pada
orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio
permukaan tubuh terhadap berat badan (massa)
yang lebih besar dibandingkan pada anak dan
dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir
membantu melindungi dari kehilangan panas
karena mengurangi jumlah permukaan tubuh yang
terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat
18

mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui


permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh
darah perifer.
Stres dingin memengaruhi kebutuhan metabolik
dan fisiologis pada semua bayi, tanpa dipengaruhi
usia kehamilan dan kondisi. Laju pernapasan
meningkat sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen. Pada bayi yang mengalami
stres dingin, konsumsi oksigen dan energi
dialihkan dari mempertahankan fungsi otak dan
jantung yang normal serta pertumbuhan kepada
termogenesis untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.jika bayi tidak dapat
mempertahankan oksigen yang adekuat,
vasokontriksi mengikuti dan membahayakan
perfusi paru (Lowdermilk, 2013)

7. Sistem renal
Pada usia kehamilan matur, ginjal menempati sebagian besar
dari dinding abdomen posterior. Kandung kemih terletak di
dekat dinding abdomen anterior dan merupakan organ
abdomen dan organ panggul. Pada bayi baru lahir hampir
seluruh masa yang teraba pada abdomen berasal dari ginjal.
Sejumlah kecil urin (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam
kandung kemih bayi matur saat lahir. Frekuensi berkemih
bervariasi dari 2 hingga 6x/hari. Selama hari pertama dan
kedua kehidupan dan dari 5 hingga 25x sehari setelahnya.
Sekitar 6 hingga 8x berkemih per hari dengan urine berwarna
kuning pucat merupakan penanda asupan cairan yang adekuat
setelah 3-4 hari pertama. Umumnya, bayi matur berkemih 15-
60 ml urine/kgBB/hari.
19

Bayi matur memiliki kapasitas yang terbatas untuk


mengonsentrasi urine, oleh karena itu, berat jenis urine dapat
berkisar antara 1001 hingga 1020. Kemampuan untuk
mengonsentrasi urine dengan baik baru didapatkan sekitar
usia 3 bulan. Setelah berkemih pertama kali, urine bayi akan
tampak keruh (dikarenakan kandungan mukus) dan memiliki
berat jenis yang lebih tinggi. Kadar ini menurun dengan
peningkatan asupan cairan. Urine normal selama masa bayi
awal umumnya berwarna kuning bening dan hampir tidak
berbau (Lowdermilk, 2013).
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Sekitar 40% dari berat badan bayi baru lahir terdiri atas
cairan ekstraselular. Setiap harinya, bayi baru lahir
mengambil dan mengeluarkan sekitar 600-700 ml cairan,
yang merupakan 20% dari cairan tubuh total atau 50%
dari cairan ekstraselular. Laju filtrasi glomerolus pada
bayi baru lahir sekitar 30% hingga 50% dari orang
dewasa. Laju filtrasi yang lebih rendah ini
mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk
mengeluarkan nitrogen dan produk sisa lainya dari darah.
Namun, protein yang di konsumsi oleh bayi baru lahir
hampir seluruhnya di metabolisme untuk pertumbuhan.

8. Sistem gastrointestinal
Bayi baru lahir matur mampu untuk menelan, mencerna,
memetabolisme dan menyerap protein, karbohidrat sederhana
dan lemak pelarut. Selain dari enzim amilase pankreas,
enzim-enzim khas dan cairan-cairan pencernaan terdapat
pada neonatus, bahkan yang dengan berat lahir rendah. Pada
bayi yang terhidrasi dengan adekuat, membran mukosa
mulutnya lembap dan berwarna pink. Palatum lunak dan
keras utuh. Adanya mukus dalam jumlah sedang hingga
20

banyak umum terjadi pada beberapa jam pertama setelah


lahir. Area kecil berwarna keputihan ( mutiara Epstein )
dapat di temukan pada sisi gusi dan pada persambungan dari
palatum lunak dan keras. Pipih berbentuk bulat penuh di
karenakan bantalan penghisap yang berkembang dengan baik.
Bantalan ini, seperti tuberkel labia (kalus penghisap) pada
bibir atas, menghilang sekitar usia 12 bulan, ketika periode
menghisap berakhir. Walaupun gerakan menghisap dalam
uterus telah direkam oleh ultrasound, gerakan ini tidak
terkoordinasi dengan proses menelan pada semua bayi yang
lahir sebelum usia 32 hingga 33 minggu gestasi. Gerakan
menghisap pada bayi baru lahir dilakukan dengan isapan-
isapan kecil sebanyak 3 atau 4 hingga 8 sampai 10 isapan
pada satu waktu, dengan waktu berhenti yang singkat
diantara isapan. Gigi mulai tebentuk di dalam uterus, dengan
pembentukan email berlanjut hingga sekitar usia 10 tahun.
Bakteri tidak terdapat pada saluran pencernaan bayi saat
lahir. Bising usus umumnya dapat terdengar sesaat setelah
lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 hingga 90 ml,
bergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung
sangat bervariasi beberapa faktor yang dapat memengaruhi
pengosongan lambung seperti waktu dan volume dari
pemberian makanan atau jenis dan temperatur makanan.
Sfingter jantung dan kontrol saraf pada lambung belum
matur, sehingga terkadang regurgitasi dapat terjadi.
Regusgitasi selama hari pertama atau kedua kehidupan dapat
dikurangi dengan menghindari pemberian makanan berlebih,
dengan membuat bayi bersendawa, dan dengan memosisikan
bayi dengan kepala sedikit terangkat.
21

a. Pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna karbohidrat, lemak
atau protein di regulasi oleh adanya beberapa enzim.
Sebagian besar enzim-enzim ini berfungsi saat lahir.
Pengecualian pada amilase, yang di produksi oleh
kelenjar saliva setelah kurang lebih usia 3 bulan dan
oleh pankreas sekitar usia 6 bulan. Pengecualian
lainya adalah livase, yang juga disekresikan oleh
pankreas enzim ini di perlukan untuk mencerna lemak.
b. Tinja
Saat lahir, usus bagian bawah berisi mekonium.
Mekonium dibentuk selama kehidupan janin dari
cairan amnion dan kontituennya, sekresi usus
(meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari
mukosa). Mekonium berwarna hitam kehijauan dan
kental serta mengandung darah samar. Mekonium
pertama yang di keluarkan biasanya steril, namun
mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang
sehat mengeluarkan mekonium dalam 12 hingga 24
jam pertama kehidupan, dan hampir semua bayi
mengalaminya dalam 48 jam pertama (Blackburn,
2007)

9. Sistem hepatic
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat
gestasi. Pada bayi baru lahir, hati dapat di palpasi sekitar 1cm
di bawah batas iga kanan karena hati membesar dan
menempati sekitar 40% dari rongga abdomen.
a. Penyimpanan besi
Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi
hemoglobin setelah lahir, mulai menyimpan besi dalam
uterus. Cadangan besi pada bayi proporsional terhadap
22

hemoglobin total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir,


bayi matur memiliki cadangan besi yang cukup untuk 4
hingga 6 bulan.

b. Metabolisme karbohidrat
Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai
glukosa ibu, akibatnya bayi baru lahir memiliki kadar
glukosa serum awal yang menurun. Peningkatan
kebutuhan energi, penurunan pelepasan glukosa oleh
hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume sel
darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi
baru lahir akan berperan dalam menyebabkan abisnya
simpanan glikogen dalam 24 jam pertama setelah
lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir matur yang
sehat, kadar glukosa darah stabil pada 50 hingga 60
mg/dl selama beberapa jam pertama setelah lahir.
Pada hari ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus
berkisar antara 60 dan 70 mg/dl. Inisiasi pemberian
makan membantu stabilisasi kadar glukosa darah bayi
baru lahir.
c. Jaundis
Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin
dalam jaringan tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat
hingga kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl. Semua
jaundis yang terlihat dalam 24 jam pertama kehidupan
atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya
Karena hal ini menunjukan adanya proses patologis
yang mendasarinya.
23

d. Koagulasi
Faktor-faktor koagulasi, yang disintesis dihati,
diaktivasi oleh vitamin K. Kurangnya bakteri usus
yang diperlukan untuk menyintesis vitamin K
menyebabkan defisiensi koagulasi darah sementara
antara hari ke 2 hingga hari ke 5 kehidupan.
Penggunaan vitamin K intramuskular sesaat setelah
lahir membantu mencegah masalah pembekuan darah
(Lowdermilk, 2013).

10. Sistem imun


Sel yang memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk
sejak awal kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak
aktif selama beberapa minggu hingga beberapa bulan
setelah lahir. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi
matur yang sehat terlindungi oleh imunitas pasif yang di
dapat dari ibu; namun, status ini bergantung pada
pajanan ibu sebelumnya terhadap anti gen dan respons
imunologinya. Imunoglobulin A (IgA) yang
memproteksi membran menghilang dari saluran
pernapasan dan saluran kemih, dan bila bayi tidak
menyusui, IgA juga menghilang dari saluran cerna. Bayi
mulai menyintesis IgG, dan sekitar 40% dari kadar pada
orang dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar
IgM diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa di capai
pada usia 9 bulan. Produksi IgA, IgD, dan IgE lebih
bertahap dan kadar maksimal belum di capai hingga
masa kanak-kanak awal. Bayi yang disusui menerima
imunitas pasif yang banyak melalui kolostrum dan ASI
(Lowdermilk, 2013).
24

11. Sistem integument


Semua struktur kulit sudah terbentuk saat lahir.
Epidermis dan dermis berikatan longgar dan sangat tipis.
Verniks kaseosa (subtansi keputihan, seperti keju)
berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat
rusak dengan mudah. Bayi matur memiliki kulit
erimatosa (kemerahan) selama beberapa jam setelah
lahir, selanjutnya akan berubah menjadi warna normal.
Kulit sering kali terlihat bercak-bercak, terutama pada
ekstremitas. Tangan dan kulit terlihat sedikit sianosis
(akrosianosis), yang disebabkan oleh instabilitas
vasomotor dan stasis kapiler. Akrosianosis normal
terjadi dan hanya timbul sementara selama 7 sampai 10
hari, terutama dengan pajanan terhadap dingin. Rambut
lanugo yang tipis dapat ditemui didaerah muka, bahu
dan punggung.
a. Kaput succedaneum
Kaput succedaneum merupakan area edematosa
generalisata yang mudah dikenali pada daerah kulit
kepala, paling sering dioksiput. Tekanan menetap
oleh serviks pada verteks yang dipresentasikan
mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah
setempat, sehingga memperlambat aliran balik vena.
Aliran balik vena yang di perlambat menyebabkan
meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala, dan
terbentuk pembengkakan edematosa. Pembengkakan
edematosa yang terdapat saat lahir akan meluas
melintasi garis sutura pada tulang tengkorak dan
menghilang spontan dalam 3 sampai 4 hari. Bayi
yang lahir dengan bantuan ekstraksi vakum biasanya
25

memiliki kaput pada daerah dimana vakum


dipasang.

b. Sefalhematoma
Sefalhematoma merupakan kumpulan darah antara
tulang tengkorak dan periosteumnya sehingga
sefalhematoma tidak melintasi garis sutura kranial.
Kaput succedaneum dan sefalhematoma sering kali
timbul bersamaan. Perdarahan dapat terjadi pada
kelahiran spontan akibat tekanan oleh tulang panggul
ibu. Kelahiran dengan forceps. Rendah dan rotasi
serta ekstraksi forceps yang sulit juga dapat
menyebabkan perdarahan. Benjolan lunak
berfluktuasi, dan tidak berkurang ini tidak berpulsasi
atau timbul saat bayi menangis. Sefalhematoma
terlihat beberapa jam atau sehari setelah lahir dan
tidak terlihat sampai kaput succedaneum diabsosi.
Sefalhematoma biasanya paling besar pada hari ke
dua atau ke tiga, pada saat dimana perdarahan
berhenti. Benjolan sefalhematoma ini menghilang
spontan dalam 3 sampai 6 minggu. Sefalhematoma
tidak diaspirasi karena infeksi dapat terjadi jika kulit
di lubangi.

c. Hemoragi subgaleal
Hemoragi subgaleal merupakan perdarahan kedalam
kompartemen subgaleal. Kompartemen subgaleal
merupakan ruang potensial yang terdiri atas jariingan
ikat yang tersusun longgar; terletak di bawah
aponeurosis galea, lembaran tendon yang
menghubungkan otot-otot frontal dan oksipital dan
membentuk permukaan dalam dari kulit kepala.
26

Perlukaan terjadi akibat gaya yang menekan dan


menarik kepala melalui pintu keluar panggul peneliti
telah melaporkan kekhawatiran mengenai
penggunaan ekstrator vakum yang meningkat saat
melahirkan dan hubunganya dengan kasus
perdarahan subgaleal, morbiditas neonatus dan
kematian. Perdarahan meluar menjauhi tulang,
sering kali kearah posterior menuju leher, dan
berlanjut setelah lahir dengan potensi untuk
terjadinya komplikasi serius seperti anemia atau
syok hipovolemik. Deteksi dini adanya perdarahan
merupakan hal penting; pengukuran lingkar kepala
serial dan inspeksi punggung leher terhadap
peningkatan edema dan massa kenyal penting di
lakukan. Kuliat kepala yang basah, lunak, pucat,
takikardia dan peningkatan lingkar kepala dapat juga
menjadi penanda awal dari pendarahan subgaleal.
Kemungkinan penanda awal lainya dari hemoragi
subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju
kearah lateral karena hematoma meluas dibagian
posterior. CT scan dan MRI dapat berguna untuk
mengonfirmasi diagnosis.

d. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak
berespons terhadap peningkatan temperatur
lingkungan atau tubuh. Beberapa hyperplasia
kelenjar sebasea janin dan sekresi sebum diakibatkan
oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Verniks
kaseosa merupakan produk dari kelenjar sebasea.
Pelepasan verniks kaseosa diikuti oleh deskuamasi
epidermis pada sebagian besar bayi. Verniks telah
27

terbukti sebagai pelindung epidermis dan bermanfaat


bagi kulit bayi seperti menurunkan pH kulit,
berkurangnya eritema kulit dan peningkatan hidrasi
kulit. Kelenjar sebasea putih yang kecil menonjol
(milia) dapat di temukan pada muka bayi baru lahir.

e. Deskuamasi
Deskuamasi (pengelupasan) kulit pada bayi matur tidak
terjadi hingga beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi
kulit pada area yang luas menyeluruh saat lahir dapat
merupakan indikasi terlalu matur.

f. Bintik Mongolian
Bintik mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan,
dapat tampak pada berbagai bagian permukaan luar
tubuh meliputi ekstremitas. Bintik-bintik ini sering di
temukan dipunggung dan dibokong. Daerah pigmentasi
ini paling sering di temukan pada bayi baru lahir
dengan asal etnik dari daerah mediternia, amerika latin,
asia, atau afrika. Bintik-bintik ini lebih sering pada
individu berkulit gelap, namun dapat timbul pada 5%
sampai 13% bangsa kaukasia. Bintik ini akan hilang
perlahan setelah beberapa bulan atau tahun (Blackburn,
2007).

g. Nevus
Nevus telangiektasis, dikenal sebagai gigitan burung
stork, berwarna pink dan mudah memudar. Mereka
terlihat pada kelopak mata atas, hidung, bibir bagian
atas, daerah oksipital bawah, dan tengkuk leher. Nevus
ini tidak memiliki artian klinis dan menghilang pada
tahun kedua kehidupan.
28

h. Eritema toksikum
Bercak sementara, eritema toksikum disebut juga
eritema neonatorum, bercak bayi baru lahir, atau
dermatitis gigitan nyamuk. Bercak ini ditemukan pada
neonatus matur selama 3 minggu pertama kehidupan.
Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan yang
berbeda: makula, papul dan vesikel kecil eritema
matosa. Lesi dapat muncul tiba-tiba di bagian tubuh
manapun. Bercak ini dipikirkan sebagai respons
terhadap imflamasi. Eosinofil, yang membantu
mengurangi inflamasi ditemukan dalam vesikel.
Walaupun penampilanya seperti berbahaya, bercak ini
tidak memiliki artian klinis dan tidak membutuhkan
pengobatan (Lowdermilk, 2013).

12. Sistem reproduksi


a. Perempuan
Saat lahir, ovarium mengandung ribuan sel germinal
primitif. Sel-sel ini menggambarkan jumlah untuk
membentuk suatu ovum potensial yang utuh; tidak ada
bentuk oogonia setelah lahir pada bayi matur, korteks
ovarium, yang terutama terdiri atas folikel-folikel
primordial, menempati bagian yang lebih besar pada
ovarium bayi perempuan yang baru lahir dibandingkan
pada wanita dewasa.
Genitalia eksternal (seperti, labia mayor dan labia
minor) biasanya membengkak dengan peningkatan
pigmentasi. Pada bayi matur, labia mayor dan minor
menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris
menonjol, dan labia mayornya kecil dan terpisah jauh.
Kutil pada vagina atau himen umum ditemukan dan
29

tidak memiliki artian klinis. Verniks kaseosa dapat


ditemukan antara labia dan tidak boleh dibersihkan
dengan paksa saat mandi.Jika bayi lahir dalam posisi
bokong, labia dapat membengkak dan memar. Edema
dan memar akan menghilang dalam beberapa hari;
tidak diperlukan pengobatan.

b. Laki-laki
Testis menurun ke skrotum saat lahir pada 90% bayi
laki-laki baru lahir. Walaupun persentase ini menurun
pada kelahiran prematur, pada umur 1 tahun, insiden
testis yang tidak menurun pada semua anak laki-laki
kurang dari 1% Prepusium yang sempit (lipatan kulit
penutup ujung penis) sering ditemukan pada bayi baru
lahir. Lubang uretra dapat terbungkus penuh oleh
prepusium, yang tidak dapat ditarik selama 3-4 tahun.
Smegma, substansi seperti keju, berwarna putih, umum
ditemukan dibawah lipatan prepursium. Lesi kenyal,
putih, kecil disebut mutiara epitel dapat ditemukan pada
ujung prepursium. Neonatus lebih bulan memiliki rugae
yang dalam dan skrotum pendulum. Skrotum biasanya
lebih gelap pigmentasinya dibandingkan bagian kulit
lainya dan terutama tampak pada bayi dengan kulit yang
lebih gelap pigmentasi ini merupakan respons terhadap
esterogen ibu. Jika bayi laki-laki dilahirkan dengan
presentasi bokong, skrotum dapat sangat bengkak dan
memar, pembengkakan dan perubahan warna ini akan
berkurang dalam beberapa hari.

c. Pembengkakan jaringan payudara


Pembengkakan jaringan payudara pada bayi matur
kedua jenis kelamin disebabkan oleh
30

hiperesterogenisme pada kehamilan. Pada beberapa


bayi, sekret encer (susu penyihir) dapat ditemukan.
Penemuan ini tidak berarti secara klimis, tidak
membutuhkan pengobatan dan akan menghilang
dalam beberapa hari setelah hormon ibu dieliminasi
dari tubuh bayi (Lowdermilk, 2013).

13. Sistem skeletal


Sistem skeletal bayi mengalami pertumbuhan cepat selama
tahun pertama kehidupan. Saat lahir, terdapat lebih banyak
karti lago dibandingkan tulang yang mengalami osifikasi.
Dikarenakan perkembangan sefalokaudal (kepala ke
bokong) bayi baru lahir terlihat tidak proporsional. Pada
saat matur, kepala berukuran seperempat dari panjang
tubuh total. Lengan sedikit lebih panjang dari kaki. Pada
bayi baru lahir, kaki berukuran sepertiga dari panjang
tubuh total, namun hanya 15% dari berat badan total.
Dalam proses pertumbuhanya, titik tengah dari pengukuran
kepala-ke-kaki perlahan menurun dari tingkat umbi likus
saat lahir menuju ke tingkat simfisis pubis saat matur.
Muka terlihat kecil pada tulang tengkorak, yang terlihat
besar dan berat. Ukuran dan bentuk kepala dapat terdistorsi
oleh molding (pembentukan kepala janin akibat tumpang
tindih tulang-tulang kranial untuk memfasilitasi pergerakan
melalui jalan lahir selama persalinan). Tulang pada
kolumna vertebra bayi baru lahir membentuk dua kurvatura
utama-satu pada daerah toraks dan satu pada daerah sakral.
Keduanya kurvatura terbentuk konkaf kedepan. Setelah
bayi baru lahir dapat mengontrol kepalanya pada usia
sekitar 3 bulan, kurvatura sekunder tampak pada daerah
servikal. Beberapa bayi baru lahir menunjukan jarak yang
signifikan pada kedua lutut ketika pergelangan kaki
31

disatukan, menyebabkan seperti kaki berbentuk huruf O.


Saat lahir, tidak terlihat lengkung pada kaki. Ekstremitas
harus simetris dan sama panjangnya. Lipatan kulit harus
sama dan simetris. Pada diperiksa terhadap adanya
displasia oleh klinis terlatih menggunakan manufer
ortolani. Jari-jari tangan dan kaki harus sama jumlahnya
dan memiliki kuku. Adanya jari tambahan (polidaktili)
kadang ditemukan pada tangan dan kaki. Jari-jari tangan
dan kaki dapat menyatu (simdaktili). Garis lipatan dapat
ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki bayi baru
lahir matur. Jika bayi dengan presentasi bokong, lutut dapat
tetap mengalami ekstensi dan bayi akan mempertahankan
posisi di dalam uterus selama beberapa minggu.
(Lowdermilk, 2013).
Tulang belakang bayi baru lahir tampak lurus dan dapat
mengalami fleksi dengan mudah. Vertebra harus tampak
lurus dan datar. Dasar tulang belakang harus bebas dari
cekungan. Jika ditemukan cekungan, inspeksi lebih lanjut
diperlukan untuk menentukan apakah terdapat sinus.
Cekungan pilonidal, dapat berhubungan dengan spina
bifida (Lowdermilk, 2013).

i. Sistem neuromuskular
Sistem neuromuskular hampir berkembang penuh pada
saat lahir. Bayi baru lahir matur merupakan makhluk
responsif dan reaktif dengan kapasitas luar biasa untuk
interaksi sosial dan organisasi diri. Perkembangan otak
setelah lahir mengikuti pola yang dapat diprediksi, yaitu
perkembangan yang cepat saat bayi dan masa kanak-
kanak awal, dan perkembangan kemudian menjadi lebih
perlahan selama tahun-tahun selanjutnya pada dekade
pertama dan hanya minimal pada usia remaja. Otak
32

memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai


oksigen yang realtif besar untuk metabolisme yang
adekuat. Adanya kebutuhan-kebutuhan ini menandakan
perlunya pengkajian status pernapasan bayi yang teliti.
Keperluan terhadap glukosa ini menyebabkan perlunya
perhatian pada neonatus yang berisiko untuk mengalami
hipoglikemia (seperti bayi dari ibu diabetes, bayi
makrosomia atau bayi lahir kecil, dan bayi baru lahir yang
mengalami persalinan memanjang, hipoksia, atau
kelahiran prematur. Jika bayi baru lahir diletakan
menghadap kebawah pada permukaan yang keras, mereka
akan memutar kepala mereka ke arah samping. Mereka
berusaha menahan kepala sejajar dengan tubuh mereka
diangkat pada lengannya. Terdapat berbagai refleks untuk
memberikan keamanan dan asupan yang adekuat
(Lowdermilk, 2013).
1) Reflek bayi baru lahir
a) Tonik neek refleks, gerakan spontan otot kuduk
pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan
secara spontan memiringkan kepalanya.
b) Grasping refleks, yaitu bila jari kita menyentuh
telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan
langsung menggenggam sangat kuat.
c) Moro refleks, refleks yang timbul diluar
kemauan, kesadaran bayi contoh: bila bayi
diangkat atau direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan
gerakan yang mengangkat tubuhnya pada org
yang mendekapnya.
d) Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakan
dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan
sering diikuti dengan tangis.
33

e) Stapping refleks, reflek kaki secara spontan


apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu
persatu di sentuhkan pada satu dasar maka bayi
seolah-olah berjalan.
f) Babinskie refleks (telapak kaki), semua jari kaki
hiperekstensi dengan dorsifleksi jempol; disebut
tanda positif.
g) Refleks merangkak, bayi baru lahir melakukan
gerakan merangkak dengan menggunakan lengan
dan tungkainya.
h) Glabellar refleks, bayi baru lahir akan
mengejapkan mata pada 4-5 ketukan pertama.
i) Rekleks menjulurkan lidah, bayi baru lahir
menjulurkan lidah keluar.
j) Refleks laktasi
(a) Refleks rooting (mencari puting susu) dapat
dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan
lidah bayi kearah sentuhan disudut mulut
atau pipi. Refleks ini biasanya menghilang
pada usia 7 bulan. Dagu bayi disentuh,
sebagai respon bayi akan menoleh ke
samping menoleh ke samping untuk mencari
sumber ojek
(b) Refleks sucking (menghisap), merupakan
penghisapan secara kuat jari tangan atau
puting susu, ketika di masukan ke dalam
mulut, dan bayi akan membuka mulutnya
untuk menghisap.
(c) Refleks swallowing (menelan), menelan
secara tepat cairan yang dimasukkan ke
dalam mulut. Refleks ini dapat di observasi
dengan mudah selama makan. Cairan harus
34

ditelan dengan mudah, tanpa tersedak, batuk


atau muntah (Rukiyah, 2012).

5. Pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir


a. Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan dan Personal Hygiene
1) Pemberian minum
a) Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk
bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand
(semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara
samai teras kosong setelah itu baru ganti
payudara yang lain. ASI eksklusive adalah
memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun kecuali imunisasi,
vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan
tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b) Pedoman menyusui ASI antara lain:
(1) Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha
menyusu sendiri diatas perut ibu segera
setelah minimal 1 jam.
(2) Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu
dagu menyentuh payudara, mulut membuka
lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh
payudara, mulut mencakup areola, lidah
menopang putting dan areola bagian bawah,
bibir melengkung keluar, bayi menghisap
dengan kuat namun perlahan dan kadang-
kadang berhenti sesaat.

c) Perawatan payudara selama ibu menyusui


Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum
dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika
mengalami bendungan payudara atau mastitis
35

tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta


lakukan perawatan payudara.

2) Menolong BAB pada Bayi


BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana
kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat
sampai kehijauan karena masih bercampur
mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna
kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB
agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia
3) Menolong BAK pada bayi
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24
jam pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali
sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis
BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi ritasi
didaerah genetalia.
4) Kebutuhan Istirahat/ tidur
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16
jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam
setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan
suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.
5) Menjaga kebersihan kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah
kelahiran, sebelum mandi sebaiknya periksa suhu
tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin
dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam.
Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali sehari,
mandikan dengan air hangat dan di tempat yang
hangat.
36

6) Menjaga keamanan bayi


Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan
tinggalkan bayi sendirian, jangan menggunakan alat
penghangat buatan.

7) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi


a) Sulit bernafas
b) Hipotermi atau hipertermi
c) Kulit bayi kering, biru, pucat, atau memar
d) Hisapan melemah, rewel, muntah, mengnatuk
e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau
busuk, berdarah
f) Tanda-tanda infeksi: suhu meningkat, merah,
bengkak, bau busuk, keluar cairan, sulit bernafas
g) Tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama
24 jam
h) Diare
i) Menggigil, rewel, lemas, ngantuk, kejang

8) Penyuluhan sebelum bayi pulang


a) Perawatan tali pusat
b) Pemberian ASI
c) Refleks laktasi
d) Memulai pemberian ASI
e) Posisi menyusui
f) Jaga kehangatan bayi
g) Mencegah kehilangan panas
h) Tempatkan dilingkungan yang hangat
i) Tanda-tanda bahaya
j) Imunisasi
k) Perawatan harian
37

b. Kebutuhan Kesehatan Dasar meliputi pakaian, perumahan,


sanitasi lingkungan yang baik.

1) Bounding attachment
a) Definisi : proses interaksi terusmenerus antara bayi
dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan.
b) Manfaat : bayi merasa dicintai, diperhatikan,
merasa aman, berani mengadakan eksplorasi;
hambatan kurangnya support system, ibu dengan
risiko, bayi dengan risiko, kehadiran bayi tidak
diinginkan.
c) Cara melakukan bounding
(1) IMD
(2) ASI eksklusif
(3) Rawat gabung
(4) Kontak mata
(5) Suara
(6) Aroma
(7) Entertainment
(8) bioritme
d) Kondisi yang mempengaruhi bounding attactment
(1) Kesehatan emosional orang tua
(2) Tingkat kemampuan, komunikasi dan
ketrampilan untuk merawat anak
(3) Dukungan social seperti keluarga, teman, dan
pasangan
(4) Kedekatan orang tua ke anak
(5) Kesesuaian antara orang tua dan anak
(keadaan anak, jenis kelamin)
38

c. Kebutuhan Psikososial meliputi Rasa Aman, Kasih


Sayang, Harga Diri, Rasa Memiliki, Kebutuhan mendapat
Pengalaman, Kebutuhan Stimulasi.

6. Penatalaksanaan bayi baru lahir


Memberikan asuhan aman, dan bersih segera setelah bayi
baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi
baru lahir (Indrayani, 2013).
a. Pencegahan infeksi
Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang di sebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroogganisme selama
proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir.
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong
persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi,
antara lain:
1) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan
dengan bayi
2) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat
menangani bayi yang belum di mandikan.
3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang di gunakan,
terutama klem, gunting, penghisap lender DeLee dan
benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika
akan melakukan penghisapan lender dengan alat
tersebut (jangan bola karet pengsihap yang sama
untuk lebih dari satu bayi).
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain
yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan
bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda
lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga harus
39

dalam keadaan bersih. Dekotaminasi dan cuci setiap


kali setelah di gunakan.

b. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain yang bersin
dan kering yang sudah disiapkan di atas perut ibu. Apabila
tali pusat pendek, maka letakkan bayi di antara kedua kaki
ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih
dan kering.
Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:
1) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa
kesulitan ?
2) Apakah bayi bergerak aktif ?
3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan
ataukah ada sianosis ?
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas makan
lakukan tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.

c. Mencegah kehilangan panas


Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan
panas dari tubuh bayi adalah :
1) Keringkan Bayi secara seksama.
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi.
Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi,
mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga dapat
merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang
pernafasan bayi.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering
dan hangat.
Bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat jadi
kehilangan panas secara konduksi. Untuk itu setelah
40

mongering tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan


selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi.
Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang
relative luas dan cepat kehilangan panas. Untuk itu
tutupi bagian kepala bayi agar bayi tidak kehilangan
panas.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan
bayinya.
Selain untuk memperkuat jalinan kasih saying ibu dan
bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga
kehangatan tubuh bayinya. Selain itu juga dapat
membuat bayi lebih tenang.
5) Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera
memandikan bayi baru lahir.
a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dpat
menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas
secara konduksi. Jangan biarkan bayi di timbang
telanjang. Gunakan selimut atau kain berat badan
bayi dapat di hitung dari selisih berat bayi dengan
kain yang di gunakan.
b) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk
itu tunda memandikan bayi selama 6 jam setelah
lahir.
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Jangan tempatkan bayi di ruang yang ber-AC.
Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in). Jika
menggukakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap hangat.
7) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.
Bayi baru lahirakan cepat dan mudah kehilangan panas
karena sisem pengaturan panas di dalam tubuhnya
belum sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan minimal
41

enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam


beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi
baru lahir.

Praktek memandikan bayi yang di anjurkan:


a) Tunggu minimal enam jam setelah lahir (lebih
lama apalagi bayi mengalami asfiksia atau
hipotermi).
b) Sebelum memandikan bayi, pastikkan suhu bayi
dalam keadaan stabil (suuhu aksila 36,5 – 37,5° C).
Apabila suhu tubuh bayi secara longgra, tutupi
bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di
tempat tidur atau penerapan metode kangguru.
Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuhnya
menjadi stabil dalam waktu satu jam.Tunda untuk
memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernafasan.
c) Sebelum bayi di mandikan, pastikan ruangan
kamar mandi dalam keadaanhangat dan tidak ada
tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering
untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa
lembar kain atau selimut bersih dan keering untuk
menyelimuti tibuh bayi setelah di mandikan.
d) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan
hangat.
e) Segera keringkan bayi dengan menggunakan
handuk bersih dan kering.
f) Gantikan handuk yang basah dengan selimut yang
bersih dan ekring, kemudian selimuti tubuh bayu
secara longgar, pastikan bagian kepala bayi di
selimuti dengan baik.
42

g) Bayi dapat di letakkan bersentuhan dengan kulit


ibu atau dengan penerapan metode kangguru.
h) Ibu dan bayi dalam satu ruangan/rawat gabung dan
anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

d. Merawat tali pusat


Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil
maka lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan kelm
plastic tali pusat (bila tersedia).
1) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
membersihkan darah dan sekresi lainnya.
2) Bilas tangan dengan air DTT.
3) Keringkan dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
4) Ikat tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari pusat
bayi. Gunakan benang atau klem plastic penjepit tali
pusat DTT atau steril. Ikat kuat dengan simpul mati
atau kuncikan penjeput plastic tali pusat.
5) Jika pengikatan dilakukan dengan benang, lingkarkan
benang di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk
kedua kalinya dengan simpul mati pada bagian yang
berlawanan.
6) Lepaskan semua klem penjepit tali pusat dan rendam
dalam larutan klorin 0,5%
7) Bungkus tali puast yang sudah di ikat dengan kassa
steril.
Nasehat yang diberikan kepada keluarga untuk merawat
tali pusat :
1) Jangan membubuhkan apapun ke putung tali pusat .
2) Lihat popok dibawah ikatan tali pusat.
43

3) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun


dan air bersih serta segera keringkan dengan kain
bersih, terutama setelah bayi buang air kecil/besar.
4) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau
berdarah atau berbau, maka segera bawa bayi ke
petugas kesehatan.
e. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada putting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormone prolactin. Prolaktin akan
mempengaruhi kelenjar asini untuk memproduksi ASI di
alveoli. Semakin sering bayi menghisap putting susu maka
akan semakin banyak prolactin dan ASI yang di produksi.
Penerapan inisiasi menyusu dini (IMB) akan memberikan
dampak positif bagi bayi, antara lain
menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan
bayi, memberikan kekebalan pasif yang segera kepada
bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus, dan
lain sebagainya.

f. Pencegahan infeksi pada mata


Pencegahan infeksi mata dapat segera diberikan kepaa
bayi baru lahir. Pencegahan infeksi tersebut dilakukan
dengan menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep
antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam
setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak
efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
Cara Pemberian profilaksis mata :
1) Cuci tangan secara efektif.
2) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur yang
akan dilakukan dan minta persetujuan.
44

3) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari


bagian mata yang paling dekat dengan hidup bayi
menuju bagian luar mata.
4) Ujung trabung salepn mata tidak boleh menyentuh
mata bayi.
5) Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan
anjuran keluarga untuk tidak menghapus salep
tersebut.

g. Profilaksis pendarahan pada bayi baru lahir


Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1
injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin
untuk mencegah pendarahan pada bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir.

h. Pemberian Imunisasi hepatitis B


Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penulaan ibu ke
bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepattis B
jadwal pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali
pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir
menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua,
imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu
pada 0 hari (segera setelah lahir), dan DPT+Hepatitis B
pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi.
45

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada bayi baru lahir normal menurut Hidayat,
2008:
a. Pemeriksaan fisik
1) Penilaian apgar
Prosedur:
1) Kaji warna kulit
2) Hitung frekuensi jantung
3) Kaji kemampuan refleks
4) Kaji tonus otot
5) Kaji kemampuan bernafas
6) Hitung total skor yang di dapat dari hasil
pengkajian
7) Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori
asfiksia, yaitu: (1) Adaptasi baik skor 7-10
(2) Asfiksia ringan-sedang skor 4-6
(3) Asfiksia berat skor 0-3.
Penilaian dapat dilakukan pada menit pertama dan
menit ke lima setelah lahir.
Tabel penilaian Apgar Score

Komponen Skor

0 1 2

Warna Kulit Biru/ pucat Tubuh merah, Seluruh


ekstremitas tubuh merah
pucat

Frekuensi Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt


Jantung

Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis


46

Tonus otot Lemah, Ekstremitas Gerakan


lumpuh agak flexi aktif

Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis


kuat

2) Pemeriksaan cairan amnion Prosedur:


a) Kaji jumlah cairan amnion
b) Lakukan penilaian jumlah cairan tersebut dengan
kategori: >2000 ml, bayi mengalami
polihidramnion dan <500 ml bayi mengalami
oligohidramnion.
3) Pemeriksaan plasenta
Prosedur:
a) Kaji keadaan plasenta seperti adanya pengapuran,
nekrosis, berat dan jumlah korion
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.
4) Pemeriksaan tali pusat
Prosedur:
a) Kaji keadaan tali pusat, seperti adanya vena atau
arteri, adanya tali simpul atau kelainan lainnya
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.
5) Pengukuran berat badan
a) Timbang berat badan dengan menggunakan
timbangan bayi
b) Lakukan penilaian dari hasil penimbangan,
dengan kategori sebagai berikut:
(1) Normal: 2500 - 4000 gram
(2) Prematur: < 2500 gram
(3) Makrosomia: > 4000 gram.
6) Pengukuran panjang badan
a) Ukur panjang badan dengan menggunakan
meteran
47

b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian, dengan


kategori maksimal adalah 45-50 cm.
7) Pemeriksaan kepala
Prosedur:
a) Ukur lingkar kepala
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan
dengan lingkar dada, jika diameter kepala lebih
besar 3cm dari lingkar dada, bayi mengalami
hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil
3cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami
mikrosefalus
b) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di
daerah bahu dan punggung
c) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak
yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah
asimetri atau tidak
d) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum,
sefalhematoma
e) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya
pembuluh vena yang menghubungkan jaringan di
luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas
sehingga bentul kepala nampak asimetris, dengan
palpasi teraba fluktuasi
f) Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan
palpasi menggunakan jari tangan, denyutannya
sama dengan denyut jantung, kemudian fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah
usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup pada
usia 12-18 bulan
48

8) Pemeriksaan mata
Prosedur:
a) Kaji adanya strabismus dengan cara menggoyang
kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi
akan terbuka
b) Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip
atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c) Kaji adanya sindrom down jika ditemukan
adanya epikantus yang melebar
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil
berwarna putih
e) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya
edema palpebra, perdarahan konjungtiva, dll.

9) Pemeriksaan telinga
Prosedur:
a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan
membunyikan bel atau suara apakah terjadi
refleks terkejut atau tidak
b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.
10) Pemeriksaan hidung dan mulut
Prosedur:
a) Kaji pola pernapasan dengan cara melihat pola
napas, jika bayi bernapas melalui mulut,
kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan
napas karena adanya atresia koana bilateral atau
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring
b) Kaji napas cuping hidung yang menunjukkan
gangguan pada paru
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut
49

d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan


refleks menghisap dengan mengamati saat bayi
menyusu
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi
apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak
sempurna.
11) Pemeriksaan leher
Prosedur:
a) Kaji adanya pembengkakan dan benjolan
b) Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan
pergerakan, kemungkinan terjadi kelainan di
tulang leher seperti kelainan tiroid, hemangioma,
dll.
12) Pemeriksaan dada dan punggung
Prosedur:
a) Kaji adanya kelainan bentuk (simteris atau tidak)
b) Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara
meraba ikutus kordis dengan menentukan posisi
jantung
c) Kaji frkuensi, suara jantung dan bunyi napas
dengan auskultasi stetoskop.
13) Pemeriksaan abdomen
Prosedur:
a) Kaji bentuk abdomen, jika membuncit
kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali
atau cairan dalam rongga perut
b) Kaji adanya kembung dengan perkusi
14) Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas
Prosedur:
a) Kaji adanya kelainan tulang belakang seperti
skoliosis, meningokel, spina bifida dengan cara
bayi diletakkan dalam posisi tengkurap,
50

kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang


tulang belakang
b) Kaji adanya kelemahan tau kelumpuhan dengan
cara melihat posisi kedua kaki, adanya
equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari
tangan dan kaki apakah terdapat polidaktili.
15) Pemeriksaan genetalia Prosedur:
a) Kaji keadaan labia minora yang tertutup labia
mayora, lubang uretra dan lubang vagina terpisah
atau tidak
b) Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan
defek di bagian ventral ujung penis atau defek
sepanjang penis dan epispadia merupakan
kelainan defek pada dorsum penis.
16) Pemeriksaan anus dan rektum Prosedur:
a) Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui
posisinya
b) Kaji adanya mekonium. Jika dalam waktu 48 jam
belum keluar kemungkinan meconium plug
syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran
pencernaan.
17) Pemeriksaan kulit Prosedur:
a) Kaji adanya verniks kaseosa yang ,merupakan zat
yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai
pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi
cukup bulan
b) Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus
dipunggung bayi, jumlahnya lebih banyak pada
bayi kurang bulan daripada cukup bulan.
51

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang kemungkinan muncul menurut
Hutahaean (2009) dan Lowdermilk (2013) pada bayi baru lahir
adalah:
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
mucus yang berlebihan, posisi yang tidak tepat.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan temperatur berhubungan
dengan kontrol temperature yang immature, perubahan
lingkungan eksternal.
c. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan
kurangnya pertahanan imunologi, factor lingkungan,
penyakit maternal
d. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
keterbatasan masukan oral, regurgitasi berlebihan
f. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
g. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan
penurunan asupan cairan.
Tujuan/ kriteria hasil:
Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir adalah:
1. Bayi akan mempertahankan jalan nafas yang paten
2. Bayi akan mempertahankan temperature tubuh yang stabil
3. Bayi tidak mengalami injuri
4. Bayi akan menerima nutrisi secara adekuat

3. Perencanaan keperawatan
Hutahaean (2009) dan Lowdermilk (2013)
a. Mempertahankan jalan nafas: bersih/paten
52

1) Segera setelah lahir bersihkan muka bayi dari lendir


dan darah untuk mencegah terhalangnyajalan udara
2) Suction mulut dan nasofaring, waktu menghisap 5
detik, berhenti, hisap lagi (beri kesempatan untuk
reoksigenasi)
3) Posisikan bayi miring kekanan, untuk mencegah
aspirasi
4) Pakaikan pakaian yang cukup longgar
5) Observasi tanda-tanda vital dan tanda gejala distress
pernapasan

b. Mempertahankan temperature tubuh stabil


1) Segera setelah lahir, keringkan tubuh dan kepala
neonatus
2) Angkat selimut lembab dan diapers
3) Selimuti bayi dengan selimut hangatdan bertopi yang
sudah dihangatkan
4) Fasilitas kontak dini dengan ibu
5) Letakkan bayi pada suhu hangat (suhu kamar) : 24-
25,5⁰C dan kelembaban pada ruang persalinan antara
60% sampai 65% (untuk menurunkan kecepatan
evaporasi saat melahirkan)
6) Tempatkan box bayi diluar garis jendela ataupun AC
7) Angkat dinding penghalang penghangat, atau
mengurangi kontak dengan udara
8) Gunakan penghangat radiant saat tubuh bayi harus
terbuka untuk tindakan prosedur atau selama
dikeringkan setelah mandi
9) Hindari neonatus dari permukaan yang dingin, seperti
dinding gedung atau jendela
10) Jangan mandikan neonatus sampai suhu stabil 37⁰C
setelah 6 jam kelahiran
11) Observasi tanda-tanda vital
53

c. Mencegah terjadinya infeksi


1) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
2) Gunakan sarung jika kontak dengan sekret tubuh
3) Berikan profilaksis pada mata: eritromicin 0,5% atau
tertrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena
klamidia. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama
setelah persalinan yang lanzim dipakai adalah larutan
perak nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan
pada mata bayi segera setelah lahir
4) Cek mata setiap hari untuk mengobservasi
kemungkinan infeksi/inflamasi
5) Lakukan perawatan tali pusat:
(b) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka
agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih
secara longgar (kontroversial: pemberian
antiseptic)
(c) Lipatlah popok dibawah tali pusat
(d) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinta, cuci
dengan sabun dengan air bersih, dan keringkan
betul-betul
(e) Kaji terhadap bau, warna dan cairan
(f) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi
dipulangkan kerumah, berikan imunisasi BCG,
polio oral , dan Hepatitis B

d. Mencegah terjadinya trauma


1) Beri identitas yang jelas
2) Pasang segera setelah lahir alat pengenal (tebal, tahan
air, tepi halus, tidak mudah sobek dan tidak mudah
lepas)
3) Informasi pada alat pengenal: nama (bayi dan ibunya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit
54

4) Disetiap tempat tidur harus diberikan tanda dengan


mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor
identifikasi.
5) Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak
di catatann dokumentasi
6) Diskusikan dengan orang tua tentang keamanan bayi,
khususnya ibu
7) Pertahankan terhindar dari injuri
8) Hindari penggunaan thermometer rektal
9) Jangan meninggalkan bayi tanpa pengawasan dalam
tempat tidur terbuka
10) Jangan meletakkan benda tajam dekat bayi
11) Kuku bayi pendek dan tidak tajam
12) Hati-hati dalam menggendongbayi
13) Hati-hati/ awasi saat sibling erdekatan dengan bayi

e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan


keterbatasan masukan oral, regurgitasi berlebihan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan resiko kekurangan
volume cairan tidak terjadi
Kirteria Hasil:

1) Berkemih 2-6 x dengan haluaran 15-60 ml/kgBB/hari


dari hari kedua kehidupan
2) Menghasilkan urine bebas kristal asam urat
3) Turgor kulit lembab

Rencana Tindakan:
1) Catat pengeluaran berkemih pertama dan selanjutnya
2) Lakukan pemberian makan oral, perhatikan jumlah
yang ditelan, dimakan dan dimuntahkan
55

3) Pantau masukan dan haluaran cairan. Perhatikan


warna dan konsentrasi urine dan adanya kristal
berwarna persik pada popok
4) Kaji tingkat hidrasi bayi
5) Kurangi stress dingin
6) Palpasi adanya distensi kandung kemih

f. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pada bayi
baru lahir selama 2 x 24 jam diharapkan resiko perubahan
nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda – tanda hipoglikemia
2) Penurunan BB kurang dari 5 – 10 % BB lahir
3) ASI keluar banyak, sekitar 350 cc/24 jam
4) Tidak ada bengkak dan nyeri di payudara ibu
5) Ibu dapat memberikan ASI atau menyusui dengan
benar
Rencana tindakan :
1) Kaji payudara ibu
2) Observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi
3) Observasi refleks menghisap bayi
4) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi
abdomen
5) Timbang bayi saat menerima dalam ruang perawatan
dan setelah itu setiap hari
6) Monitor intake dan output
7) Berikan penkes tentang cara menyusui yang benar
8) Anjurkan kepada ibu bayi untuk memberikan ASI
nya sesuka bayi jangan dibatasi
56

9) Anjurkan kepada ibu bayi untuk menyusui secara


bergantian pada payudara kiri dan kanan
10) Anjurkan kepadaa ibu banyak mengkonsumsi sayur
– sayuran hijau dan buah – buahan

g. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan


ketidakadekuatan masukan cairan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan resiko konstipasi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
Mengeluarkan feses mekonium dalam 48 jam setelah
kelahiran Rencana Tindakan:
1) Auskultasi bising usus
2) Pantau frekuensi dan jumlah pemberian makan,
frekuensi berkemih, turgor kulit dan berat badan
3) Observasi adanya gangguan motilitas yang di
hubungkan dengan konstipasi
4) Kolaborasikan dengan dokter dalam pemeriksaan
diagnostik (sinar x abdomen)

4. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Lowdermilk, 2013:
a. Mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif
b. Mempertahankan pola napas yang efektif
c. Mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan
d. Mempertahankan temperatur tubuh yang efektif
e. Mencegah terjadinya infeksi
f. Mencegah terjadinya cedera dan memberikan keamanan
pada lingkungan bayi
57

g. Mengkaji hidrasi dan tanda-tanda dehidrasi


h. Mencegah terjadinya konstipasi

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi harus di dasarkan kepada pelaksanaan keperawatan
(implementasi) yang telah dilakukan. Perencanaan di tinjau
ulang sesuai kebutuhan berdasarkan temuan evaluasi
(Lowdermilk, 2013):
a. Bersihan jalan napas efektif
b. Gangguan pertukaran gas teratasi
c. Kebutuhan nutrisi adekuat
d. Perubahan temperatur tubuh tidak terjadi
e. Infeksi tidak terjadi
f. Cedera tidak terjadi
g. Kebutuhan cairan adekuat
h. Konstipasi tidak terjadi
58

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Ny. R dengan Bayi Baru Lahir Normal
di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih . Pemenuhan Kebutuhan Dasar
selama 3 x 24 jam yaitu mulai dari tanggal 07 – 09 Mei 2018 dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
1. Data dasar
a. Identitas bayi
Nama bayi Ny. R lahir tanggal 07 Mei 2018 pada pukul 10.12
WIB , jenis kelamin Perempuan. Nama orang tua , nama ibu
Ny.R , nama bapak Tn H , alamat rumah jl. Baladewa kiri RT
011/011 no 06 Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru,
Jakarta Pusat.
b. Riwayat kelahiran yang lalu
Ny. R dan Tn. H sebelumnya belum memiliki anak dan ini
merupakan kelahiran anak pertamanya.
c. Riwayat Prenatal dan Intranatal
1) Riwayat prenatal
Status obsetri Ny. R P1A0H1. Pemeriksaan antenatal selama
hamil dilakukan secara teratur selama 3 kali dengan bidan di
puskesmas selama kehamilan. Ny R tidak memiliki masalah
kesehatan dan Ny. R tidak mendapat imunisasi selama
kehamilan.

2) Riwayat Intranatal
BB/TB Ny. R sebelum hamil 65 kg sesudah hamil 75 kg, TB
160 cm. persalinan dilakukan di RSIJ Cempaka Putih Jakarta

62
59

Pusat. Keadaan umum ibu baik, dengan tekanan darah 130/80


mmHg,
nadi 86x/menit, suhu 36⁰C, pernafasan 18x/menit. Masa
kehamilan 38 minggu, jenis persalinan spontan, presentasi
bayi letak kepala, ditolong oleh bidan RSIJ Cempaka Putih.
Kondisi air ketuban kehijauan dan encer.

3) Keadaan bayi saat lahir


Lahir tanggal 07 Mei 2018 jam 10:12, jenis kelamin
perempuan, kelahiran tunggal, Nilai Apgar Score dimenit
pertama9 dan menit kelima 10, Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
dilakukan setelah bayi baru lahir ketika masih berada diruang
persalinan, diletakan diperut ibu kulit bayi harus menempel
pada kulit ibu tanpa ada yang membatasi dan biarkan bayi
mencari sendiri puting susu ibunya, reflex rooting, sucking,
dan swallowing positif, bayi menangis kuat. Obat-obatan
yang didapat antara lain salep mata dioleskan masing-masing
pada mata kanan dan kiri, vitamin K 1 mg yang diberikan
melalui injeksi intramuscular pada paha kiri atas, dan hepatitis
B 0,5 ml diberikan melalui injeksi intramuscular pada paha
kanan atas. Tidak ada masalah kesehatan dalam persalinan.
Tidak diberi tindakan resusitasi dan tidak ada cacat fisik.
Ukuran berat plasenta 500 gram, tidak ada kelainan. Panjang
tali pusat 50 cm jumlah pembuluh darah 2 arteri dan 1 vena
umbilikalis dan tidak ada kelainan.

4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum baik, suhu 36,5⁰C, denyut nadi
137x/menit, RR 43x/menit. BB lahir 2.950 gram, PB 48
cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar
perut 31 cm dan lingkar lengan 11 cm, dan menangis kuat.
60

b) Sistem integument
Warna kulit kemerahan atau pink, hidrasi baik, tidak ada
lesi, tidak ada eritema toksikum, kuku ada, vernik ada
pada sebagian anggota tubuh , lanugo terdapat pada bahu,
nevi tidak ada pada tubuh, dan terdapat milia pada hidung.
c) Kepala leher
Bentuk bulat, kepala tidak ada molding, tidak ada kaput
sukseudanum, tidak ada hematoma, sutura teraba dan
menyatu, ada ubun-ubun besar, ada ubun-ubun kecil, dan
posisi simetris, rambut ada, ukuran lingkar kepala 34 cm.
d) Mata
Mata simetris, reflex mata baik, konjungtiva annemis,
sklera anikterik, pupil anisokor.
e) Telinga
Telinga simetris, bentuk telinga normal, lubang telinga
terbuka, merespon terhadap suara..
f) Hidung
Lubang hidung tebuka, tidak ada pengeluaran, pernafasan
tidak menggunakan cuping hidung.
g) Mulut
Posisi mulut simetris, gerakan bibir simetris, dan tidak ada
kelainan pada palatum, serta tidak ada muntah.
h) Wajah
Bentuk wajah normal, bulat, tidak ada kelainan.
i) Leher
Pergerakan leher baik dari satu sisi ke sisi lainnya.
j) Dada
Dada simetris, gerakan dada simetris, gerakan pernafasan
teratur, RR 44x/menit, dan lingkar dada 32 cm.
61

k) Abdomen
Tidak ada distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak ada
perdarahan, tali pusat belum mengering, bising usus
terdengar 5x/menit, dan lingkar perut 31 cm.
l) Genetalia dan anus
Tidak ada kelainan, labia mayora menutupi labia minora.
Terdapat anus , tidak ada kelainan pada anus.
m) Punggung
Fleksabilitas tulang punggung baik, bentuk simetris, tidak
ada kelainan bentuk tulang punggung.
n) Ekstermitas
Jari tangan dan kaki lengkap tidak ada kelainan bentuk,
nadi brachial teraba, nadi femoral teraba, pergerakan aktif,
tidak ada tremor, dan posisi kaki normal.

5) Sistem Neurologi
Refleks morro positif, refleks rooting positif, refleks sucking
positif, refleks swallowing positif, refleks Babinski positif,
refleks menggenggam baik, refleks tonus leher baik, refleks
tendon baik dengan cara lutut bayi diketukan dengan jari
telunjuk atau jari tengah, menangis kuat.
6) Nutrisi
ASI belum keluar dari bayi dilahirkan sampai asuhan terakhir
pada tanggal 09 Mei 2018.

7) Eliminasi
Bayi Ny. R BAB pertama kali segera setelah bayi lahir ,
terdapat meconium berwarna hijau kehitaman, dan BAK
pertama pada tanggal 07 Mei 2018 pukul 16.00 WIB kuning
jernih.
62

8) Tulang
Tidak ada kelainan tulang pada bayi Ny. R, lingkar kepala 34
cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31 cm.

9) Data lain yang menunjang


Bayi Ny R tidak dilakukan pemeriksaan golongan darah
maupun pemeriksaan bilirubin.

10) Penatalaksanaan
Terapi yang telah diberikan yaitu injeksi Vitamin K 0,5 mg
pada tanggal 07 Mei 2018 dan Hepatitis B 0,5 ml pada
tanggal 07 Mei 2018. Terapi lain-lain diberikan salep mata
fenikol pada mata kanan dan kiri.

11) Resume
Bayi Ny. R lahir pada tanggal 07 Mei 2018 pukul 10.12 WIB
diruang bersalin dengan persalinan normal (spontan). Apgar
score menit pertama 9 dan menit ke lima 10. Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) diberikan setelah bayi lahir, diletakan
di dada ibu dekat payudara. Refleks rooting, sucking,
swallowing positis, bayi menangis kuat. Di ruang perawatan
bayi dilakukan perawatan tali pusat dan membungkus dengan
kassa steril, diberikan identitas pada kaki dan tangan, mencap
telapak kaki bayi, ditimbang BB, diukur PB, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan dan lingkar perut. Terapi yang
telah di dapatkan yaitu injeksi vitamin K 0,5 mg diberikan
secara intramuskuler, hepatitis B 0,5 ml diberikan secara
intramuskuler, dan salep mata dioleskan pada kedua mata .
Bayi dibedong untuk mencegah hipotermi, diletakan di dalam
incubator untuk dihangatkan. BB lahir 2.950 gram, PB 48 cm,
lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31
cm. Berdasarkan pengkajian di dapatkan keadaan bayi tidak
63

ada kecacatan, nadi 137x/menit, RR 44x/menit, suhu 36,5o C,


ASI belum keluar dari bayi dilahirkan sampai asuhan terakhir
pada tanggal 09 Mei 2018.

2. Data fokus
a. Data subyektif
Ibu klien Ny. R mengatakan ASI nya belum keluar. Ibu klien Ny.
R mengatakan sudah merangsang payudaranya dengan hisapan
bayinya tetapi ASI nya belum keluar juga. Ny. R takut anaknya
kedinginan karena AC di dalam kamar dingin, Ny. R mengatakan
belum bisa membedong anaknya . Ny R mengatakan selalu
menyelimuti bayinya dengan kain agar anaknya tidak kedinginan.
Ny. R mengatakan belum mampu merawat tali pusat bayinya
karena ini adalah anak pertamanya. Ny. R mengatakan belum bisa
memandikan anaknya.

b. Data obyektif
Keadaan umum baik , BB lahir 2.950 gram, PB 48 cm, LK 34
cm, LD 32 cm, LP 31cm, LL 12 cm. Tanda – tanda vital yaitu
Suhu 36,5o C, Nadi 137x/menit, RR 44x/menit. Suhu ruangan 22
derajat celcius. Apgar Score menit pertama 9 dan menit kelima
10. Refleks rooting, sucking, swallowing positif. Tugor kulit baik,
elastis. Bila bedongnya dibuka ekstermitas teraba dingin dan bayi
menangis. Payudara ibu bayi teraba keras dan kencang. Tidak ada
kaput suksesdium, tidak ada hematoma, tidak ada sianosis, sutura
teraba tidak menyatu, ada ubun-ubun besar dan kecil,dan posisi
simetris, rambut ada. Mata simetris, refleks mata baik,
konjungtiva ananemis, dan skelra anikterik. Telinga simetris,
bentuk telinga normal, lubang telinga terbuka, merespon terhadap
suara. Pernafasan tidak menggunakan cuping hidung dan ada
bersin. Posisi mulut simetris, gerakan bibir simetris, tidak ada
kelainan pada palatum dan tidak muntah, mukosa bibir lembab.
64

Bentuk wajah normal, tidak ada kelainan pada wajah. Pergerakan


leher baik dari satu sisi ke sisi lain. Warna kulit kemerahan atau
pink, hidrasi baik, tidak ada lesi,kuku ada, verniks ada sebagian
pada bagian tubuh, lanugo terdapat di bahu, nevi tidak ada pada
tubuh, dan terdapat milia pada hidung. Dada simetris, gerakan
dada simetris, dan gerakan dada teratur. Tidak ada distensi, tidak
ada benjolan, tali pusat tidak ada perdarahan, tali pusat masih
basah, bising usus terdengar 5x/menit. Tidak ada kelainan, labia
mayora menutupi labia minora. Bayi Ny. R BAB pertama kali
segera setelah bayi lahir , terdapat meconium berwarna hijau
kehitaman, dan BAK pertama pada tanggal 07 Mei 2018 pukul
16.00 WIB kuning jernih Fleksibilitas tulang punggung baik,
bentuk simetris, dan tidak ada kelainan pada bentuk tulang
punggung. Tulang tidak ada kelainan pada By. Ny. R. Jari tangan
dan kaki lengkap tidak ada kelainan, nadi brachial teraba, nadi
femoral teraba, pergerakan aktif, tidak ada tremor, dan posisi kaki
normal. ASI belum keluar.

3. Analisa Data
No Tanggal Data Masalah Etiologi
1. 07 Mei Ds: Resiko tinggi perubahan
2018  Ibu klien mengatakan terhadap lingkungan
takut anaknya perubahan eksternal
kedinginan karena AC suhu tubuh
didalam kamar dingin
 Ibu klien mengatakan
belum bisa
membedong anaknya
 Ibu klien mengatakan
selalu menyelimuti
bayinya dengan kain
agar anaknya tidak
kedinginan.
Do:
 Keadaan umum By.
Ny. R baik
 Suhu tubuh 36,5o C
 Suhu ruangan 22⁰ C
 Membrane mukosa
mulut lembab
 Akral teraba dingin
 Tidak ada sianosis
pada ekstermitas bayi
65

 Pergerakan aktif, tidak


ada letargi
 Bila bedongnya dibuka
ekstermitas teraba
dingin dan bayi
menangis kuat.
2. 07 Mei Ds: Resiko tinggi Intake yang
2018  Ibu klien mengatakan terhadap tidak adekuat
ASInya belum keluar perubahan
 Ibu klien mengatakan nutrisi:
sudah merangsang kurang dari
payudaranya dengan kebutuhan
hisapan bayinya tetapi tubuh
ASI nya belum keluar
juga
Do:
 Payudara ibu bayi
teraba lembut dan
tidak ada bengkak
 Refleks rooting,
sucking dan
swallowing bayi baik
 Turgot kulit baik dan
elastis mukosa bibir
lembab.
 Konjungtiva ananemis
 BB lahir 2.950 gram ,
PB 48 cm, LK 34 cm,
LD 32 cm, LP 31cm,
LL 12 cm

3. 07 Mei Ds: Resiko tinggi Kurangnya


2018  Ny. R mengatakan terhadap pertahanan
belum bisa infeksi imunologi
memandikan anaknya.
 Ibu klien mengatakan
belum mampu
merawat tali pusat
bayinya karena ini
adalah anak
pertamanya.
Do:
 Tali pusat tampak
terpasang kassa ,
 Tidak ada tanda –
tanda infeksi, tidak ada
pus dan tidak ada
kemerahan pada tali
pusat.
 Kassa tali pusat bersih
dan kering
 Tali pusat masih basah
, belum mongering
 Suhu 36,5⁰C
66

B. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan temperature berhubungan dengan
perubahan lingkungan eksternal ditandai dengan :
Ds:
“ Ibu klien mengatakan takut anaknya kedinginan karena AC
didalam kamar dingin “
“ Ibu klien mengatakan belum bisa membedong anaknya “
“ Ibu klien mengatakan selalu menyelimuti bayinya dengan kain agar
anaknya tidak kedinginan “
Do:
a. Keadaan umum By. Ny. R baik
b. Suhu tubuh 36,5⁰ C
c. Suhu ruangan 22⁰ C
d. Membrane mukosa mulut lembab
e. Akral teraba dingin
f. Tidak ada sianosis pada ekstermitas bayi
g. Pergerakan aktif, tidak ada letargi
Bila bedongnya dibuka ekstermitas teraba dingin dan bayi menangis
kuat

2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai
dengan :
Ds:
“ Ibu klien mengatakan ASInya belum keluar“
“Ibu klien mengatakan sudah merangsang payudaranya dengan
hisapan bayinya tetapi ASI nya belum keluar juga“

Do:
a. Payudara ibu bayi teraba lembut dan tidak ada bengkak
b. Refleks rooting, sucking dan swallowing bayi baik
c. Turgot kulit baik dan elastis mukosa bibir lembab.
67

d. Konjungtiva ananemis
e. BB lahir 2.950 gram , PB 48 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, LP 31cm,
LL 12 cm

3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya


pertahanan imunologi ditandai dengan :
Ds:
“ Ny. R mengatakan belum bisa memandikan anaknya “
“ Ibu klien mengatakan belum mampu merawat tali pusat bayinya
karena ini adalah anak pertamanya “

Do:
a. Tali pusat tampak terpasang kassa ,
b. Tidak ada tanda – tanda infeksi, tidak ada pus dan tidak ada
kemerahan pada tali pusat.
c. Kassa tali pusat bersih dan kering
d. Tali pusat masih basah , belum mongering
e. Suhu 36,5⁰C

C. Perencanaan Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan temperature berhubungan dengan
perubahan lingkungan eksternal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Bayi Ny. R
selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan suhu tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Bayi akan mempertahankan temperature tubuh yang stabil
Rencana Tindakan:
a. Segera setelah lahir, keringkan tubuh dan kepala neonatus
b. Angkat selimut lembab dan diapers
c. Selimuti bayi dengan selimut hangatdan bertopi yang sudah
dihangatkan
d. Fasilitas kontak dini dengan ibu
68

e. Letakkan bayi pada suhu hangat (suhu kamar) : 24-25,5⁰C dan


kelembaban pada ruang persalinan antara 60% sampai 65%
(untuk menurunkan kecepatan evaporasi saat melahirkan)
f. Tempatkan box bayi diluar garis jendela ataupun AC
g. Angkat dinding penghalang penghangat, atau mengurangi
kontak dengan udara
h. Gunakan penghangat radiant saat tubuh bayi harus terbuka
untuk tindakan prosedur atau selama dikeringkan setelah mandi
i. Hindari neonatus dari permukaan yang dingin, seperti dinding
gedung atau jendela
j. Jangan mandikan neonatus sampai suhu stabil 37⁰C setelah 6
jam kelahiran
k. Observasi tanda-tanda vital

2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Bayi Ny. R
selama 3 x 24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda – tanda hipoglikemia
b. Penurunan BB kurang dari 5 – 10 % BB lahir
c. ASI keluar banyak, sekitar 350 cc/24 jam
d. Tidak ada bengkak dan nyeri di payudara ibu
e. Ibu dapat memberikan ASI atau menyusui dengan benar
Rencana tindakan :
a. Kaji payudara ibu
b. Observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi
c. Observasi refleks menghisap bayi
d. Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen
e. Timbang bayi sat menerima dalam ruang perawatan dan
setelah itu setiap hari
f. Monitor intake dan output
69

g. Berikan penkes tentang cara menyusui yang benar


h. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memberikan ASI nya sesuka
bayo jangan dibatasi
i. Anjurkan kepada ibu bayi untuk menyusui secara bergantian
pada payudara kiri dan kanan
j. Anjurkan kepadaa ibu banyak mengkonsumsi sayur – sayuran
hijau dan buah – buahan.

3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya


pertahanan imunologi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Bayi Ny. R
selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a. Bayi bebas dari tanda-tanda infeksi
b. Pemulihan tali pusat tepat waktu

Rencana Tindakan:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
b. Gunakan sarung jika kontak dengan sekret tubuh
c. Berikan profilaksis pada mata : eritromicin 0,5% atau
tertrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena
klamidia. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah
persalinan yang lanzim dipakai adalah larutan perak nitrat atau
Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera
setelah lahir
d. Cek mata setiap hari untuk mengobservasi kemungkinan
infeksi/inflamasi
e. Lakukan perawatan tali pusat:
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara
longgar (kontroversial : pemberian antiseptic)
2) Lipatlah popok dibawah tali pusat
3) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinta , cuci dengan
sabun dengan air bersih , dan keringkan betul-betul
70

4) Kaji terhadapbau , warna dan cairan


5) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi
dipulangkan kerumah , berikan imunisasi BCG, polio oral ,
dan Hepatitis B

D. Pelaksanaan Keperawatan
Berdasarkan pada rencana tindakan keperawatan yang disusun, makan
pelaksanaan dilakukan oleh penulis dari mulai tanggal 07 sampai 09 Mei
2018 adalah sebagai berikut:
Hari/ Jam No. Tindakan Keperawatan Paraf
Tgl Dx
Senin 10.12 1.1  Mengeringkan tubuh segera setelah TIM
07 Mei lahir
2018 10.12 1.11  Menilai apgar skor pada bayi di TIM
menit pertama dan menit ke lima
Ds : -
Do : apgar skor dimenit pertama 9
dan menit kelima 10
10.20 2.2  Melakukan Inisiasi Menyusu Dini TIM
(IMD) dan mengobservasi bayi
ketika menyusu
Ds : -
Do :
a. Refleks rooting (+)
b. Refleks sucking (+)
c. Bayi tampak nyaman
10. 40 2.5  Melakukan pengukuran berat badan Redyna
dan tinggi badan serta memberikan
cap pada tangan dan kaki
Ds : -
Do :
a. BB : 2.950 gram
b. TB : 48 cm
10. 45 3.1  Mencuci tangan sebelum kontak Redyna
dengan By Ny. R
10.50 2.5  Melakukan pengukuran LK , LD , Redyna
LP , LL serta memberikan gelang
identitas pada tangan bayi
Ds : -
Do :
a. LK : 34 cm
b. LD : 32 cm
c. LP : 31 cm
d. LL : 12 cm
e. Gelang identitas terpasang
10.55 3.3  Memberikan injeksi Vit K , Redyna
Hepatitis B , serta salep mata
Ds : -
Do :
71

a. Vit K ( 1mg) dan Hepatitis


B (0,5 mg ) di injeksi
melalui intramuscular
b. Salep mata dioleskan pada
mata kanan dan kiri
c. Bayi menangis kuat
11.00 1.3  Mengkaji intregitas kulit dan Redyna
membedongnya
Ds : -
Do :
a. Terdapat lanugo di bagian
bahu dan punggung
b. Tali pusat masih basah dan
terbungkus kassa
c. Bayi tampak nyaman
11.05 1.11  Mengukur tanda tanda vital bayi Redyna
Ds : -
Do :
a. Nadi : 137 x/menit
b. RR : 44 x/menit
c. Suhu 36,5⁰C
d. O2 : 90%
11.10 1.5  Meletakkan bayi di incubator untuk Redyna
mengahangatkan tubuh bayi
Ds : -
Do : bayi tampak nyaman

12.30 1.9  Mengkaji keadaan lingkungan Redyna


terhadap kehilangan termal melalui
konduksi, konveksi, radiasi,
evavorasi
Ds:
Ibu klien Ny. R mengatakan “Takut
anaknya kedinginan karena AC
didalam kamar dingin “
“ Ibu klien mengatakan belum bisa
membedong anaknya “
“ Ibu klien mengatakan selalu
menyelimuti bayinya dengan kain
agar anaknya tidak kedinginan “
Do:
a. Suhu ruangan 22⁰ C
b. Bayi tampak dibedong dan
diselimuti didalam box bayi

12.35 3.1  Mencuci tangan sebelum kontak Redyna


dengan bayi
12.40 1.11  Mengukur suhu bayi Redyna
Ds : -
Do :
a. Suhu aksila 36,7o C
b. Akral teraba dingin
12.50 3.4  Mengkaji ulang tanda – tanda vital Redyna
bayi dan tanda – tanda infeksi
a. Suhu: 36,7 o C
b. RR: 43x/menit
c. N: 142x/menit
d. Tidak ada tanda – tanda infeksi
72

13.00 1.7  Meletakan box dengan dihalangi Redyna


hordeng supaya tidak kontak
langsung dengan udara AC
Ds : -
Do : bayi tampak nyaman
14.00 2.1  Mengkaji payudara ibu Redyna
Ds:
Ibu klien Ny. R mengatakan
“payudaranya tidak terasa kencang ,
lembek “
Do:
Payudara ibu teraba lembut
14.10 2.3  Mengobservasi refleks menghisap Redyna
bayi
Ds:
Ibu klien Ny. R mengatakan “anak
saya mampu mencari putting susu
dan menghisapnya tapi ASI nya
yang belum juga keluar”
Do:
Tampak refleks rooting, sucking,
swallowing baik.
14.20 2.8  Menganjurkan ibu untuk Redyna
memberikan ASI sesering mungkin
Ds : ibu klien Ny . R mengatakan “
iya sus saya akan sering dirangsang
menyusui “
Do : -
16.00 2.6  Menghitung intake dan output bayi Redyna
Ds : ibu mengatakan BAK 1x
Do : intake : -
Output : BAK 1x

Selasa , 08.00 3.1  Mencuci tangan sebelum kontak Redyna


08 Mei dengan bayi Ny. R
2018 08.05 3.5  Mengkaji tanda-tanda infeksi Redyna
Ds : ibu klien Ny R mengatakan
tidak bisa merawat tali pusat
Do :
a. tali pusat masih basah
b. tidak ada kemerahan
08.10 1.6  Menganjurkan dan mengajak ibu Redyna
klien Ny R untuk menjemur
anaknya
Ds: ibu klien Ny. R mengatakan
akan selalu menjemur bayinya
setiap pagi “
Do : bayi Ny R tampak nyaman saat
dijemur selama 15 menit
08.30 1.10  Memandikan bayi Redyna
Ds : -
Do :
a. Bayi tampak menangis kencang
ketika dimandikan oleh
perawat
08.35 3.5  Mengeringkan tubuh bayi dan Redyna
melakukan perawatan tali pusat
73

serta memakaikan baju dan


membedong bayi
Ds : -
Do :
a. Bayi menangis saat di
keringkan dengan handuk
b. Tali pusat masih basah dan
tidak ada kemerahan
c. Bayi tampak nyaman
setelah dibedong

08.40 1.3  Memakaikan selimut serta topi bayi Redyna


Ds : ibu klien Ny. R mengatakan
selalu menyelimuti dan
memakaikan topi agar anak saya
tidak kedinginan
Do : bayi tampak nyaman
08.45 1.11  Mengukut tanda-tanda vital bayi Ny Redyna
R
Ds :-
Do :
a. Nadi : 134 x/menit
b. Suhu : 36,6⁰C
c. RR : 42 x/menit
09.40 3.1  Mencuci tangan sebelum kontak Redyna
dengan pasien bayi Ny R
09.45 2.1  Mengkaji payudara ibu Redyna
Ds : ibu klien Ny. R mengatakan
payudaranya lembek tidak keras
Do : saat diraba payudara terasa
lembut
09.50 2.8  Menganjurkan ibu sering menyusui Redyna
bayi
Ds : ibu klien Ny R mengatakan
sudah sering menyusui anaknya tapi
belum juga keluar ASI nya
Do : reflex sucking dan rooting baik
10.00 2.7  Memberikan penkes tentang cara Redyna
menyusui yang baik
Ds : -
Do : ibu mempraktekkan apa yang
diajarkan
10.05 2.9  Mengajurkan ibu menyusui secara Redyna
bergantian pada payudara kiri dan
kanan
Ds : ibu klien Ny R mengatakan
akan bergantian saa menyusui
Do : ibu terlihat mengganti
payudara sebelah kanan saat
menyusui
10.10 2.10  Menganjurkan ibu banyak Redyna
mengkonsumsi sayur dan buah
Ds : ibu klien Ny R mengatakan
akan makan buah dan sayur yang
banyak
Do : -
10.40 2.5  Menimbang berat badan bayi Redyna
Ds : -
74

Do : BB : 2900 gram
11.00 3.5  Mengkaji tali pusat dan area kulit Redyna
pada dasar tali pusat setiap hari dari
adanya infeksi
Hasil:
a. Tidak ada tanda – tanda infeksi
dan kemerahan pada area tali
pusat dan kulit
b. Tali pusat belum mongering
13.00 3.5  Mengganti kassa tali pusat setiap Redyna
hari setelah mandi atau bila kotor
Hasil:
Tampak balutan kassa tali pusat
pada bayi bersih dan kering
13.05 1.9  Menghindarkan Redyna
menempelkan/meletakkan bayi
dekat dengan sumber panas
Respon:
Ds:
Ibu klien Ny. R mengatakan “
bayinya selalu ditaro didekat tempat
tidur ibunya dan hordeng selalu
ditutup agar lebih hangat ”
Do:
Bayi tampak berada didalam box
dan diselimuti
13.20 1.3  Mengajarkan atau menganjurkan Redyna
ibu untuk tetap menjaga
kehangatan bayi (membedong)
Ds:
Ibu klien Ny. R mengatakan “masih
belajar sus karna anak pertama jadi
belum bisa dan masih takut”
Do:
Ibu klien Ny R membedong dengan
dibantu perawat.
13.30 3.1  Menganjurkan orang tua atau Redyna
keluarga mencuci tangan sebelum
memasuki ruang perawatan bayi
dan setelah memegang bayi
Respon:
Ds: keluarga klien mengatakan
“akan mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi nya”
Do:
Tampak keluarga mengerti dengan
apa yang dianjurkan oleh perawat.
13.35 2.2  Mengobservasi cara menyusui dan Redyna
produksi ASI ibu bayi
Ds:
Ibu klien Ny. R mengatakan “ ASI
belum juga keluar sus , saya udah
sering rangsang pakai hisapan
bayinya”
Do:
a. Ibu tampak menyusui dengan
cara yang sudah diajarkan
b. ASI belum keluar
75

13.45 2.4  Mengauskultasi bising usus Redyna


Ds : -
Do : Bising usus 6x/menit
14.00 2.6  Mengukur intake dan output bayi Redyna
Ds : ibu klien mengatakan ASI
belum keluar .
Do :
a. output : BAK : pempers 50
gram

Rabu 08.00 3.1  Mencuci tangan sebelum kontak Redyna


09 Mei dengan bayi Ny.R
2018 08.10 1.8  Menganjurkan dan menemani Ny.R
menjemur bayinya’ Redyna
Ds : -
Do : bayi Ny R dijemur didekat
jendela selama 20menit
08.30 2.2  Membantu Ny R menggantikan Redyna
popok dan membedong bayi setelah
dijemur
Ds : -
Do : bayi tampak nyaman stelah
dijemur
08.35 1.11  Mengukur tanda-tanda vital bayi Redyna
Ny. R
Ds : -
Do :
a. Nadi : 140 x/menit
b. Suhu : 37,0⁰C
c. RR : 40 x/menit
08.40 3.5  Mengajarkan sekaligus Redyna
memandikan bayi Ny. R
Ds : ibu klien Ny. R mengatakan
akan belajar berlatih memandikan
bayinya
Do :
a. Bayi menangis kuat saat
dimandikan
b. Ibu terlihat antusias saat
diajarkan cara memandikan
08.45 1.8  Mengeringkan tubuh bayi dengan Redyna
handuk
Ds :
Do : bayi menangis saat
dikeringkan tubuhnya
08.50 3.5  Mengajarkan cara merawat tali Redyna
pusat yang benar
Ds : ibu klien mengatakan akan
belajar dan mencoba melakukannya
sendiri
Do :
a. Tali pusat terlihat bersih
dan masih basah , tidak
ada tanda-tanda kemerahan
b. Ibu terlihat antusias dan
76

memperhatikan saat
diajarkan merawat tali
pusat dengan benar
08.45 1.3  Membantu ibu membedong bayi Redyna
Ds : ibu mengatakan belum bisa
rapih dan masih takut untuk
membedong
Do : bayi terlihat nyaman saat
dibedong
08.50 1.3  Memakaikan topi pada bayi Redyna
Ds : ibu mengatakan selalu
memakaikan topi agar tetap hangat
Do : bayi terlihat nyaman saat di
pakaikan topi
09.30 1.11  Mengkaji tanda-tanda vital bayi Redyna
Ds : -
Do :
a. Suhu 37,2o C
b. Nadi : 130 x/menit
c. RR : 40x/menit
10.40 2.5  Menimbang berat bayi Redyna
Ds : -
Do : 2900 gram
10.50 2.1  Mengkaji ulang payudara ibu Redyna
Ds:
Ibu klien mengatakan “payudaranya
terasa kencang dan ASI belum
keluar”
Do:
a. Payudara ibu teraba
kencang
11.00 2.8  Menganjurkan ibu bayi untuk Redyna
memberikan ASInya sesering
mungkin
Ds:
Ibu klien mengatakan “sudah
menyusi bayinya tiap 2 jam sekali
tetapi ASInya belum keluar juga”
Do:
Tampak ibu klien menyusui
bayinya setiap 2 jam sekali
11.10 2.9  Menganjurkan ibu bayi untuk Redyna
menyusui secara bergantian antara
payudara kanan dan kiri
Ds:
Ibu klien mengatakan “ akan
merubah posisi ketika menyusui”
Do:
Ibu klien tampak melakukan apa
yang dianjurkan oleh perawat
11.15 1.7  Mengkaji keadaan lingkungan Redyna
terhadap kehilangan termal melalui
konduksi, konveksi, dll.
Respon:
Ds:
Ibu klien Ny.s mengatakan “selalu
membedong bayinya agar bayinya
tetap hangat dan tidak kedinginan”
77

Do:
a. Suhu ruangan 22⁰ C
b. Bayi tampak dibedong dan
berada didalam box bayi
ditutupi dengan selimut
11.20 1.11  Mengakji ulang tanda – tanda vital Redyna
dan tanda – tanda adanya infeksi
Do:
a. Suhu: 36,8o C
b. RR: 31x/menit
c. N: 135x/menit
d. Tidak ada tanda – tanda infeksi
(kemerahan)
e. Kassa tali pusat tampak bersih
dan kering
11.20 2.1  Mengkaji ulang payudara ibu Redyna
Respon:
Ds:
Ibu klien mengatakan “payudaranya
tersasa kencang ”
Do : Saat diraba payudara terasa
kencang , tidak bengkak
11.25 2.2  Mengobservasi cara menyusui dan Redyna
produksi ASI ibu bayi
Respon:
Ds: ibu mengatakan “ASI nya
belum keluar juga sus “
Do:
a. ASI belum keluar
b. Refleks menyusui bayi baik
11.30 3.1  Menganjurkan orangtua atau Redyna
keluarga mencuci tangan sebelum
memasuki ruang perawatan bayi
dan sesudah memegang bayi
Respon:
Ds:
Keluarga mengatakan “akan
mencuci tangannya sebelum masuk
keruang perawatan bayi dan
sesudah memegang bayi
Do:
Tampak keluarga mengikuti apa
yang dianjurkan oleh perawat
11.35 1.3  Mengajarkan dan menganjurkan Redyna
keluarga untuk menjaga kehangatan
bayi (membedong)
Respon:
DS:
Ibu klien mengatakan “akan
membedong anaknya agar anaknya
tetap hangat dan tidak kedinginan
Do:
Tampak bayi selalu dibedong oleh
keluarga
11.40 2.8  Menganjurkan ibu memberikan Redyna
ASInya sesuka bayi jangan dibatasi
Respon:
78

Ds:
Ibu klien mengatakan akan
memberikan ASInya sesering
mungkin agar ASInya keluar
banyak
Do:
Tampak ibu klien mengerti cara
memberikan ASI yang baik
11.45 2.10  Menganjurkan ibu banyak Redyna
mengkonsumsi sayur – sayuran
hijau dan buah – buahan
Respon:
Ds:
Ibu klien mengatakan “akan
mengkonsumsi sayur – sayuran
hijau dan buah setelah dirumah,
agar ASInya keluar banyak”
Do:
Tampak ibu klien mengerti dengan
apa yang dianjurkan oleh perawat
12.00 2.6  Menghitung intake output bayi Redyna
Ds :
Do :
Output : BAK 60gram , BAB 1x

Kamis , 10.00 – 2.1  Melakukan kunjungan rumah Redyna


10 Mei 11.00 Ds:
2018 Do: keluarga senang hati
3.5 mempersilakan
 Mengkaji payudara ibu Redyna
Ds: ASI mulai keluar sedikit
Do: Payudaya teraba kencang
 Mengkaji tali pusat Redyna
Ds: keluarga mengatakan tali pusat
masih basah dan tidak dipakaikan
apapun hanya dibersihkan dengan
air hangat
Do:
a. Tali pusat bersih
b. Tali pusat mulai mengering
c. Tidak ada tanda-tanda
infeksi
79

E. Evaluasi keperawatan
Pada tahap evaluasi ini setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan
dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Penulis mendokumentasikan
perkembangan kesehatan dalam catatan perkembangan sebagai berikut:

Hari/ Tgl Jam No. Catatan Perkembangan Paraf


Dx
Senin 16.00 1 S: Redyna
07 Mei Ibu klien Ny. S mengatakan
2018 “takut anaknya kedinginan karena AC
didalam kamar dingin banget , saya saja
merasa kedinginan”
“belum bisa membedong karna anak
pertama dan masih takut “
“ selalu menyelimuti dengan kain “
O:
a. Suhu ruagan 22o C
b. Suhu tubuh bayi Ny. R 36,6o C
c. Akral teraba dingin
d. Membran mukosa mulut
lembab
A: Masalah tidak terjadi
P: Pertahankan Intervensi
a. Angkat selimut lembab dan
diapers
b. Selimuti bayi dengan selimut
hangatdan bertopi yang sudah
dihangatkan
c. Fasilitas kontak dini dengan ibu
d. Letakkan bayi pada suhu hangat
(suhu kamar) : 24-25,5⁰C
e. Tempatkan box bayi diluar garis
jendela ataupun AC
f. Angkat dinding penghalang
penghangat, atau mengurangi
kontak dengan udara
g. Gunakan penghangat radiant saat
tubuh bayi harus terbuka untuk
tindakan prosedur atau selama
dikeringkan setelah mandi
h. Hindari neonatus dari permukaan
yang dingin, seperti dinding
gedung atau jendela
i. Observasi tanda-tanda vital

16.00 2 S : Ibu klien Ny. S mengatakan Redyna


“ASInya belum keluar juga , padahal
udah saya rangsang terus sama hisapan
bayi “

O:
a. Payudara ibu klien teraba
lembut dan tidak ada bengkak
80

b. BB saat ini 2.950 gram


c. Turgor kulit baik dan elastis
d. Konjungtiva ananemis
e. BAK 1x
f. BAB pertama segera setelah
meconium berwarna hijau
kehitaman
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
a. Kaji ulang payudara ibu
b. Observasi cara menyusui dan
produksi ASI ibu
c. Observasi refleks menyusui
pada bayi
d. Auskultasi bising usu,
perhatikan adanya distensi
abdomen
e. Timbang BB bayi setiap hari
f. Monitor intake dan output
g. Berikan penkes tentang cara
menyusui yang benar
h. Anjurkan ibu memberikan
ASInya sesuka bayi jangan
dibatasi
i. Anjurkan ibu bayi untuk
menyusui secara bergantian
antara payudara kanan dan kiri
j. Anjurkan ibu banyak
mengkonsumsi sayur – sayuran
hijau dan buah – buahan

16.00 3 S: Redyna
Ibu klien Ny. R mengatakan
“belum mampu merawat tali pusat
bayinya”
“ belum mampu memandikan bayinya
krna anak pertama “

O:
a. Suhu: 36,6o C
b. RR: 40x/menit
c. Nadi: 138x/menit
d. Tidak ada tanda – tanda infeksi
e. Tidak ada tanda – tanda
kemerahan pada area tali pusat
f. Tali pusat belum mengering
g. Kassa tali pusat bersih dan
kering
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi
b. Gunakan sarung jika kontak
dengan sekret tubuh
c. Berikan profilaksis pada mata :
eritromicin 0,5% atau tertrasiklin
1% untuk mencegah penyakit
81

mata karena klamidia. Obat mata


perlu diberikan pada jam pertama
setelah persalinan yang lanzim
dipakai adalah larutan perak
nitrat atau Neosporin dan
langsung diteteskan pada mata
bayi segera setelah lahir
d. Cek mata setiap hari untuk
mengobservasi kemungkinan
infeksi/inflamasi
e. Lakukan perawatan tali pusat:
1) Pertahankan sisa tali pusat
dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi
dengan kain bersih secara
longgar (kontroversial :
pemberian antiseptic)
2) Lipatlah popok dibawah tali
pusat
3) Jika tali pusat terkena kotoran
atau tinta , cuci dengan sabun
dengan air bersih , dan
keringkan betul-betul
4) Kaji terhadap bau , warna dan
cairan

Selasa 14.00 1 S: Redyna


08 Mei Ibu klien Ny.R mengatakan
2018 “bayinya selalu dibedong agar tidak
kedinginan”
“selalu meminta bantuan perawat saat
membedong “
“ selalu diselimuti kain agar tidak
kedinginan “
O:
a. Suhu ruangan: 22o C
b. Suhu bayi: 36,8o C
c. Akral teraba hangat
d. Membrane mukosa mulut
lembab
e. Tidak ada sianosis pada
ekstermitas bayi
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
a. Angkat selimut lembab dan
diapers
b. Selimuti bayi dengan selimut
hangatdan bertopi yang sudah
dihangatkan
c. Fasilitas kontak dini dengan
ibu
d. Letakkan bayi pada suhu
hangat (suhu kamar) : 24-
25,5⁰C
e. Tempatkan box bayi diluar
82

garis jendela ataupun AC


f. Angkat dinding penghalang
penghangat, atau mengurangi
kontak dengan udara
g. Gunakan penghangat radiant
saat tubuh bayi harus terbuka
untuk tindakan prosedur atau
selama dikeringkan setelah
mandi
h. Hindari neonatus dari
permukaan yang dingin, seperti
dinding gedung atau jendela
i. Observasi tanda-tanda vital
Redyna
14.00 2
S:
Ibu klien Ny. R mengatakan
“ASI nya belum juga keluar dan saya
sudah sering rangsang pakai hisapan
bayi”
O:
a. ASI belum keluar
b. Payudara teraba lembek
c. BB saat ini 2.900 gram
d. Turgor kulit elastis
e. Konjungtiva ananemis
f. BAK pempers (50 gram)
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
a. Anjurkan ibu bayi memberikan
ASInya sesuka bayi jangan
dibatasi
b. Anjurkan Ibu bayi untuk
menyusui secara bergantian
antara payudara kiri dan kanan
c. Anjurkan ibu bayi banyak
mengkonsumsi sayur – sayuran
hijau dan buah – buahan

Redyna
14.00 3 S:
Ibu klien mengatakan
“masih belum bisa mengganti tali pusat”
“ masih belum bisa memandikan bayi “
O:
a. Suhu: 37,0o C
b. RR: 38x/menit
c. N: 135x/menit
d. Tidak ada tanda – tanda infeksi
e. Tidak ada kemerahan pada area
tali pusat
f. Tali pusat belum mengering
g. Kassa tali pusat tampak bersih
dan kering
A : Masalah tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan
83

sesudah merawat bayi


b. Cek mata setiap hari untuk
mengobservasi kemungkinan
infeksi/inflamasi
c. Lakukan perawatan tali pusat:
a. Pertahankan sisa tali pusat
dalam keadaan terbuka
agar terkena udara dan
tutupi dengan kain bersih
secara longgar
(kontroversial : pemberian
antiseptic)
b. Kaji terhadap bau , warna
dan cairan

Redyna
Rabu , 09 12.00 1 S:
Mei 2018 Ibu klien Ny.R mengatakan
“bayinya selalu dibedong agar tidak
kedinginan”
“sehabis mandi saya kasih minyak telon
biar anget “
“ selalu diselimuti kain agar tidak
kedinginan “
O:
f. Suhu ruangan: 22o C
g. Suhu bayi: 37,1o C
h. Akral teraba hangat
i. Membran mukosa mulut
lembab
j. Tidak ada sianosis pada
ekstermitas bayi
A : Masalah tidak terjadi
P : Hentikan intervensi

12.00 2 S: Redyna
Ibu klien Ny. R mengatakan
“ASI nya belum juga keluar dan saya
sudah sering rangsang pakai hisapan
bayi”
O:
g. ASI belum keluar
h. Payudara teraba lembek
i. BB saat ini 2.900 gram
j. Turgor kulit elastis
k. Konjungtiva ananemis
l. BAK pempers (60 gram), BAB
1x
A : Masalah tidak terjadi
P : Hentikan intervensi

12.00 3 S: Redyna
Ibu klien mengatakan
“sudah belajar dan mencoba cara
memandikan dan merawat tali pusat “
84

O:
a. Suhu: 37,1o C
b. RR: 38x/menit
c. N: 135x/menit
d. Tidak ada tanda – tanda infeksi
e. Tidak ada kemerahan pada area
tali pusat
f. Tali pusat belum mengering
g. Kassa tali pusat tampak bersih
dan kering
A : Masalah tidak terjadi
P : Hentikan Intervensi

Discharge planning:
1. Anjurkan orang tua bayi untuk memberikan ASI eksklusif dari usia 0
– 6 bulan.
2. Ajarkan cara memandikan dan merawat tali pusat bayi.
3. Berikan penjelasan tentang pentingnya ASI terhadap bayi.
4. Berikan penjelasan tentang kontrol kesehatan untuk ibu dan bayi.
5. Jelaskan pada orang tua bayi tentang pentingnya imunisasi pada
bayi.
85

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membandingkan antara teori dan laporan kasus dengan
memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi
baru lahir normal selama 3 hari mulai dari tanggal 07 sampai 09 Mei 2018.
Pembahasan akan dilakukan berdasarkan tahap-tahap proses keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi dalam memenuhi kebutuan dasar pasien.
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian pada bayi Ny. R penulis melakukan
pengkajian berfokus pada kebutuhan dasar meliputi aspek biologis, dan
karakteristik perilaku bayi baru lahir dengan menggunakan teknik
observasi, pemeriksaan fisik, dan menggunakan catatan keperawatan
maupun catatan medis, sehingga di dapatkan data fokus sebagai data
dasar meliputi data subyektif dan data obyektif untuk menegakkan
diagnosa keperawatan.
Ny. R yang melahirkan anak pertamanya dengan persalinan spontan
diruang bersalin kemudian dipindahkan ke ruangan perawatan Paviliun
Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka putih Jakarta Pusat.
Hasil pengkajian pada bayi baru lahir normal, sistem sirkulasi nadi
apikal pada bayi tidak ditemukan masalah karena pada bayi Ny. R
denyut nadi sesuai dengan teori berkisar antara 120 – 160x/menit. Tidak
ada bunyi murmur. Sirkulasi darah pada janin tidak ditemukan masalah
karena sesuai dengan teori yaitu berat plasenta 500 gram, panjang tali
pusat normal (45 – 50 cm), jumlah pembuluh darah 2 arteri dan 1 vena.
Bayi Ny. R sudah dapat berkemih pada tanggal 07 Mei 2018 pukul
16.00 WIB berwarna kuning jernih dan BAB positif terdapat meconium
berwarna hijau kehitaman. Bayi Ny. R sesuai dengan teori berat badan
berkisar 2.500 – 4.000 gram, panjang badan 44 – 45 cm, dan turgor
kulit elastis. Neuroensori sesusai dengan teori pada refleks mencari,

89
86

menghisap, dan menelan positif, bayi menangis kuat, tidak ada kaput
suksedanum, tidak ada hematoma, dan bayi tampak sehat.
Pada sistem pernafasan bayi baru lahir tidak ditemukan masalah karena
sesuai dengan teori, pada bayi Ny. R bernafas secara normal dengan
frekuensi berkisar antara 30 – 60 x/menit. Apgar Score 9/10. Keamanan
sesuai dengan teori, suhu tubuh bayi Ny. R berkisar antara 36,5o C
sampai dengan 37,5o C. ada vernik pada sebagian tubuh. Kulit berwarna
kemerahan atau pink, tidak ada lesi, ada eritema toksikum, tidak ada
nevi pada tubuh, lanugo terdapat pada bahu dan hidrasi baik.
Pada pengkajian fisik sesuai dengan teori, postur tubuh bayi Ny. R
bokong sempurna, kaki lebih lurus dan kaku, kepala leher bentuk bulat,
lingkar kepala berkisar antara 33 – 36 cm, lingkar dada dan lingkar
perut 30 – 38 cm. Mata simetris, refleks mata baik, konjungtiva
ananemis, sklera anikterik. Telinga simetris, bentuk telinga normal,
lubang telinga terbuka, merespon terhadap suara. Bentuk muka normal,
tidak ada kelainan pada wajah. Posisi mulut simetris, gerakan bibir
simetris, dan tidak ada kelainan pada palatum, dan tidak muntah. Tidak
ada pengeluaran, pernapasan tidak menggunakan cuping hidung.
Pergerakan leher baik dari satu sisi ke sisi lain. Dada simetris, gerakan
dada simetris, gerakan pernapasan teratur. Tidak ada distensi, tidak ada
benjolan, tali pusat tidak ada perdarahan. Tidak ada kelainan, labia
mayora menutupi labia minora. Fleksabilitas tulang punggung baik,
bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk tulang punggung. Anus
terlihat pengeluaran meconium. Bayi Ny. R sudah mendapatkan insiasi
menyusui dini (IMD), namun ASI belum sesuai dengan teori karena
bayi baru lahir harus segara mendapatkan ASI.
Kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus terdapat pada
sirkulasi tekanan darah yang tidak dilakukan, dan tidak adanya data
yang menunjang seperti dalam tinjauan teori yaitu dilakukan
pemeriksaan diagnostik seperti golongan darah, rhesus, hemoglobin,
dan bilirubin. Hal ini dikarenakan pada kasus bayi Ny. R tidak dijamin
oleh BPJS untuk pemeriksaan tersebut.
87

Faktor pendukung selama proses pengkajian adanya kerja sama serta


sikap kooperatif antara mahasiswa dengan ibu klien, perawat serta
bidan yang ikut serta dalam membantu pengkajian, format pengkajian,
catatan keperawatan, catatan medis, dan pemeriksaan penunjang yang
telah tersedia. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan
alat – alat yang tersedia di ruangan Shafa An-Nissa terutama alat
tekanan darah pada bayi maka dari itu pengukuran tekanan darah tidak
dilakukan.

B. Diagnosis Keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian keperawatan, mengumpulkan
data, mengelompokan data dan menganalisa data, kemudian penulis
menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang ada.
Adapun diagnosa keperawatan yang ada diteori tetapi tidak ada di kasus,
antara lain:
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus
yang berlebihan , posisi yang tidak tepat.
Diagnosa keperawatan ini tidak muncul karena By. Ny. R tidak
memiliki mukus ataupun cairan lainnya yang dapat menghambat
saluran pernapasannya serta frekuensi pernapasannya 44x/menit.
2. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kelemahan fisik
Diagnosa keperawatan ini tidak muncul karena tidak terjadi trauma
saat melahirkan semua tindakan dilakukan secara hati-hati dan sesuai
SOP.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keterbatasan
masukan oral, regurgitasi berlebihan.
Diagnosa keperawatan ini tidak muncul karena refleks menyusui
(Rooting, Sucking, Swallowing) bayi positif, tidak ada kelaikan
palatum, membrane mukosa lembab, suhu dalam batas normal
36,6⁰C. Setelah bayi lahir langsung dilakukan IMD dan setelah 10
88

jam kelahiran bayi diberikan PASI untuk memenuhi kebutuhan


cairannya.
4. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan penurunan
asupan cairan.
Diagnosa keperawatan ini tidak muncul karena bayi Ny. R dapat
BAB pertama kali yaitu segera setelah lahir. BAB positif (terdapat
meconium hitam kehijauan). BAB pertama tanggal 07 Mei 2018
pukul 10.12 WIB.

C. Perencanaan keperawatan
Pada tahap ini penulis bekerja sama dengan keluarga dan perawat
ruangan untuk menetapkan rencana tindakan yang akan diberikan.
Perencanaan disusun berdasarkan acuan yang ada pada landasan teoritis
disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan untuk
menyelesaikan masalah.
Untuk rencana tindakan mengaitkan pada diagnosa yang ada. Rencana
yang dibuat pada klien dengan Bayi Baru Lahir tidak jauh berbeda
dengan landasan teoritis, namun demikian pembuatan rencana tindakan
disesuaikan dengan kebutuhan dasar dan kondisi klien serta mengacu
pada kebijakan ruangan Shafa An-Nissa, seperti pada diagnosa yang ada
pada klien.
Adapun masalah keperawatan yang penulis prioritaskan pada tinjauan
kasus dengan yang ada pada landasan teoritis, yaitu :
1. Resiko tinggi terhadap perubahan temperatur berhubungan dengan
perubahan lingkungan eksternal.
Pada perencanaan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
diharapkan selama 3 x 24 jam perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
Rencana tindakannya adalah: Segera setelah lahir, keringkan tubuh
dan kepala neonatus, angkat selimut lembab dan diapers, selimuti
bayi dengan selimut hangat dan bertopi yang sudah dihangatkan,
fasilitas kontak dini dengan ibu, letakkan bayi pada suhu hangat
89

(suhu kamar) : 24-25,5⁰C dan kelembaban pada ruang persalinan


antara 60% sampai 65% (untuk menurunkan kecepatan evaporasi saat
melahirkan), tempatkan box bayi diluar garis jendela ataupun AC,
angkat dinding penghalang penghangat, atau mengurangi kontak
dengan udara, gunakan penghangat radiant saat tubuh bayi harus
terbuka untuk tindakan prosedur atau selama dikeringkan setelah
mandi, hindari neonatus dari permukaan yang dingin, seperti dinding
gedung atau jendela, jangan mandikan neonatus sampai suhu stabil
37⁰C setelah 6 jam kelahiran dan observasi tanda-tanda vital.
Faktor penghambat pada rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk diagnosa prioritas adalah mengatur suhu kamar agar hangat
untuk bayi dan menempatkan box bayi pada luar garis jendela karena
untuk intervensi ini melibatkan pasien lain dan merupakan kebijakan
rumah sakit. Sedangkan Faktor pendukung untuk rencana tindakan
pada diagnosa prioritas adalah kebijakan Paviliun Shafa An-Nissa
untuk tindakan IMD dan hangatkan bayi didalam incubator seletah
bayi lahir untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi baru lahir normal.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Pada perencanaan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
diharapkan selama 3 x 24 jam pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tidak terjadi. Dengan rencana tindakan yang
dilakukan yaitu: Kaji payudara ibu, Observasi cara menyusui dan
produksi ASI ibu bayi¸ Observasi bayi terhadap adanya indikasi
masalah pemberian makan (misalnya produksi mukus berlebih
terdesak atau menolak makan), Perhatikan reflek menghisap bayi
(rooting, sucking, swallowing), Auskultasi bising usus, perhatikan
adanya distensi abdomen, Timbang BB bayi saat menerima dalam
ruang perawatan dan setelah itu setiap hari, Monitor intake dan
output, Berikan penkes tentang cara menyusui yang benar, Anjurkan
kepada ibu bayi untuk memberikan ASI nya sesuka bayi jangan
dibatasi, Anjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayur-sayuran
90

hijau dan buah-buahan,Anjurkan ibu bayi untuk menyusui secara


bergantian antara payudara yang kiri dan kanan.
Faktor pendukung pada rencana tindakan untuk diagnosa kedua
adalah rencana tindakan yang ada didalam tinjauan teoritis dan yang
ada diruangan memiliki kesamaan, yaitu setiap sehabis mandi ibu
diminta untuk menyusui bayinya dan mengajarkan ibu bagaimana
teknik menyusui yang baik dan benar. Tidak adanya faktor
penghambat dalam rencana tindakan untuk diagnosa kedua adalah
karena pada rencana tindakan yang ada didalam tinjauan teoritis dan
yang dilakukan diruangan memiliki kesamaan.
3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan
kurangnya pertahanan imunologi.
Pada perencanaan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
diharpkan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi. Dengan rencana
tindakan yang dilakukan yaitu : Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, Gunakan sarung jika kontak dengan sekret
tubuh, Berikan profilaksis pada mata: eritromicin 0,5% atau
tertrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena klamidia.
Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan
yang lanzim dipakai adalah larutan perak nitrat atau Neosporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir, Cek mata
setiap hari untuk mengobservasi kemungkinan infeksi/inflamasi,
Lakukan perawatan tali pusat .
Faktor pendukung pada rencana tindakan untuk diagnosa ketiga
adalah rencana tindakan yang ada didalam tinjauan teoritis dan
yang ada diruangan memiliki kesamaan, sehingga dalam
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien semua dapat
dilakukan. Tidak adanya faktor penghambat dalam rencana
tindakan untuk diagnosa ketiga adalah karena pada rencana
tindakan yang ada didalam tinjauan teoritis dan yang dilakukan
diruangan memiliki kesamaan.
91

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi Ny. R
yaitu melaksanakan rencana keperawatan yang telah dibuat yang
diberikan pada klien yang mengacu pada tinjauan teoritis dan disesuaikan
dengan kondisi dan fasilitas yang ada dirungan. Pada tahap ini penulis
tidak mengalami banyak kesulitan, karena dari 3 diagnosa keperawatan
yang ditegakkan dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat dan di
dukung dengan kerja sama perawat ruangan dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. R,
namun pada tahap ini penulis tidak bisa melakukan sesuai tindakan
dalam 24 jam, maka tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat
ruangan Shafa An-Nissa yang penulis ketahui dari pendokumentasian
tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
1. Resiko tinggi terhadap perubahan temperature berhubungan dengan
perubahan lingkungan eksternal.
Tindakan yang telah dilakukan antara lain: mengobservasi suhu
tubuh bayi, melakukan Inisiasi menyusui dini (IMD),
menghangatkan bayi didalam incubator setelah bayi lahir, mengkaji
keadaan lingkungan, menganti popok bayi, memberikan kehangatan
pada bayi, membungkus dengan selimut hangat, menempatkan bayi
pada lingkungan yang hangat, memandikan bayi dengan air hangat.
Adapun faktor yang mendukung penulis dalam melakukan Asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi Ny. R
untuk diagnosa prioritas adalah ibu dan keluarga bayi yang cukup
kooperatif, mengikuti anjuran dan saran dari perawat, adanya
kerjasama antara penulis, ibu bayi dan keluarga serta perawat
ruangan dalam melakukan tindakan keperawatan atau memberikan
asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi
Ny. R Keaktifan dan kerjasama yang baik antara penulis, perawat
dan ibu bayi untuk tetap mempertahankan kehangatan tubuh bayi
merupakan faktor pendukung untuk mencegah bayi kehilangan panas
tubuh baik melalui evavorasi, konduksi, konveksi dan radiasi.
92

Faktor penghambat yang penulis temukan adalah tidak lengkapnya


catatan asuhan keperawatan yang ada di ruangan sehingga data yang
didokumentasikan hanya yang bersifat rutinitas saja.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tindakan yang telah dilakukan antara lain: mengkaji payudara ibu,
mengobservasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi¸
mengobservasi bayi terhadap adanya indikasi masalah pemberian
makan (misalnya produksi mukus berlebih terdesak atau menolak
makan), memperhatikan reflek menghisap bayi (rooting, sucking,
swallowing), mengauskultasi bising usus, minimbang BB tiap hari,
mengukur intake dan output, memberikan penkes tentang cara
menyusui yang benar, menganjurkan kepada ibu bayi untuk
memberikan ASI nya sesuka bayi jangan dibatasi (minimal 2 jam
sekali), menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayur-
sayuran hijau dan buah-buahan, menganjurkan ibu bayi untuk
menyusui secara bergantian antara payudara yang kiri dan kanan.
Faktor pendukung dalam melakukan tindakan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi Ny. R untuk diagnosa kedua
adalah sikap ibu yang bersemangat untuk memberikan ASI kepada
anaknya meskipun ASI nya belum keluar, serta perawat ruangan
Shafa An-Nissa kepada penulis untuk membantu melakukan
tindakan asuhan keperawatan kepada bayi Ny. R.
Faktor penghambat bagi penulis dalam diagnosa kedua ini adalah
dokumentasi ruangan yang hanya melakukan tindakan keperawatan
yang bersifat rutinitas ruangan saja sehingga penulis tidak tahu
rencana tindakan keperawatan mana yang sudah dilakukan dan yang
belum.
93

3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya


pertahanan imunologi.
Tindakan yang telah dilakukan antara lain: mengkaji tanda – tanda
infeksi, mengobservasi tanda – tanda vital bayi, memberikan
penyuluhan pada ibu tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan
benar, menganjurkan orang tau atau keluarga untuk mencuci tangan
sebelum memasuki ruang perawatan bayi, dan sesudah memegang
bayi, menggaanti kassa tali pusat setiap hari setelah mandi atau bila
kotor. Semua rencana tindakan pada diagnosa kedua dapat dilakukan
dengan baik walaupun sebagian dikerjakan oleh perawat ruangan.
Faktor pendukung dalam melakukan tindakan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi Ny. R adalah adanya
kepercayaan ibu bayi dan keluarga serta perawat ruangan Shafa An-
Nissa kepada penulis untuk membantu memberikan asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi Ny. R
sehingga penulis dapat melakukan tindakan keperawatan dengan
baik, serta antusias Ny. R dalam belajar merawat tali pusat bayinya
dan memandikan anaknya, menjadikan semangat yang baik untuk
bersama-sama mencegah terjadinya infeksi. Pada diagnosa ketiga ini,
penulis tidak menemukan faktor penghambat selama melakukan
tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi setelah
dilakukan tindakan, yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditemukan. Dalam mengevaluasi perkembangan bayi Ny. R, penulis
menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa dan Planing)
sehingga dapat diketahui masalah yang sudah teratasi dan yang belum
teratasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari mulai dari tanggal
07 sampai 09 Mei 2018 didapatkan evaluasi sebagai berikut:
94

1. Resiko tinggi terhadap perubahan temperature berhubungan dengan


perubahan lingkungan eksternal. Masalah ini tidak terjadi karena
suhu tubuh ada pada batas normal ( 36,5 – 37,5⁰ C), bebas dari tanda
– tanda hipotermi, bayi tampak nyaman, membran mukosa mulut
lembab, dan hidrasi kulit baik.
S:
Ibu klien Ny.R mengatakan
“bayinya selalu dibedong agar tidak kedinginan”
“sehabis mandi saya kasih minyak telon biar anget “
“ selalu diselimuti kain agar tidak kedinginan “
O:
a. Suhu ruangan: 20o C
b. Suhu bayi: 37,1o C
c. Akral teraba hangat
d. Membran mukosa mulut lembab
e. Tidak ada sianosis pada ekstermitas bayi
A: Masalah tidak terjadi
P: Lanjutan intervensi
a. Angkat selimut lembab dan diapers
b. Selimuti bayi dengan selimut hangat dan bertopi
c. Fasilitas kontak dini dengan ibu
d. Tempatkan box bayi diluar garis jendela ataupun AC
e. Gunakan penghangat radiant saat tubuh bayi harus terbuka
untuk tindakan prosedur atau selama dikeringkan setelah
mandi
f. Hindari neonatus dari permukaan yang dingin, seperti dinding
gedung atau jendela
g. Observasi tanda-tanda vital

2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan intake yang tidak ade kuat. Masalah
tidak terjadi. Karena Ny R terus mengusahakan agar ASI dapat
95

keluar dengan cara terus memberikan rangsangan dengan hisapan


bayi dan dibantu dengan konsumsi buah sayur.
S:
Ibu klien Ny. R mengatakan:
“ASI nya belum juga keluar dan saya sudah sering rangsang pakai
hisapan bayi”
O:
a. ASI belum keluar
b. Payudara teraba lembek
c. BB saat ini 2.900 gram
d. Turgor kulit elastis
e. Konjungtiva ananemis
f. BAK pempers (60 gram), BAB 1x
A : Masalah tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi
a. Anjurkan ibu bayi memberikan ASInya sesuka bayi jangan
dibatasi
b. Anjurkan Ibu bayi untuk menyusui secara bergantian antara
payudara kiri dan kanan
c. Anjurkan ibu bayi banyak mengkonsumsi sayur – sayuran
hijau dan buah – buahan

3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya


pertahanan imunologi.Masalah tidak terjadi. Tali pusat belum
mengering tetapi tidak ada tanda – tanda infeksi (tidak ada
kemerahan, suhu tubuh 37,1o)
S:
Ibu klien Ny. R mengatakan: “sudah belajar dan mencoba cara
memandikan dan merawat tali pusat“

O:
a. Suhu: 37,1o C
96

b. RR: 38x/menit
c. N: 135x/menit
d. Tidak ada tanda – tanda infeksi
e. Tidak ada kemerahan pada area tali pusat
f. Tali pusat belum mengering
g. Kassa tali pusat tampak bersih dan kering
A : Masalah tidak terjadi
P: Lanjutkan Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
b. Cek mata setiap hari untuk mengobservasi kemungkinan
infeksi/inflamasi
c. Lakukan perawatan tali pusat:
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara
longgar (kontroversial : pemberian antiseptic)
2) Kaji terhadap bau , warna dan cairan
97

BAB V
PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan
pembahasan.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pembahasan pada Asuhan Keperawatan
dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada bayi NY. R dengan bayi baru
lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta
Pusat , maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pengkajian pada bayi Ny. R didapatkan data subjektif Ibu klien Ny. R
mengatakan ASI nya belum keluar. Ibu klien Ny. R mengatakan sudah
merangsang payudaranya dengan hisapan bayinya tetapi ASI nya belum
keluar juga. Ny. R takut anaknya kedinginan karena AC di dalam kamar
dingin, Ny. R mengatakan belum bisa membedong anaknya . Ny R
mengatakan selalu menyelimuti bayinya dengan kain agar anaknya tidak
kedinginan. Ny. R mengatakan belum mampu merawat tali pusat bayinya
karena ini adalah anak pertamanya. Ny. R mengatakan belum bisa
memandikan anaknya. Data obyektif keadaan umum bayi baik , BB lahir
2.950 gram, PB 48 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, LP 31cm, LL 12 cm.
Tanda – tanda vital yaitu Suhu 36,5⁰C, Nadi 137x/menit, RR 44x/menit.
Suhu ruangan 20 derajat celcius. Apgar Score menit pertama 9 dan menit
kelima 10. Refleks rooting, sucking, swallowing positif. Tugor kulit baik,
elastis. Bila bedongnya dibuka ekstermitas teraba dingin dan bayi
menangis. Payudara ibu bayi teraba keras dan kencang. Tidak ada kaput
suksesdium, tidak ada hematoma, tidak ada sianosis, sutura teraba tidak
menyatu, ada ubun-ubun besar dan kecil,dan posisi simetris, rambut ada.
Mata simetris, refleks mata baik, konjungtiva ananemis, dan skelra
anikterik. Telinga simetris, bentuk telinga normal, lubang telinga
terbuka, merespon terhadap suara. Pernafasan tidak menggunakan cuping
hidung dan ada bersin. Posisi mulut simetris, gerakan bibir simetris, tidak

101
98

ada kelainan pada palatum dan tidak muntah, mukosa bibir lembab.
Bentuk wajah normal, bulat, tidak ada kelainan pada wajah. Pergerakan
leher baik dari satu sisi ke sisi lain. Warna kulit kemerahan atau pink,
hidrasi baik, tidak ada lesi,kuku ada, verniks ada sebagian pada bagian
tubuh, lanugo terdapat di bahu, nevi tidak ada pada tubuh, dan terdapat
milia pada hidung. Dada simetris, gerakan dada simetris, dan gerakan
dada teratur. Tidak ada distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak ada
perdarahan, tali pusat masih basah, bising usus terdengar 5x/menit. Tidak
ada kelainan, labia mayora menutupi labia minora. Fleksibilitas tulang
punggung baik, bentuk simetris, dan tidak ada kelainan pada bentuk
tulang punggung. Tulang tidak ada kelainan pada By. Ny. R. Jari tangan
dan kaki lengkap tidak ada kelainan, nadi brachial teraba, nadi femoral
teraba, pergerakan aktif, tidak ada tremor, dan posisi kaki normal. ASI
belum keluar.

Pada sistem pernafasan tidak ada pengeluaran, pernafasan tidak


menggunakan cuping hidung. Pada sistem sirkulasi darah pada janin
tidak ditemukan masalah karena berat plasenta dan panjang tali pusat
normal dengan pembuluah darah 2 arteri dan 1 vena. Posisi mulut
simetris dan gerakan bibir simetris. Bentuk muka normal, bulat, tidak ada
kelainan pada wajah. Pergerakan leher baik dari satu sisi ke sisi lain.
Warna kulit kemerahan atau pink, tidak ada lesi, ada vernik pada
sebagian tubuh, lanugo terdapat di bahu, nevi tidak ada pada tubuh. Dada
simetris, gerakan dada simetris, gerakan pernafasan teratur. Tidak ada
distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak ada perdarahan, tidak ada
kelainan pada genetalia. Bayi dapat berkemih dengan baik, eliminasi
BAB positif keluar meconium. Fleksibilitas tulang punggung baik.
Refleks – refleks pada bayi baru lahir yang ditemukan normal. Nutrisi
yang diberikan ASI.

Diagnosis keperawatan yang muncul pada bayi Ny. R yaitu Resiko tinggi
terhadap perubahan temperatur berhubungan dengan perubahan
99

lingkungan eksternal , Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ,
Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya
pertahanan imunologi.

Perencanaan disusun berdasarkan acuan yang ada pada landasan teori


serta disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan untuk
menyelesaikan masalah. Didalam menyusun prioritas masalah sesuai
dengan teori, dimana prioritas masalahnya adalah resiko tinggi terhadap
perubahan suhu tubuh. Untuk rencana tindakan mengaitkan pada
diagnosis yang ada. Rencana yang dibuat pada klien dengan Bayi Baru
Lahir Normal tidak jauh berbeda dengan landasan teoritis, namun
demikian pembuatan rencana tindakan disesuaikan dengan kebutuhan
dasar dan kondisi klien.

Pada tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan prioritas masalah yaitu


resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh, dalam pelaksanaan ini
penulis tidak mengalami banyak kesulitan, karena perencanaan yang
telah dibuat didukung oleh sikap kooperatif dari keluarga serta kerja
sama perawat ruangan. Faktor penghambat yang dialami oleh penulis
yaitu keterbatasan waktu, pengalaman dan pendokumentasian yang
dilakukan pada catatan keperawatan hanya kegiatan rutinitas sehari hari.

Pada tahap evaluasi di dapatkan tidak tejadi masalah perubahan suhu


tubuh, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan infeksi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menganggap perlu adanya
saran– saran mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih, maka penulis
mengemukakan beberapa saran :
100

1. Untuk penyusun KTI selanjutnya diharapkan dapat melakukan


pengkajian secara rinci agar dapat melakukan asuhan keperawatan
yang optimal bagi pasien
2. Untuk mahasiswa diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan,
dan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien agar dapat diimplementasikan ketika melakukan asuhan
keperawatan dilapangan pekerjaan.
3. Untuk institusi diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat
melengkapi buku-buku sebagai referensi dengan terbitan tahun
terbaru yang berkaitan masalah-masalah asuhan keperawatan
maternitas, sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam
menyusun karya tulis ilmiah.
4. Di ruangan Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih
diharapkan tersedianya alat tekanan darah untuk mengukur
tekanan darah bayi.
5. Diruangan Paviliun Shafa An-Nissa agar dapat selalu
memfasilitasi para ibu untuk menjemur anaknya, berhubung
terbatasnya ruangan yang memiliki jendela terbuka dengan cahaya
matahari pagi yang menyorot.
6. Di ruangan Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih
diharapkan dalam pendokumentasian yang dilakukan pada catatan
keperawatan tidak hanya kegiatan rutinitas sehari – hari
melainkan yang sesuai dengan kondisi klien yang bervariasi.
101

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, V.N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Green, Carol. J., Wilkinson, Judith. (2012). Rencana Asuhan


Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Indrayani., Djami, M. E. U. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru


Lahir.
Jakarta : Trans Info Media.

Sondakh, Jenny J. S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi


Baru Lahir.
Jakarta : Erlangga

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Buku Saku


Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta.

Lisaauer, Tom. (2013). Selayang Neonatologi. Edisi Kedua. Jakarta :


PT Indeks

Lowdermilk, D. L., Perry, Shannon. (2013). Keperawatan


Maternitas. Buku 2. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika.

Lowry, Adam, dkk. (2014).Buku Saku Pediatri dan Neonatologi.


Jakarta : EGC

Mitayani,.(2011).Asuhan KeperawatanMaternitas. Jakarta : Salemba


Medika.

Rukiyah, A. Y., Yulianti, Lia. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita & Prasekolah. Jakarta : Trans Info Media.

Serri Hutahaean. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba


Medika

Putrono, Wagiyo. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal


dan Bayi Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta :
ANDI

Wong. (2009).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Cetakan I. Jakarta :


EGC

Wilkinson, Judith. M. (2012).Rencana Asuhan Keperawatan


Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.
102

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Redyna Yulistia

T.T.L : Kebumen , 06 Juli 1997

Alamat : Jl. Sunter Muara Rt 018 Rw 005 No 35 , Kel Sunter


Agung , Kec Tanjung Priok , Jakarta Utara , 14350

Agama : Islam

No.Hp : 089606132895

E-Mail : redynayulistia1@gmail.com

Pendidikan :
1. TPQ Nurul Huda
2. SDN 07 Pagi Sunter Agung tahun 2003 - 2009
3. SMPN 116 Jakarta Utara tahun 2009 - 2012
4. SMAN 80 Jakarta Utara tahun 2012 -2015

Anda mungkin juga menyukai